Kleopatra: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 128: Baris 128:
[[Berkas:Ptolemaic Queen (Cleopatra VII?), 50-30 B.C.E., 71.12.jpg|jmpl|kiri|lurus|Patung potret seorang ratu [[dinasti Ptolemaik|wangsa Ptolemaios]], mungkin sekali Kleopatra, ''[[circa|ca.]]'' 51–30 SM, tersimpan di [[Brooklyn Museum|Museum Brooklyn]]{{sfnp|Ashton|2001b|p=164}}]]
[[Berkas:Ptolemaic Queen (Cleopatra VII?), 50-30 B.C.E., 71.12.jpg|jmpl|kiri|lurus|Patung potret seorang ratu [[dinasti Ptolemaik|wangsa Ptolemaios]], mungkin sekali Kleopatra, ''[[circa|ca.]]'' 51–30 SM, tersimpan di [[Brooklyn Museum|Museum Brooklyn]]{{sfnp|Ashton|2001b|p=164}}]]


Kleopatra dan Ptolemaios XIV melakukan lawatan ke Roma sekitar penghujung tahun 46 SM, mungkin tanpa membawa serta Kaisarion, dan menginap di vila milik Yulius Kaisar yang terletak di dalam kawasan [[Horti Caesaris|Horti Kaisaris]].{{sfnp|Roller|2010|p=71}}{{sfnp|Burstein|2004|pp=xxi, 20}}{{sfnp|Fletcher|2008|pp=179–182}}<ref group="note">Informasi dan validasi lebih lanjut dapat dibaca dalam {{harvtxt|Jones|2006|pp=xiv, 78}}.</ref> Sama seperti mendiang ayah mereka, Kleopatra maupun Ptolemaios XIV dianugerahi status resmi menjadi "kawan dan mitra rakyat Romawi" ({{lang-la|socius et amicus populi Romani}}) oleh Yulius Kaisar, dan dengan demikian menjadikan mereka penguasa-penguasa gundal yang setia pada Roma.{{sfnp|Roller|2010|pp=21, 57, 72}}{{sfnp|Burstein|2004|pp=xxi, 20, 64}}{{sfnp|Fletcher|2008|pp=181–182}} Orang-orang mendatangi vila milik Yulius Kaisar yang terletak di seberang [[Sungai Tiber]] untuk menjumpai Kleopatra. Salah seorang di antaranya adalah Senator Sisero yang mendapat kesan bahwa Kleopatra adalah orang yang angkuh.{{sfnp|Roller|2010|p=72}}{{sfnp|Fletcher|2008|pp=194–195}} [[Sosigenes dari Aleksandria]], salah seorang ahli majelis istana Kleopatra, membantu Yulius Kaisar menyusun [[Kalender Julius|Kalender Yulianum]], sistem penanggalan baru yang mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari 45 SM.{{sfnp|Roller|2010|pp=72, 126}}{{sfnp|Burstein|2004|p=21}}{{sfnp|Fletcher|2008|pp=201–202}} Di dalam [[Kuil Venus Genetrix|Kuil Venus Jenetriks]] di [[Forum Kaisar|alun-alun Kaisar]], yang diresmikan pada tanggal 25 September 46 SM, disemayamkan sebuah arca emas Kleopatra (tersimpan setidaknya sampai dengan abad ke-3 M). Patung ini menampilkan sosok ibu dari putra Yulius Kaisar itu sebagai [[Venus (mitologi)|Venus]], dewi ibu bangsa Romawi.{{sfnp|Roller|2010|pp=72, 175}}{{sfnp|Burstein|2004|p=21}}{{sfnp|Fletcher|2008|pp=195–196, 201}} Arca ini juga merupakan cara halus untuk memasukkan kepercayaan pada [[Isis]], dewi bangsa Mesir, ke dalam [[Agama di Romawi Kuno|agama bangsa Romawi]].{{sfnp|Roller|2010|p=72}}
Kleopatra dan Ptolemaios XIV melakukan lawatan ke Roma sekitar penghujung tahun 46 SM, mungkin tanpa membawa serta Kaisarion, dan menginap di vila milik Yulius Kaisar yang terletak di dalam kawasan [[Horti Caesaris|Horti Kaisaris]].{{sfnp|Roller|2010|p=71}}{{sfnp|Burstein|2004|pp=xxi, 20}}{{sfnp|Fletcher|2008|pp=179–182}}<ref group="note">Informasi dan validasi lebih lanjut dapat dibaca dalam {{harvtxt|Jones|2006|pp=xiv, 78}}.</ref> Sama seperti mendiang ayah mereka, Kleopatra maupun Ptolemaios XIV dianugerahi status resmi menjadi "kawan dan mitra rakyat Romawi" ({{lang-la|socius et amicus populi Romani}}) oleh Yulius Kaisar, dan dengan demikian menjadikan mereka penguasa-penguasa gundal yang setia pada Roma.{{sfnp|Roller|2010|pp=21, 57, 72}}{{sfnp|Burstein|2004|pp=xxi, 20, 64}}{{sfnp|Fletcher|2008|pp=181–182}} Orang-orang mendatangi vila milik Yulius Kaisar yang terletak di seberang [[Sungai Tiber]] untuk menjumpai Kleopatra. Salah seorang di antaranya adalah Senator Sisero yang mendapat kesan bahwa Kleopatra adalah orang yang angkuh.{{sfnp|Roller|2010|p=72}}{{sfnp|Fletcher|2008|pp=194–195}} [[Sosigenes dari Aleksandria]], salah seorang ahli majelis istana Kleopatra, membantu Yulius Kaisar menyusun [[Kalender Julius|Kalender Yulius]], sistem penanggalan baru yang mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari 45 SM.{{sfnp|Roller|2010|pp=72, 126}}{{sfnp|Burstein|2004|p=21}}{{sfnp|Fletcher|2008|pp=201–202}} Di dalam [[Kuil Venus Genetrix|Kuil Venus Jenetriks]] di [[Forum Kaisar|alun-alun Kaisar]], yang diresmikan pada tanggal 25 September 46 SM, disemayamkan sebuah arca emas Kleopatra (tersimpan setidaknya sampai dengan abad ke-3 M). Patung ini menampilkan sosok ibu dari putra Yulius Kaisar itu sebagai [[Venus (mitologi)|Venus]], dewi ibu bangsa Romawi.{{sfnp|Roller|2010|pp=72, 175}}{{sfnp|Burstein|2004|p=21}}{{sfnp|Fletcher|2008|pp=195–196, 201}} Arca ini juga merupakan cara halus untuk memasukkan kepercayaan pada [[Isis]], dewi bangsa Mesir, ke dalam [[Agama di Romawi Kuno|agama bangsa Romawi]].{{sfnp|Roller|2010|p=72}}


Keberadaan Kleopatra di kota Roma mungkin sekali turut berdampak pada peristiwa-peristiwa yang terjadi pada pesta hari raya [[Lupercalia|Luperkalia]], sebulan sebelum Yulius Kaisar terbunuh.{{sfnp|Roller|2010|pp=72–74}}{{sfnp|Fletcher|2008|pp=205–206}} Markus Antonius berlagak hendak memasang [[diadem]] di kepala Yulius Kaisar, sementara Yulius Kaisar berlagak menolak diperlakukan demikian. Lakon ini agaknya sengaja direkayasa sebagai ikhtiar untuk mencari tahu seberapa besar penerimaan rakyat Romawi terhadap jabatan raja ala Helenistik.{{sfnp|Roller|2010|pp=72–74}}{{sfnp|Fletcher|2008|pp=205–206}} [[Cicero|Sisero]], yang turut hadir dalam perayaan itu, secara berseloroh menanyakan dari mana datangnya diadem itu, yang jelas-jelas menyindir ratu wangsa Ptolemaios yang sangat dibencinya.{{sfnp|Roller|2010|pp=72–74}}{{sfnp|Fletcher|2008|pp=205–206}} [[Pembunuhan Julius Caesar|Yulius Kaisar terbunuh]] pada [[Ides of March|''Idus Martiae'']] (hari Purnama bulan Maret, bertepatan dengan tanggal 15 Maret 44 SM), namun Kleopatra tetap tinggal di Roma sampai sekitar pertengahan bulan April, karena berharap Kaisarion akan diakui sebagai ahli waris Yulius Kaisar.{{sfnp|Roller|2010|p=74}}{{sfnp|Burstein|2004|pp=xxi, 21}}{{sfnp|Fletcher|2008|pp=207–213}} Namun dalam surat wasiatnya, Yulius Kaisar ternyata menetapkan [[Augustus|Oktavianus]], putra dari kemenakan perempuannya, sebagai ahli waris utamanya. Oktavianus tiba di Italia sekitar waktu Kleopatra memutuskan untuk pulang ke Mesir.{{sfnp|Roller|2010|p=74}}{{sfnp|Burstein|2004|pp=xxi, 21}}{{sfnp|Fletcher|2008|pp=213–214}} Beberapa bulan kemudian, Ptolemaios XIV tewas diracun orang suruhan Kleopatra, dan Kaisarion naik takhta menjadi penguasa Mesir bersama-sama dengan ibunya.{{sfnp|Roller|2010|pp=74–75}}{{sfnp|Burstein|2004|pp=xxi, 22}}{{sfnp|Jones|2006|p=xiv}}<ref group="note">Informasi lebih lanjut dapat dibaca dalam {{harvtxt|Fletcher|2008|pp=214–215}}.</ref>
Keberadaan Kleopatra di kota Roma mungkin sekali turut berdampak pada peristiwa-peristiwa yang terjadi pada pesta hari raya [[Lupercalia|Luperkalia]], sebulan sebelum Yulius Kaisar terbunuh.{{sfnp|Roller|2010|pp=72–74}}{{sfnp|Fletcher|2008|pp=205–206}} Markus Antonius berlagak hendak memasang [[diadem]] di kepala Yulius Kaisar, sementara Yulius Kaisar berlagak menolak diperlakukan demikian. Lakon ini agaknya sengaja direkayasa sebagai ikhtiar untuk mencari tahu seberapa besar penerimaan rakyat Romawi terhadap jabatan raja ala Helenistik.{{sfnp|Roller|2010|pp=72–74}}{{sfnp|Fletcher|2008|pp=205–206}} [[Cicero|Sisero]], yang turut hadir dalam perayaan itu, secara berseloroh menanyakan dari mana datangnya diadem itu, yang jelas-jelas menyindir ratu wangsa Ptolemaios yang sangat dibencinya.{{sfnp|Roller|2010|pp=72–74}}{{sfnp|Fletcher|2008|pp=205–206}} [[Pembunuhan Julius Caesar|Yulius Kaisar terbunuh]] pada [[Ides of March|''Idus Martiae'']] (hari Purnama bulan Maret, bertepatan dengan tanggal 15 Maret 44 SM), namun Kleopatra tetap tinggal di Roma sampai sekitar pertengahan bulan April, karena berharap Kaisarion akan diakui sebagai ahli waris Yulius Kaisar.{{sfnp|Roller|2010|p=74}}{{sfnp|Burstein|2004|pp=xxi, 21}}{{sfnp|Fletcher|2008|pp=207–213}} Namun dalam surat wasiatnya, Yulius Kaisar ternyata menetapkan [[Augustus|Oktavianus]], putra dari kemenakan perempuannya, sebagai ahli waris utamanya. Oktavianus tiba di Italia sekitar waktu Kleopatra memutuskan untuk pulang ke Mesir.{{sfnp|Roller|2010|p=74}}{{sfnp|Burstein|2004|pp=xxi, 21}}{{sfnp|Fletcher|2008|pp=213–214}} Beberapa bulan kemudian, Ptolemaios XIV tewas diracun orang suruhan Kleopatra, dan Kaisarion naik takhta menjadi penguasa Mesir bersama-sama dengan ibunya.{{sfnp|Roller|2010|pp=74–75}}{{sfnp|Burstein|2004|pp=xxi, 22}}{{sfnp|Jones|2006|p=xiv}}<ref group="note">Informasi lebih lanjut dapat dibaca dalam {{harvtxt|Fletcher|2008|pp=214–215}}.</ref>

Revisi per 11 Oktober 2018 17.37

Kleopatra VII Filopator
Kleopatra Berlin, patung buatan Romawi yang menggambarkan sosok Kleopatra mengenakan diadem kerajaan, pertengahan abad pertama SM, sekitar waktu lawatan Kleopatra ke Roma (46–44 SM), ditemukan di sebuah vila Italia di pinggiran Via Appia, kini tersimpan di Museum Altes, Jerman.[1][2][3][note 1]
Ratu Kerajaan Wangsa Ptolemaios
Berkuasa51 – 10 atau 12 Agustus 30 SM (21 tahun)[4][note 2]
PendahuluPtolemaios XII Auletes
PenerusPtolemaios XV Kaisarion
Penguasa bersamaPtolemaios XII Auletes
Ptolemaios XIII Teos Filopator
Ptolemaios XIV
Ptolemaios XV Kaisarion
Informasi pribadi
KelahiranPermulaan tahun 69 SM
Aleksandria, Kerajaan Wangsa Ptolemaios
Kematian10 atau 12 Agustus 30 SM
(usia 39 tahun)[note 2]
Aleksandria, Mesir
Pemakaman
Tidak diketahui
(mungkin di Mesir)
Nama lengkap
Kleopatra VII Tea Filopatora
AyahPtolemaios XII Auletes
IbuTidak diketahui, mungkin Kleopatra VI Trifaina (dikenal pula sebagai Kleopatra V Trifaina)[note 3]
PasanganPtolemaios XIII Teos Filopator
Ptolemaios XIV
Markus Antonius
AnakPtolemaios XV Filopator Filometor Kaisar, Kaisarion
Aleksandros Helios
Kleopatra Selene, Ratu Mauretania
Ptolemaios XVI Filadelfos
Kleopatra VII dalam hieroglif
q
rw
iwApAd
r
tAH8
Kleopatra
Qlwpdrt
G5
wr
r
nbnfrnfrnfrH2
x
O22
Nama Horus (1): Wer(et)-neb(et)-neferu-achet-seh
Wr(.t)-nb(.t)-nfrw-3ḫ(t)-sy
Tuan putri kesempurnaan, cemerlang dalam kebijaksanaan
G5
wr t
r
t
W
t
A53n
X2 t
z
Nama Horus (2): Weret-tut-en-it-es
Wr.t-twt-n-jt=s
Orang besar, citra suci ayahanda
q
rw
W
p
d
r
t H8
nTrt
H8
R7
t
z
N36
Kleopatra netjeret mer(et) ites
Qlwpdrt nṯrt mr(t) jts
Dewi Kleopatra kesayangan ayahanda

Kleopatra VII Filopator (Yunani: Κλεοπᾰ́τρᾱ Φιλοπάτωρ, Kleopátrā Filopátōr;[5] lahir 69 SM – wafat 10 atau 12 Agustus 30 SM)[note 2] adalah penguasa aktif terakhir Kerajaan Wangsa Ptolemaios di tanah Mesir. Putra Kleopatra, Kaisarion, memang masih mewarisi gelarnya sebagai Firaun, namun tidak lagi memiliki kewenangan memerintah. Kleopatra juga seorang diplomat, laksamana, administrator, poliglot,[note 4] dan pujangga ilmu pengobatan.[6] Selaku putri wangsa Ptolemaios, Kleopatra adalah keturunan dari pendiri wangsanya, Ptolemaios I Soter, salah seorang mantan senapati Yunani Makedonia sekaligus pengiring Aleksander Agung. Sepeninggal Kleopatra, Mesir dijadikan salah satu provinsi Kekaisaran Romawi. Perubahan status Mesir ini menandai akhir dari Zaman Helenistik yang bermula pada masa pemerintahan Aleksander Agung (336–323 SM).[note 5] Bahasa ibunya adalah bahasa Yunani Koine, dan ia adalah penguasa pertama dari wangsa Ptolemaios yang mempelajari bahasa Mesir.[note 4]

