Lompat ke isi

Pembela Tanah Air: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(72 revisi perantara oleh 39 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{kegunaanlain|Peta}}
{{kegunaanlain|Peta (disambiguasi)}}
{{Infobox Military Unit
{{Infobox military unit
|unit_name= Pembela Tanah Air
|unit_name= Pembela Tanah Air
|image= [[Berkas:Flag of PETA (Pembela Tanah Air).svg|180px]]
|image= [[Berkas:Flag of PETA (Pembela Tanah Air).svg|280px]]
|caption= Bendera yang digunakan batalion PETA
|caption= Bendera batalion PETA
|dates= [[3 Oktober]] [[1943]] - [[19 Agustus]] [[1945]]
|dates= [[3 Oktober]] [[1943]]–[[19 Agustus]] [[1945]]
|country= {{negara|Indonesia}} [[Indonesia]] (Pra-kemerdekaan)
|country= {{flagicon|Kekaisaran Jepang}} [[Pendudukan Jepang di Hindia-Belanda]]
|allegiance= [[Berkas:War flag of the Imperial Japanese Army.svg|25px]] [[Angkatan Darat Kekaisaran Jepang]]
|allegiance= {{nowrap|{{angkatan darat|Kekaisaran Jepang}}}}
|branch=''[[Seinen Dojo]]''
|branch=
|type=[[Infanteri]]
|type=[[Infanteri]]
|role=Membela [[Indonesia]] dari serangan [[Blok Sekutu]]
|role=Pertahanan wilayah Indonesia dari serangan [[Blok Sekutu dalam Perang Dunia II|Blok Sekutu]]
|size={{circa|37.400}} personel (1945)
|size=66 Batalion di [[Jawa]]<br />3 Batalion di [[Bali]]<br />Sekitar 20,000 personel di [[Sumatra]]
|command_structure=
|command_structure=
|current_commander=
|current_commander=
|garrison=[[Bogor]], [[Jawa]]
|garrison=[[Bogor]], [[Jawa Barat]]
|ceremonial_chief=
|ceremonial_chief=
|colonel_of_the_regiment=
|colonel_of_the_regiment=
|patron=
|nickname=PETA<br />''Kyōdo Bōei Giyûgun''
|nickname = PETA
|patron=[[Berkas:War flag of the Imperial Japanese Army.svg|25px]] [[Angkatan Darat Kekaisaran Jepang]]
|motto= "''Indonesia Akan Merdeka''"
|motto= Indonesia Akan Merdeka
|colors= {{ublist
|colors= [[Ungu]], [[Hijau]], [[Merah]] & [[Putih]] {{color box|#6B3FA0}}{{color box|#004123}}{{color box|Red}}{{color box|#FFFFFF}}
| {{color box|#6B3FA0}} [[Ungu]]
|colors_label= Warna seragam
| {{color box|#004123}} [[Hijau]]
| {{color box|Red}} [[Merah]]
| {{color box|#FFFFFF}} [[Putih]]
}}
|colors_label= Warna panji
|identification_symbol=
|identification_symbol=
|march=
|march= [[Mars Tentara Pembela]]
|mascot=
|mascot=
|battles=
|battles= [[Pemberontakan PETA Blitar]]
|Commanders=
|notable_commanders=
|notable_commanders=
|anniversaries=[[3 Oktober]]
|anniversaries=[[3 Oktober]]
|decorations=
|decorations=
|battle_honours=
|battle_honours=
|native_name={{ublist
}}
| {{lang|ja|郷土防衛義勇軍}}
| {{transl|ja|Kyōdo Bōei Giyūgun}}
}}}}
{{Sejarah Indonesia}}
{{Sejarah Indonesia}}

[[Berkas:Peta_ri.jpg|kiri|jmpl|Tentara PETA sedang latihan di Bogor pada tahun 1944]]
[[Berkas:Peta_ri.jpg|kiri|jmpl|Tentara PETA sedang latihan di Bogor pada tahun 1944]]
'''Tentara Sukarela Pembela Tanah Air''' atau {{nihongo|'''PETA'''|郷土防衛義勇軍|kyōdo bōei giyūgun}} adalah kesatuan militer yang dibentuk [[Jepang]] di [[Indonesia]] dalam [[masa pendudukan Jepang]]. Tentara Pembela Tanah Air dibentuk pada tanggal [[3 Oktober]] [[1943]] berdasarkan maklumat ''Osamu Seirei No 44'' yang diumumkan oleh Panglima Tentara Ke-16, [[Letnan Jendral]] Kumakichi Harada sebagai [[Tentara Sukarela]]. Pelatihan pasukan Peta dipusatkan di kompleks militer [[Bogor]] yang diberi nama [[Gyu Gun|Jawa Bo-ei Giyûgun Kanbu Resentai]].


{{nihongo|'''Tentara Sukarela Pembela Tanah Air'''|郷土防衛義勇軍|Kyōdo Bōei Giyūgun|lead=yes}} atau '''Pembela Tanah Air''' ('''PETA''') adalah satuan paramiliter yang dibentuk [[Kekaisaran Jepang|Jepang]] di [[Indonesia]] pada [[masa pendudukan Jepang]]. PETA dibentuk pada tanggal [[3 Oktober]] [[1943]] sebagai tentara sukarela berdasarkan maklumat ''Osamu Seirei No. 44'' yang diumumkan oleh Panglima [[Angkatan Darat ke-16 (Jepang)|Angkatan Darat ke-16]], [[Letnan Jenderal]] [[Kumakichi Harada]]. Pelatihan pasukan PETA dipusatkan di kompleks militer di [[Bogor]].
Tentara PETA telah berperan besar dalam [[Perang Kemerdekaan Indonesia]]. Beberapa tokoh nasional yang dulunya tergabung dalam PETA antara lain mantan presiden [[Soeharto]] dan Jendral Besar [[Soedirman]]. Veteran-veteran tentara PETA telah menentukan perkembangan dan evolusi [[militer Indonesia]], antara lain setelah menjadi bagian penting dari pembentukan [[Badan Keamanan Rakyat]] (BKR), [[Tentara Keamanan Rakyat]] (TKR), [[Tentara Keselamatan Rakyat]], [[Tentara Republik Indonesia]] (TRI) hingga akhirnya [[TNI]]. Karena hal ini, PETA banyak dianggap sebagai salah satu cikal bakal dari [[Tentara Nasional Indonesia]].


Tentara PETA telah berperan besar dalam [[Perang Kemerdekaan Indonesia]]. Beberapa tokoh nasional yang dulunya tergabung dalam PETA antara lain mantan presiden [[Jenderal Besar (Indonesia)|Jenderal Besar TNI]] [[Soeharto]] dan [[Jenderal Besar (Indonesia)|Jenderal Besar TNI]] [[Soedirman]]. Veteran tentara PETA telah menentukan perkembangan dan evolusi [[militer Indonesia]], mulai dari pembentukan [[Badan Keamanan Rakyat]] (BKR), [[Tentara Keamanan Rakyat]] (TKR), [[Tentara Keselamatan Rakyat]], [[Tentara Republik Indonesia]] (TRI), hingga akhirnya menjadi [[TNI|Tentara Nasional Indonesia]] (TNI). Karena hal ini, PETA dianggap sebagai salah satu cikal bakal dari Tentara Nasional Indonesia.
== Latar belakang ==
Pembentukan PETA dianggap berawal dari surat Raden [[Gatot Mangkoepradja]] kepada ''[[Gunseikan]]'' (kepala pemerintahan militer Jepang) pada bulan September 1943 yang antara lain berisi permohonan agar bangsa Indonesia diperkenankan membantu pemerintahan Jepang di medan perang. Pada pembentukannya, banyak anggota ''[[Seinen Dojo]]'' (Barisan Pemuda) yang kemudian menjadi anggota senior dalam barisan PETA. Ada pendapat bahwa hal ini merupakan strategi Jepang untuk membangkitkan semangat patriotisme dengan memberi kesan bahwa usul pembentukan PETA berasal dari kalangan pemimpin Indonesia sendiri. Pendapat ini ada benarnya, karena, sebagaimana berita yang dimuat pada [[koran]] "[[Asia Raya]]" pada tanggal [[13 September]] [[1943]], yakni adanya usulan sepuluh ulama: K.H. [[Mas Mansyur]], KH. Adnan, Dr. [[Haji Abdul Malik Karim Amrullah|Abdul Karim Amrullah]] (HAMKA), Guru H. [[Mansur]], Guru H. [[Cholid]]. K.H. [[Abdul Madjid]], Guru [[H. Jacob]], K.H. [[Djunaedi]], [[U. Mochtar]] dan H. [[Mohammad Sadri]], yang menuntut agar segera dibentuk tentara sukarela bukan wajib militer yang akan mempertahankan Pulau [[Jawa]] <ref>Suryanegara, Mansur. 1996. ''Pemberontakan Tentara PETA di Cileunca Pangalengan Bandung Selatan''</ref>. Hal ini menunjukkan adanya peran golongan agama dalam rangka pembentukan milisi ini. Tujuan pengusulan oleh golongan agama ini dianggap untuk menanamkan paham kebangsaan dan cinta tanah air yang berdasarkan ajaran agama. Hal ini kemudian juga diperlihatkan dalam panji atau bendera tentara PETA yang berupa [[matahari terbit]] (lambang [[kekaisaran Jepang]]) dan lambang [[bulan sabit]] dan [[bintang]] (simbol kepercayaan [[Islam]]).


