Tanggapan Uni Eropa terhadap pandemi Covid-19

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen memberikan pesan pada warga Eropa pada 15 Maret 2020

Pandemi COVID-19 berdampak besar pada berbagai sektor di Uni Eropa. Beberapa kebijakan diterbitkan Uni Eropa dalam merespon pandemi koronavirus, seperti kesehatan, sosial ekonomi, transportasi, pendidikan dan masalah seperti disinformasi terkait pandemi koronavirus.

Latar Belakang[sunting | sunting sumber]

Dampak Pandemi Koronavirus di Eropa[sunting | sunting sumber]

Pada 11 Maret 2020, WHO telah menyatakan darurat pandemi koronavirus yang telah tersebar pada 110 negara,[1] dengan kasus terkonfirmasi di seluruh dunia sebanyak 110.000 kasus.[2] Eropa menjadi salah satu pusat penyebaran koronavirus dengan pusat utama di Italia.[2][3]

Pandemi ini berdampak kuat pada kondisi ekonomi Eropa. Komisi Eropa menyatakan bahwa dampak pandemi koronavirus terhadap ekonomi Eropa akan lebih besar dibandingkan krisis keuangan 2008.[4] Dalam data yang dipaparkan European Trade Union Confederation (ETUC), sekitar satu juta orang kehilangan pekerjaan pada dua minggu pertama pandemi koronavirus di Eropa.[5] Berdasarkan laporan McKinsey, sekitar 60 juta pekerja di Uni Eropa diprediksi akan terdampak koronavirus dan tingkat pengangguran Uni Eropa akan meningkat dari 6% menjadi 11%.[6]

Respon Uni Eropa[sunting | sunting sumber]

Uni Eropa memberikan respon terhadap pandemi koronavirus yang terjadi di seluruh daerah Uni Eropa. Respon awal Uni Eropa dilakukan melalui peningkatan Platform Kesiagaan Eropa Terhadap Kemunculan Epidemi (PREPARE) dengan melakukan aktivasi mode 1. Aktivasi mode 1 PREPARE dilakukan dengan mempersiapkan lokasi penanganan dan laboratorium diagnostik di area Eropa.[7] Respon utama yang diberikan Uni Eropa di antaranya peluncuran "Corona Response Investment Initiative" yang berfokus pada pendanaan sistem kesehatan negara, usaha kecil dan menengah, pasar buruh, dan berbagai komponen ekonomi yang terdampak pandemi koronavirus. Selain itu, Komisi Eropa meluncurkan juga inisiasi baru "Support to mitigate Unemployment Risks in an Emergency" (SURE) untuk melindungi pekerja dan negara yang terdampak pandemi koronavirus melalui pendanaan sebesar 100 miliar Euro dalam bentuk pinjaman bersyarat.[8][9] Pinjaman dalam skema SURE didukung melalui sistem jaminan sukarela dari negara anggota Uni Eropa, dengan jumlah jaminan 25% dari total maksimum pinjaman.[9]

Pada bidang kesehatan, Uni Eropa mencanangkan strategi penyiapan persediaan alat kesehatan terutama peralatan perlindungan diri dan ventilator dengan total biaya sekitar 80 miliar Euro. Terakhir, sekitar 140 juta Euro dianggarkan untuk menyokong berbagai proyek Uni Eropa di bidang kesehatan, terutama dalam penelitian vaksin, diagnosis, serta penanganan penyakit akibat koronavirus.[8]

Pada 23 April 2020, Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengadakan konferensi bersama pemimpin negara Uni Eropa. Prioritas yang dibahas dalam konferensi ini diantaranya memfungsikan pasar internal, perumusan strategi investasi, serta aksi terkait ketahanan dan tatakelola Uni Eropa selama terjadinya pandemi koronavirus di Eropa. Selain itu, proposal Eurogroup dibahas dalam konferensi ini. Proposal ini terdiri atas bantuan ekonomi pada pekerja, pengusaha, dan anggota Uni Eropa senilai 540 miliar Euro.[10] Sumber utama dana respon terhadap pandemi berasal dari anggaran nasional negara-negara anggota. Komisi Eropa telah mengeluarkan aturan prosedural guna memfasilitasi pendanaan tersebut.[11]

Kebijakan[sunting | sunting sumber]

Kesehatan[sunting | sunting sumber]

Prioritas utama Komisi Eropa adalah menjaga kesehatan dan kesejahteraan warga negara dengan menggunakan semua alat yang dimiliki. Inilah sebabnya mengapa mereka mengambil langkah yang diperlukan untuk berkoordinasi dengan Negara-negara Anggota untuk memfasilitasi pasokan peralatan medis dan pelindung di seluruh Eropa.[12]

Memastikan adanya persediaan dan peralatan[sunting | sunting sumber]

