Lompat ke isi

Kabupaten Sleman

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kabupaten Sleman
Transkripsi bahasa daerah
 • Hanacarakaꦱ꧀ꦭꦺꦩꦤ꧀
Situs Ratu Boko
Lambang resmi Kabupaten Sleman
Julukan: 
  • Kota Salak Pondoh
  • Kota Seribu Candi
Motto: 
Catur rasa trus manunggal
(Jawa) 1964 Masehi[a]
Peta
Peta
Kabupaten Sleman di Jawa
Kabupaten Sleman
Kabupaten Sleman
Peta
Kabupaten Sleman di Indonesia
Kabupaten Sleman
Kabupaten Sleman
Kabupaten Sleman (Indonesia)
Koordinat: 7°40′54″S 110°19′24″E / 7.68167°S 110.32333°E / -7.68167; 110.32333
Negara Indonesia
ProvinsiDaerah Istimewa Yogyakarta
Tanggal berdiri15 Mei 1916
Dasar hukumUU No. 15 Tahun 1950
Hari jadi15 Mei 1916 (umur 108)
Ibu kotaKota Sleman
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kapanewon: 17
  • Kalurahan: 86
Pemerintahan
 • BupatiKustini Sri Purnomo
 • Wakil BupatiDanang Maharsa
 • Sekretaris DaerahHardo Kiswoyo
Luas
 • Total574,82 km2 (221,94 sq mi)
Populasi
 • Total1.125.804
 • Kepadatan2,000/km2 (5,100/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 90,48% Islam
  • 0,03% Buddha
  • 0,08% Hindu
  • 0,02% Lainnya[2][3]
 • IPMKenaikan 84,00 (2021)
Sangat Tinggi[4]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
3404 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62 274
Pelat kendaraanAB xxxx E*/N*/Q*/U*/X*/Y*/Z*
Kode Kemendagri34.04 Edit nilai pada Wikidata
DAURp 1.026.081.409.000,00- (2019)[5]
Semboyan daerahSleman SEMBADA
(Sejahtera, lestari, mandiri, sehat, elok dan edi, makmur dan merata, bersih dan berbudaya, aman dan adil, damai dan dinamis, agamis)[6]
Flora resmiSalak pondoh[7]
Fauna resmiAnis merah[7]
Situs webslemankab.go.id
  1. ^ Tanggal kepindahan ibu kota kabupaten dari Ambarrukmo ke Beran.

Sleman (bahasa Jawa: ꦱ꧀ꦭꦺꦩꦤ꧀, translit. Sléman; pelafalan dalam bahasa Indonesia: [səˈleman]) adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ibu kotanya adalah Kapanéwon Sleman. Sleman dikenal sebagai asal buah salak pondoh.

Geografi

Peta Sleman di Daerah Istimewa Yogyakarta (merah)

Kabupaten ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah (Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten) di utara dan timur, Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Bantul, dan Kota Yogyakarta di selatan, serta Kabupaten Kulon Progo di barat. Pusat pemerintahan di Kapanewon Sleman, yang berada di jalur utama antara YogyakartaSemarang.

Topografi

Gunung Merapi, yang terletak di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Bagian utara kabupaten ini merupakan pegunungan, dengan puncaknya Gunung Merapi di perbatasan dengan Jawa Tengah, salah satu gunung berapi aktif yang paling berbahaya di Pulau Jawa. Sedangkan di bagian selatan merupakan dataran rendah yang subur. Di antara sungai-sungai besar yang melintasi kabupaten ini adalah Kali Progo (membatasi Kabupaten Sleman dengan Kabupaten Kulon Progo), kali Code, kali Kuning, kali Opak dan Kali Tapus.

