Lompat ke isi

Bahasa Melayu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bahasa Melayu
BPS: 0030 3
بهاس ملايو
Dituturkan diBrunei, Indonesia, Malaysia, Singapura, selatan Filipina, Thailand Selatan, Timor Leste, Sri Langka, Afrika Selatan, dan Australia (Pulau Christmas dan Kepulauan Cocos).
Dialek standar nasional di Indonesia dikenal sebagai Bahasa Indonesia.
Penutur
Penutur asli: 60 juta
total 300 juta
Perincian data penutur

Jumlah penutur beserta (jika ada) metode pengambilan, jenis, tanggal, dan tempat.[1]

Lihat sumber templat}}
Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman ini
Klasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
  • Austronesia Lihat butir Wikidata
    • Melayu-Polinesia Lihat butir Wikidata
      • Melayu-Sumbawa atau Kalimantan Utara Raya (diperdebatkan)
Status resmi
Bahasa resmi di
 Brunei,  Indonesia (sebagai Bahasa Indonesia)
 Malaysia (sering dinamakan bahasa Malaysia)
 Singapura
Diatur olehDewan Bahasa dan Pustaka (Malaysia), Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Indonesia), Majelis Bahasa Brunei Darussalam – Indonesia – Malaysia (MABBIM) (gabungan)
Kode bahasa
ISO 639-1ms
ISO 639-2may/msa
ISO 639-3msa
Glottologmala1546 indo1326, mala1546[2]
Linguasfer31-MFA-a
IETFms
BPS (2010)0030 3
Lokasi penuturan
Lokasi penuturan Bahasa Melayu
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Dalam pengertian awam, istilah bahasa Melayu mencakup sejumlah bahasa yang saling bermiripan yang dituturkan di wilayah Nusantara dan di Semenanjung Melayu. Sebagai bahasa yang luas pemakaiannya, bahasa ini menjadi bahasa resmi di Brunei, Indonesia (sebagai bahasa Indonesia), dan Malaysia (juga dikenal sebagai bahasa Malaysia); bahasa nasional Singapura; dan menjadi bahasa kerja di Timor Leste (sebagai bahasa Indonesia). Bahasa Melayu merupakan lingua franca dalam kegiatan perdagangan dan keagamaan di Nusantara sejak abad ke-7.[3] Migrasi kemudian juga turut memperluas pemakaiannya. Selain di negara yang disebut sebelumnya, bahasa Melayu dituturkan pula di Afrika Selatan, Sri Lanka, Thailand selatan, Filipina selatan, Myanmar selatan, sebagian kecil Kamboja, hingga Papua Nugini. Bahasa ini juga dituturkan oleh penduduk Pulau Christmas dan Kepulauan Cocos, yang menjadi bagian Australia.

Dari segi linguistik, kini ditentukan suatu rumpun bahasa Melayu yang terdiri dari 45 bahasa, yang pada gilirannya dibagi dalam kelompok berikut :

Kelompok Melayu tersebut adalah yang terbesar dalam rumpun bahasa Melayik.

Perbandingan dari beberapa bahasa Melayu

Persamaan antara berbagai bahasa dari rumpun Melayu dapat misalnya dilihat dalam perbandingan kosa kata berikut :

Bahasa Indonesia apa laut lihat kucing pergi ular keras manis lutut
Bahasa Melayu Pontianak ape laot liat kucing pegi ulagh keghas manes lutot
Bahasa Banjar napa laut lihat kucing tulak ular karas manis lintuhut
Bahasa Minangkabau apo lauiʔ liaiʔ/caliaʔ kuciang pai ula kareh manih lutuiʔ
Bahasa Pekal apo lawik liek kucing lalui ulah kehas manis lutuik
Bahasa Yawi (Pattani) penamo lauʔ lihaʔ kucing gi ula kerah manih lutuʔ
Bahasa Melayu Setul (Satun) penamɑ lawt lihayt kucin pi ulaq keghaih manih lutuyt
Bahasa Urak Lawoi' namɑ lawoiʔ lihaiʔ mi'aw pi ulal kras maneh lutoiʔ

Perbedaan dapat dilihat dalam versi masing-masing dari Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia :

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Bahasa Malaysia Bahasa Minangkabau
Universal Declaration of Human Rights Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Perisytiharan Hak Asasi Manusia Sejagat Deklarasi Sadunia Hak-Hak Asasi Manusia
Article 1 Pasal 1 Perkara 1 Pasal 1
All human beings are born free and equal in dignity and rights. They are endowed with reason and conscience and should act towards one another in a spirit of brotherhood. Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan. Semua manusia dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka mempunyai pemikiran dan hati nurani dan hendaklah bergaul antara satu sama lain dengan semangat persaudaraan. Sadonyo manusia dilahiakan mardeka dan punyo martabat sarato hak-hak nan samo. Mareka dikaruniai aka jo hati nurani, supayo satu samo lain bagaul sarupo urang badunsanak.
Bahasa Lampung Bahasa Melayu Pontianak Bahasa Banjar
Pernyataan seduniya tentang Hak Dasar Jelema Pernyataan Dunie tentang Hak-hak Asasi Manusie Parnyataan Saduniaan tentang Hak-hak Asasi Manusia
Pasal 1 Pasal 1
Unyin Jelema dilaheʁko merdeka jama wat pi'il ʁik hak sai gokgoh. Tiyan dikaruniako akal jama hati nurani maʁai unggal tiyan dapok nengah nyampoʁ dilom semangat muaʁiyan. Semue manusie dilaherkan bebas dan punye martabat dan hak-hak yang same. Mereke punye akal dan hati nurani dan hendaklah bergaul di antara satu same laen dengan semangat persaudaraan. Sabarataan manusia diranakakan bibas mardika wan ba'isi martabat lawan jua ba'isi hak-hak nang sama. Bubuhannya sabarataan dibari'i akal wan jua pangrasa hati nurani, supaya samunyaan urang antara sa'ikung lawan sa'ikung bapatutan nangkaya urang badangsanakan.

Tanah asal usul penutur bahasa Melayu

Catatan tertulis pertama dalam bahasa Melayu ditemukan di pesisir tenggara Pulau Sumatera, di wilayah yang sekarang dianggap sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya. Istilah "Melayu" sendiri berasal dari Kerajaan Malayu yang bertempat di Batang Hari, Jambi. Akibat penggunaannya yang luas, berbagai varian bahasa dan dialek Melayu berkembang di Nusantara.

Ada tiga teori yang dikemukakan tentang asal usul penutur bahasa Melayu (atau bentuk awalnya sebagai anggota bahasa-bahasa Dayak Malayik).[4] Hudson (1970) melontarkan teori asal dari Kalimantan, berdasarkan kemiripan bahasa Dayak Malayik (dituturkan orang-orang Dayak berbahasa Melayu) dengan bahasa Melayu Kuna, penuturnya yang hidup di pedalaman, dan karakter kosa kata yang konservatif.[5] Kern (1888) beranggapan bahwa tanah asal penutur adalah dari Semenanjung Malaya dan menolak Kalimantan sebagai tanah asal. Teori ini sempat diterima cukup lama (karena sejalan dengan teori migrasi dari Asia Tenggara daratan) hingga akhirnya pada akhir abad ke-20 bukti-bukti linguistik dan sejarah menyangkal hal ini (Adelaar, 1988; Belwood, 1993) dan teori asal dari Sumatera yang menguat, berdasarkan bukti-bukti tulisan.

Sejarah

Lihat pula: Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa Melayu termasuk dalam bahasa-bahasa Melayu Polinesia di bawah rumpun bahasa Austronesia. Menurut statistik penggunaan bahasa di dunia, penutur bahasa Melayu diperkirakan mencapai lebih kurang 250 juta jiwa yang merupakan bahasa keempat dalam urutan jumlah penutur terpenting bagi bahasa-bahasa di dunia.[6],[7]

Prasasti Telaga Batu, salah satu catatan bahasa Melayu terawal.

Catatan tertulis pertama dalam bahasa Melayu Kuna berasal dari abad ke-7 Masehi, dan tercantum pada beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya di bagian selatan Sumatera dan wangsa Syailendra di beberapa tempat di Jawa Tengah. Tulisan ini menggunakan aksara Pallawa.[8] Selanjutnya, bukti-bukti tertulis bermunculan di berbagai tempat, meskipun dokumen terbanyak kebanyakan mulai berasal dari abad ke-18.

Sejarah penggunaan yang panjang ini tentu saja mengakibatkan perbedaan versi bahasa yang digunakan. Ahli bahasa membagi perkembangan bahasa Melayu ke dalam tiga tahap utama, yaitu

Walaupun demikian, tidak ada bukti bahwa ketiga bentuk bahasa Melayu tersebut saling bersinambung. Selain itu, penggunaan yang meluas di berbagai tempat memunculkan berbagai dialek bahasa Melayu, baik karena penyebaran penduduk dan isolasi, maupun melalui kreolisasi.

