Mohammad Yamin: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
→‎Kesusastraan: menyempurnakan ejaan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
(41 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{pp-vandalism|small=yes}}
{{Infobox Officeholder
{{Infobox Officeholder
|name = Mohammad Yamin
|name = Mohammad Yamin
|image = Mohammad Yamin, Pekan Buku Indonesia 1954, p251.jpg
|image = Mohammad Yamin, Pekan Buku Indonesia 1954, p251.jpg
|imagesize =
|imagesize =
|caption =
|caption =
|office = Menteri Penerangan Indonesia
|office = Menteri Penerangan Indonesia
|order = ke-14
|order = ke-14
|term_start = 6 Maret 1962
|term_start = 6 Maret 1962
|term_end = 17 Oktober 1962
|term_end = 17 Oktober 1962
|succeeding =
|succeeding =
|president = [[Soekarno]]
|president = [[Soekarno]]
|predecessor = [[Maladi]]
|predecessor = [[Maladi]]
|successor = [[Roeslan Abdulgani]]
|successor = [[Roeslan Abdulgani]]
|office1 = Menteri Sosial dan Kebudayaan Indonesia
|office1 = Menteri Sosial dan Kebudayaan Indonesia
|order1 = ke-15
|order1 = ke-15
|term_start1 = 10 Juli 1959
|term_start1 = 10 Juli 1959
|term_end1 = 30 Juli 1959
|term_end1 = 30 Juli 1959
|succeeding1 =
|succeeding1 =
|president1 = [[Soekarno]]
|president1 = [[Soekarno]]
|predecessor1 = [[Johannes Leimena]]
|predecessor1 = [[Johannes Leimena]]
|successor1 = [[Muljadi Djojomartono]]
|successor1 = [[Muljadi Djojomartono]]
Baris 25: Baris 24:
|term_start2 = 23 Oktober 1958
|term_start2 = 23 Oktober 1958
|term_end2 = 17 Oktober 1962
|term_end2 = 17 Oktober 1962
|succeeding2 =
|succeeding2 =
|president2 = [[Soekarno]]
|president2 = [[Soekarno]]
|predecessor2 = [[Ali Budiardjo]]
|predecessor2 = [[Ali Budiardjo]]
Baris 34: Baris 33:
|term_start3 = 30 Juli 1953
|term_start3 = 30 Juli 1953
|term_end3 = 12 Agustus 1955
|term_end3 = 12 Agustus 1955
|succeeding3 =
|succeeding3 =
|president3 = [[Soekarno]]
|president3 = [[Soekarno]]
|predecessor3 = [[Bahder Djohan]]
|predecessor3 = [[Bahder Djohan]]
|successor3 = [[R.M. Suwandi]]
|successor3 = [[R.M. Suwandi]]
Baris 43: Baris 42:
|term_start4 = 27 April 1951
|term_start4 = 27 April 1951
|term_end4 = 14 Juni 1951
|term_end4 = 14 Juni 1951
|succeeding4 =
|succeeding4 =
|president4 = [[Soekarno]]
|president4 = [[Soekarno]]
|predecessor4 = [[Wongsonegoro]]
|predecessor4 = [[Wongsonegoro]]
|successor4 = Mohammad Nasrun
|successor4 = Mohammad Nasrun
Baris 50: Baris 49:
|birth_place = [[Kota Sawahlunto|Sawahlunto]], [[Hindia Belanda]]
|birth_place = [[Kota Sawahlunto|Sawahlunto]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{Death date and age|1962|10|17|1903|8|24|df=y}}
|death_date = {{Death date and age|1962|10|17|1903|8|24|df=y}}
|death_place = [[Jakarta]], [[Indonesia]]
|death_place = [[Jakarta]], Indonesia
|nationality = [[Indonesia]]
|nationality = [[Indonesia]]
|party = [[Partai Indonesia]]<br>[[Gerakan Rakyat Indonesia]]<br>Partai Persatuan Indonesia (Parpindo)
|party =
|spouse = {{marriage|RA Siti Sundari|1937|1962}}
|spouse = {{marriage|RA Siti Sundari|1937|1962}}
|relations =
|relations =
|children = [[Rahadian Yamin|Dang Rahadian Sinayangsih Yamin]]
|children = [[Rahadian Yamin|Dang Rahadian Sinayangsih Yamin]]
|education = [[Meester in de Rechten]]
|alma_mater =
|alma_mater = [[Rechtshoogeschool te Batavia]]
|occupation =
|occupation = [[Politikus]], [[sastrawan]]
|profession =
|profession =
|religion = [[Islam]]
|signature = Sign Muhammad Yamin.png
|signature = Sign Muhammad Yamin.png
|website =
|website =
|footnotes =
|footnotes =
}}
}}
''' Prof. [[Meester in de Rechten|Mr.]] Mohammad Yamin, S.H.''' ({{lahirmati|[[Talawi, Sawahlunto|Talawi]], [[Kota Sawahlunto|Sawahlunto]], [[Sumatra Barat]]|24|8|1903|[[Jakarta]]|17|10|1962}}) adalah sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum yang telah dihormati sebagai [[pahlawan nasional Indonesia]]. Ia merupakan salah satu perintis puisi modern Indonesia dan pelopor [[Sumpah Pemuda]] sekaligus "pencipta imaji keindonesiaan" yang mempengaruhi sejarah persatuan Indonesia.<ref>{{cite web|work=Jurnal Nasional|url=http://nasional.jurnas.com/halaman/8/2011-07-27/177430|title=Tokoh Bangsa Multitalenta: M. Yamin|date=2011-07-27|accessdate=2012-06-05}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref><ref>{{cite web|url=http://news.okezone.com/read/2009/10/28/58/269920/posisi-m-yamin-dalam-sejarah-indonesia|title=Posisi M. Yamin dalam Sejarah Indonesia|work=[[Okezone.com]]|accessdate=2012-06-05}}</ref>
[[Profesor|Prof.]] [[Meester in de Rechten|Mr.]] '''Mohammad Yamin''', [[Sarjana Hukum|S.H.]] ({{lahirmati|[[Talawi, Sawahlunto|Talawi]], [[Kota Sawahlunto|Sawahlunto]], [[Sumatera Barat]]|24|8|1903|[[Jakarta]]|17|10|1962}}) adalah sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum yang telah dihormati sebagai [[pahlawan nasional Indonesia]]. Ia merupakan salah satu perintis puisi modern Indonesia dan pelopor [[Sumpah Pemuda]] sekaligus "pencipta imaji keindonesiaan" yang mempengaruhi sejarah persatuan Indonesia.<ref>{{cite web|work=Jurnal Nasional|url=http://nasional.jurnas.com/halaman/8/2011-07-27/177430|title=Tokoh Bangsa Multitalenta: M. Yamin|date=2011-07-27|accessdate=2012-06-05}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref><ref>{{Cite news|url=http://news.okezone.com/read/2009/10/28/58/269920/posisi-m-yamin-dalam-sejarah-indonesia|title=Posisi M Yamin dalam Sejarah Indonesia|work=[[Okezone.com]]|accessdate=2012-06-05}}</ref>


== Latar belakang ==
== Latar belakang ==
Mohammad Yamin dilahirkan di [[Talawi, Sawahlunto|Talawi]], [[Kota Sawahlunto|Sawahlunto]] pada 24 Agustus 1903. Ia merupakan putra dari pasangan Usman Baginda Khatib dan Siti Saadah yang masing-masing berasal dari Sawahlunto dan [[Kota Padang Panjang|Padang Panjang]]. Ayahnya memiliki enam belas anak dari lima istri, yang hampir keseluruhannya kelak menjadi intelektual yang berpengaruh. Saudara-saudara Yamin antara lain: Muhammad Yaman, seorang pendidik; [[Adinegoro|Djamaluddin Adinegoro]], seorang wartawan terkemuka; dan Ramana Usman, pelopor korps diplomatik Indonesia. Selain itu sepupunya, [[Mohammad Amir]], juga merupakan tokoh pergerakan [[kemerdekaan Indonesia]].
Mohammad Yamin dilahirkan di [[Talawi, Sawahlunto|Talawi]], [[Kota Sawahlunto|Sawahlunto]] pada 24 Agustus 1903. Ia merupakan putra dari pasangan Usman Baginda Khatib dan Siti Saadah yang masing-masing berasal dari Sawahlunto dan [[Kota Padang Panjang|Padang Panjang]]. Ayahnya memiliki enam belas anak dari lima istri, yang hampir keseluruhannya kelak menjadi intelektual yang berpengaruh. Saudara-saudara Yamin antara lain: Muhammad Yaman, seorang pendidik; [[Adinegoro|Djamaluddin Adinegoro]], seorang wartawan terkemuka; dan Ramana Usman, pelopor korps diplomatik Indonesia. Selain itu sepupunya, [[Mohammad Amir]], juga merupakan tokoh pergerakan [[kemerdekaan Indonesia]].


