Lompat ke isi

Muhammad Quraish Shihab: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Naval Scene (bicara | kontrib)
k +{{refimprove}}, artikel panjang sekali tapi referensinya cuma 3 saja, amat kurang
 
(22 revisi perantara oleh 20 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{refimprove}}
{{infobox officeholder
{{infobox officeholder
| name = Habib Muhammad Quraish Shihab
| name = Al-Habib Muhammad Quraish Shihab
| honorific-prefix = <!-- Kolom ini hanya untuk gelar kenegaraan/kehormatan (bukan gelar akademis/keagamaan/pangkat) -->
| honorific-prefix = [[Profesor|Prof.]] [[Doktor|Dr.]] [[Anregurutta|AG.]] [[Kiai|K.]][[Haji (gelar)|H.]]
| honorific-suffix = <!-- Kolom ini hanya untuk gelar kenegaraan/kehormatan (bukan gelar akademis) -->
| native_name = محمّد قريش شهاب
| honorific-suffix = [[Sarjana|Lc.]], [[Magister|M.A.]]
| image = Muhammad Quraish Shihab.jpg
| image = Muhammad Quraish Shihab.jpg
| imagesize =
| imagesize =
Baris 24: Baris 24:
| death_date =
| death_date =
| death_place =
| death_place =
| nationality = Indonesia
| nationality = <!-- Kolom ini hanya untuk warga negara asing -->
| party =
| party =
| spouse = {{marriage|Fatmawati Assegaf|2 Februari 1975}}
| spouse = {{marriage|Fatmawati Assegaf|2 February 1975}}
| relations = [[Nur Shihab]] (kakak)<br> [[Ali Shihab]] (kakak)<br> [[Umar Shihab]] (kakak)<br>[[Wardah Shihab]] (adik)<br> [[Alwi Shihab]] (adik)<br> [[Nina Shihab]] (adik)<br> [[Ahmad Nizar Shihab]] (adik)<br> [[Abdul Mutalib]] (adik)<br>[[Salwa Shihab]] (adik)<br> [[Ulfa Shihab]] dan [[Latifah Shihab]] (adik kembar)
| relations = <!-- Nama kerabat; termasuk hanya jika subjek secara independen sudah terkenal atau sangat relevan; bila ada rujukan/referensi, uraikan pada artikel; -->{{ubl|[[Umar Shihab]] (kakak)|[[Alwi Shihab]] (adik)|[[Ahmad Nizar Shihab]] (adik)}}
| children = <!-- Kolom ini diisi hanya jumlah anak; hanya nama anak yang secara independen sudah terkenal atau telah memiliki artikelnya di Wikipedia; bila ada rujukan/referensi, uraikan dan tulis pada artikel -->5, termasuk [[Najelaa Shihab]] dan [[Najwa Shihab]]
| children = [[Najelaa Shihab]]<br>[[Najwa Shihab]]<br>[[Nasywa Shihab]]<br>[[Ahmad Shihab]]<br>[[Nahla Shihab]]
| parents = {{plainlist|
| parents = {{plainlist|
* [[Abdurrahman Shihab]] (ayah)
* [[Abdurrahman Shihab]] (ayah)
Baris 35: Baris 35:
| alma_mater = [[Universitas Al-Azhar]]
| alma_mater = [[Universitas Al-Azhar]]
| occupation =
| occupation =
| profession = Pemuka agama, cendekiawan
| profession = {{hlist|Pemuka agama|Cendekiawan}}
| website = {{url|http://www.quraishshihab.com}}
| website = {{url|http://www.quraishshihab.com}}
}}
}}


'''Muhammad Quraish Shihab''' ({{lang-ar|محمّد قريش شهاب}}‎‎, {{lahirmati||16|2|1944}}) adalah cendekiawan ilmu [[Al Qur'an]] dan mantan [[Menteri Agama Indonesia]] pada [[Kabinet Pembangunan VII]] (1998).
[[Profesor|Prof.]] [[Doktor|Dr.]] [[Anregurutta|AG.]] [[Kiai|K.]][[Haji (gelar)|H.]] [[Al-Habib]] '''Muhammad Quraish Shihab''', [[Sarjana|Lc.]], [[Magister|M.A.]] ({{lahirmati||16|2|1944}}) adalah cendekiawan ilmu [[Al Qur'an]] dan mantan [[Menteri Agama Indonesia]] pada [[Kabinet Pembangunan VII]] (1998).


== Karier ==
== Sejarah ==
Nama lengkapnya Muhammad Quraish Shihab, biasa dipanggil Pak Quraish Shihab. Ia lahir di [[Rappang]], [[Kabupaten Sidenreng Rappang]], [[Sulawesi Selatan]], pada 6 Februari 1944 dari pasangan Abdurrahman Shihab dan Asma Aburisyi. Quraish adalah anak keempat dari 12 bersaudara.
Nama lengkapnya Muhammad Quraish Shihab, biasa dipanggil Pak Quraish Shihab. Ia lahir di [[Rappang]], [[Kabupaten Sidenreng Rappang]], [[Sulawesi Selatan]], pada 6 Februari 1944 dari pasangan Abdurrahman Shihab dan Asma Aburisyi. Quraish adalah anak keempat dari 12 bersaudara.


Ia menikah dengan Fatmawaty Assegaf pada 2 Februari 1975 di Solo. Pasangan ini dikaruniai lima orang anak; Najelaa Shihab, [[Najwa Shihab]], Nasywa Shihab, Ahmad Shihab, dan Nahla Shihab. Ia berasal dari keluarga keturunan [[Suku Quraisy|Arab Quraisy]]-[[Suku Bugis|Bugis]], yang merupakan keturunan [[Muhammad|Nabi Muhammad]] dari marga Shihab, yang terpelajar.
Ia menikah dengan Fatmawaty Assegaf pada 2 Februari 1975 di Solo. Pasangan ini dikaruniai lima orang anak; [[Najelaa Shihab]], [[Najwa Shihab]], Nasywa Shihab, Ahmad Shihab, dan Nahla Shihab. Ia berasal dari keluarga keturunan [[Suku Quraisy|Arab Quraisy]]-[[Suku Bugis|Bugis]], yang merupakan keturunan [[Muhammad|Nabi Muhammad]] dari marga Shihab, yang terpelajar.


Ayahnya, Abdurrahman Shihab adalah seorang ulama dan guru besar dalam bidang tafsir. Abdurrahman Shihab dipandang sebagai salah seorang ulama, pengusaha, dan politikus yang memiliki reputasi baik di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan. Kontribusinya dalam bidang pendidikan terbukti dari usahanya membina dua perguruan tinggi di [[Ujungpandang]], yaitu [[Universitas Muslim Indonesia]] (UMI), sebuah perguruan tinggi swasta terbesar di kawasan Indonesia bagian timur, dan [[Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar|IAIN Alauddin Ujungpandang]]. Ia juga tercatat sebagai rektor pada kedua perguruan tinggi tersebut: UMI 1959-1965 dan IAIN 1972–1977.
Ayahnya, [[Abdurrahman Shihab]] adalah seorang ulama dan guru besar dalam bidang tafsir. Abdurrahman Shihab dipandang sebagai salah seorang ulama, pengusaha, dan politikus yang memiliki reputasi baik di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan. Kontribusinya dalam bidang pendidikan terbukti dari usahanya membina dua perguruan tinggi di [[Makassar|Ujungpandang]], yaitu [[Universitas Muslim Indonesia]] (UMI), sebuah perguruan tinggi swasta terbesar di kawasan Indonesia bagian timur, dan [[Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar|IAIN Alauddin Ujungpandang]]. Ia juga tercatat sebagai rektor pada kedua perguruan tinggi tersebut: UMI 1959-1965 dan IAIN 1972–1977.