Selepas masa Sriwijaya, catatan tertulis tentang dan dalam bahasa Melayu baru muncul semenjak masa Kesultanan Malaka (abad ke-15). Laporan Portugis dari abad ke-16 menyebut-nyebut mengenai perlunya penguasaan bahasa Melayu untuk bertransaksi perdagangan. Seiring dengan runtuhnya kekuasaan Portugis di Malaka, dan bermunculannya berbagai kesultanan di pesisir Semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan, serta selatan Filipina, dokumen-dokumen tertulis di kertas dalam bahasa Melayu mulai ditemukan. Surat-menyurat antarpemimpin kerajaan pada abad ke-16 juga diketahui telah menggunakan bahasa Melayu. Karena bukan penutur asli bahasa Melayu, mereka menggunakan bahasa Melayu yang "disederhanakan" dan mengalami percampuran dengan bahasa setempat, yang lebih populer sebagai bahasa Melayu Pasar (Bazaar Malay). Tulisan pada masa ini telah menggunakan huruf Arab (kelak dikenal sebagai huruf Jawi) atau juga menggunakan huruf setempat, seperti hanacaraka.[8]

Rintisan ke arah bahasa Melayu Modern dimulai ketika Raja Ali Haji, sastrawan istana dari Kesultanan Riau Lingga, secara sistematis menyusun kamus ekabahasa bahasa Melayu (Kitab Pengetahuan Bahasa, yaitu Kamus Loghat Melayu-Johor-Pahang-Riau-Lingga penggal yang pertama) pada pertengahan abad ke-19. Perkembangan berikutnya terjadi ketika sarjana-sarjana Eropa (khususnya Belanda dan Inggris) mulai mempelajari bahasa ini secara sistematis karena menganggap penting menggunakannya dalam urusan administrasi. Hal ini terjadi pada paruh kedua abad ke-19. Bahasa Melayu Modern dicirikan dengan penggunaan alfabet Latin dan masuknya banyak kata-kata Eropa. Pengajaran bahasa Melayu di sekolah-sekolah sejak awal abad ke-20 semakin membuat populer bahasa ini.

Di Indonesia, pendirian Balai Poestaka (1901) sebagai percetakan buku-buku pelajaran dan sastra mengantarkan kepopuleran bahasa Melayu dan bahkan membentuk suatu varian bahasa tersendiri yang mulai berbeda dari induknya, bahasa Melayu Riau. Kalangan peneliti sejarah bahasa Indonesia masa kini menjulukinya "bahasa Melayu Balai Pustaka"[9] atau "bahasa Melayu van Ophuijsen". Van Ophuijsen adalah orang yang pada tahun 1901 menyusun ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin untuk penggunaan di Hindia Belanda. Ia juga menjadi penyunting berbagai buku sastra terbitan Balai Pustaka. Dalam masa 20 tahun berikutnya, "bahasa Melayu van Ophuijsen" ini kemudian dikenal luas di kalangan orang-orang pribumi dan mulai dianggap menjadi identitas kebangsaan Indonesia. Puncaknya adalah ketika dalam Kongres Pemuda II (28 Oktober 1928) dengan jelas dinyatakan, "menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia". Sejak saat itulah bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa kebangsaan.

Introduksi varian kebangsaan ini mendesak bentuk-bentuk bahasa Melayu lain, termasuk bahasa Melayu Tionghoa, sebagai bentuk cabang dari bahasa Melayu Pasar, yang telah populer dipakai sebagai bahasa surat kabar dan berbagai karya fiksi di dekade-dekade akhir abad ke-19. Bentuk-bentuk bahasa Melayu selain varian kebangsaan dianggap bentuk yang "kurang mulia" dan penggunaannya berangsur-angsur melemah.

Pemeliharaan bahasa Melayu baku (bahasa Melayu Riau) terjaga akibat meluasnya penggunaan bahasa ini dalam kehidupan sehari-hari. Sikap orang Belanda yang pada waktu itu tidak suka apabila orang pribumi menggunakan bahasa Belanda juga menyebabkan bahasa Melayu menjadi semakin populer.