Yamin mendapatkan pendidikan dasarnya di ''[[Hollandsch-Inlandsche School]]'' (HIS) [[Palembang]], kemudian melanjutkannya ke ''[[Algemeene Middelbare School]]'' (AMS) [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]]. Di [[SMA Negeri 3 Yogyakarta|AMS Yogyakarta]], ia mulai mempelajari sejarah purbakala dan berbagai bahasa seperti [[bahasa Yunani|Yunani]], [[bahasa Latin|Latin]], dan Kaei. Namun setelah tamat, niat untuk melanjutkan pendidikan ke [[Leiden]], [[Belanda]] harus diurungnya dikarenakan ayahnya meninggal dunia. Ia kemudian menjalani kuliah di ''[[Rechtshoogeschool te Batavia]]'' (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta, yang kelak menjadi [[Fakultas Hukum Universitas Indonesia]]), dan berhasil memperoleh gelar [[Meester in de Rechten]] (Sarjana Hukum) pada tahun 1932.{{sfn|Anderson|1972|p=457}}{{sfn|Winda (Ed)|2009|p=83}}
Yamin mendapatkan pendidikan dasarnya di ''[[Hollandsch-Inlandsche School]]'' (HIS) [[Palembang]], kemudian melanjutkannya ke ''[[Algemeene Middelbare School]]'' (AMS) [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]]. Di [[SMA Negeri 3 Yogyakarta|AMS Yogyakarta]], ia mulai mempelajari sejarah purbakala dan berbagai bahasa seperti [[bahasa Yunani|Yunani]], [[bahasa Latin|Latin]], dan Kaei. Namun setelah tamat, niat untuk melanjutkan pendidikan ke [[Leiden]], [[Belanda]] harus diurungkannya karena ayahnya meninggal dunia. Ia kemudian menjalani kuliah di ''[[Rechtshoogeschool te Batavia]]'' (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta, yang kelak menjadi [[Fakultas Hukum Universitas Indonesia]]), dan berhasil memperoleh gelar [[Meester in de Rechten]] (Sarjana Hukum) pada tahun 1932.{{sfn|Anderson|1972|p=457}}{{sfn|Winda (Ed)|2009|p=83}}


== Kesusastraan ==
== Kesastraan ==
Mohammad Yamin memulai karier sebagai seorang penulis pada dekade [[1920-an]] semasa dunia [[sastra Indonesia]] mengalami perkembangan. Karya-karya pertamanya ditulis menggunakan [[bahasa Melayu]] dalam [[jurnal]] ''Jong Sumatra'', sebuah jurnal [[bahasa Belanda|berbahasa Belanda]] pada tahun [[1920]]. Karya-karya terawalnya masih terikat kepada bentuk-bentuk [[bahasa Melayu Klasik]].
Mohammad Yamin memulai karier sebagai seorang penulis pada dekade [[1920-an]] semasa dunia [[sastra Indonesia]] mengalami perkembangan. Karya-karya pertamanya ditulis menggunakan [[bahasa Melayu]] dalam [[jurnal]] ''Jong Sumatra'', sebuah jurnal [[bahasa Belanda|berbahasa Belanda]] pada tahun [[1920]]. Karya-karya terawalnya masih terikat kepada bentuk-bentuk [[bahasa Melayu Klasik]].


Baris 80: Baris 79:
Dalam puisinya, Yamin banyak menggunakan bentuk soneta yang dipinjamnya dari literatur Belanda. Walaupun Yamin melakukan banyak eksperimen bahasa dalam puisi-puisinya, ia masih lebih menepati norma-norma klasik Bahasa Melayu, berbanding dengan generasi-generasi penulis yang lebih muda. Ia juga menerbitkan banyak [[drama]], [[esei]], novel sejarah, dan puisi. Ia juga menterjemahkan karya-karya [[William Shakespeare]] (drama [[Julius Caesar (drama)|''Julius Caesar'']]) dan [[Rabindranath Tagore]].
Dalam puisinya, Yamin banyak menggunakan bentuk soneta yang dipinjamnya dari literatur Belanda. Walaupun Yamin melakukan banyak eksperimen bahasa dalam puisi-puisinya, ia masih lebih menepati norma-norma klasik Bahasa Melayu, berbanding dengan generasi-generasi penulis yang lebih muda. Ia juga menerbitkan banyak [[drama]], [[esei]], novel sejarah, dan puisi. Ia juga menterjemahkan karya-karya [[William Shakespeare]] (drama [[Julius Caesar (drama)|''Julius Caesar'']]) dan [[Rabindranath Tagore]].


Pada awal 1930-an, Yamin aktif di kalangan jurnalis, bergabung dengan dewan redaksi surat kabar ''Panorama'', bersama [[Liem Koen Hian]], [[Sanusi Pane]] dan [[Amir Sjarifuddin]].<ref name="van Klinken 2003">{{cite book|last1=van Klinken|first1=Geert Arend|title=Minorities, Modernity and the Emerging Nation: Christians in Indonesia, a Biographical Approach|date=2003|publisher=KITLV Press|location=Leiden|isbn=9789067181518|url=https://books.google.com/books?id=fuOwhUwUgScC&q=Minorities,+Modernity+and+the+Emerging+Nation:+Christians+in+Indonesia|language=en}}</ref><ref name="Dieleman, Koning & Post 2010">{{cite book|last1=Dieleman|first1=Marleen|last2=Koning|first2=Juliette|last3=Post|first3=Peter|title=Chinese Indonesians and Regime Change|date=2010|publisher=BRILL|location=Amsterdam|isbn=978-9004191211|url=https://books.google.com/books?id=r8cYIDMAppYC&q=Dieleman,+Koning+%26+Post+(2010)|language=en}}</ref> Pada pertengahan tahun 1936, bersama rekan-rekannya Liem, Pane dan Sjarifuddin, Yamin memulai surat kabar lain, ''Kebangoenan'' (1936–1941), yang—seperti halnya ''Panorama''—diterbitkan oleh Siang Po Printing Press milik [[Phoa Liong Gie]].<ref name="van Klinken 2003" />
Pada awal 1930-an, Yamin aktif di kalangan jurnalis, bergabung dengan dewan redaksi surat kabar ''Panorama'', bersama [[Liem Koen Hian]], [[Sanusi Pane]] dan [[Amir Sjarifuddin]].<ref name="van Klinken 2003">{{cite book|last1=van Klinken|first1=Geert Arend|title=Minorities, Modernity and the Emerging Nation: Christians in Indonesia, a Biographical Approach|date=2003|publisher=KITLV Press|location=Leiden|isbn=9789067181518|url=https://books.google.com/books?id=fuOwhUwUgScC&q=Minorities,+Modernity+and+the+Emerging+Nation:+Christians+in+Indonesia|language=en}}{{Pranala mati|date=Juni 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref><ref name="Dieleman, Koning & Post 2010">{{cite book|last1=Dieleman|first1=Marleen|last2=Koning|first2=Juliette|last3=Post|first3=Peter|title=Chinese Indonesians and Regime Change|date=2010|publisher=BRILL|location=Amsterdam|isbn=978-9004191211|url=https://books.google.com/books?id=r8cYIDMAppYC&q=Dieleman,+Koning+%26+Post+(2010)|language=en}}</ref> Pada pertengahan tahun 1936, bersama rekan-rekannya Liem, Pane dan Sjarifuddin, Yamin memulai surat kabar lain, ''Kebangoenan'' (1936–1941), yang—seperti halnya ''Panorama''—diterbitkan oleh Siang Po Printing Press milik [[Phoa Liong Gie]].<ref name="van Klinken 2003" />


