Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
ᨔᨘᨒᨓᨙᨔᨗ ᨔᨛᨒᨈ Sulawesi Selatan | |||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Transkripsi Regional | |||||||||||
• Bugis | ᨔᨘᨒᨓᨙᨔᨗ ᨑᨗᨕᨈ Sulawési Riattang (1, 2, 3, 4, 5) ᨔᨘᨒᨓᨙᨔᨗ ᨆᨊᨗᨕ Sulawési Maniang (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7) ᨔᨘᨒᨓᨙᨔᨗ ᨒᨕᨘᨈ Sulawési Lautang (1, 2, 3) ᨔᨘᨒᨓᨙᨔᨗ ᨆᨊᨚᨑ Sulawési Manorang (1) | ||||||||||
• Makassar | ᨔᨘᨒᨓᨙᨔᨗ ᨕᨗᨈᨗᨅᨚᨑᨚᨀ Sulawési Timboroka (1, 2, 3, 4, 5) | ||||||||||
• Melayu Makassar | ᨔᨘᨒᨓᨙᨔᨗ ᨔᨒᨈ Sulawési Salatang (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9) | ||||||||||
• Luwu | ᨔᨘᨒᨓᨙᨔᨗ ᨊᨙᨀᨙ Sulawési Nékké' (1, 2, 3, 4) | ||||||||||
• Toraja | Sulawési Pollo'na Uai (1, 2) | ||||||||||
Motto: | |||||||||||
Negara | Indonesia | ||||||||||
Dasar hukum pendirian | UU No. 13 Tahun 1964[1] | ||||||||||
Tanggal |
| ||||||||||
Hari jadi | 19 Oktober 1669 | ||||||||||
Ibu kota | Makassar | ||||||||||
Kota besar lainnya | Daftar | ||||||||||
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
| ||||||||||
Pemerintahan | |||||||||||
• Gubernur | Bahtiar Baharuddin (Pj.) | ||||||||||
• Wakil Gubernur | Lowong | ||||||||||
• Sekretaris Daerah | Andi Muhammad Arsjad (Pj.) | ||||||||||
• Ketua DPRD | Andi Ina Kartika Sari | ||||||||||
Luas | |||||||||||
• Total | 46.717,48 km2 (18,037,72 sq mi) | ||||||||||
Populasi | |||||||||||
• Total | 9.400.283 | ||||||||||
• Peringkat | 16 | ||||||||||
• Kepadatan | 200/km2 (520/sq mi) | ||||||||||
Demografi | |||||||||||
• Agama | |||||||||||
• Bahasa | |||||||||||
• IPM | 74,60 (2023) tinggi [4] | ||||||||||
Zona waktu | UTC+08:00 (WITA) | ||||||||||
Kode pos | 90xxx, 91xxx, 92xxx (90111–92985)[5] | ||||||||||
Kode area telepon | Daftar
| ||||||||||
Kode ISO 3166 | ID-SN | ||||||||||
Pelat kendaraan | Daftar
| ||||||||||
Kode Kemendagri | 73 | ||||||||||
Kode BPS | 73 | ||||||||||
APBD | Rp 10.133.080.000.000,00-[6] (2023) | ||||||||||
PAD | Rp 5.801.320.000.000,00- (TA 2023)[6] | ||||||||||
DAU | Rp 2.525.244.049.000,00- (TA 2023)[7] | ||||||||||
Lagu daerah |
| ||||||||||
Rumah adat |
| ||||||||||
Senjata tradisional | Badik | ||||||||||
Flora resmi | Siwalan | ||||||||||
Fauna resmi | Julang sulawesi | ||||||||||
Situs web | sulselprov |
Sulawesi Selatan (Lontara: ᨔᨘᨒᨓᨙᨔᨗ ᨔᨛᨒᨈ ) adalah sebuah provinsi di semenanjung selatan Sulawesi, Indonesia. Kepulauan Selayar di selatan Sulawesi juga merupakan bagian dari provinsi tersebut. Ibu kota provinsi ini berada di Kota Makassar. Provinsi ini berbatasan dengan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat di utara, Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara di timur, Selat Makassar di barat, dan Laut Flores di selatan.
