Mohammad Yamin
Mohammad Yamin | |
---|---|
Menteri Penerangan Indonesia ke-14 | |
Masa jabatan 6 Maret 1962 – 17 Oktober 1962 | |
Presiden | Soekarno |
Menteri Sosial dan Kebudayaan Indonesia ke-15 | |
Masa jabatan 10 Juli 1959 – 30 Juli 1959 | |
Presiden | Soekarno |
Ketua Dewan Perancangan Nasional Ke-4 | |
Masa jabatan 23 Oktober 1958 – 17 Oktober 1962 | |
Presiden | Soekarno |
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Ke-9 | |
Masa jabatan 30 Juli 1953 – 12 Agustus 1955 | |
Presiden | Soekarno |
Perdana Menteri | Ali Sastroamidjojo |
Menteri Kehakiman Indonesia Ke-6 | |
Masa jabatan 27 April 1951 – 14 Juni 1951 | |
Presiden | Soekarno |
Perdana Menteri | Sukiman Wirjosandjojo |
Pengganti Mohammad Nasrun | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Sawahlunto, Sumatra Barat, Hindia Belanda | 24 Agustus 1903
Meninggal | 17 Oktober 1962 Jakarta, Indonesia | (umur 59)
Kebangsaan | Indonesia |
Suami/istri | RA Siti Sundari |
Anak | Dang Rahadian Sinayangsih Yamin |
Tanda tangan | |
Sunting kotak info • L • B |
Prof. Mr. Mohammad Yamin, S.H. (24 Agustus 1903 – 17 Oktober 1962) adalah sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum yang telah dihormati sebagai pahlawan nasional Indonesia. Ia merupakan salah satu perintis puisi modern Indonesia dan pelopor Sumpah Pemuda sekaligus "pencipta imaji keindonesiaan" yang mempengaruhi sejarah persatuan Indonesia.[1][2]
Latar belakang
Mohammad Yamin dilahirkan di Talawi, Sawahlunto pada 24 Agustus 1903. Ia merupakan putra dari pasangan Usman Baginda Khatib dan Siti Saadah yang masing-masing berasal dari Sawahlunto dan Padang Panjang. Ayahnya memiliki enam belas anak dari lima istri, yang hampir keseluruhannya kelak menjadi intelektual yang berpengaruh. Saudara-saudara Yamin antara lain: Muhammad Yaman, seorang pendidik; Djamaluddin Adinegoro, seorang wartawan terkemuka; dan Ramana Usman, pelopor korps diplomatik Indonesia. Selain itu sepupunya, Mohammad Amir, juga merupakan tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Yamin mendapatkan pendidikan dasarnya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Palembang, kemudian melanjutkannya ke Algemeene Middelbare School (AMS) Yogyakarta. Di AMS Yogyakarta, ia mulai mempelajari sejarah purbakala dan berbagai bahasa seperti Yunani, Latin, dan Kaei. Namun setelah tamat, niat untuk melanjutkan pendidikan ke Leiden, Belanda harus diurungnya dikarenakan ayahnya meninggal dunia. Ia kemudian menjalani kuliah di Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta, yang kelak menjadi Fakultas Hukum Universitas Indonesia), dan berhasil memperoleh gelar Meester in de Rechten (Sarjana Hukum) pada tahun 1932.
Kesusastraan
Mohammad Yamin memulai karier sebagai seorang penulis pada dekade 1920-an semasa dunia sastra Indonesia mengalami perkembangan. Karya-karya pertamanya ditulis menggunakan bahasa Melayu dalam jurnal Jong Sumatra, sebuah jurnal berbahasa Belanda pada tahun 1920. Karya-karya terawalnya masih terikat kepada bentuk-bentuk bahasa Melayu Klasik.
Pada tahun 1922, Yamin muncul untuk pertama kali sebagai penyair dengan puisinya, Tanah Air; yang dimaksud tanah airnya yaitu Minangkabau di Sumatra. Tanah Air merupakan himpunan puisi modern Melayu pertama yang pernah diterbitkan.