Perjanjian pengadaan bersama (Joint Procurement Agreement) dilakukan secara sukarela dengan Negara-negara Anggota (beserta Inggris Raya dan Norwegia), yang memungkinkan pembelian bersama peralatan dan persediaan. Beberapa peralatan pelindung tersebut diantaranya seperti masker, sarung tangan, kacamata, pelindung wajah, dan sebagainya- serta ventilator medis dan peralatan pengujian yang merupakan alat yang penting untuk setiap rumah sakit, tenaga kesehatan, pasien, pekerja lapangan dan otoritas perlindungan sipil.[12]

Dalam Perjanjian pengadaan bersama, Komisi Eropa memiliki peran koordinasi, sedangkan Negara Anggota sebagai pembeli barang .[12]

Setelah Perjanjian pengadaan bersama dilakukan, kemudian produsen membuat penawaran yang mencakup beberapa kasus. Terkadang penawaran melebihi jumlah yang diminta oleh Negara Anggota yang ikut serta dalam pengadaan, untuk setiap item tunggal yang diminta. Pengadaan bersama mencakup masker tipe 2 dan 3, sarung tangan, kacamata, pelindung wajah, masker bedah dan sebagainya.[13]

Kebijakan pengadaan bersama memberikan jaminan bahwa rumah sakit, profesional perawatan kesehatan, rumah perawatan dan orang-orang yang membutuhkannya akan memiliki peralatan yang diperlukan untuk melindungi mereka dari koronavirus dan untuk membatasi penyebaran koronavirus.[13]

Membentuk tim Uni Eropa pakar koronavirus[sunting | sunting sumber]

ECDC

Komisi Eropa membentuk panel penasihat tentang koronavirus yang terdiri dari tujuh ahli epidemiologi dan virologi dari beberapa Negara Anggota Pada 17 Maret. Tujuan dibentuknya panel penasihat adalah, untuk merumuskan pedoman tanggapan Uni Eropa berbasis sains dan mengoordinasikan langkah-langkah manajemen risiko. Panel penasihat, dibuat berdasarkan mandat dari Negara Anggota Uni Eropa, yang diketuai oleh Presiden Komisi Eropa (European Commission), Ursula von der Leyen dan Komisaris untuk kesehatan dan keamanan pangan, Stella Kyriakides. Berdasarkan saran ilmiah dari The European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC), dan panel penasehat koronavirus, Komisi Eropa menerbitkan rekomendasi pertama untuk langkah-langkah komunitas, untuk strategi pengujian pada 19 Maret, dan tentang Ketahanan Sistem Kesehatan pada 30 Maret.[12]

Data dapat diunduh pengguna dan diperbarui setiap hari. Berisi data publik terbaru yang tersedia di menu COVID-19. Setiap baris atau entri berisi jumlah kasus baru yang dilaporkan per hari dan per negara. Pengguna dapat memakai data, sesuai dengan kebijakan hak cipta ECDC.[14]

Penilaian risiko[sunting | sunting sumber]

The European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) merupakan lembaga Uni Eropa yang memperkuat pertahanan Eropa terhadap penyakit menular. ECDC memainkan peran penting dalam menilai ancaman dari sudut pandang ilmiah, menyediakan pembaruan epidemiologis dan dukungan teknis dengan mengeluarkan panduan tentang cara terbaik untuk menanggapi wabah, juga termasuk didalamnya yang menghasilkan penilaian risiko yang cepat. Panduan ini tidak terbatas pada pengawasan wabah, kesiapsiagaan dan perencanaan respons, dan dukungan laboratorium.[12]

Adapun Rapid Risk Assessments (RRA) dilakukan ketika tahap awal dari suatu peristiwa berpotensi menimbulkan masalah kesehatan masyarakat. Sementara penilaian risiko yang lebih komprehensif, didalamnya mencakup pelaksanaan tinjauan sistematis penuh, nantinya dihasilkan pada tahap akhir dari suatu peristiwa. Biasanya dilakukan ketika lebih banyak waktu dan informasi yang tersedia.[15]

Koordinasi krisis[sunting | sunting sumber]

Melalui konferensi video, krisis ini dikoordinasikan di beberapa tingkat, termasuk di tingkat Dewan Eropa. Koordinasi dilakukan melalui diskusi rutin dengan Menteri Kesehatan, dalam pertemuan yang sering dilakukan oleh Komite Keamanan Kesehatan. Adapun pemberitahuan tentang ancaman kesehatan lintas-batas yang serius diinformasikan melalui Early Warning and Response System (EWRS) – platform online yang tersedia 24/7. Sistem EWRS memungkinkan Negara Anggota Uni Eropa untuk mengirimkan peringatan tentang peristiwa dengan dampak potensial pada Uni Eropa , untuk berbagi informasi, dan kemudian mengoordinasikan tanggapan mereka. Alat ini bertujuan untuk mendukung kerja sama, pertukaran informasi yang cepat, pemantauan yang luas dan koordinasi kesiapsiagaan dan respons terhadap wabah koronavirus.[12]

