Lompat ke isi

Kabupaten Aceh Barat

Koordinat: 4°27′N 96°11′E / 4.450°N 96.183°E / 4.450; 96.183
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

4°27′N 96°11′E / 4.450°N 96.183°E / 4.450; 96.183

Kabupaten Aceh Barat
اچيه بارت
Daerah tingkat II
Bivouac Teunom Pantai Barat Aceh
Bivouac Teunom Pantai Barat Aceh
Peta
Peta
Kabupaten Aceh Barat اچيه بارت di Sumatra
Kabupaten Aceh Barat اچيه بارت
Kabupaten Aceh Barat
اچيه بارت
Peta
Kabupaten Aceh Barat اچيه بارت di Indonesia
Kabupaten Aceh Barat اچيه بارت
Kabupaten Aceh Barat
اچيه بارت
Kabupaten Aceh Barat
اچيه بارت (Indonesia)
Koordinat: 4°27′N 96°11′E / 4.45°N 96.18°E / 4.45; 96.18
Negara Indonesia
ProvinsiAceh
Dasar hukumUU RI Nomor 7 (Darurat) Tahun 1956
Ibu kotaMeulaboh
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
Pemerintahan
 • BupatiH. Ramli MS
 • Wakil Bupati--
Luas
 • Total2,927,95 km²[1] km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi)
Populasi
 ((2017)[1])
 • Total189,119 jiwa
Demografi
 • AgamaIslam 98.35%, Kristen 0.23%, Buddha 0.37%
 • IPM69,26 (2016)[2]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
23615-23682
Kode BPS
1107 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon0655
Kode Kemendagri11.05 Edit nilai pada Wikidata
APBDRp.1.251.178.454.853,-[3]
PADRp.164.140.534.232,-
DAURp.570.763.544.000,-
Situs webhttp://www.acehbaratkab.go.id


Kabupaten Aceh Barat (Ejaan Aceh: Acèh Barat )adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia.[4] Sebelum pemekaran, Aceh Barat mempunyai luas wilayah 10.097.04 km² atau 1.010.466 Ha dan merupakan bagian wilayah pantai barat dan selatan pulau Sumatera yang membentang dari barat ke timur mulai dari kaki gunung Geurutee (perbatasan dengan Aceh Besar) sampai ke sisi Krueng Seumayam (perbatasan Aceh Selatan) dengan panjang garis pantai sejauh 250 km. Sesudah dimekarkan luas wilayah menjadi 2.927,95 km².[4]

Sejarah

Sebuah pantai di Meulaboh

Masa kesultanan Aceh

Wilayah bagian barat Kerajaan Aceh Darussalam mulai dibuka dan dibangun pada abad ke-16 atas prakarsa Sultan Saidil Mukamil (Sultan Aceh yang hidup antara tahun 1588-1604), kemudian dilanjutkan oleh Sultan Iskandar Muda (Sultan Aceh yang hidup tahun 1607-1636) dengan mendatangkan orang-orang Aceh Rayeuk dan Pidie.

Daerah ramai pertama adalah di teluk Meulaboh (Pasi Karam) yang diperintah oleh seorang raja yang bergelar Teuku Keujruen Meulaboh, dan Negeri Daya (Kecamatan Jaya) yang pada akhir abad ke-15 telah berdiri sebuah kerajaan dengan rajanya adalah Sultan Salatin Alaidin Riayat Syah dengan gelar Poteu Meureuhom Daya.

Dari perkembangan selanjutnya, wilayah Aceh Barat diakhir abad ke-17 telah berkembang menjadi beberapa kerajaan kecil yang dipimpin oleh Uleebalang, yaitu : Kluang; Lamno; Kuala Lambeusoe; Kuala Daya; Kuala Unga; Babah Awe; Krueng No; Cara' Mon; Lhok Kruet; Babah Nipah; Lageun; Lhok Geulumpang; Rameue; Lhok Rigaih; Krueng Sabee; Teunom; Panga; Woyla; Bubon; Lhok Bubon; Meulaboh; Seunagan; Tripa; Seuneu'am; Tungkop; Beutong; Pameue; Teupah (Tapah); Simeulue; Salang; Leukon; Sigulai.

