Lompat ke isi

Gunung Slamet: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tyo Satriany (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(38 revisi perantara oleh 22 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Mountain
{{Infobox Mountain
| name = Gunung Slamet
| name = Gunung Slamet
| photo = Gunung Slamet dari Kr Salam.jpg
| photo = Mount Slamet.jpg
| elevation_m = 3432
| caption = Gunung Slamet dilihat dari Karangsalam, [[Baturraden]] (2011)
| elevation = 3.432 m
| prominence_m = 3428
| location = [[Kabupaten Banyumas|Banyumas]], [[Kabupaten Brebes|Brebes]], [[Kabupaten Tegal|Tegal]], [[Kabupaten Purbalingga|Purbalingga]], dan [[Kabupaten Pemalang|Pemalang]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]
| region = {{hlist|[[Kabupaten Banyumas|Banyumas]]|[[Kabupaten Purbalingga|Purbalingga]]|[[Kabupaten Pemalang|Pemalang]]|[[Kabupaten Tegal|Tegal]]|[[Kabupaten Brebes|Brebes]]}}
| region_type = [[Kabupaten]]
| range =
| range =
| coordinates = {{coord|7|14|30|S|109|12|30|E|}}
| prominence =3.328 m
| coordinates = {{coor dms|7|14|30|S|109|12|30|E|}}
| topographic map =
| topographic map =
| type = [[Stratovolcano]]
| type = [[Stratovolcano]]
| age =
| age =
| map = Indonesia Java
| last eruption = [[2014]]
| first ascent =
| first ascent =
| easiest route =
| easiest route =
Baris 17: Baris 17:
}}
}}


'''Gunung Slamet''' (3.432 [[meter]] [[elevasi|dpl.]])<ref>{{Cite web|title=G. Slamet|url=https://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi/529-g-slamet|website=vsi.esdm.go.id|access-date=2021-10-18}}</ref> adalah sebuah [[gunung berapi kerucut]] Tipe A yang terdapat di [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. Gunung Slamet terletak di antara 5 kabupaten, yaitu [[Kabupaten Brebes]], [[Kabupaten Banyumas]], [[Kabupaten Purbalingga]], [[Kabupaten Tegal]], dan [[Kabupaten Pemalang]], Provinsi [[Jawa Tengah]]. Gunung Slamet merupakan gunung tertinggi di [[Jawa Tengah]] serta kedua tertinggi di [[Pulau Jawa]] setelah [[Gunung Semeru]]. Kawah IV merupakan kawah terakhir yang masih aktif sampai sekarang, dan terakhir aktif hingga pada level '''''siaga''''' medio-2009.
'''Gunung Slamet''' ({{lang-jv|ꦒꦸꦤꦸꦁꦱ꧀ꦭꦩꦼꦠ꧀|gunung slamet}}) adalah sebuah [[gunung berapi kerucut]] tipe A yang berada di [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]], dan merupakan gunung tunggal yang terpisah dari pegunungan. Gunung Slamet memiliki ketinggian 3.432 [[mdpl]]<ref>{{Cite web|title=G. Slamet|url=https://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi/529-g-slamet|website=vsi.esdm.go.id|access-date=2021-10-18|archive-date=2022-12-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20221206163528/https://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi/529-g-slamet|dead-url=no}}</ref> dan terletak di antara 5 kabupaten, yaitu [[Kabupaten Banyumas]], [[Kabupaten Purbalingga]], [[Kabupaten Pemalang]], [[Kabupaten Tegal]] dan [[Kabupaten Brebes]]. Gunung Slamet merupakan gunung dengan suhu rata-rata paling dingin di [[pulau Jawa]] serta salah satu daerah dengan curah hujan tahunan paling tinggi di [[Indonesia]] yaitu 8.134,00 milimeter (mm) per tahun.<ref>{{Cite web|title=Curah Hujan Ketenger|url=https://banyumaskab.bps.go.id/indicator/151/92/1/curah-hujan.html|website=banyumaskab.bps.go.id|access-date=2022-10-18|archive-date=2022-10-30|archive-url=https://web.archive.org/web/20221030083259/https://banyumaskab.bps.go.id/indicator/151/92/1/curah-hujan.html|dead-url=no}}</ref>


Gunung Slamet adalah gunung tertinggi di [[Jawa Tengah]] dan gunung tertinggi kedua di [[pulau Jawa]], setelah [[gunung Semeru]]. Gunung Slamet juga merupakan salah satu "gunung tunggal" terbesar atau terluas di Indonesia seperti halnya [[Gunung Tambora]] di [[Nusa Tenggara Barat]], karena memiliki diameter tunggal gunung (tidak ada gunung lain dalam area tersebut) terluas di Indonesia dengan luas vegetasi sekitar 312 km² (31.200 ha) dan luas total area gunung mencapai 560 km² (56.000 ha), area nya tercakup dalam 5 (lima) Kabupaten.<ref>{{Cite web|title=Gunung Slamet: Fakta Sains, Flora Fauna, dan Tujuan Pendakian di Indonesia|url=https://www.goodnewsfromindonesia.id/2022/12/27/gunung-slamet-fakta-sains-flora-fauna-dan-tujuan-pendakian-di-indonesia|website=https://www.goodnewsfromindonesia.id|access-date=2023-03-18|archive-date=2023-03-31|archive-url=https://web.archive.org/web/20230331151832/https://www.goodnewsfromindonesia.id/2022/12/27/gunung-slamet-fakta-sains-flora-fauna-dan-tujuan-pendakian-di-indonesia|dead-url=no}}</ref> Gunung ini cukup populer sebagai tujuan pendakian meskipun medannya dikenal sulit dan dikenal memiliki suhu yang sangat dingin serta basah.
Gunung Slamet cukup populer sebagai sasaran pendakian meskipun medannya dikenal sulit. Di kaki [[gunung]] ini terletak [[kawasan wisata]] [[Baturraden]] yang menjadi andalan [[Kabupaten Banyumas]] karena hanya berjarak sekitar 15&nbsp;km dari [[Purwokerto]].

Dan juga wisata alam pemandian air panas Guci yang berada di sisi utara.
Kawah IV merupakan kawah terakhir yang masih aktif sampai sekarang, dan terakhir aktif hingga pada level '''''siaga''''' medio-2009.Di kaki gunung ini terletak kawasan wisata [[Baturraden]] yang menjadi tujuan wisata di [[Kabupaten Banyumas]], dengan jarak sekitar 15&nbsp;km dari [[Kota Purwokerto]]. Selain itu terdapat wisata alam berupa pemandian air panas Guci yang berada di sisi utara Gunung Slamet, tepatnya di [[Kabupaten Tegal]].


== Geologi ==
== Geologi ==
Baris 27: Baris 28:
Catatan letusan diketahui sejak abad ke-19. Gunung ini aktif dan sering mengalami erupsi skala kecil. Aktivitas terakhir adalah pada bulan Mei 2009 dan sampai Juni masih terus mengeluarkan lava pijar.<ref>[http://www.thejakartapost.com/news/2009/06/04/mount-slamet-continues-spewing-lava.html Mount Slamet continues spewing lava] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090608013623/http://www.thejakartapost.com/news/2009/06/04/mount-slamet-continues-spewing-lava.html |date=2009-06-08 }}. The Jakarta Post. Edisi 4 Juni 2009.</ref> Sebelumnya ia tercatat meletus pada tahun 1999.
Catatan letusan diketahui sejak abad ke-19. Gunung ini aktif dan sering mengalami erupsi skala kecil. Aktivitas terakhir adalah pada bulan Mei 2009 dan sampai Juni masih terus mengeluarkan lava pijar.<ref>[http://www.thejakartapost.com/news/2009/06/04/mount-slamet-continues-spewing-lava.html Mount Slamet continues spewing lava] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090608013623/http://www.thejakartapost.com/news/2009/06/04/mount-slamet-continues-spewing-lava.html |date=2009-06-08 }}. The Jakarta Post. Edisi 4 Juni 2009.</ref> Sebelumnya ia tercatat meletus pada tahun 1999.


