Lompat ke isi

Gunung Gumitir: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
BeeyanBot (bicara | kontrib)
k ejaan, replaced: sekedar → sekadar
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 8 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.5
 
(16 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 19: Baris 19:
| listing =
| listing =
}}
}}
'''Gunung Gumitir''' ([[dialek]] [[bahasa Jawa|Jawa]]: ''gumitèr'') merupakan sebuah [[gunung]] yang terletak di wilayah perbatasan antara [[Kabupaten Jember]] dengan [[Kabupaten Banyuwangi]], lebih tepatnya antara [[Silo, Jember|kecamatan Silo]] dengan [[Kalibaru, Banyuwangi|kecamatan Kalibaru]], [[Provinsi Jawa Timur]].<ref name=vivin>Vivin Kartika Wardani. 2014. [http://dspace.unej.ac.id/handle/123456789/60371 Kinerja Karyawan PT Perkebunan Nusantara XII Wilayah I Gunung Gumitir]. Abstrak Skripsi. [[Universitas Jember]].</ref><ref name=amin>Aminatus Zuhro Ensiyawatin. 2010. [http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/Geografi/article/view/9680 Tingkat Kerentanan Longsor di Jalur Jalan Sepanjang Gunung Gumitir Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi]. Abstrak Skripsi. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial, [[Universitas Negeri Malang]].</ref><ref name=akvian>Akvian Erie Prawira. 2014. [http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/Geografi/article/view/34593 Tingkat Kerentanan Bencana Longsor pada Jalur Gunung Gumitir (Jalan Penghubung Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jember)]. Abstrak Skripsi, Jurusan Geografi FIS, [[Universitas Negeri Malang]].</ref> Gunung ini terkadang juga disebut dengan nama ''Gunung Mrawan'' (bukan [[Mrawan, Mayang, Jember|desa Mrawan]]).
'''Gunung Gumitir''' ([[dialek]] [[bahasa Jawa|Jawa]]: ''gumitèr'') merupakan sebuah [[gunung]] yang terletak di wilayah perbatasan antara [[Kabupaten Jember]] dengan [[Kabupaten Banyuwangi]], lebih tepatnya antara [[Silo, Jember|kecamatan Silo]] dengan [[Kalibaru, Banyuwangi|kecamatan Kalibaru]], [[Provinsi Jawa Timur]].<ref name=vivin>Vivin Kartika Wardani. 2014. [http://dspace.unej.ac.id/handle/123456789/60371 Kinerja Karyawan PT Perkebunan Nusantara XII Wilayah I Gunung Gumitir] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150209133513/http://dspace.unej.ac.id/handle/123456789/60371 |date=2015-02-09 }}. Abstrak Skripsi. [[Universitas Jember]].</ref><ref name=amin>Aminatus Zuhro Ensiyawatin. 2010. [http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/Geografi/article/view/9680 Tingkat Kerentanan Longsor di Jalur Jalan Sepanjang Gunung Gumitir Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150209134420/http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/Geografi/article/view/9680 |date=2015-02-09 }}. Abstrak Skripsi. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial, [[Universitas Negeri Malang]].</ref><ref name=akvian>Akvian Erie Prawira. 2014. [http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/Geografi/article/view/34593 Tingkat Kerentanan Bencana Longsor pada Jalur Gunung Gumitir (Jalan Penghubung Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jember)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210227073922/http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/Geografi/article/view/34593 |date=2021-02-27 }}. Abstrak Skripsi, Jurusan Geografi FIS, [[Universitas Negeri Malang]].</ref> Gunung ini terkadang juga disebut dengan nama ''Gunung Mrawan'' (bukan [[Mrawan, Mayang, Jember|desa Mrawan]]).


Sejak zaman dulu, jalan raya di Gunung Gumitir telah menjadi jalur penghubung terpendek antara Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi. Gunung Gumitir dipilih sebagai jalur penghubung, karena memiliki ketinggian paling rendah di antara deretan pegunungan yang lain, dari [[Gunung Raung]] (utara) hingga [[Gunung Kidul (Banyuwangi)|Gunung Kidul]] (selatan).
Sejak zaman dulu, jalan raya di Gunung Gumitir telah menjadi jalur penghubung terpendek antara [[Kabupaten Jember]] dan [[Kabupaten Banyuwangi]]. Gunung Gumitir dipilih sebagai jalur penghubung, karena memiliki ketinggian paling rendah di antara deretan pegunungan yang lain, dari [[Gunung Raung]] (utara) hingga [[Gunung Kidul (Banyuwangi)|Gunung Kidul]] (selatan).


==Etimologi==
== Etimologi ==
Gumitir, gemitir, kumitir, atau kemitir merupakan nama tanaman ''[[Tagetes erecta]]'' yang memiliki bunga berwarna kekuningan. Di [[Bali]], bunga gumitir banyak digunakan untuk membuat sesajen ([[canang sari]]).<ref>Julianto. 05 Agustus 2014. Tabloit Sinar Tani, [http://m.tabloidsinartani.com/index.php?id=148&tx_ttnews%5Btt_news%5D=1035&cHash=8091adcdd3ab7cb19a74b78df976866d Usaha Tani Gumitir Takkan Getir].</ref> Dalam kepercayaan [[Kejawen|Jawa kuno]], ''alang-alang kumitir'' merupakan nama kahyangan dari [[Sang Hyang Wenang]].<ref>Achmad Effendi Kadarisman. 2009. [http://sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/11/005-Sketsa-Puitika-Jawa.dc1.pdf Sketsa Puitika Jawa: Dari Rima Anak-Anak sampai Filsafat ''Rasa'']. Kegiatan Tri Darma Dosen. [[Universitas Negeri Malang]]</ref><ref>G.P.H. Hadiwidjojo. 1958. "Alang-alang Kumitir". Yayasan Sastra Lestari.</ref>
Gumitir, gemitir, kumitir, atau kemitir merupakan nama tanaman ''[[Tagetes erecta]]'' yang memiliki bunga berwarna kekuningan. Di [[Bali]], bunga gumitir banyak digunakan untuk membuat sesajen ([[canang sari]]).<ref>Julianto. 05 Agustus 2014. Tabloit Sinar Tani, [http://m.tabloidsinartani.com/index.php?id=148&tx_ttnews%5Btt_news%5D=1035&cHash=8091adcdd3ab7cb19a74b78df976866d Usaha Tani Gumitir Takkan Getir] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150209155946/http://m.tabloidsinartani.com/index.php?id=148&tx_ttnews%5Btt_news%5D=1035&cHash=8091adcdd3ab7cb19a74b78df976866d |date=2015-02-09 }}.</ref> Dalam kepercayaan [[Kejawen|Jawa kuno]], ''alang-alang kumitir'' merupakan nama kahyangan dari [[Sang Hyang Wenang]].<ref>Achmad Effendi Kadarisman. 2009. [http://sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/11/005-Sketsa-Puitika-Jawa.dc1.pdf Sketsa Puitika Jawa: Dari Rima Anak-Anak sampai Filsafat ''Rasa''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20220810230218/https://sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/11/005-Sketsa-Puitika-Jawa.dc1.pdf |date=2022-08-10 }}. Kegiatan Tri Darma Dosen. [[Universitas Negeri Malang]]</ref><ref>G.P.H. Hadiwidjojo. 1958. "Alang-alang Kumitir". Yayasan Sastra Lestari.</ref>