== Sejarah ==
== Pemberontakan batalion PETA di Blitar ==
[[Berkas:Tentara Pembela - Verdedigingsleger.webm|kiri|jmpl|Mars PETA dalam pembukaan video propaganda Jepang yang diproduksi oleh Keimin Bunka Shidosho (Lembaga Kebudayaan Jepang di Indonesia)]]

=== Pembentukan ===
Setelah Jepang [[Sejarah Nusantara (1942–1945)|menguasai Hindia Belanda]], [[pemerintahan militer]] Jepang mulai membentuk berbagai organisasi bagi rakyat Indonesia untuk kebutuhan pendudukan dan kebutuhan perang Jepang di [[Perang Pasifik]]. Akan tetapi, Jepang tidak membuka perekrutan untuk personel militer, kecuali dengan kapasitas yang sangat terbatas seperti [[Heiho]]. Meski begitu, niat untuk membentuk satuan militer yang terdiri dari penduduk lokal sudah ada sejak awal pendudukan. Letnan Satu [[Motoshige Yanagawa]] dari ''Beppan'' (gugus tugas khusus dari Angkatan Darat ke-16) memulainya dengan mendirikan {{Nihongo||青年道場|Seinen Dōjō|'[[Dojo]] Pemuda'}} di [[Tangerang (disambiguasi)|Tangerang]] pada bulan Januari 1943, yang berfungsi sebagai tempat pelatihan kemampuan semimiliter bagi para pemuda.{{Sfn|Sato|2010|p=194}} Kemudian, ''[[Seinendan]]'' (Barisan Pemuda) diresmikan pada tanggal 9 Maret 1943.

Pada tanggal 16 Juni 1943, Perdana Menteri Jepang [[Hideki Tojo]] mengumumkan dalam Sidang Parlemen Jepang ke-82, bahwa penduduk [[Jawa|Pulau Jawa]] akan mulai dilibatkan dalam urusan [[Pemerintahan sendiri|pemerintahan dalam negeri]] di Pulau Jawa.<ref>{{Cite AV media|url=https://www.openbeelden.nl/media/1302103|title=Bezoek generaal Tojo en instelling van de centrale raad van advies|date=1943-07-01|last=Nippon Eigasha|type=video|language=id|place=|publication-place=Batavia/Tokyo}}</ref> Sebagai bagian dari rencana tersebut, pemerintahan Jepang di Pulau Jawa mulai menyusun rencana untuk mendirikan satuan militer beranggotakan penduduk lokal yang berfungsi sebagai kekuatan pertahanan. Supaya rencana ini dapat menarik minat masyarakat, ''Beppan'' memutuskan bahwa permohonan pembentukan satuan tersebut harus dilakukan oleh orang Indonesia sendiri. Motoshige Yanagawa kemudian memilih [[Gatot Mangkoepradja|Raden Gatot Mangkoepradja]] untuk membuat permohonan tersebut. Gatot Mangkoepradja dipilih karena ia telah menyampaikan aspirasi tentang pentingnya satuan militer bagi Indonesia kepada pemerintahan Jepang sejak bulan Mei 1942.{{Sfn|Sato|2010|p=197}} Motoshige Yanagawa bertemu dengan Gatot Mangkoepradja di [[Batavia|Jakarta]] pada tanggal 5 September 1943 untuk mendiskusikan hal tersebut. Diskusi dilanjutkan dengan ''Beppan'' pada keesokan harinya.{{Sfn|Sato|2010|p=193}}

Pada tanggal 7 September 1943, Gatot Mangkoepradja mengirimkan surat kepada {{Nihongo||軍政官|Gunseikan|'Kepala Pemerintahan Militer Jepang'}} Letnan Jenderan [[Shinshichiro Kokubu]], yang berisi permohonan agar bangsa Indonesia diperkenankan membantu usaha militer Jepang di medan perang secara langsung melalui sebuah "Barisan Pembela".{{Sfn|Sato|2010|p=193}}<ref name=":0" /> Di [[Tokyo]], pernyataan serupa juga disampaikan oleh [[Sutardjo Kertohadikusumo|Soetardjo Kartohadikoesoemo]] dan [[Boentaran Martoatmodjo|Dr. Boentaran Martoatmodjo]] pada kesempatan terpisah.{{Sfn|Asia Raya|1943a}}{{Sfn|Asia Raya|1943b}} Keesokan harinya, pada 8 September 1943, surat milik Gatot Mangkoepradja dipublikasikan di [[koran]] [[Asia Raja|Asia Raya]].{{Sfn|Mangkoepradja|1943}} Setelah penerbitan surat tersebut, selama beberapa hari setelahnya, berbagai surat kabar juga memuat aspirasi-aspirasi senada dari berbagai kalangan.{{Sfn|Sato|2010|p=195}}{{Sfn|Machfoeld|1943|p=}} Pada tanggal 10 September 1943, [[Latief Hendraningrat|R.A. Latief Hendraningrat]] juga mengirimkan surat kepada ''Gunseikan,'' yang berisi permohonan untuk melibatkan anggota ''Seinendan'' dalam perang.{{Sfn|Domei|1943a|p=}} Permohonan pembentukan satuan militer juga diusulkan oleh sepuluh ulama: [[Mas Mansyur|K.H. Mas Mansyur]], K.H. Adnan, [[Haji Abdul Malik Karim Amrullah|Dr. Abdul Malik Karim Amrullah]], [[Mansur|Guru H. Mansur]], [[Cholid|Guru H. Cholid]], [[Abdul Madjid|K.H. Abdul Madjid]], [[H. Jacob|Guru H. Jacob]], [[Djunaedi|K.H. Djunaedi]], [[U. Mochtar]], dan [[Mohammad Sadri|H. Mohammad Sadri]], yang menuntut agar segera dibentuk tentara sukarela bukan wajib militer yang akan mempertahankan Pulau Jawa.{{Sfn|Suryanegara|1996}} Permohonan ini dimuat pada koran Asia Raya edisi [[13 September]] [[1943]].{{Butuh rujukan}} Dukungan terhadap pembentukan satuan militer juga disampaikan oleh beberapa tokoh, seperti [[Radjiman Wedyodiningrat|Dr. Radjiman Widjodiningrat]], [[Dwijosewoyo|R.Ng. Dwidjosewojo]], [[Frits Laoh]], [[A. Rasjid|Dr. A. Rasjid]], [[Abdul Karim Amrullah|Dr. H. A. Karim Amrullah]], dan [[Agus Salim|H. Agoes Salim]].{{Sfn|Domei|1943b|p=}}

Berbagai ungkapan dukungan ini selaras dengan strategi Jepang yang ingin membangkitkan semangat [[patriotisme]] rakyat Indonesia dengan memberi kesan bahwa usul pembentukan pasukan militer [[Pribumi-Nusantara|pribumi]] berasal dari kalangan pemimpin Indonesia sendiri. Pengusulan oleh golongan agama juga bertujuan untuk membangkitkan rasa cinta tanah air yang berdasarkan ajaran agama. Hal ini kemudian diperlihatkan dalam [[Panji-panji|bendera]] PETA yang terdiri dari unsur [[Bendera Jepang|matahari terbit]] (lambang [[Kekaisaran Jepang]]) serta [[Bintang dan bulan sabit|bulan sabit dan bintang]] (simbol kepercayaan [[Islam]]).

Pada tanggal 3 Oktober 1943, Panglima Angkatan Darat ke-16 menerbitkan {{nihongo|''Osamu Seirei No. 44''|治政令第44号|Osamu Seirei Dai-44 Gō}} yang memutuskan pembentukan tentara sukarela di Pulau Jawa. Isi dari ''Osamu Seirei No. 44'' adalah sebagai berikut:{{Sfn|Asia Raya|1943c|p=}}

