Lompat ke isi

Ilmu kalam: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
NikenTS (bicara | kontrib)
menyunting artikel
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
 
(27 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Islam}}
{{Bedakan|Qalam}}{{Islam|texts}}
'''Kalam''' artinya berbicara, atau pembicaraan.<ref>{{Cite book|title=Agama, Keyakinan, dan Etika|last=Miswanto, MA|first=Agus|publisher=Pusat Pembinaan dan Pengembangan Studi Islam Universitas Muhammadiyah Magelang|year=2012|isbn=978-602-18110-0-9|location=Magelang|pages=50}}</ref> '''Ilmu kalām''' ({{lang-ar|علم الكلام}}) adalah disiplin [[filsafat Islam|filsafat]] mencari prinsip-prinsip [[teologi Islam]] melalui [[dialektika]]. Dalam [[bahasa Arab]] perkataan ini secara harfiah bermakna "kata-kata". Seorang cendekiawan kalam digelari sebagai seorang ''mutakallim'' (ahli teologi Islam; jamak ''mutakallimiin''). Terdapat banyak tafsiran mengapa disiplin ini digelar "kalam"; salah satu alasannya adalah kontroversi terbesar dalam bidang ini berkaitan dengan Firman [[Allah]], sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an, bisa dianggap sebagai bagian dari esensi Tuhan dan karena itu tidak diciptakan, atau apakah itu dibuat menjadi kata-kata dalam arti normal berbicara, dan karena itu dibuat.


'''Ilmu kalam''' ({{Lang-ar|عِلْم الكَلام|translit=ʿIlm al-kalām|lit=ilmu wacana}}),<ref name="Abdel-Haleem 2008">{{Cite book|last=Abdel-Haleem|first=M. A. S.|year=2008|title=The Cambridge Companion to Classical Islamic Theology|location=[[Cambridge]]|publisher=[[Cambridge University Press]]|isbn=9781139001816|editor-last=Winter|editor-first=Timothy|editor-link=Timothy Winter|pages=19–32|chapter=Part I: Historical perspectives - Qur’an and hadith|doi=10.1017/CCOL9780521780582.002|author-link=Muhammad Abdel-Haleem|chapter-url=https://books.google.com/books?id=O1IiAwAAQBAJ&pg=PA19}}</ref> terkadang disebut "teologi skolastik" atau "teologi spekulatif", secara umum, adalah studi penggunaan pendekatan filsafat dalam menjelaskan [[Mazhab teologi Islam|akidah Islam]].<ref name="Mutahhari-intro">{{Cite web|last=Mutahhari|first=Murtada|last2=Qara'i|first2='Ali Quli (translator)|title=An Introduction to 'Ilm al-Kalam|url=http://www.muslimphilosophy.com/ip/kalam.htm|website=muslimphilosophy|access-date=29 March 2018}}</ref> Ilmu ini lahir dari kebutuhan untuk menegakkan dan mempertahankan prinsip-prinsip [[Islam|iman]] terhadap keraguan filsafat.<ref name="Schmidtke 2016">{{•}} {{Cite book|last=Treiger|first=Alexander|year=2016|title=The Oxford Handbook of Islamic Theology|location=[[Oxford]] and [[New York City|New York]]|publisher=[[Oxford University Press]]|isbn=9780199696703|editor-last=Schmidtke|editor-first=Sabine|editor-link=Sabine Schmidtke|pages=27–43|chapter=Part I: Islamic Theologies during the Formative and the Early Middle period - Origins of Kalām|doi=10.1093/oxfordhb/9780199696703.013.001|lccn=2016935488|orig-year=2014|chapter-url=https://books.google.com/books?id=70wnDAAAQBAJ&pg=PA27}}<br /><br />{{•}} {{Cite book|last=Abrahamov|first=Binyamin|year=2016|title=The Oxford Handbook of Islamic Theology|location=[[Oxford]] and [[New York City|New York]]|publisher=[[Oxford University Press]]|isbn=9780199696703|editor-last=Schmidtke|editor-first=Sabine|editor-link=Sabine Schmidtke|pages=264–279|chapter=Part I: Islamic Theologies during the Formative and the Early Middle period - Scripturalist and Traditionalist Theology|doi=10.1093/oxfordhb/9780199696703.013.025|lccn=2016935488|orig-year=2014|chapter-url=https://books.google.com/books?id=70wnDAAAQBAJ&pg=PA264}}</ref><ref>Madeleine Pelner Cosman, Linda Gale Jones, ''Handbook to Life in the Medieval World'', p. 391. {{ISBN|1438109075}}</ref> Namun, ilmu ini semakin dipertanyakan oleh para ulama yang berupaya menunjukkan bahwa kalam sebenarnya adalah demonstrativa, bukan dialektika, dan selalu kreatif secara intelektual.<ref>{{Cite book|last=Shihadeh|first=Ayman|last2=Thiele|first2=Jan|date=2020-05-06|url=https://brill.com/view/title/55398|title=Philosophical Theology in Islam: Later Ashʿarism East and West|publisher=Brill|isbn=978-90-04-42661-0|pages=299|language=en|doi=10.1163/9789004426610}}</ref> Perlu dicatat bahwa definisi Ilmu Kalam telah berubah tergantung pada waktu dan konteks serta oleh siapa digunakan. <ref name="Schmidtke 2016" />
== Sekolah kalam utama ==