Pada tahun 58 SM, Kleopatra diduga tinggal bersama ayahnya, Ptolemaios XII, yang hidup dalam pembuangan di Roma setelah digulingkan dari takhta melalui pemberontakan oleh Berenike IV, putri sulung Ptolemaios XII. Berenike IV dieksekusi mati pada tahun 55 SM, sekembalinya Ptolemaios XII ke Mesir membawa bala tentara Romawi untuk memulihkan kekuasaannya. Sepeninggal Ptolemaios XII pada tahun 51 SM, Kleopatra dan adiknya laki-lakinya, Ptolemaios XIII, naik takhta menjadi penguasa bersama. Di kemudian hari, timbul perseteruan di antara keduanya, sampai-sampai meletuskan perang saudara. Setelah Pompeyus dikalahkan oleh saingannya, Yulius Kaisar, dalam Pertempuran Farsalos (bagian dari Perang Saudara Yulius Kaisar) di Yunani, negarawan Romawi itu melarikan diri ke Mesir, negara gundal Republik Romawi. Ptolemaios XIII menyuruh orang membunuh Pompeyus, ketika Yulius Kaisar menduduki kota Aleksandria dalam rangka mengejar buronan Romawi itu. Selaku Konsul Republik Romawi, Yulius Kaisar berusaha mendamaikan Ptolemaios XIII dengan Kleopatra, namun Poteinos, penasihat utama Ptolemaios XIII, menilai syarat-syarat perdamaian yang ditetapkan Yulius Kaisar lebih menguntungkan pihak Kleopatra, sehingga bala tentara Ptolemaios XIII (di kemudian hari dikuasai oleh adik perempuan Kleopatra, Arsinoe IV) dikerahkan untuk mengepung Yulius Kaisar dan Kleopatra di istana Aleksandria. Aksi pengepungan ini berakhir setelah tiba bala bantuan dari Pergamon dan Yudea pada permulaan tahun 47 SM. Ptolemaios XIII akhirnya gugur dalam Pertempuran Sungai Nil, dan Arsinoe IV dihukum menjalani pembuangan di Efesus. Kleopatra dan adik laki-lakinya, Ptolemaios XIV, dinobatkan menjadi penguasa bersama atas tanah Mesir oleh Yulius Kaisar, yang kala itu telah terpilih menjadi Diktator Republik Romawi. Yulius Kaisar menjalin hubungan asmara dengan Kleopatra, dan menghasilkan seorang putra yang diberi nama Kaisarion (Ptolemaios XV). Kleopatra mengadakan lawatan ke Roma selaku ratu negara gundal Republik Romawi pada tahun 46 dan 44 SM. Selama lawatannya di kota itu, ia tinggal di vila milik Yulius Kaisar. Ketika Yulius Kaisar tewas terbunuh pada tahun 44 SM, Kleopatra berusaha agar Kaisarion diakui sebagai ahli waris mendiang ayahnya, namun yang akhirnya diakui sebagai ahli waris adalah Oktavianus, putra dari kemenakan Yulius Kaisar, yang di kemudian hari dikenal dengan nama Agustus setelah dinobatkan menjadi Kaisar Romawi yang pertama pada tahun 27 SM. Kleopatra kemudian menyuruh orang membunuh Ptolemaios XIV, dan menobatkan Kaisarion menjadi penguasa bersama atas tanah Mesir.

Dalam Perang Saudara Liberator (43–42 SM), Kleopatra berpihak pada persekutuan Triwira Romawi kedua yang dibentuk oleh Oktavianus, Markus Antonius dan Markus Emilius Lepidus. Setelah bertemu di Tarsos pada tahun 41 SM, Kleopatra dan Markus Antonius menjalin hubungan asmara yang membuahkan tiga orang putra-putri, yakni pasangan kembar Aleksandros Helios dan Kleopatra Selene II, serta Ptolemaios Filadelfos. Markus Antonius memanfaatkan kewenangannya selaku salah seorang Triwira Romawi untuk mengeksekusi mati Arsinoe IV atas permintaan Kleopatra. Markus Antonius kian bergantung pada Kleopatra sebagai sumber dana maupun bala bantuan semasa menginvasi Kekaisaran Partia dan Kerajaan Armenia. Dalam pencanangan Donasi Aleksandria, putra-putri Kleopatra dan Markus Antonius dipermaklumkan sebagai penguasa atas sejumlah wilayah yang sebelumnya berada di bawah kewenangan Markus Antonius. Peristiwa ini, ditambah pula dengan tindakan Markus Antonius menikahi Kleopatra setelah menceraikan Oktavia, kakak Oktavianus, menyulut perang terakhir Republik Romawi. Setelah melakukan perang propaganda, Oktavianus memaksa sekutu-sekutu Markus Antonius yang duduk di dalam Senat Romawi untuk menyingkir dari Roma pada tahun 32 SM, dan memaklumkan perang terhadap Kleopatra. Armada tempur Markus Antonius dan Kleopatra dikalahkan dalam Pertempuran Aktion pada tahun 31 SM, oleh panglima kubu Oktavianus, Markus Vipsanius Agripa. Bala tentara Oktavianus menginvasi Mesir pada tahun 30 SM, dan berhasil mengalahkan bala tentara Markus Antonius, yang akhirnya bunuh diri. Ketika mengetahui bahwa Oktavianus berniat memboyongnya ke Roma untuk dipertontonkan dalam pawai kemenangan bala tentara Romawi, Kleopatra pun memutuskan untuk bunuh diri dengan menggunakan racun. Menurut keyakinan umum, Kleopatra bunuh diri dengan cara dipatuk ular beludak.

Nama besar Kleopatra terabadikan dalam bentuk karya-karya seni rupa, baik yang kuno maupun modern, dan dramatisasi kejadian-kejadian yang pernah ia alami semasa hidup dalam karya-karya sastra maupun media lainnya. Hal-ihwal pribadinya dijabarkan dalam karya-karya tulis historiografi Romawi dan puisi-puisi Latin. Pada umumnya puisi-puisi Latin ini menimbulkan kesan yang kurang baik mengenai dirinya, dan kesan semacam inilah yang di kemudian hari disiarkan oleh karya-karya sastra Abad Pertengahan dan Abad Pembaharuan. Di bidang seni rupa Abad Kuno, sosok Kleopatra dimunculkan pada kepingan-kepingan uang logam keluaran Romawi dan Kerajaan Wangsa Ptolemaios, arca-arca, patung-patung dada, relief-relief, karya-karya seni ukir kaca, karya-karya seni ukir kameo dan lukisan-lukisan. Sosoknya juga ditampilkan dalam karya-karya seni budaya Abad Pembaharuan dan karya-karya seni budaya berlanggam Barok, yang meliputi karya-karya seni pahat, seni lukis, seni puisi, serta seni pementasan seperti sandiwara Antonius dan Kleopatra (1608) karya William Shakespeare, dan opera Giulio Cesare in Egitto (1724) gubahan Georg Friedrich Händel. Pada Zaman Modern, sosok Kleopatra muncul dalam karya-karya seni rupa terapan maupun seni rupa murni, karya-karya sastra satire burlesque, film-film produksi Hollywood semisal Cleopatra (1963), dan gambar-gambar merek sejumlah barang dagangan, setelah Kleopatra menjadi ikon budaya pop Egiptomania semenjak Zaman Victoria.

Etimologi

Nama Kleopatra (aksara Yunani: Κλεοπάτρα) adalah nama Yunani Kuno yang berarti "muruah ayahanda".[7] Nama ini dibentuk dari gabungan kata kléos (aksara Yunani: κλέος) yang berarti "muruah",[8] dan kata patḗr (aksara Yunani: πατήρ) yang berarti "ayah". Bentuk maskulin dari nama ini dapat berupa Kleopatros (aksara Yunani: Κλεόπατρος) atau Patroklos (aksara Yunani: Πάτροκλος).[9] Kleopatra juga adalah nama adik perempuan Aleksander Agung (Kleopatra dari Makedonia), dan nama istri Meleagros (Kleopatra Alkione) dalam mitologi Yunani.[10] Nama ini mulai dipakai di kalangan wangsa Ptolemaios setelah Ptolemaios V Epifanes menikahi Kleopatra I Sira (putri wangsa Seleukos).[11][12] Kleopatra menyandang gelar Tea Filopatora (aksara Yunani: Θεά Φιλοπάτωρα) yang berarti "dewi pengasih ayahanda."[13][14][note 6]

Riwayat hidup

Latar belakang

Ptolemaios XII Auletes, ayah Kleopatra VII, karya seni pahat potret berlanggam Helenistik, tersimpan di Louvre, Paris[15]

Firaun-firaun dari wangsa Ptolemaios dinobatkan oleh Imam Besar Ptah di kota Memfis, tetapi bermastautin di Aleksandria, kota multibudaya bercorak Yunani yang didirikan oleh Aleksander Agung, tokoh termasyhur asal Makedonia.[16][17][18][note 7] Firaun-firaun wangsa Ptolemaios bertutur dalam bahasa Yunani, dan memerintah Mesir selayaknya kepala-kepala monarki Yunani Helenistik, bahkan menolak mempelajari bahasa asli Mesir.[19][20][21][note 4] Kleopatra justru berbeda; ia sudah mampu bertutur dalam beberapa macam bahasa saat mencapai usia dewasa, dan menjadi penguasa pertama dari wangsa Ptolemaios yang belajar bahasa Mesir.[22][23][21][note 8] Ia juga mampu bertutur dalam bahasa Etiopia, bahasa Trogodit, bahasa Ibrani (atau bahasa Aram), bahasa Arab, bahasa Suriah (mungkin bahasa Suryani), bahasa Media, bahasa Partia, dan bahasa Latin, meskipun orang-orang Romawi sezamannya lebih suka bercakap-cakap dengannya dalam bahasa Yunani Koine, bahasa ibunya.[23][21][24][note 9] Bahasa-bahasa yang dikuasai Kleopatra selain bahasa Yunani, bahasa Mesir, dan bahasa Latin, mencerminkan hasratnya untuk menguasai kembali daerah-daerah di Afrika Utara dan Asia Barat yang pernah menjadi bagian dari wilayah Kerajaan Wangsa Ptolemaios.[25]

Campur tangan Romawi dalam urusan pemerintahan Mesir sudah berlangsung lama sebelum masa pemerintahan Kleopatra.[26][27][28] Ptolemaios IX Latiros mangkat pada penghujung tahun 81 SM, dan digantikan oleh putrinya, Berenike III.[29][30] Penentangan yang muncul di lingkungan istana terhadap gagasan penobatan seorang perempuan menjadi kepala monarki tanpa pendamping membuat Berenike III terpaksa bersedia untuk menikah dan memerintah bersama-sama dengan saudara sepupu sekaligus anak tirinya, Ptolemaios XI Aleksandros II, sesuai dengan arahan Diktator Republik Romawi, Sula.[29][30] Tak seberapa lama selepas menikah pada tahun 80 SM, Ptolemaios XI menyuruh orang membunuh Berenike III, namun ia sendiri akhirnya tewas dihakimi massa dalam kerusuhan yang dipicu oleh peristiwa pembunuhan Berenike III.[29][31][32] Ptolemaios XI, dan mungkin pamannya, Ptolemaios IX, atau mungkin pula ayahnya, Ptolemaios X Aleksandros I, menjadikan Kerajaan Wangsa Ptolemaios sebagai jaminan pinjaman dana dari Republik Romawi, sehingga pemerintah Republik Romawi memiliki landasan hukum untuk mengambil alih pemerintahan Mesir, negara gundal Republik Romawi, ketika Ptolemaios XI mangkat dibunuh.[29][33][34] Meskipun demikian, pemerintah Republik Romawi justru memutuskan untuk memecah wilayah Kerajaan Wangsa Ptolemaios, dan membagi-bagikannya kepada anak-anak haram Ptolemaios IX. Siprus diserahkan kepada Ptolemaios dari Siprus, sementara Mesir diserahkan kepada Ptolemaios XII Auletes.[29][31]

Masa kecil

Kleopatra VII lahir pada awal tahun 69 SM sebagai putri pasangan Firaun Ptolemaios XII Auletes dan seorang perempuan yang tidak diketahui namanya.[35][note 10] Mungkin saja ibu Kleopatra adalah permaisuri Ptolemaios XII, Kleopatra VI Trifaina (juga dikenal sebagai Kleopatra V Trifaina),[36][18][note 3] yakni ibu dari kakak Kleopatra, Berenike IV Epifaneia.[37][38][39][note 11] Nama Kleopatra Trifaina tidak lagi disebut-sebut dalam catatan-catatan resmi kerajaan beberapa bulan setelah kelahiran Kleopatra pada tahun 69 SM.[40][41] Tiga anak Ptolemaios XII yang paling kecil, yakni Arsinoe IV, Ptolemaios XIII Teos Filopator, dan Ptolemaios XIV,[37][38][39] lahir sepeninggal permaisurinya.[42][43] Guru pribadi Kleopatra semasa kecil adalah Filostratos, yang mengajarinya seni berpidato dan ilmu filsafat Yunani.[44] Sewaktu remaja, Kleopatra agaknya menuntut ilmu di Mouseion, lembaga ilmu pengetahuan dan seni budaya Helenistik yang juga mencakup Perpustakaan Aleksandria.[45][46]

Masa pemerintahan dan pembuangan Ptolemaios XII

Pada tahun 65 SM, Sensor Markus Lisinius Krasus mengemukakan pendapatnya di hadapan Senat Republik Romawi bahwa Roma sepatutnya menganeksasi Mesir, namun usulannya maupun usulan serupa dari Tribun Servilius Rulus pada tahun 63 SM ditolak oleh senat.[47][48] Ptolemaios XII menanggapi ancaman kemungkinan aneksasi ini dengan menawarkan imbalan dan hadiah-hadiah mewah kepada para negarawan Romawi yang memiliki kekuasaan besar semisal Pompeyus sewaktu berperang melawan Mitridates VI dari Pontos, dan juga kepada Yulius Kaisar setelah terpilih menjadi konsul pada tahun 59 SM.[49][50][51][note 12] Meskipun demikian, perilaku hidup boros Ptolemaios XII membuatnya jatuh bangkrut sehingga terpaksa berhutang pada cukong Romawi, Gayus Rabirius Postumus.[52][53][54]

Lukisan potret Kleopatra dengan rambut merah dan bentuk wajah yang khas, kepalanya dihiasi diadem kerajaan dan jepitan rambut bertatahkan mutiara, agaknya dibuat setelah kemangkatannya, dari Ercolano, Italia, abad pertama tarikh Masehi[55][56][note 13]

Pada tahun 58 SM, Republik Romawi menganeksasi Siprus. Dengan dakwaan melakukan perompakan, pihak Romawi mendesak Ptolemaios dari Siprus, adik laki-laki Ptolemaios XII, untuk bunuh diri alih-alih menjalani hukuman pembuangan di Pafos.[57][58][54][note 14] Ptolemaios XII memutuskan untuk tidak mengungkit-ungkit kematian adiknya di muka umum. Sikap seperti ini, ditambah pula dengan penyerahan wilayah kekuasaan turun-temurun wangsa Ptolemaios kepada Republik Romawi, membuat Ptolemaios XII kehilangan kepercayaan rakyatnya, yang kala itu sudah tidak puas dengan kebijakan-kebijakan ekonominya.[57][59][60] Ptolemaios XII kemudian dipaksa meninggalkan Mesir. Mula-mula ia pindah ke Rodos, kemudian ke Athena, dan akhirnya ke vila milik Triwira Pompeyus di daerah perbukitan Albanus, dekat Preneste, Italia.[57][58][61][note 15] Ptolemaios XII tinggal hampir setahun lamanya di tempat yang terletak di kawasan sekitar kota Roma itu, agaknya ditemani oleh putrinya, Kleopatra, yang kala itu berumur sekitar 11 tahun.[57][61][note 16] Berenike IV mengirim rombongan perutusan ke Roma guna mengukuhkan kekuasaannya sekaligus mencegah pemulihan kekuasaan ayahnya, namun Ptolemaios XII mengirim pembunuh untuk menewaskan kepala rombongan perutusan itu. Peristiwa ini sengaja ditutup-tutupi oleh orang-orang kuat di Roma yang mendukungnya.[62][53][63][note 17] Manakala Senat Romawi menolak memberi bekal dan sepasukan tentara untuk menemani kepulangannya ke Mesir, Ptolemaios XII memutuskan untuk meninggalkan Roma pada penghujung tahun 57 SM, dan pindah ke Kuil Artemis di Efesus.[64][65][66]

