Bahasa Sunda: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(9 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 15: | Baris 15: | ||
| ancestor = [[Bahasa Sunda Kuno]] |
| ancestor = [[Bahasa Sunda Kuno]] |
||
| ancestor2 = [[Bahasa Sunda Klasik]] |
| ancestor2 = [[Bahasa Sunda Klasik]] |
||
⚫ | |||
| ancestor4 = [[Bahasa Sunda Modern]] |
|||
| stand1 = [[Bahasa Sunda Priangan]] |
| stand1 = [[Bahasa Sunda Priangan]] |
||
| script = '''Modern''':<br/> [[Alfabet Latin]] ([[Alfabet bahasa Sunda]])<br/> [[Abjad Pegon]]<br/> [[Aksara Sunda Baku]]<br/> '''Historis''':<br/> [[Aksara Sunda Kuno]] |
| script = '''Modern''':<br/> [[Alfabet Latin]] ([[Alfabet bahasa Sunda]])<br/> [[Abjad Pegon]]<br/> [[Aksara Sunda Baku]]<br/> '''Historis''':<br/> [[Aksara Sunda Kuno]]<br/> [[Cacarakan|Aksara Sunda Cacarakan]] |
||
| agency = ''[[Lembaga Basa jeung Sastra Sunda]]''<br>Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat<br>Kantor Bahasa Banten |
| agency = ''[[Lembaga Basa jeung Sastra Sunda]]''<br>Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat<br>Kantor Bahasa Banten |
||
| iso1 = su |
| iso1 = su |
||
Baris 61: | Baris 63: | ||
| notice = IPA |
| notice = IPA |
||
| notice2 = Sunda |
| notice2 = Sunda |
||
⚫ | |||
}} |
}} |
||
'''Bahasa Sunda''' ( |
'''Bahasa Sunda''' ([[aksara Sunda Baku|aksara Sunda]]: {{sund|ᮘᮞ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ}}, [[Abjad Pegon|Pegon]]: باسا سوندا, <small>translit.</small> ''Basa Sunda'') adalah sebuah bahasa dari cabang [[rumpun bahasa Melayu-Polinesia|Melayu-Polinesia]] dalam [[rumpun bahasa Austronesia]]. Bahasa ini umumnya dituturkan oleh penduduk bersuku Sunda di wilayah bagian barat pulau Jawa. |
||
Bahasa Sunda juga dituturkan oleh diaspora Sunda di beberapa wilayah lain di Indonesia dan di luar Indonesia. Bahasa ini memiliki penutur setidaknya 42 juta orang pada tahun 2016. |
Bahasa Sunda juga dituturkan oleh diaspora Sunda di beberapa wilayah lain di Indonesia dan di luar Indonesia. Bahasa ini memiliki penutur setidaknya 42 juta orang pada tahun 2016. |
||
Baris 177: | Baris 178: | ||
=== Cacarakan === |
=== Cacarakan === |
||
Cacarakan adalah aksara Jawa termodifikasi yang digunakan untuk menuliskan bahasa Sunda, dan telah dipakai selama 300 tahun setelah keluarnya ultimatum dari [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]] pada tanggal 3 November 1705 yang mewajibkan penggunaan aksara Jawa, [[abjad Pegon]], dan alfabet Latin untuk menuliskan bahasa Sunda. Kini, hanya sebagian kecil daerah di Jawa Barat yang menggunakan Cacarakan untuk menulis bahasa Sunda.<ref name=":1" /><ref>{{Cite book|title=Pelestarian dan usaha pengembangan aksara daerah Sunda|last=Rosyadi|first=|publisher=Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Jawa Barat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|year=1997|isbn=|location=|pages=|url-status=live}}</ref> |
