Lompat ke isi

Anas bin Malik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Anas bin Malik

Anas bin Malik bin Nadar al-Khazraj (Arab:العربية) - lahir: 612-wafat:709/712) - adalah Sahabat Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wasallam

Biografi

Anas bin Malik berasal dari Bani an-Najjar dan merupakan anak dari Ummu Sulaim. Sejak kecil Dia melayani keperluan Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wasallam, sehingga selalu bersama Rasulullah. Dengan selalu bersama Rasulullah, Dia menghafal banyak hadist.

Setelah wafatnya Nabi Muhammad, Anas bin Malik pergi dan menetap di Damaskus dan kemudian ke Basrah. Ia mengikuti sejumlah pertempuran dalam membela Islam. Ia dikenal sebagai sahabat Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wasallam yang berumur paling panjang.

Anas bin Malik adalah sahabat yang terakhir meninggal di basrah dan sahabat yang terakhir meninggal adalah Amir At'tufairi. Anas bin Malik berkhidmat dengan nabi semasa dia masih kecil, dia berkhidmat dengan Nabi selama 10 tahun. Nabi juga selalu mendampingi Anas bin Malik untuk memberi petunjuk ajar pada Anas, ketika hendak memulai makan, nabi perintahkan anas supaya membaca do'a dan mengambil makanan yang berada di hadapan dahulu. Begitu sikap nabi mengajar Anas bin Malik. Hebatnya para sahabat dahulu kala.

Sahabat Anas bin Malik Al Anshary Radiyallahu Anhu

“Ya Allah berilah dia harta dan anak yang banyak, dan berkahilah umurnya”

(Dari doanya Rasulullah kepadanya)

Anas bin Malik dalam umurnya yang sangat dini, ketika ibunya yang bernama Humasha, menalkinkan dua kalimat Syahadat kepadanya, maka timbullah benih cinta kepada Sang Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wasallam. Dengan itu pula timbullah kerinduan Anas untuk mendengarkan cerita-cerita Nabinya, sehingga telinganya telah merindukan Sang Nabi sebelum mata melihatnya, selain Anas banyak anak-anak kecil yang merindukan Nabi walaupun Sang Nabi berada di Mekkah sedangkan mereka berada di Madinah, mereka semua rindu agar bisa menjadi orang yang beruntung dapat melihat sang nabi pujaan dan gembira bisa bertemu dengannya.

PERJUMPAAN DENGAN RASULULLAH

Tidak berlangsung lama, Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wasallam menempuh perjalanan menuju kota Madinah dengan sahabatnya Abu Bakar As-Siddiq radiyallahu anhu untuk berhijrah. Maka setiap rumah yang ada di Madinah menjadi bercahaya, dipenuhi dengan hati yang gembira, setiap pandangan dan hati mereka bersambung dengan jalan yang akan dilalui Rasulullah dan sahabatnya menuju kota Madinah. Para sahabat setiap hari di penghujung kota Madinah menanti-nanti kedatangan Nabi Muhammad SAW. Anak-anak kecilpun termasuk Anas bin Malik ikut pula menanti bersama para sahabat. Akan tetapi Sang Nabi tak kunjung datang.

MENJADI PELAYAN RASULULLAH

Di pagi yang cerah dan mentari yang bersinar indah seorang laki-laki berteriak dengan kencang: “ Sesungguhnya Nabi Muhammad dan sahabatnya sudah dekat dengan kota Madinah”. Maka semua laki-laki berbondong-bondong menuju gerbang kota Madinah yang akan dilalui oleh Sang Nabi pembawa hidayah dan Kebenaran. Maka mereka para penduduk kota Madinah baik orang tua ataupun pemuda dan anak-anak kecil, berlomba-lomba untuk menyambut Sang Nabi, wajah mereka berseri-seri, hati mereka berbunga-bunga, dan salah satu yang paling bercahaya wajahnya dan yang paling gembira hatinya adalah Anas bin Malik.

Akhirnya Rasulullah SAW bersama sahabatnya Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq disambut oleh jamaah laki-laki dan anak-anak kota Madinah. Adapun golongan perempuan dan anak-anak perempuan menyambut Rasulullah di atas rumah-rumah mereka, mereka memandangi Rasulullah dari tempat-tempat yang jauh dengan mengatakan : “Apakah dia…? Apakah dia..?” maka hari itu pun menjadi momen yang tak terlupakan. Anas bin Malik pun selalu menyebut kejadian itu walaupun umurnya lebih dari seratus tahun.