* [[Ash'ari]]
Kata [[bahasa Arab]] ''Kalām'' berarti "ucapan" atau "perkataan". Ada banyak dugaan mengapa disiplin ini awalnya disebut demikian; salah satu kontroversi terbesar dalam disiplin ini, pada abad kedua dan ketiga Hijrah, adalah mengenai apakah [[Al-Qur'an]], sebagai Firman Allah, merupakan sifat abadi Tuhan dan oleh karena itu tidak diciptakan, atau diciptakan dalam wujud tulisan dan bunyi.<ref name="Schmidtke 2016"/><ref name="EncyclopediaofIslam">{{Cite encyclopedia|year=1978|editor4-last=Bosworth|editor1-first=C. E.|editor4-first=Clifford Edmund Bosworth|editor2-last=van Donzel|editor2-first=E. J.|editor-link=Emeri Johannes van Donzel|editor3-last=Heinrichs|editor-last=Lewis|editor-first=B.|editor1-last=Pellat|encyclopedia=[[Encyclopaedia of Islam#2nd edition, EI2|Encyclopaedia of Islam, Second Edition]]|publisher=[[Brill Publishers]]|volume=4|doi=10.1163/1573-3912_islam_COM_0421|isbn=978-90-04-16121-4}}</ref> Seorang ulama dalam bidang ini disebut sebagai '''''mutakallim''''' (jamak: '''''mutakallimūn'''''), dan peran ini dibedakan dari peran para [[Filsafat Islam|filsuf]], [[Fikih|fakih]], dan [[Ushul Fikih|ulama ushulfikih]].<ref>Clinton Bennett, ''The Bloomsbury Companion to Islamic Studies'', p. 119. {{ISBN|1441127887}}.</ref>
* [[Imami]]

* [[Maturidi]]
== Asal usul ==
* [[Murji'ah]]
Semenjak berdirinya [[Kekhalifahan Abbasiyah]] (750–1258 M), ilmu kalam muncul sebagai "upaya untuk mengatasi" banyak "persoalan rumit" di awal [[sejarah Islam]], menurut sejarawan Majid Fakhry.<ref name="Fakhry-xvii-xviii">{{Cite book|last=Fakhry|first=Majid|year=1983|title=A History of Islamic Philosophy|location=New York|publisher=[[Columbia University Press]]|edition=second|pages=xvii-xviii}}</ref> Salah satunya adalah bagaimana membantah argumen-argumen yang “ditujukan pada Islam oleh orang-orang kafir, Nasrani, dan Yahudi”.<ref name="Fakhry-xvii-xviii" /> Hal lainnya adalah bagaimana menghadapi (apa yang oleh sebagian orang dianggap sebagai konflik antara) [[Takdir dalam Islam|takdir]] orang-orang berdosa di [[Jahanam|Neraka]] di satu sisi dan "keadilan ilahi" di sisi lain. Ilmu kalam juga berusaha melakukan "upaya mengharmoniskan konflik penafsiran wahyu ilahi Al-Qur'an dan [[Hadis]]".<ref name="Fakhry-xvii-xviii" />
* [[Mu'taziliyah]]