Sejarah

Etimologi

Terdapat beberapa perbedaan mengenai asal usul nama Sleman:

  1. Versi pertama menyebutkan kata Sleman berasal dari kata Saliman, kata Liman sendiri berarti gajah dalam Bahasa Jawa. Nama tersebut muncul setelah ditemukannya sebuah patung gajah beserta dua anaknya yang di tempat yang kini menjadi Lapangan Denggung. Konon gajah itu merupakan tunggangan Sultan Hadiwijaya, penguasa Kesultanan Pajang.[8]
  2. Versi lain menyebutkan bahwa kata Saliman sudah lama tercatat di Kakawin Ramayana, yang ditulis pada masa kepemimpinan Sri Maharaja Rakai Pikatan era kerajaan Mataram Kuno. Dalam Kakawin Ramayana, saliman adalah kata yang merujuk pada pohon Randu alas (bombax ceiba). Secara harfiah, arti kata saliman adalah api, namun pada masa tersebut pohon randu alas sering dilambangkan dengan api. Hal itu karena ketika berbunga, daun randu alas akan gugur semua dan digantikan oleh bunga yang berwarna merah seperti api.[8]

Sejarah

Keberadaan Kabupaten Sleman dapat dilacak pada Rijksblad no. 11 Tahun 1916 tanggal 15 Mei 1916 yang membagi wilayah Kasultanan Yogyakarta dalam 3 Kabupaten, yakni Kabupaten Kalasan, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sulaiman (yang kemudian disebut Sleman), dengan seorang bupati sebagai kepala wilayahnya. Dalam Rijksblad tersebut juga disebutkan bahwa kabupaten Sulaiman terdiri dari 4 distrik yakni: Distrik Mlati (terdiri 5 onderdistrik dan 46 kalurahan), Distrik Klegoeng (terdiri 6 onderdistrik dan 52 kalurahan), Distrik Joemeneng (terdiri 6 onderdistrik dan 58 kalurahan), Distrik Godean (terdiri 8 onderdistrik dan 55 kalurahan).

Sedangkan Dalam peta vorstenlanden yang dirilis oleh pemerintah Hindia Belanda pada sensus penduduk tahun 1930, Kabupaten Sleman ditulis sebagai Kabupaten Kota Yogyakarta dan terbagi dalam tiga kawedanan, yakni Sleman, Mlati dan Kalasan.[9]

Berdasarkan Peraturan Daerah no.12 Tahun 1998, tanggal 15 Mei tahun 1916 akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Sleman. Menurut Almanak, hari tersebut tepat pada Hari Senin Kliwon, Tanggal 12 Rejeb Tahun Je 1846 Wuku Wayang.

Berdasar pada perhitungan tahun Masehi, Hari Jadi Kabupaten Sleman ditandai dengan surya sengkala "Rasa Manunggal Hanggatra Negara" yang memiliki sifat bilangan Rasa=6, Manunggal=1, Hanggatra=9, Negara=1, sehingga terbaca tahun 1916. Sengkalan tersebut, walaupun melambangkan tahun, memiliki makna yang jelas bagi masyarakat Jawa, yakni dengan rasa persatuan membentuk negara. Sedangkan dari perhitungan tahun Jawa diperoleh candra sengkala "Anggana Catur Salira Tunggal". Anggana=6, Catur=4, Salira=8, Tunggal=1. Dengan demikian dari candra sengkala tersebut terbaca tahun 1846.

Beberapa tahun kemudian Kabupaten Sleman sempat diturunkan statusnya menjadi distrik di bawah wilayah Kabupaten Yogyakarta. Dan baru pada tanggal 8 April 1945, Sri Sultan Hamengkubuwono IX melakukan penataan kembali wilayah Kasultanan Yogyakarta melalui Jogjakarta Koorei angka 2 (dua). Penataan ini menempatkan Sleman pada status semula, sebagai wilayah Kabupaten dengan Kanjeng Raden Tumenggung Pringgodiningrat sebagai bupati. Pada masa itu, wilayah Sleman membawahi 17 Kapenewon/Kecamatan (Son) yang terdiri dari 258 Kalurahan (Ku). Ibu kota kabupaten berada di wilayah utara, yang saat ini dikenal sebagai desa Triharjo. Melalui Maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 tahun 1948 tentang perubahan daerah-daerah kelurahan, maka 258 kelurahan di Kabupaten Sleman saling menggabungkan diri hingga menjadi 86 kelurahan/desa. Kelurahan/desa tersebut membawahi 1.212 padukuhan.