Sebagai seorang yang berpikiran progresif, Abdurrahman percaya bahwa pendidikan adalah merupakan agen perubahan. Sikap dan pandangannya yang demikian maju itu dapat dilihat dari latar belakang pendidikannya, yaitu Jami’atul Khair, sebuah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Murid-murid yang belajar di lembaga ini diajari tentang gagasan-gagasan pembaruan gerakan dan pemikiran Islam. Hal ini terjadi karena lembaga ini memiliki hubungan yang erat dengan sumber-sumber pembaruan di Timur Tengah seperti Hadramaut, Haramaian dan Mesir. Banyak guru-guru yang didatangkan ke lembaga tersebut, di antaranya Syaikh Ahmad Soorkati yang berasal dari Sudan, Afrika.
Sebagai seorang yang berpikiran progresif, Abdurrahman percaya bahwa pendidikan adalah merupakan agen perubahan. Sikap dan pandangannya yang demikian maju itu dapat dilihat dari latar belakang pendidikannya, yaitu [[Jamiat Kheir|Jami’atul Khair]], sebuah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Murid-murid yang belajar di lembaga ini diajari tentang gagasan-gagasan pembaruan gerakan dan pemikiran Islam. Hal ini terjadi karena lembaga ini memiliki hubungan yang erat dengan sumber-sumber pembaruan di Timur Tengah seperti Hadramaut, Haramaian dan Mesir. Banyak guru-guru yang didatangkan ke lembaga tersebut, di antaranya Syaikh Ahmad Soorkati yang berasal dari Sudan, Afrika.


Sebagai putra dari seorang guru besar, Quraish Shihab mendapatkan motivasi awal dan benih kecintaan terhadap bidang studi tafsir dari ayahnya yang sering mengajak anak-anaknya duduk bersama setelah magrib. Pada saat-saat seperti inilah sang ayah menyampaikan nasihatnya yang kebanyakan berupa ayat-ayat al-Qur'an. Quraish kecil telah menjalani pergumulan dan kecintaan terhadap al-Qur’an sejak umur 6-7 tahun. Ia harus mengikuti pengajian al-Qur’an yang diadakan oleh ayahnya sendiri. Selain menyuruh membaca al-Qur’an, ayahnya juga menguraikan secara sepintas kisah-kisah dalam al-Qur’an. Di sinilah, benih-benih kecintaannya kepada al-Qur’an mulai tumbuh.[2]
Sebagai putra dari seorang guru besar, Quraish Shihab mendapatkan motivasi awal dan benih kecintaan terhadap bidang studi tafsir dari ayahnya yang sering mengajak anak-anaknya duduk bersama setelah magrib. Pada saat-saat seperti inilah sang ayah menyampaikan nasihatnya yang kebanyakan berupa ayat-ayat Al-Qur'an. Quraish kecil telah menjalani pergumulan dan kecintaan terhadap al-Qur’an sejak umur 6-7 tahun. Ia harus mengikuti pengajian Al-Qur’an yang diadakan oleh ayahnya sendiri. Selain menyuruh membaca Al-Qur’an, ayahnya juga menguraikan secara sepintas kisah-kisah dalam Al-Qur’an. Di sinilah, benih-benih kecintaannya kepada al-Qur’an mulai tumbuh.[2]


Pendidikan formalnya di Makassar dimulai dari sekolah dasar sampai kelas 2 SMP. Pada tahun 1956, ia di kirim ke kota Malang untuk “nyantri” di Pondok Pesantren Darul Hadis al-Faqihiyah. Karena ketekunannya belajar di pesantren, 2 tahun berikutnya ia sudah mahir berbahasa arab. Melihat bakat bahasa arab yg dimilikinya, dan ketekunannya untuk mendalami studi keislamannya, Quraish beserta adiknya Alwi Shihab dikirim oleh ayahnya ke al-Azhar Cairo melalui beasiswa dari Provinsi Sulawesi, pada tahun 1958 dan diterima di kelas dua I'dadiyah Al Azhar (setingkat SMP/Tsanawiyah di Indonesia) sampai menyelasaikan tsanawiyah Al Azhar. Setelah itu, ia melanjutkan studinya ke [[Universitas Al-Azhar|Universitas al-Azhar]] pada Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir dan Hadits. Pada tahun 1967 ia meraih gelar LC. Dua tahun kemudian (1969), Quraish Shihab berhasil meraih gelar M.A. pada jurusan yang sama dengan tesis berjudul “al-I’jaz at-Tasryri’i al-Qur'an al-Karim (kemukjizatan al-Qur'an al-Karim dari Segi Hukum)”. Pada tahun 1973 ia dipanggil pulang ke Makassar oleh ayahnya yang ketika itu menjabat rektor, untuk membantu mengelola pendidikan di IAIN Alauddin. Ia menjadi wakil rektor bidang akademis dan kemahasiswaan sampai tahun 1980. Di samping mendududki jabatan resmi itu, ia juga sering mewakili ayahnya yang uzur karena usia dalam menjalankan tugas-tugas pokok tertentu. Berturut-turut setelah itu, Quraish Shihab diserahi berbagai jabatan, seperti koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII Indonesia bagian timur, pembantu pimpinan kepolisian Indonesia Timur dalam bidang pembinaan mental, dan sederetan jabatan lainnya di luar kampus. Di celah-celah kesibukannya ia masih sempat merampungkan beberapa tugas penelitian, antara lain Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia (1975) dan Masalah Wakaf Sulawesi Selatan (1978).
Pendidikan formalnya di Makassar dimulai dari sekolah dasar sampai kelas 2 SMP. Pada tahun 1956, ia di kirim ke kota Malang untuk “nyantri” di Pondok Pesantren Darul Hadis al-Faqihiyah. Karena ketekunannya belajar di pesantren, 2 tahun berikutnya ia sudah mahir berbahasa arab. Melihat bakat bahasa arab yg dimilikinya, dan ketekunannya untuk mendalami studi keislamannya, Quraish beserta adiknya Alwi Shihab dikirim oleh ayahnya ke Universitas Al-Azhar, Cairo melalui beasiswa dari Provinsi Sulawesi Selatan, pada tahun 1958 dan diterima di kelas dua I'dadiyah Al Azhar (setingkat SMP/Tsanawiyah di Indonesia) sampai menyelesaikan Tsanawiyah Al Azhar. Setelah itu, ia melanjutkan studinya ke [[Universitas Al-Azhar|Universitas al-Azhar]] pada Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir dan Hadits. Pada tahun 1967 ia meraih gelar LC. Dua tahun kemudian (1969), Quraish Shihab berhasil meraih gelar M.A. pada jurusan yang sama dengan tesis berjudul “al-I’jaz at-Tasryri’i al-Qur'an al-Karim (kemukjizatan al-Qur'an al-Karim dari Segi Hukum)”. Pada tahun 1973 ia dipanggil pulang ke Makassar oleh ayahnya yang ketika itu menjabat rektor, untuk membantu mengelola pendidikan di IAIN Alauddin. Ia menjadi wakil rektor bidang akademis dan kemahasiswaan sampai tahun 1980. Di samping mendududki jabatan resmi itu, ia juga sering mewakili ayahnya yang uzur karena usia dalam menjalankan tugas-tugas pokok tertentu. Berturut-turut setelah itu, Quraish Shihab diserahi berbagai jabatan, seperti koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII Indonesia bagian timur, pembantu pimpinan kepolisian Indonesia Timur dalam bidang pembinaan mental, dan sederetan jabatan lainnya di luar kampus. Di sela-sela kesibukannya, ia masih sempat merampungkan beberapa tugas penelitian, antara lain Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia (1975) dan Masalah Wakaf Sulawesi Selatan (1978).