[[Cacarakan]] adalah [[aksara Jawa]] termodifikasi yang digunakan untuk menuliskan bahasa Sunda, dan telah dipakai selama 300 tahun setelah keluarnya ultimatum dari [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]] pada tanggal 3 November 1705 yang mewajibkan penggunaan aksara Jawa, [[abjad Pegon]], dan alfabet Latin untuk menuliskan bahasa Sunda. Kini, hanya sebagian kecil daerah di Jawa Barat yang menggunakan Cacarakan untuk menulis bahasa Sunda.<ref name=":1" /><ref>{{Cite book|title=Pelestarian dan usaha pengembangan aksara daerah Sunda|last=Rosyadi|first=|publisher=Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Jawa Barat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|year=1997|isbn=|location=|pages=|url-status=live}}</ref> |
||
=== Abjad Pegon Sunda === |
=== Abjad Pegon Sunda === |
||
Baris 183: | Baris 184: | ||
[[Abjad Pegon]] yang bersaudara dengan [[abjad Jawi]] (Arab-Melayu) digunakan untuk menulis bahasa Sunda, menggunakan huruf-huruf Arab standar dan huruf-huruf rekaan baru yang tidak ada dalam huruf Arab asli. Huruf-huruf itu juga tidak bisa dipahami oleh orang Arab jika mereka tak menguasai bahasa Sunda dengan huruf tersebut. Hadir bersamaan dengan Islam di [[Tatar Sunda]], abjad Pegon menjadi materi yang masih diajarkan di sebagian kecil pesantren.<ref name=":0">{{Cite web|url=https://islamindonesia.id/budaya/budaya-mengenal-aksara-arab-pegon-simbol-perlawanan-dan-pemersatu-ulama-nusantara.htm|title=BUDAYA – Mengenal Aksara Arab Pegon: Simbol Perlawanan dan Pemersatu Ulama Nusantara|access-date=2019-09-05|archive-date=2019-09-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20190905152326/https://islamindonesia.id/budaya/budaya-mengenal-aksara-arab-pegon-simbol-perlawanan-dan-pemersatu-ulama-nusantara.htm|dead-url=no}}</ref> |
[[Abjad Pegon]] yang bersaudara dengan [[abjad Jawi]] (Arab-Melayu) digunakan untuk menulis bahasa Sunda, menggunakan huruf-huruf Arab standar dan huruf-huruf rekaan baru yang tidak ada dalam huruf Arab asli. Huruf-huruf itu juga tidak bisa dipahami oleh orang Arab jika mereka tak menguasai bahasa Sunda dengan huruf tersebut. Hadir bersamaan dengan Islam di [[Tatar Sunda]], abjad Pegon menjadi materi yang masih diajarkan di sebagian kecil pesantren.<ref name=":0">{{Cite web|url=https://islamindonesia.id/budaya/budaya-mengenal-aksara-arab-pegon-simbol-perlawanan-dan-pemersatu-ulama-nusantara.htm|title=BUDAYA – Mengenal Aksara Arab Pegon: Simbol Perlawanan dan Pemersatu Ulama Nusantara|access-date=2019-09-05|archive-date=2019-09-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20190905152326/https://islamindonesia.id/budaya/budaya-mengenal-aksara-arab-pegon-simbol-perlawanan-dan-pemersatu-ulama-nusantara.htm|dead-url=no}}</ref> |
||
=== Aksara |
=== Aksara lain === |
||
Selain itu, ada beberapa aksara lain yang sempat digunakan dalam menuliskan bahasa Sunda terutama [[bahasa Sunda Kuno]], contohnya adalah [[aksara Buda]] dan [[aksara Kawi]], penggunaannya sempat tercatat dalam prasasti dan naskah-naskah kuno. |
Selain itu, ada beberapa aksara lain yang sempat digunakan dalam menuliskan bahasa Sunda terutama [[bahasa Sunda Kuno]], contohnya adalah [[aksara Buda]] dan [[aksara Kawi]], penggunaannya sempat tercatat dalam prasasti dan naskah-naskah kuno. |
||
Baris 218: | Baris 219: | ||
[[Kategori:Bahasa di Bengkulu]] |
[[Kategori:Bahasa di Bengkulu]] |