Sensus 2010 memperkirakan jumlah penduduk sebanyak 8.032.551 jiwa yang menjadikan Sulawesi Selatan sebagai provinsi terpadat di pulau itu (46% dari populasi Sulawesi ada di Sulawesi Selatan), dan provinsi terpadat keenam di Indonesia. Dan pada akhir 2023, penduduk Sulawesi Selatam meningkat menjadi 9.073.509.[2][8] Suku bangsa utama di Sulawesi Selatan adalah suku Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Perekonomian provinsi ini didasarkan pada pertanian, perikanan, dan pertambangan emas , magnesium , besi dan logam lainnya. pinisi adalah sebuah kapal layar tradisional Indonesia bertiang dua, masih digunakan secara luas oleh orang Bugis dan Makassar, sebagian besar untuk tujuan transportasi, kargo, dan penangkapan ikan antar pulau di kepulauan Indonesia.
Pada masa keemasan perdagangan rempah-rempah, dari abad ke-15 hingga ke-19, Sulawesi Selatan menjadi pintu gerbang Kepulauan Maluku. Ada sejumlah kerajaan kecil, termasuk dua yang menonjol, Kerajaan Gowa yang terletak di Makassar dan Kerajaan Bone yang terletak di Bone. Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) mulai beroperasi di wilayah tersebut pada abad ke-17. VOC kemudian bersekutu dengan Arung Palakka dan mereka mengalahkan kerajaan Gowa dalam mengambil kekayaan sumber alam di Nusantara serta hak Monopoli perdagangan. Arung Palakka kemudian menikmati hasil kerja sama tersebut dengan VOC Belanda. Raja Gowa, Sultan Hasanuddin terpaksa menandatangani Perjanjian Bungaya yang sangat mengurangi kekuasaan Gowa.
Sejarah
Sekitar 30.000 tahun silam pulau ini telah dihuni oleh manusia. Penemuan tertua ditemukan di gua-gua dekat bukit kapur dekat Maros, sekitar 30 km sebelah timur laut dan Makassar sebagai ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Kemungkinan lapisan budaya yang tua berupa alat batu Pebble dan flake telah dikumpulkan dari teras sungai di lembah Walanae, di antara Soppeng dan Sengkang, termasuk tulang-tulang babi raksasa dan gajah-gajah yang telah punah.
Selama masa kemasan perdagangan rempah-rempah, pada abad ke-15 sampai ke-19, Sulawesi Selatan berperan sebagai pintu gerbang ke kepulauan Maluku, tanah penghasil rempah. Kerajaan Gowa dan Bone yang perkasa memainkan peranan penting di dalam sejarah Kawasan Timur Indonesia di masa Ialu.
Pada sekitar abad ke-14 di Sulawesi Selatan terdapat sejumlah kerajaan kecil, dua kerajaan yang menonjol ketika itu adalah Kerajaan Gowa yang berada di sekitar Makassar dan Kerajaan Bugis yang berada di Bone. Pada tahun 1530, Kerajaan Gowa mulai mengembangkan diri, dan pada pertengahan abad ke-16 Gowa menjadi pusat perdagangan terpenting di wilayah timur Indonesia. Pada tahun 1605, Raja Gowa memeluk Agama Islam serta menjadikan Gowa sebagai Kerajaan Islam, dan antara tahun 1608 dan 1611, Kerajaan Gowa menyerang dan menaklukkan Kerajaan Bone sehingga Islam dapat tersebar ke seluruh wilayah Makassar dan Bugis.
Perusahaan dagang Belanda atau yang lebih dikenal dengan nama VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) yang datang ke wilayah ini pada abad ke-15 melihat Kerajaan Gowa sebagai hambatan terhadap keinginan VOC untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di daerah ini. VOC kemudian bersekutu dengan seorang raja bone bernama Arung Palakka yang hidup dalam pengasingan setelah jatuhnya kekuasaan di bawah kerajaan Gowa-Tallo.
Belanda kemudian mendukung Palakka kembali ke Bone, sekaligus menghidupkan perlawanan masyarakat Bone dan Sopeng untuk melawan kekuasaan Gowa. Setelah berperang selama setahun, Kerajaan Gowa berhasil dikalahkan. Dan Raja Gowa, Sultan Hasanuddin dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Bongaya yang sangat mengurangi kekuasaan Gowa. Selanjutnya Bone di bawah Palakka menjadi penguasa di Sulawesi Selatan.
