Lompat ke isi

Kabupaten Banyuwangi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 13 Maret 2019 06.36 oleh Hanumg (bicara | kontrib) (Pariwisata: Menambahkan beberapa destinasi wisata)
Kabupaten Banyuwangi
Banyuwangi
Blambangan
Kabupaten
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
Transkripsi lainya
 • Ejaan LamaBanjoewangi
 • Jawaꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦧꦪꦸꦮꦔꦶ
Pantai Plengkung di Banyuwangi bagian selatan
Pantai Plengkung di Banyuwangi bagian selatan
Julukan: 
Kota Gandrung
Motto: 
Satya Bhakti Praja Mukti
(bahasa Indonesia: Setia pada bakti untuk masyarakat makmur)
Himne daerah: Umbul-Umbul Blambangan
Lokasi Banyuwangi di Jawa Timur
Lokasi Banyuwangi di Jawa Timur
Negara Indonesia
Provinsi Jawa Timur
Ibu KotaKota Banyuwangi
Hari Jadi18 Desember 1771[1]
Dibentuk1950, sebagai Kabupaten
Dinamai berdasarkanBlambangan
Kecamatan25
Desa217
Pemerintahan
 • JenisKabupaten
 • BupatiH. Abdullah Azwar Anas, S.Pd., S.S., M.Si.
 • Wakil BupatiH. Yusuf Widyatmoko, S.Sos.
Luas
 • Total3.678 km2 (1,420 sq mi)
Populasi
 (2018)[4]
 • Total1.733.515 Jiwa
 • Kepadatan471/km2 (1,220/sq mi)
 • Laki-laki
869.188 Jiwa
 • Perempuan
864.327 Jiwa
DemonimBlambangan
Demografi
 • Suku bangsaOsing, Jawa, Madura, Bali, Tionghoa, Arab, dll.
 • AgamaIslam 93.50%
Hindu 3.90%
Kristen Protestan 1.25%
Katolik 0.72%
Buddha 0.60%
Konghucu 0.03%[5][6]
 • BahasaOsing, Jawa, Madura, Bali, Arab, Indonesia
Zona waktuUTC+7 (WIB)
Kode Pos
684XX
Kode area telepon+62 333
GeocodeID-JW
Kode ISO 3166ID-BYW
Plat KendaraanP
APBD2.777,42 Miliar
PAD346,99 Miliar
Situs webbanyuwangikab.go.id

Kabupaten Banyuwangi adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kota Banyuwangi. Kabupaten ini terletak di ujung paling timur pulau Jawa, di kawasan Tapal Kuda, dan berbatasan dengan Kabupaten Situbondo di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan serta Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di barat. Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur sekaligus menjadi yang terluas di Pulau Jawa, dengan luas wilayahnya yang mencapai 5.782,50 km2, atau lebih luas dari Pulau Bali (5.636,66 km2). Di pesisir Kabupaten Banyuwangi, terdapat Pelabuhan Ketapang, yang merupakan penghubung utama antara pulau Jawa dengan pulau Bali (Pelabuhan Gilimanuk).

Geografi

Secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak pada koordinat 7º45’15”–8º43’2” LS dan 113º38’10” BT.

Wilayah kabupaten Banyuwangi cukup beragam, dari dataran rendah hingga pegunungan. Kawasan perbatasan dengan Kabupaten Bondowoso, terdapat rangkaian Dataran Tinggi Ijen dengan puncaknya Gunung Raung (3.344 m) dan Gunung Merapi (2.799 m). Di balik Gunung Merapi terdapat Gunung Ijen yang terkenal dengan kawahnya. Gunung Raung dan Gunung Ijen adalah gunung api aktif.[butuh rujukan]

Bagian selatan terdapat perkebunan, peninggalan sejak zaman Hindia Belanda. Di perbatasan dengan Kabupaten Jember bagian selatan, merupakan kawasan konservasi yang kini dilindungi dalam sebuah cagar alam, yakni Taman Nasional Meru Betiri. Pantai Sukamade merupakan kawasan penangkaran penyu. Di Semenanjung Blambangan juga terdapat cagar alam, yaitu Taman Nasional Alas Purwo.

