Lompat ke isi

Gunung Sanggabuana: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Mochded (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Mochded (bicara | kontrib)
→‎Jalur pendakian: Perjalanan sayang 5 jam hingga kepuncak Sangga buana.
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 46: Baris 46:


Terus saya berjalan melewati hutan bambu itu sambil berlari karena memang kebetulan dalam hutan itu jalan yang saya lintas agak datar.
Terus saya berjalan melewati hutan bambu itu sambil berlari karena memang kebetulan dalam hutan itu jalan yang saya lintas agak datar.
Setelah itu saya menemukan pepohonan yang besar -besar sekitar lima meter lingkaran batangnya dan tinggi -tinggi menjulang puluhan hingga ratusan meter. S
Setelah itu saya menemukan pepohonan yang besar -besar sekitar lima meter lingkaran batangnya dan tinggi -tinggi menjulang puluhan hingga ratusan meter. kemudian saya menemukan jalan setapak yang disisi kiri dan kanannya jurang, kalau saya perhatikan ini adalah tempat bertemunya dua gunung dan mungkin tempat aliran air dari puncaknya.


Setelah itu saya menemukan pertigaan lagi, jalan yang kekiri di depannya padang rerumputan sepanjang mata memandang dan jalan yang kekanan agak menanjak seperti sering di lalui orang, kekanan inilah yang saya ambil dan terus saya berjalan tidak beberapa jauh dari situ saya menemukan sebuah makam disisi kiri jalan dan saya meyakini tujuan saya sudah dekat.

الحمدلله benar saja tidak bbeberapa lama saya berjalan didepan saya melihat ada gubuk -gubuk yang beratap ijuk hitam.

Persis jam 3 saya melihat wktu di dalam hp blackberry saya.Saya bertemu dengan beberapa orang di tempat itumum, kemudian saya menanyakan apakah ini tempat penziarahan gunung sanggabuana?. "Benar" jawab salah seorang yang saya tanyakan.

Kemudian saya bergegas mencari rekan-rekan diantara kerumunan orang-orang di salah satu paseban gubuk namun tidak ada.
Terus saya mendatangi gubuk -gubuk lainnya sekitar empat atau lima gubuk namun tetap saja tidak ada.
Saya pun memutuskan untuk mencari sumber air terlebih dahulu untuk minum, mandi dan berwudlu karena waktu telah Ashar.

Persis di sebelah timur jalan menurun saya menemukan sebuah sumber mata air dan musholla, kemudian saya minum, mandi dan sholat di tempat tersebut.

Karena lelah saya pun tertidur disaat sedang wirid lepas sholat Ashar itu hingga saya terbangun di saat serombongan orang-orang datang untuk melaksanakan sholat Ashar, saya terbangun dan melihat jam di hp blackberry, jam menunjukan jam 5.08.00, kemudiansaya keluar untuk melihat rombongan lain yang datang, mungkin rombongan rekan-rekan saya namun bukan juga.saya memutuskan untuk menunggu rekan-rekan di musholla ini sambil menunggu waktu maghrib, dan saya pun bercengkerama dengan rombongan asing itu namun persahabatan dan kedekatan terbina diantara kita mungkin karena satu tujuan akhirnya menyebabkan kedekatan sesama pengunjung dari jauh.
Obrolan itu terhenti ketika waktu maghrib telah tiba, kami berjama'ah melaksanakan sholat maghrib hingga kewaktu isya bwrdzir bersama lanjut kewaktu isya kitapun kembali melaksanakan sholat isya.
Setelah itu terbersit dalam benak saya akan nasib rombongan rekan-rekan yang belum juga saya temukan di tempat ini.

Kemudian bersamaan dengan itu turunlah hujan yang deras hingga sampai tengah malam, ketika hujan telah berhenti akhirnya sya mmemutuskankan untuk berziarah kemakam -makam itu. Benar saja ketika saya akan memasuki ruang pemakaman benar saja dari luar pemakaman ada yang memanggil -manggil saya, ternyata rekan-rekan saya rupanya baru sampai ketempat ini. Saya bingung dan sedikit bertanya-tanya mengapa rombongan rekan-rekan ini baru sampai di sini hingga tengah malam.
Mereka pun bercerita bahwa mereka tersesat hingga terjebak dalam hutan yang sedang hujan dan penuh kabut. Saya tidak dapat membayangkan perjalanan mereka di malam hari itu..




Bersambung!
Bersambung!