Persaingan antara Kerajaan Bone dengan pemimpin Bugis lainnya mewarnai sejarah Sulawesi Selatan. Ratu Bone sempat muncul memimpin perlawanan menentang Belanda yang saat itu sibuk menghadapi Perang Napoleon di daratan Eropa. Namun setelah usainya Perang Napoleon, Belanda kembali ke Sulawesi Selatan dan membasmi pemberontakan Ratu Bone. Namun perlawanan masyarakat Makassar dan Bugis terus berlanjut menentang kekuasaan kolonial hingga tahun 1905-1906. Pada tahun 1905, Belanda juga berhasil menaklukkan Tana Toraja, perlawanan di daerah ini terus berlanjut hingga awal tahun 1930-an.
Sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI, Sulawesi Selatan, terdiri atas sejumlah wilayah kerajaan yang berdiri sendiri dan mendiami empat etnis yaitu: Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja.
Kedatuan Luwu, Kesultanan Gowa dan Kesultanan Bone menjadi tiga negeri besar di Sulawesi Selatan mulai pada abad ke-15 M.[9] Pada abad ke XVI dan XVII, ketiga negeri tersebut mencapai masa keemasan dan telah melakukan hubungan dagang serta persahabatan dengan bangsa Eropa, India, China, Melayu, dan Arab.
Setelah kemerdekaan, dikeluarkan UU Nomor 21 Tahun 1950 di mana Sulawesi Selatan menjadi provinsi Administratif Sulawesi dan selanjutnya pada tahun 1960 menjadi daerah otonomi Sulawesi Selatan dan Tenggara berdasarkan UU Nomor 47 Tahun 1960. Pemisahan Sulawesi Selatan dari daerah otonomi Sulawesi Selatan dan Tenggara ditetapkan dengan UU Nomor 13 Tahun 1964, sehingga menjadi daerah otonomi Sulawesi Selatan.
Geografi
Letak Provinsi Sulawesi Selatan berada pada 0°12'–8° Lintang Selatan dan 116°48'–122°36' Bujur Timur.[10] Provinsi Sulawesi Selatan memiliki wilayah seluas 45.704,16 km2.[11] Di sebelah utara, Provinsi Sulawesi Selatan berbatasan dengan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat. Di sebelah timur, Provinsi Sulawesi Selatan berbatasan dengan Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara. Sementara di sebelah selatan, Provinsi Sulawesi Selatan berbatasan dengan Laut Flores dan di sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar.[12]
Pemerintahan
Lima tahun setelah kemerdekaan, pemerintah mengeluarkan UU Nomor 21 Tahun 1950, yang menjadi dasar hukum berdirinya Provinsi Administratif Sulawesi. Sepuluh tahun kemudian, pemerintah mengeluarkan UU Nomor 47 Tahun 1960 yang mengesahkan terbentuknya Sulawesi Selatan dan Tenggara. Empat tahun setelah itu, melalui UU Nomor 13 Tahun 1964 pemerintah memisahkan Sulawesi Tenggara dari Sulawesi Selatan. Terakhir, pemerintah memecah Sulawesi Selatan menjadi dua, berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2004.
Kabupaten Majene, Mamasa, Mamuju, Mamuju Utara dan Polewali Mamasa yang semula merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan secara resmi menjadi bagian dari Provinsi Sulawesi Barat seiring dengan berdirinya provinsi tersebut pada tanggal 22 September 2004 berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2004.
