Lompat ke isi

Agus Salim: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
-> fixed infobox
Herryz (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh 118.136.17.244 (bicara) ke revisi terakhir oleh Crykucibg
Tag: Pengembalian
 
(16 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 8: Baris 8:
|office = Menteri Luar Negeri Indonesia
|office = Menteri Luar Negeri Indonesia
|order = ke-3
|order = ke-3
|primeminister = [[Sutan Syahrir]]
|primeminister = [[Amir Sjarifuddin]]<br>[[Mohammad Hatta]]
|term_start = 3 Juli 1947
|term_start = 3 Juli 1947
|term_end = 20 Desember 1949
|term_end = 21 Oktober 1949
|succeeding =
|succeeding =
|president = [[Soekarno]]
|president = [[Soekarno]]
|predecessor = [[Sutan Syahrir]]
|predecessor = [[Sutan Syahrir]]
|successor = [[Mohammad Roem]]
|successor = [[Hamengkubuwana X]] (a.i.)<br>[[Mohammad Roem]]
|office2 = Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia
|office2 = Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia
|order2 = 1
|order2 = 1
Baris 20: Baris 20:
|1namedata2 = [[Sutan Syahrir]]
|1namedata2 = [[Sutan Syahrir]]
|term_start2 = 12 Maret 1946
|term_start2 = 12 Maret 1946
|term_end2 = 3 Juli 1947
|term_end2 = 27 Juni 1947
|succeeding2 =
|succeeding2 =
|president2 = [[Soekarno]]
|president2 = [[Soekarno]]
Baris 43: Baris 43:
}}
}}


'''[[Haji (gelar)|H.]] Agus Salim''' (lahir dengan nama '''Masjhoedoelhaq''' (berarti "pembela kebenaran") ( {{lahirmati|[[Koto Gadang]], [[Agam]], [[Sumatera Barat]], [[Hindia Belanda]]|8|10|1884|[[Jakarta]], [[Indonesia]]|4|11|1954}}) adalah seorang pejuang [[kemerdekaan]] [[Indonesia]]. Ia ditetapkan sebagai salah satu [[Daftar pahlawan nasional Indonesia|pahlawan nasional Indonesia]] pada tanggal 27 Desember 1961 melalui Keputusan [[Presiden Indonesia]] Nomor 657 tahun 1961.<ref>[http://www.depsos.go.id/modules.php?name=Pahlawan&opsi=mulai-1 Daftar Nama Pahlawan Nasional Republik Indonesia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120414053011/http://www.depsos.go.id/modules.php?name=Pahlawan&opsi=mulai-1 |date=2012-04-14 }}'', Departemen Sosial RI Online, [[Januari]] [[2010]]. Diakses 26 Agustus 2012.</ref> [[Pekerjaan]] yang ditekuninya adalah sebagai [[orator]] dan [[penulis]]. Agus Salim menguasai 4 [[bahasa asing]] di [[Eropa]] ([[bahasa Belanda]], [[bahasa Inggris]], [[bahasa Jerman]] dan [[bahasa Prancis]]), 2 bahasa asing di [[Timur Tengah]] ([[bahasa Arab]] dan [[bahasa Turki]]) serta [[bahasa Jepang]].<ref>{{Cite book|last=Syukur|first=Yanuardi|date=2017|title=Menulis di Jalan Tuhan|location=Sleman|publisher=Deepublish|isbn=978-602-401-711-8|pages=73|url-status=live}}</ref>
[[Haji (gelar)|H.]] '''Agus Salim''' ( {{lahirmati|[[Koto Gadang]], [[Agam]], [[Sumatera Barat]], [[Hindia Belanda]]|8|10|1884|[[Jakarta]], [[Indonesia]]|4|11|1954}}), lahir dengan nama '''Masjhoedoelhaq''' (berarti "pembela kebenaran"), adalah seorang pejuang [[kemerdekaan]] [[Indonesia]] dan juga sebagai bapak pandu Indonesia. Ia ditetapkan sebagai salah satu [[Daftar pahlawan nasional Indonesia|pahlawan nasional Indonesia]] pada tanggal 27 Desember 1961 melalui Keputusan [[Presiden Indonesia]] Nomor 657 tahun 1961.<ref>[http://www.depsos.go.id/modules.php?name=Pahlawan&opsi=mulai-1 Daftar Nama Pahlawan Nasional Republik Indonesia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120414053011/http://www.depsos.go.id/modules.php?name=Pahlawan&opsi=mulai-1 |date=2012-04-14 }}'', Departemen Sosial RI Online, [[Januari]] [[2010]]. Diakses 26 Agustus 2012.</ref> Pekerjaan yang ditekuninya adalah sebagai orator dan penulis. Agus Salim menguasai 4 bahasa asing di Eropa ([[bahasa Belanda]], [[bahasa Inggris]], [[bahasa Jerman]] dan [[bahasa Prancis]]), 2 bahasa asing di Timur Tengah ([[bahasa Arab]] dan [[bahasa Turki]]), serta [[bahasa Jepang]].<ref>{{Cite book|last=Syukur|first=Yanuardi|date=2017|title=Menulis di Jalan Tuhan|location=Sleman|publisher=Deepublish|isbn=978-602-401-711-8|pages=73|url-status=live}}</ref>