Pada awal tahun 2004, Dewan Bahasa dan Pustaka (Malaysia) dan Majelis Bahasa Brunei Darussalam - Indonesia - Malaysia (MABBIM) berencana menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi dalam organisasi ASEAN, dengan memandang lebih separuh jumlah penduduk ASEAN mampu bertutur dalam bahasa Melayu. Rencana ini belum pernah terealisasikan, tetapi ASEAN sekarang selalu membuat dokumen asli dalam bahasa Inggris dan diterjemahkan ke dalam bahasa resmi masing-masing negara anggotanya.

Varian-varian bahasa Melayu

Lihat artikel utama: Daftar varian bahasa Melayu

Bahasa Melayu sangat bervariasi. Penyebab yang utama adalah tidak adanya institusi yang memiliki kekuatan untuk mengatur pembakuannya. Kerajaan-kerajaan Melayu hanya memiliki kekuatan regulasi sebatas wilayah kekuasaannya, padahal bahasa Melayu dipakai oleh orang-orang jauh di luar batas kekuasaan mereka. Akibatnya muncul berbagai dialek (geografis) maupun sosiolek (dialek sosial). Pemakaian bahasa ini oleh masyarakat berlatar belakang etnik lain juga memunculkan berbagai varian kreol di mana-mana, yang masih dipakai hingga sekarang. Bahasa Betawi, suatu bentuk kreol, bahkan sekarang mulai memengaruhi secara kuat bahasa Indonesia akibat penggunaannya oleh kalangan muda Jakarta dan dipakai secara meluas di program-program hiburan televisi nasional.

Ada kesulitan dalam mengelompokkan bahasa-bahasa Melayu. Sebagaimana beberapa bahasa di Nusantara, tidak ada batas tegas antara satu varian dengan varian lain yang penuturnya bersebelahan secara geografis. Perubahan dialek seringkali bersifat bertahap. Untuk kemudahan, biasanya dilakukan pengelompokan varian sebagai berikut:

  1. Bahasa-bahasa Melayu Tempatan (Lokal)
  2. Bahasa-bahasa Melayu Kerabat (Paramelayu, Paramalay = Melayu "tidak penuh")
  3. Bahasa-bahasa kreol (bukan suku/penduduk melayu) berdasarkan bahasa Melayu

Jumlah penutur bahasa Melayu di Indonesia sangat banyak, bahkan dari segi jumlah melampaui jumlah penutur bahasa Melayu di Malaysia maupun di Brunei Darussalam. Bahasa Melayu dituturkan mulai sepanjang pantai timur Sumatera, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu hingga pesisir Pulau Borneo dan kota Negara, Bali.[10]

Dialek Melayu Indonesia

Dialek Melayu Indonesia di Regional Sumatera

Dialek Melayu Indonesia di Regional Kalimantan

Dialek Melayu Indonesia Indonesia Timur

Bahasa kerabat Melayu

"Bahasa kerabat" adalah bahasa-bahasa lain yang serupa dengan Bahasa Melayu, namun masih ada perbedaan pendapat mengenai soal itu. Mereka adalah

  1. Bahasa Lampung Api (ljp) di Lampung
  2. Bahasa Lampung Nyo (abl) di Lampung
  3. Bahasa Minangkabau (min) di Sumatera Barat
  4. Bahasa Banjar (bjn) di Kalimantan Selatan
  5. Bahasa Kedayan (kxd) (Suku Kedayan) di Brunei, Sarawak
  6. Dialek Melayu Kedah (meo) (Melayu Satun)
  7. Dialek Melayu Pulau Kokos (coa)
  8. Dialek Melayu Pattani (mfa)
  9. Dialek Melayu Sabah (msi)
  10. Dialek Melayu Bukit(Bahasa Bukit) (bvu) (Suku Dayak Bukit) di Kalimantan Selatan
  11. Bahasa Serawai (srj) di Bengkulu
  12. Bahasa Rejang (rej) di Rejang Lebong, Bengkulu
  13. Bahasa Lebong di Lebong, Bengkulu
  14. Bahasa Rawas (rws) di Musi Rawas, Sumatera Selatan
  15. Bahasa Penesak (pen) di Tanjung Batu & Sekitarnya, Pedamaran (Marga Danau), Sumatera Selatan
  16. Bahasa Komering di Ogan Komering Ulu dan Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan
  17. Bahasa Enim (eni)
  18. Bahasa Musi (mui)
  19. Bahasa Kaur (vkk)
  20. Bahasa Kerinci/(Kerinci-Sakai-Talang Mamak)(vkr)
  21. Bahasa Kubu (kvb)
  22. Bahasa Lematang (lmt)
  23. Bahasa Lembak (liw)
  24. Bahasa Lintang (lnt)
  25. Bahasa Lubu (lcf)
  26. Bahasa Loncong/Orang Laut (lce)
  27. Bahasa Sindang Kelingi (sdi)
  28. Bahasa Semendo (sdd)
  29. Bahasa Rawas (rws)
  30. Bahasa Ogan (ogn)di Ogan Ilir, Ogan Komering Ulu dan Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan
  31. Bahasa Pasemah ( pse) di Sumatera Selatan
  32. Bahasa Suku Batin [sbv] di Jambi
  33. Bahasa Kutai di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
    1. Dialek Tenggarong - Melayu Kutai (vkt)
    2. Dialek Kota Bangun - Melayu Kutai (mqg)

