Jawa Barat
Jawa Barat | |
---|---|
Transkripsi bahasa Sunda | |
• Aksara Sunda | ᮏᮝ ᮊᮥᮜᮧᮔ᮪ |
• Pegon | ڤرَوفينسي جاوا كولَون |
• Alfabet bahasa Sunda | Jawa Kulon |
Julukan:
| |
Motto: | |
Negara | Indonesia |
Dasar hukum pendirian | UU No. 11 Tahun 1950 |
Hari jadi | 19 Agustus 1945[2] |
Ibu kota | Kota Bandung |
Kota besar lainnya | |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Gubernur | Ridwan Kamil |
• Wakil Gubernur | Uu Ruzhanul Ulum |
• Sekretaris Daerah | Setiawan Wangsaatmaja |
• Ketua DPRD | Taufik Hidayat |
Luas | |
• Total | 35.377,76 km2 (13,659,43 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 48.782.408 |
• Peringkat | 1 |
• Kepadatan | 1.379,00/km2 (3,571,6/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | Islam (97,22%) Kristen (2,45%) — Protestan (1,83%) — Katolik (0,65%) Buddha (0,22%) Hindu (0,04%) Konghucu (0,03%) Sunda Wiwitan (0,01%)[4] |
• Bahasa | |
• IPM | 72,45 (2021) Tinggi[5] |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode pos | 16xxx-17xxx, 40xxx-41xxx, dan 43xxx-46xxx |
Kode area telepon | Daftar
|
Kode ISO 3166 | ID - JB |
Pelat kendaraan | Daftar
|
Kode Kemendagri | 32 |
Kode BPS | 32 |
APBD | Rp 28.530.972.638.325,-[6] (2015) |
PAD | Rp 23.989.000.087.978,-[7] |
DAU | Rp 3.306.552.702.000,- (2020)[8] |
Lagu daerah | "Manuk Dadali" "Bubuy Bulan" "Tokecang" |
Rumah adat | Daftar |
Senjata tradisional | Kujang |
Flora resmi | Gandaria |
Fauna resmi | Macan tutul jawa |
Situs web | jabarprov |
¹ Jumlah penduduk provinsi Jawa Barat pada sensus Penduduk 2010 adalah sebanyak 46.497.175 jiwa[9] sementara jumlah suku Cirebon pada sensus penduduk 2010 dengan survei awal pada wilayah inti suku Cirebon yaitu di Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kota Indramayu dan Kabupaten Indramayu adalah sebesar 6.877.514 jiwa |
Jawa Barat (disingkat Jabar, bahasa Sunda: ᮏᮝ ᮊᮥᮜᮧᮔ᮪, translit. Jawa Kulon) atau dikenal dengan Tatar Sunda adalah sebuah provinsi di Indonesia. Ibu kota provinsi ini berada di Kota Bandung. Pada tahun 2021 penduduk provinsi Jawa Barat berjumlah 48.782.408 jiwa, dengan kepadatan 1.379 jiwa/km2.[3] Berdasarkan sensus BPS pada tahun 2010, penduduk di Jawa Barat merupakan provinsi dengan penduduk terbanyak pertama di Indonesia, penduduk aslinya merupakan suku Sunda.
Jawa Barat merupakan jantung budaya Sunda atau biasa disebut sebagai Tatar Sunda/Pasundan bersama dengan provinsi Banten meskipun banyak pendatang yang menetap dan tinggal dari berbagai suku bangsa lainnya di Indonesia terutama di wilayah metropolitan Jakarta dan migrasi di Cirebon sejak berabad-abad lamanya.
Sejarah
Bagian ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Temuan arkeologi di Anyer menunjukkan adanya budaya logam perunggu dan besi sebelum milenium pertama. Gerabah tanah liat prasejarah zaman buni (Bekasi kuno) bisa ditemukan merentang dari Anyer sampai Cirebon.[butuh rujukan]
Wilayah Jawa Barat pada abad ke-5 merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara.[10] Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara banyak tersebar di Jawa Barat. Ada tujuh prasasti yang ditulis dalam aksara Wengi (yang digunkan dalam masa Palawa India) dan bahasa Sansakerta yang sebagian besar menceritakan para raja Tarumanagara.[11]
Setelah runtuhnya kerajaan Tarumanagara, kekuasaan di bagian barat Pulau Jawa dari Ujung Kulon sampai Kali Serayu dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda[butuh rujukan]. Salah satu prasasti dari zaman Kerajaan Sunda adalah prasasti Kebon Kopi II yang berasal dari tahun 932. Kerajaan Sunda beribu kota di Pakuan Pajajaran (sekarang kota Bogor).[butuh rujukan]
Pada abad ke-16, Kesultanan Demak tumbuh menjadi saingan ekonomi dan politik Kerajaan Sunda. Pelabuhan Cerbon (kelak menjadi Kota Cirebon) lepas dari Kerajaan Sunda karena pengaruh Kesultanan Demak. Pelabuhan ini kemudian tumbuh menjadi Kesultanan Cirebon yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda. Pelabuhan Banten juga lepas ke tangan Kesultanan Cirebon dan kemudian tumbuh menjadi Kesultanan Banten.
Untuk menghadapi ancaman ini, Sri Baduga Maharaja, raja Sunda saat itu, meminta putranya, Surawisesa untuk membuat perjanjian pertahanan keamanan dengan orang Portugis di Malaka untuk mencegah jatuhnya pelabuhan utama, yaitu Sunda Kalapa (sekarang Jakarta) kepada Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak. Pada saat Surawisesa menjadi raja Sunda, dengan gelar Prabu Surawisesa Jayaperkosa, dibuatlah perjanjian pertahanan keamanan Sunda-Portugis, yang ditandai dengan Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal atau dikenal dengan Padrão Sunda Kelapa , ditandatangani dalam tahun 1512. Sebagai imbalannya, Portugis diberi akses untuk membangun benteng dan gudang di Sunda Kalapa serta akses untuk perdagangan di sana. Untuk merealisasikan perjanjian pertahanan keamanan tersebut, pada tahun 1522 didirikan suatu monumen batu yang disebut padrão di tepi Ci Liwung.
Meskipun perjanjian pertahanan keamanan dengan Portugis telah dibuat, pelaksanaannya tidak dapat terwujud karena pada tahun 1527 pasukan aliansi Cirebon–Demak, dibawah pimpinan Fatahilah atau Paletehan menyerang dan menaklukkan pelabuhan Sunda Kalapa. Perang antara Kerajaan Sunda dan aliansi Cirebon–Demak berlangsung lima tahun sampai akhirnya pada tahun 1531 dibuat suatu perjanjian damai antara Prabu Surawisesa dengan Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon.
Dari tahun 1567 sampai 1579, dibawah pimpinan Raja Mulya, alias Prabu Surya Kencana, Kerajaan Sunda mengalami kemunduran besar dibawah tekanan Kesultanan Banten. Setelah tahun 1576, kerajaan Sunda tidak dapat mempertahankan Pakuan Pajajaran (ibu kota Kerajaan Sunda), dan akhirnya jatuh ke tangan Kesultanan Banten. Zaman pemerintahan Kesultanan Banten, wilayah Priangan (Jawa Barat bagian tenggara) jatuh ke tangan Kesultanan Mataram.
Jawa Barat sebagai provinsi otonom ditetapkakn pada tahun 1926 ketika pemerintah Hindia Belanda membentuk Provinsi Jawa Barat. Penetapannya dalam rangka pembaharuan sistem desentralisasi dan dekonsentrasi pemerintahan. Status ini secara resmi ditetapkan pada tanggal 1 Januari 1926 melalui staatsblad (lembar negara) nomor 326 pada tahun 1926. Kemudian ditetapkan lagi dalam staatsblad nomor 27, 28 dan 438 pada tahun 1928, dan staatsblad nomor 507 pada tahun 1932.[12]
Pembentukan provinsi Jawa Barat merupakan pelaksanaan Bestuurshervormingwet tahun 1922, yang membagi Hindia Belanda atas kesatuan-kesatuan daerah provinsi. Sebelum tahun 1925, digunakan istilah Soendalanden (Tatar Soenda) atau Pasoendan, sebagai istilah geografi untuk menyebut bagian Pulau Jawa di sebelah barat Sungai Cilosari dan Citanduy yang sebagian besar dihuni oleh penduduk yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu.
