Lompat ke isi

Idris: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 27: Baris 27:


Nama Idris disebutkan dua kali dalam Al-Qur'an, tetapi kisahnya tidak diceritakan secara terperinci. Pendapat paling masyhur menyatakan bahwa Idris adalah orang yang sama dengan tokoh dalam [[Alkitab]] bernama [[Henokh (leluhur Nuh)|Henokh]] yang merupakan kakek buyut Nuh.
Nama Idris disebutkan dua kali dalam Al-Qur'an, tetapi kisahnya tidak diceritakan secara terperinci. Pendapat paling masyhur menyatakan bahwa Idris adalah orang yang sama dengan tokoh dalam [[Alkitab]] bernama [[Henokh (leluhur Nuh)|Henokh]] yang merupakan kakek buyut Nuh.

== Ayat ==
{{quote|"Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Idris di dalam Kitab (Al-Qur'an). Sesungguhnya dia seorang yang sangat mencintai kebenaran dan seorang nabi, dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi."|Maryam (19): 56–57}}


== Nama ==
== Nama ==
Baris 43: Baris 46:
Sebagian mengatakan bahwa Idris dijuluki sebagai "''Asad al-asad''" (singa dari segala singa) karena keberanian dan kegagahannya, sedangkan di dalam kisah lain, Idris diberi julukan "''Harmasu al-Haramisah''"<ref>[http://books.google.co.id/books?id=zMZeATmvY2sC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false "Cerita 25 Nabi dan Rasul," Bab: "Nabi Idris," hal.16, karya Yudho P. di Books.Google.com]</ref> (ahlinya perbintangan).<ref name="Kisah Nabi Idris">Kisah Para Nabi & Rasul, Kisah Nabi Idris hal. 91-92, karya Ibnu Katsir, cetakan ke-5 September 2011, Pustaka as-Sunnah.</ref>
Sebagian mengatakan bahwa Idris dijuluki sebagai "''Asad al-asad''" (singa dari segala singa) karena keberanian dan kegagahannya, sedangkan di dalam kisah lain, Idris diberi julukan "''Harmasu al-Haramisah''"<ref>[http://books.google.co.id/books?id=zMZeATmvY2sC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false "Cerita 25 Nabi dan Rasul," Bab: "Nabi Idris," hal.16, karya Yudho P. di Books.Google.com]</ref> (ahlinya perbintangan).<ref name="Kisah Nabi Idris">Kisah Para Nabi & Rasul, Kisah Nabi Idris hal. 91-92, karya Ibnu Katsir, cetakan ke-5 September 2011, Pustaka as-Sunnah.</ref>


Riwayat masyhur menyatakan bahwa Idris wafat di langit keempat. Suatu saat Idris mengatakan pada salah satu malaikat, "Sesungguhnya Allah telah menurunkan wahyu kepadaku berupa ini dan itu. Maka sampaikanlah kepada malaikat maut agar dia menunda ajalku, sehingga aku bisa menambah amalku." Malaikat tersebut membawa Idris menuju langit. Di langit keempat, mereka bertemu dengan malaikat maut. Malaikat tersebut menyampaikan pesan Idris kepada malaikat maut. Malaikat maut bertanya, "Lantas di mana Idris sekarang?" Dia menjawab, "Dia berada di atas punggungku." Malaikat maut berkata, "Sungguh menakjubkan. Sesungguhnya engkaulah yang diutus, tapi dikatakan kepadaku, 'Cabutlah Idris di langit keempat,' sehingga aku katakan, 'Bagaimana mungkin aku mencabut ruhnya di langit keempat, sementara dia berada di bumi?'" Lalu malaikat maut mencabut nyawa Idris di langit keempat. Itulah yang dimaksud dengan firman Allah, "Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi."{{sfn|Ibnu Katsir|2014|p=82}}
Riwayat masyhur menyatakan bahwa Idris wafat di langit keempat. [[Ka'ab al-Ahbar]] menceritakan bahwa suatu saat Idris mengatakan pada salah satu malaikat, "Sesungguhnya Allah telah menurunkan wahyu kepadaku berupa ini dan itu. Maka sampaikanlah kepada malaikat maut agar dia menunda ajalku, sehingga aku bisa menambah amalku." Malaikat tersebut membawa Idris menuju langit. Di langit keempat, mereka bertemu dengan malaikat maut. Malaikat tersebut menyampaikan pesan Idris kepada malaikat maut. Malaikat maut bertanya, "Lantas di mana Idris sekarang?" Dia menjawab, "Dia berada di atas punggungku." Malaikat maut berkata, "Sungguh menakjubkan. Sesungguhnya engkaulah yang diutus, tapi dikatakan kepadaku, 'Cabutlah Idris di langit keempat,' sehingga aku katakan, 'Bagaimana mungkin aku mencabut ruhnya di langit keempat, sementara dia berada di bumi?'" Lalu malaikat maut mencabut nyawa Idris di langit keempat. Itulah yang dimaksud dengan firman Allah, "Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi."{{sfn|Ibnu Katsir|2014|p=82}}