=== ''Ahli Kalam'' ===
Pada awal Islam, ''Ahlul-Kalām'' (ahli kalam) dahulu merujuk kepada [[Muktazilah]], beserta mazhab kecil lainnya. Sejarawan Daniel W. Brown menggambarkan ahli kalam sebagai salah satu dari tiga kelompok penting yang terlibat dalam perselisihan polemik mengenai sumber hukum Islam selama abad kedua Islam—dengan ''[[Ahlur Ra’yi|Ahlur-Ra'yi]]'' dan ''[[Ahli Hadis|Ahlul-Hadits]]'' adalah dua kelompok lainnya. ''Ahlul-Kalām'' setuju dengan ''[[Ahli Hadis|Ahlul-Hadits]]'' bahwa teladan [[Nabi dan rasul dalam Islam|nabi Islam]] [[Muhammad]] adalah otoritatif, tetapi mereka tidak meyakininya sebagai wahyu ilahi, sebuah status yang hanya dimiliki oleh [[Al-Qur'an|Al-Quran]] (menurut pandangan mereka).<ref name="DWBRTMIT1996:51">[[Kalam#DWBRTMIT1996|Brown, ''Rethinking tradition in modern Islamic thought'', 1996]]: p.51</ref> Mereka juga menolak otoritas hadis dengan alasan bahwa kumpulan hadis itu "penuh dengan riwayat yang kontradiktif dan tidak masuk akal", dan bahwa dalam sebuah fikih, keraguan sekecil apa pun terhadap suatu sumber sudah terlalu berlebihan.<ref name="DWBRTMIT1996:13-5" /> Dengan demikian, mereka meyakini apa yang diwariskan Muhammad dapat ditemukan di suatu tempat, yaitu dalam ''[[sunnah]]'' yang terpisah dari hadis. ''[[Ahli Hadis|Ahlul-Hadits]]'' lebih unggul daripada ''Ahlul-Kalām'' (dan umat Islam, atau setidaknya umat Islam arus utama, kini mengakui otoritas hadis), dan sebagian besar argumen mereka berasal dari tulisan-tulisan lawan mereka, seperti Imam [[Asy-Syafi'i|Syafi'i]].<ref name="DWBRTMIT1996:13-5">[[Kalam#DWBRTMIT1996|Brown, ''Rethinking tradition in modern Islamic thought'', 1996]]: p.13-5</ref> Brown juga menggambarkan [[Muktazilah]] sebagai "''ahlul-Kalām'' yang belakangan", yang menunjukkan bahwa ''ahl al-Kalām'' adalah cikal bakal kaum Muktazilah.<ref name="DWBRTMIT1996:15">[[Kalam#DWBRTMIT1996|Brown, ''Rethinking tradition in modern Islamic thought'', 1996]]: p.15</ref>

Mazhab Kalam selanjutnya, seperti Kullabiyah, [[Asy'ariyah]], dan [[Maturidiyah|Matuiridiyah]], mengembangkan sistem yang akan mempertahankan inti keyakinan Islam sepenuhnya atas dasar rasional, dan terbuka untuk ikut memahami filsafat selain berpegang pada Al-Qur'an dan hadis.<ref name="EncyclopediaofIslam"/> Hal ini berbeda dengan kaum Muktazilah, yang kalamnya lebih mengedepankan akal, sehingga Al-Qur’an dan hadis hanya diterima jika sejalan dengan penafsiran rasionalisme mereka.<ref name=":0">Jeffry R. Halverson, Theology and Creed in Sunni Islam, 2010: p 37. {{ISBN|0230106587}}</ref> [[Mazhab Hambali]] dan pengikut [[Ahmad bin Hanbal]] kebanyakan menghindari kalam dan wacana filsafat, memandangnya sebagai perkara baru, dan hanya membahasnya jika diperlukan.<ref name=":1">{{Cite book|last=Black Macdonald|first=Duncan|date=2008|title=Development of Muslim Theology, Jurisprudence, and Constitutional Theory, Chapter=III|publisher=The Lawbook Exchange, Ltd|isbn=978-1584778585|page=187}}</ref>