Early Warning and Response System (EWRS) memiliki akses terbatas untuk memantau ancaman kesehatan masyarakat di Uni Eropa. Akses dan posting EWRS bersifat rahasia dan hanya dapat digunakan oleh ECDC, dan anggota States and the Directorate General Health and Food Safety (SANTE).[16]

Pembatasan perjalanan[sunting | sunting sumber]

Pada 16 Maret 2020, Presiden Komisi Eropa (European Commission) Ursula von der Leyen mengumumkan bahwa Uni Eropa menerapkan pembatasan perjalanan yang dinilai tidak penting di wilayah Uni Eropa dan kawasan Schengen. Hal ini dilakukan menyusul bergesernya episentrum atau penyebaran Covid-19 dari China ke Eropa. Dalam himbauannya, Ursula von der Leyen merekomendasikan negara-negara anggota UE dan kawasan Schengen untuk menerapkan pembatasan perjalanan yang tidak penting sementara selama 30 hari. Saat ini, semua negara anggota UE (kecuali Irlandia) dan kawasan Schengen (Islandia, Liechtenstein, Norwegia, dan Swiss) telah menerapkan pembatasan perjalanan sementara.[17] Pada 8 April 2020, para pemimpin Eropa maupun kawasan Schengen non-UE bersepakat untuk memperpanjang pembatasan sementara hingga 15 Mei.[18][19]

Kebijakan pembatasan perjalanan memberi pengecualian bagi mereka yang merupakan penduduk jangka panjang Uni Eropa, anggota keluarga warga negara Uni Eropa, diplomat, pelintas batas negara, atau pekerja penting seperti dokter, perawat, dan peneliti.[18][20]

Komisi Eropa kemudian mengeluarkan pedoman yang mengatur pembatasan. Pedoman ini bertujuan untuk memastikan bahwa rantai pasokan di seluruh UE terus beroperasi dan bisa tercukupi selama pandemi yang menyatakan perbatasan harus terbuka untuk semua kendaraan pengangkut. Selain itu, pedoman tersebut juga menyatakan waktu yang dihabiskan untuk proses pemeriksaaan tidak boleh lebih dari 15 menit. Pengemudi juga diharapkan tidak turun dari kendaraan untuk mempercepat proses pemeriksaan tersebut.[21]

Sosial-ekonomi[sunting | sunting sumber]

Komisi Eropa mengeluarkan Kerangka Kerja Sementara (Temporary Framework) bertanggal 19 Maret 2020 untuk membantu negara-negara anggota mengurangi dampak sosial-ekonomi akibat pandemi, sejalan dengan aturan bantuan negara (state aid) Uni Eropa. Melalui kebijakan ini, negara-negara anggota dapat membuat perubahan undang-undang yang berhubungan dengan ekonomi seperti penundaan pajak dan subsidi jangka pendek di semua sektor. Negara-negara anggota juga dapat memberikan kompensasi atas kerugian yang disebabkan langsung oleh pandemi kepada perusahaan yang bergerak di bidang-bidang tertentu seperti transportasi, pariwisata, perhotelan, dan ritel. Kerangka kerja ini berlaku hingga akhir Desember 2020 dan akan diperpanjang jika perlu.[22]

Mengamankan persediaan makanan[sunting | sunting sumber]

Alokasi dana pengeluaran setiap negara berdasarkan laporan ESF (The European Social Fund)
Dana yang diibelanjakan oleh demografi berdasarkan laporan ESF (The European Social Fund)

Kebijakan The Fund for European Aid to the Most Deprived atau disingkat FEAD (periode 2014–2020) merupakan kebijakan yang dilakukan oleh Uni Eropa dalam memberikan bantuan sosial, termasuk persediaan bahan makanan maupun bahan material lainnya untuk penggunaan pribadi, seperti pakaian, sepatu, sabun, sampo, dan kebutuhan pokok lainnya.[23] Bantuan tersebut diberikan terutama bagi orang-orang yang sangat membutuhkan atau orang-orang dengan kondisi perekonomian yang kurang mampu. Kebijakan FEAD tersebut juga memberikan bantuan berupa non-materi yang dilakukan melalui langkah-langkah inklusi sosial, seperti bimbingan dan dukungan kepada orang-orang yang kurang mampu secara ekonomi, sehingga dapat membantu mereka agar lebih mudah diterima oleh masyarakat dan keluar dari pengucilan atau diskriminasi sosial. Kebijakan tersebut merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Uni Eropa dalam membantu perekonomian masyarakat maupun hubungan sosial masyarakat yang terkena dampak dari pandemi koronavirus.[24][25] Bantuan sosial seperti makanan dan bantuan bahan pokok tersebut rencananya akan dikirimkan melalui voucher elektronik, dengan demikian risiko terinfeksi virus menjadi lebih rendah. Diperkirakan lebih dari 3,8 miliar dana yang dialokasikan untuk FEAD periode 2014–2020. Selain itu, negara-negara Uni Eropa juga akan berkontribusi setidaknya 15% dalam pembiayaan bersama nasional untuk program nasional mereka.[24][26][27][28]