Pusaka dan Identitas Daerah

Kabupaten Sleman memiliki tombak "Kyai Turunsih Tangguh Ngayogyakarto", pemberian dari Raja Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X pada Sabtu Kliwon 15 Mei 1999 (Tanggal Jawa, 29 Sapar 1932 Ehe). Penyerahan Pusaka tersebut kepada Bupati Sleman, dikawal 2 bergada prajurit Kraton Yogyakarta yakni Bregada Ketanggung berbendera Cakraswandana dan Bregada Mantrijero berbendera Purnamasidi. Pusaka itu dibawa seorang abdi Keraton Yogyakarta, KRT Pringgohadi Seputra.

Tombak Kyai Turunsih memiliki dhapur (pangkal) cekel beluluk Ngayogyakarta dan pamor beras wutah (wos wutah) wengkon. Pamor pusaka itu sesuai kondisi Sleman sebagai gudang berasnya Daerah Istimewa Yogyakarta. Tombak tersebut memiliki panjang sepanjang kurang lebih 270 cm dan pangkal sepanjang 49 cm.

Menurut Sri Sultan Hamengkubuwono X, Tombak Kyai Turunsih mengisyaratkan laku ambeg paramarta, dijiwai olah rasa kasih sayang, yang mencakup wilayah se-Kabupaten Sleman sebagaimana sebuah keluarga besar yang harmonis, mulat sarira sesuai hari jadinya 'Anggana Catur Sarira Tunggal' yang terbaca tahun 1846 Jawa. Candra Sengkala tersebut mengemukakan sikap kearifan tradisional di empat penjuru yang manunggal pada jiwa kesatuan, yang menjadi unsur kasepuhannya.

Pemerintahan

Daftar Bupati

No. Wali kota Potret Partai Awal Akhir Masa jabatan Wakil
1 Pringgodiningrat 1945 1947 2 tahun
2 Prodjodiningrat
1947 1950 3 tahun
3 Dipodiningrat 1950 1955 5 tahun
4 Prawirodiningrat 1955 1957 3 tahun
5 Buchori S. Pranotohadi 1957 1959 2 tahun
6 Murdodiningrat 1959 1974 5 tahun
7 Tedjo Hadiningrat 1974 1974 3 bulan
8 Prodjosuyoto 1974 1985 11 tahun
9 Samirin 1985 1990 5 tahun
10 Arifin Ilyas 1990 2000 10 tahun
11   Ibnu Subiyanto
(lahir 1950)
PDI-P 2000 2005 5 tahun Zaelani
2000-2005
20 Desember 2006 20 Desember 2011 5 tahun Sri Purnomo
2005-2009
Sri Purnomo
(Pelaksana Tugas)
2009 2010 1 tahun Jabatan kosong
12 Sri Purnomo
(lahir 1961)
PAN 2010 10 Agustus 2015 5 tahun Yuni Satia Rahayu
2010-2015
Gatot Saptadi
(Penjabat)
10 Agustus 2015 17 Februari 2016 160 hari Jabatan kosong
(12) Sri Purnomo
(lahir 1961)
PAN 17 Februari 2016 17 Februari 2021 5 tahun, 0 hari Sri Muslimatun
2016-2021
Harda Kiswaya
(Pelaksana Harian)
17 Februari 2021 26 Februari 2021 9 hari Jabatan kosong
13 Kustini Sri Purnomo
(lahir 1961)
PAN 26 Februari 2021 24 September 2024 3 tahun, 220 hari Danang Maharsa
2021-sekarang
Kusno Wibowo
(Penjabat sementara)
24 September 2024 Petahana 40 hari Jabatan kosong


