Lompat ke isi

Leang Burung II

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 Agustus 2024 05.43 oleh AABot (bicara | kontrib) (Cagar)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Leang Burung II
Gua Burung II, Gua Burung 2, Leang Burung 2
Lanskap luar di Leang Burung II
Lua error in Modul:Location_map at line 423: Kesalahan format nilai koordinat.
LokasiKelurahan Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia
Koordinat05°00'11.9"S 119°39'17.9"E[1]
Rentang tinggi45 meter
Geologikarst / batu kapur / batu gamping
Situs webvisit.maroskab.go.id
cagarbudaya.kemdikbud.go.id
kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/
Wisata Gua Prasejarah
Leang Burung II
Informasi
Lokasi Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan
Negara  Indonesia
Pemilik
Pembukaan Setiap hari pukul 08.00–16.00 WITA
Jenis objek wisata Edukasi arkeologi dan gua prasejarah
Situs web visit.maroskab.go.id
Situs Cagar Budaya Leang Burung II
Nama sebagaimana tercantum dalam
Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya
Cagar budaya Indonesia
PeringkatKabupaten
KategoriSitus
Lokasi
keberadaan
Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia
Pemilik Indonesia
PengelolaDinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Maros

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan

Leang Burung II atau Gua Burung II (Inggris: Cave of Bird II ) adalah sebuah gua di kawasan Karst Maros-Pangkep, Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung. Gua ini terletak pada titik koordinat 05°00'11,9" LS dan 119°39'17,9" BT dan secara administratif berada di wilayah Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia. Gua ini berada pada ketinggian 45 mdpl dan berjarak dengan Leang Burung I tidak lebih dari 30 meter. Gua ini memiliki pelataran yang terletak di bawah mulut gua dengan lebar ke depan kurang lebih 8 meter. Gua ini termasuk ke dalam jenis gua prasejarah, tempat ditemukannya beberapa cetakan tangan manusia purba Budaya Toala Sulawesi Selatan di dalamnya. Gua ini bertipe gua lingkungan pegunungan. Temuan arkeologi di gua ini antara lain lukisan dinding gua berbentuk gambar cap telapak tangan, alat batu microlith, serpih bilah kasar, serta sampah dapur. Berdasarkan struktur geologisnya, Leang Burung II termasuk gua kekar lembaran. Gua ini merupakan bukti sejarah adanya kehidupan manusia masa lalu yang menggunakan gua sebagai sarana untuk hunian, dan saat ini sudah dibuka untuk umum sebagai objek tujuan wisata. Pengunjung di situs ini berasal dari berbagai kalangan, yaitu terdiri atas pengunjung umum, asing, dinas, maupun dari kalangan pelajar/mahasiswa, dan ilmuwan.[1][2][3][4]

Hendrik Robbert van Heekeren mengklasifikasikan lapisan Budaya Toala dalam 3 lapisan, yaitu Toala III, Toala II, dan Toala I. Ian C. Glover menerapkan radiokarbon untuk mengetahui kurun waktu hunian di gua. Klasifikasi masa hunian pada gua didasari atas jenis temuan yang terkandung pada gua sebagai unsur lapisan budaya yang bersangkutan, yaitu Toala III sampai dengan Toala I. Berdasarkan kajian klasifikasi lapisan Budaya Toala masa hunian oleh Hendrik Robbert van Heekeren dan kajian hasil analisis radiokarbon dengan sistem penanggalan radiokarbon oleh Ian C. Glover, Situs Leang Burung II masuk pada klasifikasi lapisan Budaya Toala III. Pertanggalan Toala III diperkirakan berumur antara 32160 ± 330 BP sampai dengan 20150 ± 250 BP. Leang Burung II menjadi dasar pertanggalan yang dilakukan oleh Ian C. Glover.[5] [6] [7]

Penelitian

[sunting | sunting sumber]

Hendrik Robbert van Heekeren dalam karyanya The Stone Age of Indonesia (1972), meneliti dan memetakan Leang Burung II serta memasukannya ke klasifikasi situs gua prasejarah peninggalan Budaya Toala. Kehidupan penghuni gua Budaya Toala berlangsung sejak kala Pasca Plestosen hingga awal Masehi. Kehidupan Budaya Toala ini berlangsung cukup lama dan mampu bertahan beratus-ratus tahun lamanya. Kehidupan budaya tersebut masih sangat bergantung pada potensi ekologi sumber alam sekitarnya.[5][7]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Tim Direktori Maros-Pangkep (2007). Direktori Potensi Wisata Budaya Di Kawasan Karst Maros-Pangkep Sulawesi Selatan Indonesia (PDF). Makassar: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar. hlm. 46. ISBN 978-979-17021-0-2. 
  2. ^ Ahmad, Amran; A. Siady Hamzah (2016). Database Karst Sulawesi Selatan 2016 (PDF). Makassar: Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. hlm. 43. 
  3. ^ Cagar Budaya Kemendikbud RI. "Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya". cagarbudaya.kemdikbud.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-05. Diakses tanggal 5 Mei 2021. 
  4. ^ Mulyantari, Enny (2018). Pengembangan Objek Wisata Budaya : Taman Prasejarah Leang-Leang, Maros, Sulawesi Selatan (Jurnal Media Wisata, Vol. 16, No. 1) (PDF). Jurnal Media Wisata. hlm. 684–697. 
  5. ^ a b Nurani, Indah Asikin (1993). "Pola Adaptasi Penghuni Gua Budaya Toala (Berkala Arkeologi Vol. 13 No. 2)" (PDF). berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id. hlm. 1-17. Diakses tanggal 19 Mei 2021. [pranala nonaktif permanen]
  6. ^ Glover, Ian C.; Bernnet Bronson, C. (1984). "Archaeological Radiocarbon Dates from Indonesia: A First List (Indonesia Circle No. 34, June 1984)". hlm. 37-44. 
  7. ^ a b Heekeren, van H.R. (1972). "The Stone Age of Indonesia (Second rev. ed., VKI No. LXI)". The Hague-Martinus Nijhoof.