Lompat ke isi

Gunung Pesagi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 17 Agustus 2021 19.56 oleh 182.3.100.132 (bicara) (Memperbaiki konten serta menambahkan regerensi rujukan)
Gunung Pesagi
Titik tertinggi
Ketinggian3.221 MDPL
Geografi
LetakLampung, Indonesia
Geologi
Jenis gunungStratovolcano (Tak aktif)

Gunung Pesagi adalah gunung tak aktif salah satu dari 5 Gunung bersejarah yang ada di provinsi Lampung, Indonesia. Dari kelima gunung tersebut, Gunung Pesagi adalah gunung yang mempunyai puncak paling tertinggi yang ada di lemah Lampung (tanah Lampung). Ketinggian puncak dari Gunung Pesagi ini memiliki dua puncak tertinggi, puncak tertinggi pertama disebut Pesagi lunik (kecil) sedangkan puncak tertinggi kedua adalah Pesagi balak (besar), ketinggian dari pesagi lunik (kecil) 2.262 MDPL untuk ketinggian Pesagi balak (besar) mencapai 3.221 MDPL[1]. bila diukur dari atas permukaan laut.

Geografi

Lokasi Gunung Pesagi sendiri terletak di Kabupaten Lampung Barat, Lampung Barat yang masih masuk dalam wilayah Provinsi Lampung.

Sejarah

Berdasarkan penelitian, Gunung Pesagi disebut juga dengan Hematang Sulang karena pada Hakikatnya Pesagi Balak dan Pesagi Lunik berpisah tetapi dalam satu kesatuan, Situs dan bukti-bukti sejarah Hematang Sulang berkaitan erat dengan keluarga Trah Singhasari dan Majapahit, yaitu titik kebesaran Gajah Minga yang saat ini berdomisili di Surabaya Kenali Kecamatan Belalau Kabupaten Lampung Barat.

Selain itu Gunung Pesagi merupakan tempat dimana suku tumi yaitu Kepaksian Sekala Brak Kuno pernah berdiri sekitar abad 3 - 4 M. Kepaksian Sekala Brak adalah kerajaan asli dari Lampung. Penduduk yang berada dibawah kekuasaan kepaksian Sekala Brak inilah yang merupakan nenek moyang dari etnis asli Lampung.

Berdasarkan penelitian itu juga diketahui bahwa kepaksian sekala Brak pernah berdiri dalam dua era yang berbeda. Era pertama, yaitu pada kepercayaan corak hindu birawa dan menganut animisme kedalam lingkungan kepaksian Sekala Brak Kuno. Sementara era termuda adalah ketika Islam masuk ke kepaksian yang ada di Lampung ini sekitar abad ke-12 Masehi 29 Rajab 688 Hijriyah dengan raja terakhir Kepaksian Sekala Brak Kuno, Ratu Sekaghummong dan saat islam masuk dibawa oleh empat putra Al-Mujahid membuat Kepaksian Sekala Brak sebagai tampuk kekuasaan dari Kepaksian di Nusantara. Sultan Ratu adalah Umpu Ngegalang Paksi gelar Sultan Ratu Ngegalang Paksi. Pra-sejarah Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak, Kepaksian Sekala Brak, Lampung bagian dari pada Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN)[2].

Aura Mistis Bukit Sulang

Bersamaan dengan upacara pernikahan, sebagaimana tradisi di Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak, Saibatin dinobatkan menjadi Sultan Sekala Brak, Lampung pada sebuah kisah usai penobatan Sebagaimana dalam tradisi selepas naik tahta, pada hari berikutnya, Sultan Sekala Brak melakukan proses ritual dengan berjalan kaki mendaki gunung pesagi bersama sejumlah 30 pengawal Kerajaan, dan menginap di puncak gunung pesagi tersebut.

Di puncak gunung pesagi mereka di dera rasa dingin yang mengiris tulang Sesuai tradisi sultan sebelumnya, dalam perjalanan ke puncak gunung pesagi, biasanya kehadiran SaiBatin yang baru dinobatkan akan disambut oleh harimau dengan memperlihatkan bekas-bekas tapak kakinya di sepanjang tanah jalan setapak yang dilalui SaiBatin (Sultan). Menurut wawakhahan pendahulu, kadang kedatangan harimau itu disertai suara auman yang berdengung. Apabila SaiBatin baru di nobatkan tidak disambut kehadiran harimau, diperkirakan keabsahan tahtanya dipertanyakan. Pada saat Sultan Sekala Brak melakukan ritual ini, perjalanan hingga puncak tidak ditemukan jejak harimau. Namun ketika dingin telah menggigilkan dan hampir tidak kuat menahannya, Nampak jelas sekali terlihat di tapak-tapak kaki harimau di atas tanah yang basah.

“Untuk meyakinkan, di antara mereka ada yang memotret Secara bergantian deretan bekas tapak kaki harimau itu beberapa kali dari berbagai sudut pengambilan, tetapi tidak juga berhasil, sehingga Sultan Sekala Brak mengambil keputusan untuk memimpin Do’a bersama. Setelah itu dilakukan kembali memotret telapak kaki harimau tersebut dan berhasil dipotret sampai saat ini hasil potretan tersebut masih dalam keadaan utuh dan terpelihara. Dijaman yang semakin berkembang ini, penobatan sebagaimana dalam ritual naik tahta dengan berjalan kaki mendaki Gunung Pesagi tinggallah suatu tradisi sejarah dalam prosesi penobatan Sultan Kerajaan Sekala Brak Sejak penobatan itu, maka tahta Sekala Brak merupakan bagian dari tanggung jawab kehidupan Bermasyarakat Sultan Sekala Brak khususnya dalam masyarakat adat yang dipimpinnya. Di dalam masyarakat adatnya, Sultan Sekala Brak adalah satu-satunya Pangeran, satu- satunya Sultan, satu-satunya junjungan. Ia menjadi SaiBatin, yang segala laku hidupnya harus bisa menjadi suri tauladan bagi semesta kehidupan.

Referensi