Pantai timur Banyuwangi (Selat Bali) merupakan salah satu penghasil ikan terbesar di Jawa Timur. Tepatnya di Kecamatan Muncar terdapat pelabuhan perikanan.

Sejarah

Sejarah Banyuwangi tidak lepas dari sejarah Kerajaan Blambangan. Pada pertengahan abad ke-17, Banyuwangi merupakan bagian dari Kerajaan Hindu Blambangan yang dipimpin oleh Pangeran Tawang Alun. Pada masa ini secara administratif VOC menganggap Blambangan sebagai wilayah kekuasannya, atas dasar penyerahan kekuasaan jawa bagian timur (termasuk blambangan) oleh Pakubuwono II kepada VOC. Padahal Mataram tidak pernah bisa menguasai daerah Blambangan yang saat itu merupakan kerajaan hindu terakhir di pulau Jawa. Namun VOC tidak pernah benar-benar menancapkan kekuasaanya sampai pada akhir abad ke-17, ketika pemerintah Inggris menjalin hubungan dagang dengan Blambangan. Daerah yang sekarang dikenal sebagai "kompleks Inggrisan" adalah bekas tempat kantor dagang Inggris.[butuh rujukan]

VOC segera bergerak untuk mengamankan kekuasaanya atas Blambangan pada akhir abad ke-18. Hal ini menyulut perang besar selama lima tahun (1767–1772). Dalam peperangan itu terdapat satu pertempuran dahsyat yang disebut Puputan Bayu sebagai merupakan usaha terakhir Kerajaan Blambangan untuk melepaskan diri dari belenggu VOC. Pertempuran Puputan Bayu terjadi pada tanggal 18 Desember 1771 yang akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Banyuwangi. Sayangnya, perang ini tidak dikenal luas dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan kompeni Belanda. Namun pada akhirnya VOC-lah yang memperoleh kemenangan dengan diangkatnya R. Wiroguno I (Mas Alit) sebagai bupati Banyuwangi pertama dan tanda runtuhnya kerajaan Blambangan. Tetapi perlawanan sporadis rakyat Blambangan masih terjadi meskipun VOC sudah menguasai Blambangan. Itu bisa terlihat dengan tidak adanya pabrik gula yang dibangun oleh VOC saat itu, berbeda dengan kabupaten lainnya di Jawa Timur.

Tokoh sejarah fiksi yang terkenal adalah Putri Sri Tanjung yang di bunuh oleh suaminya di pinggir sungai karena suaminya ragu akan janin dalam rahimnya bukan merupakan anaknya tetapi hasil perselingkuhan ketika dia ditinggal menuju medan perang. Dengan sumpah janjinya kepada sang suami sang putri berkata: "Jika darah yang mengalir di sungai ini amis memang janin ini bukan anakmu tetapi jika berbau harum (wangi) maka janin ini adalah anakmu". Maka seketika itu darah yang mengalir ke dalam sungai tersebut berbau wangi, maka menyesalah sang suami yang dikenal sebagai Raden Banterang ini dan menamai daerah itu sebagai Banyuwangi.

Tokoh sejarah lain ialah Minak Djinggo, seorang Adipati dari Blambangan yang memberontak terhadap kerajaan Majapahit dan dapat ditumpas oleh utusan Majapahit, yaitu Damarwulan. Namun sesungguhnya nama Minak Djinggo bukanlah nama asli dari adipati Blambangan. Nama tersebut diberikan oleh sebagian kalangan istana Majapahit sebagai wujud olok-olok kepada Brhe Wirabumi yang memang putra prabu hayam wuruk dari selir. Bagi masyarakat Blambangan, cerita Damarwulan tidak berdasar. Cerita ini hanya bentuk propaganda Mataram yang tidak pernah berhasil menguasai wilayah Blambangan yang saat itu disokong oleh kerajaan hindu Mengwi di Bali.

Julukan

Patung selamat datang di Banyuwangi pada kaki gunung Gumitir

Kabupaten Banyuwangi menyandang beberapa julukan, di antaranya:

  • The Sunrise of Java

Julukan The Sunrise of Java disandang Kabupaten Banyuwangi tidak lain karena daerah yang pertama terkena sinar matahari terbit di pulau Jawa.