== Politik ==
== Politik ==
[[File:Organisasi Jong Sumatranen Bond.jpg|jmpl|Yamin duduk di tengah Pengurus Besar Jong Sumatranen Bond.]]
Karier politik Yamin dimulai ketika ia masih menjadi mahasiswa di Jakarta. Ketika itu ia bergabung dalam organisasi [[Jong Sumatranen Bond]]<ref>{{cite book|first=Parakitri Tahi|last=Simbolon|title=Menjadi Indonesia|publisher=Penerbit Buku Kompas|year=2006}}</ref> dan menyusun ikrar Sumpah Pemuda yang dibacakan pada [[Kongres Pemuda II]]. Dalam ikrar tersebut, ia menetapkan [[Bahasa Indonesia]], yang berasal dari [[Bahasa Melayu]], sebagai bahasa nasional Indonesia. organisasi Indonesia Muda, Yamin mendesak supaya Bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat persatuan. Kemudian setelah kemerdekaan, Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi serta bahasa utama dalam kesusasteraan Indonesia.
Karier politik Yamin dimulai ketika ia masih menjadi mahasiswa di Jakarta. Ketika itu ia bergabung dalam organisasi [[Jong Sumatranen Bond]]<ref>{{cite book|first=Parakitri Tahi|last=Simbolon|title=Menjadi Indonesia|publisher=Penerbit Buku Kompas|year=2006}}</ref> dan menyusun ikrar Sumpah Pemuda yang dibacakan pada [[Kongres Pemuda II]]. Dalam ikrar tersebut, ia menetapkan [[Bahasa Indonesia]], yang berasal dari [[Bahasa Melayu]], sebagai bahasa nasional Indonesia. organisasi Indonesia Muda, Yamin mendesak supaya Bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat persatuan. Kemudian setelah kemerdekaan, Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi serta bahasa utama dalam kesusasteraan Indonesia.


Pada tahun [[1932]], Yamin memperoleh gelar sarjana hukum. Ia kemudian bekerja dalam bidang hukum di Jakarta hingga tahun [[1942]]. Pada tahun yang sama, Yamin tercatat sebagai anggota Partindo. Setelah Partindo bubar, bersama [[Adnan Kapau Gani]] dan [[Amir Sjarifoeddin]], ia mendirikan [[Gerakan Rakyat Indonesia]] (Gerindo).{{sfn|Cribb|Kahin|2004|p=157}} Tujuan Gerindo adalah untuk meningkatkan kesadaran publik akan ide-ide nasionalis dengan mengorganisir rakyat. Akan tetapi, pendirian Gerindo juga mencerminkan keinginan yang semakin besar di pihak banyak nasionalis sayap kiri untuk bekerja sama dengan Belanda. Kesediaan ini muncul baik dari keputusasaan atas prospek untuk mengorganisir perlawanan nasionalis yang efektif dalam menghadapi kekuatan militer dan polisi Belanda dan dari keyakinan bahwa kolaborasi melawan fasisme (terutama fasisme Jepang) memiliki prioritas tertinggi dalam urusan dunia. Gerindo berharap melalui kerjasama itu Belanda akan membentuk badan legislatif tersendiri di wilayah jajahan. Yamin dikeluarkan dari organisasi pada tahun 1939 karena melanggar peraturan, termasuk berkampanye melawan calon Gerindo lainnya dalam pemilihan dewan kotamadya Batavia. Ia kemudian mendirikan Partai Persatuan Indonesia (Parpindo). Dari tahun 1938 (atau 1939) hingga 1942, Yamin menjadi anggota [[Volksraad]] pada tahun 1939, sebuah badan penasihat yang dibentuk pada tahun 1917 oleh Belanda di [[Hindia Belanda]].{{sfn|Anderson|1972|p=457}}{{sfn|Kusuma & Elson|2011|pp=204-205}}
Pada tahun [[1932]], Yamin memperoleh gelar sarjana hukum. Ia kemudian bekerja dalam bidang hukum di Jakarta hingga tahun [[1942]]. Pada tahun yang sama, Yamin tercatat sebagai anggota [[Partindo]]. Setelah Partindo bubar, bersama [[Adnan Kapau Gani]] dan [[Amir Sjarifoeddin]], ia mendirikan [[Gerakan Rakyat Indonesia]] (Gerindo).{{sfn|Cribb|Kahin|2004|p=157}} Tujuan Gerindo adalah untuk meningkatkan kesadaran publik akan ide-ide nasionalis dengan mengorganisir rakyat. Akan tetapi, pendirian Gerindo juga mencerminkan keinginan yang semakin besar di pihak banyak nasionalis sayap kiri untuk bekerja sama dengan Belanda. Kesediaan ini muncul baik dari keputusasaan atas prospek untuk mengorganisir perlawanan nasionalis yang efektif dalam menghadapi kekuatan militer dan polisi Belanda dan dari keyakinan bahwa kolaborasi melawan fasisme (terutama fasisme Jepang) memiliki prioritas tertinggi dalam urusan dunia. Gerindo berharap melalui kerjasama itu Belanda akan membentuk badan legislatif tersendiri di wilayah jajahan. Yamin dikeluarkan dari organisasi pada tahun 1939 karena melanggar peraturan, termasuk berkampanye melawan calon Gerindo lainnya dalam pemilihan dewan kotamadya Batavia. Ia kemudian mendirikan Partai Persatuan Indonesia (Parpindo). Dari tahun 1938 (atau 1939) hingga 1942, Yamin menjadi anggota [[Volksraad]] pada tahun 1939, sebuah badan penasihat yang dibentuk pada tahun 1917 oleh Belanda di [[Hindia Belanda]].{{sfn|Anderson|1972|p=457}}{{sfn|Kusuma & Elson|2011|pp=204-205}}


Semasa pendudukan [[Kekaisaran Jepang|Jepang]] (1942-1945), Yamin bertugas pada [[Pusat Tenaga Rakyat]] (PUTERA), sebuah organisasi nasionalis yang disokong oleh pemerintah Jepang. Pada tahun 1945, ia terpilih sebagai anggota [[Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (BPUPKI). Dalam sidang BPUPKI, Yamin banyak memainkan peran. Ia berpendapat agar hak asasi manusia dimasukkan ke dalam konstitusi negara.<ref>Hukumonline.com [http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol23182/muhammad-yamin-pelopor-hak-asasi-manusia-di-awal-republik- Muhammad Yamin, Pelopor Hak Asasi Manusia di Awal Republik]</ref> Ia juga mengusulkan agar wilayah Indonesia pasca-kemerdekaan, mencakup [[Sarawak]], [[Sabah]], [[Semenanjung Malaya]], [[Timor Portugis]], serta semua wilayah [[Hindia Belanda]]. [[Soekarno]] yang juga merupakan anggota BPUPKI menyokong ide Yamin tersebut. Setelah kemerdekaan, Soekarno menjadi [[Presiden Republik Indonesia]] yang pertama, dan Yamin dilantik untuk jabatan-jabatan yang penting dalam pemerintahannya.
Semasa pendudukan [[Kekaisaran Jepang|Jepang]] (1942-1945), Yamin bertugas pada [[Pusat Tenaga Rakyat]] (PUTERA), sebuah organisasi nasionalis yang disokong oleh pemerintah Jepang. Pada tahun 1945, ia terpilih sebagai anggota [[Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (BPUPKI). Dalam sidang BPUPKI, Yamin banyak memainkan peran. Ia berpendapat agar hak asasi manusia dimasukkan ke dalam konstitusi negara.<ref>Hukumonline.com [http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol23182/muhammad-yamin-pelopor-hak-asasi-manusia-di-awal-republik- Muhammad Yamin, Pelopor Hak Asasi Manusia di Awal Republik]</ref> Ia juga mengusulkan agar wilayah Indonesia pasca-kemerdekaan, mencakup [[Sarawak]], [[Sabah]], [[Semenanjung Malaya]], [[Timor Portugis]], serta semua wilayah [[Hindia Belanda]].{{sfn|Inomata|1997|p=107}} [[Soekarno]] yang juga merupakan anggota BPUPKI menyokong ide Yamin tersebut. Setelah kemerdekaan, Soekarno menjadi [[Presiden Republik Indonesia]] yang pertama, dan Yamin dilantik untuk jabatan-jabatan yang penting dalam pemerintahannya.