Belum sehari Rasulullah menetap di kota madinah, Humaisha’ binti Milhan ibunda Anas bin Malik bersama putra tercinta yang masih kecil yang berjalan didepannya dengan meloncat-meloncat kegirangan, dan kuncirnya bergoyang kekanan dan kekiri, kemudian ibunda Anas mengucapkan salam kepada Sang Nabi dan berkata: “Ya Rasulullah, tidak ada laki-laki atau perempuan dari golongan Anshor kecuali telah memberimu hadiah, akan tetapi aku tidak menemukan sesuatu yang bisa kuhadiahkan kepadamu kecuali putraku ini, maka ambillah ia, jadikanlah ia pembantumu”. Maka nabipun senang, dan menerima Anas dengan wajah yang berseri-seri. Kemudian Rasulullah mengusap kepala Anas bin Malik dengan tangannya yang mulia dan memegang kuncirnya dengan jari-jarinya yang lembut. Dan membawa Anas kekeluarga Rasulullah SAW.

Anas bin Malik atau Uneis (panggilan Rasulullah kepada Anas). Dalam usianya yang ke sepuluh adalah hari-hari yang sangat membahagiakannya, ketika menjadi pembantu Nabi Muhammad SAW, dan dia hidup di dalam pendidikan dan penjagaan Nabi Muhammad SAW, sampai beliau meninggal, dan masa-masa itu berlangsung selama sepuluh tahun tepat, jiwanya pun penuh dengan hidayah, hatinya penuh dengan hadits–hadits Nabi sehingga ia menjadi orang yang lebih tahu tentang keadaan Nabi, rahasia, sifat-sifat Nabi SAW, yang tidak diketahui orang lain kecuali dirinya.

KENANGAN MANIS BERSAMA RASULULLAH

Annas bin Malik telah melihat dari pergaulan Nabi yang sangat mulia yang tidak bisa didapatkan dari seorangpun. Dan merasakan indahnya perangai Nabi, dan agungnya sifat-sifat Nabi. Yang membuat iri semua orang didunia, maka aku kisahkan tentang Anas bin Malik sebuah hadits yang sangat jelas. Anas bin Malik berkata : “Rasulullah SAW adalah orang yang paling bagus akhlaqnya, yang paling lapang dadanya, dan yang paling dermawan. Maka suatu hari Beliau mengutusku untuk suatu keperluan, kemudian aku keluar dan aku menuju anak-anak kecil yang sedang main di pasar untuk bermain bersama mereka dan akupun keluar tidak untuk menunaikan hajatnya Rasulullah SAW, maka ketika aku sedang bermain bersama mereka tiba-tiba ada seseorang yang berdiri di belakangku dan memegang bajuku, kemudian aku memalingkan wajahku untuk melihatnya. Seketika aku dapati Rasulullah tersenyum manis kepadaku dan berkata: “Wahai Unais apakah engkau sudah mengerjakan suatu keperluan yang telah aku perintahkan kepadamu?” Maka aku pun berlari dan berkata : “Ya, aku akan kerjakan sekarang wahai Rasulullah”. Demi Allah sungguh aku telah menjadi pembantu Rasulallah selama sepuluh tahun dan Beliau pun tidak pernah mengatakan untuk sesuatu yang aku kerjakan: “Mengapa Engkau kerjakan!” dan untuk yang aku tinggalkan: “Mengapa Engkau tinggalkan?”

Dan Rasulullah SAW apabila memanggil Anas, memanggilnya dengan panggilan Unais, yaitu dengan panggilan yang penuh dengan kasih sayang. Terkadang Beliau juga memanggilnya dengan panggilan wahai Anakku, panggilan yang penuh dengan keakrapan. Dan Rasulullah memenuhi hatinya dengan nasihat-nasihat dan ucapan-ucapan hikmah yang mulia, diantaranya: “Wahai Anakku, apabila Engkau mampu untuk melewati hari-harimu dengan hati yang tidak ada kedengkian, maka kerjakanlah, wahai anakku sesungguhnya semua itu adalah sunahku dan barang siapa menghidupkan satu dari sunahku maka sungguh ia telah mencintaiku, dan barang siapa mencintaiku maka ia bersamaku di surga. Wahai anakku, apabila Engkau ingin masuk kepada keluagamu, maka ucapkan salam kepada mereka, yang akan menjadikan keberkahan untukmu dan keluargamu.

Setelah wafatnya Rasululullah SAW, Anas bin Malik hidup selama 80 tahun lebih, hatinya pun penuh dengan ilmu dari ilmunya Rasulullah SAW, dan akalnya pun begitu tajam, untuk memahami Syariat-syariat Islam. Hatinya pun hidup dengan hidayah Rasulullah SAW. Dan Anas dalam umurnya yang sangat panjang ini Beliau adalah tempat kembalinya orang-orang muslimin, ketika mereka mendapatkan suatu masalah-masalah yang rumit dan merekapun memegang ucapan-ucapan yang keluar dari Anas bin Malik diantaranya adalah bahwa sebagian orang yang ragu dalam syariat agama, mereka menanyakan tetang keberadaan telaga Rasulullah SAW besok pada hari Qiyamat. Kemudian mereka mendatangi Anas bin Malik dan menanyakan hal tersebut kepadanya, maka Anas bin Malik menjawab: “Aku tidak menyangka dalam hidupku yang panjang ini akan menemui orang-orang yang seperti kalian yang meragukan telaganya Rasulullah SAW, maka ketahuilah akan datang orang yang lemah agamanya setelahku, dan mereka tidak melaksanakan shalat akan tetapi mereka meminta kepada Allah agar bisa minum dari telaganya Rasulullah SAW.

