Lompat ke isi

Wahsyi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Infoner (bicara | kontrib)
Perbaikan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1: Baris 1:
{{Refimprove-bio-tokohmuslim}}
{{Refimprove-bio-tokohmuslim}}
{{Refimprove-cite-bio-tokohmuslim}}
{{Refimprove-cite-bio-tokohmuslim}}
'''Wahsyi bin Harb''' ([[Bahasa Arab|Arab]]:<font size=4>وحشي بن حرب</font>, Julukan: '''Abi Dasamah''') adalah seorang bekas [[budak]] kulit hitam dari Ethiopia milik [[:en:Jubayr_ibn_Mut'im|Jubair bin Muth'im]]<nowiki/>dan dimerdekakan oleh [[Hindun binti Utbah]] yang menjadi terkenal karena mampu membunuh paman Nabi [[Muhammad]] SAW yang memiliki julukan "Singa Allah" yakni, [[Hamzah bin Abdul Muthalib]] dan ia juga berhasil membunuh [[Musailamah al-Kazzab]] saat [[pertempuran Yamamah]] pada zaman Khalifah [[Abu Bakar]].
'''Wahsyi bin Harb''' ([[Bahasa Arab|Arab]]:<font size=4>وحشي بن حرب</font>, Julukan: '''Abi Dasamah''') adalah seorang bekas [[budak]] kulit hitam dari Ethiopia milik [[:en:Jubayr_ibn_Mut'im|Jubair bin Muth'im]]<nowiki/> dan dimerdekakan oleh [[Hindun binti Utbah]] yang menjadi terkenal karena mampu membunuh paman Nabi [[Muhammad]] SAW yang memiliki julukan "Singa Allah" yakni, [[Hamzah bin Abdul Muthalib]] dan ia juga berhasil membunuh [[Musailamah al-Kazzab]] saat [[pertempuran Yamamah]] pada zaman Khalifah [[Abu Bakar]].


== Dijanjikan kebebasan ==
== Dijanjikan kebebasan ==

Revisi per 30 Desember 2018 10.32

Wahsyi bin Harb (Arab:وحشي بن حرب, Julukan: Abi Dasamah) adalah seorang bekas budak kulit hitam dari Ethiopia milik Jubair bin Muth'im dan dimerdekakan oleh Hindun binti Utbah yang menjadi terkenal karena mampu membunuh paman Nabi Muhammad SAW yang memiliki julukan "Singa Allah" yakni, Hamzah bin Abdul Muthalib dan ia juga berhasil membunuh Musailamah al-Kazzab saat pertempuran Yamamah pada zaman Khalifah Abu Bakar.

Dijanjikan kebebasan

Hindun menjanjikan akan membebaskan Wahsyi bila ia mampu membunuh salah seorang di antara Nabi Muhammad sendiri, Ali bin Abi Thalib atau Hamzah sebagai balas dendam atas kematian ayahnya pada perang Badar. Wahsyi kemudian menjawab:

Aku tidak akan mampu mendekati Muhammad sama sekali, karena para sahabatnya selalu berada disampingnya lebih dekat dari siapapun. Ali sangat waspada dalam medan perang. Sedangkan Hamzah berkelahi dengan sangat brutal sehingga saat pertempuran dia tidak memperhatikan sekelilingnya dan ada kemungkinan aku bisa menjatuhkannya dengan menggunakan tipuan atau menyerangnya saat ia lengah

Hindun puas dengan jawaban ini dan menjajikan kemerdekaannya bila ia berhasil. Berkenaan dengan keberhasilannya membunuh Hamzah pada perang Uhud, Wahsyi bercerita:

Saat perang Uhud, aku sedang mengikuti Hamzah. Ia sedang menyerang jantung tentara Quraish bagaikan singa yang marah. Ia membunuh siapapun yang mampu dijangkaunya. Aku bersembunyi di belakang pepohonan dan bebatuan agar dia tidak melihatku. Ia terlalu sibuk bertarung. Aku keluar untuk menyergapnya. Aku, sebagai orang Ethiopia terbiasa melempar lembing dan jarang meleset dari sasaran. Aku bergerak dengan gerakan tertentu dan setelah berada pada jarak tertentu dengannya melemparnya dengan lembing. Lembing itu mengenai pinggangnya dan keluar di antara kedua kakinya. Ia kemudian ingin menyerangku namun sakit yang teramat sangat mencegahnya melakukannya. Ia tetap dalam kondisi itu hingga ajalnya tiba. Kemudian aku menghampirinya dengan hati-hati dan setelah mencabut senjataku dari tubuhnya aku kembali kepada tentara Quraish dan menunggu kemerdekaanku.

Memeluk Islam dan membunuh Musailamah

Wahsyi kemudian memeluk Islam dan berhasil membunuh Musailamah al Khazzab (Musailamah si pembohong), seorang yang mengaku sebagai nabi pada pertempuran Yamamah tahun 634 Masehi.

Washi menceritakan rangkaian peristiwa tersebut sebagai berikut:

Setelah perang Uhud aku melanjutkan hidup di Mekkah dalam waktu yang cukup lama sampai tentara Muslim menaklukkan Mekkah. Aku kemudian melarikan diri ke Tha'if, namun segera setelah itu Islam juga menjangkau daerah itu. Aku mendengar bahwa sebesar apapun dosa seseorang, ia akan diampuni. Lantas aku menghadap Rasulullah dan mengucapkan syahadat. Ia kemudian melihatku dan menanyakan "Apakah kau Wahsyi yang sama dengan Wahsyi dari Ethiopia?" Aku mengiyakan dan dia kembali bertanya: "Bagaimana kau dapat membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib?" Aku kemudian menceritakan peristiwa tersebut. Rasulullah kemudian berpaling dan mengatakan: "Aku tidak akan melihat wajahmu hingga Hari Berbangkit, karena musibah yang menimpa pamanku oleh tanganmu". Kemudian selama Rasulullah masih hidup aku menyembunyikan diri darinya, dan setelah wafatnya peperangan dengan Musailamah berlangsung. Aku bergabung dengan tentara Islam dan menggunakan senjata yang sama melawan Musailamah, aku berhasil membunuhnya dengan bantuan salah seorang Anshar. Jika aku membunuh orang terbaik (Hamzah) dengan senjata ini, orang terburuk pun tidak akan sanggup lari darinya.

Pranala luar