== Sebagai disiplin ilmu Islam ==
{{Akidah|Five Pillars}}
Meskipun menuntut ilmu dipandang wajib bagi setiap umat Muslim, kajian kalam dianggap oleh para ulama bukanlah sesuatu yang betul-betul diperlukan dan hanya dikuasai oleh ulama yang berkualifikasi, sehingga sedikit masyarakat umum yang berminat padanya.<ref name="Bennett119">{{Cite book|last=Bennett|first=Clinton|date=2012|title=The Bloomsbury Companion to Islamic Studies|publisher=Bloomsbury Academic|isbn=978-1441127884|page=119}}</ref>

Ulama salaf seperti [[asy-Syafi'i]] berpendapat bahwa perlu ada sejumlah orang yang dilatih ilmu kalam untuk membela dan menyucikan iman, tetapi bisa berubah menjadi kejahatan jika pendapat mereka diketahui oleh banyak orang.<ref name=":1"/>

Senada dengan itu, [[al-Ghazali]] berpandangan bahwa ilmu kalam bukanlah tugas pribadi umat Islam melainkan tugas kolektif. Seperti halnya asy-Syafi'i, al-Ghazali melarang masyarakat untuk mempelajarinya dan hanya orang-orang yang paling mampu yang dapat melakukannya.<ref name="Bennett119" />

Meskipun ilmu kalam mendominasi tradisi intelektual dalam Islam, beberapa ulama mengkritik penggunaannya. Misalnya, ulama [[Sufisme|Sufi]] mazhab [[Mazhab Hambali|Hambali]], Khwaja Abdullah Ansari menulis sebuah kritik penggunaan kalam dalam risalah berjudul ''Dzamm al-Kalam,'' sedangkan ulama hadis Syafi'i [[Abubakar Ahmad al-Baihaqi|Al-Baihaqi]] menyetujuinya dalam pemahaman yang benar.<ref name=":0" />

== Mazhab ilmu kalam utama ==
[[Berkas:Saeed_Fouda_2.jpg|ka|jmpl|250x250px| Sa'id Foudah, ulama kalam [[Asy'ariyah|Asy'ari]] kontemporer.]]

=== Sunni ===

* [[Asy'ariyah]]
* [[Maturidiyah]]

=== Syiah ===

* Imamah Dua Belas Imam
* Ismailiyah
** Nizariyah
** Musta'liyah
*** Hafizhiyah
*** Thayyibiyah

=== Ibadi ===

* [[Ibadi]]

=== Lain-lain ===

* [[Muktazilah]]
* [[Jahmiyah]]
* [[Qadariyah]]

== Lihat pula ==
{{Columns-list|* [[Fiqh al-Akbar]]
* [[Apologetika]]
* [[Kalam Yahudi]]
* [[Logika dalam filsafat Islam]]
* [[Mihnah]]
* [[Qadar]]
* [[Skolatisisme]]
* [[Tauhid]]}}


