Lompat ke isi

Abdul Wahid Hasyim: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
perbaikan kesalahan pengetikan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k menambahkan Kategori:Tokoh Orde Lama menggunakan HotCat
Baris 76: Baris 76:
[[Kategori:Tokoh Jawa Timur|Wahid Hasjim]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Timur|Wahid Hasjim]]
[[Kategori:Tokoh Jawa|Wahid Hasjim]]
[[Kategori:Tokoh Jawa|Wahid Hasjim]]
[[Kategori:Tokoh Orde Lama]]





Revisi per 26 Agustus 2015 19.31

Abdul Wahid Hasyim
Berkas:Nu-kudus-kh-wahid-hasyim.jpg
Menteri Agama Republik Indonesia 1
Masa jabatan
30 September 1945 – 14 November 1945
PresidenIr. Sukarno
Sebelum
Pendahulu
Tidak ada, jabatan baru
Pengganti
Rasjidi
Sebelum
Masa jabatan
6 September 1950 – 3 April 1952
PresidenSoekarno
Sebelum
Pendahulu
Masjkur
Pengganti
Fakih Usman
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1914-06-01)1 Juni 1914
Indonesia Jombang, Jawa Timur, (Masa pendudukan Belanda)
Meninggal19 April 1953(1953-04-19) (umur 38)
Indonesia Cimahi, Jawa Barat
AnakK.H. Abdurrahman Wahid
Aisyah Hamid Baidlowi
K.H. Salahuddin Wahid
dr. Umar Wahid, Sp.P
Lily Chodijah Wahid
Hasyim Wahid
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim (1 Juni 1914 – 19 April 1953) adalah pahlawan nasional Indonesia dan menteri negara dalam kabinet pertama Indonesia. Ia adalah ayah dari presiden keempat Indonesia, Abdurrahman Wahid dan anak dari Hasyim Asy'arie, salah satu pahlawan nasional Indonesia. Wahid Hasjim dimakamkan di Tebuireng, Jombang.

Pada tahun 1939, NU menjadi anggota MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia), sebuah badan federasi partai dan ormas Islam pada zaman pendudukan Belanda. Saat pendudukan Jepang yaitu tepatnya pada tanggal 24 Oktober 1943 ia ditunjuk menjadi Ketua Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) menggantikan MIAI. Selaku pemimpin Masyumi ia merintis pembentukan Barisan Hizbullah yang membantu perjuangan umat Islam mewujudkan kemerdekaan. Selain terlibat dalam gerakan politik, tahun 1944 ia mendirikan Sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang pengasuhannya ditangani oleh KH. A. Kahar Muzakkir. Menjelang kemerdekaan tahun 1945 ia menjadi anggota BPUPKI dan PPKI.

Wahid Hasyim dengan segudang pemikiran tentang agama, negara, pendidikan, politik, kemasyarakatan, NU, dan pesantren, telah menjadi lapisan sejarah ke-Islaman dan ke-Indonesiaan yang tidak dapat tergantikan oleh siapapun.

Wahid Hasjim adalah salah satu putra bangsa yang turut mengukir sejarah negeri ini pada masa awal kemerdekaan Republik Indonesia.Terlahir Jumat Legi, 5 Rabi’ul Awal 1333 Hijriyah atau 1 Juni 1914, Wahid mengawali kiprah kemasyarakatannya pada usia relatif muda. Setelah menimba ilmu agama ke berbagai pondok pesantren di Jawa Timur dan Mekah, pada usia 21 tahun Wahid membuat “gebrakan” baru dalam dunia pendidikan pada zamannya. Dengan semangat memajukan pesantren, Wahid memadukan pola pengajaran pesantren yang menitikberatkan pada ajaran agama dengan pelajaran ilmu umum.Sistem klasikal diubah menjadi sistem tutorial. Selain pelajaran Bahasa Arab, murid juga diajari Bahasa Inggris dan Belanda. Itulah madrasah nidzamiyah.

Meskipun ayahandanya, hadratush syaikh Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama, butuh waktu beberapa tahun bagi Wahid Hasjim untuk menimbang berbagai hal sebelum akhirnya memutuskan aktif di NU. Pada usia 25 tahun Wahid bergabung dengan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI), federasi organisasi massa dan partai Islam saat itu. Setahun kemudian Wahid menjadi ketua MIAI.

Karier politiknya terus menanjak dengan cepat. Ketua PBNU, anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), hingga Menteri Agama pada tiga kabinet (Hatta, Natsir, dan Sukiman). Banyak kontribusi penting yang diberikan Wahid bagi agama dan bangsa.

Rumusan "Ketuhanan Yang Maha Esa" dalam Pancasila sebagai pengganti dari "Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluknya" tidak terlepas dari peran seorang Wahid Hasjim. Wahid dikenal sebagai tokoh yang moderat, substantif, dan inklusif.

Wahid Hasjim meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan mobil di Kota Cimahi tanggal 19 April 1953.

Jabatan pemerintahan
Didahului oleh:
tidak ada
Menteri Agama Indonesia
1945
Diteruskan oleh:
Rasjidi
Didahului oleh:
Masjkur
Menteri Agama Indonesia
1949–1952
Diteruskan oleh:
Fakih Usman