Lompat ke isi

Anas bin Malik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 2 April 2021 05.08 oleh A154 (bicara | kontrib)
Anas bin Malik

Anas bin Malik bin an-Nadhr bin Dhamdham bin Zaid bin Haram bin Jundab bin 'Amir bin Ghanm bin 'Adi bin Malik bin Taimullah bin Tsa'labah bin 'Amr bin al-Khazraj (bahasa Arab: أنس بن مالك بن النضر بن ضمضم بن زيد بن حرام بن جندب بن عامر بن غنم بن عدي بن مالك بن تيم الله بن ثعلبة بن عمرو بن الخزرج, c.612-c.712[1]) adalah salah satu Sahabat Nabi Muhammad.[2]

Biografi

Anas bin Malik berasal dari suku Bani Najjar yang tinggal di Madinah dan merupakan anak dari Ummu Sulaim, nama panggilan (kunyah) beliau adalah Abu Hamzah. Sejak kecil dia melayani keperluan Nabi Muhammad, sehingga selalu membersamai Rasulullah. Dengan selalu bersama Rasulullah, dia menghafal banyak hadist.

Ketika nabi tiba di Madinah pada 622, ibu Anas menghadiahkannya kepada nabi sebagai pelayannya.[1]

Setelah wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 632, Anas berpartisipasi dalam perang penaklukan.[1]

Anas bin Malik adalah sahabat yang terakhir meninggal di Basra sedangkan sahabat yang terakhir meninggal secara umum adalah Abu Thufail. Anas bin Malik berkhidmat dengan nabi semasa dia masih kecil, dia berkhidmat dengan nabi selama 10 tahun. Nabi juga selalu mendampingi Anas bin Malik untuk memberi petunjuk ajar pada Anas, seperti dalam memulakan makan, nabi perintahkan anas supaya membaca doa dan ambil makanan yang berada di hadapan dahulu. Begitu sikap nabi mengajar Anas bin Malik.

Keutamaan

Beliau termasuk salah satu dari enam sahabat Nabi yang paling banyak meriwayatkan hadits, jumlah hadits yang beliau riwayatkan adalah sejumlah 2.286 hadits, dimana beliau mendengar riwayat tersebut baik secara langsung maupun dari sahabat senior lainnya seperti Abu Bakar, Umar, Ustman, Mu'adz bin Jabal dan lainnya. Sedangkan orang-orang yang meriwayatkan dari beliau antara lain : al-Hasan al-Bashri, az-Zuhri, Qatadah, Tsabit al-Bannani, dan lainnya, bahkan Imam al-Mizzi menyebutkan bahwa jumlah perawi yang mengambil riwayat dari sahabat Anas bin Malik berjumlah sekitar 200 orang. Meski demikian, beliau termasuk orang yang sangat hati-hati dalam meriwayatkan hadits yang bersumber dari Rasulullah, dengan menyatakan di akhir riwayatnya dengan perkataan : "atau sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW".[3]

Beliau juga didoakan langsung oleh Rasulullah melalui sabdanya yang berbunyi :

Ya Allah berilah dia harta dan anak yang banyak, dan berkahilah umurnya”. Anas pernah berkata : Sungguh aku menyaksikan bahwa hartaku melimpah dan anak cucuku hampir berjumlah seratus orang pada hari ini.[4]

Beliau adalah orang yang paling baik sifat shalatnya baik dalam kondisi mukim maupun safar, beliau juga terbiasa berdiri dalam shalatnya dalam waktu yang lama hingga telapak kaki beliau pecah-pecah, Abu Hurairah perah berkata : "Aku tidak pernah melihat sosok yang sifat shalatnya paling mirip dengan Nabi melebihi Ibnu Ummi Sulaim (yakni Anas)".[5]

Beliau juga memiliki do'a yang mustajab dan orang yang pandai dalam senjata panah.