Yamin kemudian mengklaim bahwa pada tanggal 29 Mei 1945 ia menyampaikan pidato tentang dasar filosofis dan politik tertentu untuk negara baru yang diusulkan dan menyebutkan lima prinsip bangsa, yang kemudian dikenal sebagai [[Pancasila]] dan kemudian dimasukkan dalam Pembukaan [[Undang-Undang Dasar 1945|Undang-Undang Dasar (UUD) 1945]]. Ini akan menjadi dua hari sebelum pidato Soekarno menguraikan Pancasila pada 1 Juni.{{sfn|Kusuma|Elson|2011|pp=196,199-205}}{{sfn|Elson|2009|p=111}}

[[File:Openingszitting van de Nieuw-Guinea conferentie in Den Haag. Aan tafel Yamin (li, Bestanddeelnr 904-3288.jpg|jmpl|Yamin dan [[Sunario Sastrowardoyo]] dalam perundingan status [[Nugini Belanda]] di [[Den Haag]], 1950]]
Klaim kepenulisan Yamin atas Pancasila dipertanyakan oleh Dr. [[Mohammad Hatta]], Mr. [[Achmad Soebardjo|Soebardjo]], Mr. [[Alexander Andries Maramis|A. Maramis]], Prof. [[A.G. Pringgodigdo]], Prof. [[Sunario Sastrowardoyo|Sunario]] dan semua anggota BPUPK yang masih hidup yang kemudian diwawancarai. Namun, fakta bahwa Yamin tampaknya satu-satunya orang yang memiliki catatan lengkap tentang sidang-sidang BPUPK, yang ia gunakan untuk buku terbitan tahun 1959 ''[[Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945]]''.

Yamin adalah anggota [[Panitia Sembilan]] yang bertugas mulai merancang undang-undang dasar. Panitia ini menghasilkan Pembukaan, yang memuat intisari pidato Soekarno 1 Juni. Yamin, yang banyak bekerja dalam menghasilkan rancangan ini, menyebutnya [[Piagam Jakarta]].{{sfn|Elson|2009|pp=112-113}} Ketika BPUPK bertemu untuk sidang kedua, mulai 10 Juli, sebuah komite yang terdiri dari 19 anggota, dengan Soepomo memainkan peran utama, menghasilkan rancangan konstitusi selama tiga hari. Yamin kecewa karena tidak ditunjuk dalam komite ini, dan menolak untuk menerima pengangkatannya di komite lain yang membahas masalah keuangan. Ketika rancangan undang-undang itu divoting pada 16 Juli, Yamin mengkritiknya dan menjadi satu-satunya anggota BPUPK yang tidak langsung menerimanya. Yamin kemudian mengklaim bahwa ia telah menghasilkan rancangan undang-undang yang sangat mirip dengan versi Soepomo, tetapi tidak ada bukti untuk ini, dan Hatta secara khusus membantah bahwa Yamin telah menyerahkan dokumen semacam itu kepada BPUPK.{{sfn|Elson|2009|pp=114-115}}{{sfn|Kusuma|Elson|2011|pp=205-206}}

Pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|memproklamasikan kemerdekaan Indonesia]] dan keesokan harinya, [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (PPKI) bertemu dan menugaskan komisi tujuh: [[Soekarno]], [[Mohammad Hatta]], [[Soepomo]], [[Achmad Soebardjo|Soebardjo]], [[Otto Iskandardinata]], Yamin dan [[Wongsonegoro]] untuk menghasilkan versi final UUD.{{sfn|Kahin|1952|pp=136-138}}

[[File:Aankomst Mohamed Yamin Schip, Bestanddeelnr 906-6440.jpg|jmpl|Yamin (tengah) berkunjung ke [[Schiphol]] pada 1954]]
Setelah kemerdekaan, jabatan-jabatan yang pernah dipangku Yamin antara lain anggota [[DPR]] sejak tahun 1950, [[Menteri Kehakiman Republik Indonesia|Menteri Kehakiman]] (1951), [[Daftar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia|Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan]] (1953–1955), Ketua Dewan Perancangan Nasional; dibantu 3 Wakil Ketua, yaitu [[Ukar Bratakusumah]], [[Soekardi]] & [[Sakirman]] melalui UU No. 80 tahun 1958<ref name=PPW>{{cite book |last=Rustiadi |first=Ernan |date=2009 |title=Perencanaan dan Pengembangan Wilayah |url=https://books.google.co.id/books?id=dfZiDwAAQBAJ&pg=PP27&lpg=PP27&dq=Pimpinan+bappenas+1963+1967&source=bl&ots=g3SQz2BiGh&sig=ACfU3U3v_jh0R9Z2PA_gCTGyQ0Yoif1B2g&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjL6Yyk5OrlAhW24XMBHf14DEIQ6AEwCHoECAkQAQ#v=onepage&q=Pimpinan%20bappenas%201963%201967&f=false₹ |location=Jakarta|publisher=Yayasan Pusataka Obor Indonesia |page=xxxvii |isbn= |author-link=}}</ref> (1958–1963), Menteri Sosial dan Kebudayaan (1959–1960), Ketua Dewan Pengawas [[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|IKBN Antara]] (1961–1962) dan [[Menteri Penerangan]] (1962–1963).
Setelah kemerdekaan, jabatan-jabatan yang pernah dipangku Yamin antara lain anggota [[DPR]] sejak tahun 1950, [[Menteri Kehakiman Republik Indonesia|Menteri Kehakiman]] (1951), [[Daftar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia|Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan]] (1953–1955), Ketua Dewan Perancangan Nasional; dibantu 3 Wakil Ketua, yaitu [[Ukar Bratakusumah]], [[Soekardi]] & [[Sakirman]] melalui UU No. 80 tahun 1958<ref name=PPW>{{cite book |last=Rustiadi |first=Ernan |date=2009 |title=Perencanaan dan Pengembangan Wilayah |url=https://books.google.co.id/books?id=dfZiDwAAQBAJ&pg=PP27&lpg=PP27&dq=Pimpinan+bappenas+1963+1967&source=bl&ots=g3SQz2BiGh&sig=ACfU3U3v_jh0R9Z2PA_gCTGyQ0Yoif1B2g&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjL6Yyk5OrlAhW24XMBHf14DEIQ6AEwCHoECAkQAQ#v=onepage&q=Pimpinan%20bappenas%201963%201967&f=false₹ |location=Jakarta|publisher=Yayasan Pusataka Obor Indonesia |page=xxxvii |isbn= |author-link=}}</ref> (1958–1963), Menteri Sosial dan Kebudayaan (1959–1960), Ketua Dewan Pengawas [[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|IKBN Antara]] (1961–1962) dan [[Menteri Penerangan]] (1962–1963).


Pada saat menjabat sebagai Menteri Kehakiman, Yamin membebaskan [[tahanan politik]] yang dipenjara tanpa proses pengadilan. Tanpa [[grasi]] dan [[remisi]], ia mengeluarkan 950 orang tahanan yang dicap komunis atau sosialis. Atas kebijakannya itu, ia dikritik oleh banyak anggota DPR. Namun Yamin berani bertanggung jawab atas tindakannya tersebut. Kemudian disaat menjabat Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan, Yamin banyak mendorong pendirian universitas-universitas negeri dan swasta di seluruh Indonesia. Di antara perguruan tinggi yang ia dirikan adalah [[Universitas Andalas]] di [[Kota Padang|Padang]], [[Sumatra Barat]] dan [[Universitas Pendidikan Indonesia]] di [[Kota Bandung|Bandung]], [[Jawa Barat]] yang awal didirikan bernama Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG).
Pada saat menjabat sebagai Menteri Kehakiman, Yamin membebaskan [[tahanan politik]] yang dipenjara tanpa proses pengadilan. Tanpa [[grasi]] dan [[remisi]], ia mengeluarkan 950 orang tahanan yang dicap komunis atau sosialis. Atas kebijakannya itu, ia dikritik oleh banyak anggota DPR. Namun Yamin berani bertanggung jawab atas tindakannya tersebut. Kemudian disaat menjabat Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan, Yamin banyak mendorong pendirian universitas-universitas negeri dan swasta di seluruh Indonesia. Di antara perguruan tinggi yang ia dirikan adalah [[Universitas Andalas]] di [[Kota Padang|Padang]], [[Sumatera Barat]] dan [[Universitas Pendidikan Indonesia]] di [[Kota Bandung|Bandung]], [[Jawa Barat]] yang awal didirikan bernama Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG).


