Lompat ke isi

Gunung Sirung: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>")
Baris 15: Baris 15:


== Letusan ==
== Letusan ==
Letusan pertama terjadi pada 1904. Akibat letusan tersebut sebuah pulau terbelah menjadi dua. Pulau itu sekarang dinamakan pulau Batang dan Pulau Buaya. Sedangkan Letusan terakhir terjadi pada 2012 setelah sejak tahun 1970 tak meletus hanya secara teratur mengeluarkan gas dan asap yang berlangsung sejak tahun 2004. Letusan terkagir terjadi pada Sabtu, 12 Mei 2012, sekitar pukul 12.30 WITA. Pada malam harinya Gunung Sirung kembali meletus. Letusan Gunung Sirung itu menyemburkan abu vulkanik dengan ketinggian sekitar 400 meter<ref>[https://m.tempo.co/read/news/2012/05/15/058404040/dua-kali-meletus-status-gunung-sirung-awas Dua Kali Meletus, Status Gunung Sirung Awas]</ref>. Pada Kamis, 9 Juli 2015, mengeluarkan asap tebal dengan ketinggian sekitar 500 meter di atas bibir kawah<ref>[https://m.tempo.co/read/news/2015/07/09/058682422/gunung-sirung-ntt-keluarkan-asap-tebal Gunung Sirung NTT Keluarkan Asap Tebal]</ref>.
Letusan pertama terjadi pada 1904. Akibat letusan tersebut sebuah pulau terbelah menjadi dua. Pulau itu sekarang dinamakan pulau Batang dan Pulau Buaya. Sedangkan Letusan terakhir terjadi pada 2012 setelah sejak tahun 1970 tak meletus hanya secara teratur mengeluarkan gas dan asap yang berlangsung sejak tahun 2004. Letusan terkagir terjadi pada Sabtu, 12 Mei 2012, sekitar pukul 12.30 WITA. Pada malam harinya Gunung Sirung kembali meletus. Letusan Gunung Sirung itu menyemburkan abu vulkanik dengan ketinggian sekitar 400 meter.<ref>[https://m.tempo.co/read/news/2012/05/15/058404040/dua-kali-meletus-status-gunung-sirung-awas Dua Kali Meletus, Status Gunung Sirung Awas]</ref> Pada Kamis, 9 Juli 2015, mengeluarkan asap tebal dengan ketinggian sekitar 500 meter di atas bibir kawah.<ref>[https://m.tempo.co/read/news/2015/07/09/058682422/gunung-sirung-ntt-keluarkan-asap-tebal Gunung Sirung NTT Keluarkan Asap Tebal]</ref>


== Stratigrafi ==
== Stratigrafi ==
Batuan yang menyusun Kompleks Gunungapi Sirung secara umum didominasi oleh aliran lava yang kemudian terbongkar oleh erupsi besar yang menghasilkan endapan piroklastik dan diakhiri oleh erupsi freatik yang menghasilkan endapan freatik. Produk lava ini menyebar sampai sejauh lebih dari 5 km sehingga lerengnya tampak seperti perisai. Bagian lereng timur yang mempunyai bentuk agak landai seperti perisai dibentuk oleh dominasi aliran lava encer bersifat basaltik yang keluar berulang-ulang. Lereng bagian barat mempunyai banyak kerucut-kerucut gunungapi yang telah padam seperti Puncak Delaaki (938 m dpl), Puncak Taupekki (1344 m dpl), Puncak Boyali (1080 m dpl), dan Puncak Mauta (1023 m dpl). Kerucut-kerucut ini dibangun oleh produk lava dan piroklastik.
Batuan yang menyusun Kompleks Gunungapi Sirung secara umum didominasi oleh aliran lava yang kemudian terbongkar oleh erupsi besar yang menghasilkan endapan piroklastik dan diakhiri oleh erupsi freatik yang menghasilkan endapan freatik. Produk lava ini menyebar sampai sejauh lebih dari 5 km sehingga lerengnya tampak seperti perisai. Bagian lereng timur yang mempunyai bentuk agak landai seperti perisai dibentuk oleh dominasi aliran lava encer bersifat basaltik yang keluar berulang-ulang. Lereng bagian barat mempunyai banyak kerucut-kerucut gunungapi yang telah padam seperti Puncak Delaaki (938 m dpl), Puncak Taupekki (1344 m dpl), Puncak Boyali (1080 m dpl), dan Puncak Mauta (1023 m dpl). Kerucut-kerucut ini dibangun oleh produk lava dan piroklastik.