Bahasa Melayu Kreol

Bahasa Melayu sudah lama dikenal sebagai bahasa antarsuku bangsa khususnya di Indonesia. Dalam perkembangannya terutama kawasan-kawasan berpenduduk bukan Melayu dan mempunyai bahasa masing-masing, bahasa Melayu mengalami proses pidginisasi dengan berbaurnya berbagai unsur bahasa setempat ke dalam bahasa Melayu dan karena dituturkan oleh anak-anaknya, bahasa Melayu mengalami proses Kreolisasi.[10] Bahasa Melayu, khususnya di Indonesia Timur diperkenalkan pula oleh para misionaris asal Belanda untuk kepentingan penyebaran agama Kristen.

Di pulau Jawa, terutama di Jakarta, bahasa Melayu mengalami proses kreolisasi yang unsur dasar bahasa Melayu Pasar tercampur dengan berbagai bahasa di sekelilingnya, khususnya bahasa Tionghoa, bahasa Sunda, bahasa Jawa, bahasa Bali, bahasa Bugis, bahkan unsur bahasa Belanda dan bahasa Portugis. Melayu dalam bentuk kreol ini banyak dijumpai di Kawasan Indonesia Timur yang terbentang dari Manado hingga Papua.

Bentuk Melayu Kreol tersebut antara lain :

Dialek luar Indonesia

Dialek-dialek bahasa Melayu di Malaysia adalah seperti berikut:

  • Dialek Utara (Kedah, Perlis, Pulau Pinang & Perak Utara) " meo ": dituturkan di negara bagian Kedah, Pulau Pinang, Perlis dan bagian utara negara bagian Perak. Terbahagi kepada beberapa sub-dialek seperti Perlis, Pulau Pinang, Kedah Utara dan Kedah Hilir. Dialek yang dituturkan oleh penduduk di Kedah Timur menampakkan banyak persamaan dengan dialek Kelantan dan Pattani, dialek ini dikenali sebagai dialek Kedah Hulu.
  • Dialek Kelantan : dituturkan di negara bagian Kelantan dan daerah Besut, Terengganu. Penduduk di beberapa buah daerah di Kedah seperti Baling, Sik dan Kuala Nerang bertutur di dalam dialek yang menampakkan banyak persamaan dengan Dialek Kelantan. Dialek Kelantan merupakan sub-dialek Dialek Pattani ataupun Yawi.
  • Dialek Terengganu "zlm-coa" : dituturkan di negara bagian Terengganu kecuali daerah Besut dan sebagian negeri Pahang di pesisiran pantai daerah Kuantan. Catatan pertama bahasa Melayu di Terengganu tertulis pada Prasasti Terengganu yang tercatat pada tahun 1326 M atau 1386 M.
  • Dialek Perak - Dialek ini terbahagi kepada tiga pecahan kecil:
    • Dialek Perak Tengah : dituturkan di bagian tengah negara bagian Perak meliputi daerah Perak Tengah dan Kuala Kangsar.
    • Dialek Perak Selatan : dituturkan di bagian selatan negara bagian Perak meliputi daerah Hilir Perak, Batang Padang, Kampar dan sebagian daerah Manjung dan Kinta. Dialek ini mempunyai pengaruh dialek Selangor dan Johor.
    • Dialek Perak Timur: dituturkan di bagian timur laut negara bagian Perak yaitu Lenggong, Grik dan Kroh (daerah Hulu Perak) yang bersempadan dengan negara bagian Kedah dan Kelantan serta provinsi Yala dan Narathiwat di kerajaan Thailand. Dialek yang dituturkan mempunyai campuran dialek Utara, dialek Perak dan dialek Kelantan/Pattani.
  • Dialek Negeri Sembilan : dituturkan di negara bagian Negeri Sembilan dan kawasan Taboh Naning, Melaka.
  • Dialek Malaka : dituturkan di negara bagian Melaka kecuali kawasan Taboh Naning.
  • Dialek Johor - Riau : dituturkan di negara bagian Johor dan selatan Pahang.
  • Dialek Pahang - Negara bagian Pahang kaya dengan pelbagai jenis dialek daerah yang dituturkan di daerah-daerah di mana Sungai Pahang mengalir:-
    • Hulu Sungai Pahang : Dialek Jerantut, Lipis, Bentong dan Raub (dituturkan dengan cepat dari segi kelajuan percakapan).
    • Pertengahan Sungai Pahang : Dialek Temerloh dan Maran (dituturkan secara sederhana dari segi kelajuan percakapan).
    • Hilir Sungai Pahang : Dialek Rompin dan Pekan (dituturkan dengan perlahan dari segi kelajuan percakapan).
  • Dialek Sarawak "zlm-sar" : dituturkan di negara bagian Sarawak kecuali di divisi Limbang yang menggunakan dialek Brunei. Dialek Sarawak dapat dipecahkan kepada beberapa sub-dialek mengikut divisi administratif yaitu Bintulu, Kuching, Miri, Samarahan, Saribas, Sibu dan Sri Aman.
  • Dialek Sabah "msi" - Negara bagian Sabah mempunyai beberapa jenis dialek Melayu yaitu:-
    • Dialek Melayu Sabah - dituturkan di seluruh negara bagian Sabah dan merupakan dialek utama di negera bagian tersebut.
    • Dialek Kokos / Cocos - dituturkan oleh orang Melayu keturunan Kokos / Cocos di Tawau, Lahad Datu, Kunak, Sandakan dan Kepulauan Cocos (Keeling), wilayah Australia.
  • Dialek Baba - Sejenis dialek campuran antara bahasa Melayu dan dialek Hokkien. Dialek ini terbahagi kepada tiga pecahan kecil iaitu:-
    • Dialek Baba Melaka - dituturkan oleh kaum Baba dan Nyonya di negara bagian Melaka. Ia merupakan dialek asal bagi dialek Melayu Baba.
    • Dialek Baba Pulau Pinang - dituturkan oleh kaum Baba dan Nyonya di negara bagian Pulau Pinang.
    • Dialek Baba Singapura - dituturkan oleh kaum Baba dan Nyonya di Republik Singapura.

Dialek Johor - Riau juga dituturkan di Republik Singapura dan Provinsi Riau dan Kepulauan Riau, Indonesia.

Dialek-dialek bahasa Melayu di Singapura, Brunei Darussalam dan Thailand adalah seperti berikut:

  • Dialek Singapura : dituturkan di Republik Singapura. Dialek ini merupakan pecahan dari dialek Johor-Riau.
  • Dialek Brunei : dituturkan di Kerajaan Brunei Darussalam serta bagian pedalaman, negara bagian Sabah dan Wilayah Persekutuan Labuan, Malaysia.
  • Dialek Patani : dituturkan di provinsi Pattani, Narathiwat, Yala dan Songkhla di Kerajaan Thailand.
  • Dialek Melayu Bangkok : Dituturkan oleh masyarakat Melayu di kawasan Bangkok, agak berbeda dengan dialek di bahagian Selatan Thailand.

Kini, kebanyakan angkatan baru sudah kehilangan upaya untuk bercakap dalam dialek ibu dan bapak mereka karena adanya penerapan bahasa Melayu ketetapan dalam pendidikan negara. Karena ada perbedaan dialek yang amat nyata, kadang kala penutur bahasa Melayu dari dialek tertentu tidak dapat mamahami penutur dialek yang lain terutama sekali dialek Kelantan, Sarawak dan Sabah.

Di luar wilayah tersebut, terdapat pula dialek Srilangka yang perlahan-lahan mulai punah, serta dialek Afrika Selatan, yang dipakai oleh pengikut Syekh Yusuf yang dibuang ke Cape Town.