Para cukong Romawi yang memodali Ptolemaios XII bertekad mengembalikannya ke tampuk kekuasaan.[67] Pompeyus membujuk Aulus Gabinius, Wali Negeri Romawi atas Suriah, untuk menginvasi Mesir dan memulihkan kekuasaan Ptolemaios XII dengan imbalan 10.000 talenta.[67][68][69] Meskipun melanggar hukum Romawi, Aulus Gabinius mengerahkan pasukannya untuk menginvasi Mesir pada musim semi tahun 55 SM melalui Yudea, wilayah kekuasaan wangsa Hasmonayim, tempat bala tentara yang dipimpin orang-orang Romawi itu dipasoki perbekalan oleh Antipater Orang Edom, ayah Herodes Agung, atas perintah Hurqanos II.[67][70] Selaku seorang perwira muda dalam jajaran pasukan berkuda, Markus Antonius kala itu bertugas di bawah pimpinan Aulus Gabinius. Watak kepemimpinannya tampak menonjol tatkala mencegah Ptolemaios XII membantai habis warga Pelousion, juga ketika menyelamatkan jenazah Arkelaos, suami Berenike IV, yang gugur dalam pertempuran, serta memastikan agar jenazah Arkelaos dimakamkan secara layak sesuai dengan statusnya sebagai raja.[71][72] Kleopatra, yang kala itu sudah berumur 14 tahun, tentunya juga ikut dalam rombongan bala tentara Romawi yang bergerak menuju Mesir. Bertahun-tahun kemudian, Markus Antonius mengakui bahwa pada saat itulah ia pertama kali jatuh cinta pada Kleopatra.[71][73]

Aulus Gabinius dihadapkan ke sidang mahkamah di Roma atas dakwaan penyalahgunaan kewenangan, dan diputuskan tidak bersalah, namun dalam sidang mahkamah kedua yang mengadilinya atas dakwaan menerima suap, ia diputuskan bersalah dan dijatuhi hukum buang. Tujuh tahun kemudian, pada tahun 48 SM, ia dipanggil pulang dari pembuangan oleh Yulius Kaisar.[74][75] Markus Lisinius Krasus menjadi Wali Negeri Suriah yang baru menggantikan Aulus Gabinius, dan memperluas wilayah kewenangannya sampai ke Mesir, namun akhirnya tewas dibunuh orang Partia dalam Pertempuran Karai pada tahun 53 SM.[74][76] Ptolemaios XII menjatuhkan hukuman mati terhadap Berenike IV berikut para hartawan pendukungnya, dan menyita seluruh harta kekayaan mereka.[77][78][79] Ia mengizinkan Pasukan Gabiniani, garnisun Romawi titipan Aulus Gabinius yang sebagian besar personelnya adalah orang-orang Jermani dan Galia, untuk bertidak keras terhadap masyarakat di jalanan kota Aleksandria, dan mengangkat Gayus Rabirius Postumus, cukong Romawi yang sudah lama memodalinya itu, menjadi menteri keuangan.[77][80][81][note 18] Dalam setahun, Gayus Rabirius Postumus ditempatkan di bawah penjagaan ketat, lalu diberangkatkan pulang ke Roma setelah keselamatan nyawanya terancam akibat tindakan-tindakannya yang menguras habis sumber-sumber daya tanah Mesir.[82][83][79][note 19] Meskipun disibukkan dengan semua permasalahan ini, Ptolemaios XII masih menyempatkan diri untuk menyusun sepucuk surat wasiat berisi penunjukan Kleopatra dan Ptolemaios XIII sebagai ahli waris bersama atas takhta Mesir, mengawasi pengerjaan proyek-proyek besar seperti pembangunan Kuil Edfu dan pembangunan sebuah kuil di Dendera, serta memulihkan stabilitas perekonomian Mesir.[84][83][85][note 20] Menurut keterangan yang terukir pada dinding Kuil Hathor di Dendera, Kleopatra diangkat menjadi pemangku raja oleh Ptolemaios XII pada tanggal 31 Mei, tahun 52 SM.[86][87][88][note 21] Sampai akhir hayatnya, Ptolemaios XII tak kunjung tuntas melunasi utang-utangnya pada Gayus Rabirius Postumus, sehingga sisanya menjadi beban tanggungan para penggantinya, Kleopatra dan Ptolemaios XIII.[82][75]

Naik takhta

Kiri: Kleopatra berbusana selayaknya seorang firaun sedang menghaturkan sesaji kepada dewi Isis, pahatan pada tugu prasasti dari batu gamping, persembahan seorang Yunani bernama Onofris, diperkirakan berasal dari tahun 51 SM, tersimpan di Louvre, Paris
Kanan: Kartus nama Kleopatra dan Kaisarion pada tugu prasasti batu gamping Imam Besar Ptah di Mesir, diperkirakan berasal dari zaman wangsa Ptolemaios, tersimpan di Museum Arkeologi Mesir Petrie, London

Ptolemaios XII mangkat tak lama sebelum tanggal 22 Maret 51 SM, yakni hari keberangkatan Kleopatra ke Hermontis, yang terletak di dekat kota Tebai, untuk meresmikan penyembahan seekor banteng Baka baru, yang dipercaya sebagai perantara dewa Montu dalam agama Mesir Kuno. Pelayaran Kleopatra ke Hermontis ini merupakan tindakan perdananya selaku penguasa Mesir yang baru.[5][89][90][note 22] Tak seberapa lama selepas naik takhta, Kleoparta sudah harus menghadapi sejumlah permasalahan berat dan keadaan genting, antara lain bencana kelaparan akibat musim kemarau serta rendahnya tingkat luapan banjir tahunan Sungai Nil, dan perilaku sewenang-wenang para personel Pasukan Gabiniani, garnisun Romawi yang ditempatkan di Mesir oleh Aulus Gabinianus, yang kala itu sudah menganggur dan hidup berbaur dengan masyarakat Mesir.[91][92] Selain mewarisi sisa utang ayahnya, Kleopatra juga berutang 17,5 juta drakma pada Republik Romawi.[93]

Pada tahun 50 SM, Markus Kalpurnius Bibulus, Prokonsul Suriah, mengutus kedua putranya yang paling besar ke Mesir, agaknya untuk berunding dengan Pasukan Gabiniani sekaligus untuk merekrut mereka menjadi prajurit demi mempertahankan wilayah Suriah dari serangan orang Partia.[94] Pasukan Gabiniani justru menyiksa dan membunuh keduanya, mungkin karena diam-diam dihasut oleh para pejabat licik dalam majelis istana Kleopatra.[94][95] Kleopatra mengirim para personel Pasukan Gabiniani yang terlibat dalam peristiwa pembunuhan utusan Suriah sebagai tawanan kepada Markus Kalpurnius Bibulus untuk diadili, namun ia justru mengirim kembali para terdakwa ini kepada Kleopatra sambil mengecamnya karena telah mencampuri urusan pengadilan para terdakwa yang merupakan kewenangan khusus Senat Republik Romawi.[96][95] Markus Kalpurnius Bibulus, yang berpihak pada Pompeyus dalam Perang Saudara Yulius Kaisar, gagal menghalangi pendaratan armada tempur Yulius Kaisar di Yunani, sehingga Yulius Kaisar dapat leluasa bergerak menuju Mesir untuk membekuk Pompeyus.[96]

Semenjak tanggal 29 Agustus 51 SM, nama Kleopatra mulai dicantumkan dalam dokumen-dokumen resmi sebagai penguasa tunggal atas Kerajaan Wangsa Ptolemaios. Penyebutan dirinya sebagai penguasa tunggal dalam dokumen-dokumen resmi ini membuktikan bahwa Kleopatra menolak memerintah bersama-sama dengan Ptolemaios XIII.[93][95][97] Kleopatra mungkin pula menikah dengan Ptolemaios XIII,[76] namun tidak ada catatan mengenai hal ini.[5] Kawin sumbang yang dipraktikkan oleh wangsa Ptolemaios dalam bentuk perkawinan antar saudara kandung bermula dari pernikahan antara Ptolemaios II dan kakaknya, Arsinoe II.[98][99][100] Adat kawin sumbang yang sudah lama dipraktikkan di kalangan kerabat kerajaan Mesir ini dipandang keji oleh orang-orang Yunani kala itu,[98][99][100][note 23] namun sudah dianggap sebagai bentuk perjodohan yang lumrah bagi para penguasa dari wangsa Ptolemaios pada masa pemerintahan Kleopatra.[98][99][100]

Sekalipun ditolak oleh Kleopatra, Ptolemaios XIII masih didukung oleh orang-orang kuat, terutama Poteinos, sida-sida yang pernah menjadi guru pribadinya semasa kanak-kanak, dan yang kala itu telah menjadi wali sekaligus bendaharanya.[101][92][102] Orang-orang lain yang turut bersekongkol melawan Kleopatra adalah Akilas, salah seorang senapati utama, dan Teodotos dari Kios, salah seorang guru pribadi Ptolemaios XIII.[101][103] Kleopatra agaknya sempat pula menjalin persekutuan dengan adik laki-lakinya, Ptolemaios XIV, namun pada musim gugur tahun 50 SM, Ptolemaios XIII mulai menguasai kancah perseteruan sehingga mulai berani menandatangani dokumen-dokumen mendahului Kleopatra, disusul pula dengan penetapan permulaan masa pemerintahannya pada tahun 49 SM.[5][104][105][note 24]

Pembunuhan Pompeyus

Patung dada Pompeyus, karya seni pahat potret Romawi pada masa pemerintahan Kaisar Agustus (27 SM – 14 M), tiruan dari patung asli buatan tahun 70–60 SM, Museum Arkeologi Nasional Venesia, Italia

Pada musim panas tahun 49 SM, Kleopatra beserta bala tentaranya masih berjuang melawan Ptolemaios XIII di dalam kota Aleksandria ketika putra Pompeyus yang bernama Nyeus Pompeyus datang meminta bala bantuan atas nama ayahnya.[104] Yulius Kaisar pulang ke Italia dari medan perang di Galia dengan menyeberangi Sungai Rubiko pada bulan Januari 49 SM, sehingga membuat Pompeyus dan para pendukungnya terpaksa menyingkir ke Yunani.[106][107] Dalam maklumat bersama yang agaknya merupakan maklumat bersama terakhir yang dikeluarkan oleh Kleopatra dan Ptolemaios XIII, kedua penguasa Mesir ini berkenan mengabulkan permintaan Nyeus Pompeyus, dan mengerahkan 60 buah kapal berikut 500 pasukan prajurit, termasuk Pasukan Gabiniani. Tindakan ini membantu mengurangi sebagian dari beban utang Mesir pada Republik Romawi.[106][108] Setelah kalah dalam perang melawan Ptolemaios XIII, Kleopatra terpaksa mundur dari Aleksandria dan berlindung di daerah Tebai.[109][110][111] Pada musim semi tahun 48 SM, Kleopatra melakukan lawatan ke Suriah Romawi bersama adik perempuannya, Arsinoe IV, dalam rangka menghimpun bala tentara yang akan dikerahkan untuk menginvasi Mesir.[112][105][113] Kleopatra pulang ke Mesir membawa bala tentara, namun pergerakannya menuju kota Aleksandria dirintangi oleh bala tentara Ptolemaios XIII yang juga mengerahkan sejumlah personel Pasukan Gabiniani untuk memeranginya, sehingga Kleopatra beserta bala tentaranya terpaksa berkemah di luar kota Pelousion yang terletak di kawasan timur Delta Nil.[114][105][115]

Di Yunani, bala tentara Yulius Kaisar menggempur bala tentara Pompeyus dalam Pertempuran Farsalos pada tanggal 9 Agustus 48 SM. Bala tentara Pompeyus nyaris seluruhnya binasa, dan Pompeyus sendiri terpaksa melarikan diri ke Tirus, Lebanon.[114][116][117][note 25] Karena merasa akrab dengan wangsa Ptolemaios, Pompeyus memutuskan untuk mencari suaka ke Mesir dan membentuk angkatan bersenjata yang baru di negeri itu,[118][117][115][note 26] namun para penasihat Ptolemaios XIII khawatir Pompeyus akan menjadikan Mesir sebagai pangkalan kekuatan tempurnya dalam suatu perang saudara bangsa Romawi yang berlarut-larut.[118][119][120] Dengan tipu muslihat yang dirancang oleh Teodotos, Pompeyus dipancing melalui undangan tertulis untuk mendarat di dekat Pelousion, lantas disergap dan ditikam hingga tewas pada tanggal 28 September 48 SM.[118][116][121][note 27] Ptolemaios XIII merasa telah berhasil unjuk gigi sekaligus meredakan ketegangan dengan memenggal dan mengawetkan kepala jenazah Pompeyus, lalu mengirimkannya kepada Yulius Kaisar yang tiba di Aleksandria pada awal bulan Oktober dan menjadikan istana kerajaan sebagai tempat tinggalnya.[122][123][124][note 27] Yulius Kaisar mengungkapkan dukacita dan kegusarannya atas peristiwa pembunuhan Pompeyus, serta mengimbau Ptolemaios XIII maupun Kleopatra untuk membubarkan bala tentara masing-masing dan berdamai satu sama lain.[122][125][124][note 28]

Kedekatan dengan Yulius Kaisar

Ptolemaios XIII memimpin bala tentaranya memasuki kota Aleksandria, bertentangan dengan imbauan Yulius Kaisar untuk terlebih dahulu membubarkan dan meninggalkan mereka.[126][127] Kleopatra mula-mula mengirim utusan-utusannya menghadap Yulius Kaisar, namun konon setelah mendengar kabar bahwa Yulius Kaisar gemar menjalin hubungan asmara dengan perempuan-perempuan bangsawan, Kleopatra akhirnya datang sendiri ke Aleksandria untuk bertatap muka secara langsung dengan Yulius Kaisar.[126][128][127] Sejarawan Lusius Kasius Dio meriwayatkan bahwa Kleopatra menghadap Yulius Kaisar tanpa sepengetahuan Ptolemaios XIII, tampil dengan dandanan yang memesona, dan memikat hati Yulius Kaisar dengan budi bahasanya.[126][129][130] Sejarawan Ploutarkos meriwayatkan peristiwa ini dalam bentuk yang lain sama sekali, bahkan mungkin hanya dongeng belaka, yakni bahwasanya Kleopatra digulung dengan tilam dan diselundupkan ke dalam istana demi berjumpa dengan Yulius Kaisar.[126][131][132][note 29]

Potret Tuskulum, patung dada Yulius Kaisar buatan Romawi, berasal dari masa hidupnya, tersimpan di Museum Arkeologi Torino, Italia

Ketika mengetahui bahwa kakaknya berada di dalam istana dan sedang beramah-tamah dengan Yulius Kaisar, Ptolemaios XIII berusaha menghasut warga Aleksandria untuk mengobarkan kerusuhan, namun akhirnya dibekuk oleh Yulius Kaisar yang mampu menjinakkan kerumunan perusuh dengan kefasihannya berpidato.[133][134][135] Yulius Kaisar selanjutnya membawa Kleopatra dan Ptolemaios XIII ke hadapan sidang majelis warga kota Aleksandria, lalu membacakan surat wasiat dari mendiang Ptolemaios XII—sebelumnya disimpan oleh Pompeyus—yang menetapkan Kleopatra dan Ptolemaios XIII sebagai ahli waris bersama atas takhta Kerajaan Wangsa Ptolemaios.[136][134][128][note 30] Yulius Kaisar juga hendak menobatkan kedua adik mereka, Arsinoe IV dan Ptolemaios XIV, menjadi penguasa bersama atas Siprus, agar memuskilkan peluang munculnya penguasa tandingan yang merasa berhak menduduki takhta Mesir, sekaligus untuk mengobati kekecewaan rakyat Kerajaan Wangsa Ptolemaios akibat pencaplokan Pulau Siprus oleh Republik Romawi pada tahun 58 SM.[137][134][138][note 30]

Karena menilai rancangan Yulius Kaisar ini lebih menguntungkan Kleopatra ketimbang Ptolemaios XIII, dan karena memperkirakan bala tentara Ptolemaios XIII yang berkekuatan 20.000 personel termasuk Pasukan Gabiniani akan mampu mengalahkan pasukan Yulius Kaisar yang tanpa sokongan dan hanya terdiri atas 4.000 personel, Poteinos memutuskan untuk mengerahkan bala tentara Ptolemaios XIII di bawah pimpinan Akilas ke Aleksandria untuk menyerang Yulius Kaisar maupun Kleopatra.[137][134][139][note 31] Tindakan ini mengakibatkan Yulius Kaisar dan Kleopatra terperangkap di dalam istana Aleksandria yang terkepung sampai dengan tahun berikutnya, yakni tahun 47 SM.[140][125][141][note 32] Setelah Yulius Kaisar berhasil mengeksekusi mati Poteinos, Arsinoe IV menggabungkan kekuatan tempurnya dengan kekuatan tempur yang dipimpin Akilas dan dipermaklumkan sebagai ratu. Tak seberapa lama kemudian, Arsinoe IV memerintahkan guru pribadinya yang bernama Ganimedes untuk membunuh Akilas dan mengambil alih jabatannya selaku senapati.[142][143][144][note 33] Ganimedes selanjutnya memperdaya Yulius Kaisar untuk mengutus Ptolemaios XIII, mantan tahanannya, selaku juru runding, yang akhirnya malah bergabung dengan bala tentara Arsinoe IV.[142][145][146]