==Sejarah==
== Sejarah ==
===Legenda===
=== Legenda ===
Menurut legenda yang beredar di kalangan masyarakat, terutama penduduk kabupaten Banyuwangi, nama gumitir berasal dari kisah [[Damar Wulan]]. Setelah Damar Wulan berhasil membunuh dan memenggal kepala Menak Jinggo, ia bertemu Layang Seta dan Layang Kumitir, putra kembar patih Logender, di tengah jalan. Keduanya berhasil menipu Damar Wulan dan merampas kepala Menak Jinggo.<ref>Kaori Okado. 2011. ''[http://urbanscope.lit.osaka-cu.ac.jp/journal/pdf/vol002/02-okado.pdf When Women are Kings: Cross-Gendered Expression in an All-Female Central Javanese Court Dance-Drama and Its Public Reception]''. ''UrbanScope'' 2: 19-30.</ref> Gunung tempat keduanya menipu Damar Wulan akhirnya dikenal dengan nama ''Gunung Kumitir'' atau ''Gunung Gumitir''.<ref>Udi Putrowangi. 25 Oktober 2012. [http://bisnis-banyuwangi.blogspot.com/2012/10/kota-banyuwangi.html Kota Banyuwangi].</ref>
Menurut legenda yang beredar di kalangan masyarakat, terutama penduduk kabupaten Banyuwangi, nama gumitir berasal dari kisah [[Damar Wulan]]. Setelah Damar Wulan berhasil membunuh dan memenggal kepala Menak Jinggo, ia bertemu Layang Seta dan Layang Kumitir, putra kembar patih Logender, di tengah jalan. Keduanya berhasil menipu Damar Wulan dan merampas kepala Menak Jinggo.<ref>Kaori Okado. 2011. ''[http://urbanscope.lit.osaka-cu.ac.jp/journal/pdf/vol002/02-okado.pdf When Women are Kings: Cross-Gendered Expression in an All-Female Central Javanese Court Dance-Drama and Its Public Reception] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230331144344/https://urbanscope.lit.osaka-cu.ac.jp/journal/pdf/vol002/02-okado.pdf |date=2023-03-31 }}''. ''UrbanScope'' 2: 19-30.</ref> Gunung tempat keduanya menipu Damar Wulan akhirnya dikenal dengan nama ''Gunung Kumitir'' atau ''Gunung Gumitir''.<ref>Udi Putrowangi. 25 Oktober 2012. [http://bisnis-banyuwangi.blogspot.com/2012/10/kota-banyuwangi.html Kota Banyuwangi] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150209172649/http://bisnis-banyuwangi.blogspot.com/2012/10/kota-banyuwangi.html |date=2015-02-09 }}.</ref>


===Masa kolonial===
=== Masa kolonial ===
Wilayah Gunung Gumitir telah menjadi perhatian pemerintah kolonial Belanda, antara lain pembangunan lintasan kereta api oleh ''[[Staatsspoorwegen]]'' pada tanggal 10 September 1902 dan pembangunan pabrik pengolahan kopi ''Goenoeng Goemitir'' yang diresmikan pada tanggal 13 Agustus 1934.<ref>[http://kekunaan.blogspot.com/2014/08/terowongan-mrawan.html Terowongan Mrawan].</ref><ref>[http://kekunaan.blogspot.com/2014/08/pabrik-pengolahan-kopi-gunung-gumitir.html Pabrik Pengolahan Kopi Gunung Gumitir].</ref>
Wilayah Gunung Gumitir telah menjadi perhatian pemerintah kolonial Belanda, antara lain pembangunan lintasan kereta api oleh ''[[Staatsspoorwegen]]'' pada tanggal 10 September 1902 dan pembangunan pabrik pengolahan kopi ''Goenoeng Goemitir'' yang diresmikan pada tanggal 13 Agustus 1934.<ref>[http://kekunaan.blogspot.com/2014/08/terowongan-mrawan.html Terowongan Mrawan] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210321210001/http://kekunaan.blogspot.com/2014/08/terowongan-mrawan.html |date=2021-03-21 }}.</ref><ref>[http://kekunaan.blogspot.com/2014/08/pabrik-pengolahan-kopi-gunung-gumitir.html Pabrik Pengolahan Kopi Gunung Gumitir] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210922183855/http://kekunaan.blogspot.com/2014/08/pabrik-pengolahan-kopi-gunung-gumitir.html |date=2021-09-22 }}.</ref>


===Masa penjajahan Jepang===
=== Masa penjajahan Jepang ===
Pada masa [[penjajahan Jepang]], serdadu Dai Nippon membangun sebuah gua untuk mengawasi jalur kereta api yang melintasi Gunung Gumitir. Gua Jepang tersebut terletak sekitar 100 meter dari '''Watu Gudang''', terbuat dari beton tebal dengan ukuran sekitar 6 m × 8 m.<ref>Radar Jember. 7 Agustus 2014. [http://www.jemberonline.com/index.php/keliling-jember/3255-mengunjungi-bunker-peninggalan-jepang-di-desa-sidomulyo-silo Mengunjungi Bunker Peninggalan Jepang di Desa Sidomulyo Silo].</ref>
Pada masa [[penjajahan Jepang]], serdadu Dai Nippon membangun sebuah gua untuk mengawasi jalur kereta api yang melintasi Gunung Gumitir. Gua Jepang tersebut terletak sekitar 100 meter dari '''Watu Gudang''', terbuat dari beton tebal dengan ukuran sekitar 6 m × 8 m.<ref>Radar Jember. 7 Agustus 2014. [http://www.jemberonline.com/index.php/keliling-jember/3255-mengunjungi-bunker-peninggalan-jepang-di-desa-sidomulyo-silo Mengunjungi Bunker Peninggalan Jepang di Desa Sidomulyo Silo] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150209184444/http://www.jemberonline.com/index.php/keliling-jember/3255-mengunjungi-bunker-peninggalan-jepang-di-desa-sidomulyo-silo |date=2015-02-09 }}.</ref>