Di sisi lain, kebijakan FEAD tersebut juga mendapat dukungan dari European Social Fund (ESF), yang rencananya akan membantu dalam memberikan kursus pelatihan maupun pekerjaan bagi mereka yang kurang mampu sehingga kondisi perekonomian orang-orang yang terkena wabah pandemi koronavirus dapat menjadi lebih baik. The European Social Fund (ESF) tersebut merupakan instrument keuangan utama Uni Eropa dengan fokus utama dalam mendukung pekerjaan setiap negara yang tergabung dalam Uni Eropa. Selain itu, ESF juga merupakan salah satu European Structural and Investment Funds (ESIF) yang memiliki tujuan dalam meningkatkan kohesi sosial dan kesejahteraan ekonomi di seluruh wilayah Uni Eropa, yang juga merupakan instrument keuangan redistributive dalam mendukung kohesi di wilayah Eropa dengan memusatkan pengeluaran pada daerah yang kurang berkembang. Diperkirakan bahwa jumlah pengeluaran ESF sekitar 10% dari total anggaran Uni Eropa.[29][30][31]

Menghindari risiko pengangguran[sunting | sunting sumber]

Pada 2 April 2020, Komisi Eropa mengeluarkan kebijakan pinjaman SURE. Pinjaman ini dapat diajukan oleh negera-negara anggota yang terkena dampak pandemi dengan nominal maksimal €100 miliar. Pinjaman ini ditujukan untuk membantu negara-negara anggota membiayai program publik yang memungkinkan pekerja tetap mendapatkan upah meski dengan pengurangan jam kerja.[23] Selain itu, pekerja nonformal seperti petani dan nelayan juga akan menerima insentif.[32]

Pada 6 April, Komisi Eropa mengumumkan bahwa € 8 miliar akan disediakan sebagai bantuan keuangan langsung kepada usaha kecil dan menengah di seluruh UE. Kelangsungan hidup usaha kecil dan menengah yang secara ekonomi sangat terpukul oleh koronavirus sangat penting bagi ekonomi nasional di seluruh UE.[23] Komisi Eropa telah menarik dana sebesar € 1 miliar dari Dana Eropa untuk Investasi Strategis (EFSI) yang akan berfungsi sebagai jaminan bagi Dana Investasi Eropa (EIF). Ini akan memungkinkan EIF untuk memberi insentif kepada bank dan pemberi pinjaman lainnya untuk membantu setidaknya 100.000 UKM Eropa dan perusahaan menengah kecil yang terkena dampak ekonomi dari pandemi koronavirus, dengan perkiraan pembiayaan yang tersedia sebesar € 8 miliar.[33]

Beberapa fitur utama dari jaminan tersebut adalah akses yang disederhanakan dan lebih cepat, menerima risiko yang lebih tinggi (hingga 80% dari potensi kerugian atas pinjaman individu), fokus pada pinjaman modal kerja di seluruh UE, mengizinkan jangka waktu yang lebih fleksibel, termasuk penundaan, penjadwalan ulang, atau cuti pembayaran.

Dukungan terhadap sektor pertanian dan perikanan[sunting | sunting sumber]

Pada 17 Maret, Komisi Eropa memperpanjang batas waktu kepada negara-negara anggota untuk mengajukan permohonan dukungan bagi petani melalui kebijakan Pertanian Bersama (Common Agricultural) dari 15 Mei menjadi 15 Juni 2020.[34] Melalui Kerangka Kerja Sementara, petani dapat memperoleh bantuan maksimum €100.000 per lahan pertanian. Dalam kasus khusus, bantuan sebesar €25.000 dapat ditambahkan. Sementara itu, perusahaan pengolahan dan pemasaran makanan dapat memperoleh bantuan hingga €800.000.[23]

Permintaan akan makanan laut mengalami penurunan mendadak selama pandemi. Ribuan nelayan terancam pekerjaannya sementara pasokan makanan laut tetap diperlukan. Komisi memberi dukungan terhadap sekor ini melalui Kerangka Kerja Sementara di bawah Dana Maritim dan Perikanan Eropa (European Maritime and Fisheries Fund).[23]
Adapun perincian bantuan yaitu melalui hibah langsung, pembayaran uang muka kredit atau keringanan pajak hingga maksimal €120.000 per usaha.[35]

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Terjadinya pandemi global koronavirus ini juga berdampak pada sektor pendidikan. Mayoritas negara yang tergabung di Uni Eropa telah menutup sekolah-sekolah pada tanggal 16 Maret 2020 sebagai salah satu langkah untuk membatasi interaksi antarindividu sehingga potensi pertambahan kasus dapat berkurang.[36] Negara Eropa yang pertama kali terkena pandemi, Italia, telah menutup sekolah pada 5 Maret 2020. Kebijakan itu juga diikuti oleh negara Eropa lainnya, seperti Albania, Romania, Ceko, dan Yunani. Bahkan, Kementrian Pendidikan Malta memutuskan untuk menutup sekolah hingga akhir tahun pelajaran pada akhir Juni nanti.[37] Ada beberapa negara di Eropa yang menetapkan libur sekolah selama 2 minggu, tetapi mayoritasnya menetapkan libur selama pandemi hingga waktu yang akan ditentukan. Menurut laporan Organisation of School Time in Europe, liburan musim semi biasanya berakhir pada 12-13 April atau 19 April. Selain itu, di beberapa negara belahan Eropa Utara, tahun ajaran akan selesai pada bulan Juni. Hal ini memunculkan kemungkinan bahwa para siswa tak akan kembali ke sekolah pada tahun ajaran ini.[38]

Menghadapi situasi tersebut, dukungan belajar diberikan dengan berbagai cara, mulai dari buku pelajaran dari sekolah, melalui sistem pembelajaran jarak jauh yang memungkinkan guru dan siswa dapat berinteraksi tanpa harus bertemu, hingga adanya program televisi edukasi nasional serta pembelajaran lewat media sosial. Komisi Eropa sendiri telah menyediakan beberapa sumber belajar secara daring bagi pengajar untuk keberlangsungan pembelajaran selama pandemi ini.[39]

Disinformasi[sunting | sunting sumber]

Komisi Eropa telah memperingatkan bahwa berita bohong dan disinformasi terkait masalah kesehatan, khususnya tentang penyakit COVID-19 sedang berkembang. Untuk melawannya, Komisi Eropa menganjurkan untuk selalu mengikuti anjuran dari sumber-sumber resmi seperti otoritas kesehatan, situs web milik Uni Eropa, serta dari WHO dan European Centre for Disease Prevention and Control.[40] Sebagaimana yang dituturkan oleh Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, bahwa 'berita palsu' tentang pandemi koronavirus berkembang pesat dan harus dihentikan.[41] Komisi Eropa juga sudah menggandeng beberapa platform daring untuk memeriksa dan menghilangkan berita yang menyesatkan. Dinas Luar Negeri Eropa turut bekerja sama dengan Komisi Eropa, negara-negara Uni Eropa, serta mitra internasional untuk menganalisis disinformasi, yang mana hasil analisis tersebut dipublikasikan secara berkala melalui situs web EUvsDisinfo.eu Diarsipkan 2020-04-23 di Wayback Machine. dan media sosial.[42]

Penelitian[sunting | sunting sumber]

Komisi Eropa telah berada di garis depan dalam mendukung penelitian, inovasi dan upaya mengoordinasikan penelitian untuk Eropa dan secara global, termasuk kesiapan menghadapi pandemi. Penelitian ini termasuk membahas epidemiologi, kesiapsiagaan tanggapan terhadap wabah, pengembangan diagnostik, perawatan dan juga vaksin, dalam hal ini fokus pada pengembanganan vaksin profilaksis (pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit) dan vaksin terapeutik (pencegahan infeksi), serta infrastruktur dan sumber daya yang memungkinkan penelitian tersebut.[43]

UE telah mengumumkan dukungannya untuk 18 proyek penelitian yang berhubungan dengan koronavirus.[44] Organisasi ilmiah lainnya di Negara Anggota ASEAN juga diundang untuk bekerja sama dalam proyek tersebut.[45] Dana yang telah disediakan untuk proyek tersebut senilai € 48,5 juta.[46] Kedelapan belas proyek baru tersebut melibatkan 151 tim dari seluruh Eropa dan sekitarnya.[47]

Cepat Tanggap dan Kesiapsiagaan[sunting | sunting sumber]

Terdapat 6 proyek yang didanai senilai 19,1 juta euro untuk masalah kesiapan dan tanggapan terkait koronavirus, diantaranya adalah:

  • I-MOVE-COVID-19 (Influensa – pemantauan efektivitas vaksin di Eropa) bertujuan untuk memperoleh informasi epidemiologi dan klinis mengenai koronavirus dan pasien yang terinfeksi melalui jaringan pengawasan. Proyek ini berlokasi di layanan B2B Epiconcept, Prancis.
  • RECOVER, adalah proyek yang bertujuan mengumpulkan data secara komprehensif dari berbagai studi klinis dan epidemiologis terhadap penyakit menular yang mungkin terjadi di masa depan, berpusat di Universitas Antwerp, Belgia.
  • HERoS, sebuah proyek yang digagas oleh Sekolah Bisnis Swedia, Finlandia, bertujuan untuk meningkatkan dan efisiensi tanggapan terhadap wabah koronavirus dengan memberikan rujukan tata kelola krisis pandemi yang lebih baik.
  • EpiPose, proyek yang bertujuan berbagi data mengenai karakteristik epidemiologi, perubahan perilaku dan kesehatan masyarakat, serta dampak ekonomi yang ditimbulkan untuk kesiapsiagaan selama pandemik, proyek ini dikembangkan oleh Universitas Hasselt, Belgia; kemudian.
  • EXSCALATE4COV, sebuah proyek yang memanfaatkan kecanggihan sumber daya komputer dalam mengidentifikasi molekul yang mampu menargetkan koronavirus, diprakarsai oleh Perusahaan Farmasi Dompe, Italia.
  • CORESMA-COVID-19, proyek yang mengembangkan kecerdasan buatan sebagai media untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah penanggulangan pandemik. Proyek ini terletak di Pusat Penelitian Infeksi Helmholtz, Jerman.[48]

