Gunung Lalakon

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gunung Lalakon
Lalakon di Jawa
Lalakon
Lalakon
Letak Gunung Lalakon di Pulau Jawa
Titik tertinggi
Ketinggian870 m [1]
Geografi
LetakKabupaten Bandung, Jawa Barat, Indonesia
PegununganSelatan Jabar

Gunung Lalakon merupakan sebuah gunung yang terdapat di Kampung Jelegong, Desa Badaraksa, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat dan memiliki ketinggian 870 meter. Gunung Lalakon terkenal dikarenakan bentuknya yang menyerupai kerucut sempurna atau piramida.

Gunung Lalakon dikenal juga dengan nama Gunung Sabelas karena di puncak gunung ini terdapat dua buah tower PLN yang bila dilihat dari kejauhan membentuk angka 11, tower milik PLN ini terhubung dengan PLTA Saguling. Sehingga, untuk keamanan tower beserta fungsinya inilah yang menjadikan perijinan ke gunung ini sedikit ketat, tidak mengagetkan ketika akan mendekati puncak banyak bambu yang dirintangkan ke jalur dengan tujuan menutup jalur pendakian.[2]

Selain keberadaan tower milik PLN, di gunung ini juga terdapat beberapa situs batuan, seperti Batu Lawang, Batu Pabiasan, Batu Warung, Batu Pupuk, Batu Renges, Batu Gajah, dan sebuah Batu Panjang yang terletak di atas puncak. Menurut salah seorang tokoh masyarakat Kampung Badaraksa, Abah Acu, "secara filosofis, Gunung Lalakon adalah perlambang sebuah lakon dari kehidupan manusia. Batu-batu tadi merepresentasikan berbagai profesi (lakon) yang dipilih oleh manusia."

Pemandangan dari gunung ini cukup bagus, seluruh sudut Kabupaten Bandung bisa terlihat dari puncaknya, termasuk pemandangan Waduk Saguling di sebelah barat. Beberapa sisi gunung ini sudah rusak oleh aktivitas galian liar (galian C), seperti di area Cipatik di sisi utara dan area Situwangi di sisi barat.

Penemuan Piramida[sunting | sunting sumber]

Masyarakat sempat heboh dengan pemberitaan mengenai Gunung Lalakon yang diyakini beberapa pihak adalah sebuah piramida yang merupakan buatan tangan manusia.

Para peneliti sudah melakukan pengujian geolistrik dan uji seismik di 18 titik di beberapa tempat di Indonesia. Di Bandung dan di Garut, mereka mendapat hasil kurang lebih sama. Semua serupa yaitu indikasi adanya sebuah struktur bangunan yang mirip piramida di bawah bukit. Dari hasil geolistrik tampak struktur berbentuk piramida di dalam bukit itu. Ada undak-undakan, mirip tangga menuju puncak piramida. Di bagian dasar, ada semacam pintu, dan tampak juga sesuatu yang mirip lorong di dalamnya. Para ahli geologi yang ikut dalam penelitian di Gunung Lalakon itu percaya ada semacam struktur geologis tak biasa di dalam gunung menyerupai piramida itu.

Terlepas dari keyakinan tersebut, secara geologis, Gunung Lalakon merupakan satu dari banyak bukit di utara Soreang atau selatan Cimahi yang merupakan produk aktivitas magmatik selama Kala Pliosen, sekitar 4 juta tahun yang lalu. Dalam kala itu, aktivitas magmatik di sekitar Gunung Lalakon merupakan indikasi awal bergesernya jajaran magmatik-vulkanik ke arah utara di Jawa Barat. Maka di kawasan tersebut, selain Gunung Lalakon yang memang membentuk morfologi kerucut, dapat dijumpai kerucut-kerucut lain, di antaranya Pasir Salam Masoro di rangkaian Gunung Lagadar โ€“ Gunung Bohong Cimahi, Pasir Selacau di Batujajar, Gunung Pancir dan Gunung Paseban di Cipatik, hingga Gunung Singa dan Gunung Sadu di Soreang. Ke arah Cililin, sisa-sisa kompleks gunung api purba ini semakin meluas.[3]

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-11-03. Diakses tanggal 2016-11-01. 
  2. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-11-04. Diakses tanggal 2016-11-01. 
  3. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-11-03. Diakses tanggal 2016-11-01.