Antara bulan Januari dan bulan Maret tahun 47 SM, bala bantuan Yulius Kaisar tiba di Mesir, termasuk pasukan-pasukan yang dipimpin oleh Mitridates dari Pergamon dan Antipater Orang Edom.[142][125][147][note 34] Ptolemaios XIII dan Arsinoe IV menarik mundur bala tentara mereka ke Sungai Nil, namun tak mampu mengelak dari serangan Yulius Kaisar. Ptolemaios XIII mencoba meloloskan diri dengan perahu, namun perahu yang ditumpanginya terbalik dan ia sendiri tewas tenggelam.[148][125][149][note 35] Ganimedes mungkin gugur dalam pertempuran, Teodotos tertangkap bertahun-tahun kemudian di Asia oleh Markus Yunius Brutus lalu dieksekusi mati, sementara Arsinoe IV dipaksa menjadi bahan tontonan khalayak ramai dalam pawai kemenangan Yulius Kaisar di Roma sebelum menjalani pembuangan di Kuil Artemis, Efesus.[150][151][152] Kleopatra justru berdiam diri di dalam istana dan sama sekali tidak melibatkan diri dalam segala hiruk-pikuk ini, mungkin sekali karena ia tengah mengandung anak hasil hubungan asmaranya dengan Yulius Kaisar semenjak bulan September 47 SM.[153][154][155]

Masa jabatan Yulius Kaisar sebagai konsul telah berakhir pada penghujung tahun 48 SM.[150] Meskipun demikian, Antonius, perwira bawahannya, mengusahakan agar Yulius Kaisar terpilih menjadi diktator untuk masa jabatan satu tahun, yakni sampai dengan bulan Oktober tahun 47 SM. Dengan demikian Yulius Kaisar memiliki kewenangan untuk menuntaskan sengketa wangsa Ptolemaios di Mesir.[150] Demi mencegah terulangnya permasalahan yang pernah dihadapi kakak Kleopatra, Berenike IV, akibat naik takhta menjadi penguasa tunggal perempuan, Yulius Kaisar menobatkan adik laki-laki Kleopatra yang baru berumur 12 tahun, yakni Ptolemaios XIV, menjadi penguasa bersama-sama dengan Kleopatra yang sudah berumur 22 tahun. Kedua adik-beradik ini menikah sekadar untuk memenuhi syarat menjadi pasangan penguasa di mata rakyat, namun Kleopatra tetap hidup bersama dengan Yulius Kaisar.[156][125][147][note 36] Tidak diketahui secara pasti bilamana Siprus dikembalikan kepada Kerajaan Wangsa Ptolemaios, namun Kleopatra diketahui menempatkan wali negeri di pulau itu pada tahun 42 SM.[157][147]

Cléopâtre et César, karya Jean-Léon Gérôme, 1866

Konon kabarnya Yulius Kaisar ikut serta dalam pelayaran tamasya Kleopatra menyusuri Sungai Nil untuk melihat-lihat sekian banyak bangunan megah yang didirikan oleh bangsa Mesir,[125][158][159] namun mungkin saja kabar ini hanyalah sebuah dongeng romantis belaka yang mencerminkan kebiasaan orang-orang kaya Romawi di masa-masa kemudian, bukan peristiwa sejarah yang benar-benar terjadi.[160] Sejarawan Gayus Suetonius Trankuilus merawikan kisah pelayaran tamasya itu secara lebih terperinci lagi. Ia bahkan menyebutkan bahwa wahana yang dipakai dalam pelayaran itu adalah Talamegos, tongkang pesiar yang dibangun atas perintah Ptolemaios IV. Pada masa pemerintahan Ptolemaios IV, tongkang ini memiliki panjang 300 kaki (91 m), dengan tinggi mencapai 80 kaki (24 m). Laksana sebuah vila terapung, Talamegos diperlengkapi dengan bilik-bilik perjamuan, bilik-bilik pribadi, bilik-bilik pemujaan, dan selasar di sekeliling dua geladaknya.[160][161] Yulius Kaisar tentunya akan bersedia diajak ikut serta dalam pelayaran menyusuri Sungai Nil semacam ini, karena ia adalah seorang peminat ilmu bumi yang sudah khatam karya-karya tulis Eratostenes dan Piteas. Mungkin saja ia berniat mencari tahu letak hulu Sungai Nil, namun pulang sebelum sampai ke Etiopia.[162][163]

Yulius Kaisar bertolak meninggalkan Mesir sekitar bulan April 47 SM, agaknya dalam rangka memerangi Farnakes II, putra Mithridates VI, Raja Pontos, yang kala itu sedang gencar merongrong kekuasaan Romawi di Anatolia.[164] Mungkin pula Yulius Kaisar tidak ingin dilihat orang sedang bersama-sama dengan Kleopatra pada saat persalinan anak mereka, mengingat statusnya sebagai suami sah Kalpurnia, seorang perempuan Romawi dari golongan terpandang.[164][158] Ia meninggalkan tiga legiun di Mesir, yang di kemudian hari ditambah lagi menjadi empat legiun, di bawah pimpinan Libertus Rufio untuk melindungi kedudukan Kleopatra yang rentan diserang, namun mungkin pula untuk memata-matainya.[164][165][166]

Kaisarion, putra Kleopatra yang diyakini sebagai hasil hubungan asmaranya dengan Yulius Kaisar, lahir pada tanggal 23 Juni 47 SM, dan mula-mula diberi nama "Firaun Kaisar". Nama inilah yang terabadikan pada sebuah tugu prasasti di Serapeion (kuil Serapis) kota Memfis.[167][125][168][note 37] Mungkin karena pernikahannya dengan Kalpurnia tak kunjung menghasilkan keturunan, Yulius Kaisar tidak menggembar-gemborkan kelahiran Kaisarion di muka umum (namun mungkin diam-diam mengakui Kaisarion sebagai putranya).[169][note 38] Di lain pihak, Kleopatra berulang kali mengeluarkan pernyataan resmi bahwa Yulius Kaisar adalah ayah dari Kaisarion.[169][170][171]

Patung potret seorang ratu wangsa Ptolemaios, mungkin sekali Kleopatra, ca. 51–30 SM, tersimpan di Museum Brooklyn[172]

Kleopatra dan Ptolemaios XIV melakukan lawatan ke Roma sekitar penghujung tahun 46 SM, mungkin tanpa membawa serta Kaisarion, dan menginap di vila milik Yulius Kaisar yang terletak di dalam kawasan Horti Kaisaris.[173][168][174][note 39] Sama seperti mendiang ayah mereka, Kleopatra maupun Ptolemaios XIV dianugerahi status resmi menjadi "kawan dan mitra rakyat Romawi" (bahasa Latin: socius et amicus populi Romani) oleh Yulius Kaisar, dan dengan demikian menjadikan mereka penguasa-penguasa gundal yang setia pada Roma.[175][176][177] Orang-orang mendatangi vila milik Yulius Kaisar yang terletak di seberang Sungai Tiber untuk menjumpai Kleopatra. Salah seorang di antaranya adalah Senator Sisero yang mendapat kesan bahwa Kleopatra adalah orang yang angkuh.[178][179] Sosigenes dari Aleksandria, salah seorang ahli majelis istana Kleopatra, membantu Yulius Kaisar menyusun Kalender Yulius, sistem penanggalan baru yang mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari 45 SM.[180][181][182] Di dalam Kuil Venus Jenetriks di alun-alun Kaisar, yang diresmikan pada tanggal 25 September 46 SM, disemayamkan sebuah arca emas Kleopatra (tersimpan setidaknya sampai dengan abad ke-3 M). Patung ini menampilkan sosok ibu dari putra Yulius Kaisar itu sebagai Venus, dewi ibu bangsa Romawi.[183][181][184] Arca ini juga merupakan cara halus untuk memasukkan kepercayaan pada Isis, dewi bangsa Mesir, ke dalam agama bangsa Romawi.[178]

Keberadaan Kleopatra di kota Roma mungkin sekali turut berdampak pada peristiwa-peristiwa yang terjadi pada pesta hari raya Luperkalia, sebulan sebelum Yulius Kaisar terbunuh.[185][186] Markus Antonius berlagak hendak memasang diadem di kepala Yulius Kaisar, sementara Yulius Kaisar berlagak menolak diperlakukan demikian. Lakon ini agaknya sengaja direkayasa sebagai ikhtiar untuk mencari tahu seberapa besar penerimaan rakyat Romawi terhadap jabatan raja ala Helenistik.[185][186] Sisero, yang turut hadir dalam perayaan itu, secara berseloroh menanyakan dari mana datangnya diadem itu, yang jelas-jelas menyindir ratu wangsa Ptolemaios yang sangat dibencinya.[185][186] Yulius Kaisar terbunuh pada Idus Martiae (hari Purnama bulan Maret, bertepatan dengan tanggal 15 Maret 44 SM), namun Kleopatra tetap tinggal di Roma sampai sekitar pertengahan bulan April, karena berharap Kaisarion akan diakui sebagai ahli waris Yulius Kaisar.[187][188][189] Namun dalam surat wasiatnya, Yulius Kaisar ternyata menetapkan Oktavianus, putra dari kemenakan perempuannya, sebagai ahli waris utamanya. Oktavianus tiba di Italia sekitar waktu Kleopatra memutuskan untuk pulang ke Mesir.[187][188][190] Beberapa bulan kemudian, Ptolemaios XIV tewas diracun orang suruhan Kleopatra, dan Kaisarion naik takhta menjadi penguasa Mesir bersama-sama dengan ibunya.[191][192][171][note 40]

Kleopatra dalam perang saudara Liberator

Gerbang Kleopatra di Tarsos (sekarang Tarsus, Mersin, Turki), tempat Kleopatra berjumpa dengan Markus Antonius pada tahun 41 SM[193]

Oktavianus, Markus Antonius, dan Markus Emilius Lepidus membentuk persekutuan triwira yang kedua pada tahun 43 SM. Masing-masing triwira terpilih untuk menjalani masa jabatan selama lima tahun dengan tugas memulihkan ketertiban dalam negeri dan menyeret komplotan pembunuh Yulius Kaisar ke hadapan mahkamah.[194][195] Kleopatra menerima surat permohonan bala bantuan, baik dari Gayus Kasius Lonjinus, salah seorang anggota komplotan pembunuh Yulius Kaisar, maupun dari Publius Kornelius Dolabela, Prokonsul Suriah sekaligus salah seorang pendukung setia Yulius Kaisar.[194] Kleopatra memutuskan untuk mengirim surat penolakan kepada Gayus Kasius Lonjinus dengan dalih kerajaannya sedang berkutat dengan seabrek permasalahan dalam negeri. Pada saat yang sama, ia mengerahkan empat legiun yang ditinggalkan Yulius Kaisar di Mesir untuk membantu Publius Kornelius Dolabela,[194][196] namun bala bantuan ini dibekuk Gayus Kasius Lonjinus di Palestina.[194][196] Manakala Serapion, Wali Negeri Siprus bawahan Kleopatra, membelot ke kubu Gayus Kasius Lonjinus dan menyediakan kapal-kapal bagi kepentingannya, Kleopatra memutuskan untuk memimpin pelayaran armada miliknya menuju Yunani guna membantu Oktavianus dan Markus Antonius secara pribadi, namun kapal-kapal armada Kleopatra mengalami kerusakan parah akibat diamuk badai Laut Tengah sehingga terlambat datang untuk membantu memenangkan pertempuran.[194][197] Pada musim gugur tahun 42 SM, Markus Antonius akhirnya berjaya mengalahkan bala tentara komplotan pembunuh Yulius Kaisar dalam Pertempuran Filipi di Yunani. Lantaran kalah dalam pertempuran ini, Gayus Kasius Lonjinus dan Markus Yunius Brutus bunuh diri.[194][198]

Pada penghujung tahun 42 SM, Oktavianus sudah menguasai hampir seluruh kawasan barat dari wilayah kekuasaan Republik Romawi, dan Markus Antonius sudah menguasai kawasan timurnya, sementara Markus Emilius Lepidus kian jauh terpinggirkan.[199] Pada musim panas tahun 41 SM, Markus Antonius menjadikan kota Tarsos di Anatolia sebagai lokasi markasnya, dan beberapa kali mengirimkan surat panggilan kepada Kleopatra untuk datang menghadap. Meskipun mula-mula menolak mentah-mentah, Kleopatra akhirnya bersedia memenuhi panggilan untuk menghadap setelah dibujuk oleh Kuintus Delius, utusan Markus Antonius.[200][201] Pertemuan dengan Markus Antonius membuka peluang bagi Kleopatra untuk menjernihkan kesalahpahaman orang yang mengira bahwa ia menyokong Gayus Kasius Lonjinus selama berlangsungnya perang saudara bangsa Romawi, dan juga untuk membahas hal-ihwal pertukaran wilayah kekuasaan di kawasan Syam, tetapi Markus Antonius sudah tentu berhasrat pula untuk menjalin kedekatan pribadi dengan Ratu Mesir itu.[202][201][note 41] Kleopatra berlayar memudiki Sungai Kidnos menuju Tarsos dengan tongkang Talamegos, dan menjamu Antonius beserta perwira-perwira bawahannya dalam pesta perjamuan mewah yang digelar selama dua malam di atas tongkang pesiar itu.[203][204] Kleopatra berhasil membersihkan citranya dari prasangka sebagai penyokong Gayus Kasius Lonjinus dengan pernyataan bahwa ia sungguh-sungguh sudah berusaha membantu Publius Kornelius Dolabela di Suriah. Ia juga berhasil membujuk Markus Antonius untuk memerintahkan eksekusi mati terhadap adiknya, Arsinoe IV, yang hidup dalam pembuangan di Efesus.[205][206] Mantan Wali Negeri Siprus, bawahan Kleopatra yang membelot ke kubu lawan itu, juga diserahkan kepada Kleopatra untuk dieksekusi mati.[205][207]

Kedekatan dengan Markus Antonius

Sebuah patung dada Romawi dari konsul dan Triwira Markus Antonius, Museum Vatikan

Kleopatra mengundang Antonius untuk datang ke Mesir sebelum berangkat dari Tarsos, yang membuat Antonius mengunjungi Aleksandria pada November 41 SM.[205][208] Antonius disambut baik oleh masyarakat Aleksandria, atas aksi heroiknya dalam mengembalikan Ptolemi XII ke kekuasaan dan datang ke Mesir tanpa pasukan pendudukan seperti yang dilakukan oleh Caesar.[209][210] Di Mesir, Antonius masih menikmati gaya hidup kerajaan yang ia saksikan di atas kapal Kleopatra yang berlabuh di Tarsos.[211][207] Ia juga membawa serta para baahannya, seperti Publius Ventidius Bassus, memukul mundur pasukan Parthia dari Anatolia dan Siria.[210][212][213][note 42]

Kleopatra berhati-hati memilih Antonius sebagai mitranya untuk menghasilkan pewaris-pewaris tambahan, saat ia dituntut menjadi figur Romawi paling berkuasa mengikuti jejak Caesar.[214] Dengan kekuatan triumviral-nya, Antonius juga memiliki otoritas besar untuk merestorasi bekas wilayah Ptolemaik, yang sekarang berada di tangan Romawi, kepada Kleopatra.[215][216] Meskipun dijelaskan bahwa Silisia dan Siprus berada di bawah kekuasaan Kleopatra pada 19 November 38 SM, transfer tersebut diyakini dilakukan sebelumnya pada musim dingin 41–40 SM, pada masa ia bersama dengan Antonius.[215]