== Keluarga ==
== Keluarga ==
Pada tahun 1937, Mohammad Yamin menikah dengan Siti Sundari, putri seorang bangsawan dari [[Kadilangu]], [[Kabupaten Demak|Demak]], [[Jawa Tengah]].<ref>Tempo Edisi Khusus Sumpah Pemuda, Sundari, Kacamata Merah Muda, 2008.</ref> Mereka dikaruniai satu orang putra, [[Rahadian Yamin|Dang Rahadian Sinayangsih Yamin]]. Pada tahun 1969, Dian melangsungkan pernikahan dengan Gusti Raden Ayu Retno Satuti, {{clarify span|putri tertua dari [[Mangkunegoro VIII]].|date=Maret 2013}}
Pada tahun 1937, Mohammad Yamin menikah dengan Siti Sundari, putri seorang bangsawan dari [[Kadilangu]], [[Kabupaten Demak|Demak]], [[Jawa Tengah]].<ref>Tempo Edisi Khusus Sumpah Pemuda, Sundari, Kacamata Merah Muda, 2008.</ref> Mereka dikaruniai satu orang putra, [[Rahadian Yamin|Dang Rahadian Sinayangsih Yamin]]. Pada tahun 1969, Dian melangsungkan pernikahan dengan Gusti Raden Ayu Retno Satuti, putri tertua dari [[Mangkunegara VIII]].<ref>https://prsoloraya.pikiran-rakyat.com/solo/pr-1113520495/disebut-sebagai-pengganti-mangkunegara-ix-roy-rahajasa-yamin-dan-fakta-dibaliknya</ref>

== Wafat ==
[[File:Tomb of Muhammad Yamin (4).JPG|thumb|right|Makam Yamin di Talawi]]
Yamin meninggal di Jakarta pada 17 Oktober 1962. Sebagai pencetus ide-ide penting, Yamin mendominasi sejarah politik dan budaya Indonesia modern. Ide-idenya berkontribusi pada kebangkitan politik dan gelora kebanggaan nasional di Indonesia.<ref>{{Cite web |url=http://www.kompas.co.id/utama/news/0308/23/041431.htm |title=Archived copy |access-date=7 December 2006 |archive-url=https://archive.today/20070505100547/http://www.kompas.co.id/utama/news/0308/23/041431.htm |archive-date=5 May 2007 |url-status=dead }}</ref> Pada tahun 1973, ia ditetapkan sebagai [[Pahlawan Nasional Indonesia]].{{sfn|Winda (Ed)|2009|p=83}}


== Karya-karyanya ==
== Karya-karyanya ==
[[File:Muhammad Yamin looking at model, Tambahan dan Pembetulan Pekan Buku Indonesia 1954, p46.jpg|ka|jmpl|Mohammad Yamin melihat buku di Pekan Buku Indonesia 1954]]
[[Berkas:Mohammad Yamin.jpg|ka|jmpl|Sampul Buku Muhammad Yamin dan cita cita persatuan]]
* ''Tanah Air: kumpulan puisi'' (1922)
* ''Tanah Air: kumpulan puisi'' (1922)
* ''Indonesia, Tumpah Darahku: kumpulan puisi'' (1928)
* ''Indonesia, Tumpah Darahku: kumpulan puisi'' (1928)
Baris 124: Baris 138:
== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
* [[Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945]]
* [[Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945]]
* [[Tokoh Indonesia]]