Revisi per 26 Juni 2019 07.47

Gunung Sanggabuana
Berkas:G Sanggabuana.jpg
Titik tertinggi
Ketinggian1.291 m (4.236 kaki)
Geografi
LetakKarawang Jawa Barat, Indonesia Indonesia

Gunung Sanggabuna (Aksara Sunda Baku: ᮌᮥᮔᮥᮀ ᮞᮀᮌᮘᮥᮔ) adalah gunung yang terdapat dalam wilayah Kabupaten Karawang. Secara administratif gunung ini berada di Desa Mekarbuana, Tegalwaru, Karawang, Kabupaten Karawang. Ketinggian gunung ini adalah 1291 mdpl dan merupakan gunung tertinggi dan satu satunya di Karawang.[1]

Gunung Sanggabuana terletak di perbatasan empat kabupaten, yaitu di sebelah utara ada Kabupaten Karawang, sebelah timur ada Kabupaten Purwakarta, sebelah selatan ada Kabupaten Cianjur dan sebelah barat ada Kabupaten Bogor . Saat ini status kawasan hutan gunung Sanggabuana masuk dalam kategori hutan produksi dan sedang diusulkan menjadi hutan lindung untuk mencegah meluasnya kerusakan hutan di wilayah tersebut.

Hutan gunung Sanggabuana masih cukup terawat. Di hutan gunung ini kita masih dapat menikmati pepohonan yang tumbuh liar hingga mencapai ketinggian puluhan meter berjejer disana. Bahkan pepohonan sebesar truk yang bila kita berdiri di pangkal pohonnya akan terlihat sangat kecil dibandingkan pohonnya, masih bisa ditemui disini. Pohon kemenyan tumbuh liar di hutan gunung ini.

Di puncak Gunung Sanggabuana terdapat beberapa makam yang sering dikunjungi oleh para pejiarah. Salah satunya adalah makam Ki Sapujagat. Di puncak Gunung ini juga dapat terlihat bagian kota Karawang. Bahkan bendungan Jatiluhur yang berada di Kabupaten Purwakarta pun terlihat jelas dari puncak Gunung Sanggabuana. Selain itu di puncak Gunung Sanggabuana juga kita bisa melihat dengan kejauhan menara atau Tower Lippo Cikarang Kabupaten Bekasi.

Jalur pendakian

Jalur pendakian gunung lewat Karawang terbilang cukup terjal, tetapi cepat dan jelas rutenya. Membutuhkan waktu sekitar 6-7 jam untuk sampai ke puncaknya. Di awal jalur pendakian kita akan menemukan areal pesawahan warga dengan latar barisan bukit yang sangat indah. Selang beberapa saat setelah areal pesawahan, kita akan melewati Kampung Situ, yaitu sebuah desa terakhir yang kita jumpai yang hanya terdiri dari beberapa keluarga saja. Di desa kecil ini kita akan menemukan beberapa kuburan yang tepat berada di tengah jalan.[2]

Setelah perkampungan kecil tersebut kita akan menemukan areal perkebunan kopi yang cukup luas. Setelah itu kita akan memasuki hutan yang tidak begitu rapat. Di tengah perjalanan kita akan menjumpai sebuah shower, dan masyarakat sekitar Gunung Sangga Buana menyebut shower ini dengan nama Pancuran Kejayan. Di sekitaran shower ini juga terdapat bangunan kecil yang biasanya dijadikan tempat berjualan ketika banyak pengunjung atau peziarah.

Pengalaman Pribadi (Sang pengembara sejati hidup menapaki jejak para pewaris nabi )

Sekitar enam bulan yang lalu saya bersama teman-teman ketempat ini, sekitar enam orang yang kebetulan di temani seorang tokoh spiritualitas dari cibarusah namun selang beberapa saat pendakian sekitar 500m atau setelah melewati persawahan warga saya yang berada di barisan depan kehilangan rombongan, pada akhirnya saya hanya sendirian dalam pendakian tersebut.

Perlu di ketahui saudara dalam perjalanan itu saya mendapatkan keanehan-keanehan yaitu salah satu nya adalah saya dapat mendengar jelas suara -suara rombongan tetapi saya tidak mendapatkannya, walaupun sesekali saya berteriak memanggil -manggil nama teman-teman namun tetap saja suara rombongan yang terdengar jelas oleh saya itu tidak merespon. Saya terus saja mendaki keatas sendirian, tepat di sebuah pertigaan jalan setapak saya beristirahat untuk menghilangkan lelah, saya duduk di bawah pohon sejenis pohon kelapa namun buahnya kecil-kecil dan beranting, berwarna kekuning -Kuningan. Di sekelilingnya ada rerimbunan pohon-pohon seperti pohon sejenis pohon karet, pohon kopi. Setelah beberapa saat saya istirahat tak seorangpun dapat saya temui untuk saya tanyakan akan arah yang benar menuju puncak. Dengan keyakinan dan بسم الله pada akhirnya saya pilih satu jalan dan saya lanjutkan kembali perjalanan itu,singkat cerita setelah selama kurang lebih satu jam saya berjalan secara perlahan karena rute semakin terjal, licinta dan banyak semak belukar, persis disebuah tikungan dan menanjak itu saya menemukan beberapa batu -batu besar yang kira-kira ukurannya sebesar-besar rumah, di kiri kanan jalan setapak itu, dan saya pun duduk diatas salah satu batu besar itu untuk beristirahat kembali, tidak selang beberapa saat saya pun melanjutkan perjalanan pendakian yang semakin terjal dan setapak sesekali sambil merangkak dan berpegangan batu saya terus menanjak. Suatu ketika saya melewati sebuah gubuk yang hampir tertutup oleh rerumputan dan semak belukar karena sudah lama tidak di huni atau mungkin tidak di singgahi orang yang melintas dengan bergegas saya melalui gubuk itu sambil tergopoh-gopoh dan tidak lama setelah melewati gubuk itu saya menemukan hutan pohon bambu gombong yang ada beberapa pohon bambu yang melintang menutupi jalan setapak itu.