Untuk mewujudkan cita-citanya, ia mendalami studi tafsir, pada 1980 Quraish Shihab kembali menuntut ilmu ke almamaternya, al-Azhar Cairo, mengambil spesialisasi dalam studi tafsir al-Qur'an. Ia hanya memerlukan waktu dua tahun untuk meraih gelar doktor dalam bidang ini. Disertasinya yang berjudul “Nazm ad-Durar li al-Biqa’i Tahqiq wa Dirasah (Suatu Kajian dan analisis terhadap keotentikan Kitab Nazm ad-Durar karya al-Biqa’i)” berhasil dipertahankannya dengan predikat dengan predikat penghargaan Mumtaz Ma’a Martabah asy-Syaraf al-Ula (summa cum laude).
Untuk mewujudkan cita-citanya mendalami studi tafsir, pada 1980 Quraish Shihab kembali menuntut ilmu ke almamaternya, al-Azhar Cairo, mengambil spesialisasi dalam studi tafsir al-Qur'an. Ia hanya memerlukan waktu dua tahun untuk meraih gelar doktor dalam bidang ini. Disertasinya yang berjudul “Nazm ad-Durar li al-Biqa’i Tahqiq wa Dirasah (Suatu Kajian dan analisis terhadap keotentikan Kitab Nazm ad-Durar karya al-Biqa’i)” berhasil dipertahankannya dengan predikat penghargaan Mumtaz Ma’a Martabah asy-Syaraf al-Ula (summa cum laude).


Pendidikan tingginya yang kebanyakan ditempuh di Timur Tengah, Al-Azhar, Cairo ini, oleh Howard M. Federspiel dianggap sebagai seorang yang unik bagi Indonesia pada saat di mana sebagian pendidikan pada tingkat itu diselesaikan di Barat. Mengenai hal ini ia mengatakan sebagai berikut: "Ketika meneliti biografinya, saya menemukan bahwa ia berasal dari Sulawesi Selatan, terdidik di pesantren, dan menerima pendidikan ting¬ginya di Mesir pada Universitas Al-Azhar, di mana ia mene¬rima gelar M.A dan Ph.D-nya. Ini menjadikan ia terdidik lebih baik dibandingkan dengan hampir semua pengarang lainnya yang terdapat dalam Popular Indonesian Literature of the Quran, dan lebih dari itu, tingkat pendidikan tingginya di Timur Tengah seperti itu menjadikan ia unik bagi Indonesia pada saat di mana sebagian pendidikan pada tingkat itu diselesaikan di Barat. Dia juga mempunyai karier mengajar yang penting di IAIN Makassar dan Jakarta dan kini, bahkan, ia menjabat sebagai rektor di IAIN Jakarta. Ini merupakan karier yang sangat menonjol".[3]
Pendidikan tingginya yang kebanyakan ditempuh di Timur Tengah, Al-Azhar, Cairo ini, oleh Howard M. Federspiel dianggap sebagai seorang yang unik bagi Indonesia pada saat di mana sebagian pendidikan pada tingkat itu diselesaikan di Barat. Mengenai hal ini ia mengatakan sebagai berikut: "Ketika meneliti biografinya, saya menemukan bahwa ia berasal dari Sulawesi Selatan, terdidik di pesantren, dan menerima pendidikan tingginya di Mesir pada Universitas Al-Azhar, di mana ia menerima gelar M.A dan Ph.D-nya. Ini menjadikan ia terdidik lebih baik dibandingkan dengan hampir semua pengarang lainnya yang terdapat dalam Popular Indonesian Literature of the Quran, dan lebih dari itu, tingkat pendidikan tingginya di Timur Tengah seperti itu menjadikan ia unik bagi Indonesia pada saat di mana sebagian pendidikan pada tingkat itu diselesaikan di Barat. Dia juga mempunyai karier mengajar yang penting di IAIN Makassar dan Jakarta dan kini, bahkan, ia menjabat sebagai rektor di IAIN Jakarta. Ini merupakan karier yang sangat menonjol".[3]


Tahun 1984 adalah babak baru tahap kedua bagi Quraish Shihab untuk melanjutkan kariernya. Untuk itu ia pindah tugas dari IAIN Makassar ke Fakultas Ushuluddin di IAIN Jakarta. Di sini ia aktif mengajar bidang Tafsir dan Ulum Al-Quran di Program S1, S2 dan S3 sampai tahun 1998. Di samping melaksanakan tugas pokoknya sebagai dosen, ia juga dipercaya menduduki jabatan sebagai Rektor IAIN Jakarta selama dua periode (1992-1996 dan 1997-1998). Setelah itu ia dipercaya menduduki jabatan sebagai Menteri Agama selama kurang lebih dua bulan pada awal tahun 1998, hingga kemudian dia diangkat sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk negara Republik Arab Mesir merangkap negara Republik Djibouti berkedudukan di Kairo.
Tahun 1984 adalah babak baru tahap kedua bagi Quraish Shihab untuk melanjutkan kariernya. Untuk itu ia pindah tugas dari IAIN Makassar ke Fakultas Ushuluddin di IAIN Jakarta. Di sini ia aktif mengajar bidang Tafsir dan Ulum Al-Quran di Program S1, S2 dan S3 sampai tahun 1998. Di samping melaksanakan tugas pokoknya sebagai dosen, ia juga dipercaya menduduki jabatan sebagai Rektor IAIN Jakarta selama dua periode (1992-1996 dan 1997-1998). Setelah itu ia dipercaya menduduki jabatan sebagai Menteri Agama selama kurang lebih dua bulan pada awal tahun 1998, hingga kemudian dia diangkat sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk negara Republik Arab Mesir merangkap negara Republik Djibouti berkedudukan di Kairo.
Baris 71: Baris 71:


Nama Quraish Shihab masuk dalam daftar '500 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia'. Dalam situs [http://themuslim500.com/ themuslim500.com] namanya tertuang berkat jasa-jasanya dalam mengembangkan ilmu keislaman dalam beragam kegiatan. Karya dengan konteks yang aktual serta bahasa yang mudah dipahami, namanya melesat sebagai akademisi yang progresif mengembangkan ilmu al-Qur'an.
Nama Quraish Shihab masuk dalam daftar '500 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia'. Dalam situs [http://themuslim500.com/ themuslim500.com] namanya tertuang berkat jasa-jasanya dalam mengembangkan ilmu keislaman dalam beragam kegiatan. Karya dengan konteks yang aktual serta bahasa yang mudah dipahami, namanya melesat sebagai akademisi yang progresif mengembangkan ilmu al-Qur'an.