Pada musim semi 40 SM, Markus Antonius meninggalkan Mesir karena ketegangan di Siria, dimana gubernurnya Lucius Decidius Saxa dibunuh dan tentaranya diambil oleh Quintus Labienus, seorang mantan pejabat di bawah kepemimpinan Cassius yang sekarang berpihak pada Kekaisaran Parthia.[217] Kleopatra memberikan 200 kapal kepada Antonius untuk kampanyenya dan sebagai pembayaran untuk kawasannya yang baru diakuisisi.[217] Ia tak melihat Antonius lagi sampai 37 SM, namun ia surat menyurat dengannya, dan bukti menunjukkan bahwa ia mengirim seorang mata-mata ke kampnya.[217] Pada akhir 40 SM, Kleopatra melahirkan anak kembar, seorang anak laki-laki bernama Alexander Helios dan seorang anak perempuan bernama Cleopatra Selene II, keduanya diakui oleh Antonius sebagai anaknya.[218][219] Helios (Yunani: Ἥλιος), matahari, dan Selene (Yunani: Σελήνη), bulan, adalah lambang era baru dari peremajaan ulang masyarakat,[220] serta indikasi bahwa Kleopatra mengharapkan Atonius akan mengulang jejak Aleksander Agung dalam menaklukkan Persia.[210]

Kampanye Parthia ke kawasan timur yang dilakukan oleh Markus Antonius terganggu oleh Perang Perusin (41–40 BC), yang dilakukan oleh istri ambisiusnya Fulvia melawan Oktavianus dengan harapan membuat suaminya menjadi pemimpin Romawi tanpa sengketa.[220][221] Fulvia diyakini ingin menjauhkan Antonius dari Kleopatra, namun konflik tersebut timbul di Italia bahkan sebelum Kleopatra bertemu dengan Antonius di Tarsos.[222] Fulvia dan saudara Antonius Lucius Antonius kemudian dikepung oleh Oktavianus di Perusia (sekarang Perugia, Italia) dan kemudian diasingkan dari Italia, setelah Fulvia meninggal di Sikyon, Yunani saat berniat untuk memergoki Antonius.[223] Kematian mendadaknya berujung pada rekonsiliasi Oktavianus dan Antionius di Brundisium, Italia pada September 40 SM.[223][210] Disamping perjanjian yang dilakukan di Brundisium memadatkan kekuasaan Antonius atas kawasan timur Laut Ionia dari Republik Romawi, ini juga membuatnya merebut Italia, Hispania, dan Gaul, dan menikahi saudari Oktavianus Oktavia si Muda, seorang pesaing potensial bagi Kleopatra.[224][225]

Pertemuan Antonius dan Kleopatra, karya Lawrence Alma-Tadema, 1885

Pada Desember 40 SM, Kleopatra menerima Herodes I (Agung) di Aleksandria sebagai tamu tak diundang dan pengungsi yang kabur dari situasi mencekam di Yudea.[226] Herodes diangkat menjadi tetrakhi disana oleh Markus Antonius, namun ia kemudian dipergoki Antigonus II Mattathias dari dinasti Hasmonean yang lama berdiri.[226] Ia memenjarakan saudara Herodes dan rekan tetrarki-nya Phasael, yang dieksekusi saat Herodes kabur ke istana Kleopatra.[226] Kleopatra berniat untuk memberikannya bantuan militer, namun Herodes menolak dan pergi ke Roma, dimana triumvir Oktavianus dan Markus Antonius mengangkatnya menjadi raja Yudea.[227][228] Tindakan ini membuat Herodes berseteru dengan Kleopatra, yang ingin mengklaim kembali bekas kawasan Ptolemaik yang melingkupi kerajaan Herodian barunya.[227]

Hubungan antara Markus Antonius dan Kleopatra mungkin mengasam saat ia tak hanya menikahi Oktavianus, namun juga dikaruniai dua anak darinya, Antonia si Tua pada 39 SM dan Antonia Minor pada 36 SM, memindahkan markas besarnya ke Athena.[229] Namun, jabatan Kleopatra di Mesir terjaga.[210] Pesaingnya Herodes menduduki Yudea melalui perang saudara yang memakai bantuan militer Romawi yang besar, namun bukan dari Kleopatra.[229] Sejak otoritas triumviral Markus Antonius dan Oktavianus berakhir pada 1 Januari 37 SM, Oktavia mengadakan pertemuan di Tarentum dimana triumvirat resmi diperpanjang sampai 33 SM.[230] Dengan dua legiun yang diraih oleh Oktavianus dan seribu prajurit yang dipegang oleh Oktavia, Markus Antonius datang ke Antiokhia dimana ia mempersiapkan perang melawan Parthia.[231]

Antonius membujuk Kleoptra ke Antiokhia untuk membicarakan masalah-masalah yang ditekankan seperti kerajaan Herodes dan dukungan keuangan untuk kampanye Parthia-nya.[231][232] Kleopatra membawa anak kembarnya yang sekarang berusia tiga tahun ke Antiokhia, dimana Markus Antonius menyaksikan mereka untuk pertama kalinya dan dimana mereka mungkin mula-mula meraih marga Helios dan Selene sebagai bagian dari rencana ambisius Antonius dan Kleopatra untuk masa depan.[233][234] Dalam rangka menstabilisasi kawasan timur, Antonius tak hanya memperbesar domain Kleopatra,[232] namun juga mendirikan dinasti-dinasti pemerintahan baru dan para penguasa klien yang akan setia kepadanya, sehingga akan memutlakkan kekuasaannya.[235][216][note 43]

Dalam pengadaan ini, Kleopatra memberikan bekas teritorial Ptolemaik signifikan di Syam, termasuk hampir seluruh Foenisia (Lebanon) kecuali Tyre dan Sidon, yang masih dikuasai Romawi.[236][216][232] Ia juga menerima Ptolemais Akko (sekarang Acre, Israel), sebuah kota yang didirikan oleh Ptolemi II.[236] Memberikannya hubungan leluhur dengan Seleukia, ia meraih kawasan Koile Siria di sepanjang hulu Sungai Orontes.[237][232] Ia bahkan diberi kawasan sekitaran Yerikho di Palestina, namun ia mengembalikan teritorial tersebut kepada Herodes.[238][228] Atas pemberian raja Nabatea Malikus I (sepupu Herodes), Kleopatra juga diberi sebagian Kerajaan Nabatea di sekitaran Teluk Aqaba di Laut Merah, termasuk Ailana (sekarang Aqaba, Yordania).[239][228] Di bagian barat, Kleopatra mendapatkan Cyrene di sepanjang pantai Libya, serta Itanos dan Olous di Kreta Romawi.[240][232] Meskipun masih diurus oleh para pejabat Romawi, teritorial tersebut juga memperkaya kerajaannya dan membuatnya mendeklarasikan pembukaan era baru dengan koin penanggalan ganda pada 36 SM.[241][242]

Aurei Romawi mencantumkan potret Markus Antonius (kiri) dan Oktavianus (kanan), yang dikeluarkan pada 41 SM untuk menselebrasikan pendirian Triumvirat Kedua oleh Oktavianus, Antonius, dan Marcus Lepidus pada 43 SM

Pelebaran kerajaan Ptolemaik oleh Antonius dengan mencairkan ulang teritorial Romawi yang dikuasai langsung dimanfaatkan oleh pesaingnya Oktavianus, yang menempatkan sentimen publik di Roma melawan penguatan ratu asing di belahan Republik mereka.[243] Oktavianus juga memajukan pernyataan bahwa Antonius mengabaikan istri Romawi-nya, Oktavia dan memberikan hak-hak pemujaan luar biasanya kepadanya dan Livia, istri Oktavianus.[243] Cornelia Africana, putri Scipio Africanus, adalah wanita Romawi hidup pertama yang memiliki sebuah patung yang didedikasikan kepadanya.[241] Ia disusul oleh saudari Oktavianus, Oktavia, dan istrinya, Livia, yang patung-patungnya nampaknya didirikan di Forum Caesar untuk menyaingi patung Kleopatra yang didirikan oleh Caesar.[241]

Pada 36 SM, Kleopatra menemani Antonius ke Sungai Eufrat dalam perjalanannya untuk menginvasi Kekaisaran Parthia.[244] Ia kemudian pulang ke Mesir, mungkin karena ia sedang mengandung.[245] Pada musim panas 36 SM, ia melahirkan Ptolemi Filadelfus, putra keduanya dari Antonius.[245][232]

Kampanye Parthia oleh Antonius pada 36 SM berubah menjadi beketerbalikan penuh dan diiringi oleh sejumlah sebab, termasuk pengkhianatan Artavasdes II dari Armenia, yang berbalik memihak Parthia.[246][216][247] Setelah kehilangan sekitar 30,000 pasukan, melebihi Crassus di Carrhae (sebuah perbandingan yang ia harap marata-ratai), Antonius akhirnya datang ke Leukokome dekat Berytus (sekarang Beirut, Lebanon) pada bulan Desember, mengadakan pesta minum-minum sebelum Kleopatra datang untuk memberikan dana dan busana untuk pasukan tempurnya.[246][248] Antonius ingin menghindari kejatuhan politik dengan kembali ke Roma, sehingga ia berjalan dengan Kleopatra kembali ke Aleksandria untuk melihat putranya yang baru lahir.[246]

Donasi Aleksandria

Sebuah denarius yang dicetak pada 32 SM; bagian depannya adalah gambar Kleopatra yang mengenakkan diadem, dengan kutipan Latin "CLEOPATRA[E REGINAE REGVM]FILIORVM REGVM", dan bagian belakangnya adalah gambar Markus Antonius dengan kutipan ANTONI ARMENIA DEVICTA.[249][250]

Saat Antonius mempersiapkan ekspedisi Parthia lainnya pada 35 SM, kali ini ditujukan ke sekutu mereka Armenia, Oktavia datang ke Athena dengan 2,000 pasukan diduga dalam dukungan Antonius, namun nampaknya dalam skema yang dilancarkan oleh Oktavianus untuk menjerumuskannya dalam kekalahan militer.[251][252][note 44] Antonius meraih pasukan tersebut namun Oktavia tak singgah ke timur Athena karena Antonius dan Kleopatra sedang berjalan bersama ke Antiokhia, hanya sebentar dan meninggalkan sejenak kampanye militer dan langsung kembali ke Aleksandria.[251][252] Saat Oktavia kembali ke Roma, Oktavianus menggambarkan saudarinya sebagai korban yang dipersalahkan oleh Antonius, meskipun ia enggan untuk meninggalkan rumah tangga Antonius.[253][216] Kepercayaan diri Oktavianus bertumbuh saat ia menyingkirkan para pesaingnya di barat, termasuk Sextus Pompeius dan bahkan Lepidus, anggota ketiga triumvirat, yang ditempatkan di bawah penahanan rumah setelah pemberontakan melawan Oktavianus di Sisilia.[253][216][248]

Quintus Dellius dikirim sebagai perwakilan Antonius kepada Artavasdes II dari Armenia pada 34 SM untuk menegosiasikan aliansi perkawinan potensial yang akan mengawinkan putri raja Armenia dengan putra Antonius dan Kleopatra, Helios.[254][255] Saat ditolak, Antonius memajukan tentaranya ke Armenia, mengalahkan pasukan mereka dan menangkap raja dan keluarga kerajaan Armenia.[254][256] Antonius kemudian mengadakan pawai militer di Alekdansria dalam rangka kemenangan Romawi, berbusana seperti Dionysos saat ia memasuki kota tersebut memakai kereta perang dan mempersembahkan para tahanan kerajaan kepada Kleopatra, yang duduk di takhta emas di atas dais perak.[254][257] Kabar peristiwa tersebut sangat dikritik di Roma karena melanggar ritus dan ritual Romawi yang dihargai pada masa itu karena malah dinikmati oleh ratu Mesir.[254]

Sebuah dokumen papirus tertanggal Februari 33 SM yang memberikan pengecualian pajak kepada komandan militer Publius Canidius Crassus di Mesir dan berisi tanda tangan Kleopatra VII di sisi berbeda, dengan pernyataannya "membuatnya terjadi" Yunani: γινέσθωι, translit. ginesthō[258][259]

Dalam sebuah acara yang diadakan di Gimnasium tak lama setelah pawai kemenangan, yang dikenal sebagai Donasi Aleksandria, Kleopatra berbusana seperti Isis dan mendeklarasikan bahwa ia adalah Ratu dari Para Raja dengan putranya Caesarion, Raja dari Para Raja, sementara Alexander Helios diangkat menjadi raja Armenia, Media, dan Parthia, Ptolemy Filadelfos yang berusia dua tahun diangkat menjadi raja Siria dan Silisia.[260][261][262] Cleopatra Selene juga diberikan wilayah Kreta dan Cyrene.[263][264] Antonius dan Kleopatra menikah pada acara tersebut.[263][262][note 45] Antonius mengirim laporan ke Roma yang meminta ratifikasi klaim-klaim teritorial tersebut. Oktavianus ngin menerbitkannya untuk keperluan propaganda, namun dua konsulnya, yang sama-sama pendukung Antonius, menyensornya dari pandangan publik.[265][264]

Pada akhir 34 SM, setelah Donasi Aleksandria, Antonius dan Oktavianus mengadakan sebuah perang propaganda panas yang berlangsung bertahun-tahun.[266][264][171][note 46] Antonius mengklaim bahwa pesaingnya secara ilegal menggulingkan Lepidus dari triumvirat mereka dan melepasnya dari pergerakan pasukan di Italia, sementara Oktavianus menuduh Antonius secara tak sah menduduki jabatan raja Armenia, menikahi Kleopatra meskipun masih menikahi saudarinya Oktavia, dan secara mengkhawatirkan mengklaim Caesarion sebagai pewaris Caesar ketimbang Oktavianus.[266][264] Tuduhan dan gosip yang dikaitkan dengan perang propaganda tersebut membentu persepsi populer tentang Kleopatra dari semua jalan sastra periode Augustan menuju berbagai media pada masa modern.[267][268] Kleopatra dikatakan mencuci otak Markus Antonius dengan mantra dan sihir dan berbahaya seperti Helena dari Troya milik Homerus yang menghancurkan peradaban.[269] Satir-satir karya Horace memberikan sebuah catatan bahwa Kleopatra sempat melarutkan sebuah mutiara senilai 2.5 juta drachma dalam taruhan pesta makan malam.[270] Tuduhan bahwa Antonius mencuri buku-buku dari Perpustakaan Pergamon untuk dipindahkan ke Perpustakaan Aleksandria kemudian berbalik menjadi sebuah fabrikasi oleh Gaius Calvisius Sabinus.[271]

Sebuah dokumen papirus tertanggal Februari 33 SM berisi tanda tangan tulisan tangan Kleopatra VII.[258][259] Ini berisi pengecualian pajak tertentu di Mesir yang diberikan kepada Publius Canidius Crassus (atau Quintus Caecillius),[note 47] bekas konsul Romawi dan orang kepercayaan Antonius, yang akan mengkomandoi angkatan daratnya di Aktion.[272][259] Sebuah naskah dalam tulisan tangan berbeda di bagian bawah papirus tersebut trbaca "membuatnya terjadi" (Yunani: γινέσθωι, translit. ginesthō), yang secara tanpa diragukan merupakan autografi dari ratu tersebut, karena ini adalah praktik Ptolemaik untuk dokumen-dokumen tanda kontra untuk menghindari pemalsuan.[272][259]

Pertempuran Aktion

Rekonstruksi patung Augustus sebagai Oktavianus muda, tertanggal kira-kira 30 SM

Dalam sebuah pidato kepada Senat Romawi pada hari pertamanya menjabat pada jabatan konsulnya pada 1 Januari 33 SM, Oktavianus menuduh Antonius berniat menyelubungi kebebasan dan integrasi teritorial Romawi sebagai budak ratu Orientalnya.[273] Sebelum imperium bersama Antonius dan Oktavianus berakhir pada 31 Desember 33 SM, Antonius mengangkat Caesarion sebagai pewaris sebenarnya dari Julius Caesar dalam upaya membendung Oktavianus.[273] Pada 1 Januari 32 SM, para loyalis Antonian Gaius Sosius dan Gnaeus Domitius Ahenobarbus terpilih menjadi konsul.[272] Pada 1 Februari 32 SM, Sosius memberikan pidato yang mengecap Oktavianus, yang sekarang menjadi warga negara tanpa jabatan publik, yang mengenalkan potongan-potongan legislasi yang melawannya.[272][274] Pada sesi senatorial berikutnya, Oktavianus memasuki dewan Senat dengan grada bersenjata dan melawan tuduhan-tuduhannya sendiri melawan para konsul.[272][275] Terintimidasi oleh tindakan ini, keesokan harinya para konsul tersebut dan lebih dari dua ratus senator yang masih mendukung Antonius kabur dari Roma dan bergabung ke pihak Antonius.[272][275][276]