===Masa kemerdekaan===
=== Masa kemerdekaan ===
[[File:Gumitir plantation.jpg|thumb|150px|PTPN XII]]
[[Berkas:Gumitir plantation.jpg|jmpl|200px|PTPN XII]]
[[File:Afdeling Gumitir.jpg|thumb|150px|Salah satu komplek perumahan perkebunan PTPN XII]]
[[Berkas:Afdeling Gumitir.jpg|jmpl|200px|Salah satu komplek perumahan perkebunan PTPN XII]]
Wilayah Gunung Gumitir dilindungi dan dikelola oleh Perum [[Perhutani]] Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyuwangi Barat dan PT [[Perkebunan Nusantara XII]] (PTPN XII) unit Kebun Gunung Gumitir.<ref name=vivin/><ref name=dinas>Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur.[http://www.disbun.jatimprov.go.id/dbdata/dwnlad/stakeholder/ptpnxiiwiliii/PTPN%20XII%20WIL%20III-Jember-Gunung%20Gumintir.pdf Profil Perkebunan: UUS Gunung Gumitir]</ref>
Wilayah Gunung Gumitir dilindungi dan dikelola oleh Perum [[Perhutani]] Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyuwangi Barat dan PT [[Perkebunan Nusantara XII]] (PTPN XII) unit Kebun Gunung Gumitir.<ref name=vivin/><ref name=dinas>Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur.[http://www.disbun.jatimprov.go.id/dbdata/dwnlad/stakeholder/ptpnxiiwiliii/PTPN%20XII%20WIL%20III-Jember-Gunung%20Gumintir.pdf Profil Perkebunan: UUS Gunung Gumitir] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150209143115/http://www.disbun.jatimprov.go.id/dbdata/dwnlad/stakeholder/ptpnxiiwiliii/PTPN%20XII%20WIL%20III-Jember-Gunung%20Gumintir.pdf |date=2015-02-09 }}</ref>


Komoditas utama Perum Perhutani KPH Banyuwangi Barat disini adalah [[jati]], [[pinus]], dan [[mahoni]]; sementara komoditas utama PTPN XII di Gunung Gumitir adalah [[kopi]] [[robusta]], [[pohon jarak]], dan berbagai kayu-kayuan.<ref name=dinas/><ref>Tim Penulis. 2013. [http://www.bappenas.go.id/files/3713/9346/9271/RPJMN_Bidang_Pangan_dan_Pertanian_2015-2019.pdf Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Pangan dan Pertanian 2015-2019]. Jakarta: Direktorat Pangan dan Pertanian,Bappenas.</ref>
Komoditas utama Perum Perhutani KPH Banyuwangi Barat disini adalah [[jati]], [[pinus]], dan [[mahoni]]; sementara komoditas utama PTPN XII di Gunung Gumitir adalah [[kopi]] [[robusta]], [[pohon jarak]], dan berbagai kayu-kayuan.<ref name=dinas/><ref>Tim Penulis. 2013. [http://www.bappenas.go.id/files/3713/9346/9271/RPJMN_Bidang_Pangan_dan_Pertanian_2015-2019.pdf Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Pangan dan Pertanian 2015-2019] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20220803164245/https://www.bappenas.go.id/files/3713/9346/9271/RPJMN_Bidang_Pangan_dan_Pertanian_2015-2019.pdf |date=2022-08-03 }}. Jakarta: Direktorat Pangan dan Pertanian,Bappenas.</ref>


==Jalur transportasi==
== Jalur transportasi ==
Pada gunung ini terdapat jalur penghubung antara Jember-Banyuwangi, baik berupa jalan raya maupun rel kereta api.<ref name=akvian/>
Pada gunung ini terdapat jalur penghubung antara Jember-Banyuwangi, baik berupa jalan raya maupun rel kereta api.<ref name=akvian/>


===Lintasan mobil===
=== Lintasan mobil ===
[[File:Gumitir 04.jpg|thumb|''Watu gudang'']]
[[Berkas:Gumitir 04.jpg|jmpl|200px|''Watu gudang'']]
Jalan raya di Gunung Gumitir adalah satu-satunya jalur penghubung antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jember. Jalan dengan panjang sekitar delapan kilometer ini berkelok-kelok menyusuri tepian gunung.<ref name=akvian/> Puncak teratas dari jalan raya ini dikenal dengan nama ''Watu Gudang''. Dinamai demikian karena disini terdapat batu raksasa (diibaratkan ukurannya sebesar gudang) yang harus dihancurkan bagian tengahnya agar batu tersebut dapat dilewati oleh jalan raya. Batu Gudang ini pernah kembali dipapras dalam rangka pelebaran jalan.
Jalan raya di Gunung Gumitir adalah satu-satunya jalur penghubung antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jember. Jalan dengan panjang sekitar delapan kilometer ini berkelok-kelok menyusuri tepian gunung.<ref name=akvian/> Puncak teratas dari jalan raya ini dikenal dengan nama ''Watu Gudang''. Dinamai demikian karena disini terdapat batu raksasa (diibaratkan ukurannya sebesar gudang) yang harus dihancurkan bagian tengahnya agar batu tersebut dapat dilewati oleh jalan raya. Batu Gudang ini pernah kembali dipapras dalam rangka pelebaran jalan.


====''Kondisi Jalan''====
==== ''Kondisi Jalan'' ====
Jalan raya di Gunung Gumitir cukup berbahaya karena memiliki banyak tikungan tajam, lereng curam, dan lebar jalan yang sangat sempit. Padahal setiap harinya, kendaraan berat seperti truk dan bus selalu melewati jalan raya ini. Sehingga, biasanya di setiap tikungan yang berbahaya selalu ada penduduk setempat yang membantu mengarahkan pengguna jalan dan memberi tanda apakah ada kendaraan dari arah berlawanan yang juga akan melewati tikungan tersebut. Tentu saja, ini sangat membantu para pengemudi kendaraan berat yang melewati jalan ini. Para penunjuk jalan ini biasa disebut ''awe-awe'' ([[bahasa Jawa|Jawa]]= "melambai-lambai") karena mereka melambai-lambaikan tangan untuk memberi tanda pada pengguna jalan.<ref name=didit>Didit Saputro. 2011. [http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/10545 Potensi dan kendala Pelaku ''Awe-Awe'' di Gunung Gumitir]. Abstrak Skripsi. Program Studi Sosiologi, [[Universitas Jember]].</ref>
Jalan raya di Gunung Gumitir cukup berbahaya karena memiliki banyak tikungan tajam, lereng curam, dan lebar jalan yang sangat sempit. Padahal setiap harinya, kendaraan berat seperti truk dan bus selalu melewati jalan raya ini. Sehingga, biasanya di setiap tikungan yang berbahaya selalu ada penduduk setempat yang membantu mengarahkan pengguna jalan dan memberi tanda apakah ada kendaraan dari arah berlawanan yang juga akan melewati tikungan tersebut. Tentu saja, ini sangat membantu para pengemudi kendaraan berat yang melewati jalan ini. Para penunjuk jalan ini biasa disebut ''awe-awe'' ([[bahasa Jawa|Jawa]]= "melambai-lambai") karena mereka melambai-lambaikan tangan untuk memberi tanda pada pengguna jalan.<ref name=didit>Didit Saputro. 2011. [http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/10545 Potensi dan kendala Pelaku ''Awe-Awe'' di Gunung Gumitir] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20220818074415/https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/10545 |date=2022-08-18 }}. Abstrak Skripsi. Program Studi Sosiologi, [[Universitas Jember]].</ref>