Pada 17 Agustus 1945, Jawa Barat bergabung menjadi bagian dari Republik Indonesia. Ibukota Jawa Barat berpindah silih berganti. Ibukota Jawa Barat yang mula-mula ditempatkan di Bandung pada 19 Agustus 1945[13] dipindah ke Indihiang, Tasikmalaya pada 21 Juli 1947.[14] Selang beberapa hari kemudian,[butuh rujukan] ibukota Jawa Barat dipindah dari Indihiang ke Lebak Siuh lalu ke Culamega kemudian ke Tawangbanteng.[14] Raden Mas Sewaka kemudian ditangkap Belanda[14] dalam Agresi Militer Belanda I.[butuh rujukan] Ibukota Jawa Barat kemudian dipindah ke Wanayasa, Purwakarta pada 17 Agustus 1948.[14] Saat ibukota Jawa Barat dipindah ke Wanayasa, Oja Soemantri membentuk pemerintahan Jawa Barat dengan nama Pemerintahan Republik Jawa Barat (PRJB).[14] PRJB sendiri adalah suatu republik yang menolak Perjanjian Renville namun masih menyatakan setia pada semangat proklamasi 17 Agustus 1945.[14] Ketika Raden Mas Sewaka menjadi gubernur, ibukota Jawa Barat dipindah dari Wanayasa ke Subang, Kuningan.[14] Hal tersebut dilakukan untuk menjaga keamanan akibat Agresi Militer Belanda II.
Tanggal 27 Desember 1949 Jawa Barat menjadi Negara Pasundan yang merupakan salah satu negara bagian dari Republik Indonesia Serikat sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi Meja Bundar: Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission for Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB. Jawa Barat kembali bergabung dengan Republik Indonesia pada tahun 1950.
Geografi
Bagian ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Provinsi Jawa Barat berada di bagian barat Pulau Jawa. Wilayahnya berbatasan dengan Provinsi Banten, Provinsi DKI Jakarta, dan Laut Jawa di sebelah utara, Provinsi Jawa Tengah di sebelah timur, Samudera Hindia di sebelah selatan, serta Provinsi Banten dan Provinsi DKI Jakarta di sebelah barat.
Kawasan pantai utara merupakan dataran rendah. Di bagian tengah merupakan pegunungan, yakni bagian dari rangkaian pegunungan yang membujur dari barat hingga timur Pulau Jawa. Titik tertingginya adalah Gunung Ciremay, yang berada di sebelah barat daya Kota Cirebon. Sungai-sungai yang cukup penting adalah Sungai Citarum dan Sungai Cimanuk, yang bermuara di Laut Jawa.
Iklim
Iklim di Jawa Barat adalah tropis, dengan suhu terendah tercatat yang dapat mencapai 9 °C di Puncak Gunung Pangrango dan tertinggi tercatat yang dapat mencapai 34 °C di Pantai Utara.[butuh rujukan] Curah hujan rata-rata mencapai 2.000mm per tahun di seluruh propinsi.[butuh rujukan] Adapun curah hujan di beberapa tempat di daerah pegunungan berkisar antara 3.000mm sampai 5.000mm per tahun.[butuh rujukan]
Pemerintahan
Kabupaten dan Kota
Jawa Barat terdiri atas 18 kabupaten dan 9 kota. Kota-kota hasil pemekaran sejak tahun 1996 adalah:
- Kota Bekasi, dimekarkan dari Kabupaten Bekasi pada tahun 1996
- Kota Depok, dimekarkan dari Kabupaten Bogor pada tahun 1999
- Kota Cimahi, dimekarkan dari Kabupaten Bandung pada tahun 2001
- Kota Tasikmalaya, dimekarkan dari Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2001
- Kota Banjar, dimekarkan dari Kabupaten Ciamis pada tahun 2002
- Kabupaten Bandung Barat, dimekarkan dari Kabupaten Bandung tahun 2007
- Kabupaten Pangandaran, dimekarkan dari Kabupaten Ciamis tahun 2012
Kecamatan, Desa dan Kelurahan
Provinsi Jawa Barat terdiri dari 18 kabupaten, 9 kotamadya, 627 kecamatan, 645 kelurahan dan 5.312 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya diperkirakan mencapai 44.039.313 jiwa dengan total luas wilayah 35.377,76 km².[18][19]
No. | Kode Kemendagri |
Kabupaten/ Kota |
Ibukota | Luas Wilayah (km²) |
Penduduk (2017) |
2017 | ||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Kecamatan | Kelurahan | Desa | ||||||
1 | 32.04 | Kab. Bandung | Soreang | 1.767,96 | 3.522.724 | 31 | 10 | 270 |
2 | 32.17 | Kab. Bandung Barat | Ngamprah | 1.305,77 | 1.616.203 | 16 | - | 165 |
3 | 32.16 | Kab. Bekasi | Cikarang Pusat | 1.224,88 | 2.554.376 | 23 | 7 | 180 |
4 | 32.01 | Kab. Bogor | Cibinong | 2.710,62 | 4.246.307 | 40 | 19 | 416 |
5 | 32.07 | Kab. Ciamis | Ciamis | 1.414,71 | 1.228.294 | 27 | 7 | 258 |
6 | 32.03 | Kab. Cianjur | Cianjur | 3.840,16 | 2.246.663 | 32 | 6 | 354 |
7 | 32.09 | Kab. Cirebon | Sumber | 984,52 | 2.099.089 | 40 | 12 | 412 |
8 | 32.05 | Kab. Garut | Tarogong Kidul | 3.074,07 | 2.210.017 | 42 | 21 | 421 |
9 | 32.12 | Kab. Indramayu | Indramayu | 2.040,11 | 1.845.205 | 31 | 8 | 309 |
10 | 32.15 | Kab. Karawang | Karawang Barat | 1.652,20 | 2.110.476 | 30 | 12 | 297 |
11 | 32.08 | Kab. Kuningan | Kuningan | 1.110,56 | 1.132.610 | 32 | 15 | 361 |
12 | 32.10 | Kab. Majalengka | Kota Majalengka | 1.204,24 | 1.266.981 | 26 | 13 | 330 |
13 | 32.18 | Kab. Pangandaran | Kota Parigi | 1.010,00 | 406.898 | 10 | - | 93 |
14 | 32.14 | Kab. Purwakarta | Purwakarta | 825,74 | 912.708 | 17 | 9 | 183 |
15 | 32.13 | Kab. Subang | Subang | 1.893,95 | 1.552.925 | 30 | 8 | 245 |
16 | 32.02 | Kab. Sukabumi | Palabuhanratu | 4.145,70 | 2.523.992 | 47 | 5 | 381 |
17 | 32.11 | Kab. Sumedang | Sumedang Utara | 1.518,33 | 1.135.818 | 26 | 7 | 270 |
18 | 32.06 | Kab. Tasikmalaya | Singaparna | 2.551,19 | 1.713.677 | 39 | - | 351 |
19 | 32.73 | Kota Bandung | - | 167,67 | 2.404.589 | 30 | 151 | - |
20 | 32.79 | Kota Banjar | - | 113,49 | 201.191 | 4 | 9 | 16 |
21 | 32.75 | Kota Bekasi | - | 206,61 | 2.409.083 | 12 | 56 | - |
22 | 32.71 | Kota Bogor | - | 118,50 | 1.005.012 | 6 | 68 | - |
23 | 32.77 | Kota Cimahi | - | 39,27 | 532.988 | 3 | 15 | - |
24 | 32.74 | Kota Cirebon | - | 37,36 | 325.767 | 5 | 22 | - |
25 | 32.76 | Kota Depok | - | 200,29 | 1.809.120 | 11 | 63 | - |
26 | 32.72 | Kota Sukabumi | - | 48,25 | 334.033 | 7 | 33 | - |
27 | 32.78 | Kota Tasikmalaya | - | 171,61 | 692.567 | 10 | 69 | - |
Total Jawa Barat | 35.377,76 | 44.039.313 | 627 | 645 | 5.312 |
Daftar Gubernur
Meski tidak secara berturut-turut, Gubernur Jawa Barat selalu ditunjuk untuk menduduki jabatan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia pada masa Orde Lama hingga Orde Baru. Berikut merupakan daftar Gubernur Jawa Barat secara definitif sejak tahun 1945.[20]
Gubernur Jawa Barat | ||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Nomor urut | Gubernur | Potret | Partai | Awal | Akhir | Masa jabatan | Periode | Wakil | Ref. | |
1 | Sutardjo Kertohadikusumo (1892–1976) |