Himpunan Yamin yang kedua, Tumpah Darahku, muncul pada 28 Oktober 1928. Karya ini sangat penting dari segi sejarah, karena pada waktu itulah Yamin dan beberapa orang pejuang kebangsaan memutuskan untuk menghormati satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia yang tunggal. Dramanya, Ken Arok dan Ken Dedes yang berdasarkan sejarah Jawa, muncul juga pada tahun yang sama.
Dalam puisinya, Yamin banyak menggunakan bentuk soneta yang dipinjamnya dari literatur Belanda. Walaupun Yamin melakukan banyak eksperimen bahasa dalam puisi-puisinya, ia masih lebih menepati norma-norma klasik Bahasa Melayu, berbanding dengan generasi-generasi penulis yang lebih muda. Ia juga menerbitkan banyak drama, esei, novel sejarah, dan puisi. Ia juga menterjemahkan karya-karya William Shakespeare (drama Julius Caesar) dan Rabindranath Tagore.
Politik
Karier politik Yamin dimulai ketika ia masih menjadi mahasiswa di Jakarta. Ketika itu ia bergabung dalam organisasi Jong Sumatranen Bond[3] dan menyusun ikrar Sumpah Pemuda yang dibacakan pada Kongres Pemuda II. Dalam ikrar tersebut, ia menetapkan Bahasa Indonesia, yang berasal dari Bahasa Melayu, sebagai bahasa nasional Indonesia. organisasi Indonesia Muda, Yamin mendesak supaya Bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat persatuan. Kemudian setelah kemerdekaan, Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi serta bahasa utama dalam kesusasteraan Indonesia.
Pada tahun 1932, Yamin memperoleh gelar sarjana hukum. Ia kemudian bekerja dalam bidang hukum di Jakarta hingga tahun 1942. Pada tahun yang sama, Yamin tercatat sebagai anggota Partindo. Setelah Partindo bubar, bersama Adenan Kapau Gani dan Amir Sjarifoeddin, ia mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo). Tahun 1939, ia terpilih sebagai anggota Volksraad.
Semasa pendudukan Jepang (1942-1945), Yamin bertugas pada Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA), sebuah organisasi nasionalis yang disokong oleh pemerintah Jepang. Pada tahun 1945, ia terpilih sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam sidang BPUPKI, Yamin banyak memainkan peran. Ia berpendapat agar hak asasi manusia dimasukkan ke dalam konstitusi negara.[4] Ia juga mengusulkan agar wilayah Indonesia pasca-kemerdekaan, mencakup Sarawak, Sabah, Semenanjung Malaya, Timor Portugis, serta semua wilayah Hindia Belanda. Soekarno yang juga merupakan anggota BPUPKI menyokong ide Yamin tersebut. Setelah kemerdekaan, Soekarno menjadi Presiden Republik Indonesia yang pertama, dan Yamin dilantik untuk jabatan-jabatan yang penting dalam pemerintahannya.
Setelah kemerdekaan, jabatan-jabatan yang pernah dipangku Yamin antara lain anggota DPR sejak tahun 1950, Menteri Kehakiman (1951), Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan (1953–1955), Ketua Dewan Perancangan Nasional; dibantu 3 Wakil Ketua, yaitu Ukar Bratakusumah, Soekardi & Sakirman melalui UU No. 80 tahun 1958[5] (1958–1963), Menteri Sosial dan Kebudayaan (1959–1960), Ketua Dewan Pengawas IKBN Antara (1961–1962) dan Menteri Penerangan (1962–1963).
Pada saat menjabat sebagai Menteri Kehakiman, Yamin membebaskan tahanan politik yang dipenjara tanpa proses pengadilan. Tanpa grasi dan remisi, ia mengeluarkan 950 orang tahanan yang dicap komunis atau sosialis. Atas kebijakannya itu, ia dikritik oleh banyak anggota DPR. Namun Yamin berani bertanggung jawab atas tindakannya tersebut. Kemudian disaat menjabat Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan, Yamin banyak mendorong pendirian universitas-universitas negeri dan swasta di seluruh Indonesia. Di antara perguruan tinggi yang ia dirikan adalah Universitas Andalas di Padang, Sumatra Barat dan Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, Jawa Barat yang awal didirikan bernama Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG).