Seiring perubahan waktu, pelaku ''awe-awe'' tidak hanya sekadar membantu penguna jalan, tetapi berkembang menjadi media untuk meminta-minta. Para penunjuk jalan tersebut umunnya terdesak oleh kebutuhan ekonomi.<ref name=didit/>
Seiring perubahan waktu, pelaku ''awe-awe'' tidak hanya sekadar membantu penguna jalan, tetapi berkembang menjadi media untuk meminta-minta. Para penunjuk jalan tersebut umunnya terdesak oleh kebutuhan ekonomi.<ref name=didit/>


====''Tanah longsor''====
==== ''Tanah longsor'' ====
Jalan raya di Gunung Gumitir sering terputus akibat [[tanah longsor]]. Ini dikarenakan, tanah di Gunung Gumitir tergolong labil dan memiliki tingkat kecuraman lereng yang tinggi. Faktor dominan penyebab longsor adalah penggalian tebing, kemiringan lereng, dan tekstur tanah. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh banyaknya alih fungsi lahan hutan menjadi perkebunan, jalan, dan bangunan rumah makan.<ref name=amin/><ref name=akvian/>
Jalan raya di Gunung Gumitir sering terputus akibat [[tanah longsor]]. Ini dikarenakan, tanah di Gunung Gumitir tergolong labil dan memiliki tingkat kecuraman lereng yang tinggi. Faktor dominan penyebab longsor adalah penggalian tebing, kemiringan lereng, dan tekstur tanah. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh banyaknya alih fungsi lahan hutan menjadi perkebunan, jalan, dan bangunan rumah makan.<ref name=amin/><ref name=akvian/>


Secara garis besar, jalan raya di Gunung Gumitir termasuk daerah yang memiliki tingkat kerentanan longsor sedang yang tersebar di sepanjang jalan seluas 24,30 ha.<ref name=amin/> Tingkat kerentanan longsor tinggi terdapat di km 34 hingga km 37+4. Tingkat kerentanan longsor sedang terdapat pada km 40+6 hingga km 41, km 39+4 hingga km 40+6, km 38+5 hingga km 39+4, dan km 37+7 hingga km 38+2. Tingkat kerentanan longsor rendah terletak pada km 32+7 hingga km 34+1 dan km 37+4 hingga km 37+7.<ref name=akvian/>
Secara garis besar, jalan raya di Gunung Gumitir termasuk daerah yang memiliki tingkat kerentanan longsor sedang yang tersebar di sepanjang jalan seluas 24,30 ha.<ref name=amin/> Tingkat kerentanan longsor tinggi terdapat di km 34 hingga km 37+4. Tingkat kerentanan longsor sedang terdapat pada km 40+6 hingga km 41, km 39+4 hingga km 40+6, km 38+5 hingga km 39+4, dan km 37+7 hingga km 38+2. Tingkat kerentanan longsor rendah terletak pada km 32+7 hingga km 34+1 dan km 37+4 hingga km 37+7.<ref name=akvian/>


===Jalur kereta api===
=== Jalur kereta api ===
Gunung Gumitir juga ditembus oleh dua terowongan kereta api yang sudah dibangun semenjak [[masa penjajahan Belanda|masa kolonial Belanda]], yaitu [[terowongan Mrawan]] dan [[terowongan Garahan]]. Terdapat dua buah stasiun yang terletak di wilayah Gunung Gumitir, yaitu [[Stasiun Mrawan]] dan [[Stasiun Garahan]], keduanya masih tetap melayani persilangan kereta api tetapi tidak lagi melayani aktivitas naik-turun penumpang.
Gunung Gumitir juga ditembus oleh dua terowongan kereta api yang sudah dibangun semenjak [[masa penjajahan Belanda|masa kolonial Belanda]], yaitu [[terowongan Mrawan]] dan [[terowongan Garahan]]. Terdapat dua buah stasiun yang terletak di wilayah Gunung Gumitir, yaitu [[Stasiun Mrawan]] dan [[Stasiun Garahan]], keduanya masih tetap melayani persilangan kereta api tetapi tidak lagi melayani aktivitas naik-turun penumpang.


==Pariwisata==
== Pariwisata ==
===Lori Kaliraga===
=== Lori Kaliraga ===
Lori Kaliraga (kependekan dari Kalibaru-Mrawan-Garahan) merupakan sebuah paket wisata yang ditawarkan oleh [[PT Kereta Api Indonesia]] wilayah [[Daerah Operasi IX Jember|Daop IX Jember]] dan merupakan bagian dari proyek Pusat Pelestarian Benda dan Bangunan PT. Kereta Api Indonesia untuk mengeksplor lebih dalam beberapa jalur bersejarah dan unik peninggalan Hindia Belanda. Wisata ini menawarkan agrowisata dengan naik lori melintasi perkebunan kopi, cokelat, hutan pinus, dan panorama Gunung Gumitir. Lori berangkat dari [[Stasiun Kalibaru]] menuju [[Stasiun Mrawan]] dan berakhir di [[Stasiun Garahan]], kemudian kembali lagi. Perjalanan wisata ini juga melewati [[Terowongan Garahan]] (113 m) dan [[Terowongan Mrawan]] (690 m).<ref>Anonim. Situs Resmi PT KAI. [https://tiket.kereta-api.co.id/?_it8tnz=MTQ= Layanan Produk]. Diunduh tanggal 9 Februari 2015].</ref><ref>Anonim. Website Resmi Pemerintah Banyuwangi. [http://banyuwangikab.go.id/berita-daerah/menikmati-keindahan-gunung-gumitir-dengan-berwisata-lori.html Menikmati Keindahan Gunung Gumitir dengan Berwisata Lori].</ref>
Lori Kaliraga (kependekan dari Kalibaru-Mrawan-Garahan) merupakan sebuah paket wisata yang ditawarkan oleh [[PT Kereta Api Indonesia]] wilayah [[Daerah Operasi IX Jember|Daop IX Jember]] dan merupakan bagian dari proyek Pusat Pelestarian Benda dan Bangunan PT. Kereta Api Indonesia untuk mengeksplor lebih dalam beberapa jalur bersejarah dan unik peninggalan Hindia Belanda. Wisata ini menawarkan agrowisata dengan naik lori melintasi perkebunan kopi, cokelat, hutan pinus, dan panorama Gunung Gumitir. Lori berangkat dari [[Stasiun Kalibaru]] menuju [[Stasiun Mrawan]] dan berakhir di [[Stasiun Garahan]], kemudian kembali lagi. Perjalanan wisata ini juga melewati [[Terowongan Garahan]] (113 m) dan [[Terowongan Mrawan]] (690 m).<ref>Anonim. Situs Resmi PT KAI. [https://tiket.kereta-api.co.id/?_it8tnz=MTQ= Layanan Produk] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150319134130/https://tiket.kereta-api.co.id/?_it8tnz=MTQ= |date=2015-03-19 }}. Diunduh tanggal 9 Februari 2015].</ref><ref>Anonim. Website Resmi Pemerintah Banyuwangi. [http://banyuwangikab.go.id/berita-daerah/menikmati-keindahan-gunung-gumitir-dengan-berwisata-lori.html Menikmati Keindahan Gunung Gumitir dengan Berwisata Lori] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20220812063652/https://banyuwangikab.go.id/berita-daerah/menikmati-keindahan-gunung-gumitir-dengan-berwisata-lori.html |date=2022-08-12 }}.</ref>