== Latar belakang ==
== Latar belakang ==
Agus Salim lahir dari pasangan [[Sutan Mohamad Salim|Soetan Salim gelar Soetan Mohamad Salim]] dan Siti Zainab. Jabatan terakhir ayahnya adalah [[Jaksa]] Kepala di [[Pengadilan Tinggi]] [[Riau]].<ref>http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/60783/Chapter%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y{{Pranala mati|date=Juni 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
Agus Salim lahir dari pasangan [[Sutan Mohamad Salim|Soetan Salim gelar Soetan Mohamad Salim]] dan Siti Zainab. Jabatan terakhir ayahnya adalah Jaksa Kepala di [[Pengadilan Tinggi]] [[Riau]].<ref>http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/60783/Chapter%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y{{Pranala mati|date=Juni 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>


Pendidikan dasar ditempuh di [[Europeesche Lagere School]] (ELS), sekolah khusus bagi anak-anak Eropa, kemudian dilanjutkan ke [[Hoogere Burgerschool]] (HBS) [[Koning Willem III School te Batavia|Koning Willem III]] (Kawedrie) di [[Batavia]]. Ketika lulus, ia berhasil menjadi [[alumnus]] terbaik di HBS se-[[Hindia Belanda]].
Pendidikan dasar ditempuh di [[Europeesche Lagere School]] (ELS), sekolah khusus bagi anak-anak Eropa, kemudian dilanjutkan ke [[Hoogere Burgerschool]] (HBS) [[Koning Willem III School te Batavia|Koning Willem III]] (Kawedrie) di [[Batavia]]. Ketika lulus, ia berhasil menjadi alumnus terbaik di HBS se-[[Hindia Belanda]].


Setelah lulus, Salim bekerja sebagai [[Terjemahan|penerjemah]] dan pembantu [[notaris]] pada sebuah [[kongsi]] [[pertambangan]] di [[Indragiri, Rancabali, Bandung|Indragiri]]. Pada tahun [[1906]], Salim berangkat ke [[Jeddah]], [[Arab Saudi]] untuk bekerja di [[Duta besar]] [[Belanda]] di sana. Pada periode inilah Salim berguru pada [[Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi|Syaikh Ahmad Khatib]], yang masih merupakan [[paman]]<nowiki/>nya.
Setelah lulus, Salim bekerja sebagai penerjemah dan pembantu notaris pada sebuah kongsi pertambangan di [[Indragiri, Rancabali, Bandung|Indragiri]]. Pada tahun [[1906]], Salim berangkat ke [[Jeddah]], Arab Saudi untuk bekerja di Duta besar Belanda di sana. Pada periode inilah Salim berguru pada [[Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi|Syaikh Ahmad Khatib]], yang masih merupakan pamannya.