  • Bumi Blambangan

Sejarah berdirinya Banyuwangi tidak bisa dilepaskan dari sejarah kerajaan Blambangan, karena Blambangan merupakan cikal bakal dari Banyuwangi. Blambangan adalah kerajaan yang semasa dengan kerajaan Majapahit bahkan dua abad lebih panjang umurnya. Blambangan adalah kerajaan yang paling gigih bertahan terhadap serangan Mataram dan VOC serta Blambanganlah kerajaan yang paling akhir ditaklukkan penjajah Belanda di pulau Jawa.

  • Kota Osing

Salah satu keunikan Banyuwangi adalah penduduk yang multikultur, dibentuk oleh 3 elemen masyarakat yaitu Jawa Mataraman, Madura, dan Osing. Suku Osing adalah penduduk asli Banyuwangi. Sebagai keturunan kerajaan Blambangan, suku osing mempunyai adat-istiadat, budaya maupun bahasa yang berbeda dari masyarakat jawa dan madura.

  • Kota Santet

Julukan Banyuwangi kota santet terkenal sejak peristiwa memilukan ketika 100 orang lebih dibunuh secara misterius karena dituduh memiliki ilmu santet. Peristiwa ini dikenal luas oleh masyarakat sebagai “Tragedi Santet” Tahun 1998.

  • Kota Gandrung

Kabupaten Banyuwangi terkenal dengan Tari Gandrung yang menjadi maskot kabupaten ini.

  • 'Kota Banteng

Kabupaten Banyuwangi dijuluki kota banteng dikarenakan di Banyuwangi tepatnya di Taman Nasional Alas Purwo terdapat banyak banteng jawa.

  • Kota Pisang

Sejak dahulu Kabupaten Banyuwangi sangat dikenal sebagai penghasil pisang terbesar, bahkan tiap dipekarangan rumah warga selalu terdapat pohon pisang.

  • Kota Festival

Berawal dari sukses penyelenggaraan kegiatan budaya Banyuwangi Ethno Carnival pertama pada tahun 2011 lalu, maka pada tahun-tahun berikutnya seakan tak terbendung lagi semangat dan kegairahan masyarakat Banyuwangi untuk mengangkat potensi dan budaya daerah melalui rangkaian kegiatan yang dikemas dalam tajuk Banyuwangi Festival. Maka sejak 2012 acara Banyuwangi Ethno Carnival ditahbiskan menjadi agenda tahunan berbarengan dengan kegiatan lain, baik yang bersifat seni, budaya, fesyen, dan wisata olahraga.

Pemerintahan

Daftar Bupati

No Foto Bupati Mulai menjabat Akhir menjabat Prd. Wakil Bupati Ket.
1 Temenggung Wiroguno I
(alias Mas Alit)
1773 1782 1
2 Temenggung Wiroguno II
(alias Mas Talib)
1782 1818 2
3 Temenggung Surenggrono 1818 1832 3
4 R.T. Wiro-adinegoro 4 April 1832 1867 4 [7]
5 R.T. Pringgokoesoemo 16 November 1867 28 November 1880 5 Pengangkatan,[8] Berita Kematian [9]
6 R.M.T.A. Soegondo 31 Januari 1881 31 Oktober 1887 6 Pengangkatan,[10] Berita mutasi [11]
7 R.T. Astrokoesoemo 29 Februari 1888 1889 7 Pengangkatan [12]
8 R.T.A. Soeringrono 23 Februari 1889 Oktober 1894 8 Pengangkatan,[13] Mutasi [14]
9 R.T.A. Koesoemonegoro 9 Mei 1895 11 Oktober 1911 9 Pengangkatan,[15] Berita Kematian [16]
10 R.T. Notodiningrat 6 Juni 1913 7 November 1918 10 Profil singkat [17]
11 R.A.A. Mohamad Notoadisoerjo 12 Juli 1919 30 Juni 1933 11 Berita Pengangkatan,[18] Berita Pensiun [19]
12 R.T. Moertadjab Sosroadiningrat 19 Mei 1934 22 Mei 1938 12 Berita Kematian [20]
13 R.T. Achmad Rastiko 10 Maret 1939 1942 13 Berita Pengangkatan [21]
14 R. Oesman Soemodinoto 1942 1947 14
15 R. Ahmad Kusumo Negoro 1947 1949 15
16 R. Moch. Sachrawisetio Abiwinoto 1949 1949 16
17 Sukarbi 1949 1950 17
(14) R. Oesman Soemodinoto 1950 1955 18
18 Soegito Noto Soegito 1955 1965 19
20
19 Soewarso Kanapi
S.H.
1965 1966 21 [ket. 1]
20 Letkol (Purn.)
Djoko Supaat Slamet
1966 1978 22
21 Soesilo Suharto, S.H 1978 1983 23
22 S. Djoko Wasito 1983 1988 24
23 Harwin Wasisto 1988 1991 25
24 Kol Pol. (Purn) H
T. Purnomo Sidik
1991 2000 26
27
25 Ir.
Samsul Hadi
2000 2005 28 Abdul Kadir
26 Ratna Ani Lestari
S.E., M.M
2005 2010 29 Yusuf Nur Iskandar
27 Abdullah Azwar Anas 2010 2015 30 Yusuf Widyatmoko
* Zarkasi
(Pejabat)
22 Oktober 2015 17 Februari 2016
(27) Abdullah Azwar Anas 17 Februari 2016 17 Februari 2021 31 Yusuf Widyatmoko
28 Ipuk Fiestiandani 26 Februari 2021 Petahana 32 Sugirah
Catatan
  1. ^ Diduga terlibat PKI[22][23]