Diagnostik[sunting | sunting sumber]

Anggaran yang dikeluarkan oleh Uni Eropa juga memberikan dana sebesar 7,4 juta euro kepada tiga lembaga penelitian dalam pengembangan uji diagnostik penyembuhan di tempat secara cepat dan efektif. Mereka adalah Institut Catalan Nanosains dan Nanoteknologi Spanyol, yang sedang mengembangkan ConVat, sebuah program nano-biosensoring optik untuk mendiagnostik, mengidentifikasi, dan mengawasi evolusi virus dalam ruang lingkup global secara langsung, cepat, dan spesifik; Universitas Teknik di Denmark, yang mengembangkan sebuah alat komplementer bernama Corona DX yang berfungsi untuk mendiagnosis Covid-19 dengan metode cepat, sederhana, dan dapat dilakukan oleh orang yang minim pelatihan; Kemudian lembaga penelitian Irlandia, Hibergene Diagnostik yang sedang mengembangkan alat bernama HG.nCoV 19 Test, bertujuan untuk memvalidasi uji diagnostik molekuler pada koronavirus.[49]

Pengobatan[sunting | sunting sumber]

Komisi Uni Eropa juga menyediakan dana penelitian senilai 17 juta euro untuk inovasi di bidang pengobatan yang efektif. Hibah ini ditindaklanjuti dengan mengembangkan 7 temuan oleh beberapa lembaga penelitian diantaranya adalah Pusat Pendidikan Medis Leiden, Belanda dengan inovasi SCORE-nya; Universitas Stockholm, Swedia dengan temuannya berupa Fight-nCoV; Asosiasi RTDS Austria yang sedang mengembangkan Solnatide, sebuah proyek yang akan menguji secara klinis pengobatan berbasis peptida pada gangguan pernapasan/ penyakit paru-paru pasien covid-19; Institut Karoulinska, Swedia yang mengembangkan dua proyek sekaligus yaitu CoroNAb (proyek pengujian antibodi dan nanobodi sebagai penawar koronavirus) dan ATAC (uji antibodi dengan strategi terapeutik berdasarkan sampel darah dari pasien yang telah pulih); kemudian Pusat Penelitian Jerman untuk Kesehatan dan Lingkungan dengan temuan RipCoN-nya; dan Pusat Medis Universitas Erasmus Rotterdam, Belanda yang sedang menguji antibodi monoklonal.[50]

Vaksin[sunting | sunting sumber]

Terdapat proyek pendanaan lainnya kepada dua institusi untuk bidang pengembangan vaksin yang aman dan efektif senilai 5,7 juta euro, mereka adalah Institut Karoulinska, Swedia dan Universitas Kopenhagen, Denmark.[51]

Kemudian pada 16 Maret 2020, Komisi Eropa menyiapkan dana hingga € 80 juta untuk mendukung CureVac,[52] pengembang vaksin inovatif dari Tübingen, Jerman. Dengan tujuan untuk meningkatkan pengembangan dan produksi vaksin terhadap koronavirus, hal tersebut telah disampaikan oleh Presiden Komisi Ursula Von Der Leyen dan Komisaris Utama untuk Inovasi, Penelitian, Kebudayaan, Pendidikan, dan Pemuda, Mariya Ivanova Gabriel lewat video konferensi mereka bersama dengan pihak manajemen Curevac yang saat itu juga dihadiri oleh Wakil Presiden Bank Investasi Eropa (EIB), Ambroise Fayolle.[53]

Kontroversi[sunting | sunting sumber]

Coronabonds[sunting | sunting sumber]

Tanggapan negara anggota Uni Eropa terhadap Coronabonds
  Menyetujui
  Menolak
  Netral atau tidak diketahui

Coronabonds adalah ide mengenai penggunaan hutang bersama yang nantinya akan digunakan untuk pemulihan ekonomi negara Uni Eropa yang terkena dampak dari pandemi koronavirus. Ide mengenai hutang bersama seperti ini sebelumnya sudah dikemukakan oleh Italia pada tahun 2009 dan Prancis pada tahun 2012 dikarenakan puncak dari krisis utang negara zona euro.[54] Terdapat perdebatan antara negara utara eropa dengan negara selatan eropa seperti Italia, Prancis, dan Spanyol mengenai skema pembiayaan dana untuk melawan koronavirus, dimana negara selatan menginginkan skema pinjaman bernama Coronabonds sementara negara utara uni eropa seperti Jerman menolak.[55] Kanselir Jerman menolak ide Coronabonds tetapi mendukung penggunaan anggaran Uni Eropa dan penerbitan obligasi untuk pemulihan ekonomi terhadap negara-negara yang terdampak koronavirus. Penolakan kanselir Jerman disebabkan karena persiapan Coronabonds akan memakan waktu[56]