Daftar Gubernur
- Andi Achmad Rifai (1960–1966)
- Achmad Lamo (1966–1977)
- Andi Oddang Makka (1978–1983)
- Ahmad Amiruddin (1983–1992)
- Zainal Basri Palaguna (1993–2003)
- Amin Syam (2003–2008)
- Syahrul Yasin Limpo (2008–2018)
- Nurdin Abdullah (2018–2021)
- Andi Sudirman Sulaiman (2022–2023)
Perwakilan
DPRD Sulawesi Selatan beranggotakan 85 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Pimpinan DPRD Sulawesi Selatan terdiri dari 1 Ketua dan 4 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRD Sulawesi Selatan yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2019 yang dilantik pada 24 September 2019 oleh Ketua Pengadilan Tinggi Makassar di Gedung DPRD Sulawesi Selatan.[13] Komposisi anggota DPRD Sulawesi Selatan periode 2019-2024 terdiri dari 11 partai politik dimana Partai Golkar adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu 13 kursi disusul oleh Partai NasDem yang juga meraih 12 kursi. Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Sulawesi Selatan dalam empat periode terakhir.[14][15][16][17]
Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | ||||
---|---|---|---|---|---|
2009–14 | 2014–19 | 2019–24 | 2024–29 | ||
PKB | 1 | 3 | 8 | 8 | |
Gerindra | (baru) 1 | 11 | 11 | 13 | |
PDI-P | 3 | 5 | 8 | 6 | |
Golkar | 18 | 18 | 13 | 14 | |
NasDem | (baru) 7 | 12 | 17 | ||
PKS | 7 | 6 | 8 | 7 | |
PPP | 5 | 7 | 6 | 8 | |
PAN | 7 | 9 | 7 | 4 | |
Hanura | 7 | 6 | 1 | 1 | |
Demokrat | 10 | 11 | 10 | 7 | |
PBB | 2 | 1 | 0 | 0 | |
PKPI | 2 | 1 | 0 | ||
Perindo | (baru) 1 | 0 | |||
PDK | 7 | ||||
PDS | 2 | ||||
PBR | 1 | ||||
PPDI | 1 | ||||
RepublikaN | (baru) 1 | ||||
Jumlah Anggota | 75 | 85 | 85 | 85 | |
Jumlah Partai | 16 | 12 | 11 | 10 |
Kabupaten dan Kota
Pada tahun 2008, Kabupaten Toraja Utara terbentuk, menyusul terbitnya Amanat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, bernomor R. 68/Pres/12/2007 pada tanggal 10 Desember 2007, mengenai pemekaran 12 kabupaten/kota.
Demografi
Jumlah penduduk
Sampai dengan Mei 2010, jumlah penduduk di Sulawesi Selatan terdaftar sebanyak 8.032.551 jiwa dengan pembagian 3.921.543 orang laki-laki dan 4.111.008 orang perempuan. Pada tahun 2013, penduduk di Sulawesi Selatan sudah mencapai 8.342.047 jiwa.[19] Sementara pada tahun 2021, penduduk provinsi Sulawesi Selatan sebanyak 9.192.621 jiwa.
Suku bangsa
Provinsi Sulawesi Selatan memiliki beragam suku bangsa. Tiga suku bangsa yang dominan di Sulawesi Selatan adalah suku Bugis, Makassar dan Toraja. Suku asal Sulawesi lainnya termasuk suku Mandar, Duri, Pattinjo, Rampi, Maiwa, To Garibo, Pattae, Kajang atau Konjo Pesisir[20]
Berikut adalah jumlah penduduk di Sulawesi Selatan menurut suku, berdasarkan data Sensus Penduduk Indonesia 2010, dari 8.006.578 jiwa penduduk:[20]
Nomor | Suku Bangsa | Jumlah 2010[20] | Konsentrasi |
---|---|---|---|
1 | Bugis | 3.605.693 | 45,03% |
2 | Makassar | 2.380.208 | 29,73% |
3 | Asal Sulawesi (termasuk Toraja, Duri, Enrekang) | 1.578.622 | 19,72% |
4 | Jawa | 229.074 | 2,86% |
5 | Tionghoa | 43.846 | 0,55% |
6 | Asal NTT | 29.948 | 0,37% |
7 | Asal Kalimantan lainnya | 29.601 | 0,37% |
8 | Bali | 27.330 | 0,34% |
9 | Asal Maluku | 15.884 | 0,20% |
10 | Papua | 13.840 | 0,17% |
11 | Minahasa | 9.295 | 0,12% |
12 | Suku lainnya | 43.237 | 0,54% |
Total | 8.006.578 | 100,00% |
Bahasa
Bahasa resmi instansi pemerintahan di Sulawesi Selatan adalah bahasa Indonesia. Menurut Badan Bahasa pada 2019, terdapat 13 bahasa daerah di Sulawesi Selatan.[21][22] Ketiga belas bahasa tersebut adalah: (1) Bajo, (2) Bonerate, (3) Bugis, (4) Bugis De, (5) Konjo, (6) Laiyolo, (7) Lemolang, (8) Makassar, (9) Massenrengpulu, (10) Rampi, (11) Seko, (12) Toraja, dan (13) Wotu.[21]
Bahasa yang umum digunakan adalah:
- Bahasa Bugis adalah bahasa yang menduduki peringkat pertama dengan penutur terbanyak di Sulawesi Selatan. Bahasa ini kebanyakan dituturkan di wilayah tengah Semenanjung Selatan Sulawesi, terutama Kabupaten Bone, Soppeng, Wajo, Sinjai Sidenreng Rappang, Pinrang, Barru, Kota Parepare dan sebagian wilayah di Tana Luwu, Maros, Pangkep, Barru, dan Bulukumba. Terdapat 9 dialek Bugis yang dituturkan di Sulawesi Selatan seperti dialek Palakka (Bone), Kessi (Soppeng), Sawitto (Pinrang), Sidrap, Wajo, Barru, Enna (Sinjai, Bulukumba), Camba, dan Luwu.[23]
- Rumpun Bahasa Makassar
- Bahasa Makassar adalah salah satu rumpun bahasa yang dipertuturkan di daerah pesisir barat daya Sulawesi Selatan, Bahasa Makassar merupakan bahasa kedua yang paling banyak dituturkan di Sulawesi Selatan. Terdapat 1,8 juta penutur bahasa Makassar di Sulawesi Selatan. Bahasa ini terdiri dari 3 dialek yaitu Lakiung, Turatea dan Bantaeng.