{{Quote|
''Osamu Seirei No. 44'' Tentang pembentukan Pasukan sukarela untuk membela Tanah Jawa
<br />
<br />
Pasal 1
<br />
Menginat semangat yang berkobar-kobar serta juga memenuhi keinginan yang sangat dari 50 juta penduduk di Jawa, yang hendak membela tanah airnya dengan sendiri, maka Balatentera Dai Nippon membentuk Tentera Pembela Tanah Air, yakni pasukan sukarela untuk membela Tanah Jawa dengan penduduk asli, ialah berdiri atas dasar cita-cita membela [[Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya|Asia Timur Raya]] bersama-sama.{{efn|
大日本軍は、大東亜共同防衛精神に則り、ジャワ5千万民衆の熱々たる郷土防衛の意気に応え、原住民を以て、ジャワ防衛義勇軍を編成す。{{Sfn|Shiraishi|1974|p=16}}<br />
'Angkatan Bersenjata Kekaisaran Jepang, dilandasi semangat pertahanan bersama Asia Timur Raya, menjawab hasrat yang membara dari 50 juta masyarakat Pulau Jawa untuk membela tanah air, dengan membentuk Tentara Sukarela Pertahanan Jawa yang terdiri dari rakyat pribumi.'}}
<br />
<br />
Pasal 2
<br />
Pasukan sukarela Tentera Pembela Tanah Air ini, dibentuk dengan penduduk asli yang memajukan diri untuk kewajiban membela tanah airnya, dan ditempatkan di dalamnya sejumlah opsir Nippon sebagai pendidik.{{efn|
ジャワ防衛義勇軍は、郷土防衛に挺身を志願する原住民をもって編成し、一部の日本軍指導官を附す。{{Sfn|Shiraishi|1974|p=16}}<br />
'Tentara Sukarela Pertahanan Jawa dibentuk dari rakyat pribumi yang bergabung secara sukarela untuk membela tanah air dan mematuhi instruktur dari Angkatan Bersenjata Kekaisaran Jepang.'}}
<br />
<br />
Pasal 3
<br />
Pasukan sukarela Tentera Pembela Tanah Air termasuk di bawah pimpinan ''Saikoo Sikikan'' dan wajib menerima perintahnya.{{efn|
ジャワ防衛義勇軍は、最高指揮官に隷す。{{Sfn|Shiraishi|1974|p=16}}<br />
'Tentara Sukarela Pertahanan Jawa tunduk pada {{Nihongo||最高指揮官|Saikō Shikikan|'Komandan Tertinggi'}}.'}}
<br />
<br />
Pasal 4
<br />
Pasukan sukarela Tentera Pembela Tanah Air harus insaf akan cita-cita dan kepentingan pekerjaan pembela tanah air, serta wajib turut membela tanah airnya di dalam ''[[Karesidenan|Syuu]]'' masing-masing terhadap negeri [[Blok Sekutu dalam Perang Dunia II|sekutu]], di bawah pimpinan Balatentera Dai Nippon.{{efn|
ジャワ防衛義勇軍は、郷土防衛精神に徹し、米英蘭に対し、各州郷土の防衛に任ず。{{Sfn|Shiraishi|1974|p=16}}<br />
'Tentara Sukarela Pertahanan Jawa berkomitmen untuk membela tanah air, bertugas menghadapi Sekutu, dan bertanggung jawab atas pertahanan di masing-masing ''Shū'' asalnya.'}}
|{{Nihongo|''Saikoo Sikikan''|最高指揮官|Saikō Shikikan|}}}}

Perekrutan mulai dibuka pada bulan Oktober dan November 1943, bergantung pada jenjang kepangkatannya.{{Sfn|Asia Raya|1943c|p=}} Pada pembentukannya, banyak anggota ''Seinendan'' yang menjadi anggota senior dalam barisan PETA.

=== Pemberontakan ===
{{utama|Pemberontakan PETA Blitar}}
{{utama|Pemberontakan PETA Blitar}}
Pada tanggal [[14 Februari]] [[1945]], pasukan PETA di [[Blitar]] di bawah pimpinan [[Supriadi]] melakukan sebuah pemberontakan. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan dengan memanfaatkan pasukan pribumi yang tak terlibat pemberontakan, baik dari satuan PETA sendiri maupun [[Heiho]]. Supriadi, pimpinan pasukan pemberontak tersebut, menurut [[sejarah Indonesia]] dinyatakan hilang dalam peristiwa ini. Akan tetapi, pimpinan lapangan dari pemberontakan ini, yang selama ini dilupakan sejarah, [[Muradi]], tetap bersama dengan pasukannya hingga saat terakhir. Mereka semua pada akhirnya, setelah disiksa selama penahanan oleh ''[[Kempeitai]]'' (PM), diadili dan dihukum mati dengan [[hukuman penggal]] sesuai dengan hukum militer [[Tentara Kekaisaran Jepang]] di [[Eevereld]] (sekarang pantai [[Ancol]]) pada tanggal [[16 Mei]] [[1945]].
Pada tanggal [[14 Februari]] [[1945]], sebagian pasukan PETA Batalion [[Blitar]] melakukan pemberontakan di bawah pimpinan [[Soeprijadi]]. Pemberontakan ini dipicu oleh kemarahan personel Batalion Blitar yang menyaksikan buruknya kondisi masyarakat sekitar serta penderitaan yang dialami oleh [[romusa]]. Tujuan dari pemberontakan ini adalah membunuh setiap prajurit Jepang yang ditemui di wilayah Blitar. Akan tetapi, pemberontakan ini terendus lebih awal sehingga prajurit Jepang di sekitar markas batalion telah lebih dulu pergi. Pemberontakan berlangsung selama beberapa hari, dan berhasil dipadamkan terutama oleh pasukan pribumi yang tak terlibat pemberontakan, baik dari satuan PETA sendiri maupun dari [[Heiho]]. Soeprijadi dinyatakan hilang dalam peristiwa ini. Dari sekitar 360 orang yang terlibat pemberontakan, 55 di antaranya ditangkap. Terdapat 6 orang yang dijatuhi [[hukuman mati]]. Hukuman dilaksanakan di Eereveld (sekarang pantai [[Ancol]]) pada tanggal [[16 Mei]] [[1945]].{{Butuh rujukan}}


== Pembubaran PETA ==
=== Pembubaran ===
Pada tanggal [[18 Agustus]] [[1945]], sehari setelah [[proklamasi kemerdekaan Indonesia]], berdasarkan perjanjian [[kapitulasi Jepang]] dengan [[blok Sekutu]], [[Tentara Kekaisaran Jepang]] memerintahkan para ''[[daidan]]'' batalion PETA untuk menyerah dan menyerahkan senjata mereka, dimana sebagian besar dari mereka mematuhinya. [[Presiden Republik Indonesia]] yang baru saja dilantik, [[Sukarno]], mendukung pembubaran ini ketimbang mengubah PETA menjadi tentara nasional, karena tuduhan blok Sekutu bahwa Indonesia yang baru lahir adalah kolaborator [[Kekaisaran Jepang]] bila ia memperbolehkan milisi yang diciptakan Jepang ini untuk dilanjutkan.<ref name="RICKLEFS194">Ricklefs (1981), p194 </ref><ref name="SUNDHAUSSEN2_4">Sunhaussen (1982), pp2-4 </ref><ref name="BACHTIAR">Bachtiar(1988), p12 </ref>. Sehari kemudian, tanggal [[19 Agustus]] [[1945]], panglima terakhir Tentara Ke-16 di Jawa, Letnan Jendral [[Nagano Yuichiro]], mengucapkan pidato perpisahan pada para anggota kesatuan PETA.
Pada tanggal [[18 Agustus]] [[1945]], sehari setelah [[proklamasi kemerdekaan Indonesia]], berdasarkan perjanjian [[kapitulasi Jepang]] dengan [[Blok Sekutu]], Tentara Kekaisaran Jepang memerintahkan para batalion PETA untuk menyerah dan menyerahkan senjata mereka. Sebagian besar pasukan PETA mematuhi perintah ini. [[Presiden Republik Indonesia]] yang baru saja dilantik, [[Sukarno]], mendukung pembubaran ini daripada mengubah PETA menjadi [[Angkatan bersenjata|tentara nasional]]. Hal ini dilakukan untuk menghindari potensi adanya tuduhan dari Blok Sekutu bahwa Indonesia yang baru lahir adalah [[kolaborator]] Kekaisaran Jepang karena ia memperbolehkan milisi yang diciptakan Jepang ini dilanjutkan.{{Sfn|Ricklefs|1981|p=194}}{{Sfn|Sunhaussen|1982|p=2-4}}{{Sfn|Bachtiar|1988|p=12}} Sehari kemudian, pada tanggal [[19 Agustus]] [[1945]], Panglima Angkatan Darat Ke-16 di Jawa, Letnan Jenderal [[Nagano Yuichiro]], mengucapkan pidato perpisahan kepada para anggota PETA.


== Peran dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia ==
== Peran dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Indonesische jongens tijdens hun soldatentraining door de Japanners TMnr 10001989.jpg|jmpl|kiri|Pemuda Indonesia dalam pelatihan di ''[[Seinen Dojo]]'' yang kemudian menjadi anggota ''PETA'']]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Indonesische jongens tijdens hun soldatentraining door de Japanners TMnr 10001989.jpg|jmpl|kiri|Pemuda Indonesia dalam pelatihan di ''Seinen Dojo'' yang kemudian menjadi anggota PETA]]
Sumbangsih dan peranan tentara PETA dalam masa [[Perang Kemerdekaan Indonesia]] sangatlah besar. Demikian juga peranan mantan Tentara PETA dalam kemerdekaan Indonesia. Beberapa tokoh yang dulunya tergabung dalam PETA antara lain mantan presiden [[Soeharto]] dan Jendral Besar [[Soedirman]]. Mantan Tentara PETA menjadi bagian penting pembentukan [[Tentara Nasional Indonesia]] (TNI), mulai dari [[Badan Keamanan Rakyat]] (BKR), [[Tentara Keamanan Rakyat]] (TKR), [[Tentara Keselamatan Rakyat]], [[Tentara Republik Indonesia]] (TRI) hingga TNI. Untuk mengenang perjuangan Tentara PETA, pada tanggal [[18 Desember]] [[1995]] diresmikan [[monumen PETA]] yang letaknya di Bogor, bekas markas besar PETA.
Tentara mantan personel PETA turut menjadi komponen militer Indonesia selama masa [[Revolusi Nasional Indonesia|perang kemerdekaan]]. Mantan Tentara PETA menjadi bagian penting pembentukan [[Tentara Nasional Indonesia]] (TNI), mulai sejak dibentuknya [[Badan Keamanan Rakyat]] (BKR), [[Tentara Keamanan Rakyat]] (TKR), [[Tentara Keselamatan Rakyat]], [[Tentara Republik Indonesia]] (TRI), hingga akhirnya menjadi TNI. Personel lulusan pendidikan PETA menjadi kelompok dominan di era awal militer Indonesia karena pada masa pendudukan Belanda, pelatihan militer untuk penduduk pribumi tidak diberikan secara besar-besaran, sehingga tidak banyak yang mewarisi pendidikan militer ala Belanda.


