Lompat ke isi

Abu Hurairah: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 3 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
Baris 21: Baris 21:


=== Kesahihan Hadits ===
=== Kesahihan Hadits ===
Abu Hurairah meriwayatkan lebih dari 5.000 hadits, meskipun diketahui dalam [[biografi]] sahih [[Al-Bukhari]] bahwa Abu Huraihah baru mengenal Nabi Muhammad 3 tahun sebelum Nabi Muhammad meninggal dunia.<ref>{{Cite web|url=https://www.al-islam.org/muhammad-yasin-jibouri/prophet-madina-622-ad#abu-hurayra-and-falsification-hadith|title=Abu Hurayra and the Falsification of Hadith||website=al-islam.org|language=en |access-date=2019-11-12}}.</ref> Bahkan salah satu sahabat paling dekat Nabi Muhammad, [[Abu Bakar]], hanya meriwayatkan 142 hadits. Ketidaksinambungan antar jumlah hadits dan waktunya yang terbatas bersama Nabi Muhammad membuat sejumlah penulis mempertanyakan keakuratan hadits dari Abu Hurairah. [[:en:Abdullah Saeed (professor)|Abdullah Saeed]] memaparkan bahwa Khalifah [[Umar bin Khattab]] pernah beberapa kali mengancam Abu Hurairah dengan hukuman apabila ia ditemukan salah mengutip Nabi Muhammad, karena pada masa hidupnya Abu Hurairah dikenal sebagai pembual yang sering kali mengarang hadits berdasarkan pengalamannya yang relatif singkat bersama Nabi Muhammad untuk meningkatkan prestise dirinya. Namun begitu, para ulama di kemudian hari sering kali menggunakan perkataan Abu Hurairah meskipun keakuratan dan konteks sejarahnya sering kali dipertanyakan apabila ditelusuri lebih jauh.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=gFNJAgAAQBAJ&dq=Reading+the+Qur%27an+in+the+Twenty-First+Century:+A+Contextualist+Approach&source=gbs_navlinks_s|title=Reading the Qur'an in the Twenty-First Century: A Contextualist Approach|last=Saeed|first=Abdullah |date=2013|publisher=Routledge|isbn=131797414X|language=en}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=dGJtDwAAQBAJ&dq=the+lost+art+of+scripture&source=gbs_navlinks_s|title=The Lost Art of Scripture|last=Armstrong|first=Karen |date=2019|publisher=Random House|isbn=147354727X|language=en|page=390-391}}</ref>. Beberapa sumber kontemporer bahkan juga dapat ditemukan menyunting biografi Abu Hurairah dengan menyebutkan bahwa Abu Hurairah tinggal bersama Rasulullah sejak kecil<ref>[http://www.islam2u.net/index.php?option=com_content&view=article&id=85:abu-hurairah-ra-otaknya-gudang-pengetahuan-&catid=14:kisah-kisah-sahabat&Itemid=75 Abu Hurairah ra.- Otaknya Gudang Pengetahuan]</ref> meskipun hal ini tidaklah benar berdasarkan referensi yang lebih kukuh seperti biografi sahih Al-Bukhari.
Abu Hurairah meriwayatkan lebih dari 5.000 hadits, meskipun diketahui dalam [[biografi]] sahih [[Al-Bukhari]] bahwa Abu Huraihah baru mengenal Nabi Muhammad 3 tahun sebelum Nabi Muhammad meninggal dunia.<ref>{{Cite web|url=https://www.al-islam.org/muhammad-yasin-jibouri/prophet-madina-622-ad#abu-hurayra-and-falsification-hadith|title=Abu Hurayra and the Falsification of Hadith||website=al-islam.org|language=en |access-date=2019-11-12}}.</ref> Bahkan salah satu sahabat paling dekat Nabi Muhammad, [[Abu Bakar]], hanya meriwayatkan 142 hadits. Ketidaksinambungan antar jumlah hadits dan waktunya yang terbatas bersama Nabi Muhammad membuat sejumlah penulis mempertanyakan keakuratan hadits dari Abu Hurairah. [[:en:Abdullah Saeed (professor)|Abdullah Saeed]] memaparkan bahwa Khalifah [[Umar bin Khattab]] pernah beberapa kali mengancam Abu Hurairah dengan hukuman apabila ia ditemukan salah mengutip Nabi Muhammad, karena pada masa hidupnya Abu Hurairah dikenal sebagai pembual yang sering kali mengarang hadits berdasarkan pengalamannya yang relatif singkat bersama Nabi Muhammad untuk meningkatkan prestise dirinya. Namun begitu, para ulama di kemudian hari sering kali menggunakan perkataan Abu Hurairah meskipun keakuratan dan konteks sejarahnya sering kali dipertanyakan apabila ditelusuri lebih jauh.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=gFNJAgAAQBAJ&dq=Reading+the+Qur%27an+in+the+Twenty-First+Century:+A+Contextualist+Approach&source=gbs_navlinks_s|title=Reading the Qur'an in the Twenty-First Century: A Contextualist Approach|last=Saeed|first=Abdullah |date=2013|publisher=Routledge|isbn=131797414X|language=en}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=dGJtDwAAQBAJ&dq=the+lost+art+of+scripture&source=gbs_navlinks_s|title=The Lost Art of Scripture|last=Armstrong|first=Karen |date=2019|publisher=Random House|isbn=147354727X|language=en|page=390-391}}</ref>. Beberapa sumber kontemporer bahkan juga dapat ditemukan menyunting biografi Abu Hurairah dengan menyebutkan bahwa Abu Hurairah tinggal bersama Rasulullah sejak kecil<ref>{{Cite web |url=http://www.islam2u.net/index.php?option=com_content&view=article&id=85:abu-hurairah-ra-otaknya-gudang-pengetahuan-&catid=14:kisah-kisah-sahabat&Itemid=75 |title=Abu Hurairah ra.- Otaknya Gudang Pengetahuan |access-date=2012-12-05 |archive-date=2012-11-15 |archive-url=https://web.archive.org/web/20121115005839/http://islam2u.net/index.php?option=com_content&view=article&id=85:abu-hurairah-ra-otaknya-gudang-pengetahuan-&catid=14:kisah-kisah-sahabat&Itemid=75 |dead-url=yes }}</ref> meskipun hal ini tidaklah benar berdasarkan referensi yang lebih kukuh seperti biografi sahih Al-Bukhari.