Dewan Perwakilan

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Banyuwangi dalam empat periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2009–2014[24] 2014–2019[25] 2019–2024[26] 2024–2029
PKB 6 Kenaikan 10 Penurunan 9 Steady 9
Gerindra (baru) 4 Kenaikan 5 Steady 5 Kenaikan 6
PDI-P 12 Penurunan 10 Kenaikan 12 Penurunan 11
Golkar 7 Steady 7 Penurunan 5 Kenaikan 7
NasDem (baru) 2 Kenaikan 5 Kenaikan 7
PKS 0 Kenaikan 2 Steady 2 Penurunan 0
Hanura 2 Kenaikan 4 Penurunan 2 Penurunan 0
PAN 1 Steady 1 Penurunan 0 Steady 0
Demokrat 10 Penurunan 5 Kenaikan 6 Kenaikan 7
PPP 2 Kenaikan 4 Steady 4 Penurunan 3
PKNU (baru) 5
RepublikaN (baru) 1
Jumlah Anggota 50 Steady 50 Steady 50 Steady 50
Jumlah Partai 10 Steady 10 Penurunan 9 Penurunan 7


Kecamatan

Kabupaten Banyuwangi terdiri atas 25 kecamatan yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi terdiri dari:

Lua error in Modul:Location_map/multi at line 27: Tidak dapat menemukan definisi peta lokasi yang ditentukan. Baik "Modul:Location map/data/Indonesia Banyuwangi Regency" maupun "Templat:Location map Indonesia Banyuwangi Regency" tidak ada.

Transportasi

Ibu kota Kabupaten Banyuwangi berjarak 290 km sebelah timur Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur. Banyuwangi merupakan ujung paling timur jalur pantura serta titik paling timur jalur kereta api pulau Jawa yaitu Stasiun Banyuwangi Baru.[27]

Pelabuhan Ketapang terletak di kota Banyuwangi bagian utara, menghubungkan Jawa dan Bali dengan kapal ferry, LCM, roro dan tongkang.[butuh rujukan]

Dari Surabaya, Kabupaten Banyuwangi dapat dicapai dari dua jalur jalan darat, jalur utara dan jalur selatan. Jalur utara merupakan bagian dari jalur pantura yang membentang dari Anyer hingga pelabuhan Panarukan dan melewati kabupaten Situbondo. Sedangkan jalur selatan merupakan pecahan dari jalur pantura dari Kabupaten Probolinggo melewati Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember di kedua jalur tersebut tersedia bus eksekutif/PATAS maupun ekonomi.