Keluarga
Pada tahun 1937, Mohammad Yamin menikah dengan Siti Sundari, putri seorang bangsawan dari Kadilangu, Demak, Jawa Tengah.[6] Mereka dikaruniai satu orang putra, Dang Rahadian Sinayangsih Yamin. Pada tahun 1969, Dian melangsungkan pernikahan dengan Gusti Raden Ayu Retno Satuti, putri tertua dari Mangkunegoro VIII.[rujukan?]
Karya-karyanya
- Tanah Air: kumpulan puisi (1922)
- Indonesia, Tumpah Darahku: kumpulan puisi (1928)
- Menanti Surat dari Raja: terjemahan (1928)
- Kalau Dewa Tara Sudah Berkata: drama (1932)
- Di Dalam dan di Luar Lingkungan Rumah Tangga: terjemahan (1933)
- Ken Arok dan Ken Dedes: drama (1934)
- Sejarah Peperangan Dipanegara: sejarah (1945)
- Tan Malaka: sejarah (1945)
- Gajah Mada: novel sejarah (1948)
- Sapta Dharma: sejarah revolusi (1950)
- Revolusi Amerika: sejarah (1951)
- Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia: sejarah (1951)
- Bumi Siliwangi: kumpulan soneta (1954)
- Kebudayaan Asia-Afrika: sejarah (1955)
- Konstitusi Indonesia dalam Gelanggang Demokrasi: hukum (1956)
- 6000 Tahun Sang Merah Putih: sejarah (1958)
- Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar (1960, 3 jilid)
- Ketatanegaraan Majapahit: sejarah (1962, 7 jilid)
Penghargaan
- Bintang Mahaputra RI, tanda penghargaan tertinggi dari Presiden RI atas jasa-jasanya pada nusa dan bangsa
- Tanda penghargaan dari Corps Polisi Militer sebagai pencipta lambang Gajah Mada dan Panca Darma Corps
- Tanda penghargaan Panglima Kostrad atas jasanya menciptakan Pataka Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat
Lihat pula
Referensi
- ^ "Tokoh Bangsa Multitalenta: M. Yamin". Jurnal Nasional. 2011-07-27. Diakses tanggal 2012-06-05.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "Posisi M. Yamin dalam Sejarah Indonesia". Okezone.com. Diakses tanggal 2012-06-05.
- ^ Simbolon, Parakitri Tahi (2006). Menjadi Indonesia. Penerbit Buku Kompas.
- ^ Hukumonline.com Muhammad Yamin, Pelopor Hak Asasi Manusia di Awal Republik
- ^ Rustiadi, Ernan (2009). Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Yayasan Pusataka Obor Indonesia. hlm. xxxvii.
- ^ Tempo Edisi Khusus Sumpah Pemuda, Sundari, Kacamata Merah Muda, 2008.
Pranala luar
- (Indonesia) Kumpulan Puisi karya Muhammad Yamin
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Maladi |
Menteri Penerangan Indonesia 1962 |
Diteruskan oleh: Roeslan Abdulgani |
Didahului oleh: Johannes Leimena |
Menteri Sosial dan Kebudayaan Indonesia 1959 |
Diteruskan oleh: Muljadi Djojomartono |
Didahului oleh: Bahder Djohan |
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia 1953–1955 |
Diteruskan oleh: RM Suwandi |
Didahului oleh: Wongsonegoro |
Menteri Kehakiman Indonesia 1951 |
Diteruskan oleh: Mohammad Nasrun |
Jabatan pemerintahan | ||
Didahului oleh: Ali Budiardjo |
Ketua Dewan Perancangan Nasional 1958–1962 |
Diteruskan oleh: Soeharto Sastrosoeyoso |
- Kelahiran 1903
- Kematian 1962
- Meninggal usia 59
- Pahlawan nasional Indonesia
- Anggota BPUPKI
- Ideolog Indonesia
- Menteri Indonesia
- Menteri Pendidikan Indonesia
- Menteri Penerangan Indonesia
- BPUPKI
- Sastrawan Indonesia
- Cerdik Pandai Minangkabau
- Tokoh Minangkabau
- Tokoh dari Sawahlunto
- Alumni SMA Negeri 3 Yogyakarta
- Penerima Bintang Republik Indonesia Utama
- Penerima Bintang Mahaputera Adipradana
- Anggota DPR RI 1956–1959
- Menteri Sosial Indonesia
- Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia