Revolusi EDSA
Revolusi EDSA | |||
---|---|---|---|
Bagian dari Revolusi 1989 | |||
Tanggal | 22–25 Februari 1986 (3 hari) | ||
Lokasi | Philippines, primarily Filipina, terutama Epifanio de los Santos Avenue, Metro Manila | ||
Sebab |
| ||
Tujuan |
| ||
Hasil | Kemenangan oposisi
| ||
Pihak terlibat | |||
| |||
Tokoh utama | |||
| |||
Jumlah | |||
|
Revolusi EDSA atau Revolusi Kekuatan Rakyat (bahasa Inggris: People Power) adalah sebuah demonstrasi massal tanpa kekerasan di Filipina yang terjadi pada tahun 1986. Aksi damai selama empat hari yang dilakukan oleh jutaan rakyat Filipina di Metro Manila mengakhiri rezim otoriter Presiden Ferdinand Marcos dan pengangkatan Corazon Aquino sebagai presiden. EDSA merupakan singkatan dari Epifanio de los Santos Avenue, sebuah jalan di Metro Manila yang merupakan tempat demonstrasi.
Latar belakang sejarah
[sunting | sunting sumber]Pada 21 Agustus 1983, senator dan tokoh oposisi Benigno "Ninoy" Aquino Jr. ditembak mati di Manila International Airport (sekarang dikenal sebagai Ninoy Aquino International Airport) setelah kembali dari pengasingan selama tiga tahun di Amerika Serikat. Pembunuhan Ninoy mengejutkan dan membuat marah rakyat yang kebanyakan telah kehilangan kepercayaan terhadap kepemimpinan Marcos. Hal tersebut juga mengejutkan pemerintahan Marcos yang melemah, dikarenakan penyakit Marcos yang terus memburuk. Istri Ninoy, Corazon "Cory" Aquino, kemudian menjadi figur populer yang menentang rezim Marcos.
Pada 23 November 1985, Marcos secara mendadak, setelah adanya tekanan dari Washington D.C., mengumumkan pemilihan presiden lebih cepat setahun dari jadwal.
Pemilihan diadakan pada 7 Februari 1986. Konferensi Uskup Katolik Filipina menyatakan pemilihan tersebut terjadi kecurangan, Senat Amerika Serikat juga menyatakan resolusi yang sama.
Peristiwa Revolusi
[sunting | sunting sumber]Definisi
[sunting | sunting sumber]Revolusi ini dimulai ketika dua pemimpin kunci militer mencabut dukungan mereka kepada Marcos. Pada 22 Februari 1986, Menteri Pertahanan Juan Ponce Enrile dan Wakil Ketua Angkatan Bersenjata Fidel Ramos mengumumkan penarikan dukungan dan menuduh Marcos melakukan kecurangan pada pemilihan sebelumnya.
Bibliografi
[sunting | sunting sumber]- Mercado, Paul Sagmayao, and Tatad, Francisco S. People Power: The Philippine Revolution of 1986: An eyewitness history. Manila, Philippines. The James B. Reuter, S.J., Foundation. 1986.
- Baron, Cynthia S. and Suazo, Melba M. Nine Letters: The Story of the 1986 Filipino Revolution. Quezon City, Philippines. Gerardo P. Baron Books. 1986
- Schock, Kurt. Unarmed Insurrections: People Power Movements in Nondemocracies. Minneapolis, USA. University of Minnesota Press. 2005.
- ^ a b Sison, Jose Maria (24 Februari 2006). "It was a convergence of various forces". Philippine Daily Inquirer. Diakses tanggal August 4, 2014.
- ^ Araullo, Carolina (March 2, 2000). "Left was at Edsa and long before". Philippine Daily Inquirer. Diakses tanggal August 4, 2014.
- ^ Suarez, Miguel (26 Februari 1986). "Marcos' last days filled with errors and humiliation". The Evening Independent. Associated Press. Diakses tanggal August 4, 2014.
She (Imelda) did not tell the crowd by that time all but a few thousand soldiers and officers, mostly those in the presidential guard, had by then turn against Marcos to join Mrs. Aquino's "people power" revolution