Terdapat pula moda transportasi darat lainnya, yaitu jalur kereta api Surabaya – Pasuruan – Probolinggo – Jember dan berakhir di Banyuwangi. Stasiun Banyuwangi Baru terletak di Kota Banyuwangi tidak jauh dari Pelabuhan Penyeberangan Ketapang. Stasiun Kereta Api yang cukup besar di Banyuwangi adalah Stasiun Banyuwangi Baru, Karang Asem, (Kecamatan Glagah), Rogojampi, Stasiun Kalisetail, (Kecamatan Sempu), dan Kalibaru. Selain itu ada juga stasiun yang lebih kecil seperti Singojuruh, Temuguruh, Glenmore, Sumberwadung dan Halte Krikilan.

Untuk transportasi wilayah perkotaan terdapat moda angkutan mikrolet, taksi Using Transport serta van atau yang oleh masyarakat setempat disebut 'colt' yang melayani transportasi antar kecamatan dan minibus yang melayani trayek Banyuwangi dengan kota-kota kabupaten di sekitarnya.

Bandar Udara Blimbingsari di kecamatan Blimbingsari dalam pembangunannya sempat tersendat akibat kasus pembebasan lahan, dan memakan korban 2 bupati yang menjabat dalam masa pembangunannya yaitu Bupati Samsul Hadi (2000–2005) dan Bupati Ratna Ani Lestari (2005–2010). Dan pada tanggal 28 Desember 2010, Bandar Udara Blimbingsari telah dibuka untuk penerbangan komersial Banyuwangi (BWX) – Jakarta (CGK) – Banyuwangi (BWX) dan Banyuwangi (BWX) – Surabaya (SUB) – Banyuwangi (BWX).

Selain itu terdapat Pelabuhan Tanjung Wangi di Ketapang, Kecamatan Kalipuro selain sebagai pelabuhan bongkar muat barang dan peti kemas, juga melayani pelayaran ke kepulauan di bagian timur Madura, seperti Kep. Sapeken, Kep. Kangean, dan Kep. Sapudi.

Penduduk

Penduduk Banyuwangi cukup beragam. Mayoritas adalah Suku Osing, namun terdapat Suku Madura (kecamatan Muncar, Wongsorejo, Kalipuro, Glenmore dan Kalibaru) dan suku Jawa yang cukup signifikan, serta terdapat minoritas suku Bali, dan suku Bugis. Suku Bali banyak mendiami desa di kecamatan Rogojampi, bahkan di desa Patoman, Kecamatan Rogojampi seperti miniatur desa Bali di pulau Jawa. Suku Osing merupakan penduduk asli kabupaten Banyuwangi dan bisa dianggap sebagai sebuah sub-suku dari suku Jawa. Mereka menggunakan Bahasa Osing, yang dikenal sebagai salah satu ragam tertua bahasa Jawa. Suku Osing mendiami di Kecamatan Glagah, Licin, Songgon, Kabat, Giri, Kota serta sebagian kecil di kecamatan lain.[butuh rujukan]

Pendidikan

Daftar perguruan tinggi

Perguruan tinggi negeri

Logo Nama Perguruan Tinggi Alamat
Politeknik Negeri Banyuwangi Labanasem
Berkas:LOGO-LP3B.png Akademi Penerbangan Indonesia Blimbingsari
Berkas:Universitas Airlangga.svg Universitas Airlangga PDD Banyuwangi Giri

Perguruan tinggi swasta

Logo Nama Perguruan Tinggi Alamat
Universitas 17 Agustus 1945 Taman Baru
Universitas PGRI Banyuwangi Kertosari
Universitas Bhakti Indonesia Sraten
Berkas:Logostikombwi.jpg Sekolah Tinggi Komunikasi PGRI Banyuwangi Taman Baru
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi Giri
Akademi Kelautan Banyuwangi Ketapang
Akademi Kesehatan Rustida Krikilan
Institut Agama Islam Darussalam Blokagung
Institut Agama Islam Ibrahimy Genteng

Pariwisata

Ombak Pantai Plengkung, salah satu ombak terbaik di dunia.