== Keturunan ==
== Keturunan ==

Revisi per 6 Februari 2021 09.26

Abdurrahman bin Shakhr Al-Azdi (bahasa Arab: عبدالرحمن بن صخر الأذدي) (lahir 598 - wafat 678 (57H)), yang lebih dikenal dengan panggilan Abu Hurairah (bahasa Arab: أبو هريرة), adalah seorang Sahabat Nabi yang terkenal dan merupakan periwayat hadits yang paling banyak disebutkan dalam isnad-nya oleh kaum Islam Sunni.

Ibnu Hisyam berkata bahwa nama asli Abu Hurairah adalah Abdullah bin Amin dan ada pula yang mengatakan nama aslinya ialah Abdur Rahman bin Shakhr.[1]

Masa muda

Abu Hurairah berasal dari kabilah Bani Daus dari Yaman. Ia diperkirakan lahir 21 tahun sebelum hijrah, dan sejak kecil sudah menjadi yatim. Ketika mudanya ia bekerja pada Basrah binti Ghazwan, yang kemudian setelah masuk Islam dinikahinya. Nama aslinya pada masa jahiliyah adalah Abdus-Syams (hamba matahari) dan ia dipanggil sebagai Abu Hurairah (ayah/pemilik kucing) karena suka merawat dan memelihara kucing. Diriwayatkan atsar oleh Imam At-Tirmidzi dengan sanad yang mauquf hingga Abu Hurairah. Abdullaah bin Raafi' berkata, "Aku bertanya kepada Abu Hurairah, "Mengapa engkau bernama kuniyah Abu Hurairah?" Ia menjawab, "Apakah yang kau khawatirkan dariku?" Aku berkata, "Benar, demi Allah, sungguh aku khawatir terhadapmu." Abu Hurairah berkata, "Aku dahulu bekerja menggembalakan kambing keluargaku dan di sisiku ada seekor kucing kecil (Hurairah). Lalu ketika malam tiba aku menaruhnya di sebatang pohon, jika hari telah siang aku pergi ke pohon itu dan aku bermain-main dengannya, maka aku diberi kuniyah Abu Hurairah (bapaknya si kucing kecil)." [2]

Menjadi muslim

Thufail bin Amr, seorang pemimpin Bani Daus, kembali ke kampungnya setelah bertemu dengan Nabi Muhammad dan menjadi muslim. Ia menyerukan untuk masuk Islam, dan Abu Hurairah segera menyatakan ketertarikannya meskipun sebagian besar kaumnya saat itu menolak. Ketika Abu Hurairah pergi bersama Thufail bin Amr ke Makkah, Nabi Muhammad mengubah nama Abu Hurairah menjadi Abdurrahman (hamba Maha Pengasih). Ia tinggal bersama kaumnya beberapa tahun setelah menjadi muslim, sebelum bergabung dengan kaum muhajirin di Madinah tahun 629. Abu Hurairah pernah meminta Nabi untuk mendoakan agar ibunya masuk Islam, yang akhirnya terjadi. Ia selalu menyertai Nabi Muhammad sampai dengan wafatnya Nabi tahun 632 di Madinah.