Revisi laporan[sunting | sunting sumber]

Uni Eropa merevisi laporan pada dokumen mengenai kebijakan pemerintah mengenai disinformasi koronavirus dengan melunakkan kritik mengenai negara Tiongkok. Kalimat mengenai kampanye "disinformasi global" Tiongkok dan perselisihan antara Tiongkok dengan Prancis dihapus.[57]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "WHO announces COVID-19 outbreak a pandemic". www.euro.who.int (dalam bahasa Inggris). 2020-03-12. Diakses tanggal 2020-04-25. 
  2. ^ a b "The WHO Just Declared Coronavirus COVID-19 a Pandemic". Time (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-20. 
  3. ^ Wisniewska, Aleksandra; Tilford, Cale; Smith, Alan; Harlow, Max; Blood, David; Bernard, Steven; Burn-Murdoch, John (2020-02-08). "Coronavirus tracked: the latest figures as the pandemic spreads | Free to read". www.ft.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-20. 
  4. ^ Rios, Beatriz; Valero, Jorge (2020-04-20). "COVID-19: EU's plan to save the economy". www.euractiv.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-20. 
  5. ^ Zsiros, Sandor (31 Maret 2020). "Coronavirus in Europe: one million job losses in two weeks is tip of the iceberg". Euronews. Diakses tanggal 20 April 2020. 
  6. ^ Business, Charles Riley, CNN. "60 million Europeans could suffer furloughs, layoffs or wage cuts". CNN. Diakses tanggal 2020-04-20. 
  7. ^ Alice, Tidey (24 Januari 2020). "Coronavirus: How is the EU preparing for an outbreak, and why screening may be futile". Euronews. Diakses tanggal 20 April 2020. 
  8. ^ a b "EU action against Coronavirus". EEAS – European External Action Service – European Commission (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-20. 
  9. ^ a b "EU support to short-term employment will test European solidarity". The Brussels Times (dalam bahasa Inggris). 2020-04-02. Diakses tanggal 2020-04-20. 
  10. ^ "COVID-19 coronavirus outbreak and the EU's response". www.consilium.europa.eu (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-20. 
  11. ^ "EU CORONAVIRUS RESPONSE" (PDF) (dalam bahasa Inggris). Maret 2020. Diakses tanggal 22 April 2020. 
  12. ^ a b c d e f "Public health". European Commission – European Commission (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-26. 
  13. ^ a b "Press corner". European Commission – European Commission (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-26. 
  14. ^ "Download today's data on the geographic distribution of COVID-19 cases worldwide". European Centre for Disease Prevention and Control (dalam bahasa Inggris). 2020-04-25. Diakses tanggal 2020-04-26. 
  15. ^ "Operational tool on rapid risk assessment methodology – ECDC 2019". European Centre for Disease Prevention and Control (dalam bahasa Inggris). 2019-03-14. Diakses tanggal 2020-04-26. 
  16. ^ "Early Warning and Response System of the European Union (EWRS)". European Centre for Disease Prevention and Control (dalam bahasa Inggris). 2018-09-03. Diakses tanggal 2020-04-26. 
  17. ^ "Travel and transportation". European Commission – European Commission (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-25. 
  18. ^ a b https://ec.europa.eu/info/live-work-travel-eu/health/coronavirus-response/travel-and-transportation_en
  19. ^ "Coronavirus: Commission invites Member States to prolong restriction on non-essential travel to the EU until 15 May". European Commission – European Commission (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-25. 
  20. ^ "Travel to and from the EU during the pandemic". European Commission – European Commission (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-25. 
  21. ^ "Coronavirus: Commission presents practical guidance to ensure continuous flow of goods across EU via green lanes". European Commission – European Commission (dalam bahasa Inggris). 23 Maret 2020. Diakses tanggal 2020-04-25. 
  22. ^ European Commision Press Release (19 Maret 2020). "State aid: Commission adopts Temporary Framework to enable Member States to further support the economy in the COVID-19 outbreak". European Commission – European Commission (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 22 April 2020. 
  23. ^ a b c d e "Economy". European Commission – European Commission (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-22. 
  24. ^ a b "Fund for European Aid to the Most Deprived (FEAD)". ec.europa.eu (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-22. 
  25. ^ "European Social Fund – European Commission". ec.europa.eu. Diakses tanggal 2020-04-22. 
  26. ^ "Fund for European Aid to the Most Deprived (FEAD) – Think Tank". www.europarl.europa.eu (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-22. 
  27. ^ "Fund for European Aid to the Most Deprived (FEAD)" (PDF). www.europarl.europa.eu. Diakses tanggal 22 April 2020. 
  28. ^ "Economy". European Commission – European Commission (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-27. 
  29. ^ "European Social Fund – European Commission". ec.europa.eu. Diakses tanggal 2020-04-22. 
  30. ^ "European Social Fund (ESF)". ec.europa.eu (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-22. 