== Pendidikan ==
{{rapikan}}
{{tanpa rujukan}}
SD sd 2 SMP di Sulsel,

Pesantren Darul Hadis al-Faqihiyah, Malang, Jatim, 1956-1958

Kelas dua I'dadiyah Al-Azhar  Mesir, 1958-1963

S1, Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir dan Hadits, Universitas Al-Azhar, Mesir, 1963-1967

S2, Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir dan Hadits, Universitas Al-Azhar, Mesir, 1967-1969

S3, Studi Tafsir Alquran, Universitas Al-Azhar, Mesir, 1980-1982


== Karier ==
== Karier ==
Baris 94: Baris 79:
# Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII Indonesia Bagian Timur
# Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII Indonesia Bagian Timur
# Pembantu Pimpinan Kepolisian Indonesia Timur dalam Bidang Pembinaan Mental
# Pembantu Pimpinan Kepolisian Indonesia Timur dalam Bidang Pembinaan Mental
# Dosen di Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Pasca-sarjana IAIN (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, tahun 1984
# Dosen di Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Pasca-sarjana IAIN (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, tahun 1984
# Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, sejak tahun 1984
# Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, sejak tahun 1984
# Anggota Lajnah Pentashbih Al-Qur'an Departemen Agama, sejak tahun 1989
# Anggota Lajnah Pentashbih Al-Qur'an Departemen Agama, sejak tahun 1989
Baris 132: Baris 117:
# Hidangan Ilahi, Tafsir Ayat-ayat Tahlili (Jakarta: Lentara Hati, 1999);
# Hidangan Ilahi, Tafsir Ayat-ayat Tahlili (Jakarta: Lentara Hati, 1999);
# Jalan Menuju Keabadian (Jakarta: Lentera Hati, 2000);
# Jalan Menuju Keabadian (Jakarta: Lentera Hati, 2000);
# [[Tafsir Al-Mishbah]]; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur'an (15 Volume, Jakarta: Lentera Hati, 2003);<!-- One of qur’anic scholars who used ta’wīl is Muhammad Quraish Shihab. He is an Indonesian qur’anic commentator. One of his works is ‘Tafsir al-Mishbah’. It can be called as a remarkable work of tafsir. He used the different method of qur’anic interpretation. He has a deep linguistic approach and comprehensive understanding. He also uses an approach of tafsīr bi al-ra’yi that also used the traditional source as well. --><ref>{{Cite journal|last=Junaedi|first=Dedi|date=2017-12-31|title=Konsep dan Penerapan Takwil Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah|url=http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jw/article/view/1645|journal=Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya|volume=2|issue=2|pages=223–236|doi=10.15575/jw.v2i2.1645|issn=2502-3489}}</ref>
# [[Tafsir Al-Mishbah]]; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur'an (15 Volume, Jakarta: Lentera Hati, 2003);
# Menjemput Maut; Bekal Perjalanan Menuju Allah SWT. (Jakarta: Lentera Hati, 2003)
# Menjemput Maut; Bekal Perjalanan Menuju Allah SWT. (Jakarta: Lentera Hati, 2003)
# Jilbab Pakaian Wanita Muslimah; dalam Pandangan Ulama dan Cendekiawan Kontemporer (Jakarta: Lentera Hati, 2004);
# Jilbab Pakaian Wanita Muslimah; dalam Pandangan Ulama dan Cendekiawan Kontemporer (Jakarta: Lentera Hati, 2004);
Baris 177: Baris 162:


dari karya buku-buku yang telah dihasilkan terdapat 6 buah buku yang terdata di Perpustakaan Nasional dengan data sebagai berikut:
dari karya buku-buku yang telah dihasilkan terdapat 6 buah buku yang terdata di Perpustakaan Nasional dengan data sebagai berikut:
1. M. Quraish Shihab menjawab ... ? : pertanyaan anak tentang Islam, editor Abd. Syakur DJ diterbitkan oleh PT. Lentera Hati dengan nomor ISBN: 978-602-7720-19-0.
1. M. Quraish Shihab menjawab ... ? : pertanyaan anak tentang Islam, editor Abd. Syakur DJ diterbitkan oleh PT. Lentera Hati dengan nomor ISBN 978-602-7720-19-0.
2. Lentera Al-Qur'an : kisah dan hikmah kehidupan, diterbitkan PT. Mizan Pustaka dengan nomor ISBN: 978-979-433-821-6 (hard cover.
2. Lentera Al-Qur'an : kisah dan hikmah kehidupan, diterbitkan PT. Mizan Pustaka dengan nomor ISBN 978-979-433-821-6 (hard cover.
3. Membumikan Al-Qur'an : fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan masyarakat, penyunting Ihsan Ali Fauzi, diterbitkan PT. Mizan Pustaka dengan nomor ISBN: 978-979-433-822-3 (hard cover).
3. Membumikan Al-Qur'an : fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan masyarakat, penyunting Ihsan Ali Fauzi, diterbitkan PT. Mizan Pustaka dengan nomor ISBN 978-979-433-822-3 (hard cover).
4. Mukjizat Al-Qur'an : ditinjau dari aspek kebahasaan, isyarat ilmiah, dan pemberitaan gaib, diterbitkan PT. Mizan Pustaka dengan nomor ISBN: 978-979-433-823-0 (hard cover).
4. Mukjizat Al-Qur'an : ditinjau dari aspek kebahasaan, isyarat ilmiah, dan pemberitaan gaib, diterbitkan PT. Mizan Pustaka dengan nomor ISBN 978-979-433-823-0 (hard cover).
5. Secercah cahaya Ilahi hidup bersama Al-Qur'an, penyunting Afif Muhammad dan diterbitkan PT. Mizan Pustaka dengan nomor ISBN: 978-979-433-824-7 (hard cover).
5. Secercah cahaya Ilahi hidup bersama Al-Qur'an, penyunting Afif Muhammad dan diterbitkan PT. Mizan Pustaka dengan nomor ISBN 978-979-433-824-7 (hard cover).
6. Wawasan Al-Qur'an : tafsir tematik atas pelbagai persoalan umat, diterbitkan PT. Mizan Pustaka dengan nomor ISBN: 978-979-433-825-4 (hard cover).<ref>https://isbn.perpusnas.go.id</ref>
6. Wawasan Al-Qur'an : tafsir tematik atas pelbagai persoalan umat, diterbitkan PT. Mizan Pustaka dengan nomor ISBN 978-979-433-825-4 (hard cover).<ref>https://isbn.perpusnas.go.id</ref>


== Penampilan di televisi ==
== Penampilan di televisi ==
Selain menulis, ia juga aktif mengisi program agama Islam di televisi. Beberapa program yang cukup populer antara lain [[Kultum]] ([[RCTI]]), Tafsir Al Mishbah ([[Metro TV]]), Mutiara Hati ([[SCTV]]) dan [[Hikmah Fajar]] ([[RCTI]]) serta [[Memahami Islam]] bersama M. Quraish Shihab ([[MetroTV]])
Selain menulis, ia juga aktif mengisi program agama Islam di televisi. Beberapa program yang cukup populer antara lain [[Kultum]] ([[RCTI]]), Tafsir Al Mishbah ([[Metro TV]]), Mutiara Hati ([[SCTV]]) dan [[Hikmah Fajar]] ([[RCTI]]) serta [[Memahami Islam]] bersama M. Quraish Shihab ([[MetroTV]]), Shihab dan Shihab bersama Putrinya [[Najwa Shihab]] di ([[Indosiar]]).