Peran politik

Umar bin Khattab pernah mengangkat Abu Hurairah menjadi gubernur wilayah Bahrain untuk masa tertentu. Saat Umar bermaksud mengangkatnya lagi untuk yang kedua kalinya, ia menolak. Ketika perselisihan terjadi antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan, ia tidak berpihak kepada salah satu di antara mereka.

Periwayat hadits

Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits dari Nabi Muhammad, yaitu sebanyak 5.374 hadits. Di antara yang meriwayatkan hadist darinya adalah Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah, dan lain-lain. Imam Bukhari pernah berkata: "Tercatat lebih dari 800 orang perawi hadits dari kalangan sahabat dan tabi'in yang telah meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah".

Marwan bin Hakam pernah menguji tingkat hafalan Abu Hurairah terhadap hadits Nabi. Marwan memintanya untuk menyebutkan beberapa hadits, dan kemudian sekretaris Marwan mencatatnya. Setahun kemudian, Marwan memanggilnya lagi dan Abu Hurairah pun menyebutkan semua hadits yang pernah ia sampaikan tahun sebelumnya, tanpa tertinggal satu huruf.

Salah satu kumpulan fatwa-fatwa Abu Hurairah pernah dihimpun oleh Syaikh As-Subki dengan judul Fatawa' Abi Hurairah.

Kesahihan Hadits

Abu Hurairah meriwayatkan lebih dari 5.000 hadits, meskipun diketahui dalam biografi sahih Al-Bukhari bahwa Abu Huraihah baru mengenal Nabi Muhammad 3 tahun sebelum Nabi Muhammad meninggal dunia.[3] Bahkan salah satu sahabat paling dekat Nabi Muhammad, Abu Bakar, hanya meriwayatkan 142 hadits. Ketidaksinambungan antar jumlah hadits dan waktunya yang terbatas bersama Nabi Muhammad membuat sejumlah penulis mempertanyakan keakuratan hadits dari Abu Hurairah. Abdullah Saeed memaparkan bahwa Khalifah Umar bin Khattab pernah beberapa kali mengancam Abu Hurairah dengan hukuman apabila ia ditemukan salah mengutip Nabi Muhammad, karena pada masa hidupnya Abu Hurairah dikenal sebagai pembual yang sering kali mengarang hadits berdasarkan pengalamannya yang relatif singkat bersama Nabi Muhammad untuk meningkatkan prestise dirinya. Namun begitu, para ulama di kemudian hari sering kali menggunakan perkataan Abu Hurairah meskipun keakuratan dan konteks sejarahnya sering kali dipertanyakan apabila ditelusuri lebih jauh.[4][5]. Beberapa sumber kontemporer bahkan juga dapat ditemukan menyunting biografi Abu Hurairah dengan menyebutkan bahwa Abu Hurairah tinggal bersama Rasulullah sejak kecil[6] meskipun hal ini tidaklah benar berdasarkan referensi yang lebih kukuh seperti biografi sahih Al-Bukhari.

Keturunan

Abu Hurairah termasuk salah satu di antara kaum fakir muhajirin yang tidak memiliki keluarga dan harta kekayaan, yang disebut Ahlush Shuffah, yaitu tempat tinggal mereka di depan Masjid Nabawi. Abu Hurairah mempunyai seorang anak perempuan yang menikah dengan Said bin Musayyib, yaitu salah seorang tokoh tabi'in terkemuka.

Wafat

Pada tahun 678 atau tahun 57 H, Abu Hurairah jatuh sakit, meninggal di Madinah, dan dimakamkan di Jannatul Baqi.

Referensi

  1. ^ As Sirah An Nabawiyah li Ibnu Hisyam, Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam al Muafiri (Ibnu Hisyam)
  2. ^ Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Sa'iid Al-Muraabithiy, telah menceritakan kepada kami Rauh bin 'Ubaadah, telah menceritakan kepada kami Usaamah bin Zaid, dari 'Abdullaah bin Raafi', ia berkata, aku bertanya kepada Abu Hurairah. Jaami' At-Tirmidzi no. 3805, Imam At-Tirmidzi berkata, "hasan gharib." dan Sunan At-Tirmidzi no. 3840
  3. ^ "Abu Hurayra and the Falsification of Hadith". al-islam.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-11-12. .
  4. ^ Saeed, Abdullah (2013). Reading the Qur'an in the Twenty-First Century: A Contextualist Approach (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 131797414X. 
  5. ^ Armstrong, Karen (2019). The Lost Art of Scripture (dalam bahasa Inggris). Random House. hlm. 390-391. ISBN 147354727X. 
  6. ^ "Abu Hurairah ra.- Otaknya Gudang Pengetahuan". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-11-15. Diakses tanggal 2012-12-05. 
  • Mursi, Muhammad Said. Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah. Penerjemah: Khoirul Amru Harahap, Lc, MHI & Achmad Fauzan, Lc, MAg. Cet-1, Jakarta. Pustaka Al-Kautsar, 2007.

Pranala luar