Dewan Perwakilan

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Sleman dalam empat periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2009–2014[10] 2014–2019[11] 2019–2024[12] 2024–2029
PKB 5 Steady 5 Kenaikan 6 Kenaikan 7
Gerindra (baru) 1 Kenaikan 7 Penurunan 6 Steady 6
PDI-P 10 Kenaikan 12 Kenaikan 15 Penurunan 13
Golkar 6 Penurunan 4 Kenaikan 5 Kenaikan 6
NasDem (baru) 5 Penurunan 3 Steady 3
PKS 6 Steady 6 Steady 6 Steady 6
Hanura (baru) 1 Penurunan 0 Steady 0 Steady 0
PAN 6 Steady 6 Steady 6 Steady 6
Demokrat 8 Penurunan 1 Penurunan 0 Steady 0
PPP 4 Steady 4 Penurunan 3 Steady 3
PDP (baru) 1
PKNU (baru) 1
PKPB 1
Jumlah Anggota 50 Steady 50 Steady 50 Steady 50
Jumlah Partai 12 Penurunan 9 Penurunan 8 Steady 8

Kapanéwon

Kabupaten Sleman memiliki 17 kapanewon dan 86 kalurahan. Pada tahun 2017, jumlah penduduk mencapai 1.062.861 jiwa yang tersebar di wilayah seluas 574,82 km² dengan tingkat kepadatan penduduk 1.849 jiwa/km².[13][14]

Daftar kapanewon dan kalurahan di Kabupaten Sleman, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kapanewon Hanacaraka Transliterasi Kodepos[15] Jumlah
Kalurahan
Daftar
Kalurahan
34.04.08 Berbah ꦧꦼꦂꦧꦃ Běrbah 55573 4
34.04.17 Cangkringan ꦕꦁꦏꦿꦶꦔꦤ꧀ Cangkringan 55583 5
34.04.07 Depok ꦝꦺꦥꦺꦴꦏ꧀ Dhépok 55598 3
34.04.01 Gamping ꦒꦩ꧀ꦥꦶꦁ Gamping 55599 5
34.04.02 Godean ꦒꦺꦴꦝꦺꦪꦤ꧀ Godhéan 55564 7
34.04.10 Kalasan ꦏꦭꦱꦤ꧀ Kalasan 55571 4
34.04.04 Minggir ꦩꦶꦁꦒꦶꦂ Minggir 55562 5
34.04.06 Mlati ꦩ꧀ꦭꦜꦶ Mlaṭhi 55597 5
34.04.03 Moyudan ꦩꦪꦸꦢꦤ꧀ Måyudan 55563 4
34.04.12 Ngaglik ꦔꦒ꧀ꦭꦶꦏ꧀ Ngaglík 55581 6
34.04.11 Ngemplak ꦔꦼꦩ꧀ꦥ꧀ꦭꦏ꧀ Ngěmplak 55584 5
34.04.16 Pakem ꦥꦏꦼꦩ꧀ Pakĕm 55582 5
34.04.09 Prambanan ꦥꦿꦩ꧀ꦧꦤꦤ꧀ Prambanan 55572 6
34.04.05 Seyegan ꦱꦺꦪꦺꦒꦤ꧀ Séyégan 55561 5
34.04.13 Sleman ꦱ꧀ꦭꦺꦩꦤ꧀ Sléman 55511-55515 5
34.04.14 Tempel ꦠꦺꦩ꧀ꦥꦺꦭ꧀ Tèmpèl 55552 8
34.04.15 Turi ꦠꦸꦫꦶ Turi 55551 4
TOTAL 86

Ekonomi

Sleman merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada tahun 2020, tercatat produk domestik regional bruto (PDRB) lapangan usaha atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp 45,83 triliun.[16]

Perekonomian Sleman mayoritas ditopang melalui sektor pengolahan, yakni mencapai Rp 6,16 triliun (13,4%) dan sektor konstruksi yang mencapai Rp 5,04 triliun (10,99%) dari total PDRB.