Maret 2014 Gunung Slamet menunjukkan aktifitas dan statusnya menjadi Waspada. Berdasarkan data PVMBG, aktivitas [[Gunung berapi|vukanik]] Gunung Slamet masih fluktuatif. Setelah sempat terjadi gempa letusan hingga 171 kali pada Jumat 14 Maret 2014 dari pukul 00.00-12.00 WIB, pada durasi waktu yang sama, tercatat sebanyak 57 kali gempa letusan. Tercatat pula 51 kali embusan. Pemantauan visual, embusan asap putih tebal masih keluar dari kawah gunung ke arah timur hingga setinggi 1&nbsp;km.<ref>{{Cite web|title=Gunung Slamet Letupkan Lava Pijar, Statusnya Tetap Waspada|url=https://news.detik.com/berita/d-2527320/gunung-slamet-letupkan-lava-pijar-statusnya-tetap-waspada|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2021-10-03}}</ref>
Maret 2014 Gunung Slamet menunjukkan aktifitas dan statusnya menjadi Waspada. Berdasarkan data PVMBG, aktivitas [[Gunung berapi|vukanik]] Gunung Slamet masih fluktuatif. Setelah sempat terjadi gempa letusan hingga 171 kali pada Jumat 14 Maret 2014 dari pukul 00.00-12.00 WIB, pada durasi waktu yang sama, tercatat sebanyak 57 kali gempa letusan. Tercatat pula 51 kali embusan. Pemantauan visual, embusan asap putih tebal masih keluar dari kawah gunung ke arah timur hingga setinggi 1&nbsp;km.<ref>{{Cite news|title=Gunung Slamet Letupkan Lava Pijar, Statusnya Tetap Waspada|url=https://news.detik.com/berita/d-2527320/gunung-slamet-letupkan-lava-pijar-statusnya-tetap-waspada|work=[[Detik.com|detikcom]]|language=id-ID|access-date=2021-10-03|date=2014-03-16|archive-date=2022-11-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20221129215014/https://news.detik.com/berita/d-2527320/gunung-slamet-letupkan-lava-pijar-statusnya-tetap-waspada|dead-url=no}}</ref>

== Geografi ==
Gunung Slamet merupakan gunung tunggal dengan diameter yang sangat luas yang wilayah nya masuk terbagi dalam 14 kecamatan (empat belas) dari 5 (lima) kabupaten antara lain:
* [[Kabupaten Banyumas]]
# [[Baturraden, Banyumas|Kecamatan Baturraden]]
# [[Sumbang, Banyumas|Kecamatan Sumbang]]
# [[Kedungbanteng, Banyumas|Kecamatan Kedungbanteng]]
# [[Karanglewas, Banyumas|Kecamatan Karanglewas]]
# [[Cilongok, Banyumas|Kecamatan Cilongok]]
# [[Pekuncen, Banyumas|Kecamatan Pekuncen]]

* [[Kabupaten Purbalingga]]
# [[Kutasari, Purbalingga|Kecamatan Kutasari]]
# [[Bojongsari, Purbalingga|Kecamatan Bojongsari]]
# [[Karangreja, Purbalingga|Kecamatan Karangreja]]

* [[Kabupaten Pemalang]]
# [[Pulosari, Pemalang|Kecamatan Pulosari]]

* [[Kabupaten Tegal]]
# [[Bojong, Tegal|Kecamatan Bojong]]
# [[Bumijawa, Tegal|Kecamatan Bumijawa]]

* [[Kabupaten Brebes]]
# [[Sirampog, Brebes|Kecamatan Sirampog]]
# [[Paguyangan, Brebes|Kecamatan Paguyangan]].

Puncak dari Gunung Slamet berada di 2 (dua) kabupaten, yaitu sisi utara puncak masuk kedalam wilayah [[Kabupaten Pemalang]], sedangkan puncak bagian selatan yaitu Puncak Surono berada di wilayah [[Kabupaten Banyumas]].


== Catatan sejarah ==
== Catatan sejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De vulkaan Slamet Midden-Java TMnr 10004170.jpg|jmpl|250px|Gunung Slamet pada tahun 1910.]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De vulkaan Slamet Midden-Java TMnr 10004170.jpg|jmpl|250px|Gunung Slamet pada tahun 1910.]]