Untuk mengenang perjuangan tentara PETA, pada tanggal [[18 Desember]] [[1995]], diresmikan [[Museum Pembela Tanah Air|monumen PETA]] yang terletak di Bogor, bekas markas besar PETA.
Tokoh Indonesia yang merupakan lulusan PETA antara lain:
== Struktur ==
* [[Jenderal Besar]] [[Sudirman]] ([[Panglima]] [[TNI|APRI]])
Unit-unit PETA dibentuk dalam satuan setingkat batalion yang disebut {{nihongo||大団|daidan|}}. Satu batalion terdiri dari sekitar 500 orang, setengah ukuran dari {{nihongo|batalion tentara Jepang|大隊|daitai|}}. Setiap batalion bertugas untuk melindungi setidaknya satu [[kabupaten]], sehingga terdapat dua hingga lima batalion yang ditempatkan pada satu [[keresidenan]]. Batalion PETA berada di bawah komando tentara Jepang setempat. Setiap batalion dipimpin seorang {{nihongo|komandan batalion|大団長|daidanchō|}}, dan dibagi menjadi satuan-satuan yang lebih kecil yang, secara berurutan dari yang paling besar hingga yang paling kecil, masing-masing dipimpin oleh {{nihongo|komandan kompi|中団長|chūdanchō|}}, {{nihongo|komandan peleton|小団長|shōdanchō|}}, dan {{nihongo|komandan regu|部団長|budanchō|}}. Para perwira ini dilatih di {{nihongo||ジャワ防衛義勇軍幹部錬成隊|Jawa Bōei Giyūgun Kanbu Renseitai|'Korps Pelatihan Kadet Tentara Sukarela Pertahanan Jawa'}} yang terletak di kompleks militer di Bogor. Setelah menuntaskan pendidikan, mereka ditempatkan di daerah asalnya dan bertugas merekrut serta melatih pemuda setempat untuk menjadi {{nihongo|prajurit|義勇兵|giyūhei|'tentara sukarela'}}.<ref name=":0">{{Cite news|last=Kulsum|first=Kendar Umi|date=2021-02-17|title=Tentara Peta: Sejarah Pembentukan dan Pemberontakan di Blitar 1945|url=https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/tentara-peta-sejarah-pembentukan-dan-pemberontakan-di-blitar-1945|work=[[Kompas (surat kabar)|Kompas.id]]}}</ref>
* [[Jenderal Besar]] [[Soeharto]] (Mantan [[Presiden RI]] ke-2)