Gunungapi Sirung bertipe pseudo aspite (Hartmann, 1934) dan oleh karena banyak lava cair bersifat basaltik mengalir ke arah timur dan lava agak kental bersifat basaltik andesitik mengalir ke arah barat yang diselingi oleh endapan piroklastik, maka Gunungapi Sirung bertipe campuran antara vulkanik dan aspite (Reksowirogo, 1972). Gunung Sirung adalah hasil vulkanisme muda yang terbentuk di daerah lemah berarah timurlaut-baratdaya. Dalam zaman terakhir (recent) seluruh pegunungan vulkanis muda ini mengalami pengangkatan. Bukti pengangkatan tersebut telah tertutup oleh bahan-bahan erupsi terakhir (Hartmann, 1934)<ref>[http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi/494-g-sirung?start=2 Stratigrafi Gunung Api Sirung (Badan Geologi ESDM)]</ref>.
Gunungapi Sirung bertipe pseudo aspite (Hartmann, 1934) dan oleh karena banyak lava cair bersifat basaltik mengalir ke arah timur dan lava agak kental bersifat basaltik andesitik mengalir ke arah barat yang diselingi oleh endapan piroklastik, maka Gunungapi Sirung bertipe campuran antara vulkanik dan aspite (Reksowirogo, 1972). Gunung Sirung adalah hasil vulkanisme muda yang terbentuk di daerah lemah berarah timurlaut-baratdaya. Dalam zaman terakhir (recent) seluruh pegunungan vulkanis muda ini mengalami pengangkatan. Bukti pengangkatan tersebut telah tertutup oleh bahan-bahan erupsi terakhir (Hartmann, 1934).<ref>[http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi/494-g-sirung?start=2 Stratigrafi Gunung Api Sirung (Badan Geologi ESDM)]</ref>


== Pariwisata ==
== Pariwisata ==
Perjalanan menuju Kawah Gunung Sirung dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan roda dua mulai dari Pos PGA hingga ke [[Mauta, Pantar Tengah, Alor|Desa Mauta]], [[Pantar Tengah, Alor|Kecamatan Pantar Tengah]], [[Kabupaten Alor]] yang merupakan desa terdekat dengan Gunung Sirung dalam waktu sekitar 1 jam. Kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju tepi kaldera Gunung Sirung. Saat ini Gunung Sirung telah dipromosikan sebagai daerah tujuan wisata pendakian beserta fenomena danau Kawah Sirung yang sangat indah. Hanya saja perlu pengembangan lebih lanjut, terutama sarana jalan perlu diperbaiki. Fenomena vulkanik yang terlihat di Desa Air Panas dan Air Terjun di Pulau Pantar juga telah dipromosikan diberbagai situs wisata<ref>[http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi/494-g-sirung Gunung Api Sirung (Badan Geologi ESDM)]</ref>.
Perjalanan menuju Kawah Gunung Sirung dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan roda dua mulai dari Pos PGA hingga ke [[Mauta, Pantar Tengah, Alor|Desa Mauta]], [[Pantar Tengah, Alor|Kecamatan Pantar Tengah]], [[Kabupaten Alor]] yang merupakan desa terdekat dengan Gunung Sirung dalam waktu sekitar 1 jam. Kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju tepi kaldera Gunung Sirung. Saat ini Gunung Sirung telah dipromosikan sebagai daerah tujuan wisata pendakian beserta fenomena danau Kawah Sirung yang sangat indah. Hanya saja perlu pengembangan lebih lanjut, terutama sarana jalan perlu diperbaiki. Fenomena vulkanik yang terlihat di Desa Air Panas dan Air Terjun di Pulau Pantar juga telah dipromosikan diberbagai situs wisata.<ref>[http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi/494-g-sirung Gunung Api Sirung (Badan Geologi ESDM)]</ref>