== Referensi ==
== Referensi ==
{{Reflist}}
<references />{{topik Islam}}

{{islam-stub}}
== Daftar pustaka ==
 {{refbegin}}
*{{cite journal|date=December 2019|title=al-Māturīdī and Atomism (İmam Mâtüridî ve Atomculuk)|url=https://dergipark.org.tr/tr/download/article-file/913963|format=PDF|journal=ULUM: Journal of Religious Inquiries|location=[[Ankara]]|publisher=ULUM İslami İlimler Eğitim ve Araştırma Merkezi|volume=2|issue=2|pages=223–264|doi=10.5281/zenodo.3601654|archive-url=https://web.archive.org/web/20201127235117/https://dergipark.org.tr/tr/download/article-file/913963|archive-date=27 November 2020|access-date=19 January 2022|author-last=Bulğen|author-first=Mehmet|url-status=live|eissn=2645-9132}}
*{{cite book|author-last=Caspar|author-first=Robert|year=1998|title=A Historical Introduction to Islamic Theology: Muḥammad and the Classical Period|location=[[Rome]]|publisher=[[Pontifical Institute of Arab and Islamic Studies]]|isbn=9788885907102|series=Studi arabo-islamici del PISAI|volume=11|oclc=42577199}}
*{{cite book|author-last=Halverson|author-first=Jeffry R.|year=2010|title=Theology and Creed in Sunni Islam: The Muslim Brotherhood, Ash'arism, and Political Sunnism|location=[[New York City|New York]]|publisher=[[Palgrave Macmillan]]|isbn=978-0-230-10658-1|pages=12–31|chapter=The Doctrines of Sunni Theology|doi=10.1057/9780230106581_2|chapter-url=https://books.google.com/books?id=IYzGAAAAQBAJ&pg=PA12}}
*{{cite book|author-last=Kars|author-first=Aydogan|year=2019|url=https://books.google.com/books?id=ANqUDwAAQBAJ|title=Unsaying God: Negative Theology in Medieval Islam|location=[[Oxford]] and [[New York City|New York]]|publisher=[[Oxford University Press]]|isbn=9780190942458|doi=10.1093/oso/9780190942458.001.0001|lccn=2018048099|oclc=1147875085}}
*{{cite book|year=2016|title=Al-Ṣāḥib Ibn ʿAbbād Promoter of Rational Theology|location=[[Leiden]] and [[Boston]]|publisher=[[Brill Publishers]]|isbn=978-90-04-32373-5|editor1-last=Madelung|editor1-first=Wilferd|editor1-link=Wilferd Madelung|series=Islamic History and Civilization|volume=132|pages=i–102|chapter=Al-Ṣāḥib Ibn ʿAbbād, Promoter of Rational Theology: Two Muʿtazilī kalām texts from the Cairo Geniza|doi=10.1163/9789004323735_001|issn=0929-2403|oclc=952470870|editor2-last=Schmidtke|editor2-first=Sabine|editor2-link=Sabine Schmidtke|chapter-url=https://books.google.com/books?id=ONM6DQAAQBAJ}}
*{{cite book|author-last=el-Omari|author-first=Racha|year=2016|url=https://books.google.com/books?id=9nwJDAAAQBAJ|title=The Theology of Abū l-Qāsim al-Balkhī/al-Kaʿbī (d. 319/931)|location=[[Leiden]] and [[Boston]]|publisher=[[Brill Publishers]]|isbn=978-90-04-25968-3|series=Islamic Philosophy, Theology and Science: Texts and Studies|volume=99|doi=10.1163/9789004259683_001|issn=0169-8729|lccn=2014034960|oclc=1041077026}}
*{{cite book|year=2014|url=https://books.google.com/books?id=AAYlDQAAQBAJ|title=Islamic Theological Themes: A Primary Source Reader|location=[[Berkeley, California|Berkeley]] and [[Oakland, California|Oakland]]|publisher=[[University of California Press]]|isbn=9780520281899|editor-last=Renard|editor-first=John|jstor=10.1525/j.ctt6wqbpp|lccn=2014005897}}
*{{cite book|author-last=Rudolph|author-first=Ulrich|year=2015|url=https://books.google.com/books?id=LwOjBQAAQBAJ|title=Al-Māturīdī and the Development of Sunnī Theology in Samarqand|location=[[Leiden]] and [[Boston]]|publisher=[[Brill Publishers]]|isbn=978-90-04-26184-6|series=Islamic History and Civilization|volume=100|translator-last=Adem|translator-first=Rodrigo|doi=10.1163/9789004261846_001|issn=0929-2403|lccn=2014034960|oclc=900892852}}
*{{cite journal|date=January 2009|title=The Simple Ontology of Kalām Atomism: An Outline|journal=[[Early Science and Medicine]]|location=[[Leiden]] and [[Boston]]|publisher=[[Brill Publishers]]|volume=14|issue=1-3: ''Evidence and Interpretation: Studies on Early Science and Medicine in Honor of John E. Murdoch''|pages=68–78|doi=10.1163/157338209X425506|issn=1573-3823|jstor=20617778|pmid=19831225|author-last=Sabra|author-first=A. I.}}
*{{cite book|year=2021|url=https://books.google.com/books?id=CIs5EAAAQBAJ|title=Early Ibadi Theology: New Material on Rational Thought in Islam from the Pen of al-Fazārī (2nd/8th Century)|location=[[Leiden]] and [[Boston]]|publisher=[[Brill Publishers]]|isbn=978-90-04-45957-1|editor-last=al-Salimi|editor-first=Abdulrahman|series=Islamic History and Civilization|volume=182|doi=10.1163/9789004459571|issn=0929-2403|oclc=1256592318|s2cid=243595906}}
*{{cite journal|date=December 2018|title=Recent Scholarship in the Field of ''kalām''|journal=[[Studia Islamica]]|location=[[Leiden]] and [[Boston]]|publisher=[[Brill Publishers]]|volume=113|issue=2|pages=223–243|doi=10.1163/19585705-12341378|issn=1958-5705|author-last=Thiele|author-first=Jan|hdl=10261/173270|s2cid=159335485}}
{{refend}}