Parindra | 19 Agustus 1945 | Desember 1945 | I | Jusuf Adiwinata 1945–1949 |
||||
2 | Datuk Djamin (1903–1957) |
Independen | Desember 1945 | Juni 1946 | 0–1 tahun | II | ||||
3 | Murdjani (1905–1956) |
Parindra | Juni 1946 | 1 April 1947 | 0–1 tahun | III | ||||
4 | Sewaka (1895–1967) |
Parindra | 1 April 1947 | 25 April 1951 | 4 tahun, 24 hari | IV | Ipik Gandamana 1949–1952 |
[21] | ||
25 April 1951 | 9 Mei 1951 | 138 hari | V | [22][23] | ||||||
Sewaka (dibebaskan dari jabatannya) |
9 Mei 1951 | 10 September 1951 | 124 hari | |||||||
5 | Sanusi Hardjadinata (1914–1995) |
PNI | 1 Juli 1951 | 9 April 1957 | 5 tahun, 282 hari | VI | ||||
Lowong | 9 April 1957 | 1 Juli 1957 | 83 hari | Tidak ada | ||||||
6 | Ipik Gandamana (1906–1979) |
IPKI | 1 Juli 1957 | 6 Februari 1960 | 5 tahun, 282 hari | VII | Lowong | |||
7 | Mashudi (1921–2005) |
ABRI–Angkatan Darat | 6 Februari 1960 | 25 April 1967 | 7 tahun, 78 hari | VIII |
|
|||
25 April 1967 | 14 Februari 1970 | 2 tahun, 295 hari | IX | [24] | ||||||
8 | Solihin G. P. (1926–2024) |
ABRI–Angkatan Darat | 14 Februari 1970 | 14 Februari 1975 | 5 tahun, 0 hari | X (1970) |
Achmad Nashuhi 1967–1973 |
|||
9 | Aang Kunaefi (1922–1999) |
ABRI–Angkatan Darat | 14 Februari 1975 | 19 Mei 1980 | 5 tahun, 95 hari | XI (1975) |
Suhud Warnaen 1978–1980 |
|||
19 Mei 1980 | 22 Mei 1985 | 5 tahun, 3 hari | XII (1980) |
|||||||
10 | Yogie Suardi Memet (1929–2007) |
Golkar | 22 Mei 1985 | 22 Mei 1990 | 5 tahun, 0 hari | XIII (1985) |
[25][26] | |||
22 Mei 1990 | 22 Mei 1993 | 3 tahun, 0 hari | XIV (1990) |
[27] | ||||||
11 | Nana Nuriana (1938–2024) |
Golkar | 22 Mei 1993 | 13 Juni 1998 | 5 tahun, 22 hari | XV (1993) |
[28] | |||
13 Juni 1998 | 13 Juni 2003 | 5 tahun, 0 hari | XVI (1998) |
|||||||
12 | Danny Setiawan (lahir 1945) |
Golkar | 13 Juni 2003 | 13 Juni 2008 | 5 tahun, 0 hari | XVII (2003) |
Nu'man Abdul Hakim 2003–2008 |
[29] | ||
13 | Ahmad Heryawan (lahir 1966) |
PKS | 13 Juni 2008 | 13 Juni 2013 | 5 tahun, 0 hari | XVIII (2008) |
Dede Yusuf 2008–2013 |
[30][31] | ||
13 Juni 2013 | 13 Juni 2018 | 5 tahun, 0 hari | XIX (2013) |
Deddy Mizwar 2013–2018 |
[32][33] | |||||
14 | Ridwan Kamil (lahir 1971) |
Independen | 5 September 2018 | 5 September 2023 | 5 tahun, 0 hari | XX (2018) |
Uu Ruzhanul Ulum 2018–2023 |
[34][35] | ||
Golkar (sejak Feb. 2023) |
Perwakilan Daerah
DPRD Jawa Barat beranggotakan 120 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Pimpinan DPRD Jawa Barat terdiri dari 1 Ketua dan 5 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRD Jawa Barat yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2024 yang dilantik pada 2 September 2024 di Gedung Merdeka. Komposisi anggota DPRD Jawa Barat periode 2024-2029 terdiri dari 10 partai politik di mana Partai Gerindra adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu masing-masing 20 kursi.[36][37] Jawa Barat memiliki 91 wakil di DPR RI dari 11 daerah pemilihan dan empat wakil di DPD.
Ekonomi
Bagian ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Manufaktur
Provinsi Jawa Barat memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi untuk manufaktur termasuk di antaranya elektronik, industri kulit, pengolahan makanan, tekstil, furnitur dan industri pesawat. Juga panas bumi, minyak dan gas, serta industri petrokimia menjadi andalan Jawa Barat. Penyumbang terbesar terhadap GRDP Jawa Barat adalah sektor manufaktur (36,72%), hotel, perdagangan dan pertanian (14,45%), totalnya sebesar 51,17%. Terlepas dari adanya krisis, Jawa Barat masih menjadi pusat dari industri tekstil modern dan garmen nasional, berbeda dengan daerah lain yang menjadi pusat dari industri tekstil tradisional. Jawa Barat menymbangkan hampir seperempat dari nilai total hasil produksi Indonesia di sektor non Migas. Ekspor utama tekstil, sekitar 55,45% dari total ekspor Jawa Barat.[butuh rujukan]Jawa Barat juga menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang menjadi sumber produksi bijih besi untuk tujuan ekspor meski dalam jumlah yang sedikit.[38] Selain itu, Jawa Barat menjadi lokasi produksi baja, alas kaki, furnitur, rotan, elektronika, dan komponen pesawat.
Pertanian
Dikenal sebagai salah satu 'lumbung padi' nasional, hampir 23 persen dari total luas 29,3 ribu kilometer persegi dialokasikan untuk produksi beras.[butuh rujukan] Tidak dimungkiri lagi, Jawa Barat merupakan 'Rumah Produksi' bagi ekonomi Indonesia,[butuh rujukan] hasil pertanian Provinsi Jawa Barat menyumbangkan 15 persen dari nilai total pertanian Indonesia.[butuh rujukan] Hasil tanaman pangan Jawa Barat meliputi beras, kentang manis, jagung, buah-buahan dan sayuran, disamping itu juga terdapat komoditas seperti teh, kelapa, minyak sawit, karet alam, gula, coklat dan kopi. Perternakannya menghasilkan 120.000 ekor sapi ternak, 34% dari total nasional.[butuh rujukan]
Kelautan dan perikanan
Jawa Barat berhadapan dengan dua sisi lautan Jawa pada bagian utara dan samudera Hindia di bagian selatan dengan panjang pantai sekitar 1000 km.[butuh rujukan] Berdasarkan letak inilah Provinsi Jawa Barat memiliki potensi perikanan yang sangat besar.[kenetralan diragukan] Untuk pesisir selatan Jawa Barat, potensi tangkapan ikan diproyeksikan mencapai 1,2 juta ton per tahun meskipun hasil tangkapnya baru mencapai 11 ribu ton per tahun.[39] Total produksi ikan di Jawa Barat mencapai 1,6 juta ton per tahun dengan 280 ribu hingga 300 ribu atau 17,5% hingga 18,75% di antaranya berasal dari produksi ikan tangkap.[39] Artinya, hasil tangkap ikan di pesisir selatan Jawa Barat baru mencapai 3,67% jumlah produksi jkan tangkap di Propinsi Jawa Barat. Laporan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Propinsi Jawa Barat menyebutkan bahwa terdapat setidaknya 120 ribu nelayan di Jawa Barat dengan jumlah pembudidaya ikan yang diperkirakan mencapai angka jutaan orang.[39]
Suatu perencanaan terpadu[oleh siapa?] tengah dilaksanakan untuk pengembangan Pelabuhan Cirebon, baik sebagai pelabuhan Pembantu Tanjung Priok Jakarta, maupun sebagai pelabuhan perikanan Jawa Barat yang dilengkapi dengan industri perikanan. Potensi perairan darat tidak hanya datang dari sejumlah sungai yang mengalir di Jawa Barat. Potensi ini juga diperoleh dari penampungan air / DAM Saguling di Cirata dan DAM Jatiluhur yang selain menghasilkan tenaga listrik juga berguna untuk mengairi area pertanian dan industri perikanan air tawar.