Para-Malay

  1. Bahasa Duano' [dup] (Malaysia Barat)
  2. Bahasa Minangkabau [min] (Indonesia, Sumatera Barat)
  3. Bahasa Pekal [pel] (Indonesia, Sumatera Selatan)
  4. Bahasa Urak Lawoi' [urk] (Thailand)
  5. Bahasa Muko-Muko [vmo] (Indonesia, Sumatera, Bengkulu : Kabupaten Mukomuko)
  6. Bahasa Negeri Sembilan [zmi] (Malaysia Barat, Negeri Sembilan)

Melayu-Aborigin

  1. Bahasa Jakun [jak] (Suku Jakun, Malaysia Barat)
  2. Bahasa Orang Kanaq [orn] (Orang Kanaq, Malaysia Barat)
  3. Bahasa Orang Seletar [ors] (Orang Seletar, Malaysia Barat)
  4. Bahasa Temuan [tmw] (Suku Temuan, Malaysia Barat)
  1. Malayan
    1. Malayic-Dayak (10)
      1. Ibanic (6)
        1. Bahasa Balau [BUG] (Sarawak)
        2. Bahasa Iban [IBA] (Sarawak, Brunei, Kalimantan Barat)
        3. Bahasa Milikin [MIN] (Sarawak))
        4. Bahasa Mualang [MTD] (Suku Dayak Mualang, Sekadau, Kalimantan Barat)
        5. Bahasa Seberuang [SBX] (Suku Dayak Seberuang, Sintang, Kalimantan Barat)
        6. Bahasa Sebuyau[SNB] (Sarawak))
      2. Bahasa Keninjal [KNL] ( Melawi, Kalimantan Barat)
      3. Bahasa Kendayan [KNX] (Sanggau Ledo, Bengkayang, Kalimantan Barat)
      4. Bahasa Selako [SKL] (Pemangkat, Sambas, Kalimantan Barat)
      5. Bahasa-bahasa Malayic Dayak [XDY] (Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah)
        1. Bahasa Balai Riam : Kabupaten Sukamara
        2. Bahasa Bulik : Kabupaten Lamandau
        3. Bahasa Waringin : Kabupaten Kotawaringin Barat
        4. Bahasa Pembuang : Kabupaten Seruyan
        5. Kota Singkawang
        6. Kabupaten Bengkayang
        7. Kabupaten Sintang
        8. Kabupaten Kapuas Hulu
        9. Bahasa Kayong : Kayong Utara, Ketapang

Bunyi

Salah satu faktor utama yang menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa yang sangat mudah untuk dipelajari disebabkan oleh sistem fonologi yang amat mudah. Bisa dikatakan hampir setiap huruf Latin mewakili satu sebutan fonem.

Senarai fonem konsonan di dalam bahasa Melayu
Bibir Bibir-
gigi
Gigi Alveolar Pasca-
Alveolar
Langit-langit Velum Uvula Celah suara
Plosif p [p] b [b] t [t] d [d] k [k] g [g] q [q] k [ʔ]
Nasal m [m] n [n] ny [ɲ] ng [ŋ]
Frikatif f [f] v [v, ʋ] ts [θ] dz [ð] s [s] z [z] sy [ʃ, ʂ, sj] kh [x] h [h]
Afrikat c [] j []
Anggaran w [w] y [j]
Trill r [r]
Tap r [ɾ]
Lateral l [l]

Catatan Ortografik:

  • Huruf k pada akhir perkataan atau sebelum konsonan dalam perkataan Melayu jati disebut [ʔ].
  • Kombinasi bagi sebutan [ŋg] diwakili sebagai ngg.
  • Huruf x biasanya dibunyikan sebagai [ks], [s] atau [z].
Senarai fonem vokal di dalam bahasa Melayu
Ketinggian Depan Tengah Belakang
Tertutup i [i] u [u]
Pertengahan e [e, ɛ] e [ə] o [o, ɔ]
Terbuka a [a] a [ɑ]
Senarai diftong di dalam Bahasa Melayu
Ortografi IPA
ai [aɪ̯, ai]
au [aʊ̯, au]
ua [ua]

Terdapat 2 sebutan vokal yang diwakili oleh huruf "e", yaitu [e, ɛ] dan [ə]. Pelajar bahasa Melayu berupaya untuk membedakan antara 2 sebutan tersebut setiap kali mempelajari perkataan baru.