* [[Jenderal]] ([[Anumerta]]) [[Ahmad Yani]] (Mantan Menteri/Panglima Angkatan Darat)
Pada awal didirikannya PETA, terdapat 35 batalion yang dibentuk di seluruh Pulau Jawa, menyesuaikan dengan jumlah ''daitai'' yang ada. Jumlah ini kemudian bertambah hingga pada akhir tahun 1944 terdapat 66 batalion di Pulau Jawa dan 3 batalion di [[Pulau Bali]]. Pada akhir tahun 1945, setidaknya terdapat 35.800 personel yang ditempatkan di Pulau Jawa dan 1.600 personel di Pulau Bali.<ref name=":0" />
* [[Soepriyadi]] (Mantan Menhankam Kabinaet I in absentia)
{| class="wikitable"
* [[Jenderal]] [[TNI]] [[Basuki Rahmat]] (Mantan Mendagri)
|+Daftar Batalion PETA{{Sfn|Suryanegara|2010|p=68-80}}
* [[Letnan Jenderal]] [[TNI]] [[Sarwo Edhie Wibowo]] (Mantan Komandan Kopassus)
|-
* [[Jenderal]] [[TNI]] [[Umar Wirahadikusumah]] (Mantan Wapres RI)
!Keresidenan
* [[Jenderal]] [[TNI]] [[Soemitro]] (Mantan Pangkopkamtib)
! Batalion
* [[Jenderal]] [[TNI]] [[Poniman]] (Mantan Menhankam)
! Komandan Batalion
* [[Letjend]] [[TNI]] [[Kemal Idris]]
! Latar belakang
* [[Letjend]] [[TNI]] [[Supardjo Rustam]]
! Perwira lain
* [[Letjend]] [[TNI]] [[Djatikoesoemo|GPH Djatikoesoemo]] (Mantan [[KASAD]], sesepuh Zeni, pejuang kemerdekaan, putra ke-23 dari Susuhunan Pakubuwono X Surakarta, dll)
|-
| rowspan="4" |[[Keresidenan|Banten]]
| I [[Labuan, Pandeglang|Labuhan]] || [[Tubagus Ahmad Chatib al-Bantani|Toebagus Achmad Chatib]] || [[Ulama]]|| Soehadisastra
|-
| II [[Malingping, Lebak|Kondangsari Malingping]]|| E. Ojong Temaja || Ulama || M.B. Soetman
|-
| III [[Kota Cilegon|Cilegon]]-[[Kota Serang|Serang]]|| [[Syam'un|Sjam'oen]] || Ulama || Zainoel Falah
|-
| IV [[Pandeglang, Pandeglang|Pandeglang]]|| Oeding Soejatmadja || || Moestaram
|-
| rowspan="2" |[[Keresidenan Jakarta|Jakarta]]
| I [[Gambir, Jakarta Pusat|Harmoni]]|| [[Kasman Singodimedjo]] || Lulusan [[Rechtshoogeschool te Batavia|RHS]], mantan Ketua [[Jong Islamieten Bond|JIB]] dan [[Majelis Islam A'la Indonesia|MIAI]]
|| [[Moeffreni Moe'min]]<br />[[Latief Hendraningrat]]
|-
| II [[Purwakarta, Purwakarta|Purwakarta]]|| Soerjodipoero || || Moersid
|-
| rowspan="4" |[[Keresidenan Bogor|Bogor]]
| I [[Jampang Kulon, Sukabumi|Jampang Kulon]] || [[Abdullah bin Nuh|R. Abdullah bin Noeh]] || Ulama || Hoesen Aleksah
|-
| II [[Palabuhanratu, Sukabumi|Pelabuhan Ratu]]|| M. Basoeni || Ulama || Moelja
|-
| III [[Kota Sukabumi|Sukabumi]]|| Kafrawi || || Machmoed
|-
| IV [[Cibeber, Cianjur|Cibeber Cianjur]]|| R. Goenawan Resmipoetro || || [[Ishak Djuarsa|M. Ishak Djoearsa]]
|-
| rowspan="5" |[[Keresidenan Priangan|Priangan]]
| I [[Kota Tasikmalaya|Tasikmalaya]]|| K.H. Soetalaksana || Ulama || Abdoellah Saleh
|-
| II [[Pangandaran, Pangandaran|Pangandaran]]|| K.H. Pardjaman || Ulama || K. Hamid
|-
| III [[Kota Bandung|Bandung]]|| Iljas Sasmita || || Permana<br />[[Umar Wirahadikusumah|Oemar Wirahadikoesoemah]]
|-
| IV [[Kota Cimahi|Cimahi]]|| [[Arudji Kartawinata|Aroedji Kartawinata]] || Lulusan [[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs|MULO]], mantan petinggi [[Partai Syarikat Islam Indonesia|PSII]] || Soeparjadi<br />[[Poniman]]<br />[[Supardi (militer)|Soepardi]]
|-
| V [[Garut Kota, Garut|Garut]]|| R. Sofjan Iskandar || || Katamsi Sutisna
|-
| rowspan="2" |[[Keresidenan Cirebon|Cirebon]]
| I [[Kota Cirebon|Cirebon]]|| Abdoelgani Soerjokoesoemo || || Roekman
|-
| II [[Majalengka, Majalengka|Majalengka]]|| R. Zaenal Asikin Joedibrata || || Soearman
|-
| rowspan="2" |[[Keresidenan Pekalongan|Pekalongan]]
| I [[Kota Pekalongan|Pekalongan]]|| Iskandar Idris || Ulama || Ajoeb
|-
| II [[Kota Tegal|Tegal]]|| K.H. Doerjatman || Ulama || Soemardjono
|-
| rowspan="4" |[[Keresidenan Banyumas|Banyumas]]
| I [[Cilacap (kota)|Cilacap]]|| R. Soetirto || || R. Hartojo
|-
| II [[Sumpiuh, Banyumas|Sumpiuh]]|| [[Soesalit Djojoadhiningrat|R. Soesalit Djojoadhiningrat]]|| || Zaelan Asikin
|-
| III [[Kroya, Cilacap|Kroya]]|| [[Soedirman]]|| Lulusan sekolah pendidikan guru [[Muhammadiyah]], guru sekolah Muhammadiyah || Soepardjo Roestam
|-
| IV [[Banyumas, Banyumas|Banyumas]] || [[Isdiman]]<br />[[Gatot Subroto]] || || [[Sarengat]]
|-
| rowspan="4" |[[Keresidenan Kedu|Kedu]]
| I [[Gombong, Kebumen|Gombong]]|| [[Abdul Kadir (militer, lahir 1906)|R. Abdoel Kadir]]<br />[[Bambang Sugeng]] || || R. Soetrisno
|-
| II [[Kota Magelang|Magelang]]|| Muhammad Susman || || Soegiardjo<br />Soepangkat
|-
| III Gombong || Djoko Koesoemo || || Slamet<br />[[Achmad Yani]]<br />[[Sarwo Edhie Wibowo]]
|-
| IV [[Purworejo, Purworejo|Purworejo]]|| Moekahar Ronohadikoesoemo || || Tjiptoroso
|-
| rowspan="2" |[[Keresidenan Semarang|Semarang]]
| I [[Semarang Selatan, Semarang|Mrican]]|| R. Oesman<br />Soetrisno Soedomo || || Soejadi
|-
| II [[Weleri, Kendal|Weleri/Kendal]]|| R. Soedijono Taroeno Koesoemo || || Soeparman Soemahamidjaja
|-
| rowspan="3" |[[Keresidenan Pati|Pati]]
| I [[Pati, Pati|Pati]]|| Koesmoro Hadidewo || ||
|-
| II [[Rembang, Rembang|Rembang]]|| [[Holan Iskandar]] || || Soekardi
|-
| III [[Jepara, Jepara|Jepara]]|| Prawiro Atmodjo || || Soekardji
|-
| rowspan="4" |[[Keresidenan Yogyakarta|Yogyakarta]]
| I [[Wates, Kulon Progo|Wates]]|| D. Martojomeno || || Sudjiono
|-
| II [[Bantul, Bantul|Bantul]]|| Mochamad Saleh || Lulusan sekolah pendidikan guru, guru sekolah Muhammadiyah || Soepardi Pardi Pranoto<br />Soegiono
|-
| III [[Jetis, Yogyakarta|Pingit]]|| Soendjojo Poerbokoesoemo || || [[Darjatmo]]<br />[[Suharto|Soeharto]]
|-
| IV [[Wonosari, Gunungkidul|Wonosari]]|| Moeridan Noto || || Noedi
|-
| rowspan="2" |[[Keresidenan Surakarta|Surakarta]]
| I [[Manahan, Banjarsari, Surakarta|Manahan]]|| [[Muljadi Djojomartono|R.M. Moeljadi Djojomartono]]|| Ulama || [[Suprapto Sukawati|Soeprapto Soekawati]]<br />[[Djatikoesoemo|Djatikusumo]]
|-
| II [[Wonogiri, Wonogiri|Wonogiri]]|| K.H. Idris || Ulama || Boediman
|-
| rowspan="3" |[[Keresidenan Bojonegoro|Bojonegoro]]
| I [[Babat, Lamongan|Babat]]|| [[Masjkur|K.H. Masjkur]]<br />[[H. Soedirman|Soedirman]] || Ulama || Oetojo Oetomo
|-
| II [[Bancar, Tuban|Bancar]]|| Masri || || R. Rachmat
|-
| III [[Tuban, Tuban|Tuban]]|| Soemadi Sastroatmodjo || || Soemardjo
|-
| rowspan="3" |[[Keresidenan Madiun|Madiun]]
| I [[Kota Madiun|Madiun]]|| Agoes Tojib || || Moemardjo
|-
| II [[Pacitan, Pacitan|Pacitan]]|| Akoeb Goelangge || || R. Soebagijo
|-
| III [[Ponorogo, Ponorogo|Ponorogo]]|| M. Soedjono || || Soedijat
|-
| rowspan="3" |[[Keresidenan Kediri|Kediri]]
| I [[Tulungagung, Tulungagung|Tulungagung]]|| Soediro || || Toeloes
|-
| II [[Kota Blitar|Blitar]]|| [[Soerachmad]]|| || Soekandar<br />Moeradi<br />[[Supriyadi|Soeprijadi]]
|-
| III [[Sukorame, Mojoroto, Kediri|Sukorame]]|| A. Joedodiprodjo<br />Soejoto Djojopoernomo || || Mashoedi Soedjono
|-
| rowspan="4" |[[Keresidenan Surabaya|Surabaya]]
| I [[Gunung Sari, Dukuh Pakis, Surabaya|Gunung Sari]]|| [[M. Soetopo|Soetopo]]|| [[Dokter]]|| Masdoeki Aboedardja
|-
| II [[Sidoarjo, Sidoarjo|Sidoarjo]]|| [[Muhammad Mangundiprojo|R. Moehammad Mangoendiprodjo]] || Lulusan [[Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren|OSVIA]]|| Bambang Joewono
|-
| III [[Kota Mojokerto|Mojokerto]]|| Katamhadi || || Oesman
|-
| IV [[Gresik, Gresik|Gresik]]|| [[Cholik Hasjim|K.H. Cholik Hasjim]]<br />[[Mustopo|Moestopo]]|| Ulama<br />Lulusan [[Fakultas kedokteran gigi universitas airlangga|STOVIT]], [[dokter gigi]] || Jondat Modjo
|-
| rowspan="5" |[[Keresidenan Malang|Malang]]
| I [[Gondanglegi, Malang|Gondanglegi]]|| K. Iskandar Soelaeman || Ulama || Soemarto
|-
| II [[Lumajang, Lumajang|Lumajang]]|| M. Soejo Adikoesoemo || || S. Hardjo Hoedojo
|-
| III [[Kota Pasuruan|Pasuruan]]|| Arsjid Kromodihardjo || || Slamet
|-
| IV [[Kota Malang|Malang]]|| Imam Soedja'i || || Soekardani
|-
| V [[Kota Probolinggo|Probolinggo]]|| Soedarsono || || [[Sumitro|Soemitro]]
|-
| rowspan="5" |[[Keresidenan Besuki|Besuki]]
| I [[Kencong, Jember|Kencong Jember]]|| Soewito<br />Soediro || || Soekarto
|-
| II [[Bondowoso, Bondowoso|Bondowoso]]|| K.H. Tahiroeddin Tjokro Atmodjo || Ulama || Rosadi
|-
| III [[Benculuk, Cluring, Banyuwangi|Benculuk Banyuwangi]]|| Soekotjo || || Imam Soekarto
|-
| IV [[Rambipuji, Jember|Rambipuji Jember]]|| Surodjo<br />Astiklah || || Soebandi
|-
| V [[Klatak, Kalipuro, Banyuwangi|Sukowidi Banyuwangi]]|| R. Oesman Soemodinoto || || Soedarmin
|-
| rowspan="5" |[[Keresidenan Madura|Madura]]
| I [[Pamekasan, Pamekasan|Pamekasan]]|| K.H. R. Amin Dja'far || Ulama || R. Moehammad Saleh
|-
| II [[Bangkalan, Bangkalan|Bangkalan]]|| Roeslan Tjakraningrat || || Hafiloedin
|-
| III [[Batang Batang, Sumenep|Batang Batang]]|| Abdoel Madjid || || Achmad Basoeni
|-
| IV [[Ambunten, Sumenep|Ambunten]]|| Abdoel Hamid Moedhari || Ulama || Soeroso
|-
| V [[Ketapang, Sampang|Ketapang]]|| Troenodjojo || || Mochamad Sabirin
|-
| rowspan="3" |[[Bali]]
| I [[Negara, Jembrana|Negara]]|| I Made Poetoe || || I Wayan Moedana
|-
| II [[Tabanan, Tabanan|Tabanan]]|| I Goesti Ngoerah Gede Poegeng || || Ida Bagoes Tongka
|-
| III [[Klungkung, Klungkung|Klungkung]]|| Anak Agoeng Made Agoeng || || I Made Geria
|}

==Tokoh Indonesia lulusan PETA==
Beberapa tokoh Indonesia yang merupakan lulusan PETA antara lain:
* [[Jenderal Besar|Jenderal Besar TNI]] [[Sudirman]] ([[Panglima]] [[TNI|APRI]])
* Jenderal Besar TNI [[Soeharto]] (Mantan [[Presiden RI]] ke-2)
* [[Jenderal (TNI)|Jenderal TNI]] ([[Anumerta]]) [[Ahmad Yani]] (Mantan Menteri/Panglima [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|Angkatan Darat]])
* [[Soepriyadi]] (Mantan [[Kementerian Pertahanan Republik Indonesia|Menhankam]] Kabinet I ''[[in absentia]]'')
* Mayor Jenderal TNI [[Basuki Rahmat]] (Mantan [[Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia|Mendagri]])
* [[Letnan Jenderal|Letnan Jenderal TNI]] [[Sarwo Edhie Wibowo]] (Mantan Komandan [[Komando Pasukan Khusus|Kopassus]])
* Jenderal TNI [[Umar Wirahadikusumah]] (Mantan [[Wakil Presiden Indonesia|Wapres RI]])
* Jenderal TNI [[Soemitro]] (Mantan Panglima [[Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban|Kopkamtib]])
* Jenderal TNI [[Poniman]] (Mantan Menhankam)
* [[Brigadir Jenderal|Brigadir Jenderal TNI]] [[Latief Hendraningrat]] (Mantan Komandan [[Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat|SSKAD]])
* Letnan Jenderal TNI [[Kemal Idris]] (Mantan Panglima [[Komando wilayah pertahanan|Kowilhan]])
* Letnan Jenderal TNI [[Supardjo Rustam]] (Duta Besar RI, [[Gubernur]] [[Jawa Tengah]], dll)
* Letnan Jenderal TNI [[Djatikoesoemo|GPH Djatikoesoemo]] (Mantan [[Kepala Staf TNI Angkatan Darat|Kasad]], putra ke-23 dari [[Pakubuwana X|Susuhunan Pakubuwono X Surakarta]], dll)
* Letnan Jenderal TNI [[H. Soedirman]], (Mantan Komandan SSKAD)