===''Café & Rest Area Gumitir''===
=== ''Café & Rest Area Gumitir'' ===
[[File:Gumitir Cafe 02.jpg|thumb|Bangunan utama Cafe Gumitir di tahun 2015]]
[[Berkas:Gumitir Cafe 02.jpg|jmpl|200px|Bangunan utama Cafe Gumitir pada tahun 2015]]
[[File:Giant wooden chair at Gumitir Cafe.jpg|thumb|120px|Kursi kayu raksasa]]
[[Berkas:Giant wooden chair at Gumitir Cafe.jpg|jmpl|200px|Kursi kayu raksasa]]
PTPN XII mendirikan "''Café & Rest Area Gumitir''" yang mulai beroperasi pada tanggal 14 Maret 2010 sebagai salah satu bentuk optimalisasi lahan perkebunan BUMN tersebut, selain tetap fokus dalam bisnis komoditas utama yaitu kopi, karet, kakao, teh, dan kayu-kayuan. Area café yang semula hanya satu 1 hektar terus dikembangkan menjadi 3 hektar dengan laba yang terus meningkat, yaitu sebesar Rp1,7 miliar (2011) menjadi sekitar 2 miliar (2012).<ref name=sri>Sri Roswati. 22 Agustus 2014. Tempo Kini, [http://www.tempokini.com/2014/08/alas-gumitir-membutuhkan-sentuhan-tanganmu-pemerintah/ Alas Gumitir Membutuhkan Sentuhan Tanganmu, Pemerintah].</ref><ref>Mahbub Djunaidy. 05 MARET 2013. Tempo, [http://www.tempo.co/read/news/2013/03/05/204465150/Menikmati-Blusukan-Kebun-dan-Pabrik-Kopi-Gumitir Menikmati Blusukan Kebun dan Pabrik Kopi Gumitir].</ref>
PTPN XII mendirikan "''Café & Rest Area Gumitir''" yang mulai beroperasi pada tanggal 14 Maret 2010 sebagai salah satu bentuk optimalisasi lahan perkebunan BUMN tersebut, selain tetap fokus dalam bisnis komoditas utama yaitu kopi, karet, kakao, teh, dan kayu-kayuan. Area café yang semula hanya satu 1 hektar terus dikembangkan menjadi 3 hektar dengan laba yang terus meningkat, yaitu sebesar Rp1,7 miliar (2011) menjadi sekitar 2 miliar (2012).<ref name=sri>Sri Roswati. 22 Agustus 2014. Tempo Kini, [http://www.tempokini.com/2014/08/alas-gumitir-membutuhkan-sentuhan-tanganmu-pemerintah/ Alas Gumitir Membutuhkan Sentuhan Tanganmu, Pemerintah] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150209155211/http://www.tempokini.com/2014/08/alas-gumitir-membutuhkan-sentuhan-tanganmu-pemerintah/ |date=2015-02-09 }}.</ref><ref>Mahbub Djunaidy. 05 MARET 2013. Tempo, [http://www.tempo.co/read/news/2013/03/05/204465150/Menikmati-Blusukan-Kebun-dan-Pabrik-Kopi-Gumitir Menikmati Blusukan Kebun dan Pabrik Kopi Gumitir] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150209165806/http://www.tempo.co/read/news/2013/03/05/204465150/Menikmati-Blusukan-Kebun-dan-Pabrik-Kopi-Gumitir |date=2015-02-09 }}.</ref>


Sarana yang disediakan oleh Café Gumitir adalah sebagai berikut:<ref name=sri/>
Sarana yang disediakan oleh Café Gumitir adalah sebagai berikut:<ref name=sri/>
#Permainan ''Outbound'' (''spider web'', ''jumping dot'', ''jembatan elvis''), Flying Fox''.
# Permainan ''Outbound'' (''spider web'', ''jumping dot'', ''jembatan elvis''), Flying Fox''.
#Kereta wisata dan kendaraan Willys mengelilingi wilayah PTPN XII Gunung Gumitir.
# Kereta wisata dan kendaraan Willys mengelilingi wilayah PTPN XII Gunung Gumitir.
#[[Kendaraaan segala medan|ATV]]
# [[Kendaraan segala medan|ATV]]
#[[Berkuda]].
# [[Berkuda]].
#Area bermain anak, area [[perkemahan]], lapangan [[olah raga]].
# Area bermain anak, area [[perkemahan]], lapangan [[olahraga]].
#''Live music''.
# ''Live music''.
#Mushola dan gedung pertemuan dekat pabrik pengolahan kopi.
# Mushola dan gedung pertemuan dekat pabrik pengolahan kopi.


Salah satu daya tarik ''Café & Rest Area Gumitir'' adalah kursi kayu raksasa dari kayu [[kayu Segawe]] (''Adentahera microsperma'') untuk tempat berteduh dan gardu pandang. Kursi ini berukuran 3x3 m², tinggi alas 2,5 meter, dan tinggi sandaran 5,3 meter.<ref name=sri/>
Salah satu daya tarik ''Café & Rest Area Gumitir'' adalah kursi kayu raksasa dari kayu [[kayu Segawe]] (''Adentahera microsperma'') untuk tempat berteduh dan gardu pandang. Kursi ini berukuran 3x3 m², tinggi alas 2,5 meter, dan tinggi sandaran 5,3 meter.<ref name=sri/>


==Konservasi alam==
== Konservasi alam ==
[[File:Coffee plantation on Gumitir.jpg|thumb|Sebagian lahan hutan yang berubah fungsi menjadi perkebunan kopi]]
[[Berkas:Coffee plantation on Gumitir.jpg|jmpl|200px|Sebagian lahan hutan yang berubah fungsi menjadi perkebunan kopi]]
Kawasan hutan Gumitir merupakan habitat bagi [[monyet]]. Sekitar tahun 1990an, banyak penduduk sekitar yang menangkap monyet untuk dijual. Hal tersebut menyebabkan komunitas monyet di Gunung Gumitir menjadi berkurang dan tidak pernah terlihat berkeliaran bebas di tepi-tepi jalan seperti sebelumnya. Setelah ada pengawasan ketat dari Perhutani, komunitas monyet di Gunung Gumitir kembali meningkat meskipun sangat jarang dapat ditemui di tepi jalan.
Kawasan hutan Gumitir merupakan habitat bagi [[monyet]]. Sekitar tahun 1990an, banyak penduduk sekitar yang menangkap monyet untuk dijual. Hal tersebut menyebabkan komunitas monyet di Gunung Gumitir menjadi berkurang dan tidak pernah terlihat berkeliaran bebas di tepi-tepi jalan seperti sebelumnya. Setelah ada pengawasan ketat dari Perhutani, komunitas monyet di Gunung Gumitir kembali meningkat meskipun sangat jarang dapat ditemui di tepi jalan.