Dalam hidupnya yang sangat panjang Anas bin Malik selalu menggerakkan bibirnya untuk menyebut Rasulullah SAW. Hari yang sangat menggembirakannya adalah hari pertemuannya dengan Rasulullah SAW, dan hari yang menyedihkan baginya adalah hari perpisahannya dengan Rasululullah SAW. Kenangan itu selalu ia sebut-sebut dengan bibirnya yang mulia. Anas bin Malik adalah seorang yang bersemangat untuk meneladani Rasulullah SAW baik ucapan maupun perilakunya, mencintai apa yang dicintai Rasulullah, membenci apa yang dibenci Rasulullah, dan hari yang sangat berkesan dalam hidupnya adalah 2 hari, yaitu hari ketika bertemu dengan Rasulullah SAW, dan hari ketika berpisah dengan Rasulullah SAW. Ketika ia mengingat hari yang pertama mukanya kelihatan berseri-seri, senang, bahagia dan sebaliknya apabila ia mengingat hari yang ke 2 ia akan menangis tersedu-sedu, sehingga orang yang disekitarnya pun ikut menangis. Kata-kata yang selalu ia ucapkan adalah: “Sungguh aku telah melihat Rasulullah SAW ketika datang kepada kami di kota Madinah, dan sungguh aku telah melihat Beliau, ketika beliau wafat di antara kita maka tidak ada hari yang lebih berharga dari pada keduanya. Dihari pertama ketika Rasulullah SAW memasuki kota madinah segala sesuatu tampak bercahaya, dan dihari ketika Rasulullah meninggal segala sesuatupun tampak gelap gulita. Dan hari terakhir ketika aku melihatnya adalah hari senin, ketika Sang Nabi membuka tirai kamarnya, maka aku melihat wajahnya putih bersih seperti lembaran kertas. Dan diwaktu itu semua orang berdiri di belakang Abu Bakar untuk melihat Nabi SAW, maka hampir semua orang terkejut, ketakutan, maka Abu Bakar memberikan isyarat kepada mereka untuk bersabar dan tenang, kemudian meninggallah Rasulullah SAW di penghujung hari Senin tersebut. Maka tidak ada pemandangan yang menyedihkan ketika kita menutupnya dengan tanah.

Rasulullah SAW banyak mendoakan Anas bin Malik, dan salah satu doa Rasulullah yang dikhususkan kepada Anas bin Malik adalah: “Ya Allah berilah rizqi kepadanya berupa harta dan anak yang banyak, kemudian berkahi semua itu untuknya”. Dan sungguh Allah SWT telah mengabulkan doa Nabi Nya yang tercinta. Oleh karena itu Anas bin Malik menjadi orang yang paling kaya dari kaum Anshor dan yang paling banyak anaknya, hingga dia melihat anak-anak dan cucunya lebih dari 100. Dan Allah SWT telah memberkahi umurnya sehingga ia hidup dalam 1 kurun penuh dan lebih 3 tahun. Anas bin Malik RA adalah orang yang sangat mengharapkan Syafaat Rasulullah besok pada hari Qiyamat, dia selalu mengatakan: “Sesungguhnya aku ingin bertemu Rasulullah SAW besok pada hari Qiyamat, dan aku akan mengatakan kepadanya, “Wahai Rasulallah ini adalah pembantu kecilmu Unais”. Dan ketika Anas bin Malik sakit dipenghujung usianya beliau berkata kepada keluarganya: “Talkinkan aku 2 kalimat Syahadat, Laa Ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah”. Setelah Anas bin Malik mengikuti dua kalimat Syahadat tersebut Beliau meninggal dengan bahagia. Dan beliau mewasiatkan agar ia di kubur dengan tongkat kecil yang dihadiahkan Rasulullah SAW kepadanya, dan diletakkan disebelah sisi bersama gamis yang ia kenakan.

Sungguh beruntung Anas bin Malik atas karunia Allah yang diberikan kepadanya, karena ia bisa mendampingi Rasulullah selama 10 tahun penuh, dan dia adalah 3 diantara periwayat hadits terbanyak setelah Abu Hurairah dan Abdullah bin Umar. Semoga Allah memberikan pahala kepadanya dan kepada ibunya dengan sebaik-baiknya pahala.


Al Ishobah fi Hayatis Sohabah

Al Istii’aab

Al Jawahir Al Lu’luuyah

Shofahat min hayatis sohabah

Ar rijaal haula rasul

Pranala luar