Pada tahun 1912-1915, Salim membuka sekolah dasar berbahasa Belanda, [[Hollandsch-Inlandsche School]] (HIS). Kemudian pada tahun [[1915]] ia terjun ke dunia [[jurnalistik]] di [[Harian Neratja]] sebagai Wakil [[Redaktur]]. Setelah itu diangkat menjadi Ketua Redaksi. Agus Salim [[Pernikahan|menikah]] dengan Zaenatun Nahar Almatsier dan dikaruniai 10 orang [[anak]].<ref>{{Cite news|title=Memimpin Itu Menderita, Seperti Agus Salim|url=https://tirto.id/memimpin-itu-menderita-seperti-agus-salim-czgJ|language=id|work=[[Tirto|Tirto.id]]}}</ref> Kegiatannya dalam bidang jurnalistik terus berlangsung hingga akhirnya menjadi Pemimpin Harian [[Hindia Baroe]] di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]. Kemudian mendirikan Surat kabar [[Fadjar Asia]]. Dan selanjutnya sebagai Redaktur [[Harian Moestika]] di [[Kota Yogyakarta]] dan membuka kantor Advies en Informatie Bureau Penerangan Oemoem (AIPO). Bersamaan dengan itu ia juga terjun dalam dunia [[politik]] sebagai pemimpin [[Sarekat Islam]].,
Pada tahun 1912-1915, Salim membuka sekolah dasar berbahasa Belanda, [[Hollandsch-Inlandsche School]] (HIS) atau disebut Sekolah Dasar Bumi Putera dengan statusnya sebagai sekolah swasta <ref>{{Mukayat. Haji Agus Salim., hlm 13}}</ref>. Kemudian pada tahun [[1915]] ia terjun ke dunia jurnalistik di [[Harian Neratja]] sebagai Wakil Redaktur. Setelah itu diangkat menjadi Ketua Redaksi. Agus Salim menikah dengan Zaenatun Nahar Almatsier dan dikaruniai 10 orang anak.<ref>{{Cite news|title=Memimpin Itu Menderita, Seperti Agus Salim|url=https://tirto.id/memimpin-itu-menderita-seperti-agus-salim-czgJ|language=id|work=[[Tirto|Tirto.id]]}}</ref> Kesepuluh anaknya ini dua diantaranya meninggal sewaktu kecil, sehingga kedelapan anak beliau terdiri dari empat orang anak laki-laki dan empat orang perempuan.<ref>{{Mukayat., hlm14}}</ref>
Kegiatannya dalam bidang jurnalistik terus berlangsung hingga akhirnya pada tahun 1925 beliau menjadi Pemimpin Harian [[Hindia Baroe]] di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]. Pada tahun 1927 Kemudian mendirikan Surat kabar [[Fadjar Asia]] bersama HOS Tjokroaminoto. Dan selanjutnya sebagai Redaktur [[Harian Moestika]] di [[Kota Yogyakarta]] dan membuka kantor Advies en Informatie Bureau Penerangan Oemoem (AIPO). Karangan beliau banyak di muat di beberapa surat kabar seperti ''Neraca'', Mustika, Fajar Asia Hindia Baru, ''Keng Po'' Dunia Islam, ''Het Licht'', Pujangga Baru Hikmah, Mimbar Agama, ''Moslemse Reveil'', Indonesia Revue. <ref>{{Mukayat, Haji Agus Salim. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1985., hlm48}}</ref> Bersamaan dengan itu ia juga terjun dalam dunia politik sebagai pemimpin [[Sarekat Islam]].,


== Karya tulis ==
== Karya tulis ==
Baris 60: Baris 61:
* ''Gods Laatste Boodschap''
* ''Gods Laatste Boodschap''
* ''Jejak Langkah Haji Agus Salim'' (Kumpulan karya Agus Salim yang dikompilasi koleganya, Oktober [[1954]])
* ''Jejak Langkah Haji Agus Salim'' (Kumpulan karya Agus Salim yang dikompilasi koleganya, Oktober [[1954]])
* Hoekoem yang ke lima
* Tauhid<ref>Risalah Sidang BPUPKI PPKI. Cetakan Kedua Edisi III, hlm 607</ref>