Silsilah Raja Meulaboh

Raja-raja yang pernah bertahta di kehulu-balangan Kaway XVI hanya dapat dilacak dari T. Tjik Pho Rahman, yang kemudian digantikan oleh anaknya yang bernama T.Tjik Masaid, yang kemudian diganti oleh anaknya lagi yang bernama T.Tjik Ali dan digantikan anaknya oleh T.Tjik Abah (sementara) dan kemudian diganti oleh T.Tjik Manso yang memiliki tiga orang anak yang tertua menjadi Raja Meulaboh bernama T.Tjik Raja Nagor yang pada tahun 1913 meninggal dunia karena diracun, dan kemudian digantikan oleh adiknya yang bernama Teuku Tjik Ali Akbar, sementara anak T.Tjik Raja Nagor yang bernama Teuku Raja Neh, masih kecil.

Saat Teuku Raja Neh (ayah dari H.T.Rosman. mantan Bupati Aceh Barat) anak dari Teuku Tjik Raja Nagor besar ia menuntut agar kerajaan dikembalikan kepadanya, namun T.Tjik Ali Akbar yang dekat dengan Belanda malah mengfitnah Teuku Raja Neh sakit gila, sehingga menyebabkan T Raja Neh dibuang ke Sabang.

Pada tahun 1942 saat Jepang masuk ke Meulaboh, T.Tjik Ali Akbar dibunuh oleh Jepang bersama dengan Teuku Ben dan pada tahun 1978, mayatnya baru ditemukan di bekas Tangsi Belanda atau sekarang di Asrama tentara Desa Suak Indrapuri, kemudian Meulaboh diperintah para Wedana dan para Bupati dan kemudian pecah menjadi Aceh Selatan, Simeulue, Nagan Raya, Aceh Jaya. (teuku dadek)

Dimasa penjajahan Belanda, melalui suatu perjanjian (Korte Verklaring), diakui bahwa masing-masing Uleebalang dapat menjalankan pemerintahan sendiri (Zelfsbestuur) atau swaparaja (landschap). Oleh Belanda Kerajaan Aceh dibentuk menjadi Gouvernement Atjeh en Onderhorigheden (Gubernemen Aceh dan Daerah Taklukannya) dan selanjutnya dengan dibentuknya Gouvernement Sumatera, Aceh dijadikan Keresidenan yang dibagi atas beberapa wilayah yang disebut afdeeling (provinsi) dan afdeeling dibagi lagi atas beberapa onderafdeeling (kabupaten) dan onderafdeeling dibagi menjadi beberapa landschap (kecamatan).

Penjajahan Belanda

Berkas:Meuseujid Raya Meulabôh.JPG
Masjid Agung Meulaboh

Aceh Barat sangat berkaitan dengan sejarah Meulaboh, Ibukota Kabupaten Aceh Barat yang terdiri dari Kecamatan Johan Pahlawan, sebagian Kaway XVI dan sebagian Kecamatan Meureubo adalah salah satu Kota yang paling tua di belahan Aceh bagian Barat dan Selatan. Menurut HM.Zainuddin dalam Bukunya Tarih Atjeh dan Nusantara, Meulaboh dulu dikenal sebagai Negeri Pasir Karam. Nama tersebut kemungkinan ada kaitannya dengan sejarah terjadinya tsunami di Kota Meulaboh pada masa lalu, yang pada tanggal 26 Desember 2004 terjadi kembali.

Meulaboh sudah berumur 402 tahun terhitung dari saat naik tahtanya Sultan Saidil Mukamil (1588-1604), catatan sejarah menunjukan bahwa Meulaboh sudah ada sejak Sultan tersebut berkuasa.

Pada masa Kerajaan Aceh diperintah oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636), demikian HM.Zainuddin negeri itu ditambah pembangunannya. Di Meulaboh waktu itu dibuka perkebunan merica, tetapi negeri ini tidak begitu ramai karena belum dapat menandingi Negeri Singkil yang banyak disinggahi kapal dagang untuk mengambil muatan kemenyan dan kapur barus. Kemudian pada masa pemerintahan Sultan Djamalul Alam, Negeri Pasir Karam kembali ditambah pembangunannya dengan pembukaan kebun lada. Untuk mengolah kebun-kebun itu didatangkan orang-orang dari Pidie dan Aceh Besar.