Terus saya berjalan melewati hutan bambu itu sambil berlari karena memang kebetulan dalam hutan itu jalan yang saya lintas agak datar. Setelah itu saya menemukan pepohonan yang besar -besar sekitar lima meter lingkaran batangnya dan tinggi -tinggi menjulang puluhan hingga ratusan meter. kemudian saya menemukan jalan setapak yang disisi kiri dan kanannya jurang, kalau saya perhatikan ini adalah tempat bertemunya dua gunung dan mungkin tempat aliran air dari puncaknya.


Setelah itu saya menemukan pertigaan lagi, jalan yang kekiri di depannya padang rerumputan sepanjang mata memandang dan jalan yang kekanan agak menanjak seperti sering di lalui orang, kekanan inilah yang saya ambil dan terus saya berjalan tidak beberapa jauh dari situ saya menemukan sebuah makam disisi kiri jalan dan saya meyakini tujuan saya sudah dekat.

الحمدلله benar saja tidak bbeberapa lama saya berjalan didepan saya melihat ada gubuk -gubuk yang beratap ijuk hitam.

Persis jam 3 saya melihat wktu di dalam hp blackberry saya.Saya bertemu dengan beberapa orang di tempat itumum, kemudian saya menanyakan apakah ini tempat penziarahan gunung sanggabuana?. "Benar" jawab salah seorang yang saya tanyakan.

Kemudian saya bergegas mencari rekan-rekan diantara kerumunan orang-orang di salah satu paseban gubuk namun tidak ada. Terus saya mendatangi gubuk -gubuk lainnya sekitar empat atau lima gubuk namun tetap saja tidak ada. Saya pun memutuskan untuk mencari sumber air terlebih dahulu untuk minum, mandi dan berwudlu karena waktu telah Ashar.

Persis di sebelah timur jalan menurun saya menemukan sebuah sumber mata air dan musholla, kemudian saya minum, mandi dan sholat di tempat tersebut.

Karena lelah saya pun tertidur disaat sedang wirid lepas sholat Ashar itu hingga saya terbangun di saat serombongan orang-orang datang untuk melaksanakan sholat Ashar, saya terbangun dan melihat jam di hp blackberry, jam menunjukan jam 5.08.00, kemudiansaya keluar untuk melihat rombongan lain yang datang, mungkin rombongan rekan-rekan saya namun bukan juga.saya memutuskan untuk menunggu rekan-rekan di musholla ini sambil menunggu waktu maghrib, dan saya pun bercengkerama dengan rombongan asing itu namun persahabatan dan kedekatan terbina diantara kita mungkin karena satu tujuan akhirnya menyebabkan kedekatan sesama pengunjung dari jauh. Obrolan itu terhenti ketika waktu maghrib telah tiba, kami berjama'ah melaksanakan sholat maghrib hingga kewaktu isya bwrdzir bersama lanjut kewaktu isya kitapun kembali melaksanakan sholat isya. Setelah itu terbersit dalam benak saya akan nasib rombongan rekan-rekan yang belum juga saya temukan di tempat ini.

Kemudian bersamaan dengan itu turunlah hujan yang deras hingga sampai tengah malam, ketika hujan telah berhenti akhirnya sya mmemutuskankan untuk berziarah kemakam -makam itu. Benar saja ketika saya akan memasuki ruang pemakaman benar saja dari luar pemakaman ada yang memanggil -manggil saya, ternyata rekan-rekan saya rupanya baru sampai ketempat ini. Saya bingung dan sedikit bertanya-tanya mengapa rombongan rekan-rekan ini baru sampai di sini hingga tengah malam. Mereka pun bercerita bahwa mereka tersesat hingga terjebak dalam hutan yang sedang hujan dan penuh kabut. Saya tidak dapat membayangkan perjalanan mereka di malam hari itu..


Bersambung!

Kawah Candradimuka Prajurit

Gunung Sanggabuana adalah salah satu di antara 3 tempat latihan TNI Kostrad, yaitu di Sanggabuana, Cibenda, dan Jatiluhur. Daerah latihan Kostrad di Sanggabuana terbentang seluas 500 hektar. Pembangunan dimulai sejak tahun 1999 dan selesai pada 2001, mulai dari bangunan di bagian bawah hingga bangunan di lereng bukit tempat latihan.[3]

Referensi

Pranala