||
[[Kategori:Bahasa di Sulawesi Tenggara]] |
[[Kategori:Bahasa di Sulawesi Tenggara]] |
||
[[Kategori:Bahasa |
[[Kategori:Bahasa subjek-verba-objek]] |
||
[[Kategori:Bahasa aglutinatif]] |
[[Kategori:Bahasa aglutinatif]] |
||
[[Kategori:Rumpun bahasa Austronesia]] |
[[Kategori:Rumpun bahasa Austronesia]] |
Revisi per 7 Oktober 2024 11.23
Bahasa Sunda BPS: 0086 6
Basa Sunda ᮘᮞ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ • باسا سوندا | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Pengucapan | [basa sʊnda] (standar) [basa suna] (vernakular) | ||||||||||||
Dituturkan di | Indonesia serta negara-negara dengan diaspora Sunda | ||||||||||||
Wilayah | Utamanya bagian barat Pulau Jawa dan provinsi lainnya di Indonesia | ||||||||||||
Etnis | Sunda (Badui • Banten • Ciptagelar • Cirebon • Priangan) | ||||||||||||
Penutur | 42 juta (2016)[1]
Perincian data penutur Jumlah penutur beserta (jika ada) metode pengambilan, jenis, tanggal, dan tempat.[2]
| ||||||||||||
| |||||||||||||
Bentuk baku | |||||||||||||
Dialek |
| ||||||||||||
Modern: Alfabet Latin (Alfabet bahasa Sunda) Abjad Pegon Aksara Sunda Baku Historis: Aksara Sunda Kuno Aksara Sunda Cacarakan | |||||||||||||
Status resmi | |||||||||||||
Diatur oleh | Lembaga Basa jeung Sastra Sunda Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat Kantor Bahasa Banten | ||||||||||||
Kode bahasa | |||||||||||||
ISO 639-1 | su | ||||||||||||
ISO 639-2 | sun | ||||||||||||
ISO 639-3 | sun – kode inklusifMencakup:sun – bahasa Sundabac – bahasa Sunda Baduiosn – bahasa Sunda Kuno | ||||||||||||
Glottolog | sund1252 | ||||||||||||
Linguasfer | 31-MFN-a | ||||||||||||
IETF | su | ||||||||||||
BPS (2010) | 0086 6 | ||||||||||||
| |||||||||||||
Lokasi penuturan | |||||||||||||
Peta persebaran bahasa Sunda.
Wilayah tempat bahasa Sunda adalah bahasa asli dan mayoritas
Wilayah tempat bahasa Sunda adalah bahasa minoritas
Komunitas diaspora Sunda yang menuturkan bahasa Sunda secara parsial | |||||||||||||
Wilayah dengan penuturan bahasa Sunda sebagai bahasa ibunda mayoritas penduduknya
Wilayah dengan >100.000 penduduknya dapat menuturkan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu
Wilayah dengan <100.000 penduduknya dapat menuturkan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu | |||||||||||||
Perkiraan persebaran penuturan bahasa ini. | |||||||||||||
Koordinat: 6°54′0″S 107°6′36″E / 6.90000°S 107.11000°E | |||||||||||||
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
| |||||||||||||
Artikel ini mengandung karakter aksara Sunda. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode.
| |||||||||||||
Portal Bahasa | |||||||||||||
Bahasa Sunda (aksara Sunda: ᮘᮞ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ, Pegon: باسا سوندا, translit. Basa Sunda) adalah sebuah bahasa dari cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa ini umumnya dituturkan oleh penduduk bersuku Sunda di wilayah bagian barat pulau Jawa.
Bahasa Sunda juga dituturkan oleh diaspora Sunda di beberapa wilayah lain di Indonesia dan di luar Indonesia. Bahasa ini memiliki penutur setidaknya 42 juta orang pada tahun 2016.