=== Hadits isra' mi'raj ===
=== Hadits isra' mi'raj ===
Dalam hadits mengenai [[Isra Mikraj|isra' mi'raj]], diterangkan bahwa Nabi Muhammad bertemu dengan Idris di langit keempat. Diriwayatkan dari 'Abbas bin Malik,{{quotation|"... Gerbang telah terbuka, dan ketika aku (Muhammad) pergi ke langit keempat, di sana aku melihat Idris. [[Jibril]] berkata (kepadaku), 'Ini adalah Idris. Berilah dia salammu.' Maka aku mengucapkan salam kepadanya, dan ia mengucapkan, 'Selamat datang, wahai saudaraku yang shalih dan nabi yang shalih' sebagai balasan salamnya kepadaku."|{{Bukhari|5|58|227}}}}
Dalam hadits mengenai [[Isra Mikraj|isra' mi'raj]], diterangkan bahwa Nabi Muhammad bertemu dengan Idris di langit keempat. Diriwayatkan dari 'Abbas bin Malik,{{quotation|"... Gerbang telah terbuka, dan ketika aku (Muhammad) pergi ke langit keempat, di sana aku melihat Idris. [[Jibril]] berkata (kepadaku), 'Ini adalah Idris. Berilah dia salammu.' Maka aku mengucapkan salam kepadanya, dan ia mengucapkan, 'Selamat datang, wahai saudaraku yang shalih dan nabi yang shalih' sebagai balasan salamnya kepadaku."|{{Bukhari|5|58|227}}}}

== Nabi yang masih hidup ==
Ada kepercayaan di sebagian kalangan Muslim bahwa ada empat orang nabi yang masih hidup sampai sekarang: dua hidup di bumi dan dua di langit. Dua nabi yang ada di bumi yang dimaksud adalah Nabi Khidir dan Nabi Ilyas, sementara dua yang ada di langit adalah Nabi Idris dan Nabi 'Isa.

Tentang ayat, "Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi," Mujahid menyatakan bahwa Idris diangkat ke langit dan belum meninggal dunia sebagaimana 'Isa diangkat ke langit. [[Ibnu Katsir]] menanggapi perkataan Mujahid, "Jika dia mengatakan bahwa Idris sampai saat ini belum meninggal, maka pendapatnya perlu dikaji ulang. Namun jika dia mengatakan bahwa Idris diangkat ke langit dalam keadaan hidup, kemudian nyawanya dicabut di sana, maka pendapat tersebut tidak bertentangan dengan yang dikatakan oleh Ka'ab al-Ahbar di atas. ''Wallahu a'lam''."{{sfn|Ibnu Katsir|2014|p=83}}


== Padanan ==
== Padanan ==
Baris 52: Baris 60:
Pendapat yang masyhur menyatakan bahwa Idris adalah orang yang sama dengan tokoh [[Alkitab]] [[Henokh (leluhur Nuh)|Henokh]] (Akhnukh). Ulama yang berpendapat demikian di antaranya [[Ibnu Jarir ath-Thabari]] dan Al-Baizawi. Al Baizawi mengatakan, "Idris berasal dari keturunan [[Syits]] dan moyang Nuh, dan namanya Henokh."<ref name="Islam, T.P. Hughes 1989, hlm. 192"/>
Pendapat yang masyhur menyatakan bahwa Idris adalah orang yang sama dengan tokoh [[Alkitab]] [[Henokh (leluhur Nuh)|Henokh]] (Akhnukh). Ulama yang berpendapat demikian di antaranya [[Ibnu Jarir ath-Thabari]] dan Al-Baizawi. Al Baizawi mengatakan, "Idris berasal dari keturunan [[Syits]] dan moyang Nuh, dan namanya Henokh."<ref name="Islam, T.P. Hughes 1989, hlm. 192"/>