Pasar tradisional tersebar di seluruh kapanewon di Sleman. Pusat perekonomian Sleman justru bukan berada di Kota Sleman. Kota Sleman difokuskan sebagai wilayah kerja pemerintahan kabupaten. Pusat perekonomian Sleman berada di wilayah yang menjadi kota satelit dari Kota Yogyakarta, seperti Depok, Mlati, Gamping, dan Ngaglik.

Sebagian pasar modern yang menggunakan nama "Yogyakarta" juga berada di Sleman, seperti Plaza Ambarrukmo, Hartono Mall Yogyakarta, Jogja City Mall, dan Sleman City Hall.

Demografi

Pada tahun 2021, jumlah penduduk kabupaten Sleman adalah 1.125.804 jiwa, dengan kepadatan mencapai 2.076,32 per km2 nya. Kapanewon Depok menjadi wilayah dengan jumlah penduduk paling tinggi di Sleman, yakni 131.005 jiwa. Hal tersebut sangat wajar mengingat kapanewon Depok merupakan bagian dari kota satelit Kota Yogyakarta. Sedangkan kapanewon Cangkringan menjadi wilayah dengan jumlah penduduk paling rendah di Sleman, yakni 31.131 jiwa.[1]

Kabupaten Sleman bersama dengan kota Yogyakarta dan kabupaten Bantul tergabung dalam wilayah penyangga urban bernama Kartamantul, yang merupakan akronim dari Yogyakarta, Sleman, dan Bantul. wilayah Sleman yang masuk dalam aglomerasi Kartamantul berada di Kapanewon Depok, Mlati, Gamping dan Ngaglik. Dengan luas wilayah 1.114,15 km², wilayah aglomerasi Kartamantul memiliki total jumlah penduduk lebih dari 2.4 juta jiwa.[17]

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Surat Keputusan Gubernur No.163/KEP/2017 menyatakan pembentukan sekretariat bersama Kartamantul, dengan tujuan untuk mempermudah sinergi kerjasama antar ketiga wilayah dalam hal sampah, pengolahan limbah, drainase, jalan, transportasi, dan air bersih.[18]

Agama

<div style="border:solid transparent;position:absolute;width:100px;line-height:0;

Agama di Sleman

  Islam (90.48%)
  Katolik (6.39%)
  Protestan (2.95%)
  Buddha (0.03%)
  Hindu (0.10%)
  Lainnya (0.006%)

Islam merupakan agama mayoritas yang dianut masyarakat kabupaten Sleman dengan persentase 90,48%, dengan jumlah penganut Kristen yang relatif signifikan (Katolik 6,39% dan Protestan 2,35%). Sebagian kecil lagi adalah pemeluk agama Hindu yakni 0,10%, Buddha 0,03% dan agama Lainnya 0,006%, termasuk Konghucu yang memiliki persentase 0,004%.[3]

Sleman pernah menjadi basis keagamaan Hindu dan Buddha pada masa Kerajaan Mataram Kuno, hal ini dibuktikan dengan adanya temuan beberapa candi di sekitar Kalasan, Prambanan, Ngemplak dan Berbah. Sleman juga memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam di era Mataram Baru, khususnya setelah dibagi ke dalam wilayah Yogyakarta. Beberapa masjid Pathok Negoro milik Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat berada di Sleman, seperti masjid Pathok Negoro Mlangi di Gamping dan masjid Pathok Negoro Plosokuning di Ngaglik.

Transportasi

Kabupaten Sleman dilintasi jalur antarprovinsi yang menghubungkan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Jawa Tengah. Ruas jalan lingkar dalam kota Yogyakarta juga melewati kabupaten ini. Hal tersebut membuat banyak angkutan umum, angkutan kota dan angkutan antarkota dari Kota Yogyakarta dan Kota Magelang melewati Sleman.