== Referensi ==
== Catatan kaki ==
;Catatan kaki
{{reflist}}
{{reflist}}


==Rujukan ==
;Sumber buku
* {{cite book|last=Anderson|first=Benedict|author-link=Benedict Anderson|title=Java in a Time of Revolution: Occupation and Resistance, 1944–1946|url=https://archive.org/details/javaintimeofrevo0000ande|url-access=registration|year=1972|publisher=Cornell University Press|location=Ithaca, N.Y.|isbn=0-8014-0687-0}}
* {{cite book|last=Anderson|first=Benedict|author-link=Benedict Anderson|title=Java in a Time of Revolution: Occupation and Resistance, 1944–1946|url=https://archive.org/details/javaintimeofrevo0000ande|url-access=registration|year=1972|publisher=Cornell University Press|location=Ithaca, N.Y.|isbn=0-8014-0687-0}}
* Cheng Han Tan et al., ''Legal Education in Southeast Asia'', ''Asian Journal of Comparative Law'' v1(2006), No 1, Article 9. Free copy available at [http://www.bepress.com/cgi/login.cgi?return_to=http%3A%2F%2Fwww.bepress.com%2Fcgi%2Fviewcontent.cgi%3Farticle%3D1015%26context%3Dasjcl&situation=subscription&context=asjcl&article=1015]
* Cheng Han Tan et al., ''Legal Education in Southeast Asia'', ''Asian Journal of Comparative Law'' v1(2006), No 1, Article 9. Free copy available at [http://www.bepress.com/cgi/login.cgi?return_to=http%3A%2F%2Fwww.bepress.com%2Fcgi%2Fviewcontent.cgi%3Farticle%3D1015%26context%3Dasjcl&situation=subscription&context=asjcl&article=1015]
* {{cite book | last1 = Cribb| first1 = R.B |last2= Kahin | first2= Audrey | title = Historical Dictionary of Indonesia | publisher = Scarecrow Press | year = 2004 | isbn = 9780810849358|page=157}}
* {{cite book | last1 = Cribb| first1 = R.B |last2= Kahin | first2= Audrey | title = Historical Dictionary of Indonesia | url = https://archive.org/details/historicaldictio00crib| publisher = Scarecrow Press | year = 2004 | isbn = 9780810849358|page=[https://archive.org/details/historicaldictio00crib/page/n237 157]}}
* {{cite journal |last1=Elson |first1=R. E. |date=October 2009 |title=Another Look at the Jakarta Charter Controversy of 1945 |url= https://ecommons.cornell.edu/bitstream/handle/1813/54483/INDO_88_0_1255982649_105_130.pdf?sequence=1&isAllowed=y |journal=Indonesia |volume= 88|issue=88 |pages=105–130 |access-date= 21 December 2018}}
* {{cite journal |last1=Elson |first1=R. E. |date=October 2009 |title=Another Look at the Jakarta Charter Controversy of 1945 |url= https://ecommons.cornell.edu/bitstream/handle/1813/54483/INDO_88_0_1255982649_105_130.pdf?sequence=1&isAllowed=y |journal=Indonesia |volume= 88|issue=88 |pages=105–130 |access-date= 21 December 2018}}
* {{cite book | last1 = Finch| first1= Susan |last2=Lev|first2= Daniel S.| title= Republic of Indonesia Cabinets, 1945-1965| series= Cornell University. Modern Indonesia Project. Interim reports series | date=1965 | publisher=Modern Indonesia Project, Cornell University |location=Ithaca, N.Y.|url=https://babel.hathitrust.org/cgi/pt?id=coo.31924007718731&view=1up&seq=3}}
* {{cite book | last1 = Finch| first1= Susan |last2=Lev|first2= Daniel S.| title= Republic of Indonesia Cabinets, 1945-1965| series= Cornell University. Modern Indonesia Project. Interim reports series | date=1965 | publisher=Modern Indonesia Project, Cornell University |location=Ithaca, N.Y.|url=https://babel.hathitrust.org/cgi/pt?id=coo.31924007718731&view=1up&seq=3}}
* {{Cite journal | last= Foulcher |first = Keith| date=1977 |title=Perceptions of Modernity and the Sense of the Past: Indonesian Poetry in the 1920s|journal=Indonesia|volume=23|issue=23|pages=39–58|url=https://ecommons.cornell.edu/bitstream/handle/1813/54072/INDO_60_0_1106964018_61_100.pdf?sequence=1&isAllowed=y |jstor= 3350884| doi = 10.2307/3350884|hdl=1813/53638|hdl-access=free}}
* {{Cite journal | last= Foulcher |first = Keith| date=1977 |title=Perceptions of Modernity and the Sense of the Past: Indonesian Poetry in the 1920s|journal=Indonesia|volume=23|issue=23|pages=39–58|url=https://ecommons.cornell.edu/bitstream/handle/1813/54072/INDO_60_0_1106964018_61_100.pdf?sequence=1&isAllowed=y |jstor= 3350884| doi = 10.2307/3350884|hdl=1813/53638|hdl-access=free}}
* {{cite book |last=Inomata |first=Aiko Kurasawa |editor-last=Abdullah |editor-first=Taufik |title=The Heartbeat of Indonesian Revolution |publisher=PT Gramedia Pustaka Utama |date=1997 |pages=97–113 |chapter=Indonesia Merdeka Selekas-lekasnya: Preparations for Independence in the Last Days of Japanese Occupation |isbn=978-979-605-723-8 }}
* {{cite book |last=Inomata |first=Aiko Kurasawa |editor-last=Abdullah |editor-first=Taufik |title=The Heartbeat of Indonesian Revolution |publisher=PT Gramedia Pustaka Utama |date=1997 |pages=97–113 |chapter=Indonesia Merdeka Selekas-lekasnya: Preparations for Independence in the Last Days of Japanese Occupation |isbn=978-979-605-723-8 }}
* {{Cite book | last = Kahin | first = George McTurnan | author-link = George McTurnan Kahin | title = Nationalism and Revolution in Indonesia | publisher = Cornell University Press | year = 1952| location = Ithaca, New York }}
* {{Cite book | last = Kahin | first = George McTurnan | author-link = George McTurnan Kahin | title = Nationalism and Revolution in Indonesia | url = https://archive.org/details/nationalismrevol0000kahi | publisher = Cornell University Press | year = 1952| location = Ithaca, New York }}
*{{cite book | last = Kusuma| first = A.B | title = Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945 : memuat salinan dokumen otentik badan oentoek menyelidiki oesaha2 persiapan kemerdekaan|language = Indonesian |trans-title = The Birth of the 1945 Constitution: including copies of the authentic documents of the Investigating Committee for Preparatory Work for Independence | publisher =Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia |location = Depok, Indonesia| year = 2004 | isbn = 979-8972-28-7}}
*{{cite book | last = Kusuma| first = A.B | title = Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945 : memuat salinan dokumen otentik badan oentoek menyelidiki oesaha2 persiapan kemerdekaan|language = Indonesian |trans-title = The Birth of the 1945 Constitution: including copies of the authentic documents of the Investigating Committee for Preparatory Work for Independence | publisher =Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia |location = Depok, Indonesia| year = 2004 | isbn = 979-8972-28-7}}
* {{Citation | last1 = Kusuma | first1 = A.B. | last2 = Elson | first2 = R.E. | title = A note on the sources for the 1945 constitutional debates in Indonesia | journal = Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde | volume = 167 | issue = 2–3 | pages = 196–209| year = 2011 | issn = 0006-2294 | doi = 10.1163/22134379-90003589| url = http://espace.library.uq.edu.au/view/UQ:273574/UQ273574_OA.pdf }}
* {{Citation | last1 = Kusuma | first1 = A.B. | last2 = Elson | first2 = R.E. | title = A note on the sources for the 1945 constitutional debates in Indonesia | journal = Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde | volume = 167 | issue = 2–3 | pages = 196–209| year = 2011 | issn = 0006-2294 | doi = 10.1163/22134379-90003589| url = http://espace.library.uq.edu.au/view/UQ:273574/UQ273574_OA.pdf }}
Baris 145: Baris 157:
== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
{{Commonscat|Mohammad Yamin}}
{{Commonscat|Mohammad Yamin}}
* {{id}} [https://www.sepenuhnya.com/p/puisi-karya-muhammad-yamin.html Kumpulan Puisi karya Muhammad Yamin]
{{clr}}
{{clr}}
{{S-start}}
{{S-start}}
Baris 160: Baris 171:
{{Pahlawan Indonesia}}
{{Pahlawan Indonesia}}
{{BPUPKI}}
{{BPUPKI}}
{{Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia}}
{{Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia}}{{Menteri Hukum dan HAM Indonesia}}{{Menteri Penerangan Indonesia}}{{Authority control}}
{{Authority control}}


{{DEFAULTSORT:Yamin, Mohammad}}
{{lifetime|1903|1962|Yamin, Mohammad}}
{{lifetime|1903|1962|Yamin, Mohammad}}


{{DEFAULTSORT:Yamin, Mohammad}}
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Anggota BPUPKI]]
[[Kategori:Pejuang kemerdekaan Indonesia]]
[[Kategori:Ideolog Indonesia]]
[[Kategori:Ideolog Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh hukum Indonesia]]
[[Kategori:Pengajar hukum Indonesia]]
[[Kategori:Profesor Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Pendidikan Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Pendidikan Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Penerangan Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Penerangan Indonesia]]
[[Kategori:BPUPKI]]
[[Kategori:Menteri Sosial Indonesia]]
[[Kategori:Sastrawan Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia]]
[[Kategori:Cerdik Pandai Minangkabau]]
[[Kategori:Anggota DPR RI 1956–1959]]
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Penulis Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Sawahlunto]]
[[Kategori:Novelis Indonesia]]
[[Kategori:Esais Indonesia]]
[[Kategori:Dramawan Indonesia]]
[[Kategori:Penyair Indonesia]]
[[Kategori:Alumni SMA Negeri 3 Yogyakarta]]
[[Kategori:Alumni SMA Negeri 3 Yogyakarta]]
[[Kategori:Alumni Universitas Indonesia]]
[[Kategori:Penerima Bintang Republik Indonesia Utama]]
[[Kategori:Penerima Bintang Republik Indonesia Utama]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Adipradana]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Adipradana]]
[[Kategori:Anggota DPR RI 1956–1959]]
[[Kategori:Cerdik Pandai Minangkabau]]
[[Kategori:Menteri Sosial Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Minangkabau]]
[[Kategori:Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh Hindia Belanda]]
[[Kategori:Tokoh dari Sawahlunto]]

Revisi per 24 April 2024 14.00

Mohammad Yamin
Menteri Penerangan Indonesia ke-14
Masa jabatan
6 Maret 1962 – 17 Oktober 1962
PresidenSoekarno
Sebelum
Pendahulu
Maladi
Sebelum
Menteri Sosial dan Kebudayaan Indonesia ke-15
Masa jabatan
10 Juli 1959 – 30 Juli 1959
PresidenSoekarno
Ketua Dewan Perancangan Nasional Ke-4
Masa jabatan
23 Oktober 1958 – 17 Oktober 1962
PresidenSoekarno
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Ke-9
Masa jabatan
30 Juli 1953 – 12 Agustus 1955
PresidenSoekarno
Perdana MenteriAli Sastroamidjojo
Sebelum
Pendahulu
Bahder Djohan
Pengganti
R.M. Suwandi
Sebelum
Menteri Kehakiman Indonesia Ke-6
Masa jabatan
27 April 1951 – 14 Juni 1951
PresidenSoekarno
Perdana MenteriSukiman Wirjosandjojo
Sebelum
Pendahulu
Wongsonegoro
Pengganti
Mohammad Nasrun
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1903-08-24)24 Agustus 1903
Sawahlunto, Hindia Belanda
Meninggal17 Oktober 1962(1962-10-17) (umur 59)
Jakarta, Indonesia
KebangsaanIndonesia
Partai politikPartai Indonesia
Gerakan Rakyat Indonesia
Partai Persatuan Indonesia (Parpindo)
Suami/istri
RA Siti Sundari
(m. 1937⁠–⁠1962)
AnakDang Rahadian Sinayangsih Yamin
PendidikanMeester in de Rechten
Alma materRechtshoogeschool te Batavia
PekerjaanPolitikus, sastrawan
Tanda tangan
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Prof. Mr. Mohammad Yamin, S.H. (24 Agustus 1903 – 17 Oktober 1962) adalah sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum yang telah dihormati sebagai pahlawan nasional Indonesia. Ia merupakan salah satu perintis puisi modern Indonesia dan pelopor Sumpah Pemuda sekaligus "pencipta imaji keindonesiaan" yang mempengaruhi sejarah persatuan Indonesia.[1][2]