Kisahnya Bersama Rasulullah

Anas bin Malik dalam umurnya yang sangat dini, ketika ibunya yang bernama Humasha , menalkinkan dua kalimat Syahadat kepadanya, maka timbullah benih cinta kepada Sang Nabi Muhammad. Dengan itu pula timbullah kerinduan Anas untuk mendengarkan cerita-cerita Nabinya, sehingga telinganya telah merindukan Sang Nabi sebelum mata melihatnya, selain Anas banyak anak-anak kecil yang merindukan Nabi walaupun Sang Nabi berada di Mekkah sedangkan mereka berada di Madinah, mereka semua rindu agar bisa menjadi orang yang beruntung dapat melihat sang nabi pujaan dan gembira bisa bertemu dengannya.Tidak berlangsung lama, Nabi Muhammad menempuh perjalanan menuju kota Madinah dengan sahabatnya Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq untuk berhijrah. Maka setiap rumah yang ada di Madinah menjadi bercahaya, penuhi dengan hati yang gembira, setiap pandangan dan hati mereka bersambung dengan jalan yang akan dilalui Rasulullah dan sahabatnya menuju kota Madinah. Para sahabat setiap hari di penghujung kota Madinah menanti-nanti kedatangan Nabi Muhammad. Anak-anak kecil pun termasuk Anas bin Malik ikut pula menanti bersama para sahabat. Akan tetapi Sang Nabi tak kunjung datang.

Menjadi Pelayan (Khadim) Rasulullah

Di pagi yang cerah dan mentari yang bersinar indah seorang laki-laki berteriak dengan kencang : “ Sesungguhnya Nabi Muhammad dan sahabatnya sudah dekat dengan kota Madinah”. Maka semua laki-laki berbondong-bondong menuju gerbang kota Madinah yang akan dilalui oleh Sang Nabi pembawa hidayah dan Kebenaran. Maka mereka para penduduk kota Madinah baik orang tua ataupun pemuda dan anak-anak kecil, berlomba-lomba untuk menyambut Sang Nabi, wajah mereka berseri-seri, hati mereka berbunga-bunga, dan salah satu yang paling bercahaya wajahnya dan yang paling gembira hatinya adalah Anas bin Malik.

Akhirnya Rasulullah bersama sahabatnya Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq disambut oleh jamaah laki-laki dan anak-anak kota Madinah. Adapun golongan perempuan dan anak-anak perempuan menyambut Rasulullah di atas rumah-rumah mereka, mereka memandangi Rasulullah dari tempat-tempat yang jauh dengan mengatakan : “Apakah dia…? Apakah dia..?” maka hari itu pun menjadi momen yang tak terlupakan. Anas bin Malik pun selalu menyebut kejadian itu walaupun umurnya lebih dari seratus tahun.

Belum sehari Rasulullah menetap di kota madinah, Humaisha’ binti Milhan ibunda Anas bin Malik berama putra tercinta yang masih kecil yang berjalan didepannya dengan meloncat-meloncat kegirangan, dan kuncirnya bergoyang ke kanan dan ke kiri, kemudian ibunda Anas mengucapkan salam kepada Sang Nabi dan berkata : “Ya Rasulullah, tidak ada laki-laki atau perempuan dari golongan Anshar kecuali telah memberimu hadiah, akan tetapi aku tidak menemukan sesuatu yang bisa ku hadiahkan kepadamu kecuali putraku ini, maka ambillah ia, jadikanlah ia pembantu mu”. Maka nabi pun senang, dan menerima Anas dengan wajah yang berseri-seri. Kemudian Rasulullah mengusap kepala Anas bin Malik dengan tangannya yang mulia dan memegang kuncirnya dengan jari-jarinya yang lembut. Dan membawa Anas ke keluarga Rasulullah.

Anas bin Malik atau Uneis (panggilan Rasulullah kepada Anas). Dalam usianya yang ke sepuluh adalah hari-hari yang sangat membahagiakannya, ketika menjadi pembantu Nabi Muhammad, dan dia hidup di dalam pendidikan dan penjagaan Nabi Muhammad, sampai beliau meninggal, dan masa-masa itu berlangsung selama sepuluh tahun tepat, jiwanya pun penuh dengan hidayah, hatinya penuh dengan hadits –hadits Nabi sehingga ia menjadi orang yang lebih tahu tentang keadaan Nabi, rahasia, sifat-sifat Nabi, yang tidak diketahui orang lain kecuali dirinya.