Berikut adalah terminal yang ada di Sleman:

Trans Jogja

Trans Jogja adalah moda transportasi bus rapid transit yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, terkhusus kawasan aglomerasi Kartamantul.

Beberapa tempat di Sleman menjadi titik awal keberangkatan bus Trans Jogja, seperti:

  • Shelter Terminal Prambanan yang menjadi titik awal keberangkatan trayek 1A atau Koridor 3 (Prambanan-Malioboro);
  • Shelter Bandara Adisutjipto yang menjadi titik keberangkatan awal trayek 1A Pakem (Adisutjipto-Jangkang-Pakem), (1B (Adisutjipto-Kantor Pos Besar) dan 3A (Adisutjipto-Ngabean-Giwangan);
  • Shelter Terminal Condong Catur yang menjadi titik keberangkatan trayek Koridor 1 (Condongcatur-UGM-Pakem), 2A atau Koridor 2 (Condongcatur-Jombor-Malioboro) dan 2B (Condongcatur-Ngabean-Jombor);
  • Shelter Terminal Jombor yang menjadi titik keberangkatan trayek 5A (Jombor-Babarsari), 5B (Jombor-Kridosono), dan 8 (Jombor-Jogokaryan);
  • Shelter Gamping yang menjadi titik keberangkatan trayek 6A (Gamping-Ngabean-Madukismo), 6B (Gamping-Madukismo-Ngabean), dan 10 (Gamping-SGM).

Angkutan kereta api

Stasiun Maguwo di Kapanéwon Depok merupakan satu-satunya stasiun kereta api di Sleman yang masih melayani layanan kereta api penumpang. Terletak di jalur utama selatan dan tengah Pulau Jawa, Stasiun Maguwo hanya melayani komuter Commuter Line Yogyakarta. Ada pula Stasiun Patukan yang berada di Kapanéwon Gamping, namun hanya melayani persilangan dan persusulan antar kereta api.

Dulu juga ada stasiun, namun di nonaktifkan. Berikut adalah stasiun nonaktif:

Angkutan udara

Kabupaten ini terdapat Bandar Udara Internasional Adisutjipto, namun sejak ada Bandar Udara Internasional Yogyakarta di Kabupaten Kulon Progo, Bandara ini jadi Lanud Militer hingga saat ini.

Pariwisata

Logo pariwisata Sleman. Tidak seperti logo pariwisata lainnya di DIY, logo ini diluncurkan pada tahun 2017 dan diwujukan dengan basis penjenamaan Jogja Istimewa, yang disetujui oleh 60% responden yang hadir.[19]

Tempat wisata

Kuliner khas

Jadah Tempe, salah satu makanan khas Sleman.

Sleman memiliki banyak makanan dan minuman khas daerah. Jadah tempe adalah makanan khas Sleman yang merupakan gabungan dari dua jenis makanan yaitu jadah yang merupakan olahan dari ketan dan tempe ataupun tahu. Baik tempe atau tahunya biasanya diolah dengan cara dibacem. Di masyarakat umum, jadah lebih dikenal dengan nama gemblong. Jadah tempe banyak ditemui di daerah Kaliurang.

Sedangkan di Sleman bagian barat, terdapat sentra industri keripik belut yang terletak di Kapanewon Godean. Keripik belut mulai dikembangkan oleh masyarakat Godean sejak dekade 1980-an dan berkembang hingga saat ini. Godean juga memiliki sentra kuliner keripik belut yang terletak tak jauh dari pasar Godean.

Ayam goreng Kalasan juga menjadi salah satu makanan utama khas sleman. Ayam goreng Kalasan memiliki cita rasa yang berbeda dikarenakan memakai bumbu yang sederhana dengan cara diungkep. Selain itu, kremes atau remahan rennyah yang terbuat dari tepung kanji juga menjadi salah satu daya tarik dari ayam goreng Kalasan. Pusat kuliner ayam goreng Kalasan berada di Dusun Bendan, Kalurahan Tirtomartani, yang terletak di pinggir jalan raya Yogyakarta-Surakarta. Kuliner ini sudah menjadi franchise restoran di Seluruh Indonesia.