- Bahasa-Bahasa Konjo terbagi menjadi dua yaitu Bahasa Konjo Pesisir dan Bahasa Konjo Pegunungan, Konjo Pesisir tinggal di kawasan pesisir Bulukumba dan Sekitarnya, di sudut tenggara bagian selatan pulau Sulawesi sedangkan Konjo pegunungan tinggal di kawasan tenggara gunung Bawakaraeng.
- Bahasa Selayar adalah bahasa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Sulawesi Selatan di Kab. Kep. Selayar.
- Kelompok Utara
- Bahasa Toraja adalah salah satu rumpun bahasa yang dipertuturkan di daerah Kabupaten Tana Toraja, dan Toraja Utara.
- Rumpun Bahasa Massenrempulu
- Bahasa Duri adalah bahasa yang paling banyak dituturkan di Kabupaten Enrekang. Bahasa ini dituturkan di beberapa kecamatan seperti Alla, Buntu Batu, Baraka, Curio, Baroko, Masalle, Malua dan sebagian Anggeraja.
- Bahasa Enrekang adalah bahasa yang dituturkan di Kabupaten Enrekang khususnya di Kecamatan Enrekang, Cendana dan sebagian Anggeraja. Sebagian linguistik memasukkan bahasa Pattinjo ke dalam salah satu dialek bahasa Enrekang.
- Bahasa Maiwa adalah salah satu bahasa yang dituturkan di Kabupaten Enrekang khususnya di Kecamatan Maiwa dan Bungin
- Bahasa Tae' adalah salah satu bahasa yang dipertuturkan di daerah kaki gunung hingga pesisir di sepanjang Tana Luwu. Kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur dan Kota Palopo merupakan wilayah dengan mayoritas penutur bahasa ini.
Agama
Mayoritas beragama Islam, kecuali di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara beragama Katolik dan sebagian wilayah Luwu Raya (Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Luwu Timur, Kota Palopo, dan Kabupaten Luwu) beragama Kristen Protestan.
Budaya dan adat istiadat
Salah satu kebiasaan yang cukup dikenal di Sulawesi Selatan adalah Mappalili. Mappalili (Bugis) atau Appalili (Makassar) berasal dari kata palili yang memiliki makna untuk menjaga tanaman padi dari sesuatu yang akan mengganggu atau menghancurkannya. Mappalili atau Appalili adalah ritual turun-temurun yang dipegang oleh masyarakat Sulawesi Selatan, masyarakat dari Kabupaten Pangkep terutama Mappalili adalah bagian dari budaya yang sudah diselenggarakan sejak beberapa tahun lalu. Mappalili adalah tanda untuk mulai menanam padi. Tujuannya adalah untuk daerah kosong yang akan ditanam, disalipuri (Bugis) atau dilebbu (Makassar) atau disimpan dari gangguan yang biasanya mengurangi produksi.
-
Masyarakat Sulawesi Selatan menarikan beberapa tarian khas dari suku-suku di Sulawesi Selatan, seperti Makassar, Toraja, Mandar dan Bugis.