==Lihat pula==
* [[Giyugun]]
* [[Laskar Hizbullah]]


== Rujukan ==
== Rujukan ==
* Ensiklopedia Nasional Indonesia (ed. 1989)


== Referensi ==
=== Catatan ===
{{Notelist}}

=== Referensi ===
{{reflist}}
{{reflist}}

=== Daftar pustaka ===
* {{Cite book|last=Bachtiar|first=Harsja W.|year=1988|url=|title=Siapa Dia?: Perwira Tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD)|location=Jakarta|publisher=Djambatan|isbn=979428100X|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite news|last=[[Domei]]|first=|date=1943-09-14|year=1943a|title=Pengaroeh semangat keperdjoeritan mendalam dimasjarakat|url=https://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/dokumen_isi3/Terbitan%20Berkala/Asia_Raya_2603_09_14_001.pdf|work=[[Asia Raya]]|ref=harv}}
* {{Cite news|last=[[Domei]]|first=|date=1943-09-14|year=1943b|title=Sekeliling Barisan Pembela|url=https://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/dokumen_isi3/Terbitan%20Berkala/Asia_Raya_2603_09_14_001.pdf|work=[[Asia Raya]]|ref=harv}}
* {{Cite news|last=|first=|date=1943-09-09|title=Ingin berdiri di medan perang!!|url=https://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/dokumen_isi3/Terbitan%20Berkala/Asia_Raya_2603_09_09_001.pdf|work=[[Asia Raya]]|ref={{harvid|Asia Raya|1943a}}}}
* {{Cite news|last=Machfoeld|first=T.M. Moesa|date=1943-09-09|title=Marilah dengan soekarela, madjoe ke depan garis perang!|url=https://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/dokumen_isi3/Terbitan%20Berkala/Asia_Raya_2603_09_09_001.pdf|work=[[Asia Raya]]|ref=harv}}
* {{Cite news|last=Mangkoepradja|first=Gatot|date=1943-09-08|title=Keinginan Bangsa Indonesia Membentoek Barisan Pembela|url=https://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/dokumen_isi3/Terbitan%20Berkala/Asia_Raya_2603_09_08_001.pdf|work=[[Asia Raya]]|ref=harv}}
* {{Cite news|last=|first=|date=1943-09-08|title=Peratoeran Milisi di Djawa diidam-idamkan!!|url=https://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/dokumen_isi3/Terbitan%20Berkala/Asia_Raya_2603_09_08_001.pdf|work=[[Asia Raya]]|ref={{harvid|Asia Raya|1943b}}}}
* {{Cite book|last=Ricklefs|first=M.C.|year=1981|url=https://archive.org/details/historyofmoderni0000rick_c9k4|title=A History of Modern Indoensia: c. 1300 to the Present|location=London|publisher=Macmillan|isbn=0333243803|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite journal|last=Sato|first=Shigeru|year=2010|title=Gatot Mangkupraja, PETA, and the origins of the Indonesian National Army|url=https://www.researchgate.net/publication/270688015_Gatot_Mangkupraja_PET_A_and_the_origins_of_the_Indonesian_National_Army|journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde|publisher=[[Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde]]|volume=166|issue=2-3|pages=189-217|doi=10.1163/22134379-90003616|ref=harv}}
* {{Cite journal|last=Shiraishi|first=Aiko|year=1974|title=ジャワ防衛義勇軍の設立|url=https://www.jstage.jst.go.jp/article/sea1971/1974/4/1974_4_3/_article/-char/ja/|journal=東南アジア -歴史と文化-|language=Jepang|publisher=[[:en:J-STAGE|J-STAGE]]|volume=1974|issue=4|pages=3-41|doi=10.5512/sea.1974.3|ref=harv}}
* {{Cite book|last=Sunhaussen|first=Ulf|year=1982|url=|title=The Road to Power: Indonesian Military Politics 1945-1967|location=Oxford|publisher=[[Oxford University Press]]|isbn=0195825217|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Suryanegara|first=Ahmad Mansur|year=1996|url=|title=Pemberontakan Tentara Peta di Cileunca, Pangalengan, Bandung Selatan|location=Jakarta|publisher=Yayasan Wira Patria Mandiri|isbn=|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Suryanegara|first=Ahmad Mansur|year=2010|url=|title=Api Sejarah 2|location=Bandung|publisher=Salamadani|isbn=9786028458269|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite news|last=|first=|date=1943-10-04|title="Tentara Pembela Tanah Air" Lahir, 50.000.000 Bangsa Indonesia di Djawa bangkit serentak oentoek menghantjoerkan Sekoetoe!|url=https://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/dokumen_isi3/Terbitan%20Berkala/Asia_Raya_2603_10_04_001.pdf|work=[[Asia Raya]]|ref={{harvid|Asia Raya|1943c}}}}


[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]

Revisi terkini sejak 5 Oktober 2024 00.58

Pembela Tanah Air
  • 郷土防衛義勇軍
  • Kyōdo Bōei Giyūgun
Bendera batalion PETA
Aktif3 Oktober 194319 Agustus 1945
NegaraKekaisaran Jepang Pendudukan Jepang di Hindia-Belanda
Aliansi Angkatan Darat Kekaisaran Jepang
Tipe unitInfanteri
PeranPertahanan wilayah Indonesia dari serangan Blok Sekutu
Jumlah personelca 37.400 personel (1945)
MarkasBogor, Jawa Barat
JulukanPETA
MotoIndonesia Akan Merdeka
Warna panji
  •   Ungu
  •   Hijau
  •   Merah
  •   Putih
HimneMars Tentara Pembela
Ulang tahun3 Oktober
PertempuranPemberontakan PETA Blitar
Tentara PETA sedang latihan di Bogor pada tahun 1944

Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (Jepang: 郷土防衛義勇軍, Hepburn: Kyōdo Bōei Giyūgun) atau Pembela Tanah Air (PETA) adalah satuan paramiliter yang dibentuk Jepang di Indonesia pada masa pendudukan Jepang. PETA dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943 sebagai tentara sukarela berdasarkan maklumat Osamu Seirei No. 44 yang diumumkan oleh Panglima Angkatan Darat ke-16, Letnan Jenderal Kumakichi Harada. Pelatihan pasukan PETA dipusatkan di kompleks militer di Bogor.

Tentara PETA telah berperan besar dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Beberapa tokoh nasional yang dulunya tergabung dalam PETA antara lain mantan presiden Jenderal Besar TNI Soeharto dan Jenderal Besar TNI Soedirman. Veteran tentara PETA telah menentukan perkembangan dan evolusi militer Indonesia, mulai dari pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara Keselamatan Rakyat, Tentara Republik Indonesia (TRI), hingga akhirnya menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Karena hal ini, PETA dianggap sebagai salah satu cikal bakal dari Tentara Nasional Indonesia.

Mars PETA dalam pembukaan video propaganda Jepang yang diproduksi oleh Keimin Bunka Shidosho (Lembaga Kebudayaan Jepang di Indonesia)

Pembentukan

[sunting | sunting sumber]

Setelah Jepang menguasai Hindia Belanda, pemerintahan militer Jepang mulai membentuk berbagai organisasi bagi rakyat Indonesia untuk kebutuhan pendudukan dan kebutuhan perang Jepang di Perang Pasifik. Akan tetapi, Jepang tidak membuka perekrutan untuk personel militer, kecuali dengan kapasitas yang sangat terbatas seperti Heiho. Meski begitu, niat untuk membentuk satuan militer yang terdiri dari penduduk lokal sudah ada sejak awal pendudukan. Letnan Satu Motoshige Yanagawa dari Beppan (gugus tugas khusus dari Angkatan Darat ke-16) memulainya dengan mendirikan Seinen Dōjō (青年道場, 'Dojo Pemuda') di Tangerang pada bulan Januari 1943, yang berfungsi sebagai tempat pelatihan kemampuan semimiliter bagi para pemuda.[1] Kemudian, Seinendan (Barisan Pemuda) diresmikan pada tanggal 9 Maret 1943.