Kabupaten Banyuwangi memiliki banyak objek wisata seperti[28][29][30]

Cagar budaya

Kuliner Banyuwangi

Masakan

Kabupaten Banyuwangi mempunyai bermacam-macam masakan khas Banyuwangi, diantaranya:

  • Sego tempong
  • Sego cawuk
  • Pindang Srani
  • Sego Gecok
  • Sego Golong
  • Sate Kalak
  • Pecel Pitik
  • Sambel Lucu
  • Jangan Kelor
  • Jangan Kesrut
  • Jangan Pakis
  • Jangan Lobok
  • Jangan Lompong
  • Jangan Bobohan
  • Jangan Jawar
  • Jangan Leroban
  • Jangan Pol
  • Jangan Klenthang
  • Jangan Bung
  • Pelasan Oling
  • Pelasan Uceng
  • Peceg Lele
  • Uyah Asem Pitik
  • Kupat Lodoh
  • Pindang koyong
  • Bothok Simbukan
  • Bothok Tawon
  • Ayam Pedas Genteng
  • Rujak Letog
  • Sambel Pedho
  • Sambel Pindang
  • Sambel Pete
  • Oseng-oseng Pare
  • Bindol Pakem
  • Tahu Petis
  • Wiyongkong
  • Rujak soto
  • Pecel Thotol
  • Lak-lak

Jajanan tradisional

Kabupaten Banyuwangi mempunyai bermacam-macam jajanan pasar khas Banyuwangi, diantaranya:

  • Bagiak
  • Sale Pisang Barlin
  • Kelemben
  • Satuh
  • Manisan Cerme
  • Manisan Pala Kering
  • Manisan Tomat
  • Manisan Kolang-kaling
  • Ladrang
  • Kacang Tanah Open Asin
  • Dodol Salak
  • Sale Pisang Anggur
  • Loro Kencono
  • Karang Emas
  • Kolak Gepuk
  • Widaran
  • Wiroko
  • Petulo
  • Ketan Kirip
  • Onde – Onde
  • Tahu Walek
  • Minuman

    Kabupaten Banyuwangi mempunyai bermacam-macam minuman khas Banyuwangi, diantaranya:

    • Secang
    • Selasih
    • Ronde
    • Angsle
    • Caok
    • Setup Semarang
    • Kolak Duren
    • Kopi Luwak
    • Kopi Lanang
    • Kopi Kemiren
    • Es Gedang Ijo
    • Es Temu lawak

    Oleh-oleh

    Kabupaten Banyuwangi mempunyai bermacam-macam oleh-oleh khas Banyuwangi, diantaranya:

    • Awug (iwel-iwel)
    • Lanun
    • Serabi Solo
    • Dodol garut
    • Jenang Kudus
    • Jenang Bedil
    • Jenang Mutioro
    • Jenang Selo
    • Ketot
    • Apem Takir
    • Lak-lak
    • Precet
    • Sumping
    • Bikang
    • Setupan Polo

    Seni budaya

    Kabupaten Banyuwangi selain menjadi perlintasan dari Jawa ke Bali, juga merupakan daerah pertemuan berbagai jenis kebudayaan dari berbagai wilayah. Budaya masyarakat Banyuwangi diwarnai oleh budaya Jawa, Bali, Madura, Melayu, Eropa, Tionghoa dan budaya lokal yang saling isi mengisi dan akhirnya menjadi tipikal yang tidak ditemui di wilayah manapun di pulau Jawa.[butuh rujukan]

    Di dusun Selorejo, kecamatan Glenmore, di lereng Gunung Raung, terdapat Pura Beji Ananthaboga, sebuah pura dan petirtaan yang terletakserta menempati wilayah Perhutani KPH Banyuwangi Barat.

    Petirtan di Pura Beji Ananthaboga dan Pelinggih Ganesha

    Batik

    Batik yang disebut-sebut sebagai jati diri Bangsa Indonesia tak bisa diragukan. Keberadaannya memang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya orang Jawa. Motif-motifnya pun terinspirasi tak jauh dari kehidupan sehari-hari. Begitu juga dengan banyuwangi, memiliki beberapa motif yang terkenal yaitu

    • Gajah oling
    • Paras Gempal
    • Sekar Jagad
    • Kangkung Setingkes
    • Mata Ayam

    Jenis Batik tadi merupakan sebagian dari Motif Batik khas Banyuwangi yang masih hidup dan berkembang di kalangan masyarakat setempat.