Karesidenan Aceh

Seluruh wilayah Keresidenan Aceh dibagi menjadi 4 (empat) afdeeling yang salah satunya adalah Afdeeling Westkust van Atjeh atau Aceh Barat dengan ibukotanya Meulaboh. Afdeeling Westkust van Atjeh (Aceh Barat) merupakan suatu daerah administratif yang meliputi wilayah sepanjang pantai barat Aceh, dari gunung Geurutee sampai daerah Singkil dan kepulauan Simeulue serta dibagi menjadi 6 (enam) onderafdeeling, yaitu :

  1. Meulaboh dengan ibukota Meulaboh dengan Landschappennya Kaway XVI, Woyla, Bubon, Lhok Bubon, Seunagan, Seuneu'am, Beutong, Tungkop dan Pameue;
  2. Tjalang dengan ibukota Tjalang (dan sebelum tahun 1910 ibukotanya adalah Lhok Kruet) dengan Landschappennya Keluang, Kuala Daya, Lambeusoi, Kuala Unga, Lhok Kruet, Patek, Lageun, Rigaih, Krueng Sabee dan Teunom;
  3. Tapaktuan dengan ibukota Tapak Tuan;
  4. Simeulue dengan ibukota Sinabang dengan Landschappennya Teupah, Simalur, Salang, Leukon dan Sigulai;
  5. Zuid Atjeh dengan ibukota Bakongan;
  6. Singkil dengan ibukota Singkil.

Penjajahan Jepang

Di zaman penjajahan Jepang (1942 - 1945) struktur wilayah administrasi ini tidak banyak berubah kecuali penggantian nama dalam bahasa Jepang, seperti Afdeeling menjadi Bunsyu yang dikepalai oleh Bunsyucho, Onderafdeeling menjadi Gun yang dikepalai oleh Guncho dan Landschap menjadi Son yang dikepalai oleh Soncho.

Masa kemerdekaan

Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, berdasarkan Undang-undang Nomor 7 (Drt) Tahun 1956 tentang pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam lingkungan Provinsi Sumatera Utara, wilayah Aceh Barat dimekarkan menjadi 2 (dua) Kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Aceh Selatan. Kabupaten Aceh Barat dengan Ibukota Meulaboh terdiri dari tiga wilayah yaitu Meulaboh, Calang dan Simeulue, dengan jumlah kecamatan sebanyak 19 (sembilan belas) Kecamatan yaitu Kaway XVI; Johan Pahlwan; Seunagan; Kuala; Beutong; Darul Makmur; Samatiga; Woyla; Sungai Mas; Teunom; Krueng Sabee; Setia Bakti; Sampoi Niet; Jaya; Simeulue Timur; Simeulue Tengah; Simeulue Barat; Teupah Selatan dan Salang. Sedangkan Kabupaten Aceh Selatan, meliputi wilayah Tapak Tuan, Bakongan dan Singkil dengan ibukotanya Tapak Tuan.

Pada Tahun 1996 Kabupaten Aceh Barat dimekarkan lagi menjadi 2 (dua) Kabupaten, yaitu Kabupaten Aceh Barat meliputi kecamatan Kaway XVI; Johan Pahlwan; Seunagan; Kuala; Beutong; Darul Makmur; Samatiga; Woyla; Sungai Mas; Teunom; Krueng Sabee; Setia Bakti; Sampoi Niet; Jaya dengan ibukotanya Meulaboh dan Kabupaten Adminstrtif Simeulue meliputi kecamatan Simeulue Timur; Simeulue Tengah; Simeulue Barat; Teupah Selatan dan Salang dengan ibukotanya Sinabang.

Kemudian pada tahun 2000 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5, Kabupaten Aceh Barat dimekarkan dengan menambah 6 (enam) kecamatan baru yaitu Kecamatan Panga; Arongan Lambalek; Bubon; Pantee Ceureumen; Meureubo dan Seunagan Timur. Dengan pemekaran ini Kabupaten Aceh Barat memiliki 20 (dua puluh) Kecamatan, 7 (tujuh) Kelurahan dan 207 Desa.

Selanjutnya pada tahun 2002 Kabupaten Aceh Barat daratan yang luasnya 1.010.466 Ha, kini telah dimekarkan menjadi tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Barat dengan dikeluarkannya Undang-undang N0.4 Tahun 2002

Pemerintahan

Kopi tubruk khas Meulaboh disajikan secara terbalik.

Kabupaten ini dipimpin oleh seorang Bupati yang terpilih dalam setiap Pilkada.