=== Karya terjemahan ===
=== Karya terjemahan ===
Baris 68: Baris 71:


== Karier politik ==
== Karier politik ==
Pada tahun [[1915]], H. Agus Salim bergabung dengan [[Sarekat Islam]] dan menjadi pemimpin kedua setelah [[Oemar Said Tjokroaminoto]].
Pada tahun 1915, H. Agus Salim bergabung dengan [[Sarekat Islam]] dan menjadi pemimpin kedua setelah [[Oemar Said Tjokroaminoto]].


Peran H. Agus Salim pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia antara lain:
Peran H. Agus Salim pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia antara lain:
* anggota [[Volksraad]] (1921-1924)
* Anggota [[Volksraad]] (1921–1924)
* anggota [[Panitia Sembilan]] dalam [[Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan]] yang mempersiapkan [[UUD 1945]]
* Anggota [[Panitia Sembilan]] dalam [[Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan]] yang mempersiapkan [[UUD 1945]]
* Menteri Muda Luar Negeri Kabinet [[Sjahrir]] II 1946 dan Kabinet III 1947
* Menteri Muda Luar Negeri Kabinet Sjahrir II (1946) dan Kabinet III (1947)
* pembukaan hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara Arab, terutama Mesir pada tahun 1947
* pembukaan hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara Arab, terutama Mesir pada tahun (1947)
* Menteri Luar Negeri Kabinet [[Amir Sjarifuddin]] 1947
* [[Menteri Luar Negeri Indonesia|Menteri Luar Negeri]] [[Kabinet Amir Sjarifuddin I]] dan [[Kabinet Amir Sjarifuddin II|Amir Sjarifuddin II]] (1947–1948)
* Menteri Luar Negeri Kabinet [[Hatta]] 1948-1949
* Menteri Luar Negeri [[Kabinet Hatta I]] dan [[Kabinet Hatta II|Hatta II]] (1948–1949)


[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM President Soekarno tijdens een wandeling met Hadji Agus Salim TMnr 10018810.jpg|jmpl|225px|Presiden [[Sukarno]] dan Agus Salim dalam tahanan Belanda, [[1949]].]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM President Soekarno tijdens een wandeling met Hadji Agus Salim TMnr 10018810.jpg|jmpl|225px|Presiden [[Sukarno]] dan Agus Salim dalam tahanan Belanda, [[1949]].]]
Baris 85: Baris 88:
Setelah mengundurkan diri dari dunia politik, pada tahun [[1953]] ia mengarang buku dengan judul ''Bagaimana Takdir, Tawakal dan Tauchid harus dipahamkan?'' yang lalu diperbaiki menjadi ''Keterangan Filsafat Tentang Tauchid, Takdir dan Tawakal''.
Setelah mengundurkan diri dari dunia politik, pada tahun [[1953]] ia mengarang buku dengan judul ''Bagaimana Takdir, Tawakal dan Tauchid harus dipahamkan?'' yang lalu diperbaiki menjadi ''Keterangan Filsafat Tentang Tauchid, Takdir dan Tawakal''.


Ia meninggal dunia pada [[4 November]] [[1954]] di RSU Jakarta dan dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata|Taman Makam Pahlawan Kalibata]], Jakarta. Namanya kini diabadikan untuk [[stadion]] [[sepak bola]] di [[Kota Padang]].
Ia meninggal dunia pada 4 November [[1954]] di RSU Jakarta dan dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata|Taman Makam Pahlawan Kalibata]], Jakarta. Namanya kini diabadikan untuk stadion sepak bola di [[Kota Padang]].