Setelah [[kerusuhan 1998]], sebagian wilayah hutan Gunung Gumitir ditebang oleh orang-orang tidak bertanggung jawab dan dialihfungsikan sebagai lahan perkebunan. Hal tersebut menyebabkan rusaknya wilayah hutan beserta pepohonan berusia puluhan tahun atau lebih serta peningkatan suhu udara rata-rata yang dampaknya terasa hingga ke [[Kalibaru, Banyuwangi|Kota Kalibaru]]. Hingga kini, wilayah hutan masih digunakan sebagai lahan perkebunan rakyat dengan hak sewa kepada Perum Perhutani.
Setelah [[kerusuhan 1998]], sebagian wilayah hutan Gunung Gumitir ditebang oleh orang-orang tidak bertanggung jawab dan dialihfungsikan sebagai lahan perkebunan. Hal tersebut menyebabkan rusaknya wilayah hutan beserta pepohonan berusia puluhan tahun atau lebih serta peningkatan suhu udara rata-rata yang dampaknya terasa hingga ke [[Kalibaru, Banyuwangi|Kota Kalibaru]]. Hingga kini, wilayah hutan masih digunakan sebagai lahan perkebunan rakyat dengan hak sewa kepada Perum Perhutani.


Hal ini juga berdampak kepada mata pencaharian masyarakat yang sebagian besar berubah menjadi petani karena banyak yang memiliki lahan garapan. Selain itu, para pengrajin [[rotan]] juga menjadi buruh tani karena bahan baku yang biasa mereka gunakan ikut hilang bersama alih fungsi lahan. Secara garis besar, alih fungsi lahan memberi dampak positif pada peningkatan kesejahteraan penduduk sekitar.<ref>Arie Kusuma Wardani. 2011. [http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/Geografi/article/view/15085 Perubahan Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Akibat Alih Fungsi Lahan Hutan Menjadi Perkebunan di Desa Kalibaru Manis Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi]. Abstrak Skripsi, Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, [[Universitas Negeri Malang]].</ref>
Hal ini juga berdampak kepada mata pencaharian masyarakat yang sebagian besar berubah menjadi petani karena banyak yang memiliki lahan garapan. Selain itu, para pengrajin [[rotan]] juga menjadi buruh tani karena bahan baku yang biasa mereka gunakan ikut hilang bersama alih fungsi lahan. Secara garis besar, alih fungsi lahan memberi dampak positif pada peningkatan kesejahteraan penduduk sekitar.<ref>Arie Kusuma Wardani. 2011. [http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/Geografi/article/view/15085 Perubahan Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Akibat Alih Fungsi Lahan Hutan Menjadi Perkebunan di Desa Kalibaru Manis Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150209175316/http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/Geografi/article/view/15085 |date=2015-02-09 }}. Abstrak Skripsi, Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, [[Universitas Negeri Malang]].</ref>


==Galeri==
== Galeri ==
<gallery>
<gallery>
File:Raung forestry.jpg|Gunung Gumitir (barisan rendah di kiri hingga tengah foto) dilihat dari [[Gunung Raung]]. Jalan Gumitir berlokasi di barisan pegunungan terendah pada foto.
Berkas:Raung forestry.jpg|Gunung Gumitir (barisan rendah di kiri hingga tengah foto) dilihat dari [[Gunung Raung]]. Jalan Gumitir berlokasi di barisan pegunungan terendah pada foto.
File:Welcome to Banyuwangi.jpg|Patung gandrung selamat datang ke [[Kabupaten Banyuwangi]] di sisi timur kaki Gunung Gumitir
Berkas:Welcome to Banyuwangi.jpg|Patung gandrung selamat datang ke [[Kabupaten Banyuwangi]] di sisi timur kaki Gunung Gumitir
File:Gumitir 05.jpg|Gapura batas [[Kabupaten Jember]] di sisi barat kaki Gunung Gumitir
Berkas:Gumitir 05.jpg|Gapura batas [[Kabupaten Jember]] di sisi barat kaki Gunung Gumitir
File:Gumitir 02.jpg|Salah satu warung di sepanjang jalan Gunung Gumitir
Berkas:Gumitir 02.jpg|Salah satu warung di sepanjang jalan Gunung Gumitir
File:Gumitir 01.jpg|Jalan berkabut di kaki Gunung Gumitir
Berkas:Gumitir 01.jpg|Jalan berkabut di kaki Gunung Gumitir
File:Gumitir pine plantation.jpg|Kebun pinus di kaki Gunung Gumitir sebelah Barat
Berkas:Gumitir pine plantation.jpg|Kebun pinus di kaki Gunung Gumitir sebelah Barat
File:Gumitir Cafe 01.jpg|Pint masuk Cafe Gumitir, 2015
Berkas:Gumitir Cafe 01.jpg|Pintu masuk Cafe Gumitir, 2015
File:Gumitir 06.jpg|Perkebunan dilihat dari Cafe Gumitir
Berkas:Gumitir 06.jpg|Perkebunan dilihat dari Cafe Gumitir
Berkas:Kursi raksasa Gumitir.jpg|Kursi raksasa Gumitir menghadap ke pegunungan
</gallery>
</gallery>


==Lihat pula==
== Lihat pula ==
* [[Daftar gunung di Indonesia]]
* [[Daftar gunung di Indonesia]]


==Referensi==
== Referensi ==
{{reflist|2}}
{{reflist|2}}


== Pranala luar ==
{{Gunung di Indonesia}}
{{Gunung di Indonesia}}
{{Tempat Wisata Jawa Timur Timur}}
{{Topik Jember}}


[[Kategori:Gunung di Jawa Timur]]
[[Kategori:Gunung di Jawa Timur]]

Revisi terkini sejak 10 Agustus 2023 17.19

Gunung Gumitir
Titik tertinggi
Ketinggian620 m (2.034 kaki)
Penamaan
Pengucapangumitèr
Geografi
LetakIndonesia Jawa Timur, Indonesia

Gunung Gumitir (dialek Jawa: gumitèr) merupakan sebuah gunung yang terletak di wilayah perbatasan antara Kabupaten Jember dengan Kabupaten Banyuwangi, lebih tepatnya antara kecamatan Silo dengan kecamatan Kalibaru, Provinsi Jawa Timur.[1][2][3] Gunung ini terkadang juga disebut dengan nama Gunung Mrawan (bukan desa Mrawan).

Sejak zaman dulu, jalan raya di Gunung Gumitir telah menjadi jalur penghubung terpendek antara Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi. Gunung Gumitir dipilih sebagai jalur penghubung, karena memiliki ketinggian paling rendah di antara deretan pegunungan yang lain, dari Gunung Raung (utara) hingga Gunung Kidul (selatan).