Sumber Alkitab menyebutkan bahwa Henokh adalah keturunan generasi keenam Adam. Nama Henokh sendiri bermakna "guru".<ref>[http://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=Henokh Kamus Alkitab]</ref> Ayahnya bernama [[Yared]] dan dia lahir saat ayahnya berusia 162 tahun. Saat Henokh berusia 65 tahun, dia memiliki putra bernama [[Metusalah]]. Metusalah memiliki putra bernama [[Lamekh]] dan Lamekh memiliki putra bernama [[Nuh]]. Jadi Henokh adalah kakek buyut dari Nuh. Menurut perhitungan usia dalam Alkitab, Adam masih hidup saat Henokh lahir. Alkitab menyebutkan bahwa Henokh kemudian diangkat ke langit pada usia 365 tahun,<ref>{{Alkitab|Kejadian 5: 1-29}}</ref> mirip dengan Idris yang diangkat ke langit dalam sumber-sumber Islam.
Sumber Alkitab menyebutkan bahwa Henokh adalah keturunan generasi keenam Adam. Silsilahnya adalah: Henokh bin [[Yared]] bin [[Mahalaleel]] bin [[Kenan]] bin [[Enos]] bin [[Syits]] bin [[Adam]]. Nama Henokh sendiri bermakna "guru".<ref>[http://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=Henokh Kamus Alkitab]</ref> Ayahnya bernama [[Yared]] dan dia lahir saat ayahnya berusia 162 tahun. Saat Henokh berusia 65 tahun, dia memiliki putra bernama [[Metusalah]]. Metusalah memiliki putra bernama [[Lamekh]] dan Lamekh memiliki putra bernama [[Nuh]]. Jadi Henokh adalah kakek buyut dari Nuh. Menurut perhitungan usia dalam Alkitab, Adam masih hidup saat Henokh lahir. Alkitab menyebutkan bahwa Henokh kemudian diangkat ke langit pada usia 365 tahun,<ref>{{Alkitab|Kejadian 5: 1-29}}</ref> mirip dengan Idris yang diangkat ke langit dalam sumber-sumber Islam.


Meski demikian, beberapa ulama modern menolak menyamakan kedua tokoh ini karena kurangnya dasar yang dijadikan acuan. Penerjemah Al-Qur'an [[Abdullah Yusuf Ali]] menyatakan, saat membahas Idris dalam surah Maryam, bahwa menyamakan Idris dengan Henokh bisa saja benar atau bisa saja tidak benar.<ref>Abdullah Yusuf Ali, ''The Holy Qur'an: Text, Translation and Commentary'' C2508. Idris is mentioned twice in the Quran, viz.; here and in 21:85, where he is mentioned among those who patiently persevered. His identification with the Biblical Enoch, who "'walked with God' (Gen. 5:21-24), may or may not be correct. Nor are we justified in interpreting verse 57 here as meaning the same thing as in Gen. 5:24 ("God took him"), that he was taken up without passing through the portals of death. All we are told is that he was a man of truth and sincerity, and a prophet, and that he had a high position among his people. It is this point which brings him in the series of men just mentioned; he kept himself in touch with his people, and was honoured among them. Spiritual progress need not cut us off from our people, for we have to help and guide them. He kept to truth and piety in the highest station.</ref>
Meski demikian, beberapa ulama modern menolak menyamakan kedua tokoh ini karena kurangnya dasar yang dijadikan acuan. Penerjemah Al-Qur'an [[Abdullah Yusuf Ali]] menyatakan, saat membahas Idris dalam surah Maryam, bahwa menyamakan Idris dengan Henokh bisa saja benar atau bisa saja tidak benar.<ref>Abdullah Yusuf Ali, ''The Holy Qur'an: Text, Translation and Commentary'' C2508. Idris is mentioned twice in the Quran, viz.; here and in 21:85, where he is mentioned among those who patiently persevered. His identification with the Biblical Enoch, who "'walked with God' (Gen. 5:21-24), may or may not be correct. Nor are we justified in interpreting verse 57 here as meaning the same thing as in Gen. 5:24 ("God took him"), that he was taken up without passing through the portals of death. All we are told is that he was a man of truth and sincerity, and a prophet, and that he had a high position among his people. It is this point which brings him in the series of men just mentioned; he kept himself in touch with his people, and was honoured among them. Spiritual progress need not cut us off from our people, for we have to help and guide them. He kept to truth and piety in the highest station.</ref>