-
Potret seorang wanita Toraja
-
Sekelompok perempuan Makassar di Fort Rotterdam
-
Budaya Mappatettong Bola (membangun rumah)
-
Baju adat suku-suku di Sulawesi Selatan
Wisata
Sulawesi Selatan terkenal dengan destinasi dan daya tarik wisatanya, diantaranya:
- Pantai Losari (Makassar)
- Fort Roterdam (Makassar)
- Pulau Lae-lae (Makassar)
- Pulau Samalona (Makassar)
- Makam Raja-raja Tallo (Makassar)
- Istana Raja Gowa (Gowa)
- Makam Raja-raja Gowa (Gowa)
- Makam Syekh Yusuf (Gowa)
- Benteng Somba Opu (Gowa)
- Malino (Gowa)
- Rumah Hijau Denassa (RHD) dan Kebun Denassa (Gowa)
- Pulau Sanrobengi (Takalar)
- Topejawa (Takalar)
- Birtaria Kassi (Jeneponto)
- Pantai Marina (Bantaeng)
- Pantai Tanjung Bira (Bulukumba)
- Makam Dato Tiro (Bulukumba)
- Taka Bone Rate (Kepulauan Selayar)
- Hutan Mangrove Tongke-tongke (Sinjai)
- Taman Purbakala Gojeng (Sinjai)
- Karampuang (Sinjai)
- Pulau Sembilan (Sinjai)
- Bola Soba (Bone)
- Lejja (Soppeng)
- Citta (Soppeng)
- Danau Tempe (Wajo)
- Datae (Sidenreng Rappang)
- Lemo Susu (Pinrang)
- Kete Kesu (Toraja Utara)
- Lemo (Toraja Utara)
- Pasar Bolu (Toraja Utara)
- Danau Matano (Luwu Timur)
- Danau Tondano (Luwu Timur)
- Senggol (Parepare)
- Taman Purbakala Sumpang Bita (Pangkajene dan Kepulauan)
- Pulau Mustika (Pangkajene Kepulauan)
- Karaengta (Maros)
- Bantimurung (Maros)
- Rammang-ramang (Maros)
- Taman Purbakala Leang-leang (Maros)
- Anjungan Cempae (Parepare)
- Masjid Terapung B. J. Habibie (Parepare)
Kesehatan
Rumah sakit
Senjata tradisional
Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
- Badik, senjata berupa pisau panjang/pendek dengan bentuk khas
- Papporok, senjata rakitan berbentuk senjata api
- Kawali, senjata dengan gagang kayu yang bengkok dan bilah bermata satu yang panjang, ramping, dan runcing pada ujungnya
- Bessing, senjata yang menyerupai tombak terbuat dari besi atau logam
- Kanna, senjata berupa perisai yang berfungsi untuk melindungi diri dari serangan senjata para musuh
- Pantu', senjata sejenis tongkat yang terbuat dari bahan kayu bulat dengan bebatan besi pada bagian pangkalnya
- Tado', senjata berupa jerat yang digunakan untuk menangkap binatang buruan
- Alamang, senjata jenis pedang berbentuk lurus dan tajam di bagian bawah dengan ujung meruncing
- Seppu, senjata sejenis sumpitan yang terbuat dari bilah kayu
- Waju Rante, senjata berupa pelindung diri yang dikenakan pada badan
- Busur, senjata berupa panah katapel
Hidangan tradisional
Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
- Pisang Epe
- Pisang ijo
- Bassang
- Coto Makassar
- Kapurung
- Lawa Bale
- Nasu Palekko
- Roti Maros
- Tenteng Malino
- Baje'
- Bipang (Jipang)
- Lappo
- Baroncong
- Sop Saudara
- Barongko
- Bandang-Bandang
- Sup Konro
- Pallubasa
- Pallu Butung
- Pa'piong
- Kue Biji Nangka
- Cucuru Bayao
- Jalangkote
- Putu Cangkiri
- Roko-roko Cangkuning
- Songkolo Bagadang
- Pallu Ce'la
- Palumara
- Coto Kuda
- Burak
- Pammarasan
- Pallawa
- Kue Dange
- Deppa Tori
Organisasi
- Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS)
- Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI)
- Ikatan Keluarga Toraja Nusantara (IKATAN)
- Saudagar Bugis–Makassar (SBM)
- Kerukunan Keluarga Luwu Raya (KKLR)
- Aliansi Keluarga Rongkong Bersatu (AKAR Bersatu)
- Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa/Pelajar Indonesia Sulawesi Selatan (IKAMI Sulsel)
Referensi
- ^ a b "Pembentukan Daerah-Daerah Otonom di Indonesia s/d Tahun 2014" (PDF). www.otda.kemendagri.go.id. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2019-07-12. Diakses tanggal 22 Mei 2022.