Jumlah penduduk dan tenaga kerja
Dengan jumlah penduduk sekitar 37 juta manusia pada tahun 2003,[sumber mendukung?] atau 16 persen dari total jumlah penduduk Indonesia, Pertumbuhan urbanisasi di Provinsi tumbuh sangat cepat, khususnya disekitar JABODETABEK (sekitar Jakarta). Jawa Barat memiliki tenaga pekerja berpendidikan berjumlah 15,7 juta orang pada tahun 2001 atau 18 persen dari total nasional tenaga pekerja berpendidikan.[sumber mendukung?] Sebagian besar bekerja pada bidang pertanian, kehutanan dan perikanan (31%), pada industri manufaktur (17%), perdagangan, hotel dan restoran (22,5%) dan sektor pelayanan (29%).[butuh rujukan]
Mineral dan geotermal
Minyak dapat ditemukan di sepanjang Laut Jawa, utara Jawa Barat, sementara cadangan geotermal (panas bumi) terdapat di beberapa derah di Jawa Barat. Tambang lain sepert Batu gamping, andesit, marmer, tanah liat merupakan pertambangan mineral yang dapat ditemukan, termasuk mineral lain yang cadangan depositnya sangat potensial, Emas yang dikelola PT Aneka Tambang, potensinya sebesar 5,5 million ton, dan menghasilkan 12,1 gram emas per ton.
Demografi
Bagian ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Penduduk
Jawa Barat merupakan wilayah berkaraktaristik kontras dengan dua identitas: masyarakat urban yang sebagian besar tinggal di wilayah Jabodetabek (sekitar Jakarta) serta Bandung Raya; dan masyarakat tradisional yang hidup di pedesaan yang tersisa. Pada tahun 2002, populasi Jawa Barat mencapai 37.548.565 jiwa, dengan rata-rata kepadatan penduduk 1.033 jika/km persegi. Dibandingkan dengan angka pertumbuhan nasional (2,14% per tahun), Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat terendah, dengan 2,02% per tahun.
Tahun 2010, jumlah penduduk provinsi Jawa Barat adalah sebanyak 43.053.732 jiwa yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 28.282.915 jiwa (65,69 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 14.770.817 jiwa (34,31 persen). Persentase distribusi penduduk menurut kabupaten/kota bervariasi dari yang terendah sebesar 0,41 persen di Kota Banjar hingga yang tertinggi sebesar 11,08 persen di Kabupaten Bogor.
Penduduk laki-laki Provinsi Jawa Barat sebanyak 21.907.040 jiwa dan perempuan sebanyak 21.146.692 jiwa. Seks Rasio adalah 104, berarti terdapat 104 laki-laki untuk setiap 100 perempuan. Seks rasio menurut kabupaten/kota yang terendah adalah Kabupaten Ciamis sebesar 98 dan tertinggi adalah Kabupaten Cianjur sebesar 107. Seks Rasio pada kelompok umur 0-4 sebesar 106, kelompok umur 5-9 sebesar 106, kelompok umur lima tahunan dari 10 sampai 64 berkisar antara 97 sampai dengan 113, dan dan kelompok umur 65-69 sebesar 96.
Median umur penduduk Provinsi Jawa Barat tahun 2010 adalah 26,86 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Provinsi Jawa Barat termasuk kategori menengah. Penduduk suatu wilayah dikategorikan penduduk muda bila median umur < 20, penduduk menengah jika median umur 20-30, dan penduduk tua jika median umur > 30 tahun.
Rasio ketergantungan penduduk Provinsi Jawa Barat adalah 51,20. Angka ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang usia produktif (15-64 tahun) terdapat sekitar 51 orang usia tidak produkif (0-14 dan 65+), yang menunjukkan banyaknya beban tanggungan penduduk suatu wilayah. Rasio ketergantungan di daerah perkotaan adalah 48,84 sementara di daerah perdesaan 55,92.[40]
Indeks Pembangunan Manusia
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi termaju di Indonesia. Jika dilihat dari Indeks Pembangunan Manusianya (IPM), Jawa Barat merupakan provinsi paling maju ke-10 di Nusantara.[41] Kini IPM Jawa Barat adalah 70,05 (0,700) dan menempati status tinggi.[42] Daerah subprovinsi termaju ialah Kota Bandung dengan IPM sebesar 80,13 (0,801) yang berstatus sangat tinggi, sedangkan yang paling tertinggal ialah Kabupaten Cianjur dengan IPM sebesar 62,92 (0,629) yang berstatus sedang.[43]
Artikel yang berkaitan dengan Indeks Pembangunan Manusia kota dan kabupaten di Jawa Barat:
- Daftar kabupaten dan kota Jawa Barat menurut IPM tahun 2016
- Daftar kabupaten dan kota Jawa Barat menurut IPM tahun 2015
- Daftar kabupaten dan kota Jawa Barat menurut IPM tahun 2014
- Daftar kabupaten dan kota Jawa Barat menurut IPM tahun 2013
- Daftar kabupaten dan kota Jawa Barat menurut IPM tahun 2012
- Daftar kabupaten dan kota Jawa Barat menurut IPM tahun 2011
- Daftar kabupaten dan kota Jawa Barat menurut IPM tahun 2010
Suku bangsa
Penduduk asli provinsi Jawa Barat adalah Suku Sunda. Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, suku bangsa Jawa Barat sangat beragam. Adapun jumlah penduduk provinsi Jawa Barat berdasarkan suku bangsa tahun 2010 dari 42.982.865 jiwa adalah suku Sunda sebanyak 30.889.910 jiwa (71,87%), kemudian suku Jawa 5.710.652 jiwa (13,29%), Betawi 2.664.143 (6,20%), Cirebon 1.812.842 jiwa (4,22%).[44] Suku di luar pulau Jawa terbesar adalah suku Batak sebanyak 467.438 jiwa (1,09%), kemudian suku Minangkabau 272.018 jiwa (0,63%), Tionghoa 254.920 jiwa (0,59%) dan Melayu 190.224 jiwa (0,44%). Suku asal Sumatra Selatan sebanyak 95.502 jiwa (0,22%), asal Lampung 92.862 jiwa (0,22%), asal Banten 60.948 jiwa (0,14%), Madura 0,10% dan suku lainnya 0,99%.[44]
Berdasarkan data dari Sensus Penduduk Indonesia 2000 dan Sensus Penduduk Indonesia 2010, berikut ini komposisi etnis atau suku bangsa di provinsi Jawa Barat:[45]
No | Suku | Jumlah (2000) | % | Jumlah (2010) | % |
---|---|---|---|---|---|
1 | Sunda | 26.297.124 | 73,73% | 30.889.910 | 71,87% |
2 | Jawa | 3.939.465 | 11,05% | 5.710.652 | 13,29% |
3 | Betawi | 1.901.930 | 5,33% | 2.664.143 | 6,20% |
4 | Cirebon | 1.890.102 | 5,30% | 1.812.842 | 4,22% |
5 | Batak | 275.230 | 0,77% | 467.438 | 1,09% |
6 | Minangkabau | 168.999 | 0,47% | 272.018 | 0,63% |
7 | Tionghoa | 163.255 | 0,46% | 254.920 | 0,59% |
8 | Melayu | – | – | 190.224 | 0,44% |
9 | Asal Sumatra Selatan | – | – | 95.502 | 0,22% |
10 | Lampung | – | – | 92.862 | 0,22% |
11 | Madura | – | – | 43.001 | 0,10% |
12 | Suku Lainnya | 967.782 | 2,71% | 428.914 | 0,99% |
Provinsi Jawa Barat | 35.668.374 | 100% | 42.982.865 | 100% |
Bahasa
Bagian ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Selain bahasa resmi yakni bahasa Indonesia, mayoritas masyarakat Jawa Barat umumnya bertutur menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa asli mereka. Sementara di sebagian besar wilayah timur laut provinsi Jawa Barat seperti kabupaten dan kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, serta sebagian utara Kabupaten Subang dan sebagian utara Kabupaten Karawang (khususnya di kecamatan Cilamaya Kulon dan Cilamaya Wetan) dituturkan bahasa Jawa Cirebonan dan bahasa Jawa Indramayu (Dermayonan) sedangkan daerah perbatasan dengan DKI Jakarta seperti sebagian Kota Bekasi, Kecamatan Tarumajaya dan Babelan (Kabupaten Bekasi), kecamatan Parung dan Bojonggede serta sebagian utara Gunung Sindur (Kabupaten Bogor) dan Kota Depok bagian utara dituturkan bahasa Betawi oleh pendatang etnis Betawi.