== Bacaan lebih lanjut ==

* {{Cite book|last=Brown|first=Daniel W.|date=1996|url=https://www.scribd.com/document/116836545/Rethinking-Traditions-in-Modern-Islamic-Thought-Daniel-w-Brown|title=Rethinking tradition in modern Islamic thought|publisher=Cambridge University Press|isbn=0521570778|ref=DWBRTMIT1996|access-date=10 May 2018}}
* Eissa, Mohamed. [https://www.gorgiaspress.com/theology-and-legal-theory-in-the-fiftheleventh-century ''The Jurist and the Theologian: Speculative Theology in Shāfiʿī Legal Theory'']. Gorgias Press: Piscataway, NJ, 2017. {{ISBN|978-1-4632-0618-5}}[[ISBN (identifier)|ISBN]]&nbsp;[[Special:BookSources/978-1-4632-0618-5|978-1-4632-0618-5]].
* Wolfson, Harry Austryn, ''The Philosophy of the Kalam,'' Harvard University Press, 1976, 779 pages, {{ISBN|978-0-674-66580-4}}, [https://books.google.com/books?id=fuv8J-g7EdAC Google Books], [[iarchive:ThePhilosophyOfKalam|text at archive.org]]

== Pranala luar ==


* [http://masud.co.uk/kalam-and-islam/ Kalam and Islam by Sheikh Nuh Keller]
* [http://www.livingislam.org/k/ki_e.html Kalam and Islam], Living Islam
* [https://www.encyclopedie-humanisme.com/?Islamic-Kal%C4%81m Islamic Kalām: Rational Expressions of Medieval Theological Thought], Encyclopedia of Mediterranean Humanism
{{Topik Islam|collapsed}}
[[Kategori:Kata dan frasa Arab]]
[[Kategori:Istilah Islam]]
[[Kategori:Istilah Islam]]
[[Kategori:Filsafat Islam]]
[[Kategori:Ilmu kalam| ]]
[[Kategori:Teologi Islam]]

Revisi terkini sejak 27 September 2023 04.31

Ilmu kalam (bahasa Arab: عِلْم الكَلام, translit. ʿIlm al-kalām, har. 'ilmu wacana'),[1] terkadang disebut "teologi skolastik" atau "teologi spekulatif", secara umum, adalah studi penggunaan pendekatan filsafat dalam menjelaskan akidah Islam.[2] Ilmu ini lahir dari kebutuhan untuk menegakkan dan mempertahankan prinsip-prinsip iman terhadap keraguan filsafat.[3][4] Namun, ilmu ini semakin dipertanyakan oleh para ulama yang berupaya menunjukkan bahwa kalam sebenarnya adalah demonstrativa, bukan dialektika, dan selalu kreatif secara intelektual.[5] Perlu dicatat bahwa definisi Ilmu Kalam telah berubah tergantung pada waktu dan konteks serta oleh siapa digunakan. [3]

Kata bahasa Arab Kalām berarti "ucapan" atau "perkataan". Ada banyak dugaan mengapa disiplin ini awalnya disebut demikian; salah satu kontroversi terbesar dalam disiplin ini, pada abad kedua dan ketiga Hijrah, adalah mengenai apakah Al-Qur'an, sebagai Firman Allah, merupakan sifat abadi Tuhan dan oleh karena itu tidak diciptakan, atau diciptakan dalam wujud tulisan dan bunyi.[3][6] Seorang ulama dalam bidang ini disebut sebagai mutakallim (jamak: mutakallimūn), dan peran ini dibedakan dari peran para filsuf, fakih, dan ulama ushulfikih.[7]

Asal usul

[sunting | sunting sumber]