Kenangan Manis Bersama Rasulullah

Annas bin Malik telah melihat dari pergaulan Nabi yang sangat mulia yang tidak bisa didapatkan dari seorangpun. Dan merasakan indahnya perangai Nabi, dan agungnya sifat-sifat Nabi. Yang membuat iri semua orang di dunia, maka aku kisah kan tentang Anas bin Malik sebuah hadits yang sangat jelas. Anas bin Malik berkata : “Rasulullah adalah orang yang paling bagus akhlaq nya, yang paling lapang dadanya, dan yang paling dermawan. Maka suatu hari Beliau mengutus ku untuk suatu keperluan, kemudian aku keluar dan aku menuju anak-anak kecil yang sedang main di pasar untuk bermain bersama mereka dan aku pun keluar tidak untuk menunaikan hajatnya Rasulullah, maka ketika aku sedang bermain bersama mereka tiba-tiba ada seseorang yang berdiri di belakangku dan memegang bajuku, kemudian aku memalingkan wajahku untuk melihatnya. Seketika aku dapati Rasulullah tersenyum manis kepadaku dan berkata: “Wahai Unais apakah engkau sudah mengerjakan suatu keperluan yang telah aku perintahkan kepadamu?” Maka aku pun berlari dan berkata : “Ya, aku akan kerjakan sekarang wahai Rasulullah”. Demi Allah sungguh aku telah menjadi pembantu Rasulallah selama sepuluh tahun dan Beliau pun tidak pernah mengatakan untuk sesuatu yang aku kerjakan : “Mengapa Engkau kerjakan!” dan untuk yang aku tinggalkan : “Mengapa Engkau tinggalkan?”

Dan Rasulullah apabila memanggil Anas, memanggilnya dengan panggilan Unais, yaitu dengan panggilan yang penuh dengan kasih sayang. Terkadang Beliau juga memanggilnya dengan panggilan wahai Anakku, panggilan yang penuh dengan keakraban. Dan Rasulullah memenuhi hatinya dengan nasihat-nasihat dan ucapan-ucapan hikmah yang mulia, diantaranya : “Wahai Anakku, apabila Engkau mampu untuk melewati hari-harimu dengan hati yang tidak ada kedengkian, maka kerjakanlah, wahai anakku sesungguhnya semua itu adalah sunah ku dan barang siapa menghidupkan satu dari sunah ku maka sungguh ia telah mencintaiku, dan barang siapa mencintaiku maka ia bersamaku di surga. Wahai anakku, apabila Engkau ingin masuk kepada keluargamu, maka ucapkan salam kepada mereka, yang akan menjadikan keberkahan untukmu dan keluargamu.

Setelah wafatnya Rasulullah, Anas bin Malik hidup selama 80 tahun lebih , hatinya pun penuh dengan ilmu dari ilmunya Rasulullah, dan akalnya pun begitu tajam, untuk memahami Syariat-syariat Islam. Hatinya pun hidup dengan hidayah Rasulullah. Dan Anas dalam umurnya yang sangat panjang ini Beliau adalah tempat kembalinya orang-orang muslimin, ketika mereka mendapatkan suatu masalah-masalah yang rumit dan merekapun memegang ucapan-ucapan yang keluar dari Anas bin Malik diantaranya adalah bahwa sebagian orang yang ragu dalam syariat agama, mereka menanyakan tetang keberadaan telaga Rasulullah besok pada hari Kiamat. Kemudian mereka mendatangi Anas bin Malik dan menanyakan hal tersebut kepadanya, maka Anas bin Malik menjawab : “ Aku tidak menyangka dalam hidupku yang panjang ini akan menemui orang-orang yang seperti kalian yang meragukan telaga nya Rasulullah, maka ketahuilah akan datang orang yang lemah agamanya setelahku, dan mereka tidak melaksanakan shalat akan tetapi mereka meminta kepada Allah agar bisa minum dari telaga nya Rasulullah.