Dialek
Dialek (basa wewengkon) bahasa Sunda mempunyai beberapa ragam. Para pakar bahasa biasanya membedakan enam dialek yang berbeda.[7] Dialek-dialek ini adalah:
- Dialek Barat (Banten, sebagian barat Kabupaten Bogor khususnya wilayah Jasinga Raya, dan sebagian barat Kabupaten Sukabumi.)
- Dialek Utara (Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Karawang, sebagian timur dan selatan Kabupaten Bekasi, Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Subang.)
- Dialek Selatan (Kota Bandung, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya, Kota Sukabumi, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Sukabumi, dan sebagian kecil selatan Jonggol, Bogor.)
- Dialek Tengah Timur (Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu bagian selatan, dan sebagian barat Kabupaten Kuningan.)
- Dialek Timur Laut (Kabupaten Kuningan, sebagian barat Kabupaten Brebes, dan sebagian selatan Kabupaten Cirebon.)
- Dialek Tenggara (Kota Banjar, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Pangandaran, dan sebagian timur dan utara Kabupaten Cilacap khususnya Kecamatan Dayeuhluhur serta Dusun Cijurig di Kabupaten Banyumas.)
Sejarah dan penyebaran
Bahasa Sunda terutama dipertuturkan di sebelah barat pulau Jawa, di daerah yang dijuluki Tatar Sunda (Pasundan). Bahasa Sunda juga dipertuturkan di bagian barat Jawa Tengah, khususnya di sebagian selatan Kabupaten Brebes dan sebagian barat Cilacap, dikarenakan beberapa kecamatan di wilayah ini dahulunya berada di bawah kekuasaan Kerajaan Galuh.
Seiring transmigrasi dan imigrasi yang dilakukan etnis Sunda, penutur bahasa ini telah menyebar sampai ke luar pulau Jawa. Misalkan di Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Kalimantan Barat dan Sulawesi Tenggara di mana penduduk etnis Sunda dengan jumlah signifikan menetap di wilayah tersebut.
Fonologi
Terdapat tujuh fonem vokal dalam bahasa Sunda: /a/, /ɛ/ ⟨é⟩, /i/, /ɨ/ ⟨eu⟩, /ə/ ⟨e⟩, /u/ dan /ɔ/ ⟨o⟩.[8]
Depan | Madya | Belakang | |
---|---|---|---|
Tertutup | i | ɨ | u |
Tengah | ɛ | ə | ɔ |
Terbuka | a |
Dwi-bibir | Gigi | Langit2 keras |
Langit2 lunak |
Celah suara | |
---|---|---|---|---|---|
Sengau | m | n | ɲ | ŋ | |
Letup/Gesek | p b | t d | tʃ dʒ | k ɡ | ʔ |
Desis/Geser | s | h | |||
Kepak/Hampiran | r l | ||||
Semivokal | w | j |
Sistem penulisan
Aksara Sunda (Kaganga)
Mulanya bahasa Sunda ditulis dengan aksara Sunda. Aksara Sunda merupakan salah satu aksara berumpun Brahmi yang diturunkan dari aksara Pallawa lewat aksara Kawi.
Bukti-bukti tertulis mengenai evolusi aksara ini muncul di beberapa prasasti yang ditemukan dari abad ke-10 hingga abad ke-15 M pada masa keemasan Kerajaan Pajajaran. Prasasti yang diyakini merupakan kunci evolusi aksara Sunda adalah Prasasti Batutulis, Prasasti Astana Gede, dan Prasasti Kebantenan.[9][10]
Dahulu aksara ini dituliskan di permukaan batu. Pada abad ke-15 hingga ke-16, aksara Sunda kuno mulai berevolusi jauh dari aksara Kawi dan mudah dikenali perubahannya.
Aksara ini kemudian lebih banyak ditulis di atas daun lontar. Aksara tersebut digunakan dalam penulisan naskah Bujangga Manik, Carita Parahyangan dan Carita Waruga Guru.[11] Naskah ini kelak dijadikan sebagai rujukan bagi pengembangan aksara Sunda yang kemudian, aksara Sunda baku.
