Lompat ke isi

Gunung Pesagi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 31 Maret 2021 21.43 oleh 182.1.235.197 (bicara) (Latar Belakang Gunung Pesagi: Memperbaiki ketikan memperjelas sumber)

Berkas:Puncak gunung pesagi.jpg

Gunung Pesagi
Titik tertinggi
Ketinggian2.262 m
Geografi
LetakLampung, Indonesia
Geologi
Jenis gunungStratovolcano (Tak aktif)

Gunung Pesagi adalah salah satu dari 12 Gunung yang ada di provinsi Lampung, Indonesia. Dari beberapa gunung tersebut, Pesagi adalah gunung yang mempunyai puncak paling tinggi yang ada di Lampung. Ketinggian puncak dari gunung ini mencapai 2.262 m bila diukur dari atas permukaan laut.

Geografi

Lokasi gunung Pesagi sendiri terletak di kecamatan diantara 3 (tiga) Kecamatan Kecamatan Batu Brak,Belalau dan Balik Bukit yang masih masuk dalam wilayah Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung.

Sejarah

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh para ahli arkeologi, Gunung Pesagi merupakan tempat Ratu Pesagi bertahta dimana suku Tumi yaitu kerajaan Sekala Brak kuno pernah berdiri sekitar abad 4 M ibu negeri Belalau hal tersebut dibuktikan dengan adanya batu tempat ritual sesembahan untuk para dewa. Kerajaan Sekala Brak adalah kerajaan yang berlandaskan nilai-nilai agama islam yang berada di empat titik kebesaran. Penduduk yang berada dibawah kekuasaan kerajaan Sekala Brak inilah yang merupakan nenek moyang dari etnis asli dari Suku Bangsa Lampung .

Berdasarkan penelitian itu juga diketahui bahwa kerajaan sekala Brak pernah berdiri dalam dua era yang berbeda. Era pertama, yaitu pada kepercayaan buddha masuk kedalam lingkungan Pagaruyung. Sementara era termuda adalah ketika Islam masuk ke kerajaan Sekala Brak yang ada di tengkuk gunung pesagi pada tahun 1289 Masehi sekitar abad ke-12 M dengan raja terakhir kerajaan Skla Brak kuno, Ratu Sekegkhummong dan saat islam masuk dibawa oleh 4 Putra-putra Umpu ngegalang Paksi Gelar Sultan Ratu Ngegalang Paksi (yang dipertuan ke-3 tahun 1061-1147 Masehi), bernama Ratoe Bejalan diway, Oempoe Beloengoeh, Umpu Pernong Gelar Sultan Ratu Buay Pernong dan Ratoe nyeroepa Kedatangan empat umpu ini tertanda terbunuhnya ratu sekegkhummong oleh Keris Rakiyan Istinja Darah, kemudian ke empat umpu ini membuat suatu kesepakatan untuk membagi wilaya kekuasan serta pusaka-pusaka hasil rampasan penaklukan. Ke Empat Kepaksian ini Tidak Bersekutu Berpisah Tidak Bercerai. pada tahun 1922 ratu pesagi memberikan payan simuli (tombak duakha) kepada sianggah anggah untuk menjaga pintu gerbang Istana Gedung Dalom di tengkuk gunung pesagi Hanibung, Sultan/Saibatin Raja Adat di Kepaksian lebih berkomitmen menggunakan istilah Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak Sebuah Struktur Organisasi dibawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan berkomitmen tentang keberadaan NKRI sebagai payung dari pada bangsa Indonesia dan sekala brak adalah bagian dari pada pilar-pilar penguat kekokohan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).(Sumber-Keturunan khadin Sejambak tuan said muhammad ibu, luah pacca) Sedangkan Kepaksian bejalan diway, nyerupa, belunguh mempunyai gaya kepemimpinan adat tersendiri.

Latar Belakang Gunung Pesagi

Gunung Pesagi, dikenal sebagai salah satu dari 12 gunung yang ada di Provinsi Lampung. dari beberapa gunung pesagi adalah gunung yang mempunyai puncak paling tinggi yang ada di Tanah Lampung. Ketinggian puncak dari gunung ini mencapai 2.262 m bila diukur dari atas permukaan laut. Lokasi Gunung Pesagi sendiri terletak diantara kecamatan Belalau, Batu Brak, Balik Bukit yang masih masuk dalam wilayah Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh para ahli arkeologi, Gunung Pesagi merupakan tempat bermukim awal yang disebut Suku Tumi yang menganut paham animisme, merupakan cikal bakal Kerajaan Sekala Brak kuno yang berdiri sekitar jauh sebelum abad Ke 1 Masehi. Kerajaan Sekala Brak Kuno adalah Kerajaan tertua di Tanah Lampung penduduk yang berada dibawah kekuasaan Kerajaan Sekala Brak Kuno inilah yang merupakan nenek moyang dari etnis asli Suku Bangsa Lampung.