Pihak yang menolak pendapat bahwa Idris dan Henokh adalah orang yang sama menggunakan dasar hadits isra' mi'raj. Di sana disebutkan saat Nabi Muhammad memberi salam kepada Idris, Idris menyebut Muhammad "wahai saudaraku" seperti yang diucapkan Yusuf dan Harun,{{efn|Yusuf dan Harun adalah keturunan Ishaq, putra kedua Ibrahim, sedangkan Muhammad adalah keturunan Ismail, putra sulung Ibrahim}} bukan menyebutnya "anakku yang shalih" sebagaimana Adam dan Ibrahim. Dari sini kemudian ditarik kesimpulan bahwa jika memang Idris dan Henokh adalah orang yang sama, berarti Idris juga adalah moyang Muhammad dan seharusnya dia menyebut Muhammad "anakku yang shalih" seperti Adam dan Ibrahim. Mereka yang berpegangan pada pendapat bahwa Idris dan Henokh adalah orang yang sama menyebutkan bahwa alasan Idris mengatakan "wahai saudaraku" adalah karena bentuk kerendahan hati.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|p=84}} Dalam Syarah Arba’in an-Nawawi, Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin menjelaskan bahwa Idris adalah nabi dari [[bani Israil]], yaitu keturunan Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim, sehingga dia bukanlah moyang Muhammad.<ref>{{Cite web|url=https://kisahmuslim.com/6043-peristiwa-isra-miraj-rasulullah-di-langit-ketiga-keempat-dan-kelima.html|title=Peristiwa Isra’ Mi’raj: Rasulullah di Langit Ketiga, Keempat, dan Kelima|last=Hadi|first=Nurfitri|date=|website=Kisah Muslim|access-date=6 Februari 2020}}</ref>
Sebagian pihak yang menolak pendapat bahwa Idris dan Henokh adalah orang yang sama menggunakan dasar hadits isra' mi'raj. Di sana disebutkan setelah Nabi Muhammad memberi salam kepada Idris, Idris menyebut Muhammad "wahai saudaraku" seperti yang diucapkan Yusuf dan Harun,{{efn|Yusuf dan Harun adalah keturunan Ishaq, putra kedua Ibrahim, sedangkan Muhammad adalah keturunan Ismail, putra sulung Ibrahim}} bukan menyebutnya "anakku yang shalih" sebagaimana Adam dan Ibrahim. Dari sini kemudian ditarik kesimpulan bahwa jika memang Idris dan Henokh adalah orang yang sama, berarti Idris juga adalah moyang Muhammad dan seharusnya dia menyebut Muhammad "anakku yang shalih" seperti Adam dan Ibrahim. Namun sebagian menafsirkan bahwa alasan Idris menyatakan Muhammad sebagai saudara karena sebagai bentuk kerendahan hati.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|p=84}} Dalam Syarah Arba’in an-Nawawi, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menjelaskan bahwa Idris adalah nabi dari [[bani Israil]], yaitu keturunan Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim, sehingga dia bukanlah moyang Muhammad.<ref>{{Cite web|url=https://kisahmuslim.com/6043-peristiwa-isra-miraj-rasulullah-di-langit-ketiga-keempat-dan-kelima.html|title=Peristiwa Isra’ Mi’raj: Rasulullah di Langit Ketiga, Keempat, dan Kelima|last=Hadi|first=Nurfitri|date=|website=Kisah Muslim|access-date=6 Februari 2020}}</ref>


=== Hermes Trismegistus ===
=== Hermes Trismegistus ===
Baris 65: Baris 73:


=== Tokoh lain ===
=== Tokoh lain ===
Dikarenakan perbedaan linguistik dari nama "Idris" dengan tokoh-tokoh yang disebutkan di atas, beberapa sejarawan telah mengusulkan bahwa tokoh Al-Qur'an ini berasal dari "Andreas", juru masak yang mencapai keabadian dari [[Romansa Aleksander]] Syria.<ref>Çakmak, Çenap. Islam: A World Encyclopedia, Vol. 1: A-E. 2017. hlm. 674-675.</ref><ref>Brown, John Porter. ''The Darvishes: Or Oriental Spiritualism''. Disunting oleh H. A. Rose. 1968. hlm. 174, catatan kaki 3.</ref><ref>Brinner, William M. ''The History of Al-Tabari, Vol. III''. Disunting oleh Ehsan Yar-Shater. 1991. hlm 415, catatan kaki 11.</ref> Selain itu, sejarawan Patricia Crone mengusulkan bahwa "Idris" dan "Andreas" berasal dari [[Wiracarita|epos]] Akkadia [[Wiracarita Atrahasis|Atra-Hasis]]. Epos ini sendiri dinamai sesuai tokoh utamanya, Atra-Hasis, namanya bermakna "luar biasa bijak". Nama Atra-Hasis muncul dalam [[daftar raja Sumeria]] sebagai penguasa Syuruppak (Shuruppak dalam ejaan Inggris) sebelum peristiwa banjir besar.<ref>Crone, Patricia. ''Islam, the Near East, and Varieties of Godlessness: Collected Studies in Three Volumes, Vol. III''. Disunting oleh Hanna Siurua. 2016. hlm 49-70.</ref>
Dikarenakan perbedaan linguistik dari nama "Idris" dengan tokoh-tokoh yang disebutkan di atas, beberapa sejarawan telah mengusulkan bahwa tokoh Al-Qur'an ini berasal dari "Andreas", juru masak yang mencapai keabadian dari [[Romansa Aleksander]] Syria.<ref>Çakmak, Çenap. ''Islam: A World Encyclopedia, Vol. 1: A-E''. 2017. hlm. 674-675.</ref><ref>Brown, John Porter. ''The Darvishes: Or Oriental Spiritualism''. Disunting oleh H. A. Rose. 1968. hlm. 174, catatan kaki 3.</ref><ref>Brinner, William M. ''The History of Al-Tabari, Vol. III''. Disunting oleh Ehsan Yar-Shater. 1991. hlm 415, catatan kaki 11.</ref> Selain itu, sejarawan Patricia Crone mengusulkan bahwa "Idris" dan "Andreas" berasal dari [[Wiracarita|epos]] Akkadia [[Wiracarita Atrahasis|Atra-Hasis]]. Epos ini sendiri dinamai sesuai tokoh utamanya, Atra-Hasis, namanya bermakna "luar biasa bijak". Nama Atra-Hasis muncul dalam [[daftar raja Sumeria]] sebagai penguasa Syuruppak (Shuruppak dalam ejaan Inggris) sebelum peristiwa banjir besar.<ref>Crone, Patricia. ''Islam, the Near East, and Varieties of Godlessness: Collected Studies in Three Volumes, Vol. III''. Disunting oleh Hanna Siurua. 2016. hlm 49-70.</ref>


== Catatan ==
== Catatan ==

Revisi per 7 Februari 2020 00.07

Idris
إدريس
Kaligrafi Idris 'alaihis-salam (keselamatan atasnya)
Nama lainHenokh
Gelar

Idris (bahasa Arab: إدريس, translit. Idrīs) adalah tokoh yang namanya disebut dalam Al-Qur'an. Dalam daftar 25 nabi dalam Islam, nama Idris biasanya ditempatkan di urutan kedua, setelah Adam dan sebelum Nuh.

Nama Idris disebutkan dua kali dalam Al-Qur'an, tetapi kisahnya tidak diceritakan secara terperinci. Pendapat paling masyhur menyatakan bahwa Idris adalah orang yang sama dengan tokoh dalam Alkitab bernama Henokh yang merupakan kakek buyut Nuh.

Ayat

"Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Idris di dalam Kitab (Al-Qur'an). Sesungguhnya dia seorang yang sangat mencintai kebenaran dan seorang nabi, dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi."

— Maryam (19): 56–57

Nama

Nama "Idris" dijelaskan kemungkinan memiliki arti "penerjemah."[1] Sebagian sumber menyatakan bahwa dia disebut Idris dalam bahasa Arab karena ketekunannya dalam mempelajari ajaran-ajaran dari Adam dan Syits.[2] Beberapa penafsir Al-Qur'an seperti Al-Baizawi menyatakan bahwa Idris diambil dari kata bahasa Arab dars "untuk mengajarkan" wahyu Ilahi.[3] Menurut Az-Zamakhsyari, kata Idris bukan nama yang berasal dari bahasa Arab.

Kehidupan

Idris disebutkan dua kali dalam Al-Qur'an, yakni pada surah Maryam (19): 56-57 dan Al-Anbiya' (21): 85-86. Allah memuji Idris dan menyifatinya sebagai orang yang jujur.[4]

Ibnu Ishaq menyatakan bahwa Idris adalah orang pertama yang mengenalkan tulis-menulis menggunakan pena.[4][5] Menurut Ibnu Ishaq, Nabi Idris adalah orang yang pertama kali menulis dengan pena, menjahit baju dan memakainya, dan manusia yang mengerti masalah medis.[6] Dikatakan bahwa dia merupakan orang pertama yang meneliti pergerakan bintang, juga menetapkan berat dan ukuran.[7]

Ada pendapat menyatakan bahwa Idris awalnya lahir di Babil. Namun saat penduduk di sana mulai banyak melakukan dosa, dia dan pengikutnya hijrah ke Mesir.[8]

Ibnu Abbas berkata,

"Dawud adalah seorang pembuat perisai, Adam seorang petani, Nuh seorang tukang kayu, Idris seorang penjahit, dan Musa adalah penggembala."