Aksara Sunda Kuno memiliki sintaksis penulisan yang lebih kompleks, seperti adanya pasangan (hanya semua huruf pasangannya sama dengan huruf utama), huruf leu dan reu, dan jumlah guratan yang lebih banyak daripada aksara Sunda baku. Aksara Sunda baku mulai diperkenalkan pada dekade 1990-an untuk menggantikan peran Cacarakan. Saat ini, seluruh pembelajaran bahasa Sunda menggunakan aksara Sunda baku dan alfabet Latin.[12]
Alfabet Bahasa Sunda
Kolonialisasi di Nusantara menyebabkan aksara Sunda kuno menjadi terancam. Bersama dengan keluarnya ultimatum dari VOC pada tanggal 3 November 1705, aksara Sunda kuno dan Rikasara Cirebon punah. Setiap orang yang menulis dokumen-dokumen resmi hanya diperbolehkan menulis aksara Jawa yang dimodifikasi, abjad Pegon, dan alfabet Latin untuk menuliskan bahasa Sunda. Alfabet Latin sendiri mulai diintensifkan untuk mentranskripsi karya-karya yang ditulis menggunakan aksara Sunda Kuno dan Pegon pada abad ke-19 hingga ke-20.
Salah satu tokoh yang berjasa dalam transkripsi aksara Cacarakan dan Sunda ke Latin adalah seorang keturunan Bugis-Sunda bernama Daeng Kanduruan Ardiwinata (1866–1947) yang menulis buku berjudul Palanggéran Nuliskeun Aksara Sunda ku Aksara Walanda (terbitan Commissie voor de Volkslectuur tahun 1912) yang berisi aturan transkripsi bahasa Sunda menggunakan alfabet Latin serta Élmuning Basa Sunda (edisi I 1916 dan II 1917) yang berisi peraturan tata bahasa Sunda modern.[13][14][15]
Cacarakan
Cacarakan adalah aksara Jawa termodifikasi yang digunakan untuk menuliskan bahasa Sunda, dan telah dipakai selama 300 tahun setelah keluarnya ultimatum dari VOC pada tanggal 3 November 1705 yang mewajibkan penggunaan aksara Jawa, abjad Pegon, dan alfabet Latin untuk menuliskan bahasa Sunda. Kini, hanya sebagian kecil daerah di Jawa Barat yang menggunakan Cacarakan untuk menulis bahasa Sunda.[15][16]
Abjad Pegon Sunda
Abjad Pegon yang bersaudara dengan abjad Jawi (Arab-Melayu) digunakan untuk menulis bahasa Sunda, menggunakan huruf-huruf Arab standar dan huruf-huruf rekaan baru yang tidak ada dalam huruf Arab asli. Huruf-huruf itu juga tidak bisa dipahami oleh orang Arab jika mereka tak menguasai bahasa Sunda dengan huruf tersebut. Hadir bersamaan dengan Islam di Tatar Sunda, abjad Pegon menjadi materi yang masih diajarkan di sebagian kecil pesantren.[17]
Aksara lain
Selain itu, ada beberapa aksara lain yang sempat digunakan dalam menuliskan bahasa Sunda terutama bahasa Sunda Kuno, contohnya adalah aksara Buda dan aksara Kawi, penggunaannya sempat tercatat dalam prasasti dan naskah-naskah kuno.
Tingkat tutur
Bahasa Sunda, terutama dialek Priangan mempunyai tingkat tutur yang mencakup aturan penggunaan ragam bahasa yang didasarkan kepada tingkat keakraban antara pembicara dan lawan bicara. Dalam bahasa Sunda, tingkat tutur seperti ini dikenal sebagai undak-usuk atau sekarang lebih dikenali sebagai tatakrama basa. Berdasarkan ragam bahasanya, dapat dibedakan menjadi hormat dan loma. Sementara kosakata yang digunakan bisa dibedakan menjadi lemes pisan, lemes, lemes enteng, sedeng, panengah, dan loma.
Catatan kaki
- ^ Muamar, Aam (2016-08-08). "Mempertahankan Eksistensi Bahasa Sunda" [Maintaining the existence of Sundanese Language]. Pikiran Rakyat. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 June 2019. Diakses tanggal 2018-09-27.
- ^ Ethnologue (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-25, 19), Dallas: SIL International, ISSN 1946-9675, OCLC 43349556, Wikidata Q14790, diakses tanggal 23 April 2022
- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2021). "Sundanese-Badui". Glottolog 4.5. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-14. Diakses tanggal 2022-03-07.
- ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011.
- ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022.
- ^ "Bahasa Sunda". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
- ^ Misalkan Wurm dan Shirô Hattori dalam Language Atlas of Asia-Pacific (1983).
- ^ Müller-Gotama, Franz (2001). Sundanese. Languages of the World. Materials. 369. Munich: LINCOM Europa.
- ^ Hartono, Dibyo,. Architectural conservation award Bandung = Penghargaan konservasi bangunan cagar budaya. Bandung, West Java, Indonesia. ISBN 978-979-692-541-4. OCLC 897825910.
- ^ Danasasmita, M. (2001). Wacana bahasa dan sastra Sunda lama. Bandung: STSI Press.
- ^ Ensiklopedi Sunda : alam, manusia, dan budaya, termasuk budaya Cirebon dan Betawi. Rosidi, Ajip, 1938-, Pustaka Jaya (Firm) (edisi ke-Cet. 1). [Jakarta]: Pustaka Jaya. 2000. ISBN 979-419-259-7. OCLC 45463431.
- ^ Hasanah, A.; Gustini, N.; Rohaniawati, D. (2016). Nilai-Nilai Karakter Sunda. Yogyakarta: Deepublish. ISBN 9786024532574.
- ^ Kartini, T. (1979). Daeng Kanduruan Ardiwinata, sastrawan Sunda. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
- ^ Kridalaksana, Harimurti. (2008). Kamus linguistik (edisi ke-Ed. 4). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-979-22-3570-8. OCLC 271724799. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-07-15. Diakses tanggal 2019-12-25.
- ^ a b Sisi senyap politik bising. Budi Susanto, A., 1952-. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 2007. ISBN 9789792116588. OCLC 262737609.
- ^ Rosyadi (1997). Pelestarian dan usaha pengembangan aksara daerah Sunda. Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Jawa Barat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
- ^ "BUDAYA – Mengenal Aksara Arab Pegon: Simbol Perlawanan dan Pemersatu Ulama Nusantara". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-05. Diakses tanggal 2019-09-05.
Pranala luar
- Kamus Bahasa Sunda Diarsipkan 2014-10-11 di Wayback Machine.
- (Inggris) Bahasa Sunda di Ethnologue
- (Inggris) Ethnologue: "Austronesian, Malayo-Polynesian, Malayo-Sumbawan, Sundanese"
- Abah Usulkan Bahasa Sunda Jadi Mulok di Cilacap Barat
- Konverter Huruf Latin - Aksara Sunda
- Sundanese-Indonesian Translator Diarsipkan 2011-08-26 di Wayback Machine.
- PDF (47,7M) Kamus Sunda-Indonesia - Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud
- Ucapan dan contoh perkataan dalam bahasa Sunda - kanal I Love Languages di Youtube
- Bahasa kategori 5 di Ethnologue
- Halaman bahasa dengan peta OpenStreetMap
- Bahasa Sunda
- Bahasa di Jawa
- Bahasa di Indonesia
- Rumpun bahasa Melayu-Polinesia
- Bahasa di Banten
- Bahasa di Jawa Tengah
- Bahasa di Lampung
- Bahasa di Bengkulu
- Bahasa di Sulawesi Tenggara
- Bahasa subjek-verba-objek
- Bahasa aglutinatif
- Rumpun bahasa Austronesia