Antonius dan Kleopatra pergi bersama ke Efesus pada 32 SM, dimana Kleopatra memberikan 200 dari 800 kapal angkatan laut kepada Antonius.[272] Domitius Ahenobarbus, yang mengkhawatirkan propaganda Oktavianus tersebar ke masyarakat, berniat untuk mendorong Antonius agar Kleopatra dikecualikan dari kampanye melawan Oktavianus.[277][278] Publius Canidius Crassus membuat kontra-argumen bahwa Kleopatra mendanai upaya perang dan merupakan seorang penguasa kompeten.[277][278] Kleopatra menolak permintaan Antonius agar ia pulang ke Mesir, menganggap bahwa dengan memblokade Oktavianus di Yunani, ia akan lebih mudah mempertahankan Mesir.[277][278] Insistensi Kleopatra bahwa ia terlibat dalam pertempuran untuk Yunani berujung pada pembangkangan para tokoh Romawi penting seperti Domitius Ahenobarbus dan Lucius Munatius Plancus.[277][275]

Pada musim semi 32 SM, Antonius dan Kleopatra datang ke Athena, dimana ia mendorong Antonius untuk mengirim Oktavia ke sebuah deklarasi perceraian resmi.[277][275][262] ini mendorong Munatius Plancus untuk menasehati Oktavianus agar ia harus merampas kehendak Antonius, bersekongkol dengan Para Perawan Vestal.[277][275][264] Meskipun melanggar hak hukum dan kekeramatan, Oktavianus terpaksa mengakuisisi dokumen tersebut dari Kuil Vesta, sebuah alat berguna dalam perang propaganda melawan Antonius dan Kleopatra.[277][264] Oktavianus menyoroti sebagian kehendak tersebut, seperti Caesarion diangkat menjadi pewaris untuk Caesar, bahwa Donasi Aleksandria bersifat sah, bahwa Antonius harus dikebumikan di samping Kleopatra di Mesir alih-alih Roma, dan bahwa Aleksandria akan dijadikan ibukota baru Republik Romawi.[279][275][264] Dalam sebuah acara loyalitas kepada Roma, Oktavianus memutuskan untuk memulai pembangunan mausoleumnya sendiri di Campus Martius.[275]

Pendirian hukum Oktavianus juga ditunjang dengan terpilihnya ia menjadi konsul pada 31 SM.[275] Dengan kehendak Antonius disebarkan ke publik, Oktavianus menyulut casus belli-nya dan Roma mendeklarasikan perang terhadap Kleopatra,[279][280][281] bukan Antonius.[note 48] Argumen hukum untuk perang tak berdasarkan pada akuisisi teritorial Kleopatra, dengan bekas teritorial Romawi diperintah oleh anak-anaknya dari Antonius, dan lebih kepada fakta bahwa ia memberikan dukungan militer kepada warga negara pada otoritas triumviral Antonius yang saat itu telah berakhir.[282]

Kiri: sebuah tetradrachm perak dari Kleopatra VII yang dicetak di Pieria Seleukia, Siria Kanan: sebuah tetradrachm perak dari Kleopatra minted at Ascalon, Israel Kiri: sebuah tetradrachm perak dari Kleopatra VII yang dicetak di Pieria Seleukia, Siria Kanan: sebuah tetradrachm perak dari Kleopatra minted at Ascalon, Israel
Kiri: sebuah tetradrachm perak dari Kleopatra VII yang dicetak di Pieria Seleukia, Siria
Kanan: sebuah tetradrachm perak dari Kleopatra minted at Ascalon, Israel

Antonius dan Kleopatra memiliki armada yang lebih besar ketimbang Oktavianus, namun para kru angkatan laut Antonius dan Kleopatra tak semuanya terlatih, beberapa diantaranya mungkin berasal dari kapal dagang, sehingga Oktavianus memiliki pasukan profesional sepenuhnya.[283][278] Antonius ingin melintasi Laut Adriatik dan memblokade Oktavianus di Tarentum atau Brundisium,[284] namun Kleopatra, yang lebih menyoroti pertahanan Mesir, memajukan keputusan untuk menyerang Italia secara langsung.[285][278] Antonius dan Kleopatra menghimpun markas besar musim dingin mereka di Patrai, Yunani dan pada musim semi 31 SM, mereka pindah ke Aktion di sepanjang selatan Teluk Ambrakia.[285][284]

Kleopatra dan Antonius meraih dukungan dari berbagai raja sekutu, namun konflik antara Kleopatra dan Herodes yang sebelumnya timbul dan gempa bumi di Yudea membuatnya absen dari kampanye tersebut.[286] Mereka juga kehilangan dukungan dari Malikus I dari Nabataea, yang akan menyediakan konsekuensi-konsekuensi strategis.[287] Antonius dan Kleopatra kalah dalam beberapa pertempuran kecil melawan Oktavianus di sekitaran Actium pada musim panas 31 SM, sementara pembangkangan ke kamp Oktavianus berlanjut, termasuk pengikut jangka panjang Antonius, Quintus Dellius.[287] Raja-raja sekutu juga mulai berbalik ke pihak Oktavianus, dimulai dengan Amintas dari Galatia dan Deiotaros dari Paflagonia.[287] Meskipun beberapa orang dalam kamp Antonius dianggap meninggalkan konflik angkatan laut untuk beretret ke tanah dalam, Kleopatra mendorong konfrontasi angkatan laut, untuk menjauhi armada Oktavianus dari Mesir.[288]

Pada 2 September 31 SM, pasukan angkatan laut Oktavianus, pimpinan Marcus Vipsanius Agrippa, bertemu pasukan Antonius dan Kleopatra di Pertempuran Actium.[288][284][280] Di atas kapal bendera Antonias, Kleopatra mengkomandani 60 kapal di muara Teluk Ambrakia, di belakang armada, di apa yang nampaknya merupakan sebuah pergerakan dari para perwira Antonius untuk memarginalisasinya pada pertempuran tersebut.[288] Antonius memerintahkan agar kapal-kapal mereka harus berlayar untuk keputusan baik untuk maju atau kabur dari musuh, dengan Kleopatra, yang lebih menyoroti soal pertahanan Mesir, memutuskan untuk mengubah pergerakan melalui kawasan penyerangan utama dalam penarikan strategis ke Peloponnese.[289][290][291] Antonius mengikutnya dan menaiki kapalnya, diidentifikasikan dengan segel-segel ungu khasnya, saat keduanya kabur dari pertempuran dan menuju ke Tainaron.[289] Antonius dikabarkan menghindari Kleopatra pada perjalanan selama tiga hari tersebut, sampai para pelayannya di Tainaron membujuknya untuk berbicara dengannya.[292] Pertempuran Actium berlangsung tanpa Kleopatra dan Antonius sampai pagi 3 September, disusul oleh pembangkangan masif dari para perwira, pasukan dan raja sekutu ke pihak Oktavianus.[292][290][293]

Kejatuhan dan kematian

Lukisan Romawi dari Balai Giuseppe II, Pompeii, awal abad ke-1 M, nampaknya menggambarkan Kleopatra VII, mengenakan diadem kerajaannya, menegak racun dalam tindakan bunuh diri, sementara putranya Caesarion, yang juga memakai diadem kerajaan, berdiri di belakangnya[294]

Saat Oktavianus menduduki Athena, Antonius dan Kleopatra mendarat di Paraitonion, Mesir.[292][295] Keduanya kemudian berjalan terpisah, Antonius ke Kirene untuk menghimpun lebih banyak pasukan dan Kleopatra berlayar ke pelabuhan Aleksandria dalam upaya membuat pernyataan palsu bahwa kegiatan di Yunani adalah sebuah kemenangan.[292] Tak jelas juga apakah pada masa itu ia sebenarnya mengeksekusi Artavasdes II dari Armenia dan mengirim kepalanya ke Artavasdes I, raja Media Atropatene, pesaingnya, dalam upaya menghimpun aliansi dengannya.[296][297]

Lucius Pinarius, gubernur Kirene yang dilantik oleh Markus Antonius, meraih pernyataan bahwa Oktavianus memenangkan Pertempuran Actium sebelum para pembawa pesan Antonius datang ke kediamannya.[296] Pinarius mengeksekusi para pembawa pesan tersebut dan berbalik ke pihak Oktavianus, menyerahkannya empat legiun di bawah komandonya yang diinginkan Antonius.[296] Antonius nyaris melakukan bunuh diri setelah mendengar kabar ini namun dihentikan oleh para perwira stafnya.[296] Di Aleksandria, ia membangun sebuah pondok tertutup di pulau Faros yang ia juluki Timoneion, yang mengambil nama dari filsuf Timon dari Athena, yang dikenal karena sinikisme dan misantropinya.[296] Herodes Agung, yang secara pribadi menasehati Antonius setelah Pertempuran Actium bahwa ia harus mengkhianati Kleopatra, datang ke Rhodes untuk bertemu Oktavianus dan mundur dari jabatan rajanya.[298] Oktavianus tertekan oleh pidato dan esensi loyalitasnya, sehingga ia membolehkannya untuk memegang jabatannya di Yudea, yang makin mengisolasi Antonius dan Kleopatra.[298]

Kleopatra mungkin mulai memandang Antonius sebagai hambatan pada akhir musim panas 31 SM, saat ia bersiap untuk meninggalkan Mesir untuk mendatangi putranya Caesarion.[299] Kleopatra berencana mencairkan ulang tahtanya kepadanya, membawa armadanya dari Laut Tengah ke Laut Merah dan kemudian berlayar ke sebuah pelabuhan asing, mungkin India dimana ia menjalani waktu memulihkan diri.[299][297] Namun, rencana tersebut ditinggalkan bulat-bulat saat Malikus I dari Nabataea memutuskan untuk membakar armada Kleopatra atas nasehat dari gubernur Siria Oktavianus Quintus Didius dalam membalas kekalahannya dalam sebuah perang dengan Herodes dimana Kleopatra banyak terlibat.[299][297] Kleopatra tak memiliki pilihan lain selain bertahan di Mesir dan bernegosiasi dengan Oktavianus.[299] Meskipun nampaknya merupakan propaganda pro-Oktavianus, Kleopatra dikabarkan pada waktu itu mulai menguji kekuatan beberapa racun pada para tahanan dan bahkan para pelayannya sendiri.[300]

Kematian Kleopatra karya Guido Cagnacci, 1658

Kleopatra mendorong Caesarion memasuki pangkat efebi yang, sejalan dengan relief pada sebuah prasasti dari Koptos tertanggal 21 September 31 SM, mendemonstrasikan bahwa Kleopatra sekarang mempersiapkan putranya untuk menjadi penguasa tunggal Mesir.[301] Dalam sebuah acara solidaritas, Antonius juga memasukkan Marcus Antonius Antyllus, putranya dari Fulvia, ke dalam pangkat efebi pada saat yang bersamaan.[299] Pesan-pesan dan para duta terpisah dari Antonius dan Kleopatra kemudian dikirim ke Oktavianus, yang masih singgah di Rhodes, meskipun Oktavianus hanya memberikan jawaban kepada Kleopatra.[300] Kleopatra meminta agar anaknya harus mewarisi Mesir dan Antoinus harus dibolehkan untuk tinggal dalam pengasingan di Mesir, menawarkan uang Oktavianus di masa depan dan mengirimkannya langsung hadiah mewah.[300][297] Oktavianus mengirim diplomatnya Tisos kepada Kleopatra setelah ia mengancam membakar dirinya sendiri dan sejumlah hartanya ke dalam sebuah makam yang sedang dibuat.[302] Tirsos membujuknya untuk membunuh Antonius sehingga hidupnya akan terjaga, namun saat Antonius saat Antonius menduga adanya niat terselubung, ia memecat diplomat tersebut dan mengirimnya kembali ke Oktavianus tanpa syarat.[303]

Kematian Kleopatra, karya Jean-Baptiste Regnault, 1796–1797

Setelah negosiasi panjang yang benar-benar tak membuahkan hasil, Oktavianus memutuskan untuk menginvasi Mesir pada musim semi 30 SM,[304] berhenti di Ptolemais in Phoenicia dimana sekutu barunya Herodes menyediakan tentaranya dengan suplai-suplai segar.[305] Oktavianus bergerak ke selatan dan beralih ke Pelousion, sementara Cornelius Gallus, berpawai dari Kirene ke kawasan timur, mengalahkan pasukan Antonius di dekat Paraitonion.[306][307] Oktavianus bergrak cepat ke Aleksandria, namun Antonius kembali dan memenangkan sebuah kemenangan kecil atas pasukannya di luar hipodrom dari kota tersebut.[306][307] Namun, pada 1 Agustus 30 SM, armada angkatan laut Antonius menyerah kepada Oktavianus, disusul oleh kavalerinya.[306][290][308] Kleopatra bersembunyi di makamnya dengan para rekan dekatnya, mengirim pesan kepada Antonius bahwa ia melakukan bunuh diri.[306][309][310] Akibatnya, Antonius menanggapinya dengan menikam lambungnya sendiri dan mencabut nyawanya sendiri pada usia 53 tahun.[306][290][297] Menurut Plutarch, ia masih sekarat saat dibawa ke makam Kleopatra, menyatakan bahwa ia mati secara terhormat dan bahwa ia dapat mempercayai pengikut Oktavianus Gaius Proculeius atas hal lainnya dalam perjalanannya.[306][311][312] Namun, Proculeius, yang menyusup ke makamnya memakai tangga dan menahan ratu tersebut, menyangkal bahwa ia membakar dirinya sendiri bersama dengan harta bendanya.[313][314] Kleopatra kemudian diijinkan untuk membalsem dan mengubur Antonius di makamnya sebelum ia lari ke istana.[313][297]

Kematian Kleopatra karya Reginald Arthur, 1892

Oktavianus memasuki Aleksandria, menduduki istana, dan merebut tiga anak bungsu Kleopatra.[313][315] Saat ia bertemu dengan Oktavianus, ia berkata kepadanya bahwa "Aku tak akan ingin ikut dalam sebuah kemenangan" (bahasa Yunani Kuno: οὑ θριαμβεύσομαι, translit. ou thriambéusomai) yang menurut Livy, merupakan sebuah catatan langka dari kata-katanya yang masih ada.[316][317] Oktavianus menjanjikan bahwa ia akan membiarkannya hidup namun tak menawarkan penjelasan tentang rencana-rencana masa depannya untuk kerajaannya.[318] Saat seorang mata-mata memberitahukannya bahwa Oktavianus berencana untuk memindahkannya dan anak-anaknya ke Roma dalam tiga hari, ia mempersiapkan bunuh diri, karena ia tak memiliki niat untuk berpawai dalam sebuah kemenangan Romawi seperti saudarinya Arsinoe IV.[318][290][297] Tidak diketahui apakah Kleopatra bunuh diri pada Agustus 30 SM, pada usia 39 tahun, terjadi di istana atau makamnya.[319][320][note 2] Ia dikatakan ditemani oleh para pelayannya Eiras dan Charmion, yang juga mencabut nyawa mereka sendiri.[318][321] Oktavianus berkata murka atas peristiwa tersebut namun ia menguburkannya dalam adat istiadat kerajaan bersebelahan dengan Antonius di makamnya.[318][322][323]

Dokter Kleopatra, Olympos, tak menyebutkan sebab kematiannya, meskipun kepercayaan populer menyatakan bahwa ia membolehkan seekor ular, atau kobra Mesir, untuk menggigit dan meracuninya.[324][325][297] Plutarch mengambil kisah ini, namun kemudian menyatakan bahwa sebuah implemen (knestis) dipakai untuk memasukkan racun dengan cara digores, sementara Cassius Dio berkata bahwa ia memasukan racun dengan sebuah jarum (belone) dan Strabo menyebut sebuah salep dari beberapa jenis.[326][325][327][note 49] Tidak ada bisa ular yang ditemukan dalam tubuhnya, namun ia memiliki luka tusuk kecil di lengannya yang dapat disebabkan oleh sebuah jarum.[324][327][323]

Kleopatra menjalani saat-saat terakhirnya untuk mengirimkan Caesarion ke Mesir Hulu, mungkin dalam rencana untuk kabur ke Nubia, Ethiopia atau India.[328][329][307] Caesarion, sekarang Ptolemi XV, pulang ke Aleksandira dengan pernyataan palsu bahwa Oktavianus akan membolehkannya menjadi raja, yang kemudian memerintah selama delapan belas hari sampai dieksekusi atas perintah Oktavianus pada 29 Agustus 30 SM.[330][331][332][note 50]