== Dalam budaya populer ==
== Dalam budaya populer ==
Baris 91: Baris 94:
* Dalam film ''[[Moonrise Over Egypt]]'' (2018), Agus Salim diperankan oleh [[Pritt Timothy]].
* Dalam film ''[[Moonrise Over Egypt]]'' (2018), Agus Salim diperankan oleh [[Pritt Timothy]].
* Dalam film ''[[Buya Hamka (film)|Buya Hamka]]'' (2023), Agus Salim diperankan oleh [[Pritt Timothy]].
* Dalam film ''[[Buya Hamka (film)|Buya Hamka]]'' (2023), Agus Salim diperankan oleh [[Pritt Timothy]].

== Galery ==
<gallery>
Berkas:
The Grand Oldman Agus Salim, Sutan Sjahrir, Charles Tambu, Sumitro Djojohadikusumo dan Soedjatmoko in the UNSC forum.jpg|Agus Salim
</gallery>



== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi terkini sejak 15 Oktober 2024 11.51

Agus Salim
Menteri Luar Negeri Indonesia ke-3
Masa jabatan
3 Juli 1947 – 21 Oktober 1949
PresidenSoekarno
Perdana MenteriAmir Sjarifuddin
Mohammad Hatta
Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia 1
Masa jabatan
12 Maret 1946 – 27 Juni 1947
PresidenSoekarno
MenteriSutan Syahrir
Sebelum
Pendahulu
Tidak ada, jabatan baru
Pengganti
Tamsil
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir
Masyhudul Haq

(1884-10-08)8 Oktober 1884
Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat, Hindia Belanda
Meninggal4 November 1954(1954-11-04) (umur 70)
Jakarta, Indonesia
Suami/istriZainatun Nahar
Anak8
Profesi
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

H. Agus Salim ( 8 Oktober 1884 – 4 November 1954), lahir dengan nama Masjhoedoelhaq (berarti "pembela kebenaran"), adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia dan juga sebagai bapak pandu Indonesia. Ia ditetapkan sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia pada tanggal 27 Desember 1961 melalui Keputusan Presiden Indonesia Nomor 657 tahun 1961.[1] Pekerjaan yang ditekuninya adalah sebagai orator dan penulis. Agus Salim menguasai 4 bahasa asing di Eropa (bahasa Belanda, bahasa Inggris, bahasa Jerman dan bahasa Prancis), 2 bahasa asing di Timur Tengah (bahasa Arab dan bahasa Turki), serta bahasa Jepang.[2]

Latar belakang

[sunting | sunting sumber]

Agus Salim lahir dari pasangan Soetan Salim gelar Soetan Mohamad Salim dan Siti Zainab. Jabatan terakhir ayahnya adalah Jaksa Kepala di Pengadilan Tinggi Riau.[3]

Pendidikan dasar ditempuh di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah khusus bagi anak-anak Eropa, kemudian dilanjutkan ke Hoogere Burgerschool (HBS) Koning Willem III (Kawedrie) di Batavia. Ketika lulus, ia berhasil menjadi alumnus terbaik di HBS se-Hindia Belanda.

Setelah lulus, Salim bekerja sebagai penerjemah dan pembantu notaris pada sebuah kongsi pertambangan di Indragiri. Pada tahun 1906, Salim berangkat ke Jeddah, Arab Saudi untuk bekerja di Duta besar Belanda di sana. Pada periode inilah Salim berguru pada Syaikh Ahmad Khatib, yang masih merupakan pamannya.

Pada tahun 1912-1915, Salim membuka sekolah dasar berbahasa Belanda, Hollandsch-Inlandsche School (HIS) atau disebut Sekolah Dasar Bumi Putera dengan statusnya sebagai sekolah swasta [4]. Kemudian pada tahun 1915 ia terjun ke dunia jurnalistik di Harian Neratja sebagai Wakil Redaktur. Setelah itu diangkat menjadi Ketua Redaksi. Agus Salim menikah dengan Zaenatun Nahar Almatsier dan dikaruniai 10 orang anak.[5] Kesepuluh anaknya ini dua diantaranya meninggal sewaktu kecil, sehingga kedelapan anak beliau terdiri dari empat orang anak laki-laki dan empat orang perempuan.[6] Kegiatannya dalam bidang jurnalistik terus berlangsung hingga akhirnya pada tahun 1925 beliau menjadi Pemimpin Harian Hindia Baroe di Jakarta. Pada tahun 1927 Kemudian mendirikan Surat kabar Fadjar Asia bersama HOS Tjokroaminoto. Dan selanjutnya sebagai Redaktur Harian Moestika di Kota Yogyakarta dan membuka kantor Advies en Informatie Bureau Penerangan Oemoem (AIPO). Karangan beliau banyak di muat di beberapa surat kabar seperti Neraca, Mustika, Fajar Asia Hindia Baru, Keng Po Dunia Islam, Het Licht, Pujangga Baru Hikmah, Mimbar Agama, Moslemse Reveil, Indonesia Revue. [7] Bersamaan dengan itu ia juga terjun dalam dunia politik sebagai pemimpin Sarekat Islam.,