Etimologi

[sunting | sunting sumber]

Gumitir, gemitir, kumitir, atau kemitir merupakan nama tanaman Tagetes erecta yang memiliki bunga berwarna kekuningan. Di Bali, bunga gumitir banyak digunakan untuk membuat sesajen (canang sari).[4] Dalam kepercayaan Jawa kuno, alang-alang kumitir merupakan nama kahyangan dari Sang Hyang Wenang.[5][6]

Menurut legenda yang beredar di kalangan masyarakat, terutama penduduk kabupaten Banyuwangi, nama gumitir berasal dari kisah Damar Wulan. Setelah Damar Wulan berhasil membunuh dan memenggal kepala Menak Jinggo, ia bertemu Layang Seta dan Layang Kumitir, putra kembar patih Logender, di tengah jalan. Keduanya berhasil menipu Damar Wulan dan merampas kepala Menak Jinggo.[7] Gunung tempat keduanya menipu Damar Wulan akhirnya dikenal dengan nama Gunung Kumitir atau Gunung Gumitir.[8]

Masa kolonial

[sunting | sunting sumber]

Wilayah Gunung Gumitir telah menjadi perhatian pemerintah kolonial Belanda, antara lain pembangunan lintasan kereta api oleh Staatsspoorwegen pada tanggal 10 September 1902 dan pembangunan pabrik pengolahan kopi Goenoeng Goemitir yang diresmikan pada tanggal 13 Agustus 1934.[9][10]

Masa penjajahan Jepang

[sunting | sunting sumber]

Pada masa penjajahan Jepang, serdadu Dai Nippon membangun sebuah gua untuk mengawasi jalur kereta api yang melintasi Gunung Gumitir. Gua Jepang tersebut terletak sekitar 100 meter dari Watu Gudang, terbuat dari beton tebal dengan ukuran sekitar 6 m × 8 m.[11]

Masa kemerdekaan

[sunting | sunting sumber]
PTPN XII
Salah satu komplek perumahan perkebunan PTPN XII

Wilayah Gunung Gumitir dilindungi dan dikelola oleh Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyuwangi Barat dan PT Perkebunan Nusantara XII (PTPN XII) unit Kebun Gunung Gumitir.[1][12]

Komoditas utama Perum Perhutani KPH Banyuwangi Barat disini adalah jati, pinus, dan mahoni; sementara komoditas utama PTPN XII di Gunung Gumitir adalah kopi robusta, pohon jarak, dan berbagai kayu-kayuan.[12][13]

Jalur transportasi

[sunting | sunting sumber]

Pada gunung ini terdapat jalur penghubung antara Jember-Banyuwangi, baik berupa jalan raya maupun rel kereta api.[3]

Lintasan mobil

[sunting | sunting sumber]
Watu gudang

Jalan raya di Gunung Gumitir adalah satu-satunya jalur penghubung antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jember. Jalan dengan panjang sekitar delapan kilometer ini berkelok-kelok menyusuri tepian gunung.[3] Puncak teratas dari jalan raya ini dikenal dengan nama Watu Gudang. Dinamai demikian karena disini terdapat batu raksasa (diibaratkan ukurannya sebesar gudang) yang harus dihancurkan bagian tengahnya agar batu tersebut dapat dilewati oleh jalan raya. Batu Gudang ini pernah kembali dipapras dalam rangka pelebaran jalan.

Kondisi Jalan

[sunting | sunting sumber]

Jalan raya di Gunung Gumitir cukup berbahaya karena memiliki banyak tikungan tajam, lereng curam, dan lebar jalan yang sangat sempit. Padahal setiap harinya, kendaraan berat seperti truk dan bus selalu melewati jalan raya ini. Sehingga, biasanya di setiap tikungan yang berbahaya selalu ada penduduk setempat yang membantu mengarahkan pengguna jalan dan memberi tanda apakah ada kendaraan dari arah berlawanan yang juga akan melewati tikungan tersebut. Tentu saja, ini sangat membantu para pengemudi kendaraan berat yang melewati jalan ini. Para penunjuk jalan ini biasa disebut awe-awe (Jawa= "melambai-lambai") karena mereka melambai-lambaikan tangan untuk memberi tanda pada pengguna jalan.[14]

Seiring perubahan waktu, pelaku awe-awe tidak hanya sekadar membantu penguna jalan, tetapi berkembang menjadi media untuk meminta-minta. Para penunjuk jalan tersebut umunnya terdesak oleh kebutuhan ekonomi.[14]

Tanah longsor

[sunting | sunting sumber]

Jalan raya di Gunung Gumitir sering terputus akibat tanah longsor. Ini dikarenakan, tanah di Gunung Gumitir tergolong labil dan memiliki tingkat kecuraman lereng yang tinggi. Faktor dominan penyebab longsor adalah penggalian tebing, kemiringan lereng, dan tekstur tanah. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh banyaknya alih fungsi lahan hutan menjadi perkebunan, jalan, dan bangunan rumah makan.[2][3]

Secara garis besar, jalan raya di Gunung Gumitir termasuk daerah yang memiliki tingkat kerentanan longsor sedang yang tersebar di sepanjang jalan seluas 24,30 ha.[2] Tingkat kerentanan longsor tinggi terdapat di km 34 hingga km 37+4. Tingkat kerentanan longsor sedang terdapat pada km 40+6 hingga km 41, km 39+4 hingga km 40+6, km 38+5 hingga km 39+4, dan km 37+7 hingga km 38+2. Tingkat kerentanan longsor rendah terletak pada km 32+7 hingga km 34+1 dan km 37+4 hingga km 37+7.[3]

Jalur kereta api

[sunting | sunting sumber]

Gunung Gumitir juga ditembus oleh dua terowongan kereta api yang sudah dibangun semenjak masa kolonial Belanda, yaitu terowongan Mrawan dan terowongan Garahan. Terdapat dua buah stasiun yang terletak di wilayah Gunung Gumitir, yaitu Stasiun Mrawan dan Stasiun Garahan, keduanya masih tetap melayani persilangan kereta api tetapi tidak lagi melayani aktivitas naik-turun penumpang.

Pariwisata

[sunting | sunting sumber]

Lori Kaliraga

[sunting | sunting sumber]

Lori Kaliraga (kependekan dari Kalibaru-Mrawan-Garahan) merupakan sebuah paket wisata yang ditawarkan oleh PT Kereta Api Indonesia wilayah Daop IX Jember dan merupakan bagian dari proyek Pusat Pelestarian Benda dan Bangunan PT. Kereta Api Indonesia untuk mengeksplor lebih dalam beberapa jalur bersejarah dan unik peninggalan Hindia Belanda. Wisata ini menawarkan agrowisata dengan naik lori melintasi perkebunan kopi, cokelat, hutan pinus, dan panorama Gunung Gumitir. Lori berangkat dari Stasiun Kalibaru menuju Stasiun Mrawan dan berakhir di Stasiun Garahan, kemudian kembali lagi. Perjalanan wisata ini juga melewati Terowongan Garahan (113 m) dan Terowongan Mrawan (690 m).[15][16]

Café & Rest Area Gumitir

[sunting | sunting sumber]
Bangunan utama Cafe Gumitir pada tahun 2015
Kursi kayu raksasa

PTPN XII mendirikan "Café & Rest Area Gumitir" yang mulai beroperasi pada tanggal 14 Maret 2010 sebagai salah satu bentuk optimalisasi lahan perkebunan BUMN tersebut, selain tetap fokus dalam bisnis komoditas utama yaitu kopi, karet, kakao, teh, dan kayu-kayuan. Area café yang semula hanya satu 1 hektar terus dikembangkan menjadi 3 hektar dengan laba yang terus meningkat, yaitu sebesar Rp1,7 miliar (2011) menjadi sekitar 2 miliar (2012).[17][18]

Sarana yang disediakan oleh Café Gumitir adalah sebagai berikut:[17]

  1. Permainan Outbound (spider web, jumping dot, jembatan elvis), Flying Fox.
  2. Kereta wisata dan kendaraan Willys mengelilingi wilayah PTPN XII Gunung Gumitir.
  3. ATV
  4. Berkuda.
  5. Area bermain anak, area perkemahan, lapangan olahraga.
  6. Live music.
  7. Mushola dan gedung pertemuan dekat pabrik pengolahan kopi.