Pada bulan Agustus 1838. Junghuhn, Fritze, Holle dan Borst memulai perjalanan dari Moga untuk mendaki Slamet dari lereng sebelah utara. Pada ketinggian sekitar 4000 kaki membangun gubuk untuk bermalam dan meninggalkan kuda untuk selanjutnya meneruskan mendaki dengan berjalan kaki. Dr. Holle menemukan bagian kerangka badak di daerah berpasir di sebelah kawah, dan tulang manusia juga ditemukan. Udara malam yang sangat dingin suhu minimum tidak turun di bawah 42" Fahrenheit, tetapi karena angin timur yang kuat. Namun, sekembalinya keesokan paginya menemukan embun beku pada tanaman 3000 hingga 4000 kaki di bawah puncak.
Pada bulan Agustus 1838. [[Franz Wilhelm Junghuhn|Junghuhn]], Fritze, [[Holle]] dan Borst memulai perjalanan dari Moga untuk mendaki Slamet dari lereng sebelah utara. Pada ketinggian sekitar 4000 kaki membangun gubuk untuk bermalam dan meninggalkan kuda untuk selanjutnya meneruskan mendaki dengan berjalan kaki. Dr. Holle menemukan bagian kerangka badak di daerah berpasir di sebelah kawah, dan tulang manusia juga ditemukan. Udara malam yang sangat dingin suhu minimum tidak turun di bawah 42" Fahrenheit, tetapi karena angin timur yang kuat. Namun, sekembalinya keesokan paginya menemukan embun beku pada tanaman 3000 hingga 4000 kaki di bawah puncak.


Berbekal peralatan geodesi dan meteorologi yang akurat (seperti pada tahun 1838), Junghuhn bersama beberapa orang Jawa, mendaki gunung untuk kedua kalinya, pada 19 Juni 1847. Memulai pukul 7 dari Priatin, di sisi timur-utara G. Slamat, dan melintasi dataran tinggi yang sebagian besar dibudidayakan pada ketinggian sekitar 4000 kaki. Seperti yang diuraikan dalam bukunya Java, seine Gestalt, Pflanzendecke und Innere Bauart
Berbekal peralatan geodesi dan meteorologi yang akurat (seperti pada tahun 1838), Junghuhn bersama beberapa orang Jawa, mendaki gunung untuk kedua kalinya, pada 19 Juni 1847. Memulai pukul 7 dari Priatin, di sisi timur-utara G. Slamat, dan melintasi dataran tinggi yang sebagian besar dibudidayakan pada ketinggian sekitar 4000 kaki. Seperti yang diuraikan dalam bukunya Java, seine Gestalt, Pflanzendecke und Innere Bauart.


Sejarawan Belanda, [[J. Noorduyn]] berteori bahwa nama "Slamet" adalah relatif baru, yaitu setelah masuknya [[Islam]] ke [[Jawa]] (kata itu merupakan pinjaman dari [[bahasa Arab]]). Ia mengemukakan pendapat bahwa yang disebut sebagai '''Gunung Agung''' dalam naskah ber[[bahasa Sunda]] mengenai petualangan [[Bujangga Manik]] adalah Gunung Slamet, berdasarkan pemaparan lokasi yang disebutkan.<ref>Noorduyn J. 2006. ''Three Old Sundanese Poems''. KITLV Press. Leiden</ref>
Sejarawan Belanda, [[J. Noorduyn]] berteori bahwa nama "Slamet" adalah relatif baru, yaitu setelah masuknya [[Islam]] ke [[Jawa]] (kata itu merupakan pinjaman dari [[bahasa Arab]]). Ia mengemukakan pendapat bahwa yang disebut sebagai '''Gunung Agung''' dalam naskah ber[[bahasa Sunda Kuno]] mengenai petualangan [[Bujangga Manik]] adalah Gunung Slamet, berdasarkan pemaparan lokasi yang disebutkan.<ref>Noorduyn J. 2006. ''Three Old Sundanese Poems''. KITLV Press. Leiden</ref>
{{clr}}
{{clr}}

== Sejarah Letusan ==


Dari sebuah catatan laporan VOC, Gunung Slamet pada tahun 1712 telah mengalami erupsi, menyemburkan api dan asap. Abu vulkaniknya tersebar sampai ke Benteng Kompeni di Semarang dengan ketebalan 1 inci.<ref>Le grand dictionnaire geographique et critique</ref>