— Al-Hakim[9]

Sebagian mengatakan bahwa Idris dijuluki sebagai "Asad al-asad" (singa dari segala singa) karena keberanian dan kegagahannya, sedangkan di dalam kisah lain, Idris diberi julukan "Harmasu al-Haramisah"[10] (ahlinya perbintangan).[11]

Riwayat masyhur menyatakan bahwa Idris wafat di langit keempat. Ka'ab al-Ahbar menceritakan bahwa suatu saat Idris mengatakan pada salah satu malaikat, "Sesungguhnya Allah telah menurunkan wahyu kepadaku berupa ini dan itu. Maka sampaikanlah kepada malaikat maut agar dia menunda ajalku, sehingga aku bisa menambah amalku." Malaikat tersebut membawa Idris menuju langit. Di langit keempat, mereka bertemu dengan malaikat maut. Malaikat tersebut menyampaikan pesan Idris kepada malaikat maut. Malaikat maut bertanya, "Lantas di mana Idris sekarang?" Dia menjawab, "Dia berada di atas punggungku." Malaikat maut berkata, "Sungguh menakjubkan. Sesungguhnya engkaulah yang diutus, tapi dikatakan kepadaku, 'Cabutlah Idris di langit keempat,' sehingga aku katakan, 'Bagaimana mungkin aku mencabut ruhnya di langit keempat, sementara dia berada di bumi?'" Lalu malaikat maut mencabut nyawa Idris di langit keempat. Itulah yang dimaksud dengan firman Allah, "Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi."[12]

Hadits isra' mi'raj

Dalam hadits mengenai isra' mi'raj, diterangkan bahwa Nabi Muhammad bertemu dengan Idris di langit keempat. Diriwayatkan dari 'Abbas bin Malik,

"... Gerbang telah terbuka, dan ketika aku (Muhammad) pergi ke langit keempat, di sana aku melihat Idris. Jibril berkata (kepadaku), 'Ini adalah Idris. Berilah dia salammu.' Maka aku mengucapkan salam kepadanya, dan ia mengucapkan, 'Selamat datang, wahai saudaraku yang shalih dan nabi yang shalih' sebagai balasan salamnya kepadaku."

Nabi yang masih hidup

Ada kepercayaan di sebagian kalangan Muslim bahwa ada empat orang nabi yang masih hidup sampai sekarang: dua hidup di bumi dan dua di langit. Dua nabi yang ada di bumi yang dimaksud adalah Nabi Khidir dan Nabi Ilyas, sementara dua yang ada di langit adalah Nabi Idris dan Nabi 'Isa.

Tentang ayat, "Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi," Mujahid menyatakan bahwa Idris diangkat ke langit dan belum meninggal dunia sebagaimana 'Isa diangkat ke langit. Ibnu Katsir menanggapi perkataan Mujahid, "Jika dia mengatakan bahwa Idris sampai saat ini belum meninggal, maka pendapatnya perlu dikaji ulang. Namun jika dia mengatakan bahwa Idris diangkat ke langit dalam keadaan hidup, kemudian nyawanya dicabut di sana, maka pendapat tersebut tidak bertentangan dengan yang dikatakan oleh Ka'ab al-Ahbar di atas. Wallahu a'lam."[13]

Padanan

Henokh

Pendapat yang masyhur menyatakan bahwa Idris adalah orang yang sama dengan tokoh Alkitab Henokh (Akhnukh). Ulama yang berpendapat demikian di antaranya Ibnu Jarir ath-Thabari dan Al-Baizawi. Al Baizawi mengatakan, "Idris berasal dari keturunan Syits dan moyang Nuh, dan namanya Henokh."[3]

Sumber Alkitab menyebutkan bahwa Henokh adalah keturunan generasi keenam Adam. Silsilahnya adalah: Henokh bin Yared bin Mahalaleel bin Kenan bin Enos bin Syits bin Adam. Nama Henokh sendiri bermakna "guru".[14] Ayahnya bernama Yared dan dia lahir saat ayahnya berusia 162 tahun. Saat Henokh berusia 65 tahun, dia memiliki putra bernama Metusalah. Metusalah memiliki putra bernama Lamekh dan Lamekh memiliki putra bernama Nuh. Jadi Henokh adalah kakek buyut dari Nuh. Menurut perhitungan usia dalam Alkitab, Adam masih hidup saat Henokh lahir. Alkitab menyebutkan bahwa Henokh kemudian diangkat ke langit pada usia 365 tahun,[15] mirip dengan Idris yang diangkat ke langit dalam sumber-sumber Islam.

Meski demikian, beberapa ulama modern menolak menyamakan kedua tokoh ini karena kurangnya dasar yang dijadikan acuan. Penerjemah Al-Qur'an Abdullah Yusuf Ali menyatakan, saat membahas Idris dalam surah Maryam, bahwa menyamakan Idris dengan Henokh bisa saja benar atau bisa saja tidak benar.[16]

Sebagian pihak yang menolak pendapat bahwa Idris dan Henokh adalah orang yang sama menggunakan dasar hadits isra' mi'raj. Di sana disebutkan setelah Nabi Muhammad memberi salam kepada Idris, Idris menyebut Muhammad "wahai saudaraku" seperti yang diucapkan Yusuf dan Harun,[a] bukan menyebutnya "anakku yang shalih" sebagaimana Adam dan Ibrahim. Dari sini kemudian ditarik kesimpulan bahwa jika memang Idris dan Henokh adalah orang yang sama, berarti Idris juga adalah moyang Muhammad dan seharusnya dia menyebut Muhammad "anakku yang shalih" seperti Adam dan Ibrahim. Namun sebagian menafsirkan bahwa alasan Idris menyatakan Muhammad sebagai saudara karena sebagai bentuk kerendahan hati.[17] Dalam Syarah Arba’in an-Nawawi, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menjelaskan bahwa Idris adalah nabi dari bani Israil, yaitu keturunan Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim, sehingga dia bukanlah moyang Muhammad.[18]

Hermes Trismegistus

Tokoh lain yang juga disamakan dengan Idris adalah Hermes Trismegistus. Sayyid Ahmed Amiruddin menyatakan bahwa tradisi Kristen dan Islam awal menyebut Hermes Trismegistus sebagai pembangun Piramida Giza.[19] Antoine Faivre, dalam The Eternal Hermes (1995), telah menunjukkan bahwa Hermes Trismegistus memiliki tempat dalam tradisi Islam, meskipun nama Hermes tidak muncul dalam Al-Qur'an. Para ahli sejarah dan penulis sejarah abad pertama hijriyah dengan cepat mengidentifikasi Hermes Trismegistus dengan Idris,[20] yang juga diidentifikasi orang Arab dengan Henokh. Hermes disebut "Trismegistus" (agung tiga kali) karena memiliki tiga asal. Hermes pertama, sebanding dengan dewa Mesir Thoth, adalah "pahlawan peradaban", seorang inisiator ke dalam misteri ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan ilahi yang menghidupkan dunia; dia mengukir prinsip-prinsip ilmu suci ini dalam hieroglif. Hermes kedua, di Babel, adalah penggagas Pythagoras. Hermes ketiga adalah guru alkimia pertama. "Seorang nabi tak berwajah," tulis Pierre Lory, seorang Islamis, "Hermes tidak memiliki karakteristik yang konkret atau menonjol, berbeda dalam hal ini dari sebagian besar tokoh utama Alkitab dan Al-Qur'an."[21]

Ilyas

Sebagian ulama berpendapat bahwa Idris adalah orang yang sama dengan Ilyas atau Elia, nabi Bani Israil yang hidup pada abad kesembilan SM. Ilyas sendiri juga termasuk salah satu 25 nabi dalam Islam. Al-Bukhari menuturkan, diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud dan Ibnu 'Abbas bahwa Ilyas itu adalah Idris.[13] Sebagai perbandingkan, dalam Alkitab disebutkan bahwa Ilyas/Elia pada akhirnya diangkat ke langit[22] sebagaimana Henokh.

Tokoh lain

Dikarenakan perbedaan linguistik dari nama "Idris" dengan tokoh-tokoh yang disebutkan di atas, beberapa sejarawan telah mengusulkan bahwa tokoh Al-Qur'an ini berasal dari "Andreas", juru masak yang mencapai keabadian dari Romansa Aleksander Syria.[23][24][25] Selain itu, sejarawan Patricia Crone mengusulkan bahwa "Idris" dan "Andreas" berasal dari epos Akkadia Atra-Hasis. Epos ini sendiri dinamai sesuai tokoh utamanya, Atra-Hasis, namanya bermakna "luar biasa bijak". Nama Atra-Hasis muncul dalam daftar raja Sumeria sebagai penguasa Syuruppak (Shuruppak dalam ejaan Inggris) sebelum peristiwa banjir besar.[26]

Catatan

  1. ^ Yusuf dan Harun adalah keturunan Ishaq, putra kedua Ibrahim, sedangkan Muhammad adalah keturunan Ismail, putra sulung Ibrahim

Rujukan

  1. ^ Encyclopedia of Islam, Infobase Publishing, 2009, hlm. 344: "It probably originated as a term in ancient Hebrew for "interpreter"..."
  2. ^ Encyclopedia of Islam, Juan Eduardo Campo, Infobase Publishing, 2009, hlm. 344
  3. ^ a b A Dictionary of Islam, T.P. Hughes, Ashraf Printing Press, repr. 1989, hlm. 192
  4. ^ a b Ibnu Katsir 2014, hlm. 81.
  5. ^ "Kisah Menakjunkan 25 Nabi-Peta Sejarah Nabi dan Rasul dalam Al Qur'an," Bab: "Nabi Adam dan Keturunannya," hal. 16, karya Ariany Syurfah, M.Hum, M.Ag. di Books.Google.com
  6. ^ Ibnu Ishaq menyebutkan bahwa dia adalah orang pertama yang menulis dengan pena, dan manusia pertama yang menjahit baju dan memakainya. Sedangkan manusia sebelumnya memakai pakaian dari kulit binatang. Dia juga adalah orang pertama yang mengerti masalah medis. (Lihat Al Mawsu’ah Al Arabiyah Al Alamiyah 1/379).
  7. ^ Lives of the Prophets, Leila Azzam
  8. ^ http://www.alsunna.org/Islamic-History-of-the-Prophets-of-God-aalanbyaaa.html#gsc.tab=0
  9. ^ Work and Earning Livelihood
  10. ^ "Cerita 25 Nabi dan Rasul," Bab: "Nabi Idris," hal.16, karya Yudho P. di Books.Google.com
  11. ^ Kisah Para Nabi & Rasul, Kisah Nabi Idris hal. 91-92, karya Ibnu Katsir, cetakan ke-5 September 2011, Pustaka as-Sunnah.
  12. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 82.
  13. ^ a b Ibnu Katsir 2014, hlm. 83.
  14. ^ Kamus Alkitab
  15. ^ Kejadian 5: 1–29
  16. ^ Abdullah Yusuf Ali, The Holy Qur'an: Text, Translation and Commentary C2508. Idris is mentioned twice in the Quran, viz.; here and in 21:85, where he is mentioned among those who patiently persevered. His identification with the Biblical Enoch, who "'walked with God' (Gen. 5:21-24), may or may not be correct. Nor are we justified in interpreting verse 57 here as meaning the same thing as in Gen. 5:24 ("God took him"), that he was taken up without passing through the portals of death. All we are told is that he was a man of truth and sincerity, and a prophet, and that he had a high position among his people. It is this point which brings him in the series of men just mentioned; he kept himself in touch with his people, and was honoured among them. Spiritual progress need not cut us off from our people, for we have to help and guide them. He kept to truth and piety in the highest station.
  17. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 84.
  18. ^ Hadi, Nurfitri. "Peristiwa Isra' Mi'raj: Rasulullah di Langit Ketiga, Keempat, dan Kelima". Kisah Muslim. Diakses tanggal 6 Februari 2020. 
  19. ^ "The Tombs of Prophets Seth and Idris: The Great Pyramids of Giza". Sayyid Amiruddin (dalam bahasa Inggris). 2013-01-02. 
  20. ^ Kevin Van Bladel, The Arabic Hermes. From pagan sage to prophet of science, Oxford University Press, 2009, hlm. 168 "Abu Mas'har’s biography of Hermes, written approximately between 840 and 860, would establish it as common knowledge."
  21. ^ (Faivre 1995 hlm. 19–20)
  22. ^ 2 Raja–raja 2:11
  23. ^ Çakmak, Çenap. Islam: A World Encyclopedia, Vol. 1: A-E. 2017. hlm. 674-675.
  24. ^ Brown, John Porter. The Darvishes: Or Oriental Spiritualism. Disunting oleh H. A. Rose. 1968. hlm. 174, catatan kaki 3.
  25. ^ Brinner, William M. The History of Al-Tabari, Vol. III. Disunting oleh Ehsan Yar-Shater. 1991. hlm 415, catatan kaki 11.
  26. ^ Crone, Patricia. Islam, the Near East, and Varieties of Godlessness: Collected Studies in Three Volumes, Vol. III. Disunting oleh Hanna Siurua. 2016. hlm 49-70.

Daftar pustaka