Semenjak berdirinya Kekhalifahan Abbasiyah (750–1258 M), ilmu kalam muncul sebagai "upaya untuk mengatasi" banyak "persoalan rumit" di awal sejarah Islam, menurut sejarawan Majid Fakhry.[8] Salah satunya adalah bagaimana membantah argumen-argumen yang “ditujukan pada Islam oleh orang-orang kafir, Nasrani, dan Yahudi”.[8] Hal lainnya adalah bagaimana menghadapi (apa yang oleh sebagian orang dianggap sebagai konflik antara) takdir orang-orang berdosa di Neraka di satu sisi dan "keadilan ilahi" di sisi lain. Ilmu kalam juga berusaha melakukan "upaya mengharmoniskan konflik penafsiran wahyu ilahi Al-Qur'an dan Hadis".[8]

Ahli Kalam

[sunting | sunting sumber]

Pada awal Islam, Ahlul-Kalām (ahli kalam) dahulu merujuk kepada Muktazilah, beserta mazhab kecil lainnya. Sejarawan Daniel W. Brown menggambarkan ahli kalam sebagai salah satu dari tiga kelompok penting yang terlibat dalam perselisihan polemik mengenai sumber hukum Islam selama abad kedua Islam—dengan Ahlur-Ra'yi dan Ahlul-Hadits adalah dua kelompok lainnya. Ahlul-Kalām setuju dengan Ahlul-Hadits bahwa teladan nabi Islam Muhammad adalah otoritatif, tetapi mereka tidak meyakininya sebagai wahyu ilahi, sebuah status yang hanya dimiliki oleh Al-Quran (menurut pandangan mereka).[9] Mereka juga menolak otoritas hadis dengan alasan bahwa kumpulan hadis itu "penuh dengan riwayat yang kontradiktif dan tidak masuk akal", dan bahwa dalam sebuah fikih, keraguan sekecil apa pun terhadap suatu sumber sudah terlalu berlebihan.[10] Dengan demikian, mereka meyakini apa yang diwariskan Muhammad dapat ditemukan di suatu tempat, yaitu dalam sunnah yang terpisah dari hadis. Ahlul-Hadits lebih unggul daripada Ahlul-Kalām (dan umat Islam, atau setidaknya umat Islam arus utama, kini mengakui otoritas hadis), dan sebagian besar argumen mereka berasal dari tulisan-tulisan lawan mereka, seperti Imam Syafi'i.[10] Brown juga menggambarkan Muktazilah sebagai "ahlul-Kalām yang belakangan", yang menunjukkan bahwa ahl al-Kalām adalah cikal bakal kaum Muktazilah.[11]

Mazhab Kalam selanjutnya, seperti Kullabiyah, Asy'ariyah, dan Matuiridiyah, mengembangkan sistem yang akan mempertahankan inti keyakinan Islam sepenuhnya atas dasar rasional, dan terbuka untuk ikut memahami filsafat selain berpegang pada Al-Qur'an dan hadis.[6] Hal ini berbeda dengan kaum Muktazilah, yang kalamnya lebih mengedepankan akal, sehingga Al-Qur’an dan hadis hanya diterima jika sejalan dengan penafsiran rasionalisme mereka.[12] Mazhab Hambali dan pengikut Ahmad bin Hanbal kebanyakan menghindari kalam dan wacana filsafat, memandangnya sebagai perkara baru, dan hanya membahasnya jika diperlukan.[13]

Sebagai disiplin ilmu Islam

[sunting | sunting sumber]

Meskipun menuntut ilmu dipandang wajib bagi setiap umat Muslim, kajian kalam dianggap oleh para ulama bukanlah sesuatu yang betul-betul diperlukan dan hanya dikuasai oleh ulama yang berkualifikasi, sehingga sedikit masyarakat umum yang berminat padanya.[14]

Ulama salaf seperti asy-Syafi'i berpendapat bahwa perlu ada sejumlah orang yang dilatih ilmu kalam untuk membela dan menyucikan iman, tetapi bisa berubah menjadi kejahatan jika pendapat mereka diketahui oleh banyak orang.[13]

Senada dengan itu, al-Ghazali berpandangan bahwa ilmu kalam bukanlah tugas pribadi umat Islam melainkan tugas kolektif. Seperti halnya asy-Syafi'i, al-Ghazali melarang masyarakat untuk mempelajarinya dan hanya orang-orang yang paling mampu yang dapat melakukannya.[14]