Penggunaan bahasa daerah kini mulai dipromosikan kembali karena banyak pendatang yang sudah menggeser bahasa dan budaya Sunda. Sejumlah stasiun televisi dan radio lokal kembali menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pada beberapa acaranya, terutama berita dan talk show, misalnya Bandung TV memiliki program berita menggunakan Bahasa Sunda serta Cirebon Radio yang menggunakan ragam Bahasa Cirebon. Begitu pula dengan media massa cetak yang menggunakan bahasa sunda, seperti majalah Manglé dan majalah Bina Da'wah yang diterbitkan oleh Dewan Da'wah Jawa Barat.
Bahasa Sunda merupakan bahasa daerah yang paling banyak digunakan di Jawa Barat, terutama di wilayah Parahyangan atau wilayah kebudayaan Priangan yang merupakan wilayah tempat tinggal tradisional Suku Sunda.
Berdasarkan Pergub Jabar No.69 tahun 2013, Bahasa Sunda ditetapkan sebagai salah-satu mata pelajaran bahasa dan sastra daerah di Jawa Barat, bersama dengan bahasa Cirebon. Bahasa Sunda diajarkan di dua tingkat jenjang pendidikan, yaitu jenjang pendidikan dasar (Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah lalu Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah) dan jenjang pendidikan menengah (Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah).[46]
Dalam membantu keberlangsungan pendidikan Bahasa Sunda di Jawa Barat, pemerintah daerah Jawa Barat bekerjasama dengan Universitas Padjadjaran dan Yayasan Kebudayaan Rancage menerbitkan Kamus Utama, yaitu kamus bahasa Sunda terlengkap yang terdiri dari 6 jilid, 10.000 halaman dan memuat 150.000 entri.[47][48] Saat ini kamus tersebut sudah dikirim ke perpustakaan di Eropa seperti perpustakaan KITLV di Belanda.[49]
Pada sensus penduduk 2010 jumlah penduduk provinsi Jawa Barat adalah sebanyak 46.497.175 jiwa[50] sementara jumlah suku Cirebon pada sensus penduduk 2010 dengan survei awal pada wilayah inti suku Cirebon yaitu di kabupaten Cirebon, kota Cirebon dan kabupaten Indramayu adalah sebesar 1.812.842 jiwa, data tersebut menjelaskan bahwa jumlah suku Cirebon ada sekitar 4-5% dari total provinsi Jawa Barat. Secara budaya dan bahasa, suku Cirebon masih mewarisi kedekatan-kesekatan tersebut dengan suku Sunda.
Kesenian
Kuliner
- Batagor
- Siomai
- Cireng
- Cuanki
- Colenak
- Comro
- Misro
- Peuyeum (Tape Singkong)
- Oncom
- Ubi Cilembu
- Mochi
- Dodol Garut
- Empal Gentong
- Sega Jamblang
- Kecap Majalengka
- Kalua Jeruk
- Opak
- Tahu Sumedang
- Tahu Gejrot
- Kue gapit
- Gula Cakar
- Wajit
- Rengginang
- Combro
- Sate Maranggi
- Gehu
- Cimol
- Bala-Bala (Bakwan)
- Gulali
- Asinan Bogor
- Tutug Oncom atau biasa disingkat T.O.
- Oncom
- Manisan Cianjur
- Cireng
- Angling (Wajik ketan khas Kuningan)
- Hucap Kuningan
- Kue Adas
- Papais Ada berbagai varian diantaranya Papais Biasa (Papais Pocong), Papais Ten, dsb.
- Galendo
- Apem
- Rengginang
- Gerejek atau Regejek
- Gemblong
- Opak
- Kicimpring
- Saroja
- Sambel Beledak
- Rujak
- Mie kocok
- Mi koclok
- Kadedemes
- Cilung
- Cimin
- Cilor
- Sagon
- Surabi
- Cilok
- Pepes
- Lalap
Kesehatan
Bagian ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Catatan dari Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa lima kabupaten dengan kasus demam berdarah dengue paling banyak se-Indonesia berada di wilayah Jawa Barat.[51] Lima kabupaten tersebut meliputi Kota Bandung, dengan 4.196 kasus;[51] Kabupaten Bandung, dengan 2.777 kasus;[51] Kota Bekasi, dengan 2.059 kasus;[51] Sumedang, dengan 1.647 kasus;[51] serta Kota Tasikmalaya, dengan 1.542 kasus.[51]
Pendidikan
Bagian ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Bodebek Purwasuka Ciayumajakuning Priangan Barat Priangan Tengah Priangan Timur |
Perlindungan dan proses pengembangan Budaya dan Bahasa yang ada di Jawa Barat secara kongrit dimulai dengan adanya Kongres Jawa Barat, kongres Jawa Barat merupakan sebuah wadah berkumpulnya para tokoh masyarakat Jawa Barat untuk membicarakan berbagai persoalan sosial-kemasyarakatan yang ada di Jawa Barat.
