Gunung Kamojang: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
k ~pl |
||
Baris 40: | Baris 40: | ||
* [[Daftar gunung]] |
* [[Daftar gunung]] |
||
== Pranala |
== Pranala luar == |
||
*[https://www.youtube.com/watch?v=tQww9_hk2iw Geothermal Forum Week 1 2021 - Revisiting Kamojang Pressure Transient Test] |
*[https://www.youtube.com/watch?v=tQww9_hk2iw Geothermal Forum Week 1 2021 - Revisiting Kamojang Pressure Transient Test] |
||
Revisi per 31 Agustus 2021 14.10
Kamojang | |
---|---|
Titik tertinggi | |
Ketinggian | 1.730 m (5.676 kaki)[1] |
Koordinat | 7°07′30″S 107°48′00″E / 7.125°S 107.80°E |
Geografi | |
Letak | Kabupaten Garut, Jawa Barat, Indonesia |
Geologi | |
Jenis gunung | stratovolcano |
Gunung Kamojang, dikenal luas dengan nama Kawah Kamojang adalah sumber panas bumi di Jawa Barat, Indonesia. Dalam sejarahnya, dikenal sebagai gunung berapi yang bernama Gunung Guntur, tetapi kawah ini dikelompokkan dalam gunung berapi aktif karena aktivitas panas bumi.[1]
Sejarah
Usulan JB Van Dijk pada tahun 1918 untuk memanfatkan sumber energi panasbumi didaerah kamojang, Jawa Barat, merupakan titik awal dari perkembangan panasbumi di Indonesia. Secara kebetulan, peristiwa itu bersamaan waktu dengan awal pengusahaan panasbumi di dunia, yaitu di Larnderello, Italia, yang juga terjadi pada tahun 1918. Bedanya, kalau di Indonesia masih sebatas usulan, di Italia pengusahaan telah menghasilkan uap alam yang dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan tenaga listrik.
Pada tahun 1926, pemerintah kolonial Belanda melakukan pengeboran dangkal antara 60 – 128 meter di lapangan panas bumi Kawah Kamojang. Hingga dua tahun kemudian, lima sumur eksplorasi panas bumi pun tersedia di sana. Dari lima sumur itu, sumur KMJ-3 dengan kedalaman 66 meter sampai saat ini masih menyemburkan uap.
Peristiwa saat itu dipandang sebagai upaya pertama dalam pembuktian energi panas bumi di Hindia Belanda. Tidak sia-sia, panas bumi di Kamojang bahkan kemudian dikenal sebagai yang terbaik di dunia. Uap panas bumi yang kandungannya didominasi oleh uap, yang membuat bumi Kamojang unggul. Sayangnya pengusahaan panas bumi tidak berkembang sejak saat itu hingga tahun 1960-an.
Tidak berlangsung lama, keadaan ini berbalik ketika pemerintah Indonesia menggelar pengamatan panas bumi Kamojang pada tahun 1971 hingga 1979. Saat itu eksplorasi dilakukan bersama Selandia Baru.
Pada 1978, potensi panas bumi di lapangan Kamojang terbukti mampu dimanfaatkan dengan dibangunnya monoblok/pembangkit dengan kapasitas 0,25 MW. Tidak ingin menyia-nyiakan hal tersebut, pengeboran pun dilakukan di 14 titik. Kamojang pun mendapat predikat lapangan panas bumi pertama di Indonesia. Kapasitas produksinya mencapai 1.752 Gwh per tahun.
Kamojang sendiri merupakan lapangan panas bumi terbaik di dunia, yang menghasilkan uap yang VD ( Very Dry ) / kandungan air yang sangat sedikit sehingga dapat langsung diproses oleh turbine untuk menghasilkan listrik tanpa proses penyaringan air.
Asal usul
Gunung Kamojang adalah sumber inspirasi dari nama Kereta api Kamojang, kereta api ekonomi yang melayani Garut-Bandung-Jakarta dan rencananya bakal beroperasi Jika Reaktivasi Jalur Kereta api Cibatu-Garut rampung semua.
Lihat pula
Pranala luar
Referensi
- ^ a b "Kawah Kamojang". Global Volcanism Program. Smithsonian Institution. Diakses tanggal 2006-12-21.