Flora dan Fauna

Salak pondoh dijual di Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta.

Salak pondoh

Tanaman ini dipilih menjadi flora identitas Kabupaten Sleman karena merupakan jenis tanaman Salak khas di wilayah Sleman dan telah menjadi kebanggaan masyarakat Sleman. Awalnya, Partodiredjo, seorang Jogoboyo desa pada Kapanewon Tempel, pada tahun 1917 menerima kenang-kenangan empat butir biji salak dari seorang warga negara Belanda yang akan kembali ke negerinya karena masa tugasnya telah berakhir.

Biji salak yang kemudian ditanam dan dibudidayakannya dengan baik ternyata menghasilkan buah yang manis dan tidak sepat, tidak seperti buah Salak yang selama itu dikenalnya. Pada tahun 1948-an tanaman Salak tersebut kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Muhadiwinarto (putra Partodiredjo) warga Sokobinangun, Merdikorejo, Tempel. Karena kelebihannya dalam hal rasa, tanaman salak tersebut cepat berkembang pesat penyebarannya.

Burung punglor

Di wilayah Sleman, burung yang bersuara merdu ini berhabitat kebun Salak Jawa. Dengan makanan utama cacing tanah dan kumbang (uret). Punglor merupakan predator bagi hama tanaman Salak Jawa. Namun, keberadaannya semakin berkurang seiring berkurangnya habitat kebun Salak Jawa. Masyarakat lebih banyak memilih menanam salak pondoh.[20]

Pendidikan

Universitas Gadjah Mada, yang terletak di Kabupaten Sleman.

Empat dari lima perguruan tinggi negeri Yogyakarta berada di Sleman, yakni Universitas Gajah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta, dan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Menariknya, instansi perguruan tinggi tetap menggunakan nama "Yogyakarta" dalam hal surat-menyurat dan tugas akhir, meskipun berada di wilayah Sleman.

Pendidikan tinggi

Universitas

Institut

Sekolah tinggi

  • Sekolah Tinggi Bahasa Asing Lembaga Indonesia-Amerika
  • Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (Akademi Administrasi Notokusumo)
  • Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bank
  • Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mitra Indonesia
  • Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata API (Akademi Pariwisata Indonesia)
  • Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Solusi Bisnis Indonesia
  • Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (Yayasan Keluarga Pahlawan Negara)
  • Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Guna Bangsa
  • Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Husada
  • Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN
  • Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA
  • Sekolah Tinggi MultiMedia "MMTC"

Bahasa

Menurut Badan Bahasa, bahasa Jawa dialek Jogja-Surakarta merupakan bahasa daerah yang dituturkan mayoritas penduduk Kabupaten Sleman.[21] Menurut Statistik Kebahasaan 2019, bahasa ini menjadi satu-satunya bahasa daerah asli Kabupaten Sleman.[22] Bahasa resmi instansi pemerintahan di Kabupaten Sleman adalah bahasa Indonesia.

Seni budaya

Sleman sebagai salah satu bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta tentunya memiliki kebudayaan daerah yang beragam. Beberapa seni, budaya dan tradisi yang berasal dari Sleman antara lain:

Bregada Rakyat

Bregada rakyat berbeda dengan prajurit bregada yang ada di dalam Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Bregada rakyat dibentuk oleh masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai wujud rasa cinta mereka kepada bregada keraton.[23]

Bregada rakyat juga dapat ditemui di Sleman. Biasanya bregada ini dimiliki oleh paguyuban warga di suatu pedukuhan, dan biasanya akan ditampilkan dalam beberapa acara desa yang bertajuk budaya. Beberapa bregada rakyat dari Sleman, seperti bregada Manunggaling Kawula dari kapanewon Berbah, bregada Pager Bumi dari kapanewon Turi, dan bregada Wira Manggala dari kapanewon Gamping. Bregada-bregada ini juga menjadi daya tarik wisata di Sleman.[24]

Olahraga

Sleman memiliki fasilitas olahraga berupa dua stadion, satu berada di Maguwoharjo dan satu lagi berada di kota Sleman, yakni Stadion Tridadi. Stadion Maguwoharjo dipersiapkan untuk pergelaran sepak bola nasional maupun internasional. stadion tersebut sama-sama menjadi markas klub sepak bola PSS Sleman.