Bupati

Nomor Bupati Potret Partai Awal Akhir Periode Masa jabatan Pemilihan umum Wakil Ref.
1 Ibnu Sa'dan Independen 20 Oktober 1945 15 Juni 1947 1945–1947 1 tahun, 238 hari Tidak ada Tidak ada
2 Abdul Wahab Independen 15 Juni 1947 22 September 1948 1947–1948 1 tahun, 99 hari Tidak ada Tidak ada
3 Tuangku Abdullah Independen 18 Mei 1957 7 Agustus 1957 1957 81 hari Tidak ada Tidak ada
4 Abdul Gafur Akhir Independen 7 Agustus 1957 28 Agustus 1958 1957–1958 1 tahun, 21 hari Tidak ada Tidak ada
(3) Tuangku Abdullah Independen 29 Agustus 1958 11 Januari 1959 1958–1959 135 hari Tidak ada Tidak ada
5 Daud Darjah Independen 11 Januari 1959 7 Oktober 1961 1959–1961 2 tahun, 269 hari Tidak ada Tidak ada
6 Teuku Radja Mahmud Independen 7 Oktober 1961 31 Desember 1961 1961 85 hari Tidak ada Tidak ada
7 Hamidi HS ABRI 15 Januari 1962 7 Juli 1964 1962–1964 2 tahun, 174 hari Tidak ada Tidak ada
8 Oesman Noerdin Independen 16 Juli 1964 7 Februari 1966 1964–1966 1 tahun, 206 hari Tidak ada Tidak ada
9 Abdul Karim Abdullah ABRI 7 Februari 1966 8 April 1967 1966–1967 1 tahun, 60 hari Tidak ada Tidak ada
10 Abdul Rahman Ishak Independen 8 April 1967 19 Oktober 1972 1967–1972 5 tahun, 194 hari 1967 Tidak ada
11 A. Rani Independen 19 Oktober 1972 22 Februari 1973 1972–1973 126 hari 1972 Tidak ada
12 Syamsunan Mahmud
(1938–2021)
Golkar 22 Februari 1973 6 Mei 1978 1973–1978 5 tahun, 73 hari 1973 Tidak ada
13 Teuku Usman Mahmud Golkar 6 Mei 1978 6 Mei 1983 1978–1983 5 tahun, 0 hari 1978 Tidak ada
14 Malik Ridwan Badai
(meninggal 2018)
Golkar 14 November 1983 14 November 1988 1983–1988 5 tahun, 0 hari 1983 Tidak ada [5]
15 Teuku Rosman
(lahir 1944)
Golkar 14 November 1988 14 November 1993 1988–1993 5 tahun, 0 hari 1988 Tidak ada
14 November 1993 24 Maret 1998 1993–1998 4 tahun, 130 hari 1993 Tidak ada [6]
16 Nasruddin Golkar 24 Maret 1998 14 November 1998 235 hari 1998 Tidak ada
Independen 14 November 1998 Agustus 2004 1998–1999, 1999–2004 5–6 tahun 1999 Tidak ada
Syahbudin BP
(Penjabat)
(lahir 1949)
Nonpartisipan Agustus 2004 18 Maret 2005 2004–2007 0–1 tahun Tidak ada Tidak ada
Nasruddin Independen 18 Maret 2005 29 Maret 2006 1 tahun, 11 hari Tidak ada Tidak ada
Sofyanis [[Berkas:

Sofyanis, Pj. Bupati Aceh (2006).JPG|90px]]

Nonpartisipan 29 Maret 2006 20 Oktober 2006 205 hari Tidak ada Tidak ada
Teuku Alamsyah Banta Nonpartisipan 20 Oktober 2006 23 April 2007 185 hari Tidak ada Tidak ada
17 Ramli M.S.
(lahir 1964)
PA 23 April 2007 23 April 2012 2007–2012 5 tahun, 0 hari 2006 Fuadri
(2007–2012)
Ridwan Hasan Nonpartisipan 25 April 2012 8 Oktober 2012 2012 166 hari Tidak ada Tidak ada
18 Teuku Alaidinsyah
(lahir 1964)
PAN 10 Oktober 2012 10 Oktober 2017 2012–2017 5 tahun, 0 hari 2012 Rachmat Fitri
(2012–2017)
[7][8]
(17) Ramli M.S.
(lahir 1964)
PA 10 Oktober 2017 10 Oktober 2022 2017–2022 5 tahun, 0 hari 2017 Banta Puteh Syam[9]
(2017–2021)
[10]
Mahdi Efendi
(lahir 1969)
Nonpartisipan 10 Oktober 2022 10 Oktober 2023 2022–2023 1 tahun, 0 hari Tidak ada Tidak ada [11]
10 Oktober 2023 Petahana 2023–2024 281 hari Tidak ada Tidak ada


Dewan Perwakilan

Kecamatan

Antara tahun 2000 s.d. 2003

Kabupaten Aceh Barat sejak tahun 2000 - 2003 terbagi menjadi 3 Daerah Tingkat II, yakni:

  1. Aceh Barat dengan ibu kota Meulaboh
  2. Aceh Jaya dengan ibu kota Calang
  3. Nagan Raya dengan ibu kota Sukamakmue
  4. Simeulue dengan ibu kota Sinabang

Sejak pemekaran 2003

Semenjak pemekaran wilayah, Kabupaten Aceh Barat berkurang lebih dari separuh wilayahnya dan kecamatan yang tersisa adalah sebagai berikut:

Program Strategis Pembangunan Daerah

Pembangunan Kabupaten Aceh Barat mencakup semua kegiatan pembangunan daerah dan sektoral yang dikelola oleh pemerintah bersama masyarakat.

Titik berat pembangunan diletakan pada bidang ekonomi kerakyatan melalui peningkatan dan perluasan pertanian dalam arti luas sebagai pengerak utama pembangunan yang saling terkait secara terpadu dengan bidang-bidang pembangunan lainnya dalam suatu kebijakan pembangunan. maka ditetapkan prioritas pembangunan sebagai berikut :

  1. Meningkatkan pelaksanaan Syariat Islam, peran ulama dan adat istiadat.
  2. Peningkatan Sumber Daya Manusia.
  3. Pemberdayaan ekonomi masyarakat.
  4. Meningkatakan aksesibilitas daerah.
  5. Meningkatkan pendapatan daerah.

Lambang

Lambang Daerah Kabupaten Aceh Barat ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Barat No. 12 Tahun 1976 Tanggal 26 Nopember 1976 tentang Lambang Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Barat dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Dalam Negeri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor Pem./10/32/46-263 Tanggal 17 Mei 1976 serta telah diundangkan dalam Lembaran Daerah Tingkat II Aceh Barat Nomor 10 Tahun 1980 Tanggal 3 Januari 1980.

Lambang Kabupaten Aceh Barat mempunyai perisai berbentuk kubah masjid yang berisi lukisan lukisan dengan bentuk, warna dan perbandingan ukuran tertentu dan mempunyai maksud serta makna sebagai berikut:

  • Perisai berbentuk kubah masjid, melambangkan ketahanan Nasional dan kerukunan yang dijiwai oleh semangat keagamaan;
  • Bintang persegi lima, melambangkan falsafah negara, Pancasila;
  • Kupiah Meukeutop, melambangkan kepemimpinan;
  • Dua tangkai kiri kanan yang mengapit Kupiah Meukeutop terdiri dari kapas, padi, kelapa dan cengkeh, melambangkan kesuburan dan kemakmuran daerah;
  • Rencong, melambangkan jiwa patriotik/kepahlawanan rakyat;
  • Kitab dan Kalam, melambangkan ilmu pengetahuan dan peradaban;
  • Tulisan "Aceh Barat" mengandung arti bahwa semua unsur tersebut diatas terdapat di dalam Kabupaten Aceh Barat.

Lambang Daerah ini digunakan sebagai merek bagi perkantoran pemerintah Kabupaten Aceh Barat dan ;

  • Sebagai petanda batas wilayah Kabupaten Aceh Barat dengan Kabupaten lainnya.
  • Sebagai cap atau stempel jabatan dinas.
  • Sebagai lencana yang digunakan oleh pegawai pemerintah Kabupaten Aceh Barat yang sedang menjalankan tugasnya.
  • Sebagai panji atau bendera digunakan oleh suatu rombongan yang mewakili atau atas nama pemerintah Kabupaten Aceh Baratdan dapat dipergunakan pada tempat tempat upacara resmi, pintu gerbang dan lain sebagainya.

Lambang Daerah Kabupaten Aceh Barat ini dilarang digunakan apabila bertentangan dengan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 1976 dan barang siapa yang melanggarnya dapat dikenakan hukuman selama-lamanya 1 bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 10.000.- (sepuluh ribu rupiah).

Geografi

Sebelum pemekaran, Kabupaten Aceh Barat mempunyai luas wilayah 10.097.04 km² atau 1.010.466 hektare dan secara astronomi terletak pada 2°00'-5°16' Lintang Utara dan 95°10' Bujur Timur dan merupakan bagian wilayah pantai barat dan selatan kepulauan Sumatera yang membentang dari barat ke timur mulai dari kaki Gunung Geurutee (perbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar) sampai kesisi Krueng Seumayam (perbatasan Aceh Selatan) dengan panjang garis pantai sejauh 250 Km.