    Kesenian tradisional

    Berkas:Penari gandrung.jpg
    Penari Gandrung di depan rumah adat Osing desa Kemiren.
    Berkas:Gamelan Banyuwangi.jpg
    Gamelan Banyuwangi yang mengiringi tari gandrung.

    Kesenian tradisional khas Banyuwangi antara lain:

    Jenis kesenian tadi merupakan sebagian dari kesenian khas Banyuwangi yang masih hidup dan berkembang di kalangan masyarakat setempat.

    Musik khas Banyuwangi

    Gamelan Banyuwangi khususnya yang dipakai dalam tari Gandrung memiliki kekhasan dengan adanya kedua biola, yang salah satunya dijadikan sebagai pantus atau pemimpin lagu. Menurut sejarahnya, pada sekitar abad ke-19, seorang Eropa menyaksikan pertunjukan Seblang (atau Gandrung) yang diiringi dengan suling. Kemudian orang tersebut mencoba menyelaraskannya dengan biola yang dia bawa waktu itu, pada saat dia mainkan lagu-lagu Seblang tadi dengan biola, orang-orang sekitar terpesona dengan irama menyayat yang dihasilkan biola tersebut. Sejak itu, biola mulai menggeser suling karena dapat menghasilkan nada-nada tinggi yang tidak mungkin dikeluarkan oleh suling.

    Selain itu, gamelan ini juga menggunakan "kluncing" (triangle), yakni alat musik berbentuk segitiga yang dibuat dari kawat besi tebal, dan dibunyikan dengan alat pemukul dari bahan yang sama, dan angklung, atau rebana.

    Referensi

    1. ^ https://www.banyuwangikab.go.id/profil/sejarah-singkat.html
    2. ^ [1]
    3. ^ http://diskanlabwi.blogspot.co.id/p/data-kp3k-kelautan-pesisir-dan-pulau_4672.html?m=1
    4. ^ [2], diakses 07 Agustus 2017
    5. ^ "Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka 2016", diakses 07 Agustus 2017
    6. ^ "Provinsi Jawa Timur Dalam Angka 2016"
    7. ^ Almanak van Nederlandsch-Indië voor het schrikkeljaar 1836. Batavia: Lands-drukkery. 1836. hlm. 57. 
    8. ^ Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar 1871. Batavia: Lands-drukkerij. 1871. hlm. 166. 
    9. ^ "Gevonden in Delpher - Soerabaijasch handelsblad". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13. 
    10. ^ Regeerings-almanak voor Nederlandsch-Indie 1882. Batavia: Landsdrukkerij. 1881. hlm. 146. 
    11. ^ "Gevonden in Delpher - Bataviaasch handelsblad". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13. 
    12. ^ "Gevonden in Delpher - De nieuwe vorstenlanden". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13. 
    13. ^ "Gevonden in Delpher - Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13. 
    14. ^ "Gevonden in Delpher - De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13. 
    15. ^ Regeerings-almanak voor Nederlandsch-Indie 1898. Batavia: Landsdrukkerij. 1898. hlm. 194. 
    16. ^ "Gevonden in Delpher - De locomotief". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13. 
    17. ^ "Gevonden in Delpher - Bataviaasch nieuwsblad". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13. 
    18. ^ "Gevonden in Delpher - De locomotief". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13. 
    19. ^ "Gevonden in Delpher - De Indische courant". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13. 
    20. ^ "Gevonden in Delpher - Soerabaijasch handelsblad". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13. 
    21. ^ "Gevonden in Delpher - De locomotief". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13. 
    22. ^ Sejarah PKI Di Banyuwangi dan Pembantaian Cemethuk 18 Oktober 1965
    23. ^ (Forum Pembaca KOMPAS) Pembunuhan Massal pada 1965-1967 di Surabaya, Malang, dan Pasuruan
    24. ^ Data Anggota DPRD Banyuwangi periode 2009-2014
    25. ^ 80 Persen DPRD Terpilih di Banyuwangi Caleg Baru
    26. ^ Perolehan Kursi DPRD Kabupaten Banyuwangi 2019-2024
    27. ^ Stasiun Banyuwangi
    28. ^ [3]
    29. ^ [4]
    30. ^ [5]

    Pranala luar