Latar belakang

Mohammad Yamin dilahirkan di Talawi, Sawahlunto pada 24 Agustus 1903. Ia merupakan putra dari pasangan Usman Baginda Khatib dan Siti Saadah yang masing-masing berasal dari Sawahlunto dan Padang Panjang. Ayahnya memiliki enam belas anak dari lima istri, yang hampir keseluruhannya kelak menjadi intelektual yang berpengaruh. Saudara-saudara Yamin antara lain: Muhammad Yaman, seorang pendidik; Djamaluddin Adinegoro, seorang wartawan terkemuka; dan Ramana Usman, pelopor korps diplomatik Indonesia. Selain itu sepupunya, Mohammad Amir, juga merupakan tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Yamin mendapatkan pendidikan dasarnya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Palembang, kemudian melanjutkannya ke Algemeene Middelbare School (AMS) Yogyakarta. Di AMS Yogyakarta, ia mulai mempelajari sejarah purbakala dan berbagai bahasa seperti Yunani, Latin, dan Kaei. Namun setelah tamat, niat untuk melanjutkan pendidikan ke Leiden, Belanda harus diurungkannya karena ayahnya meninggal dunia. Ia kemudian menjalani kuliah di Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta, yang kelak menjadi Fakultas Hukum Universitas Indonesia), dan berhasil memperoleh gelar Meester in de Rechten (Sarjana Hukum) pada tahun 1932.[3][4]

Kesastraan

Mohammad Yamin memulai karier sebagai seorang penulis pada dekade 1920-an semasa dunia sastra Indonesia mengalami perkembangan. Karya-karya pertamanya ditulis menggunakan bahasa Melayu dalam jurnal Jong Sumatra, sebuah jurnal berbahasa Belanda pada tahun 1920. Karya-karya terawalnya masih terikat kepada bentuk-bentuk bahasa Melayu Klasik.

Pada tahun 1922, Yamin muncul untuk pertama kali sebagai penyair dengan puisinya, Tanah Air; yang dimaksud tanah airnya yaitu Minangkabau di Sumatra. Tanah Air merupakan himpunan puisi modern Melayu pertama yang pernah diterbitkan.

Himpunan Yamin yang kedua, Tumpah Darahku, muncul pada 28 Oktober 1928.[5] Karya ini sangat penting dari segi sejarah, karena pada waktu itulah Yamin dan beberapa orang pejuang kebangsaan memutuskan untuk menghormati satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia yang tunggal. Dramanya, Ken Arok dan Ken Dedes yang berdasarkan sejarah Jawa, muncul juga pada tahun yang sama.

Dalam puisinya, Yamin banyak menggunakan bentuk soneta yang dipinjamnya dari literatur Belanda. Walaupun Yamin melakukan banyak eksperimen bahasa dalam puisi-puisinya, ia masih lebih menepati norma-norma klasik Bahasa Melayu, berbanding dengan generasi-generasi penulis yang lebih muda. Ia juga menerbitkan banyak drama, esei, novel sejarah, dan puisi. Ia juga menterjemahkan karya-karya William Shakespeare (drama Julius Caesar) dan Rabindranath Tagore.

Pada awal 1930-an, Yamin aktif di kalangan jurnalis, bergabung dengan dewan redaksi surat kabar Panorama, bersama Liem Koen Hian, Sanusi Pane dan Amir Sjarifuddin.[6][7] Pada pertengahan tahun 1936, bersama rekan-rekannya Liem, Pane dan Sjarifuddin, Yamin memulai surat kabar lain, Kebangoenan (1936–1941), yang—seperti halnya Panorama—diterbitkan oleh Siang Po Printing Press milik Phoa Liong Gie.[6]

Politik

Yamin duduk di tengah Pengurus Besar Jong Sumatranen Bond.

Karier politik Yamin dimulai ketika ia masih menjadi mahasiswa di Jakarta. Ketika itu ia bergabung dalam organisasi Jong Sumatranen Bond[8] dan menyusun ikrar Sumpah Pemuda yang dibacakan pada Kongres Pemuda II. Dalam ikrar tersebut, ia menetapkan Bahasa Indonesia, yang berasal dari Bahasa Melayu, sebagai bahasa nasional Indonesia. organisasi Indonesia Muda, Yamin mendesak supaya Bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat persatuan. Kemudian setelah kemerdekaan, Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi serta bahasa utama dalam kesusasteraan Indonesia.

Pada tahun 1932, Yamin memperoleh gelar sarjana hukum. Ia kemudian bekerja dalam bidang hukum di Jakarta hingga tahun 1942. Pada tahun yang sama, Yamin tercatat sebagai anggota Partindo. Setelah Partindo bubar, bersama Adnan Kapau Gani dan Amir Sjarifoeddin, ia mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo).[9] Tujuan Gerindo adalah untuk meningkatkan kesadaran publik akan ide-ide nasionalis dengan mengorganisir rakyat. Akan tetapi, pendirian Gerindo juga mencerminkan keinginan yang semakin besar di pihak banyak nasionalis sayap kiri untuk bekerja sama dengan Belanda. Kesediaan ini muncul baik dari keputusasaan atas prospek untuk mengorganisir perlawanan nasionalis yang efektif dalam menghadapi kekuatan militer dan polisi Belanda dan dari keyakinan bahwa kolaborasi melawan fasisme (terutama fasisme Jepang) memiliki prioritas tertinggi dalam urusan dunia. Gerindo berharap melalui kerjasama itu Belanda akan membentuk badan legislatif tersendiri di wilayah jajahan. Yamin dikeluarkan dari organisasi pada tahun 1939 karena melanggar peraturan, termasuk berkampanye melawan calon Gerindo lainnya dalam pemilihan dewan kotamadya Batavia. Ia kemudian mendirikan Partai Persatuan Indonesia (Parpindo). Dari tahun 1938 (atau 1939) hingga 1942, Yamin menjadi anggota Volksraad pada tahun 1939, sebuah badan penasihat yang dibentuk pada tahun 1917 oleh Belanda di Hindia Belanda.[3][10]

Semasa pendudukan Jepang (1942-1945), Yamin bertugas pada Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA), sebuah organisasi nasionalis yang disokong oleh pemerintah Jepang. Pada tahun 1945, ia terpilih sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam sidang BPUPKI, Yamin banyak memainkan peran. Ia berpendapat agar hak asasi manusia dimasukkan ke dalam konstitusi negara.[11] Ia juga mengusulkan agar wilayah Indonesia pasca-kemerdekaan, mencakup Sarawak, Sabah, Semenanjung Malaya, Timor Portugis, serta semua wilayah Hindia Belanda.[12] Soekarno yang juga merupakan anggota BPUPKI menyokong ide Yamin tersebut. Setelah kemerdekaan, Soekarno menjadi Presiden Republik Indonesia yang pertama, dan Yamin dilantik untuk jabatan-jabatan yang penting dalam pemerintahannya.

Yamin kemudian mengklaim bahwa pada tanggal 29 Mei 1945 ia menyampaikan pidato tentang dasar filosofis dan politik tertentu untuk negara baru yang diusulkan dan menyebutkan lima prinsip bangsa, yang kemudian dikenal sebagai Pancasila dan kemudian dimasukkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Ini akan menjadi dua hari sebelum pidato Soekarno menguraikan Pancasila pada 1 Juni.[13][14]

Yamin dan Sunario Sastrowardoyo dalam perundingan status Nugini Belanda di Den Haag, 1950

Klaim kepenulisan Yamin atas Pancasila dipertanyakan oleh Dr. Mohammad Hatta, Mr. Soebardjo, Mr. A. Maramis, Prof. A.G. Pringgodigdo, Prof. Sunario dan semua anggota BPUPK yang masih hidup yang kemudian diwawancarai. Namun, fakta bahwa Yamin tampaknya satu-satunya orang yang memiliki catatan lengkap tentang sidang-sidang BPUPK, yang ia gunakan untuk buku terbitan tahun 1959 Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945.