PSS Sleman merupakan klub sepak bola yang berdiri pada tanggal 20 Mei 1976 semasa periode kepemimpinan Bupati Drs. KRT. Suyoto Projosuyoto. Kini, PSS Sleman merupakan salah satu peserta kompetisi tertinggi dalam pergelaran sepak bola Indonesia, yakni Liga 1 Indonesia.

Tokoh terkenal

Referensi

  1. ^ a b Kabupaten Sleman Dalam Angka 2021 (pdf) (Laporan). Sleman: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. hlm. 114. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-04. Diakses tanggal 4 Desember 2021. 
  2. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama DUKCAPIL
  3. ^ a b "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Kabupaten Sleman". Badan Pusat Statistik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-07. Diakses tanggal 21 Januari 2021. 
  4. ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021". www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-01. Diakses tanggal 4 Desember 2021. 
  5. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2019" (PDF). www.djpk.kemenkeu.go.id. 2019. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2020-01-11. Diakses tanggal 21 Januari 2021. 
  6. ^ "Sleman Sembada". Sleman: Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sleman. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-29. Diakses tanggal 2023-06-15. 
  7. ^ a b "Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sleman No. 93/SK.KDH/A/1999" (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-08-05. Diakses tanggal 2022-08-05. 
  8. ^ a b Com, Pandangan Jogja. "Bukan Gajah, Asal Usul Nama Kabupaten Sleman Adalah Randu Alas". Kumparan. Widi Erha Pradana. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-07. Diakses tanggal 01 November 2022. 
  9. ^ "History - Map of Java Sultanates". euratlas.net. Anonim. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-11. Diakses tanggal 01 November 2022. 
  10. ^ Perolehan Kursi DPRD Sleman 2009-2014
  11. ^ Perolehan Kursi DPRD Sleman 2014-2019
  12. ^ Perolehan Kursi DPRD Sleman 2019-2024
  13. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  14. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  15. ^ Kode Pos Kabupaten Sleman
  16. ^ katadata:Perekonian Sleman Terbesar di Yogyakarta pada 2020 Diarsipkan 2022-10-05 di Wayback Machine., diakses 06 Oktober 2022
  17. ^ "Yogyakarta". ciptakarya.pu.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-06. Diakses tanggal 2022-10-06. 
  18. ^ "Sektor Kerjasama". kartamantul.jogjaprov.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-06. Diakses tanggal 2022-10-06. 
  19. ^ "Menpar Apresiasi Sleman Luncurkan Branding 'Sleman The Living Culture'". Republika Online. 2017-05-19. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-10. Diakses tanggal 2022-01-10. 
  20. ^ Widayati, Rully (ed.). "Burung Punglor Sleman Makin Langka, Terancam Punah". Tempo.co. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-18. Diakses tanggal 24 Desember 2021. 
  21. ^ "Bahasa di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta". Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-01. Diakses tanggal 23 Mei 2020. 
  22. ^ Statistik Kebahasaan 2019. Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan. 2019. hlm. 4. ISBN 9786028449182. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-04-30. Diakses tanggal 2020-05-23. 
  23. ^ "Mengenal Bregada Rakyat, Daya Tarik Wisata Baru Yogyakarta". Suara.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-08. Diakses tanggal 8 Oktober 2022. 
  24. ^ "Festival Bregodo Prajurit Rakyat, Meriah". warta.jogjakota.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-08. Diakses tanggal 8 Oktober 2022. 

Lihat pula

Pranala luar