== Penghargaan ==
=== Dalam Negeri ===
*{{Flag|Indonesia}} :
**[[File:Pita (Ribbon) Bintang Mahaputera Adipradana.png|70px]] [[Bintang Mahaputera Adipradana]] (2005)
=== Luar Negeri ===
*{{Flag|Mesir}} :
**[[File:Order of the Science and Arts - Grand Cordon BAR.jpg|70px]] Grand Cordon of the [[:en:Order of Sciences and Arts|Order of Sciences and Arts]] (2020)<ref>{{Cite web|title=Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kairo, Mesir|url=https://kemlu.go.id/cairo/id|website=Kementerian Luar Negeri Repulik Indonesia|language=id|access-date=2023-06-26}}</ref>

== Referensi ==
{{reflist}}


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
Baris 208: Baris 204:
{{Kotak_selesai}}
{{Kotak_selesai}}


{{DEFAULTSORT:Shihab, Quraish}}
{{Lifetime-Tokoh-Muslim
{{Lifetime-Tokoh-Muslim
|hari_lahir =
|hari_lahir =
Baris 220: Baris 215:
|status_hidup_wafat = HIDUP
|status_hidup_wafat = HIDUP
}}{{Kabinet Pembangunan VII}}{{Menteri Agama Indonesia}}{{Islam di Indonesia}}
}}{{Kabinet Pembangunan VII}}{{Menteri Agama Indonesia}}{{Islam di Indonesia}}

{{DEFAULTSORT:Shihab, Quraish}}
[[Kategori:Ahli tafsir (Al Qur'an) Indonesia]]
[[Kategori:Ahli tafsir (Al Qur'an) Indonesia]]
[[Kategori:Alumni Universitas Al-Azhar]]
[[Kategori:Alumni Universitas Al-Azhar]]
Baris 227: Baris 224:
[[Kategori:India-Indonesia]]
[[Kategori:India-Indonesia]]
[[Kategori:Nepal-Indonesia]]
[[Kategori:Nepal-Indonesia]]
[[Kategori:Duta Besar Indonesia]]
[[Kategori:Duta Besar Indonesia untuk Mesir]]
[[Kategori:Duta Besar Indonesia untuk Mesir]]
[[Kategori:Marga Shahab]]
[[Kategori:Marga Shahab]]

Revisi terkini sejak 9 Juni 2024 13.32

Al-Habib Muhammad Quraish Shihab
Potret Quraish Shihab sebagai Menteri Agama Indonesia
Menteri Agama Indonesia ke-16
Masa jabatan
14 Maret 1998 – 21 Mei 1998
PresidenSoeharto
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ke-8
Masa jabatan
1992–1998
Sebelum
Pendahulu
Ahmad Syadali
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir16 Februari 1944 (umur 80)
Sidenreng Rappang, Celebes, Hindia Belanda masa pendudukan Jepang
Suami/istri
Fatmawati Assegaf
(m. 1975)
Hubungan
Anak5, termasuk Najelaa Shihab dan Najwa Shihab
Orang tua
Alma materUniversitas Al-Azhar
Profesi
  • Pemuka agama
  • Cendekiawan
Situs webwww.quraishshihab.com
Instagram: quraish.shihab Edit nilai pada Wikidata
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Prof. Dr. AG. K.H. Al-Habib Muhammad Quraish Shihab, Lc., M.A. (lahir 16 Februari 1944) adalah cendekiawan ilmu Al Qur'an dan mantan Menteri Agama Indonesia pada Kabinet Pembangunan VII (1998).

Nama lengkapnya Muhammad Quraish Shihab, biasa dipanggil Pak Quraish Shihab. Ia lahir di Rappang, Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan, pada 6 Februari 1944 dari pasangan Abdurrahman Shihab dan Asma Aburisyi. Quraish adalah anak keempat dari 12 bersaudara.

Ia menikah dengan Fatmawaty Assegaf pada 2 Februari 1975 di Solo. Pasangan ini dikaruniai lima orang anak; Najelaa Shihab, Najwa Shihab, Nasywa Shihab, Ahmad Shihab, dan Nahla Shihab. Ia berasal dari keluarga keturunan Arab Quraisy-Bugis, yang merupakan keturunan Nabi Muhammad dari marga Shihab, yang terpelajar.

Ayahnya, Abdurrahman Shihab adalah seorang ulama dan guru besar dalam bidang tafsir. Abdurrahman Shihab dipandang sebagai salah seorang ulama, pengusaha, dan politikus yang memiliki reputasi baik di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan. Kontribusinya dalam bidang pendidikan terbukti dari usahanya membina dua perguruan tinggi di Ujungpandang, yaitu Universitas Muslim Indonesia (UMI), sebuah perguruan tinggi swasta terbesar di kawasan Indonesia bagian timur, dan IAIN Alauddin Ujungpandang. Ia juga tercatat sebagai rektor pada kedua perguruan tinggi tersebut: UMI 1959-1965 dan IAIN 1972–1977.

Sebagai seorang yang berpikiran progresif, Abdurrahman percaya bahwa pendidikan adalah merupakan agen perubahan. Sikap dan pandangannya yang demikian maju itu dapat dilihat dari latar belakang pendidikannya, yaitu Jami’atul Khair, sebuah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Murid-murid yang belajar di lembaga ini diajari tentang gagasan-gagasan pembaruan gerakan dan pemikiran Islam. Hal ini terjadi karena lembaga ini memiliki hubungan yang erat dengan sumber-sumber pembaruan di Timur Tengah seperti Hadramaut, Haramaian dan Mesir. Banyak guru-guru yang didatangkan ke lembaga tersebut, di antaranya Syaikh Ahmad Soorkati yang berasal dari Sudan, Afrika.

Sebagai putra dari seorang guru besar, Quraish Shihab mendapatkan motivasi awal dan benih kecintaan terhadap bidang studi tafsir dari ayahnya yang sering mengajak anak-anaknya duduk bersama setelah magrib. Pada saat-saat seperti inilah sang ayah menyampaikan nasihatnya yang kebanyakan berupa ayat-ayat Al-Qur'an. Quraish kecil telah menjalani pergumulan dan kecintaan terhadap al-Qur’an sejak umur 6-7 tahun. Ia harus mengikuti pengajian Al-Qur’an yang diadakan oleh ayahnya sendiri. Selain menyuruh membaca Al-Qur’an, ayahnya juga menguraikan secara sepintas kisah-kisah dalam Al-Qur’an. Di sinilah, benih-benih kecintaannya kepada al-Qur’an mulai tumbuh.[2]