Dalam hidupnya yang sangat panjang Anas bin Malik selalu menggerakkan bibirnya untuk menyebut Rasulullah. Hari yang sangat menggembirakan nya adalah hari pertemuannya dengan Rasulullah, dan hari yang menyedihkan baginya adalah hari perpisahannya dengan Rasulullah. Kenangan itu selalu ia sebut-sebut dengan bibirnya yang mulia. Anas bin Malik adalah seorang yang bersemangat untuk meneladani Rasulullah baik ucapan maupun perilakunya, mencintai apa yang dicintai Rasulullah, membenci apa yang dibenci Rasulullah, dan hari yang sangat berkesan dalam hidupnya adalah 2 hari, yaitu hari ketika bertemu dengan Rasulullah, dan hari ketika berpisah dengan Rasulullah. Ketika ia mengingat hari yang pertama mukanya kelihatan berseri-seri, senang, bahagia dan sebaliknya apabila ia mengingat hari yang ke 2 ia akan menangis tersedu-sedu, sehingga orang yang disekitarnya pun ikut menangis. Kata-kata yang selalu ia ucapkan adalah : “Sungguh aku telah melihat Rasulullah ketika datang kepada kami di kota Madinah, dan sungguh aku telah melihat Beliau, ketika beliau wafat di antara kita maka tidak ada hari yang lebih berharga dari pada keduanya. Dihari pertama ketika Rasulullah memasuki kota madinah segala sesuatu tampak bercahaya, dan dihari ketika Rasulullah meninggal segala sesuatu pun tampak gelap gulita. Dan hari terakhir ketika aku melihatnya adalah hari senin, ketika Sang Nabi membuka tirai kamarnya, maka aku melihat wajahnya putih bersih seperti lembaran kertas. Dan diwaktu itu semua orang berdiri di belakang Abu Bakar untuk melihat Nabi, maka hampir semua orang terkejut, ketakutan, maka Abu Bakar memberikan isyarat kepada mereka untuk bersabar dan tenang, kemudian Rasulullah meninggal di penghujung hari Senin tersebut. Maka tidak ada pemandangan yang menyedihkan ketika kita menutupnya dengan tanah.

Rasulullah banyak mendoakan Anas bin Malik, dan salah satu doa Rasulullah yang dikhususkan kepada Anas bin Malik adalah : “Ya Allah berilah rizki kepadanya berupa harta dan anak yang banyak, kemudian berkahi semua itu untuknya”. Dan sungguh Allah telah mengabulkan doa Nabi Nya yang tercinta. Oleh karena itu Anas bin Malik menjadi orang yang paling kaya dari kaum Anshar dan yang paling banyak anaknya, hingga dia melihat anak-anak dan cucunya lebih dari 100. Dan Allah telah memberkahi umurnya sehingga ia hidup dalam 1 kurun penuh dan lebih 3 tahun. Anas bin Malik adalah orang yang sangat mengharapkan Syafaat Rasulullah besok pada hari Kiamat, dia selalu mengatakan : “Sesungguhnya aku ingin bertemu Rasulullah besok pada hari Kiamat, dan aku akan mengatakan kepadanya, “Wahai Rasulallah ini adalah pembantu kecilmu Unais”. Dan ketika Anas bin Malik sakit di penghujung usianya beliau berkata kepada keluarganya : “Talkinkan aku 2 kalimat Syahadat, Laa Ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah”. Setelah Anas bin Malik mengikuti dua kalimat Syahadat tersebut Beliau meninggal dengan bahagia. Dan beliau mewasiatkan agar ia di kubur dengan tongkat kecil yang dihadiahkan Rasulullah kepadanya, dan diletakkan disebelah sisi bersama gamis yang ia kenakan.

Kematian

Makam Anas bin Malik di Basra, Irak

Ia adalah Sahabat Nabi yang terakhir yang meninggal. Anas meninggal pada 93 H (712 M)[6] di Basra[7] pada usia 103 (tahun).[7]

Referensi

  1. ^ a b c Finding the Truth in Judging the Companinons, 1. 84-5; EI2, 1. 482 A. J. WensinckJ. Robson
  2. ^ Thabaqat Ibnu Sa'ad jilid 7 hal.17, Mu'jam as-Shahabah li al-Baghawiy jilid 3 bab Hamzah, Siyar A'lam an-Nubala jilid 3 hal.395.
  3. ^ Ibnu Qani' al-Baghdadi. Mu'jam as-Shahabah jilid I. Beirut. hlm. 240. 
  4. ^ H.R. Muslim
  5. ^ Mu'jam as-Shahabah jilid I. hlm. 240. 
  6. ^ "أنس بن مالك". Diakses tanggal 15 October 2013. 
  7. ^ a b T. P. Hughes, 1885/1999, Dictionary of Islam, New Delhi: Rupa & Co.

Pranala luar