Pada tanggal 16 Juni 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengumumkan dalam Sidang Parlemen Jepang ke-82, bahwa penduduk Pulau Jawa akan mulai dilibatkan dalam urusan pemerintahan dalam negeri di Pulau Jawa.[2] Sebagai bagian dari rencana tersebut, pemerintahan Jepang di Pulau Jawa mulai menyusun rencana untuk mendirikan satuan militer beranggotakan penduduk lokal yang berfungsi sebagai kekuatan pertahanan. Supaya rencana ini dapat menarik minat masyarakat, Beppan memutuskan bahwa permohonan pembentukan satuan tersebut harus dilakukan oleh orang Indonesia sendiri. Motoshige Yanagawa kemudian memilih Raden Gatot Mangkoepradja untuk membuat permohonan tersebut. Gatot Mangkoepradja dipilih karena ia telah menyampaikan aspirasi tentang pentingnya satuan militer bagi Indonesia kepada pemerintahan Jepang sejak bulan Mei 1942.[3] Motoshige Yanagawa bertemu dengan Gatot Mangkoepradja di Jakarta pada tanggal 5 September 1943 untuk mendiskusikan hal tersebut. Diskusi dilanjutkan dengan Beppan pada keesokan harinya.[4]

Pada tanggal 7 September 1943, Gatot Mangkoepradja mengirimkan surat kepada Gunseikan (軍政官, 'Kepala Pemerintahan Militer Jepang') Letnan Jenderan Shinshichiro Kokubu, yang berisi permohonan agar bangsa Indonesia diperkenankan membantu usaha militer Jepang di medan perang secara langsung melalui sebuah "Barisan Pembela".[4][5] Di Tokyo, pernyataan serupa juga disampaikan oleh Soetardjo Kartohadikoesoemo dan Dr. Boentaran Martoatmodjo pada kesempatan terpisah.[6][7] Keesokan harinya, pada 8 September 1943, surat milik Gatot Mangkoepradja dipublikasikan di koran Asia Raya.[8] Setelah penerbitan surat tersebut, selama beberapa hari setelahnya, berbagai surat kabar juga memuat aspirasi-aspirasi senada dari berbagai kalangan.[9][10] Pada tanggal 10 September 1943, R.A. Latief Hendraningrat juga mengirimkan surat kepada Gunseikan, yang berisi permohonan untuk melibatkan anggota Seinendan dalam perang.[11] Permohonan pembentukan satuan militer juga diusulkan oleh sepuluh ulama: K.H. Mas Mansyur, K.H. Adnan, Dr. Abdul Malik Karim Amrullah, Guru H. Mansur, Guru H. Cholid, K.H. Abdul Madjid, Guru H. Jacob, K.H. Djunaedi, U. Mochtar, dan H. Mohammad Sadri, yang menuntut agar segera dibentuk tentara sukarela bukan wajib militer yang akan mempertahankan Pulau Jawa.[12] Permohonan ini dimuat pada koran Asia Raya edisi 13 September 1943.[butuh rujukan] Dukungan terhadap pembentukan satuan militer juga disampaikan oleh beberapa tokoh, seperti Dr. Radjiman Widjodiningrat, R.Ng. Dwidjosewojo, Frits Laoh, Dr. A. Rasjid, Dr. H. A. Karim Amrullah, dan H. Agoes Salim.[13]

Berbagai ungkapan dukungan ini selaras dengan strategi Jepang yang ingin membangkitkan semangat patriotisme rakyat Indonesia dengan memberi kesan bahwa usul pembentukan pasukan militer pribumi berasal dari kalangan pemimpin Indonesia sendiri. Pengusulan oleh golongan agama juga bertujuan untuk membangkitkan rasa cinta tanah air yang berdasarkan ajaran agama. Hal ini kemudian diperlihatkan dalam bendera PETA yang terdiri dari unsur matahari terbit (lambang Kekaisaran Jepang) serta bulan sabit dan bintang (simbol kepercayaan Islam).

Pada tanggal 3 Oktober 1943, Panglima Angkatan Darat ke-16 menerbitkan Osamu Seirei No. 44 (治政令第44号, Osamu Seirei Dai-44 Gō) yang memutuskan pembentukan tentara sukarela di Pulau Jawa. Isi dari Osamu Seirei No. 44 adalah sebagai berikut:[14]

Osamu Seirei No. 44 Tentang pembentukan Pasukan sukarela untuk membela Tanah Jawa

Pasal 1
Menginat semangat yang berkobar-kobar serta juga memenuhi keinginan yang sangat dari 50 juta penduduk di Jawa, yang hendak membela tanah airnya dengan sendiri, maka Balatentera Dai Nippon membentuk Tentera Pembela Tanah Air, yakni pasukan sukarela untuk membela Tanah Jawa dengan penduduk asli, ialah berdiri atas dasar cita-cita membela Asia Timur Raya bersama-sama.[a]

Pasal 2
Pasukan sukarela Tentera Pembela Tanah Air ini, dibentuk dengan penduduk asli yang memajukan diri untuk kewajiban membela tanah airnya, dan ditempatkan di dalamnya sejumlah opsir Nippon sebagai pendidik.[b]

Pasal 3
Pasukan sukarela Tentera Pembela Tanah Air termasuk di bawah pimpinan Saikoo Sikikan dan wajib menerima perintahnya.[c]

Pasal 4
Pasukan sukarela Tentera Pembela Tanah Air harus insaf akan cita-cita dan kepentingan pekerjaan pembela tanah air, serta wajib turut membela tanah airnya di dalam Syuu masing-masing terhadap negeri sekutu, di bawah pimpinan Balatentera Dai Nippon.[d]

— Saikoo Sikikan (最高指揮官, Saikō Shikikan)

Perekrutan mulai dibuka pada bulan Oktober dan November 1943, bergantung pada jenjang kepangkatannya.[14] Pada pembentukannya, banyak anggota Seinendan yang menjadi anggota senior dalam barisan PETA.

Pemberontakan

[sunting | sunting sumber]

Pada tanggal 14 Februari 1945, sebagian pasukan PETA Batalion Blitar melakukan pemberontakan di bawah pimpinan Soeprijadi. Pemberontakan ini dipicu oleh kemarahan personel Batalion Blitar yang menyaksikan buruknya kondisi masyarakat sekitar serta penderitaan yang dialami oleh romusa. Tujuan dari pemberontakan ini adalah membunuh setiap prajurit Jepang yang ditemui di wilayah Blitar. Akan tetapi, pemberontakan ini terendus lebih awal sehingga prajurit Jepang di sekitar markas batalion telah lebih dulu pergi. Pemberontakan berlangsung selama beberapa hari, dan berhasil dipadamkan terutama oleh pasukan pribumi yang tak terlibat pemberontakan, baik dari satuan PETA sendiri maupun dari Heiho. Soeprijadi dinyatakan hilang dalam peristiwa ini. Dari sekitar 360 orang yang terlibat pemberontakan, 55 di antaranya ditangkap. Terdapat 6 orang yang dijatuhi hukuman mati. Hukuman dilaksanakan di Eereveld (sekarang pantai Ancol) pada tanggal 16 Mei 1945.[butuh rujukan]

Pembubaran

[sunting | sunting sumber]

Pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, berdasarkan perjanjian kapitulasi Jepang dengan Blok Sekutu, Tentara Kekaisaran Jepang memerintahkan para batalion PETA untuk menyerah dan menyerahkan senjata mereka. Sebagian besar pasukan PETA mematuhi perintah ini. Presiden Republik Indonesia yang baru saja dilantik, Sukarno, mendukung pembubaran ini daripada mengubah PETA menjadi tentara nasional. Hal ini dilakukan untuk menghindari potensi adanya tuduhan dari Blok Sekutu bahwa Indonesia yang baru lahir adalah kolaborator Kekaisaran Jepang karena ia memperbolehkan milisi yang diciptakan Jepang ini dilanjutkan.[16][17][18] Sehari kemudian, pada tanggal 19 Agustus 1945, Panglima Angkatan Darat Ke-16 di Jawa, Letnan Jenderal Nagano Yuichiro, mengucapkan pidato perpisahan kepada para anggota PETA.

Peran dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia

[sunting | sunting sumber]
Pemuda Indonesia dalam pelatihan di Seinen Dojo yang kemudian menjadi anggota PETA

Tentara mantan personel PETA turut menjadi komponen militer Indonesia selama masa perang kemerdekaan. Mantan Tentara PETA menjadi bagian penting pembentukan Tentara Nasional Indonesia (TNI), mulai sejak dibentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara Keselamatan Rakyat, Tentara Republik Indonesia (TRI), hingga akhirnya menjadi TNI. Personel lulusan pendidikan PETA menjadi kelompok dominan di era awal militer Indonesia karena pada masa pendudukan Belanda, pelatihan militer untuk penduduk pribumi tidak diberikan secara besar-besaran, sehingga tidak banyak yang mewarisi pendidikan militer ala Belanda.

Untuk mengenang perjuangan tentara PETA, pada tanggal 18 Desember 1995, diresmikan monumen PETA yang terletak di Bogor, bekas markas besar PETA.