Pendidikan formalnya di Makassar dimulai dari sekolah dasar sampai kelas 2 SMP. Pada tahun 1956, ia di kirim ke kota Malang untuk “nyantri” di Pondok Pesantren Darul Hadis al-Faqihiyah. Karena ketekunannya belajar di pesantren, 2 tahun berikutnya ia sudah mahir berbahasa arab. Melihat bakat bahasa arab yg dimilikinya, dan ketekunannya untuk mendalami studi keislamannya, Quraish beserta adiknya Alwi Shihab dikirim oleh ayahnya ke Universitas Al-Azhar, Cairo melalui beasiswa dari Provinsi Sulawesi Selatan, pada tahun 1958 dan diterima di kelas dua I'dadiyah Al Azhar (setingkat SMP/Tsanawiyah di Indonesia) sampai menyelesaikan Tsanawiyah Al Azhar. Setelah itu, ia melanjutkan studinya ke Universitas al-Azhar pada Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir dan Hadits. Pada tahun 1967 ia meraih gelar LC. Dua tahun kemudian (1969), Quraish Shihab berhasil meraih gelar M.A. pada jurusan yang sama dengan tesis berjudul “al-I’jaz at-Tasryri’i al-Qur'an al-Karim (kemukjizatan al-Qur'an al-Karim dari Segi Hukum)”. Pada tahun 1973 ia dipanggil pulang ke Makassar oleh ayahnya yang ketika itu menjabat rektor, untuk membantu mengelola pendidikan di IAIN Alauddin. Ia menjadi wakil rektor bidang akademis dan kemahasiswaan sampai tahun 1980. Di samping mendududki jabatan resmi itu, ia juga sering mewakili ayahnya yang uzur karena usia dalam menjalankan tugas-tugas pokok tertentu. Berturut-turut setelah itu, Quraish Shihab diserahi berbagai jabatan, seperti koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII Indonesia bagian timur, pembantu pimpinan kepolisian Indonesia Timur dalam bidang pembinaan mental, dan sederetan jabatan lainnya di luar kampus. Di sela-sela kesibukannya, ia masih sempat merampungkan beberapa tugas penelitian, antara lain Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia (1975) dan Masalah Wakaf Sulawesi Selatan (1978).

Untuk mewujudkan cita-citanya mendalami studi tafsir, pada 1980 Quraish Shihab kembali menuntut ilmu ke almamaternya, al-Azhar Cairo, mengambil spesialisasi dalam studi tafsir al-Qur'an. Ia hanya memerlukan waktu dua tahun untuk meraih gelar doktor dalam bidang ini. Disertasinya yang berjudul “Nazm ad-Durar li al-Biqa’i Tahqiq wa Dirasah (Suatu Kajian dan analisis terhadap keotentikan Kitab Nazm ad-Durar karya al-Biqa’i)” berhasil dipertahankannya dengan predikat penghargaan Mumtaz Ma’a Martabah asy-Syaraf al-Ula (summa cum laude).

Pendidikan tingginya yang kebanyakan ditempuh di Timur Tengah, Al-Azhar, Cairo ini, oleh Howard M. Federspiel dianggap sebagai seorang yang unik bagi Indonesia pada saat di mana sebagian pendidikan pada tingkat itu diselesaikan di Barat. Mengenai hal ini ia mengatakan sebagai berikut: "Ketika meneliti biografinya, saya menemukan bahwa ia berasal dari Sulawesi Selatan, terdidik di pesantren, dan menerima pendidikan tingginya di Mesir pada Universitas Al-Azhar, di mana ia menerima gelar M.A dan Ph.D-nya. Ini menjadikan ia terdidik lebih baik dibandingkan dengan hampir semua pengarang lainnya yang terdapat dalam Popular Indonesian Literature of the Quran, dan lebih dari itu, tingkat pendidikan tingginya di Timur Tengah seperti itu menjadikan ia unik bagi Indonesia pada saat di mana sebagian pendidikan pada tingkat itu diselesaikan di Barat. Dia juga mempunyai karier mengajar yang penting di IAIN Makassar dan Jakarta dan kini, bahkan, ia menjabat sebagai rektor di IAIN Jakarta. Ini merupakan karier yang sangat menonjol".[3]

Tahun 1984 adalah babak baru tahap kedua bagi Quraish Shihab untuk melanjutkan kariernya. Untuk itu ia pindah tugas dari IAIN Makassar ke Fakultas Ushuluddin di IAIN Jakarta. Di sini ia aktif mengajar bidang Tafsir dan Ulum Al-Quran di Program S1, S2 dan S3 sampai tahun 1998. Di samping melaksanakan tugas pokoknya sebagai dosen, ia juga dipercaya menduduki jabatan sebagai Rektor IAIN Jakarta selama dua periode (1992-1996 dan 1997-1998). Setelah itu ia dipercaya menduduki jabatan sebagai Menteri Agama selama kurang lebih dua bulan pada awal tahun 1998, hingga kemudian dia diangkat sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk negara Republik Arab Mesir merangkap negara Republik Djibouti berkedudukan di Kairo.

Kehadiran Quraish Shihab di Ibu kota Jakarta telah memberikan suasana baru dan disambut hangat oleh masyarakat. Hal ini terbukti dengan adanya berbagai aktivitas yang dijalankannya di tengah-tengah masyarakat. Di samping mengajar, ia juga dipercaya untuk menduduki sejumlah jabatan. Di antaranya adalah sebagai anggota Lajnah Pentashhih Al-Qur'an Departemen Agama sejak 1989. Dia juga terlibat dalam beberapa organisasi profesional, antara lain Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), ketika organisasi ini didirikan. Selanjutnya ia juga tercatat sebagai Pengurus Perhimpunan Ilmu-ilmu Syariah, dan Pengurus Konsorsium Ilmu-ilmu Agama Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Aktivitas lainnya yang ia lakukan adalah sebagai Dewan Redaksi Studia Islamika: Indonesian journal for Islamic Studies, Ulumul Qur 'an, Mimbar Ulama, dan Refleksi jurnal Kajian Agama dan Filsafat. Semua penerbitan ini berada di Jakarta.

Di samping kegiatan tersebut di atas, M.Quraish Shihab juga dikenal sebagai penulis dan penceramah yang handal. Berdasar pada latar belakang keilmuan yang kokoh yang ia tempuh melalui pendidikan formal serta ditopang oleh kemampuannya menyampaikan pendapat dan gagasan dengan bahasa yang sederhana, tetapi lugas, rasional, dan kecenderungan pemikiran yang moderat, ia tampil sebagai penceramah dan penulis yang bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat. Kegiatan ceramah ini ia lakukan di sejumlah masjid bergengsi di Jakarta, seperti Masjid al-Tin, Sunda Kelapa dan Fathullah, di lingkungan pejabat pemerintah seperti pengajian Istiqlal serta di sejumlah stasiun televisi atau media elektronik, khususnya di.bulan Ramadhan. Beberapa stasiun televisi, seperti RCTI dan Metro TV mempunyai program khusus selama Ramadhan yang diasuh olehnya.

Quraish Shihab memang bukan satu-satunya pakar al-Qur'an di Indonesia, tetapi kemampuannya menerjemahkan dan meyampaikan pesan-pesan al-Qur'an dalam konteks kekinian dan masa post modern membuatnya lebih dikenal dan lebih unggul daripada pakar al-Qur'an lainnya. Dalam hal penafsiran, ia cenderung menekankan pentingnya penggunaan metode tafsir maudu’i (tematik), yaitu penafsiran dengan cara menghimpun sejumlah ayat al-Qur'an yang tersebar dalam berbagai surah yang membahas masalah yang sama, kemudian menjelaskan pengertian menyeluruh dari ayat-ayat tersebut dan selanjutnya menarik kesimpulan sebagai jawaban terhadap masalah yang menjadi pokok bahasan. Menurutnya, dengan metode ini dapat diungkapkan pendapat-pendapat al-Qur'an tentang berbagai masalah kehidupan, sekaligus dapat dijadikan bukti bahwa ayat al-Qur'an sejalan dengan perkembangan iptek dan kemajuan peradaban masyarakat.