Yamin adalah anggota Panitia Sembilan yang bertugas mulai merancang undang-undang dasar. Panitia ini menghasilkan Pembukaan, yang memuat intisari pidato Soekarno 1 Juni. Yamin, yang banyak bekerja dalam menghasilkan rancangan ini, menyebutnya Piagam Jakarta.[15] Ketika BPUPK bertemu untuk sidang kedua, mulai 10 Juli, sebuah komite yang terdiri dari 19 anggota, dengan Soepomo memainkan peran utama, menghasilkan rancangan konstitusi selama tiga hari. Yamin kecewa karena tidak ditunjuk dalam komite ini, dan menolak untuk menerima pengangkatannya di komite lain yang membahas masalah keuangan. Ketika rancangan undang-undang itu divoting pada 16 Juli, Yamin mengkritiknya dan menjadi satu-satunya anggota BPUPK yang tidak langsung menerimanya. Yamin kemudian mengklaim bahwa ia telah menghasilkan rancangan undang-undang yang sangat mirip dengan versi Soepomo, tetapi tidak ada bukti untuk ini, dan Hatta secara khusus membantah bahwa Yamin telah menyerahkan dokumen semacam itu kepada BPUPK.[16][17]

Pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dan keesokan harinya, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) bertemu dan menugaskan komisi tujuh: Soekarno, Mohammad Hatta, Soepomo, Soebardjo, Otto Iskandardinata, Yamin dan Wongsonegoro untuk menghasilkan versi final UUD.[18]

Yamin (tengah) berkunjung ke Schiphol pada 1954

Setelah kemerdekaan, jabatan-jabatan yang pernah dipangku Yamin antara lain anggota DPR sejak tahun 1950, Menteri Kehakiman (1951), Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan (1953–1955), Ketua Dewan Perancangan Nasional; dibantu 3 Wakil Ketua, yaitu Ukar Bratakusumah, Soekardi & Sakirman melalui UU No. 80 tahun 1958[19] (1958–1963), Menteri Sosial dan Kebudayaan (1959–1960), Ketua Dewan Pengawas IKBN Antara (1961–1962) dan Menteri Penerangan (1962–1963).

Pada saat menjabat sebagai Menteri Kehakiman, Yamin membebaskan tahanan politik yang dipenjara tanpa proses pengadilan. Tanpa grasi dan remisi, ia mengeluarkan 950 orang tahanan yang dicap komunis atau sosialis. Atas kebijakannya itu, ia dikritik oleh banyak anggota DPR. Namun Yamin berani bertanggung jawab atas tindakannya tersebut. Kemudian disaat menjabat Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan, Yamin banyak mendorong pendirian universitas-universitas negeri dan swasta di seluruh Indonesia. Di antara perguruan tinggi yang ia dirikan adalah Universitas Andalas di Padang, Sumatera Barat dan Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, Jawa Barat yang awal didirikan bernama Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG).

Keluarga

Pada tahun 1937, Mohammad Yamin menikah dengan Siti Sundari, putri seorang bangsawan dari Kadilangu, Demak, Jawa Tengah.[20] Mereka dikaruniai satu orang putra, Dang Rahadian Sinayangsih Yamin. Pada tahun 1969, Dian melangsungkan pernikahan dengan Gusti Raden Ayu Retno Satuti, putri tertua dari Mangkunegara VIII.[21]

Wafat

Makam Yamin di Talawi

Yamin meninggal di Jakarta pada 17 Oktober 1962. Sebagai pencetus ide-ide penting, Yamin mendominasi sejarah politik dan budaya Indonesia modern. Ide-idenya berkontribusi pada kebangkitan politik dan gelora kebanggaan nasional di Indonesia.[22] Pada tahun 1973, ia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.[4]

Karya-karyanya

Mohammad Yamin melihat buku di Pekan Buku Indonesia 1954
  • Tanah Air: kumpulan puisi (1922)
  • Indonesia, Tumpah Darahku: kumpulan puisi (1928)
  • Menanti Surat dari Raja: terjemahan (1928)
  • Kalau Dewa Tara Sudah Berkata: drama (1932)
  • Di Dalam dan di Luar Lingkungan Rumah Tangga: terjemahan (1933)
  • Ken Arok dan Ken Dedes: drama (1934)
  • Sejarah Peperangan Dipanegara: sejarah (1945)
  • Tan Malaka: sejarah (1945)
  • Gajah Mada: novel sejarah (1948)
  • Sapta Dharma: sejarah revolusi (1950)
  • Revolusi Amerika: sejarah (1951)
  • Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia: sejarah (1951)
  • Bumi Siliwangi: kumpulan soneta (1954)
  • Kebudayaan Asia-Afrika: sejarah (1955)
  • Konstitusi Indonesia dalam Gelanggang Demokrasi: hukum (1956)
  • 6000 Tahun Sang Merah Putih: sejarah (1958)
  • Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar (1960, 3 jilid)
  • Ketatanegaraan Majapahit: sejarah (1962, 7 jilid)

Penghargaan

Lihat pula

Catatan kaki

  1. ^ "Tokoh Bangsa Multitalenta: M. Yamin". Jurnal Nasional. 2011-07-27. Diakses tanggal 2012-06-05. [pranala nonaktif permanen]
  2. ^ "Posisi M Yamin dalam Sejarah Indonesia". Okezone.com. Diakses tanggal 2012-06-05. 
  3. ^ a b Anderson 1972, hlm. 457.
  4. ^ a b Winda (Ed) 2009, hlm. 83.
  5. ^ Engelfriet, Aad. "History of Indonesia Mirror Site Aad 'Arcengel' Engelfriet". home.iae.nl. Diakses tanggal 22 April 2018. 
  6. ^ a b van Klinken, Geert Arend (2003). Minorities, Modernity and the Emerging Nation: Christians in Indonesia, a Biographical Approach (dalam bahasa Inggris). Leiden: KITLV Press. ISBN 9789067181518. [pranala nonaktif permanen]
  7. ^ Dieleman, Marleen; Koning, Juliette; Post, Peter (2010). Chinese Indonesians and Regime Change (dalam bahasa Inggris). Amsterdam: BRILL. ISBN 978-9004191211. 
  8. ^ Simbolon, Parakitri Tahi (2006). Menjadi Indonesia. Penerbit Buku Kompas. 
  9. ^ Cribb & Kahin 2004, hlm. 157.
  10. ^ Kusuma & Elson 2011, hlm. 204-205.
  11. ^ Hukumonline.com Muhammad Yamin, Pelopor Hak Asasi Manusia di Awal Republik
  12. ^ Inomata 1997, hlm. 107.
  13. ^ Kusuma & Elson 2011, hlm. 196,199-205.
  14. ^ Elson 2009, hlm. 111.
  15. ^ Elson 2009, hlm. 112-113.
  16. ^ Elson 2009, hlm. 114-115.
  17. ^ Kusuma & Elson 2011, hlm. 205-206.
  18. ^ Kahin 1952, hlm. 136-138.
  19. ^ Rustiadi, Ernan (2009). Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Yayasan Pusataka Obor Indonesia. hlm. xxxvii. 
  20. ^ Tempo Edisi Khusus Sumpah Pemuda, Sundari, Kacamata Merah Muda, 2008.
  21. ^ https://prsoloraya.pikiran-rakyat.com/solo/pr-1113520495/disebut-sebagai-pengganti-mangkunegara-ix-roy-rahajasa-yamin-dan-fakta-dibaliknya
  22. ^ "Archived copy". Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 May 2007. Diakses tanggal 7 December 2006. 

Rujukan

Pranala luar

Jabatan politik
Didahului oleh:
Maladi
Menteri Penerangan Indonesia
1962
Diteruskan oleh:
Roeslan Abdulgani
Didahului oleh:
Johannes Leimena
Menteri Sosial dan Kebudayaan Indonesia
1959
Diteruskan oleh:
Muljadi Djojomartono
Didahului oleh:
Bahder Djohan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia
1953–1955
Diteruskan oleh:
RM Suwandi
Didahului oleh:
Wongsonegoro
Menteri Kehakiman Indonesia
1951
Diteruskan oleh:
Mohammad Nasrun
Jabatan pemerintahan
Didahului oleh:
Ali Budiardjo
Ketua Dewan Perancangan Nasional
1958–1962
Diteruskan oleh:
Soeharto Sastrosoeyoso