Panji Syahadatin AL-LIWA Hitam di Puncak Gung Pesagi 1 Januari 2021
Panji Syahadatin AL-LIWA Hitam di Puncak Gung Pesagi

Penyebaran agama Islam masuk ke Kerajaan yang ada di Tanah Lampung ini pada sekitar abad Ke-12 s/d 13 M. Penyebaran agama Islam diperkirakan dimulai sejak tahun 1289 Masehi (29 Rajab 688 H)., dengan raja terakhir Kerajaan Sekala Brak kuno yang beraliran animisme, Ratu Sekaghummong. Secara politik kekuasaan Kerajaan Sekala Brak Kuno yang menganut ajaran Animisme ini berhasil ditaklukkan, Hal ini ditandai dengan terbunuhnya Ratu Sekaghummong dengan menggunakan Rakiyan Istinja Darah yang menolak ajaran islam. Ajaran Islam masuk ke Kerajaan Sekala Brak dibawa oleh Empat Umpu yang bernama:

  • Umpu Ratu Pernong
  • Umpu Ratu Nyerupa
  • Umpu Ratu Bejalan Diway dan
  • Umpu Ratu Belunguh

Mereka membuat satu kemufakatan diatas Gunung Pesagi untuk menjadikan Sekala Brak sebagai satu negeri yang dibagi menjadi Empat wilayah bagian, yang kemudian dikenal sebagai Empat Kepaksian/ Empat Ke Khalifahan, Paksi artinya Tinggi, Empat pemegang pucuk tertinggi didalam adat ke Empat Sultan ini Tidak Bersekutu Berpisah tidak Bercerai, mulai berdirinya Kepaksian Sekala Bkhak ditancapkan AL-LIWA/PANJI SYAHADATAIN diatas puncak Gunung Pesagi Mulailah Menjadi Kepaksian Sekala Bkhak diperkirakan Pada hari Rabu 24 Agustus 1289 Masehi (29 Rajab 688 H). Kepaksian Sekala Bkhak adalah yang membawa islam dan masuk melalui sebelah barat Tanah Lampung.

Keturunan Umpu Ratu kedatangan AL-Mujahid dari Pasai pesisir pantai utara Sumatra, Keturunan Sultan Iskandar Zulkarnain Gelar Sultan Yang Dipertuan, Sampainya-n di Pagaruyuang, kemudia setelah berdirinya Kerajaan Pagaruyung, dari Pagaruyung Empat Umpu dari keturunan anak Raja tersebut beranjak ke Muko Muko menyebarkan agama Islam. Setelah itu Kerajaan Sekala Brak Kuno ditaklukan oleh Empat Umpu yang menolak ajaran agama islam kemudian mengislamkan Kerajaan Sekala Bkhak kuno dan mendirikan monarki yang disebut Kepaksian Sekala Brak, Yang berada di Empat Titik Kebesaran, yaitu pada Kepaksian Pernong terletak di kaki Gunung Pesagi di HANIBUNG Kecamatan Batu Brak, Kab. Lampung Barat (Gunung tertinggi di tanah Lampung), Kepaksian Nyerupa berada di Tampak Siring, Kepaksian Bejalan Di Way berada di puncak, Kepaksian Belunguh berada di Tanjung Menang. Bahkan diceritakan bahwa letak Istana Gedung Dalom setelah dari sekitaran hanibung berpindah sejauh sekitar 18 kilometer dari sekitaran hanibung. Kemudian Istana Gedung Dalom berpindah kembali sekitar sejauh 15 kilometer dari Istana Gedung Dalom saat ini yang berdiri di Batu Brak, Berpindahnya Istana Gedung Dalom itu dari kejauhan sekitar 15 kilometer tidak dicopot atau dibongkar dulu melainkan diangkat ramai-ramai dan dibawa perlahan-pelahan menuju lokasi sekarang Selama 1 (satu) Tahun kisaran tahun[1]

Payan Simuli (Tombak Duakha)

Dahulu nama payan simuli adalah payan duakha, payan duakha adalah sebuah tombak pusaka yang dipegah oleh hulu balang bernama sianggah anggah keturunan dari sianggah anggah ini ada di pekon kegeringan, sianggah anggah ini ada dipintu gerbang gedung dalom kepaksian pernong.

Payan Simuli (Tombak Duakha)
Payan Simuli (Tombak Duakha)

Pada saat itu gedung dalom kepaksian pernong berada di hanibung yang biasa disebut mandi angin, payan ini didapat oleh sianggah anggah dari gunung pesagi, pemberian dari ratu pesagi untuk menjaga keturunan dari pada Umpu Pernong Gelar Sultan Ratu Buay Pernong .

Sekitar lebih kurang pada tahun 1922 terjadi keributan karena ada harimau yang masuk ke batu brak semua para pendekar turun membawa payan duakha ini sai batin pada saat itu adalah Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja, Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja turun dengan membawa payan simuli Pada saat itu ratusan rakyatnya tidak memperbolehkan Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja untuk turun langsung menghadapi harimau tersebut akan tetapi Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja tetap turun menghadapi harimau tersebut dan harimau tersebut ditemukan oleh Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja di pinggiran daerah batu brak dan harimau tersebut sudah dikerumuni para pendekar, hulu balang, pemberani dan rakyat sekala brak.

Pada saat itu Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja memerintahkan para pendekar, hulu balang, pemberani dan rakyat sekala brak yang sedang mengerumuni harimau tersebut untuk minggir Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja mencabut sarung payan duakha karena itu pada tahun 1922 saat ini di tahun 2021 sudah 99 tahun beberapa catatan menyatakan bahwasanya payan duakha itu diarahkan keharimau kemudian hariau tersebut mengerung akan tetapi harimau tersebut tidak berani melompat, catetan lain menyatakan harimau tersebut mengerung akan tetapi mulut harimau tersebut terbuka saja dan mulutnya tidak bisa menutup Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja mendekati harimau tersebut dan disekamkan payan duakha kemulut harimau yang sedang terbuka dua hari kemudian harimau itu pergi dan tidak pernah kembali lagi sampai saat ini, setelah diteliti harimau itu harimau perempuan yang masih gadis sejak saat itu payan ini tidak lagi disebut payan duakha disebut payan simuli sampai saat sekarang ini[2].

Sumber

Lihat Juga

Referensi