Di dalam beberapa tempat di Semenanjung Malaysia, terutamanya di kawasan tengah dan selatan, kebanyakan perkatan yang berakhir dengan huruf a selalu diucapkan sebagai [ə] pepet. Lain halnya dengan bahasa Indonesia, perkataan yang berakhir dengan huruf a selalu diucapkan a juga. Di Indonesia banyak dialek Melayu sehingga pengucapan huruf a di belakang berbeda-beda setiap daerah, contohnya di provinsi Riau, Melayu Pontianak, Melayu Kayong, huruf tersebut diucapkan sebagai [ə], di provinsi DKI Jakarta, Musi Rawas dan Melayu Sambas, huruf tersebut diucapkan e (dalam kata enak), diucapkan "o" oleh Melayu Bengkulu, Melayu Palembang, Melayu Jambi, Minangkabau, dan diucapkan "a" seperti bahasa Melayu Baku dalam bahasa Banjar, Kutai, Berau, Kedayan, Kanayatn, Salako, Melayu Ambon, Melayu Manado dan kawasan timur Indonesia.

Kata serapan Bahasa Melayu

Bahasa Melayu telah meyerap kata-kata dari bahasa Sanskrit, Bahasa Tamil, Bahasa Portugis, Bahasa Belanda, setengah logat Cina dan lebih kini, bahasa Arab (khususnya dalam banyak istilah keagamaan), Bahasa Inggris (khususnya banyak istilah ilmiah dan teknologi).

Lihat pula

Catatan kaki

  1. ^ Nationalencyklopedin (dalam bahasa Swedia), OCLC 185256473, Wikidata Q1165538, diakses tanggal 24 April 2022 
  2. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bahasa Melayu". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  3. ^ Tentang Sejarah Bahasa Indonesia
  4. ^ Adelaar, K.A. Malayic Dayak: Arguments for a Bornean Homeland of Malay
  5. ^ (Indonesia) Yassir Nasanius, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Pusat Kajian Bahasa dan Budaya, PELBBA 18: Pertemuan Linguistik Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Atma Jaya : kedelapan belas, Yayasan Obor Indonesia, 2007, ISBN 979-461-527-7, 9789794615270
  6. ^ Ruptures and departures By Corazon D. Villareal, Lily Rose R. Tope, Patricia May B. Jurilla, University of the Philippines. Dept. of English Studies and Comparative Literature, University of the Philippines
  7. ^ Malay literature By Dewan Bahasa dan Pustaka
  8. ^ a b Ikram, A. 2008. Bahasa Melayu penyebar budaya. Naskah-naskah sebagai saksi persebaran bahasa. Jurnal ATL Vol. 1. Diakses dari laman Melayu Online 6-5-2009.
  9. ^ H.B. Jassin (1985, hal. 8) memberikan pendapat seperti ini. Lihat Hasjim, Nafron. Peranan Penerbit dalam Pembinaan Bahasa Indonesia. Dalam: Hasan Alwi, Dendy Sugono, Anton M. Moeliono. Telaah Bahasa dan Sastra. Yayasan Obor Indonesia. 1999. Hal. 260.
  10. ^ a b Beberapa perbezaan kosa kata bahasa Melayu Malaysia dan bahasa Indonesia dalam teks ilmiah
  11. ^ http://www.kborneo.com/read.cfm?THE_ID=508
  12. ^ http://journal.unwidha.ac.id/index.php/magistra/article/view/215/166
  13. ^ http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/1383
  14. ^ http://www.kborneo.com/read.cfm?THE_ID=212
  15. ^ http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/produk/1144
  16. ^ http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/produk/1160
  17. ^ (Inggris) Florey, Margaret (2009). Endangered Languages of Austronesia - Oxford linguistics. Oxford University Press. hlm. 26. ISBN 0199544549.  line feed character di |title= pada posisi 36 (bantuan)ISBN 978-0-19-954454-7

Referensi yang disebut dalam artikel

  • Adelaar, K.A. 1988. More on Proto-Malayic. Dalam: Mohd. Thani Ahmad dan Zaini Mohammed Zain (peny.) Rekonstruksi dan cabang-cabang Bahasa Melayu induk, pp. 59–77. Seri monograf sejarah bahasa Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
  • Bellwood, P. 1993. Cultural and biological differentiation in peninsular Malaysia: the last 10,000 years. Asian Perspectives 32:37-60.
  • Hudson, A.B. 1970. A note on Selako: Malayic Dayak and Land Dayak languages in West Borneo. Sarawak Museum Journal 18:301-318.

Pranala luar