Quraish Shihab banyak menekankan perlunya memahami wahyu Ilahi secara kontekstual dan tidak semata-mata terpaku pada makna tekstual agar pesan-pesan yang terkandung di dalamnya dapat difungsikan dalam kehidupan nyata. Ia juga banyak memotivasi mahasiswanya, khususnya di tingkat pasca sarjana, agar berani menafsirkan al-Qur'an, tetapi dengan tetap berpegang ketat pada kaidah-kaidah tafsir yang sudah dipandang baku. Menurutnya, penafsiran terhadap al-Qur'an tidak akan pernah berakhir. Dari masa ke masa selalu saja muncul penafsiran baru sejalan dengan perkembangan ilmu dan tuntutan kemajuan. Meski begitu ia tetap mengingatkan perlunya sikap teliti dan ekstra hati-hati dalam menafsirkan al-Qur'an sehingga seseorang tidak mudah mengklaim suatu pendapat sebagai pendapat al-Qur'an. Bahkan, menurutnya adalah satu dosa besar bila seseorang mamaksakan pendapatnya atas nama al-Qur'an.[4]

Quraish Shihab adalah seorang ahli tafsir yang pendidik. Keahliannya dalam bidang tafsir tersebut untuk diabdikan dalam bidang pendidikan. Kedudukannya sebagai Pembantu Rektor, Rektor, Menteri Agama, Ketua MUI, Staf Ahli Mendikbud, Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan, menulis karya ilmiah, dan ceramah amat erat kaitannya dengan kegiatan pendidikan. Dengan kata lain bahw ia adalah seorang ulama yang memanfaatkan keahliannya untuk mendidik umat. Hal ini ia lakukan pula melalui sikap dan kepribadiannya yang penuh dengan sikap dan sifatnya yang patut diteladani. Ia memiliki sifat-sifat sebagai guru atau pendidik yang patut diteladani. Penampilannya yang sederhana, tawadlu, sayang kepada semua orang, jujur, amanah, dan tegas dalam prinsip adalah merupakan bagian dari sikap yang seharusnya dimiliki seorang guru.

Nama Quraish Shihab masuk dalam daftar '500 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia'. Dalam situs themuslim500.com namanya tertuang berkat jasa-jasanya dalam mengembangkan ilmu keislaman dalam beragam kegiatan. Karya dengan konteks yang aktual serta bahasa yang mudah dipahami, namanya melesat sebagai akademisi yang progresif mengembangkan ilmu al-Qur'an.

Karier Quraish Sihab juga berjalan seiring dia diangkat menjadi Rektor IAIN Jakarta (kini bernama UIN Jakarta) selama dua periode, dari tahun 1992-1996, dan 1997-1998. Dia juga diangkat oleh Presiden Soeharto menjadi Menteri Agama Indonesia pada tahun 1998. Jabatan ini tak bertahan lama, saat lengsernya Presiden Soeharto bersamaan dengan berakhirnya rezim Orde Baru di Indonesia tahun 1998. Di Era Reformasi, dia ditugaskan menjadi Duta Besar Indonesia untuk Mesir. Rincian kariernya sebagai berikut:

  1. Dosen IAIN Alauddin, Makassar, Sulawesi Selatan
  2. Wakil Rektor Bidang Akademis dan Kemahasiswaan pada IAIN Alauddin, Makassar, Sulawesi Selatan
  3. Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII Indonesia Bagian Timur
  4. Pembantu Pimpinan Kepolisian Indonesia Timur dalam Bidang Pembinaan Mental
  5. Dosen di Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Pasca-sarjana IAIN (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, tahun 1984
  6. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, sejak tahun 1984
  7. Anggota Lajnah Pentashbih Al-Qur'an Departemen Agama, sejak tahun 1989
  8. Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional, sejak tahun 1989
  9. Rektor IAIN Jakarta selama dua periode, dari tahun 1992-1996, dan 1997-1998
  10. Menteri Agama Indonesia, tahun 1998
  11. Duta Besar Indonesia untuk Mesir
  12. Direktur Pusat Studi Al-Qur'an, 2004–kini.
M. Quraish Shihab dalam rekaman "Kultum" di RCTI (2007).

Quraish Shihab sangat aktif sebagai penulis. Beberapa buku yang sudah Ia hasilkan antara lain:

  1. Tafsir al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya (Ujung Pandang, IAIN Alauddin, 1984);
  2. Menyingkap Tabir Ilahi; Asma al-Husna dalam Perspektif al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati, 1998);
  3. Untaian Permata Buat Anakku (Bandung: Mizan 1998);
  4. Pengantin al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati, 1999);
  5. Haji Bersama Quraish Shihab (Bandung: Mizan, 1999);
  6. Sahur Bersama Quraish Shihab (Bandung: Mizan 1999);
  7. Panduan Puasa bersama Quraish Shihab (Jakarta: Penerbit Republika, Nopember 2000);
  8. Panduan Shalat bersama Quraish Shihab (Jakarta: Penerbit Republika, September 2003);
  9. Anda Bertanya,Quraish Shihab Menjawab Berbagai Masalah Keislaman (Mizan Pustaka)
  10. Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Ibadah Mahdah (Bandung: Mizan, 1999);
  11. Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Al Qur'an dan Hadits (Bandung: Mizan, 1999);
  12. Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Ibadah dan Muamalah (Bandung: Mizan, 1999);
  13. Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Wawasan Agama (Bandung: Mizan, 1999);
  14. Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Tafsir Al Quran (Bandung: Mizan, 1999);
  15. Satu Islam, Sebuah Dilema (Bandung: Mizan, 1987);
  16. Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Departemen Agama, 1987);
  17. Pandangan Islam Tentang Perkawinan Usia Muda (MUI & Unesco, 1990);
  18. Kedudukan Wanita Dalam Islam (Departemen Agama);
  19. Membumikan al-Qur'an; Fungsi dan Kedudukan Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1994);
  20. Lentera Hati; Kisah dan Hikmah Kehidupan (Bandung: Mizan, 1994);
  21. Studi Kritis Tafsir al-Manar (Bandung: Pustaka Hidayah, 1996);
  22. Wawasan al-Qur'an; Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996);
  23. Tafsir al-Qur'an (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997);
  24. Secercah Cahaya Ilahi; Hidup Bersama Al-Qur'an (Bandung; Mizan, 1999)
  25. Hidangan Ilahi, Tafsir Ayat-ayat Tahlili (Jakarta: Lentara Hati, 1999);
  26. Jalan Menuju Keabadian (Jakarta: Lentera Hati, 2000);
  27. Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur'an (15 Volume, Jakarta: Lentera Hati, 2003);[1]
  28. Menjemput Maut; Bekal Perjalanan Menuju Allah SWT. (Jakarta: Lentera Hati, 2003)
  29. Jilbab Pakaian Wanita Muslimah; dalam Pandangan Ulama dan Cendekiawan Kontemporer (Jakarta: Lentera Hati, 2004);
  30. Dia di Mana-mana; Tangan Tuhan di balik Setiap Fenomena (Jakarta: Lentera Hati, 2004);
  31. Perempuan (Jakarta: Lentera Hati, 2005);
  32. Logika Agama; Kedudukan Wahyu & Batas-Batas Akal Dalam Islam (Jakarta: Lentera Hati, 2005);
  33. Rasionalitas al-Qur'an; Studi Kritis atas Tafsir al-Manar (Jakarta: Lentera Hati, 2006);
  34. Menabur Pesan Ilahi; al-Qur'an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat (Jakarta: Lentera Hati, 2006);
  35. Wawasan al-Qur'an Tentang Dzikir dan Doa (Jakarta: Lentera Hati, 2006);
  36. Asmâ' al-Husnâ; Dalam Perspektif al-Qur'an (4 buku dalam 1 boks) (Jakarta: Lentera Hati);
  37. Sunnah - Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah?; Kajian atas Konsep Ajaran dan Pemikiran (Jakarta: Lentera Hati, Maret 2007);
  38. Al-Lubâb; Makna, Tujuan dan Pelajaran dari al-Fâtihah dan Juz 'Amma (Jakarta: Lentera Hati, Agustus 2008);
  39. 40 Hadits Qudsi Pilihan (Jakarta: Lentera Hati);
  40. Berbisnis dengan Allah; Tips Jitu Jadi Pebisnis Sukses Dunia Akhirat (Jakarta: Lentera Hati);
  41. M. Quraish Shihab Menjawab; 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui (Jakarta: Lentera Hati, 2008);
  42. Doa Harian bersama M. Quraish Shihab (Jakarta: Lentera Hati, Agustus 2009);
  43. Seri yang Halus dan Tak Terlihat; Jin dalam al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati);
  44. Seri yang Halus dan Tak Terlihat; Malaikat dalam al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati);
  45. Seri yang Halus dan Tak Terlihat; Setan dalam al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati);
  46. M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan yang Patut Anda Ketahui (Jakarta: Lentera Hati, Maret 2010);
  47. Al Quran dan Maknanya; Terjemahan Makna disusun oleh M. Quraish Shihab (Jakarta: Lentera Hati, Agustus 2010);
  48. Membumikan al-Qur'ân Jilid 2; Memfungsikan Wahyu dalam Kehidupan (Jakarta: Lentera Hati, Februari 2011);
  49. Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW, dalam sorotan Al-Quran dan Hadits Shahih (Jakarta: Lentera Hati, Juni 2011);
  50. Do'a al-Asmâ' al-Husnâ (Doa yang Disukai Allah SWT.) (Jakarta: Lentera Hati, Juli 2011);
  51. Bisnis Sukses Dunia Akhirat (Jakarta: Lentera Hati, Agustus 2011)
  52. Tafîr Al-Lubâb; Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah Al-Qur'ân (Boxset terdiri dari 4 buku) (Jakarta: Lentera Hati, Juli 2012)
  53. Tafsir Al-Mishbah Jilid 8-15 (terdiri dari 8 buku) (Jakarta: Lentera Hati, Oktober 2012)
  54. Mukjizat Al-Quran (New) (Bandung:Mizan 2013)
  55. Mukjizat Al-Quran (Republish) (Bandung:Mizan 2013)
  56. Secercah Cahaya Ilahi, Hidup Bersama Al-Quran (Bandung: Mizan Mei 2013)
  57. Lentera Al-Quran: Kisah Dan Hikmah Kehidupan (Mizania, Mei 2013)
  58. Kaidah Tafsir Syarat, Ketentuan, dan Aturan yang Patut Anda Ketahui dalam Memahami Ayat-Ayat Al-Quran (Jakarta: Lentera Hati Agustus 2013)
  59. Lentera Al-Quran (Cover Baru) (Bandung: Mizan 2014)
  60. Secercah Cahaya Ilahi (Hard Cover) (Bandung: Mizan 2014)
  61. Wawasan Al-Quran (Cover Baru) (Bandung: Mizan 2014)
  62. MQS Menjawab Pertanyaan Anak (Jakarta: Lentera Hati, Maret 2014)
  63. Birrul Walidain, Wawasan al-Qur'an tentang bakti kepada Ibu dan Bapak (Jakarta: Lentera Hati, Juni 2014)
  64. Mutiara Hati, Mengenal Hakikat Iman, Islam, dan Ihsan bersama M. Quraish Shihab (Jakarta: Lentera Hati, Agustus 2014)
  65. SUNNAH-SYIAH Bergandengan Tangan? Mungkinkah! (Jakarta: Lentera Hati, Agustus 2014)
  66. Yang Jenaka dan Yang Bijak Dari M. Quraish Shihab (Jakarta: Lentera Hati, Oktober 2014)
  67. PENGANTIN AL-QUR'AN, 8 Nasihat Perkawinan untuk anak-anakku (Jakarta: Lentera Hati, Januari 2016)
  68. Tafsir Al Misbah Volume 11(Jakarta: Lentera Hati, Januari 2016)
  69. Yang Hilang dari Kita: AKHLAK (Jakarta: Lentera Hati, September 2016)

dari karya buku-buku yang telah dihasilkan terdapat 6 buah buku yang terdata di Perpustakaan Nasional dengan data sebagai berikut: 1. M. Quraish Shihab menjawab ... ? : pertanyaan anak tentang Islam, editor Abd. Syakur DJ diterbitkan oleh PT. Lentera Hati dengan nomor ISBN 978-602-7720-19-0. 2. Lentera Al-Qur'an : kisah dan hikmah kehidupan, diterbitkan PT. Mizan Pustaka dengan nomor ISBN 978-979-433-821-6 (hard cover. 3. Membumikan Al-Qur'an : fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan masyarakat, penyunting Ihsan Ali Fauzi, diterbitkan PT. Mizan Pustaka dengan nomor ISBN 978-979-433-822-3 (hard cover). 4. Mukjizat Al-Qur'an : ditinjau dari aspek kebahasaan, isyarat ilmiah, dan pemberitaan gaib, diterbitkan PT. Mizan Pustaka dengan nomor ISBN 978-979-433-823-0 (hard cover). 5. Secercah cahaya Ilahi hidup bersama Al-Qur'an, penyunting Afif Muhammad dan diterbitkan PT. Mizan Pustaka dengan nomor ISBN 978-979-433-824-7 (hard cover). 6. Wawasan Al-Qur'an : tafsir tematik atas pelbagai persoalan umat, diterbitkan PT. Mizan Pustaka dengan nomor ISBN 978-979-433-825-4 (hard cover).[2]

Penampilan di televisi

[sunting | sunting sumber]

Selain menulis, ia juga aktif mengisi program agama Islam di televisi. Beberapa program yang cukup populer antara lain Kultum (RCTI), Tafsir Al Mishbah (Metro TV), Mutiara Hati (SCTV) dan Hikmah Fajar (RCTI) serta Memahami Islam bersama M. Quraish Shihab (MetroTV), Shihab dan Shihab bersama Putrinya Najwa Shihab di (Indosiar).

Penghargaan

[sunting | sunting sumber]

Dalam Negeri

[sunting | sunting sumber]

Luar Negeri

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Junaedi, Dedi (2017-12-31). "Konsep dan Penerapan Takwil Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah". Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya. 2 (2): 223–236. doi:10.15575/jw.v2i2.1645. ISSN 2502-3489. 
  2. ^ https://isbn.perpusnas.go.id
  3. ^ "Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kairo, Mesir". Kementerian Luar Negeri Repulik Indonesia. Diakses tanggal 2023-06-26. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Jabatan diplomatik
Didahului oleh:
Hassan Wirajuda
Duta Besar Indonesia untuk Mesir
1999–2002
Diteruskan oleh:
Bachtiar Aly
Jabatan politik
Didahului oleh:
Tarmizi Taher
Menteri Agama Indonesia
1998
Diteruskan oleh:
Malik Fajar
Jabatan akademik
Didahului oleh:
Drs. H. Ahmad Syadali, MA
Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1992 - 1998
Diteruskan oleh:
Prof. Dr. H. Ahmad Sukardja, SH, MA