Karya tulis

[sunting | sunting sumber]
  • Riwayat Kedatangan Islam di Indonesia
  • Dari Hal Ilmu Quran
  • Muhammad voor en na de Hijrah
  • Gods Laatste Boodschap
  • Jejak Langkah Haji Agus Salim (Kumpulan karya Agus Salim yang dikompilasi koleganya, Oktober 1954)
  • Hoekoem yang ke lima
  • Tauhid[8]

Karya terjemahan

[sunting | sunting sumber]

Karier politik

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1915, H. Agus Salim bergabung dengan Sarekat Islam dan menjadi pemimpin kedua setelah Oemar Said Tjokroaminoto.

Peran H. Agus Salim pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia antara lain:

Presiden Sukarno dan Agus Salim dalam tahanan Belanda, 1949.

Di antara tahun 1946-1950 ia laksana bintang cemerlang dalam pergolakan politik Indonesia, sehingga kerap kali digelari "Orang Tua Besar" (The Grand Old Man). Ia pun pernah menjabat Menteri Luar Negeri Indonesia pada kabinet presidensial dan pada tahun 1950 sampai akhir hayatnya dipercaya sebagai Penasehat Menteri Luar Negeri.

Pada tahun 1952, ia menjabat Ketua di Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia. Biarpun penanya tajam dan kritikannya pedas namun Haji Agus Salim dikenal masih menghormati batas-batas dan menjunjung tinggi kode etik jurnalistik.

Setelah mengundurkan diri dari dunia politik, pada tahun 1953 ia mengarang buku dengan judul Bagaimana Takdir, Tawakal dan Tauchid harus dipahamkan? yang lalu diperbaiki menjadi Keterangan Filsafat Tentang Tauchid, Takdir dan Tawakal.

Ia meninggal dunia pada 4 November 1954 di RSU Jakarta dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Namanya kini diabadikan untuk stadion sepak bola di Kota Padang.

Dalam budaya populer

[sunting | sunting sumber]


Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Daftar Nama Pahlawan Nasional Republik Indonesia Diarsipkan 2012-04-14 di Wayback Machine., Departemen Sosial RI Online, Januari 2010. Diakses 26 Agustus 2012.
  2. ^ Syukur, Yanuardi (2017). Menulis di Jalan Tuhan. Sleman: Deepublish. hlm. 73. ISBN 978-602-401-711-8. 
  3. ^ http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/60783/Chapter%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y[pranala nonaktif permanen]
  4. ^ Templat:Mukayat. Haji Agus Salim., hlm 13
  5. ^ "Memimpin Itu Menderita, Seperti Agus Salim". Tirto.id. 
  6. ^ Templat:Mukayat., hlm14
  7. ^ Templat:Mukayat, Haji Agus Salim. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1985., hlm48
  8. ^ Risalah Sidang BPUPKI PPKI. Cetakan Kedua Edisi III, hlm 607

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Jabatan pemerintahan
Didahului oleh:
Sutan Sjahrir
Menteri Luar Negeri Indonesia
1947–1949
Diteruskan oleh:
Mohammad Hatta
Didahului oleh:
Jabatan baru
Menteri Muda Luar Negeri Indonesia
1946–1947
Diteruskan oleh:
Tamsil