Pada tahun 1746, ketika Gubernur Jenderal VOC, Gustaaf Willem Baron van Imhoff, kembali dari lawatannya ke pelosok Jawa. Ketika dalam perjalaan pulang melewati Banyumas lalu Brebes dan Tegal, menjumpai dampak erupsi Gunung Slamet. Seluruh lanskap di lereng barat di selimuti dengan abu serta tercium bau belerang.<ref>REIS VAN DEN GOUVERNEUR-GENERAAL VAN IMHOFF, OVER JAVA, IN HET JAAR 1746. Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië</ref>


== Ekologi ==
== Ekologi ==
Baris 43: Baris 79:


== Legenda Gunung Slamet ==
== Legenda Gunung Slamet ==
Gunung Slamet memiliki cerita legenda yang turun temurun. Nama ''slamet'' diambil dari bahasa Jawa yang artinya ''selamat''. Nama ini diberikan karena dipercaya gunung ini tidak pernah meletus besar dan memberi rasa aman bagi warga sekitar. Menurut kepercayaan warga sekitar, bila Gunung Slamet sampai meletus besar maka Pulau Jawa akan terbelah menjadi dua bagian.
Gunung Slamet memiliki cerita legenda yang turun temurun. Nama ''slamet'' diambil dari bahasa Jawa yang artinya ''selamat''. Nama ini diberikan karena dipercaya gunung ini tidak pernah meletus besar dan memberi rasa aman bagi warga sekitar. Menurut kepercayaan warga sekitar, bila Gunung Slamet sampai meletus besar maka Pulau Jawa akan terbelah menjadi dua bagian. Walaupun demikian gunung slamet pernah beberapa kali aktif dan membuat fenomena menarik.


== Jalur pendakian ==
== Jalur pendakian ==
[[Berkas:Pos pendakian bambangan.jpeg|jmpl|Pos pendakian Gunung Slamet, dukuh Bambangan]]
[[Berkas:Pos pendakian bambangan.jpeg|jmpl|Pos pendakian Gunung Slamet, dukuh Bambangan]]
Jalur pendakian standar gunung slamet adalah dari Blambangan, Desa [[Kutabawa, Karangreja, Purbalingga|Kutabawa]], Kecamatan [[Karangreja, Purbalingga]]. Jalur populer lain adalah dari [[Baturraden, Banyumas|Baturraden]] dan dari Desa [[Gambuhan, Pulosari, Pemalang|Gambuhan]], Desa [[Jurangmangu, Pulosari, Pemalang|Jurangmangu]] dan Desa [[Gunungsari, Pulosari, Pemalang|Gunungsari]] di [[Kabupaten Pemalang]]. Selain itu ada pula jalur yang baru saja diresmikan tahun 2013 lalu, yaitu jalur Dhipajaya yang terletak di Desa [[Clekatakan, Pulosari, Pemalang|Clekatakan]].
Jalur pendakian tradisional Gunung Slamet adalah dari Bambangan, Desa [[Kutabawa, Karangreja, Purbalingga|Kutabawa]], Kecamatan [[Karangreja, Purbalingga]]. Jalur populer lain yang relatif lebih baru dibuka dari arah selatan (Kab. Banyumas) dan arah utara dan timur laut (Kab. adalah dari [[Baturraden, Banyumas|Baturraden]] dan dari Desa [[Gambuhan, Pulosari, Pemalang|Gambuhan]], Desa [[Jurangmangu, Pulosari, Pemalang|Jurangmangu]] dan Desa [[Gunungsari, Pulosari, Pemalang|Gunungsari]] di [[Kabupaten Pemalang]]. Selain itu ada pula jalur yang baru saja diresmikan tahun 2013 lalu, yaitu jalur Dhipajaya yang terletak di Desa [[Clekatakan, Pulosari, Pemalang|Clekatakan]].