- ^ a b "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2023" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 20 Januari 2024.
- ^ "Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten Kota dan Agama yang Dianut di Provinsi Sulawesi Selatan 2015". www.sulsel.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-18. Diakses tanggal 18 Februari 2020.
- ^ "Indeks Pembangunan Manusia menurut Kabupaten/Kota (Umur Harapan Hidup Hasil Long Form SP2020) 2021-2023". www.sulsel.bps.go.id. Diakses tanggal 20 Januari 2024.
- ^ Ainun, Nur (4 Februari 2023). "Kode Provinsi Sulawesi Selatan Lengkap 24 Kabupaten/Kota". www.detik.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-05. Diakses tanggal 10 Agustus 2023.
- ^ a b Tim redaksi djpk.kemenkeu.go.id (2023). "APBD Tahun Anggaran 2023 Provinsi Sulawesi Selatan". djpk.kemenkeu.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-10. Diakses tanggal 10 Agustus 2023.
- ^ Tim redaksi djpk.kemenkeu.go.id (September 2022). "Rincian Dana Transfer Umum Tahun Anggaran 2023 Menurut Provinsi/Kabupaten/Kota" (PDF). djpk.kemenkeu.go.id. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-06-16. Diakses tanggal 12 Agustus 2023.
- ^ "Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka 2022". www.sulsel.bps.go.id. hlm. 69. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 21 Maret 2022.
- ^ Kesuma IC., Andi Ima (2015). Alang, A. F., dkk., ed. Legacy Tana Luwu: (PDF). Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan. hlm. 67.
- ^ Sosilawati, dkk. (2017). Handayani, A., dan Nababan, M. L., ed. Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Pembangunan Jangka Pendek 2018–2020: Keterpaduan Pengembangan Kawasan dengan Infrastruktur PUPR Pulau Sulawesi (PDF). Pusat Pemorgraman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR. hlm. 27. ISBN 978-602-61190-3-2.
- ^ Rahim, R., Putri, N. D., dan Pertiwi, W. Y. (2023). Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka 2023. BPS Provinsi Sulawesi Selatan. hlm. 5. ISSN 0215-2290.
- ^ Wahidin, A., Helmy, A., dan Sari, I. D. P. (2022). Amal, M., dan Rahim, R., ed. Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka 2022. BPS Provinsi Sulawesi Selatan. hlm. 3. ISSN 0215-2290.
- ^ "Gubernur dan Wagub Kompak Hadiri Pelantikan 83 Anggota DPRD Sulsel". fajar.co.id. 24-09-2019. Diakses tanggal 03-11-2019.
- ^ "KPU Tetapkan 85 Anggota DPRD Sulsel Terpilih, Ini Daftarnya". sulsel.idntimes.com. 13-08-2019. Diakses tanggal 03-11-2019.
- ^ "KPU Tetapkan Perolehan Hasil dan Perolehan Kursi DPRD Sulsel". makassar.terkini.id. 13-08-2019. Diakses tanggal 03-11-2019.
- ^ "Lima Parpol di Sulsel Gagal Raih Kursi di DPRD". politik.djournalist.com. 13-08-2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-05. Diakses tanggal 03-11-2019.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaKPU24
- ^ a b "Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No.137-2017) - Kementerian Dalam Negeri - Republik Indonesia". www.kemendagri.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 2018-07-09.
- ^ "Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan". sulsel.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-10-10. Diakses tanggal 2016-10-08.
- ^ a b c "Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia" (pdf). Badan Pusat Statistik. 23 Mei 2012. hlm. 36–41. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-08. Diakses tanggal 9 September 2021.
- ^ a b "Bahasa di Provinsi Sulawesi Selatan". Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-13. Diakses tanggal 23 Mei 2020.
- ^ Statistik Kebahasaan 2019. Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan. 2019. hlm. 2. ISBN 9786028449182. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-04-30. Diakses tanggal 2020-05-23.
- ^ "Ethnologue". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-17. Diakses tanggal 2021-06-18.
Pranala luar
- (Indonesia) Situs web resmi
- (Indonesia) Profil Demografi Sulsel
- (Indonesia) Profil Ekonomi Sulsel
- (Indonesia) Profil Wisata Sulsel
- (Indonesia) Ekonomi Regional Sulsel
- (Indonesia) Statistik Regional Sulsel
- (Indonesia) Badan Pusat Statistik: Sulawesi Selatan