Keberagaman budaya dan bahasa yang ada di Jawa Barat sempat diuji ketika Kongres Jawa Barat yang ketiga disiapkan. Tepatnya di Kota Bandung tanggal 23 Februari 1948[52] (namun menurut Dayat Suryana dalam bukunya yang berjudul Provinsi Provinsi di Indonesia peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 28 Februari 1948[53] .) Salah satu perwakilan warga Jawa Barat dari suku Sunda yaitu bapak Soeria Kartalegawa yang juga ketua Partai Rakyat Pasundan (PRP) mengusulkan supaya pembicaraan dalam rapat badan perwakilan tersebut (Kongres Jawa Barat) dibolehkan mempergunakan Bahasa Sunda, namun belakang usulan tersebut segera disanggah oleh perwakilan masyarakt Jawa Barat lainnya dari suku Cirebon yaitu bapak Soekardi, bapak Soekardi mencetuskan
“ “Djika dibolehkan berbitjara dalam bahasa Soenda, orang-orang yang berhasrat memakai bahasa daerah lainnya poen haroes diizinkan, oempamanja bahasa daerah Tjirebon”[52]
Perguruan tinggi negeri
- Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati, Cirebon
- Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran (PKPP) , Pangandaran
- Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang, Karawang
- Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Sumedang
- Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor
- Institut Teknologi Bandung (ITB), dengan lokasi kampus di Bandung, Sumedang, dan Cirebon
- Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI), Bandung
- Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung (Poltekkes),Bandung
- Politeknik Manufaktur Bandung (POLMAN), d/h Politeknik Mekanik Swis-ITB Bandung, Bandung
- Politeknik Negeri Bandung (POLBAN), d/h Politeknik ITB Bandung, Bandung
- Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) , d/h Politeknik UI, Kota Depok
- Politeknik Negeri Sukabumi (Polsu), Sukabumi
- Politeknik Negeri Indramayu, Indramayu
- Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS Bandung), Bandung
- Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB), d/h National Hotel Institute (NHI), Bandung
- Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung (STSI Bandung), d/h ASTI Bandung, Bandung
- Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT), d/h Institut Teknologi Tekstil (ITT), Bandung
- Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD), Bekasi
- Universitas Indonesia (UI), Kota Depok
- Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Kota Depok
- Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN Bandung), Bandung
- Universitas Padjadjaran (Unpad), dengan lokasi kampus di,Bandung dan Sumedang
- Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (Kampus Limo, UPNVJ), Depok
- Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), d/h IKIP Bandung, dengan lokasi kampus pusat di Bandung, dan kampus daerah di Kabupaten Bandung, Purwakarta, Sumedang, dan Tasikmalaya
- Universitas Siliwangi (UNSIL), Tasikmalaya
- Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA), Karawang
Perguruan tinggi swasta
- Institut Teknologi Nasional (Itenas), di Bandung
- Institut Agama Islam Cipasung (IAIC), di Tasikmalaya
- Institut Agama Islam Darussalam Ciamis (IAID) di Ciamis
- Institut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB), di Bandung
- Universitas Telkom, di Bandung
- Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), di Bandung
- Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Gici (STIE GICI), di Kota Depok
- Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani),di Bandung
- Universitas Langlangbuana (Unla), di Bandung
- Universitas Kristen Maranatha, di Bandung
- Universitas Islam Bandung (Unisba), di Bandung
- Universitas Pasundan (Unpas), di Bandung
- Universitas Widyatama (Utama), di Bandung
- Universitas Garut (Uniga), di Garut
- Universitas Islam Nusantara (Uninus), di Bandung
- Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati), di Cirebon
- Universitas Perjuangan (Unper), di Tasikmalaya
- Universitas Galuh (Unigal), di Ciamis
- Universitas Ibn Khaldun Bogor (UIKA), di Bogor
- Universitas Pakuan (Unpak), di Bogor
- Universitas Komputer Indonesia (Unikom), di Bandung
- Universitas Winaya Mukti (Unwim), di Jatinangor Sumedang
- Institut Koperasi Indonesia (Ikopin), di Jatinangor Sumedang
- Universitas Sebelas April (Unsap), di Sumedang
- Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia (Unibi), di Bandung
- Universitas Majalengka (Unma), di Majalengka
- Universitas Kuningan (Uniku), di Kuningan
- Sekolah Tinggi Kesehatan Kuningan (STIKKU), di Kuningan
- Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Ihya (STAI Al-Ihya), di Kuningan
- Sekolah Tinggi Agama Islam At-Taqwa (STAIA), di Bekasi
- Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ipwija Jakarta (STIE Ipwija), di Gunung Putri, dan Cileungsi, Kabupaten Bogor
- Sekolah Tinggi Hukum Bandung (STHB), di Bandung
- Universitas Bale Bandung (Unibba), di Bandung
- Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Al-Ishlah (STEI Al-Ishlah), di Cirebon
- Sekolah Tinggi Teknologi Nusa Putra (STT NUSA PUTRA), di Sukabumi [54]
- Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Amin (STAI Al-Amin), di Sukabumi
- Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Komputer Tasikmalaya (STMIK Tasikmalaya), di Kota Tasikmalaya
- Universitas Wiralodra (Unwir), di Indramayu
- Universitas Subang (Unsub), di Subang
- Universitas Gunadarma (UG), di Kota Depok
- Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI), di Sukabumi
- Universitas Sukabumi (Unsu), di Sukabumi
- Universitas Presiden (PresUniv), di Bekasi
- Universitas Purwakarta (Unpur), di Purwakarta
- Universitas Sutan Mahesa (Unsuma), di Sukabumi Utara
- Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Muttaqien (STAI Al-Muttaqien) di Purwakarta
- Sekolah Tinggi Teknologi Wastukancana (STT Wastukancana), di Purwakarta
- Politeknik Pos Indonesia (Polposindo), di Bandung
- Universitas Muhammadiyah Bandung (Unimba), di Bandung
- Universitas Suryakancana (Unsur), di Cianjur
- Institut Studi Islam Fahmina (ISIF), di Cirebon
- Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC), di Cirebon
- Universitas 17 Agustus 1945 Cirebon (UNTAG) di Cirebon
- Universitas Perjuangan Tasikmalaya (UNPERTAS) di Tasikmalaya
- Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (UMTAS) di Tasikmalaya
- Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Prima Indonesia di Babelan, Bekasi
- Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Siliwangi (IKIP Siliwangi) di Bandung
- Institut Pendidikan Indonesia (IPI), di Garut
- Universitas Kebangsaan, di Bandung
- Institut Bisnis dan Informatika Kesatuan, di Bogor
Pariwisata
Objek-objek wisata yang menarik dan banyak dikunjungi di daerah Jawa Barat:
1. Kawah Putih, Ciwidey, Kabupaten Bandung
2. Taman Wiladatika, Cimanggis, Kota Depok
3. Saung Talaga, Pancoran Mas, Kota Depok
4. Situ Cikabuyutan, Cilebak, Kabupaten Kuningan
5. Situ Patenggang, Rancabali, Kabupaten Bandung
6. Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat
7. Taman Hutan Raya, Lembang, Kabupaten Bandung Barat
8. Situ Buleud, Kabupaten Purwakarta
9. Kebun Raya Bogor, Kota Bogor
10. Talaga Warna, Puncak, Kabupaten Bogor
11. Taman Safari Indonesia, Cisarua, Kabupaten Bogor
12. Taman Wisata Mekarsari, Cileungsi, Kabupaten Bogor
13. Pantai Pangandaran, Kabupaten Pangandaran
14. Curug Cibeureum, Cipanas, Kabupaten Cianjur
15. Puncak, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur
16. Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur
17. Taman Bunga Nusantara, Kabupaten Cianjur
18. Taman Wisata Gunung Gede Pangrango, Cipanas, Kabupaten Cianjur
19. Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur
20. Keraton Kasepuhan, Kota Cirebon
21. Keraton Kanoman, Kota Cirebon
22. Keraton Kacirebonan, Kota Cirebon
23. Keraton Kaprabonan, Kota Cirebon
24. Taman Air Sunyaragi, Kota Cirebon
25. Plangon, Kabupaten Cirebon
26. Belawa, Kabupaten Cirebon
27. Trusmi, Kabupaten Cirebon
28. Wanawisata Ciwaringin, Kabupaten Cirebon
29. Cikalahang, Kabupaten Cirebon
30. Cipanas, Kabupaten Garut
31. Bendungan Walahar, Klari, Kabupaten Karawang
32. Curug Bandung, Tegalwaru, Kabupaten Karawang
33. Curug Cigeuntis, Tegalwaru, Kabupaten Karawang
34. Curug Cipanundaan, Tegalwaru, Kabupaten Karawang
35. Pantai Muara Baru, Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang
36. Pantai Pakis Jaya, Pakis Jaya, Kabupaten Karawang
37. Pantai Samudera Baru, Pedes, Kabupaten Karawang
38. Pantai Tanjung Baru, Tempuran, Kabupaten Karawang
39. Pantai Tirtamaya, Juntinyuat, Kabupaten Indramayu
40. Linggarjati, Kabupaten Kuningan
41. Candi Jiwa, Batujaya, Kabupaten Karawang
42. Candi Blandongan, Batujaya, Kabupaten Karawang
43. Waduk Darma, Kabupaten Kuningan
44. Curug Putri, Kabupaten Kuningan
45. Lembah Cilengkrang, Kabupaten Kuningan
46. Liang Panas, Kabupaten Kuningan
47. Air Terjun Sidomba, Kabupaten Kuningan
48. Curug Landung, Kabupaten Kuningan
49. Situ Cicerem, Kabupaten Kuningan
50. Paseban, Kabupaten Kuningan
51. Cigugur, Kabupaten Kuningan
52. Hutan Kota, Kabupaten Kuningan
53. Kebun Raya Kuningan, Kabupaten Kuningan
54. Palutungan, Kabupaten Kuningan
55. Curug Muara Jaya, Kabupaten Majalengka
56. Situ Sangiang, Kabupaten Majalengka
57. Taman Buana Marga, Kabupaten Majalengka
58. Tirta Indah, Kabupaten Majalengka
59. Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta
60. Ciater, Kabupaten Subang
61. Gunung Tangkuban Perahu, Kabupaten Subang
62. Pantai Blanakan, Blanakan, Kabupaten Subang
63. Pantai Pondok Bali, Legon Kulon, Kabupaten Subang
64. Penangkaran Buaya, Blanakan, Kabupaten Subang
65. Pantai Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi
66. Pantai Ujung Genteng, Ciracap, Kabupaten Sukabumi
67. Kampung Toga, Kabupaten Sumedang
68. Museum Prabu Geusan Ulun, Kabupaten Sumedang
69. Situ Gede, Kota Tasikmalaya
70. Gunung Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya
71. Kampung Naga, Kabupaten Tasikmalaya
72. Godong Ijo, Bojongsari, Kota Depok 73. Situ Bagendit, Kabupaten Garut
74. Pantai Santolo, Kabupaten Garut
75. Situ Cilodong, Cilodong, Kota Depok
76. Pantai Rancabuaya, Kabupaten Garut
77. Kampung 99 Pepohonan, Limo, Kota Depok
78. Curug Cimahi, Kabupaten Bandung Barat
79. D’Kandang Amazing Farm, Sawangan, Kota Depok
80. Situ Ciburuy, Kabupaten Bandung Barat
81. Masjid Dian Al-Mahri, Limo, Kota Depok
82. Situ Pengasinan, Sawangan, Kota Depok
83. Situ Pengarengan, Sukmajaya, Kota Depok
84. Situ Lengkong, Panjalu, Kabupaten Ciamis.
85. Museum Sejarah Nabi Muhammad, Sukmajaya, Kota Depok
86. Alun-Alun Kota Depok, Cilodong, Kota Depok
87. Rumah Keramik F Widayanto, Beji, Kota Depok
88. Studio Alam TVRI, Sukmajaya, Kota Depok
89. Air Terjun Curug Nangka Indah, Tamansari, Kabupaten Bogor
90. Taman Hutan Raya Pancoran Mas, Pancoran Mas, Kota Depok
91. TWM Park, Cisarua, Kabupaten Bogor
92. Hutan Kota Universitas Indonesia (UI), Beji, Kota Depok
93. Devoyage Bogor, Bogor Selatan, Kota Bogor
94. Museum Zoologi Bogor, Bogor Tengah, Kota Bogor
95. Curug Cisurian, Jalaksana, Kabupaten Kuningan
Aspirasi Perubahan Nama Provinsi Jawa Barat
Secara Geografi, Provinsi Banten merupakan yang jadi Jawa [yang paling] Barat, nama Jawa Barat sudah tidak relevan sejak 2000, jadi penggantian nama Provinsi menjadi relevan. Wacana perubahan nama Provinsi Jawa Barat menjadi nama lain sebenarnya sudah berlangsung lama dan menjadi isu yang terus digulirkan masyarakat Jawa Barat. Usul perubahan nama Provinsi Jawa Barat menjadi nama Provinsi lain kembali mencuat pada 2022. Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD), LaNyalla Mahmud Mattalitti pada 2022 mendukung keinginan masyarakat Sunda untuk mengubah nama provinsinya[55].
Ridwan Kamil selaku Gubernur Jabar mengungkapkan bahwa "Terkait provinsi saya harus melihat secara fundamental karena Jawa Barat itu kalau secara judul itu bukan dari Jawa bagian Barat dan Jawa paling barat tentu kan Banten Jadi kalau disebut paling barat yang bukan Jawa Barat tapi Banten"[56]. Oleh karena itu, alasan penggantian Jawa Barat menjadi nama lain menjadi relevan.
Terkait nama yang bisa merepresentasikan, banyak nama pilihan yang bisa dipilih yang bisa merepresentasikan masyarakat Jabar. Pada Juli 2022, Penyusunan Rancangan Undang-undang (RUU) tentang Provinsi Jawa Barat (Jabar) tengah disusun DPR RI. Akademisi Pakar hukum tata negara Universitas Padjajaran Indra Perwira mengusulkan adanya perubahan nama Provinsi Jawa Barat menjadi Tatar Sunda atau Pasundan. Pakar hukum tata negara Indra Perwira mengungkapkan "Istilah Jabar ini bentukan Belanda. Waktu kita merdeka, Bung Karno menetapkan Wiranatakusuma sebagai wali Negara Pasundan (saat ini Jabar)". Lebih lanjut, Indra menjelaskan nama Pasundan dan Tatar Sunda sejatinya tak merujuk pada satu etnis tertentu. Sebab, Jabar saat ini terbangun dari tiga subkultur di wilayah tersebut dan Tatar Sunda hanya menunjukkan bentukan geografisnya[57]. Atas aspek histori tersebut, Indra selaku Akademisi Pakar hukum tata negara sepakat agar RUU tentang Provinsi Jabar itu mengubah pula nama Jabar menjadi Pasundan atau Tatar Sunda[57].
Referensi
- ^ Sigar, Edi (1996). Buku Pintar Indonesia. Jakarta: Pustaka Delaprasta.
- ^ "Tempo.com: Hari Jadi Jawa Barat Ditetapkan Tanggal 19 Agustus 1945". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-08-17. Diakses tanggal 2019-08-17.
- ^ a b "Provinsi Jawa Barat Dalam Angka 2022" (pdf). www.jabarprov.go.id. hlm. 9, 104. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-21. Diakses tanggal 20 Juni 2022.
- ^ "Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Kepercayaan dan Jenis Kelamin di Provinsi Jawa Barat". www.data.jabarprov.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-04. Diakses tanggal 4 Februari 2020.
- ^ "Indeks Pembangunan Manusia Menurut Provinsi 2019-2021". www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-11-15. Diakses tanggal 26 November 2021.
- ^ "APBD Perubahan Jawa Barat 2015". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-04-22. Diakses tanggal 2016-03-29.
- ^ "PAD Jawa Barat 2014". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-04-21. Diakses tanggal 2016-03-29.
- ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (PDF). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 26 Januari 2021.
- ^ [https://web.archive.org/web/20200815131250/https://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/75 Diarsipkan 2020-08-15 di Wayback Machine. Staf Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat. 2011. Penduduk. Bandung : Pemerintah Provinsi Jawa Barat
- ^ Media, Kompas Cyber (2022-01-03). "Sejarah Berdirinya Kerajaan Tarumanegara, Raja-raja, Masa Kejayaan, dan Peninggalan Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2023-05-16.
- ^ Indonesia, C. N. N. "7 Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara". edukasi. Diakses tanggal 2023-05-16.
- ^ BPS Provinsi Banten (2019). Pariwisata Banten dalam Angka Tahun 2019 (PDF). Dinas Pariwisata Provinsi Banten. hlm. 50. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-05-30. Diakses tanggal 2022-05-17.
- ^ Sitompul, Martin (30 November 2018). "Gubernur di Tengah Operasi Anti Mata-Mata: Kisah Soetardjo saat terjebak dalam sebuah operasi pembersihan para telik sandi Belanda". Majalah Historia. Jakarta Barat. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-22. Diakses tanggal 22 Agustus 2022.
- ^ a b c d e f g Arifianto, Bambang (22 Agustus 2022). "Jabar Pernah Terbelah Kantor Gubernur Berpindah". Pikiran Rakyat. Bandung. hlm. 10.
- ^ "Pemerintah Kabupaten Subang - Kawah Tangkuban Parahu". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-02. Diakses tanggal 2015-03-29.
- ^ "Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No.137-2017) - Kementerian Dalam Negeri - Republik Indonesia". www.kemendagri.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 2018-07-10.
- ^ "Data Sensus Penduduk per Semester 2 (31 Desember 2023)". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. 1 Januari 2024. Diakses tanggal 1 April 2024.
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019.
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020.
- ^ "Jabar dalam Grafis: Sejarah Pemimpin". Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-11-28. Diakses tanggal 12 Mei 2018.