Oktavianus dibujuk atas nasehat filsuf Arius Didymus bahwa terdapat ruang bagi satu-satunya seorang Kaisar di dunia.[333][note 51] Dengan kejatuhan Kerajaan Ptolemaik, Mesir dijadikan provinsi Romawi,[334][290][335][note 52] menandai akhir zaman Hellenistik.[336][337][note 5] pada Januari 27 SM, Oktavianus berganti nama menjadi Augustus ('yang dimuliakan') dan mendorong kekuatan-kekuatan konstitusional agar mengangkatnya menjadi kaisar Romawi pertama, membuka era Principatus dari Kekaisaran Romawi.[338]

Kerajaan Kleopatra dan peran sebagai penguasa

Kleopatra VII. 51–30 SM, 40 drachm, dicetak di Aleksandria; bagian depan: gambar Kleopatra VII mengenakan diadem; bagian belakang: sebuah kutipan dengan tulisan "ΒΑΣΙΛΙΣΣΗΣ ΚΛΕΟΠΑΤΡΑΣ", dengan seekor elang berdiri di sebuah atas petir

Mengikuti tradisi para penguasa Makedonia, Kleopatra memerintah Mesir dan kawasan lain seperti Siprus sebagai penguasa monarki absolut, menjabat sebagai pembuat hukum tunggal atas kerajaannya.[339] Ia adalah pemimpin otoritas agama di kerajaannya, memimpin upacara-upacara agama yang ditujukan kepada para dewan kepercayaan politeistik Mesir dan Yunani.[340] Ia mengadakan pembangunan berbagai kuil untuk dewa-dewi Mesir dan Yunani,[341] sebuah sinagoga untuk orang Yahudi di Mesir, dan bahkan membangun Caesareum Aleksandria ditujukan untuk upacara pemujaan patron dan kekasihnya Julius Caesar.[342][343] Kleopatra terlibat langsung dalam kepentingan administraitf dari domainnya,[344] menangani krisis seperti bencana kelaparan dengan memerintahkan lumbung-lumbung kerajaan untuk mendistribusikan pangan ke masyarakat yang kelaparan dalam suatu masa kekeringan pada permulaan pemerintahannya.[345] Meskipun ekonomi komando yang ia urus lebih ke arah gagasan ketimbang realitas,[346] pemerintah berniat untuk menghimpun kontrol harga, tarif, dan monopoli negara untuk barang tertentu, penentuan nilai tukar untuk mata uang asing, dan memberlakukan hukum yang mewajibkan para petani desa untuk bertahan di desa-desa mereka pada musim-musim tanam dan panen.[347][348][349] Gejolak keuangan membuat Kleopatra melakukan debasement kepada koinnya, yang meliputi mata uang perak dan perunggu namun tidak dengan koin emas seperti hal yang yang dilakukan oleh para pendahulu Ptolemaik jauhnya.[350]

Warisan

Anak dan penerus

Ilustrasi koin penguasa Numidia Juba II, raja Mauretania, di bagian depan, dengan Cleopatra Selene II di bagian belakang.

Setelah ia bunuh diri, tiga anak Kleopatra yang masih hidup, Cleopatra Selene II, Alexander Helios, dan Ptolemy Philadelphos dikirim ke Roma dengan saudari Oktavianus, Oktavia, mantan istri ayah mereka, sebagai penjaga mereka.[351][352] Cleopatra Selene II dan Alexander Helios hadir di kemenangan Romawi dari Oktavianus pada 29 SM.[351][234] Nasib Alexander Helios dan Ptolemy Philadelphus tak diketahui setelah itu.[351][234] Oktavia mengadakan pertunangan terhadap saudari mereka Cleopatra Selene II kepada Juba II, putri Juba I dari kerajaan Numidia di Afrika Utara yang dijadikan provinsi Romawi pada 46 SM oleh Julius Caesar karena Juba I mendukung Pompey.[353][352][315] Kaisar Augustus mengangkat Juba II dan Cleopatra Selene II, setelah perkawinan mereka pada 25 SM, sebagai para penguasa baru Mauretania, dimana mereka mengubah kota Carthage lama Iol menjadi ibukota baru mereka, berganti nama menjadi Caesarea Mauretaniae (sekarang Cherchell, Aljazair).[353][234] Cleopatra Selene II mengimpor beberapa cendekiawan, seniman, dan penasehat penting dari istana kerajaan ibunya di Aleksandria untuk melayaninya di Caesarea, yang sekarang diwarnai dengan budaya Yunani Hellenistik.[354] Ia juga mengangkat putranya Ptolemi dari Mauretania, dalam menghormati warisan dinasti Ptolemaik mereka.[355][356]

Cleopatra Selene II meninggal sekitar tahun 5 SM dan saat Juba II meninggal pada 23/24 M, ia digantikan oleh putranya Ptolemi.[355][357] Namun, Ptolemi kemudian dieksekusi oleh kaisar Romawi Kaligula pada 40 M, mungkin di bawah anggapan bahwa Ptolemi mencetak koin kerajaannya sendiri tanpa ijin dan memakai regalia yang dikhususkan untuk kaisar Romawi.[358][359] Ptolemi dari Mauretania adalah penguasa terakhir yang diketahui dari dinasti Ptolemaik, meskipun Ratu Zenobia dari Kekaisaran Palmirene yang berusia pendek pada Krisis Abad Ketiga diklaim merupakan keturunan dari Kleopatra.[360][361] Sebuah penyembahan yang didedikasikan kepada Kleopatra masih ada pada akhir 373 M saat Petesenufe, sebuah naskah Mesir dari buku Isis, menyatakan bahwa ia "melapisi figur Kleopatra dengan emas."[362]

Sastra dan historiografi Romawi

Kleopatra Menguji Racun kepada Para Tahanan Bersalah karya Alexandre Cabanel (1887)[363]

Meskipun hampir lima puluh karya kuno dari historiografi Romawi menyebut Kleopatra, sumber-sumber tersebut seringkali hanya meliputi catatan dari Pertempuran Actium, bunuh dirinya, dan propaganda Augustan tentang penjelasan pribadinya.[364] Meskipun bukanlah biografi Kleopatra, Kehidupan Antonius yang ditulis oleh Plutarch pada abad ke-1 M menyediakan catatan kehidupan Kleopatra paling banyak yang masih ada.[365][366][367] Plutarch hidup seabad setelah Kleopatra namun meraih sumber-sumber primer seperti Filotas dari Amfisa, yang memiliki akses ke istana kerajaan Ptolemaik, dokter pribadi Kleopatra bernama Olympos, dan Quintus Dellius, orang kepercayaan dekat Antonius dan Kleopatra.[368] Karya Plutarch meliputi pandangan Augustan terhadap Kleopatra—yang menjadi kanon sejarah pada masanya—serta sumber-sumber di luar tradisi ini, seperti laporan-laporan saksi mata.[365][367] Sejarawan Yahudi Romawi Yosefus, yang menulis pada abad ke-1 M, menyediakan informasi berharga tentang kehidupan Kleopatra melalui hubungannya dengan Herodes Agung.[369][370] Namun, karya tersebut banyak mengambil dari memoir-memoir Herodes dan catatan bias dari Nikolaus dari Damaskus, pengajar anak-anak Kleopatra di Aleksandria sebelum ia pindah ke Yudea untuk menjabat sebagai penasehat dan pembuat kronik di pemerintahan Herodes.[369][370] Sejarah Romawi yang diterbitkan oleh pejabat dan sejarawan Cassius Dio pada awal abad ke-3 M, meskipun gagal mengkomprehensifkan kompleksitas dunia Hellenistik akhir, juga menyediakan sejarah berkelanjutan dari era pemerintahan Kleopatra.[369]

(Restruktur) Patung Romawi Kleopatra VII mengenakan diadem dan gaya rambut 'melon' mirip dengan potret-potret koin, marmer, yang ditemukan di dekat Tomba di Nerone, Roma di sepanjang Via Cassia, Museo Pio-Clementino[1][371][372]

Kleopatra disebutkan sekilas dalam De Bello Alexandrino, memoir-memoir dari para pejabat staf tak dikenal yang menjabat di bawah kepemimpinan Julius Caesar.[373][374][375][note 53] Penulisan Cicero, yang mengenalkan secara pribadi, menyediakan potret tak datar terhadap Kleopatra.[373] Para pengarang zaman Augustan Vergil, Horace, Propertius, dan Ovid yang memberikan pandangan negatif terhadap Kleoptra disukai oleh rezim pemerintah Romawi,[373][376] meskipun Vergil memberikan gagasan Kleopatra sebagai figur melodrama epik dan romansa.[377] Horace juga memandang bunuh diri Kleopatra sebagai pilihan positif,[378][376] sebuah gagasan yang diterima pada Abad Pertengahan Akhir oleh Geoffrey Chaucer.[379][380]

Para sejarawan Strabo, Velleius, Valerius Maximus, Pliny si Tua, dan Appian, meskipun tak memberikan catatan selengkap Plutarch, Yosefus, atai Cassius Dio, menyediakan beberapa penjelasan tentang kehidupannya yang tak tercantum dalam catatan sejarah lainnya.[373][note 54] Inskripsi-inskripsi pada koin Ptolemaik kontemporer dan beberapa dokumen papirus Mesir mendemonstrasikan sudut pandang Kleopatra, namun material ini sangat terbatas dibandingkan dengan karya-karya sastra Romawi.[373][381][note 55] Fragmen Libyka yang dibuat oleh menantu Kleopatra Juba II memberikan sebuah penjelasan di sebuah bagian material historiografi yang mendukung sudut pandang Kleopatra.[373]

Jenis kelamin Kleopatra mungkin membuat penggambarannya sedikit jika bukanlah figur tak signifikan pada historiografi kuno, abad pertengahan dan bahkan modern tentang Mesir kuno dan dunia Yunani-Romawi.[382] Contohnya, sejarawan Ronald Syme (1903–1989) menyatakan bahwa ia memiliki pengaruh kecil pada Julius Caesar dan bahwa propaganda Oktavianus meluarbiasakan pengaruhnya pada tingkat tertentu.[382] Meskipun pandangan umum Kleopatra adalah salah satu unsur berharga, ia hanya memiliki dua pasangan seksual, Julius Caesar dan Markus Antonius, keduanya adalah orang Romawi paling berpengaruh pada masanya yang nampaknya membulatkan keberadaan dinastinya.[383][384] Plutarch menyebut Cleopatra memiliki kepribadian yang lebih kuat dan kecerdasan yang memukau disamping kecantikan fisiknya.[385][18][386][note 56]

Penggambaran sosok Kleopatra dalam seni budaya

Penggambaran dalam seni rupa Abad Kuno

Patung
Gambar kiri: Patung Mesir Arsinoe II atau Kleopatra VII sebagai dewi Mesir berbahan basalt hitam, paruh kedua abad ke-1 SM;[387] Museum Pertapaan, Sankt-Peterburg Gambar kanan: Venus Eskuilin, sebuah patung Romawi atau Hellenistik-Mesir dari Venus (Afrodit), yang merupakan penggambaran dari Kleopatra VII,[388] Museum Capitoline, Roma Gambar kiri: Patung Mesir Arsinoe II atau Kleopatra VII sebagai dewi Mesir berbahan basalt hitam, paruh kedua abad ke-1 SM;[387] Museum Pertapaan, Sankt-Peterburg Gambar kanan: Venus Eskuilin, sebuah patung Romawi atau Hellenistik-Mesir dari Venus (Afrodit), yang merupakan penggambaran dari Kleopatra VII,[388] Museum Capitoline, Roma
Gambar kiri: Patung Mesir Arsinoe II atau Kleopatra VII sebagai dewi Mesir berbahan basalt hitam, paruh kedua abad ke-1 SM;[387] Museum Pertapaan, Sankt-Peterburg
Gambar kanan: Venus Eskuilin, sebuah patung Romawi atau Hellenistik-Mesir dari Venus (Afrodit), yang merupakan penggambaran dari Kleopatra VII,[388] Museum Capitoline, Roma

Kleopatra digambarkan dalam berbagai karya seni rupa kuno, dalam gaya Mesir serta Hellenistik-Yunani dan Romawi.[2] Karya-karya yang masih ada meliputi patung, patung dada, relief dan koin cetak,[2][363] serta kameo-kameo ukiran kuno,[389] seperti sebuah penggambaran Kleopatra dan Markus Antonius dalam gaya Hellenistik, sekarang di Museum Altes, Berlin.[1]

Gambar-gambar kontemporer Kleopatra dibuat di dalam dan luar Mesir Ptolemaik. Contohnya, sebuah patung perunggu sepuhan besar Kleopatra yang sempat ada di dalam Kuil Venus Genetrix, Roma, pertama kalinya orang hidup memiliki patungnya ditempatkaan bersebelahan dengan patung dewa di kuil Romawi.[3][183][390] Karya tersebut ditempatkan disana oleh Julius Caesar dan berdiri di kuil tersebut sampai setidaknya abad ke-3 M, peletakkannya mungkin berada di bawah naungan Caesar, meskipun Augustus tak melenyapkan atau menghancurkan karya-karya seni di Aleksandria yang menggambarkan Kleopatra.[391][392] Terkait karya Romawi yang masih ada, sebuah patung gaya Romawi ukuran manusia dari Kleopatra ditemukan di dekat Tomba di Nerone, Roma di sepanjang Via Cassia dan sekarang disimpan di Museo Pio-Clementino, Museum Vatikan.[1][371][372] Plutarch, dalam karya Kehidupan Antonius, mengklaim bahwa patung-patung publik Markus Antonius dirubuhkan oleh Augustus, namun patung-patung Kleopatra dipersembahkan setelah kematiannya kepada temannya Arkibius dengan bayaran 2,000 talenta untuk menghindarkannya dari penghancurannya.[393][362][322]

Sejak 1950an, para cendekiawan berdebat tentang apakah Esquiline Venus—yang ditemukan pada 1874 di Bukit Esquiline, Roma dan disimpan di Palazzo dei Conservatori dari Museum Capitoline—adalah gambar Kleopatra atau bukan, berdasarkan pada penampilan wajah dan gaya rambut patung tersebut, diadem kerajaan yang nampak dikenakan di atas kepala, dan kobra Mesir uraeus yang melingkupi pangkalnya.[388][394] Para penentang teori tersebut berpendapat bahwa tampilan wajah pada patung dada Berlin dan koin Kleopatra berbeda dan menganggap bahwa ia tak mungkin akan digambarkan sebagai dewi telanjang Venus (seperti halnya Afrodit dari Yunani).[388][394] Namun, ia digambarkan dalam sebuah patung Mesir sebagai dewi Isis.[395] Esquiline Venus umumnya dianggap merupakan salinan Romawi pertengahan abad ke-1 M dari sebuah karya asli Yunani abad ke-1 SM dari aliran Pasiteles.[394]

Potret koin
Kleopatra dan Markus Antonius masing-masing di bagian depan dan bagian belakang dari sebuah tetradrachm perak yang dibuat di pencetakan Antiokhia pada 36 SM

Koin yang masih ada dari masa pemerintahan Kleopatra meliputi spesimen-spesimen dari setiap tahun regnal, dari 51 sampai 30 SM.[396] Kleopatra, satu-satunya ratu Ptolemaik yang mengeluarkan koin atas perantaraannya sendiri, hampir secara khusus menginspirasi pasangannya Caesar untuk menjadi orang Romawi hidup pertama yang menampilkan potretnya di koin-koinnya sendiri.[397][note 57] Kleopatra juga merupakan ratu asing pertama yang gambarnya muncul dalam mata uang Romawi.[398] Koin-koin yang berasal dari masa perkawinannya dengan Markus Antonius, yang juga menampilkan gambar pasangannya, menampilkan ratu tersebut memiliki hidung mancung dan dagu menonjol seperti suaminya.[3][399] Tampilan wajah serupa mengikuti konvensi artistik yang mewakili harmoni pasangan kerajaan yang nampak saling menguntungkan.[3][2] Tampilan wajah kuat dan nyaris maskulinnya dalam sebagian koin tersebut sangat berbeda dari gambar-gambar ukiran yang lebih lembut, halus, dan mungkin teridealisasi darinya dalam gaya-gaya Mesir atau Hellenistik.[2][400][401] Wajah maskulinnya yang tampil pada mata uang yang dicetak mirip dengan ayahnya Ptolemi XII Auletes,[402][113] dan mungkin juga leluhur Ptolemaik-nya Arsinoe II (316 – 260 SM)[2][403] dan bahkan penggambaran dari ratu-ratu sebelumnya seperti Hatshepsut dan Nefertiti.[401]