Meskipun ilmu kalam mendominasi tradisi intelektual dalam Islam, beberapa ulama mengkritik penggunaannya. Misalnya, ulama Sufi mazhab Hambali, Khwaja Abdullah Ansari menulis sebuah kritik penggunaan kalam dalam risalah berjudul Dzamm al-Kalam, sedangkan ulama hadis Syafi'i Al-Baihaqi menyetujuinya dalam pemahaman yang benar.[12]

Mazhab ilmu kalam utama

[sunting | sunting sumber]
Sa'id Foudah, ulama kalam Asy'ari kontemporer.
  • Imamah Dua Belas Imam
  • Ismailiyah
    • Nizariyah
    • Musta'liyah
      • Hafizhiyah
      • Thayyibiyah

Lain-lain

[sunting | sunting sumber]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Abdel-Haleem, M. A. S. (2008). "Part I: Historical perspectives - Qur'an and hadith". Dalam Winter, Timothy. The Cambridge Companion to Classical Islamic Theology. Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 19–32. doi:10.1017/CCOL9780521780582.002. ISBN 9781139001816. 
  2. ^ Mutahhari, Murtada; Qara'i, 'Ali Quli (translator). "An Introduction to 'Ilm al-Kalam". muslimphilosophy. Diakses tanggal 29 March 2018. 
  3. ^ a b c  • Treiger, Alexander (2016) [2014]. "Part I: Islamic Theologies during the Formative and the Early Middle period - Origins of Kalām". Dalam Schmidtke, Sabine. The Oxford Handbook of Islamic Theology. Oxford and New York: Oxford University Press. hlm. 27–43. doi:10.1093/oxfordhb/9780199696703.013.001. ISBN 9780199696703. LCCN 2016935488. 

     • Abrahamov, Binyamin (2016) [2014]. "Part I: Islamic Theologies during the Formative and the Early Middle period - Scripturalist and Traditionalist Theology". Dalam Schmidtke, Sabine. The Oxford Handbook of Islamic Theology. Oxford and New York: Oxford University Press. hlm. 264–279. doi:10.1093/oxfordhb/9780199696703.013.025. ISBN 9780199696703. LCCN 2016935488. 
  4. ^ Madeleine Pelner Cosman, Linda Gale Jones, Handbook to Life in the Medieval World, p. 391. ISBN 1438109075
  5. ^ Shihadeh, Ayman; Thiele, Jan (2020-05-06). Philosophical Theology in Islam: Later Ashʿarism East and West (dalam bahasa Inggris). Brill. hlm. 299. doi:10.1163/9789004426610. ISBN 978-90-04-42661-0. 
  6. ^ a b Lewis, B.; van Donzel, E. J.; Heinrichs; Bosworth, Clifford Edmund Bosworth, ed. (1978). Encyclopaedia of Islam, Second Edition. 4. Brill Publishers. doi:10.1163/1573-3912_islam_COM_0421. ISBN 978-90-04-16121-4. 
  7. ^ Clinton Bennett, The Bloomsbury Companion to Islamic Studies, p. 119. ISBN 1441127887.
  8. ^ a b c Fakhry, Majid (1983). A History of Islamic Philosophy (edisi ke-second). New York: Columbia University Press. hlm. xvii–xviii. 
  9. ^ Brown, Rethinking tradition in modern Islamic thought, 1996: p.51
  10. ^ a b Brown, Rethinking tradition in modern Islamic thought, 1996: p.13-5
  11. ^ Brown, Rethinking tradition in modern Islamic thought, 1996: p.15
  12. ^ a b Jeffry R. Halverson, Theology and Creed in Sunni Islam, 2010: p 37. ISBN 0230106587
  13. ^ a b Black Macdonald, Duncan (2008). Development of Muslim Theology, Jurisprudence, and Constitutional Theory, Chapter=III. The Lawbook Exchange, Ltd. hlm. 187. ISBN 978-1584778585. 
  14. ^ a b Bennett, Clinton (2012). The Bloomsbury Companion to Islamic Studies. Bloomsbury Academic. hlm. 119. ISBN 978-1441127884. 

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]

 

Bacaan lebih lanjut

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]