Pendakian Gunung Slamet dikenal cukup sulit karena hampir di sepanjang rute pendakian tidak ditemukan air. Pendaki disarankan untuk membawa persediaan air yang cukup dari bawah. Faktor penyulit lain adalah [[kabut]]. Kabut di Gunung Slamet sangat mudah berubah-ubah dan pekat.
Pendakian Gunung Slamet dikenal cukup sulit karena hampir di sepanjang rute pendakian tidak ditemukan air. Pendaki disarankan untuk membawa persediaan air yang cukup dari bawah. Faktor penyulit lain adalah [[kabut]]. Kabut di Gunung Slamet sangat mudah berubah-ubah dan pekat.
Baris 60: Baris 96:
<!-- Gunung Slamet di pandang dari kacamata geologi merupakan gunung stratovulcano yang terbentuk akibat pengaruh pergerakan tektonik lempeng antara lempeng indoaustralia dan lempeng eurasia. tumbukan antar lempeng mennyebabkan magma yang terbentuk lebih bersifat intermediet (SiO2 50-60 %)
<!-- Gunung Slamet di pandang dari kacamata geologi merupakan gunung stratovulcano yang terbentuk akibat pengaruh pergerakan tektonik lempeng antara lempeng indoaustralia dan lempeng eurasia. tumbukan antar lempeng mennyebabkan magma yang terbentuk lebih bersifat intermediet (SiO2 50-60 %)
-->
-->
==Galeri==
<gallery>
Berkas:Gunung Slamet dan Pegunungan Serayu Selatan dilihat dari Rawa Kembang.jpg | Gunung Slamet Dan Gunung Serayu Selatan dilihat dari Rawa Kembang
Berkas: Gunung Slamet 2014.jpg | Gunung Slamet
Berkas: Mount Slamet.jpg | Gunung Slamet
</gallery>


== Referensi ==
== Referensi ==
Baris 68: Baris 110:
* [[Daftar gunung]]
* [[Daftar gunung]]
* [[Banyumas]]
* [[Banyumas]]
* [[Hidrologi pegunungan]]


{{Gunung di Indonesia}}
{{Gunung di Indonesia}}
Baris 73: Baris 116:
{{DEFAULTSORT:Slamet, Gunung}}
{{DEFAULTSORT:Slamet, Gunung}}
[[Kategori:Gunung di Jawa Tengah]]
[[Kategori:Gunung di Jawa Tengah]]
[[Kategori:DAS Comal]]
[[Kategori:DAS Gung]]
[[Kategori:DAS Pemali]]
[[Kategori:DAS Serayu]]
[[Kategori:Gunung berapi aktif di Indonesia]]

Revisi terkini sejak 11 Oktober 2024 13.06

Gunung Slamet
Titik tertinggi
Ketinggian3.432 m (11.260 ft)
Puncak3.428 m (11.247 ft)
Masuk dalam daftarRibu
Koordinat7°14′30″S 109°12′30″E / 7.24167°S 109.20833°E / -7.24167; 109.20833
Geografi
Gunung Slamet di Jawa
Gunung Slamet
Gunung Slamet
Kabupaten
Geologi
Jenis gunungStratovolcano

Gunung Slamet (bahasa Jawa: ꦒꦸꦤꦸꦁꦱ꧀ꦭꦩꦼꦠ꧀, translit. gunung slamet) adalah sebuah gunung berapi kerucut tipe A yang berada di Jawa Tengah, Indonesia, dan merupakan gunung tunggal yang terpisah dari pegunungan. Gunung Slamet memiliki ketinggian 3.432 mdpl[1] dan terletak di antara 5 kabupaten, yaitu Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Brebes. Gunung Slamet merupakan gunung dengan suhu rata-rata paling dingin di pulau Jawa serta salah satu daerah dengan curah hujan tahunan paling tinggi di Indonesia yaitu 8.134,00 milimeter (mm) per tahun.[2]

Gunung Slamet adalah gunung tertinggi di Jawa Tengah dan gunung tertinggi kedua di pulau Jawa, setelah gunung Semeru. Gunung Slamet juga merupakan salah satu "gunung tunggal" terbesar atau terluas di Indonesia seperti halnya Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat, karena memiliki diameter tunggal gunung (tidak ada gunung lain dalam area tersebut) terluas di Indonesia dengan luas vegetasi sekitar 312 km² (31.200 ha) dan luas total area gunung mencapai 560 km² (56.000 ha), area nya tercakup dalam 5 (lima) Kabupaten.[3] Gunung ini cukup populer sebagai tujuan pendakian meskipun medannya dikenal sulit dan dikenal memiliki suhu yang sangat dingin serta basah.

Kawah IV merupakan kawah terakhir yang masih aktif sampai sekarang, dan terakhir aktif hingga pada level siaga medio-2009.Di kaki gunung ini terletak kawasan wisata Baturraden yang menjadi tujuan wisata di Kabupaten Banyumas, dengan jarak sekitar 15 km dari Kota Purwokerto. Selain itu terdapat wisata alam berupa pemandian air panas Guci yang berada di sisi utara Gunung Slamet, tepatnya di Kabupaten Tegal.

Gunung Slamet dari ketinggian 28.000 kaki.


Sebagaimana gunung api lainnya di Pulau Jawa, Gunung Slamet terbentuk akibat subduksi Lempeng Indo-Australia pada Lempeng Eurasia di selatan Pulau Jawa. Retakan pada lempeng membuka jalur lava ke permukaan. Catatan letusan diketahui sejak abad ke-19. Gunung ini aktif dan sering mengalami erupsi skala kecil. Aktivitas terakhir adalah pada bulan Mei 2009 dan sampai Juni masih terus mengeluarkan lava pijar.[4] Sebelumnya ia tercatat meletus pada tahun 1999.

Maret 2014 Gunung Slamet menunjukkan aktifitas dan statusnya menjadi Waspada. Berdasarkan data PVMBG, aktivitas vukanik Gunung Slamet masih fluktuatif. Setelah sempat terjadi gempa letusan hingga 171 kali pada Jumat 14 Maret 2014 dari pukul 00.00-12.00 WIB, pada durasi waktu yang sama, tercatat sebanyak 57 kali gempa letusan. Tercatat pula 51 kali embusan. Pemantauan visual, embusan asap putih tebal masih keluar dari kawah gunung ke arah timur hingga setinggi 1 km.[5]

Gunung Slamet merupakan gunung tunggal dengan diameter yang sangat luas yang wilayah nya masuk terbagi dalam 14 kecamatan (empat belas) dari 5 (lima) kabupaten antara lain:

  1. Kecamatan Baturraden
  2. Kecamatan Sumbang
  3. Kecamatan Kedungbanteng
  4. Kecamatan Karanglewas
  5. Kecamatan Cilongok
  6. Kecamatan Pekuncen
  1. Kecamatan Kutasari
  2. Kecamatan Bojongsari
  3. Kecamatan Karangreja
  1. Kecamatan Pulosari
  1. Kecamatan Bojong
  2. Kecamatan Bumijawa
  1. Kecamatan Sirampog
  2. Kecamatan Paguyangan.

Puncak dari Gunung Slamet berada di 2 (dua) kabupaten, yaitu sisi utara puncak masuk kedalam wilayah Kabupaten Pemalang, sedangkan puncak bagian selatan yaitu Puncak Surono berada di wilayah Kabupaten Banyumas.

Catatan sejarah

[sunting | sunting sumber]
Gunung Slamet pada tahun 1910.

Pada bulan Agustus 1838. Junghuhn, Fritze, Holle dan Borst memulai perjalanan dari Moga untuk mendaki Slamet dari lereng sebelah utara. Pada ketinggian sekitar 4000 kaki membangun gubuk untuk bermalam dan meninggalkan kuda untuk selanjutnya meneruskan mendaki dengan berjalan kaki. Dr. Holle menemukan bagian kerangka badak di daerah berpasir di sebelah kawah, dan tulang manusia juga ditemukan. Udara malam yang sangat dingin suhu minimum tidak turun di bawah 42" Fahrenheit, tetapi karena angin timur yang kuat. Namun, sekembalinya keesokan paginya menemukan embun beku pada tanaman 3000 hingga 4000 kaki di bawah puncak.

Berbekal peralatan geodesi dan meteorologi yang akurat (seperti pada tahun 1838), Junghuhn bersama beberapa orang Jawa, mendaki gunung untuk kedua kalinya, pada 19 Juni 1847. Memulai pukul 7 dari Priatin, di sisi timur-utara G. Slamat, dan melintasi dataran tinggi yang sebagian besar dibudidayakan pada ketinggian sekitar 4000 kaki. Seperti yang diuraikan dalam bukunya Java, seine Gestalt, Pflanzendecke und Innere Bauart.