- ^ "Keputusan Presiden Nomor 60 Tahun 1951 Tentang Pengangkatan Saudara Sewaka sebagai Gubernur Kepala Daerah Propinsi Otonom Jawa Barat" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. 25 April 1951. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2020-06-09. Diakses tanggal 18 November 2019.
- ^ "Arsip Keputusan Presiden". Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-09. Diakses tanggal 2020-06-09.
- ^ "Ketetapan Presiden Nomor 177 Tahun 1951 Tentang Perberhentian Kepala Daerah Jawa Barat" (PDF). Sistem Informasi Perundangan-undangan Sekretariat Kabinet. Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. 10 September 1951. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-11-07. Diakses tanggal 12 Mei 2018.
- ^ Abdullah, Taufik; Rahardjo, Supratnikno; Abdurrachman, Sukri; Gunawan, Restu (2012). Malam Bencana 1965: Dalam Belitan Krisis Nasional. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. hlm. 76. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-19. Diakses tanggal 2023-03-19.
- ^ "Dilantik". Tempo.co. 1985-05-25. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-10. Diakses tanggal 2022-07-15.
- ^ "Target Gubernur Yogie". Tempo.co. 1985-05-25. Diakses tanggal 2022-04-29.
- ^ "Pelantikan". Tempo.co. 1990-05-19. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-19. Diakses tanggal 2022-04-29.
- ^ "Pelantikan". Tempo.co. 1993-05-29. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-21. Diakses tanggal 2020-06-18.
- ^ ORS; Hidayat, Patria (22 Mei 2003). "Dani Setiawan-Nu`man Abdul, Gubernur dan Wagub Jabar". Liputan6.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-24. Diakses tanggal 13 Juni 2018.
- ^ A15; MHF; BAY (23 April 2008). "Heryawan Terpilih sebagai Gubernur Jawa Barat". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-09. Diakses tanggal 3 Juni 2018.
- ^ KPL; RIF, ed. (22 April 2008). "Hade Resmi Jadi Gubernur dan Wagub Jabar Terpilih". Merdeka.com. Diakses tanggal 3 Juni 2018.[pranala nonaktif permanen]
- ^ Kuswandi, Rio (13 Juni 2013). Wadrianto, Glori K., ed. "Heryawan Resmi Dilantik sebagai Gubernur Jabar". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-06-13. Diakses tanggal 13 Juni 2018.
- ^ TYA; AVI (13 Juni 2013). "Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar Resmi Jadi Gubernur dan Wagub Jabar". detikcom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-06-13. Diakses tanggal 13 Juni 2018.
- ^ Ramdhani, Dendi (24 Juli 2018). Susanti, Reni, ed. "Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Resmi Jadi Gubernur dan Wagub Jabar Terpilih". Kompas.com. Bandung. Diakses tanggal 13 Juni 2018.
- ^ "Pelantikan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Delapan Kepala Daerah Lain Diwarnai Kirab". Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandung. Jakarta. 5 September 2018. Diakses tanggal 29 April 2023.
- ^ Salma Dinda Regina (02-09-2024). "Daftar 120 Anggota DPRD Jabar Periode 2024-2029 Dilantik Hari Ini, Siap Kerja Jadi Wakil Rakyat". tribunnews.com. Diakses tanggal 23-09-2024.
- ^ Anindyadevi Aurellia (02-09-2024). "120 Anggota DPRD Jawa Barat 2024-2029 Dilantik, Ada Nisya Ahmad". Detik News. Diakses tanggal 23-09-2024.
- ^ Supriadi, A., dkk. (Desember 2015). Dampak Pembatasan Ekspor Bijih Besi Terhadap Penerimaan Sektor ESDM dan Perekonomian Nasional (PDF). Jakarta: Pusat Data dan Teknologi Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral. hlm. 43. ISBN 978-602-0836-19-5.
- ^ a b c Nurulliah, Novianti (9 Agustus 2022). "Gelombang Tinggi: Produksi Ikan Tangkap Turun 30%". Pikiran Rakyat. Bandung. hlm. 2.
- ^ Sensus Penduduk 2010 - Provinsi Jawa Barat Diarsipkan 2019-05-09 di Wayback Machine.. Badan Pusat Statistik Indonesia. Diakses 30 Juli 2013
- ^ "Daftar provinsi Indonesia menurut IPM tahun 2016". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2017-06-01. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-28. Diakses tanggal 2017-08-28.
- ^ https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1211 Diarsipkan 2017-08-28 di Wayback Machine. Indeks Pembangunan Manusia menurut Provinsi, 2010-2016 (Metode Baru)
- ^ "Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat". jabar.bps.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-28. Diakses tanggal 2017-08-28.
- ^ a b "Kewarganegaraan Suku Bangsa, Agama, Bahasa 2010" (PDF). demografi.bps.go.id. Badan Pusat Statistik. 2010. hlm. 23, 36–41. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-07-12. Diakses tanggal 17 Oktober 2021.
- ^ "Karakteristik Penduduk Jawa Barat Hasil Sensus Penduduk 2000" (pdf). www.jabar.bps.go.id. 1 November 2001. hlm. 72. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-19. Diakses tanggal 20 Juni 2022.
- ^ "Pergub 69 Tahun 2013" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-09-17. Diakses tanggal 2016-09-04.
- ^ "Kamus Utama, Kamus Bahasa Sunda Terlengkap - Website Resmi Pemerintah Provinsi Jawa Barat". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-09-17. Diakses tanggal 2016-09-04.
- ^ "Unpad dan Yayasan Kebudayaan Rancage Luncurkan Kamus Utama Basa Sunda - Universitas Padjadjaran". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-09-15. Diakses tanggal 2016-09-04.
- ^ "Kamus Tebal Bahasa Sunda Dikenalkan di Eropa | nusa | tempo.co". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-09-11. Diakses tanggal 2016-09-04.
- ^ "Staf Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat. 2011. Penduduk. [[Bandung]] : Pemerintah Provinsi Jawa Barat". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-15. Diakses tanggal 2019-07-16.
- ^ a b c d e f Abdul Halim, Hilmi; S., Asep M. (27 September 2022). "Potensi Kasus DBD di Jabar Tinggi". Pikiran Rakyat. Kabupaten Purwakarta. hlm. 10.
- ^ a b Zuhdi,Susanto. 2017. Antara Sewaka dan Soeria Kartalegawa: Dinamika Politik Pemerintahan Di Jawa Barat Pada Masa Revolusi Indonesia. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
- ^ Suryana, Dayat. 2012. Provinsi Provinsi di Indonesia. [ Scotts Valley Diarsipkan 2022-12-06 di Wayback Machine. ] : CyberSpace Independent Publishing
- ^ https://nusaputra.ac.id/ Diarsipkan 2018-11-14 di Wayback Machine. diakses 14 November
- ^ Jakarta, Koran. "Perubahan Nama Provinsi Jawa Barat". Koran-Jakarta.com. Diakses tanggal 2023-03-03.
- ^ Media, Kompas Cyber (2020-11-12). "Jabar Diusulkan Diganti Jadi Provinsi Sunda, Ini Awal Mula Usulan dan Tanggapan Ridwan Kamil". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2023-03-03.
- ^ a b Wamad, Sudirman. "Akademisi-Kongres Sunda Usulkan Perubahan Nama di RUU Provinsi Jabar". detikjabar. Diakses tanggal 2023-03-03.
Catatan
Bacaan lebih lanjut
- Raden Mas Sewaka, Tjorat-tjoret dari jaman ke djaman. Bandung: penerbit tidak diketahui, 1955.
- Suwangsa, Aat; Abidin, Zaenal; Ir. R.H. Ukar Bratakusumah dari Jaman Penjajahan Belanda Hingga Jaman Pembangunan: Seorang Pejuang dan Pelopor Pembangunan. Bandung: Yayasan Kudjang, 1995.
Lihat pula
Pranala luar
- (Indonesia) Situs web resmi pemerintah provinsi Jawa Barat Diarsipkan 2022-02-27 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Situs web resmi panduan wisata Jawa Barat