Sesudah pemekaran letak geografis Kabupaten Aceh Barat secara astronomi terletak pada 04°61'-04°47' Lintang Utara dan 95°00'- 86°30' Bujur Timur dengan luas wilayah 2.927,95 km² dengan batas-batas sebagai berikut:

Utara Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Pidie
Timur Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Nagan Raya
Selatan Samudra Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya
Barat Samudera Indonesia

Rata-rata Suhu, Curah Hujan dan Hari Hujan

Data iklim Kabupaten Aceh Barat
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tertinggi °C (°F) 32.0
(89.6)
32.2
(90)
32.5
(90.5)
32.5
(90.5)
31.8
(89.2)
31.8
(89.2)
31.7
(89.1)
31.6
(88.9)
31.5
(88.7)
30.6
(87.1)
30.6
(87.1)
30.6
(87.1)
31.62
(88.92)
Rata-rata harian °C (°F) 27.5
(81.5)
27.1
(80.8)
28.0
(82.4)
27.8
(82)
27.2
(81)
26.9
(80.4)
26.5
(79.7)
26.3
(79.3)
26.4
(79.5)
26.0
(78.8)
26.1
(79)
26.0
(78.8)
26.82
(80.27)
Rata-rata terendah °C (°F) 24.1
(75.4)
23.7
(74.7)
23.0
(73.4)
24.0
(75.2)
24.1
(75.4)
22.2
(72)
22.8
(73)
23.0
(73.4)
22.8
(73)
22.4
(72.3)
22.6
(72.7)
22.3
(72.1)
23.08
(73.55)
Presipitasi mm (inci) 495
(19.49)
261
(10.28)
271
(10.67)
354
(13.94)
653
(25.71)
303
(11.93)
105
(4.13)
566
(22.28)
170
(6.69)
477
(18.78)
523
(20.59)
262
(10.31)
4.440
(174,8)
Rata-rata hari hujan atau bersalju 15 10 12 16 21 16 7 14 17 19 23 16 186
% kelembapan 90 91 88 89 89 85 85 86 85 89 91 92 88.3
Sumber: Stasiun Meteorologi dan Geofisika Cut Nyak Dhien [12]

Referensi

  1. ^ a b c d "Permendagri no.137 tahun 2017". 27 Desember 2017. Diakses tanggal 12 Juni 2018. 
  2. ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2016". Diakses tanggal 2018-07-06. 
  3. ^ "APBD 2018 ringkasan update 04 Mei 2018". 2018-05-04. Diakses tanggal 2018-07-06. 
  4. ^ a b Kabupaten Aceh Barat - Profil Daerah - Kemendagri. Diakses 24 Juli 2017.
  5. ^ "Bupati Merupakan Administrasi Pembangunan Daerah". Berita Yudha. Meulaboh: Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. 1983-11-24. hlm. 4. Diakses tanggal 2024-06-06. 
  6. ^ "Gubernur Aceh Lantik Rosman Jadi Bupati Aceh Barat". Harian Ekonomi Neraca. Meulaboh: Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. 1993-11-16. hlm. 11. Diakses tanggal 2024-06-06. 
  7. ^ Bakri, ed. (2012-07-09). "KIP Aceh Barat: Tito Bupati Terpilih". Tribunnews.com. Meulaboh. Diakses tanggal 2024-06-06. 
  8. ^ "Lantik 2 Bupati, Gubernur Aceh Pesan Soal Reformasi Birokrasi". Berita Satu. 2012-10-08. Diakses tanggal 2024-06-06. 
  9. ^ Iskandar, Teuku Dedi (16-09-2021). "Innalillahi wa inna ilaihi rajiun, Wakil Bupati Aceh Barat meninggal dunia". antaranews.com. Diakses tanggal 17-09-2021. Meninggal dunia pada saat menjabat. 
  10. ^ "Irwandi Lantik Pasangan Bupati Aceh Barat". Pemerintah Daerah Provinsi Aceh. Meulaboh. 2017-10-10. Diakses tanggal 2024-06-06. 
  11. ^ "Lantik 4 Pj Bupati, Pj Gubernur Aceh Ingatkan Tingginya Inflasi dan Stunting". humas.acehprov.go.id. 11-10-2022. Diakses tanggal 12-10-2022. 
  12. ^ "Kabupaten Aceh Barat dalam Angka 2017". Badan Pusat Statistik. Diakses tanggal 03 Maret 2018. 

Sumber

Lihat pula

Pranala luar