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==

Revisi per 24 Juni 2021 05.18

Gunung Sirung
Titik tertinggi
Ketinggian862 m (2.828 kaki)
Koordinat8°31′S 124°08′E / 8.517°S 124.133°E / -8.517; 124.133
Geografi
LetakPulau Pantar, Nusa Tenggara Timur (Indonesia)
Geologi
Jenis gunungStratovolcano Caldera Kompleks

Gunung Sirung adalah gunung berapi aktif yang terletak di Pulau Pantar yang terletak di Kepulauan Alor yang berada di timur Provinsi Nusa Tenggara Timur. Lereng Gunung Sirung dapat dicapai dengan mudah dari desa di Kampung Kakamauta, Desa Mauta, Kecamatan Pantar Tengah, Kabupaten Alor. Dalam kawah Gunung Sirung terdapat sulfur di Danau kawah dan mengeluarkan sulfur dari lubang-lubang gunung.

Letusan

Letusan pertama terjadi pada 1904. Akibat letusan tersebut sebuah pulau terbelah menjadi dua. Pulau itu sekarang dinamakan pulau Batang dan Pulau Buaya. Sedangkan Letusan terakhir terjadi pada 2012 setelah sejak tahun 1970 tak meletus hanya secara teratur mengeluarkan gas dan asap yang berlangsung sejak tahun 2004. Letusan terkagir terjadi pada Sabtu, 12 Mei 2012, sekitar pukul 12.30 WITA. Pada malam harinya Gunung Sirung kembali meletus. Letusan Gunung Sirung itu menyemburkan abu vulkanik dengan ketinggian sekitar 400 meter.[1] Pada Kamis, 9 Juli 2015, mengeluarkan asap tebal dengan ketinggian sekitar 500 meter di atas bibir kawah.[2]

Stratigrafi

Batuan yang menyusun Kompleks Gunungapi Sirung secara umum didominasi oleh aliran lava yang kemudian terbongkar oleh erupsi besar yang menghasilkan endapan piroklastik dan diakhiri oleh erupsi freatik yang menghasilkan endapan freatik. Produk lava ini menyebar sampai sejauh lebih dari 5 km sehingga lerengnya tampak seperti perisai. Bagian lereng timur yang mempunyai bentuk agak landai seperti perisai dibentuk oleh dominasi aliran lava encer bersifat basaltik yang keluar berulang-ulang. Lereng bagian barat mempunyai banyak kerucut-kerucut gunungapi yang telah padam seperti Puncak Delaaki (938 m dpl), Puncak Taupekki (1344 m dpl), Puncak Boyali (1080 m dpl), dan Puncak Mauta (1023 m dpl). Kerucut-kerucut ini dibangun oleh produk lava dan piroklastik.

Gunungapi Sirung bertipe pseudo aspite (Hartmann, 1934) dan oleh karena banyak lava cair bersifat basaltik mengalir ke arah timur dan lava agak kental bersifat basaltik andesitik mengalir ke arah barat yang diselingi oleh endapan piroklastik, maka Gunungapi Sirung bertipe campuran antara vulkanik dan aspite (Reksowirogo, 1972). Gunung Sirung adalah hasil vulkanisme muda yang terbentuk di daerah lemah berarah timurlaut-baratdaya. Dalam zaman terakhir (recent) seluruh pegunungan vulkanis muda ini mengalami pengangkatan. Bukti pengangkatan tersebut telah tertutup oleh bahan-bahan erupsi terakhir (Hartmann, 1934).[3]

Pariwisata

Perjalanan menuju Kawah Gunung Sirung dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan roda dua mulai dari Pos PGA hingga ke Desa Mauta, Kecamatan Pantar Tengah, Kabupaten Alor yang merupakan desa terdekat dengan Gunung Sirung dalam waktu sekitar 1 jam. Kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju tepi kaldera Gunung Sirung. Saat ini Gunung Sirung telah dipromosikan sebagai daerah tujuan wisata pendakian beserta fenomena danau Kawah Sirung yang sangat indah. Hanya saja perlu pengembangan lebih lanjut, terutama sarana jalan perlu diperbaiki. Fenomena vulkanik yang terlihat di Desa Air Panas dan Air Terjun di Pulau Pantar juga telah dipromosikan diberbagai situs wisata.[4]

Lihat pula

Referensi

Pranala luar