Salah satu daya tarik Café & Rest Area Gumitir adalah kursi kayu raksasa dari kayu kayu Segawe (Adentahera microsperma) untuk tempat berteduh dan gardu pandang. Kursi ini berukuran 3x3 m², tinggi alas 2,5 meter, dan tinggi sandaran 5,3 meter.[17]

Konservasi alam

[sunting | sunting sumber]
Sebagian lahan hutan yang berubah fungsi menjadi perkebunan kopi

Kawasan hutan Gumitir merupakan habitat bagi monyet. Sekitar tahun 1990an, banyak penduduk sekitar yang menangkap monyet untuk dijual. Hal tersebut menyebabkan komunitas monyet di Gunung Gumitir menjadi berkurang dan tidak pernah terlihat berkeliaran bebas di tepi-tepi jalan seperti sebelumnya. Setelah ada pengawasan ketat dari Perhutani, komunitas monyet di Gunung Gumitir kembali meningkat meskipun sangat jarang dapat ditemui di tepi jalan.

Setelah kerusuhan 1998, sebagian wilayah hutan Gunung Gumitir ditebang oleh orang-orang tidak bertanggung jawab dan dialihfungsikan sebagai lahan perkebunan. Hal tersebut menyebabkan rusaknya wilayah hutan beserta pepohonan berusia puluhan tahun atau lebih serta peningkatan suhu udara rata-rata yang dampaknya terasa hingga ke Kota Kalibaru. Hingga kini, wilayah hutan masih digunakan sebagai lahan perkebunan rakyat dengan hak sewa kepada Perum Perhutani.

Hal ini juga berdampak kepada mata pencaharian masyarakat yang sebagian besar berubah menjadi petani karena banyak yang memiliki lahan garapan. Selain itu, para pengrajin rotan juga menjadi buruh tani karena bahan baku yang biasa mereka gunakan ikut hilang bersama alih fungsi lahan. Secara garis besar, alih fungsi lahan memberi dampak positif pada peningkatan kesejahteraan penduduk sekitar.[19]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Vivin Kartika Wardani. 2014. Kinerja Karyawan PT Perkebunan Nusantara XII Wilayah I Gunung Gumitir Diarsipkan 2015-02-09 di Wayback Machine.. Abstrak Skripsi. Universitas Jember.
  2. ^ a b c Aminatus Zuhro Ensiyawatin. 2010. Tingkat Kerentanan Longsor di Jalur Jalan Sepanjang Gunung Gumitir Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi Diarsipkan 2015-02-09 di Wayback Machine.. Abstrak Skripsi. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang.
  3. ^ a b c d e Akvian Erie Prawira. 2014. Tingkat Kerentanan Bencana Longsor pada Jalur Gunung Gumitir (Jalan Penghubung Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jember) Diarsipkan 2021-02-27 di Wayback Machine.. Abstrak Skripsi, Jurusan Geografi FIS, Universitas Negeri Malang.
  4. ^ Julianto. 05 Agustus 2014. Tabloit Sinar Tani, Usaha Tani Gumitir Takkan Getir Diarsipkan 2015-02-09 di Wayback Machine..
  5. ^ Achmad Effendi Kadarisman. 2009. Sketsa Puitika Jawa: Dari Rima Anak-Anak sampai Filsafat Rasa Diarsipkan 2022-08-10 di Wayback Machine.. Kegiatan Tri Darma Dosen. Universitas Negeri Malang
  6. ^ G.P.H. Hadiwidjojo. 1958. "Alang-alang Kumitir". Yayasan Sastra Lestari.
  7. ^ Kaori Okado. 2011. When Women are Kings: Cross-Gendered Expression in an All-Female Central Javanese Court Dance-Drama and Its Public Reception Diarsipkan 2023-03-31 di Wayback Machine.. UrbanScope 2: 19-30.
  8. ^ Udi Putrowangi. 25 Oktober 2012. Kota Banyuwangi Diarsipkan 2015-02-09 di Wayback Machine..
  9. ^ Terowongan Mrawan Diarsipkan 2021-03-21 di Wayback Machine..
  10. ^ Pabrik Pengolahan Kopi Gunung Gumitir Diarsipkan 2021-09-22 di Wayback Machine..
  11. ^ Radar Jember. 7 Agustus 2014. Mengunjungi Bunker Peninggalan Jepang di Desa Sidomulyo Silo Diarsipkan 2015-02-09 di Wayback Machine..
  12. ^ a b Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur.Profil Perkebunan: UUS Gunung Gumitir Diarsipkan 2015-02-09 di Wayback Machine.
  13. ^ Tim Penulis. 2013. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Pangan dan Pertanian 2015-2019 Diarsipkan 2022-08-03 di Wayback Machine.. Jakarta: Direktorat Pangan dan Pertanian,Bappenas.
  14. ^ a b Didit Saputro. 2011. Potensi dan kendala Pelaku Awe-Awe di Gunung Gumitir Diarsipkan 2022-08-18 di Wayback Machine.. Abstrak Skripsi. Program Studi Sosiologi, Universitas Jember.
  15. ^ Anonim. Situs Resmi PT KAI. Layanan Produk Diarsipkan 2015-03-19 di Wayback Machine.. Diunduh tanggal 9 Februari 2015].
  16. ^ Anonim. Website Resmi Pemerintah Banyuwangi. Menikmati Keindahan Gunung Gumitir dengan Berwisata Lori Diarsipkan 2022-08-12 di Wayback Machine..
  17. ^ a b c Sri Roswati. 22 Agustus 2014. Tempo Kini, Alas Gumitir Membutuhkan Sentuhan Tanganmu, Pemerintah Diarsipkan 2015-02-09 di Wayback Machine..
  18. ^ Mahbub Djunaidy. 05 MARET 2013. Tempo, Menikmati Blusukan Kebun dan Pabrik Kopi Gumitir Diarsipkan 2015-02-09 di Wayback Machine..
  19. ^ Arie Kusuma Wardani. 2011. Perubahan Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Akibat Alih Fungsi Lahan Hutan Menjadi Perkebunan di Desa Kalibaru Manis Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi Diarsipkan 2015-02-09 di Wayback Machine.. Abstrak Skripsi, Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]