Sejarawan Belanda, J. Noorduyn berteori bahwa nama "Slamet" adalah relatif baru, yaitu setelah masuknya Islam ke Jawa (kata itu merupakan pinjaman dari bahasa Arab). Ia mengemukakan pendapat bahwa yang disebut sebagai Gunung Agung dalam naskah berbahasa Sunda Kuno mengenai petualangan Bujangga Manik adalah Gunung Slamet, berdasarkan pemaparan lokasi yang disebutkan.[6]

Sejarah Letusan

[sunting | sunting sumber]

Dari sebuah catatan laporan VOC, Gunung Slamet pada tahun 1712 telah mengalami erupsi, menyemburkan api dan asap. Abu vulkaniknya tersebar sampai ke Benteng Kompeni di Semarang dengan ketebalan 1 inci.[7]

Pada tahun 1746, ketika Gubernur Jenderal VOC, Gustaaf Willem Baron van Imhoff, kembali dari lawatannya ke pelosok Jawa. Ketika dalam perjalaan pulang melewati Banyumas lalu Brebes dan Tegal, menjumpai dampak erupsi Gunung Slamet. Seluruh lanskap di lereng barat di selimuti dengan abu serta tercium bau belerang.[8]

Gunung ini mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montana, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.

Legenda Gunung Slamet

[sunting | sunting sumber]

Gunung Slamet memiliki cerita legenda yang turun temurun. Nama slamet diambil dari bahasa Jawa yang artinya selamat. Nama ini diberikan karena dipercaya gunung ini tidak pernah meletus besar dan memberi rasa aman bagi warga sekitar. Menurut kepercayaan warga sekitar, bila Gunung Slamet sampai meletus besar maka Pulau Jawa akan terbelah menjadi dua bagian. Walaupun demikian gunung slamet pernah beberapa kali aktif dan membuat fenomena menarik.

Jalur pendakian

[sunting | sunting sumber]
Pos pendakian Gunung Slamet, dukuh Bambangan

Jalur pendakian tradisional Gunung Slamet adalah dari Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga. Jalur populer lain yang relatif lebih baru dibuka dari arah selatan (Kab. Banyumas) dan arah utara dan timur laut (Kab. adalah dari Baturraden dan dari Desa Gambuhan, Desa Jurangmangu dan Desa Gunungsari di Kabupaten Pemalang. Selain itu ada pula jalur yang baru saja diresmikan tahun 2013 lalu, yaitu jalur Dhipajaya yang terletak di Desa Clekatakan.

Pendakian Gunung Slamet dikenal cukup sulit karena hampir di sepanjang rute pendakian tidak ditemukan air. Pendaki disarankan untuk membawa persediaan air yang cukup dari bawah. Faktor penyulit lain adalah kabut. Kabut di Gunung Slamet sangat mudah berubah-ubah dan pekat.

Jalur pendakian lainnya adalah melalui objek wisata pemandian air panas Guci, Kabupaten Tegal. Meskipun terjal, rute ini menyajikan pemandangan yang paling baik. Kawasan Guci dapat ditempuh dari Slawi menuju daerah Tuwel melewati Lebaksiu, sementara untuk jalur pendakian yang populer saat ini adalah jalur Permadi Guci dimana terdapat fasilitas Mushola Jabalussalam yang masuk dalam daftar Mushola tertinggi ke tiga di Indonesia, tersedianya air bersih yang melimpah disepanjang tahun serta tersedianya toilet umum yang berada di pos 4 amreta jalur pendakian tersebut.


Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "G. Slamet". vsi.esdm.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-06. Diakses tanggal 2021-10-18. 
  2. ^ "Curah Hujan Ketenger". banyumaskab.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-30. Diakses tanggal 2022-10-18. 
  3. ^ "Gunung Slamet: Fakta Sains, Flora Fauna, dan Tujuan Pendakian di Indonesia". https://www.goodnewsfromindonesia.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-31. Diakses tanggal 2023-03-18.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  4. ^ Mount Slamet continues spewing lava Diarsipkan 2009-06-08 di Wayback Machine.. The Jakarta Post. Edisi 4 Juni 2009.
  5. ^ "Gunung Slamet Letupkan Lava Pijar, Statusnya Tetap Waspada". detikcom. 2014-03-16. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-11-29. Diakses tanggal 2021-10-03. 
  6. ^ Noorduyn J. 2006. Three Old Sundanese Poems. KITLV Press. Leiden
  7. ^ Le grand dictionnaire geographique et critique
  8. ^ REIS VAN DEN GOUVERNEUR-GENERAAL VAN IMHOFF, OVER JAVA, IN HET JAAR 1746. Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]