Unit-unit PETA dibentuk dalam satuan setingkat batalion yang disebut daidan (大団). Satu batalion terdiri dari sekitar 500 orang, setengah ukuran dari batalion tentara Jepang (大隊, daitai). Setiap batalion bertugas untuk melindungi setidaknya satu kabupaten, sehingga terdapat dua hingga lima batalion yang ditempatkan pada satu keresidenan. Batalion PETA berada di bawah komando tentara Jepang setempat. Setiap batalion dipimpin seorang komandan batalion (大団長, daidanchō), dan dibagi menjadi satuan-satuan yang lebih kecil yang, secara berurutan dari yang paling besar hingga yang paling kecil, masing-masing dipimpin oleh komandan kompi (中団長, chūdanchō), komandan peleton (小団長, shōdanchō), dan komandan regu (部団長, budanchō). Para perwira ini dilatih di Jawa Bōei Giyūgun Kanbu Renseitai (ジャワ防衛義勇軍幹部錬成隊, 'Korps Pelatihan Kadet Tentara Sukarela Pertahanan Jawa') yang terletak di kompleks militer di Bogor. Setelah menuntaskan pendidikan, mereka ditempatkan di daerah asalnya dan bertugas merekrut serta melatih pemuda setempat untuk menjadi prajurit (義勇兵, giyūhei, 'tentara sukarela').[5]

Pada awal didirikannya PETA, terdapat 35 batalion yang dibentuk di seluruh Pulau Jawa, menyesuaikan dengan jumlah daitai yang ada. Jumlah ini kemudian bertambah hingga pada akhir tahun 1944 terdapat 66 batalion di Pulau Jawa dan 3 batalion di Pulau Bali. Pada akhir tahun 1945, setidaknya terdapat 35.800 personel yang ditempatkan di Pulau Jawa dan 1.600 personel di Pulau Bali.[5]

Daftar Batalion PETA[19]
Keresidenan Batalion Komandan Batalion Latar belakang Perwira lain
Banten I Labuhan Toebagus Achmad Chatib Ulama Soehadisastra
II Kondangsari Malingping E. Ojong Temaja Ulama M.B. Soetman
III Cilegon-Serang Sjam'oen Ulama Zainoel Falah
IV Pandeglang Oeding Soejatmadja Moestaram
Jakarta I Harmoni Kasman Singodimedjo Lulusan RHS, mantan Ketua JIB dan MIAI Moeffreni Moe'min
Latief Hendraningrat
II Purwakarta Soerjodipoero Moersid
Bogor I Jampang Kulon R. Abdullah bin Noeh Ulama Hoesen Aleksah
II Pelabuhan Ratu M. Basoeni Ulama Moelja
III Sukabumi Kafrawi Machmoed
IV Cibeber Cianjur R. Goenawan Resmipoetro M. Ishak Djoearsa
Priangan I Tasikmalaya K.H. Soetalaksana Ulama Abdoellah Saleh
II Pangandaran K.H. Pardjaman Ulama K. Hamid
III Bandung Iljas Sasmita Permana
Oemar Wirahadikoesoemah
IV Cimahi Aroedji Kartawinata Lulusan MULO, mantan petinggi PSII Soeparjadi
Poniman
Soepardi
V Garut R. Sofjan Iskandar Katamsi Sutisna
Cirebon I Cirebon Abdoelgani Soerjokoesoemo Roekman
II Majalengka R. Zaenal Asikin Joedibrata Soearman
Pekalongan I Pekalongan Iskandar Idris Ulama Ajoeb
II Tegal K.H. Doerjatman Ulama Soemardjono
Banyumas I Cilacap R. Soetirto R. Hartojo
II Sumpiuh R. Soesalit Djojoadhiningrat Zaelan Asikin
III Kroya Soedirman Lulusan sekolah pendidikan guru Muhammadiyah, guru sekolah Muhammadiyah Soepardjo Roestam
IV Banyumas Isdiman
Gatot Subroto
Sarengat
Kedu I Gombong R. Abdoel Kadir
Bambang Sugeng
R. Soetrisno
II Magelang Muhammad Susman Soegiardjo
Soepangkat
III Gombong Djoko Koesoemo Slamet
Achmad Yani
Sarwo Edhie Wibowo
IV Purworejo Moekahar Ronohadikoesoemo Tjiptoroso
Semarang I Mrican R. Oesman
Soetrisno Soedomo
Soejadi
II Weleri/Kendal R. Soedijono Taroeno Koesoemo Soeparman Soemahamidjaja
Pati I Pati Koesmoro Hadidewo
II Rembang Holan Iskandar Soekardi
III Jepara Prawiro Atmodjo Soekardji
Yogyakarta I Wates D. Martojomeno Sudjiono
II Bantul Mochamad Saleh Lulusan sekolah pendidikan guru, guru sekolah Muhammadiyah Soepardi Pardi Pranoto
Soegiono
III Pingit Soendjojo Poerbokoesoemo Darjatmo
Soeharto
IV Wonosari Moeridan Noto Noedi
Surakarta I Manahan R.M. Moeljadi Djojomartono Ulama Soeprapto Soekawati
Djatikusumo
II Wonogiri K.H. Idris Ulama Boediman
Bojonegoro I Babat K.H. Masjkur
Soedirman
Ulama Oetojo Oetomo
II Bancar Masri R. Rachmat
III Tuban Soemadi Sastroatmodjo Soemardjo
Madiun I Madiun Agoes Tojib Moemardjo
II Pacitan Akoeb Goelangge R. Soebagijo
III Ponorogo M. Soedjono Soedijat
Kediri I Tulungagung Soediro Toeloes
II Blitar Soerachmad Soekandar
Moeradi
Soeprijadi
III Sukorame A. Joedodiprodjo
Soejoto Djojopoernomo
Mashoedi Soedjono
Surabaya I Gunung Sari Soetopo Dokter Masdoeki Aboedardja
II Sidoarjo R. Moehammad Mangoendiprodjo Lulusan OSVIA Bambang Joewono
III Mojokerto Katamhadi Oesman
IV Gresik K.H. Cholik Hasjim
Moestopo
Ulama
Lulusan STOVIT, dokter gigi
Jondat Modjo
Malang I Gondanglegi K. Iskandar Soelaeman Ulama Soemarto
II Lumajang M. Soejo Adikoesoemo S. Hardjo Hoedojo
III Pasuruan Arsjid Kromodihardjo Slamet
IV Malang Imam Soedja'i Soekardani
V Probolinggo Soedarsono Soemitro
Besuki I Kencong Jember Soewito
Soediro
Soekarto
II Bondowoso K.H. Tahiroeddin Tjokro Atmodjo Ulama Rosadi
III Benculuk Banyuwangi Soekotjo Imam Soekarto
IV Rambipuji Jember Surodjo
Astiklah
Soebandi
V Sukowidi Banyuwangi R. Oesman Soemodinoto Soedarmin
Madura I Pamekasan K.H. R. Amin Dja'far Ulama R. Moehammad Saleh
II Bangkalan Roeslan Tjakraningrat Hafiloedin
III Batang Batang Abdoel Madjid Achmad Basoeni
IV Ambunten Abdoel Hamid Moedhari Ulama Soeroso
V Ketapang Troenodjojo Mochamad Sabirin
Bali I Negara I Made Poetoe I Wayan Moedana
II Tabanan I Goesti Ngoerah Gede Poegeng Ida Bagoes Tongka
III Klungkung Anak Agoeng Made Agoeng I Made Geria

Tokoh Indonesia lulusan PETA

[sunting | sunting sumber]

Beberapa tokoh Indonesia yang merupakan lulusan PETA antara lain:

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ 大日本軍は、大東亜共同防衛精神に則り、ジャワ5千万民衆の熱々たる郷土防衛の意気に応え、原住民を以て、ジャワ防衛義勇軍を編成す。[15]
    'Angkatan Bersenjata Kekaisaran Jepang, dilandasi semangat pertahanan bersama Asia Timur Raya, menjawab hasrat yang membara dari 50 juta masyarakat Pulau Jawa untuk membela tanah air, dengan membentuk Tentara Sukarela Pertahanan Jawa yang terdiri dari rakyat pribumi.'
  2. ^ ジャワ防衛義勇軍は、郷土防衛に挺身を志願する原住民をもって編成し、一部の日本軍指導官を附す。[15]
    'Tentara Sukarela Pertahanan Jawa dibentuk dari rakyat pribumi yang bergabung secara sukarela untuk membela tanah air dan mematuhi instruktur dari Angkatan Bersenjata Kekaisaran Jepang.'
  3. ^ ジャワ防衛義勇軍は、最高指揮官に隷す。[15]
    'Tentara Sukarela Pertahanan Jawa tunduk pada Saikō Shikikan (最高指揮官, 'Komandan Tertinggi').'
  4. ^ ジャワ防衛義勇軍は、郷土防衛精神に徹し、米英蘭に対し、各州郷土の防衛に任ず。[15]
    'Tentara Sukarela Pertahanan Jawa berkomitmen untuk membela tanah air, bertugas menghadapi Sekutu, dan bertanggung jawab atas pertahanan di masing-masing Shū asalnya.'

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Sato 2010, hlm. 194.
  2. ^ Nippon Eigasha (1943-07-01). Bezoek generaal Tojo en instelling van de centrale raad van advies (video). Batavia/Tokyo. 
  3. ^ Sato 2010, hlm. 197.
  4. ^ a b Sato 2010, hlm. 193.
  5. ^ a b c Kulsum, Kendar Umi (2021-02-17). "Tentara Peta: Sejarah Pembentukan dan Pemberontakan di Blitar 1945". Kompas.id. 
  6. ^ Asia Raya 1943a.
  7. ^ Asia Raya 1943b.
  8. ^ Mangkoepradja 1943.
  9. ^ Sato 2010, hlm. 195.
  10. ^ Machfoeld 1943.
  11. ^ Domei 1943a.
  12. ^ Suryanegara 1996.
  13. ^ Domei 1943b.
  14. ^ a b Asia Raya 1943c.
  15. ^ a b c d Shiraishi 1974, hlm. 16.
  16. ^ Ricklefs 1981, hlm. 194.
  17. ^ Sunhaussen 1982, hlm. 2-4.
  18. ^ Bachtiar 1988, hlm. 12.
  19. ^ Suryanegara 2010, hlm. 68-80.

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]