  31. ^ Union, Publications Office of the European (2020-03-26). "Final ESF synthesis report of annual implementation reports 2017 submitted in 2018". op.europa.eu (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-27. 
  32. ^ "Coronavirus: the Commission mobilises all of its resources to protect lives and livelihoods". European Commission – European Commission (dalam bahasa Inggris). 2 April 2020. Diakses tanggal 22 April 2020. 
  33. ^ "Coronavirus: Commission and European Investment Fund (part of EIB Group) unlock €8 billion in finance for 100,000 small and medium-sized businesses". European Commission – European Commission (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-25. 
  34. ^ "Commission offers to all Member States possibility to extend CAP payments application deadline". European Commission – European Commission (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-22. 
  35. ^ Anonymous (2020-03-20). "Coronavirus: European Commission helps Member States support local fishing and aquaculture communities through EU and national funds". Fisheries – European Commission (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-22. 
  36. ^ "How is Covid-19 affecting schools in Europe?". European Commision – Education, Audiovisual and Culture Executive Agency (EACEA) (dalam bahasa Inggris). 2 April 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-04-10. Diakses tanggal 22 April 2020. 
  37. ^ Azzopardi, Karl (28 Maret 2020). "Schools to remain closed till end June; spring 'O', 'A' level exam session cancelled". malta independent (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 22 April 2020. 
  38. ^ Motiejūnaitė-Schulmeister, Akvilė; Crosier, David (2 April 2020). "How is Covid-19 affecting schools in Europe?". European Commision – Education, Audiovisual and Culture Executive Agency (EACEA) (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 22 April 2020. 
  39. ^ "Coronavirus learning resources: online platforms". European Commision – Education and Training (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 22 April 2020. 
  40. ^ "Fighting disinformation". European Commission (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 23 April 2020. 
  41. ^ Banks, Martin (2 April 2020). "EU steps up efforts to counter disinformation during COVID-19 crisis". The Parliament Magazine (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 23 April 2020. 
  42. ^ "EEAS SPECIAL REPORT UPDATE: SHORT ASSESSMENT OF NARRATIVES AND DISINFORMATION AROUND THE COVID-19 PANDEMIC". EU vs Disinfo (dalam bahasa Inggris). 1 April 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-04-25. Diakses tanggal 23 April 2020. 
  43. ^ "Coronavirus research and innovation". European Commission – European Commission (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-25. 
  44. ^ "European Commission research projects on Coronavirus". European Commission – European Commission (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-25. 
  45. ^ "18 new EU-funded research projects on coronavirus open for cooperation with ASEAN scientific organisations". EEAS – European External Action Service – European Commission (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-25. 
  46. ^ "Emergency coronavirus research: Commission selects 18th project to develop rapid diagnostics". European Commission – European Commission (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-25. 
  47. ^ European, Commission (8 Mei 2020). "European Commission research projects on Coronavirus" (PDF). Coronavirus research and innovation. Diakses tanggal 13 Mei 2020. 
  48. ^ "Preparedness and response". European Commission – European Commission (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-05-13. 
  49. ^ "Diagnostics". European Commission – European Commission (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-05-13. 
  50. ^ "Treatments". European Commission – European Commission (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-05-13. 
  51. ^ "Vaccines". European Commission – European Commission (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-05-13. 
  52. ^ "EU offers up to €80M support for German COVID-19 vaccine developer reportedly pursued by Trump". Science|Business (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-25. 
  53. ^ "Coronavirus: Commission offers financing to innovative vaccines company CureVac". European Commission – European Commission (dalam bahasa Inggris). 16 Maret 2020. Diakses tanggal 2020-04-25. 
  54. ^ "Explained: How euro zone 'coronabonds' might work". The Indian Express (dalam bahasa Inggris). 2020-04-07. Diakses tanggal 2020-05-19. 
  55. ^ Welle (www.dw.com), Deutsche. "Menkeu Uni Eropa Sepakat Guyurkan €500 Miliar untuk Perangi Resesi Akibat Corona | DW | 10.04.2020". DW.COM. Diakses tanggal 2020-05-19. 
  56. ^ Didili, Zoi (2020-04-21). "Merkel backs EU bonds, not coronabonds". New Europe (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-05-19. 
  57. ^ Apuzzo, Matt (2020-04-24). "Pressured by China, E.U. Softens Report on Covid-19 Disinformation". The New York Times (dalam bahasa Inggris). ISSN 0362-4331. Diakses tanggal 2020-05-19. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Media terkait Respons Uni Eropa terhadap pandemi koronavirus di Wikimedia Commons