Karena alasan politik, penampilan Antonius nampaknya dibuat tak hanya selaras dengannya namun juga para leluhur Yunani Makedonia-nya yang mendirikan dinasti Ptolemaik, untuk memfamiliarisasikan dirinya sendiri pada subyek-subyeknya sebagai anggota sah dari wangsa kerajaan.[2] Kutipan-kutipan pada koin-koin tersebut ditulis dalam bahasa Yunani Kuno, selain juga dalam kasus nominatif dari koin-koin Romawi ketimbang kasus genitif dari koin-koin Yunani Kuno, selian memiliki tulisan-tulisan yang dibuat melingkar di sepanjang tepian koin alih-alih dibuat horizontal atau vertikal seperti kebiasaan Yunani.[2] Faset dari koin-koin tersebut mewakili sintesis budaya Hellenistik dan Romawi, dan mungkin juga pernyataan kepada subyek-subyek mereka, namun ambigu bagi para cendekiawan modern, tentang superioritas Antonius atau Kleopatra ketimbang lainnya.[2] Diana E. E. Kleiner berpendapat bahwa Kleopatra, dalam salah satu koinnya yang dicetak dengan gambar ganda dari suaminya Antonius, menjadikan dirinya sendiri lebih nampak maskulin ketimbang potret lainnya dan lebih seperti ratu klien Romawi ketimbang penguasa Hellenistik.[400] Kleopatra sebenarnya meraih panmpilan maskulin dalam koin sebelum ia menjalin hubungan dengan Antonius, seperti koin-koin yang ditemukan di pertambangan Ashkelon pada masa singkatnya di pengasingan Siria dan Syam, yang Joann Fletcher sebut sebagai upayanya untuk tampil seperti ayahnya dan sebagai penerus sah untuk penguasa Ptolemaik laki-laki.[113][404]

Berbagai koins, seperti sebuah tetradrachm perak yang dicetak pada suatu waktu setelah perkawinan Kleopatra dengan Antonius pada 37 SM, menggambarkannya mengenakan diadem kerajaan dan gaya rambut 'melon'.[3][404] Kombinasi gaya rambut dengan diadem tersebut juga tampil dalam dua patung dada marmer ukiran yang masih ada.[405][363][406][note 58] Gaya rambut dengan rambut belakang diikat ke bagian atas, dalam cara yang sama dengan yang dilakukan oleh para leluhur Ptolemaik-nya Arsinoe II dan Berenice II (266 – 221 SM) dalam koin mereka sendiri.[3][407] Setelah ia mengunjungi Roma pada 46–44 SM, ini menjadi gaya khas untuk wanita Romawi untuk mengadopsi gaya rambut khas ini, namun ditinggalkan karena penampilan yang dianggap terlalu sederhana pada masa pemerintahan konservatif Augustus.[3][405][406]

Patung dada Yunani-Romawi
Sebuah patung dada Romawi kuno, c. 50–30 SM, menggambarkan seorang wanita dari Mesir Ptolemaik, Ratu Kleopatra VII atau seorang anggota kunjungannya saat berkunjung ke Roma pada 46–44 SM dengan pasangannya Julius Caesar; British Museum, London[405] Sebuah patung dada Romawi kuno, c. 50–30 SM, menggambarkan seorang wanita dari Mesir Ptolemaik, Ratu Kleopatra VII atau seorang anggota kunjungannya saat berkunjung ke Roma pada 46–44 SM dengan pasangannya Julius Caesar; British Museum, London[405]
Sebuah patung dada Romawi kuno, c. 50–30 SM, menggambarkan seorang wanita dari Mesir Ptolemaik, Ratu Kleopatra VII atau seorang anggota kunjungannya saat berkunjung ke Roma pada 46–44 SM dengan pasangannya Julius Caesar; British Museum, London[405]

Dari patung-patung dada Kleopatra bergaya Yunani-Romawi yang masih ada, pahatan yang dikenal sebagai 'Berlin Cleopatra', yang terletak di koleksi Antikensammlung Berlin, Museum Altes, memiliki hidung yang utuh, sementara patung dada yang dikenal sebagai 'Vatican Cleopatra', yang terletak Museum Vatikan, dalam keadaan rusak dengan hidung yang hilang.[408][409][410][note 59] Berlin Cleopatra dan Vatican Cleopatra memiliki diadem kerajaan, tampilan wajah serupa, dan mungkin mengingatkan kembali pada wajah patung perunggunya di Kuil Venus Genetrix.[409][411][410][note 60]

Kedua patung dada tersebut tertanggal pertengahan abad ke SM dan ditemukan di vila-vila Romawi di sepanjang Via Appia, Italia, Vatican Cleopatra diangkat di Vila Quintilii.[3][408][410][note 61] Francisco Pina Polo menyatakan bahwa koin Kleopatra mencantumkan gambarnya secara khusus dan menganggap bahwa potret pahatan patung dada Berlin dikonfirmasi sebagai profil yang sama dengan rambutnya yang diikat ke atas, sebuah diadem, dan hidung mancung.[412] Potret pahatan ketiga Kleopatra yang diterima oleh para cendekiawan sebagai karya otentik disimpan di Muserum Arkeologi Cherchel, Aljazair.[392][405][413] Potret tersebut menampilkan diadem kerajaan dan tampilan wajah serupa seperti patung-patung dada Berlin dan Vatikan, namun memiliki gaya rambut yang lebih unik dan mungkin menggambarkan Cleopatra Selene II, putri Kleopatra VII.[413] Patung dada Kleopatra Romawi marmer Paria lainnya, yang mengenakkan hiasan rambut bergaya Mesir, berada di Museum Capitoline.[414]

Patung dada lain yang diyakini menggambarkan Kleopatra namun dipersengketakan meliputi sebuah karya di British Museum, London, yang terbuat dari batu gamping, yang mungkin hanya menggambarkan seorang wanita yang sedang berkunjung ke Roma.[1][405] Wanita pada patung dada ini memiliki tampilan wajah mirip dengan potret-potret lainnya (termasuk hidung mancung), namun tanpa diadem kerajaan dan bergaya rambut berbeda.[1][405] Namun, patung dada British Museum memiliki kemungkinan mewakili Kleopatra pada tahap berbeda dalam kehidupannya dan juga menampilkan upaya dari Kleopatra untuk menghindari pemakaian hiasan kerajaan (seperti diadem) untuk membuat dirinya sendiri lebih nampak menjadi warga negara Republik Romawi.[405] Duane W. Roller berpendapat bahwa patung dada British Museum, bersama dengan karya-karya di Museum Mesir, Kairo; Museum Capitoline, Roma, dan koleksi pribadi Maurice Nahmen (1868–1948), meskipun memiliki tampilan wajah dan gaya rambut serupa seperti halnya patung dada Berlin namun tanpa diadem kerajaa, kebanyakan nampak menwakili anggota kalangan kerajaan atau bahkan wanita Romawi yang meniru gaya rambut populer Kleopatra.[415]

Lukisan
Lukisan gaya kedua Romawi dari Rumah Marcus Fabius Rufus di Pompeii, Italia, menggambarkan Kleopatra VII sebagai Venus Genetrix dan putranya Caesarion sebagai cupid, pertengahan abad ke-1 SM[394][417]

Dari Rumah Marcus Fabius Rufus di Pompeii, Italia, sebuah lukisan dinding Gaya Kedua pertengahan abad ke-1 SM dari dewi Venus menggendong cupid dekat pintu kuil masif diyakini merupakan penggambaran Kleopatra VII sebagai Venus Genetrix dengan putranya Caesarion.[394][417] Pembuatan lukisan tersebut nampaknya dilakukan dalam memperingati pendirian Kuil Venus Genetrix di Forum Caesar pada September 46 SM, dimana Julius Caesar mendirikan sebuah patung sepuhan yang menggambarkan Kleopatra.[394][417] Patung tersebut nampaknya membentuk dasar penggambarannya dalam seni rupa pahatan serta lukisan di Pompeii.[394][418] Wanita dalam lukisan tersebut mengenakkan sebuah diadem kerajaan di atas kepalanya dan sangat mirip dengan penampilan patung dada Vatican Cleopatra, yang mungkin menyematkan markah-markah pada marmer dari pipi kirinya dimana lengan cupid mengarah ke bawah.[394][419][410][note 62]

Ruang dengan lukisan tersebut dirubuhkan oleh pemiliknya, mungkin dalam reaksi atas eksekusi Caesarion pada 30 SM atas perintah Oktavianus, saat penggembaran publik putra Kleopatra tak disenangi rezim Romawi baru.[394][420] Di balik diadem emasnya yang dimahkotai perhiasan merah adalah sebuah kerudung tipis berlekuk yang mensugestikan bahwa gaya rambut 'melon' disukai oleh ratu.[419][note 63] Kulit putih gadingnya, wajah bulatnya, hidungnya yang mancung dan panjang, dan matanya yang bundar dan besar adalah tampilan umum dalam penggambaran dewa-dewi Romawi dan Ptolemaik.[419] Roller menyatakan bahwa "sedikit keraguan nampak menyatakan bahwa ini adalah penggambaran Kleopatra dan Caesarion di sebelah pintu Kuil Venus di Forum Julium dan, sehingga, ini menjadi satu-satunya lukisan kontemporer yang masih ada dari ratu tersebut."[394]

Sebuah engravir baja yang diterbitkan oleh John Sartain pada 1885 menggambarkan lukisan potret kematian Kleopatra VII yang sekarang hilang (kiri), sebuah lukisan enkaustik yang ditemukan di reruntuhan Romawi kuno dari Kuil Mesir Serapis di Vila Hadrianus (di Tivoli, Lazio) pada 1818;[421] ia disini nampak mengenakkan garmen berkancing dari Isis (sejalan dengan deskripsi Plutarkh dari busana jubah Isis-nya),[422] serta mahkota radian dari para penguasa Ptolemaik seperti Ptolemi V (gambar kanan dengan octodrachm emas yang dicetak pada 204–203 SM).[423] Sebuah engravir baja yang diterbitkan oleh John Sartain pada 1885 menggambarkan lukisan potret kematian Kleopatra VII yang sekarang hilang (kiri), sebuah lukisan enkaustik yang ditemukan di reruntuhan Romawi kuno dari Kuil Mesir Serapis di Vila Hadrianus (di Tivoli, Lazio) pada 1818;[421] ia disini nampak mengenakkan garmen berkancing dari Isis (sejalan dengan deskripsi Plutarkh dari busana jubah Isis-nya),[422] serta mahkota radian dari para penguasa Ptolemaik seperti Ptolemi V (gambar kanan dengan octodrachm emas yang dicetak pada 204–203 SM).[423]
Sebuah engravir baja yang diterbitkan oleh John Sartain pada 1885 menggambarkan lukisan potret kematian Kleopatra VII yang sekarang hilang (kiri), sebuah lukisan enkaustik yang ditemukan di reruntuhan Romawi kuno dari Kuil Mesir Serapis di Vila Hadrianus (di Tivoli, Lazio) pada 1818;[421] ia disini nampak mengenakkan garmen berkancing dari Isis (sejalan dengan deskripsi Plutarkh dari busana jubah Isis-nya),[422] serta mahkota radian dari para penguasa Ptolemaik seperti Ptolemi V (gambar kanan dengan octodrachm emas yang dicetak pada 204–203 SM).[423]

Lukisan lain dari Pompeii, tertanggal awal abad ke-1 M dan berada di Rumah Giuseppe II, diyakini terdiri dari gambar Kleopatra VII dengan putranya Caesarion, keduanya mengenakkan diadem kerajaan sementara ia bersandar dan mengkonsumsi racun dalam tindakan bunuh diri.[294] Lukisan tersebut awalnya dianggap menggambarkan bangsawati Carthage Sophonisba, yang menjelang akhir Perang Punic Kedua (218–201 SM) meminum racun dan melakukan bunuh diri atas perantaraan pasangannya Masinissa, Raja Numidia.[294] Argumen-argumen yang menganggap karya tersebut menggambarkan Kleopatra meliputi hubungan kuat wangsanya dengan keluarga kerajaan Numidia, Masinissa dan Ptolemi VIII telah menjadi besan dan putri Kleopatra sendiri menikahi pangeran Kleopatra menikahi pangeran Numidia, Juba II.[294] Sophonisba juga merupakan figur paling menonjol saat lukisan tersebut dibuat, sementara bunuh diri Kleopatra jauh lebih terkenal.[294] Tidak ada ular dalam lukisan tersebut, namun beberapa orang Romawi memandang bahwa ia meraih racun dari hal lain selain gigitan ular.[424] Sebuah set pintu berganda di tembok belakang dari lukisan tersebut, yang berada di bagian yang paling atas, mensugestikan bagian yang dideskripsikan dari makam Kleopatra di Aleksandria.[294] Seorang pelayan laki-laki memegang mulut buaya Mesir buatan (mungkin sebuah pegangan talenan besar), sementara pria lain berdiri dan berbusana Romawi.[294]

Pada 1818, sebuah lukisan enkaustik yang sekarang hilang ditemukan di Kuil Serapis, Vila Hadrianus dekat Tivoli, Lazio, Italia yang menggambarkan Kleopatra melakukan bunuh diri dengan seekor ular menggigit dadanya dalam keadaan terbuka.[421] Pada 1822, sebuah analisis kimia menyatakan bahwa medium untuk lukisan tersebut terdiri dari sepertiga lilin dan dua per tiga resin.[421] Ketebalan lukisan pada bagian terbuka dan tertutup Kleopatra dikabarkan sama dengan lukisan-lukisan potret mumi Fayum.[425] Sebuah engravir baha yang diterbitkan oleh John Sartain pada 1885 menggambarkan lukisan tersebut sesuai dengan deskripsi dalam laporan arkeologi yang menunjukkan bahwa Kleopatra mengenakkan busana dan perhiasan Mesir otentik pada akhir zaman Hellenistik,[426] serta mahkota radian dari para penguasa Ptolemaik, seperti yang terlihat dalam potret-potret mereka pada berbagai koin yang dicetak pada masa pemerintahan mereka masing-masing.[423]

Setelah Kleopatra bunuh diri, Oktavianus memerintahkan pembuatan sebuah lukisan yang menggambarkan bahwa ia digigit oleh seekor ular, mengarak gambar tersebut pada prosesi kemenangannya di Roma.[425][328][304] Lukisan potret kematian Kleopatra tersebut dibawa ke Roma bersama dengan sejumlah karya seni dan harta benda yang dipakai oleh Kaisar Hadrianus untuk menghias vila pribadinya, dimana benda-benda tersebut ditemukan di sebuah kuil Mesir.[421][note 64]

Jambangan Portland
Ukiran pada jambangan kaca yang diduga menggambarkan Markus Antonius sedang dirayu Kleopatra. Seekor ular muncul dari sela paha Kleopatra, dan Anton, tokoh yang dipercaya sebagai leluhur Markus Antonius, tampak sedang memperhatikan mereka, sementara Eros melayang-layang di atas kepala Kleopatra.[427]

Jambangan Portland adalah sebuah jambangan kaca berukir buatan Romawi yang diperkirakan berasal dari masa pemerintahan Kaisar Agustus, dan kini tersimpan di British Museum. Sebagian ukiran pada jambangan ini ditafsirkan sebagai penggambaran sosok Kleopatra dan Markus Antonius.[427][428] Menurut tafsiran ini, separuh ukiran menampilkan sosok Kleopatra sedang memegang lengan Markus Antonius dan menariknya agar mendekat. Seekor ular beludak (aspis) terlihat muncul dari sela paha Kleopatra, Eros melayang-layang di atas kepalanya, dan Anton, tokoh yang diyakini sebagai cikal bakal marga Antonius (bahasa Latin: Gens Antonia), tampak cemas melihat keturunannya, Markus Antonius, sedang melangkah menuju kebinasaan.[427] Separuh ukiran lagi diduga menampilkan sosok Oktavia yang ditelantarkan oleh suaminya, Markus Antonius, namun diperhatikan oleh adiknya, Kaisar Agustus.[427] Jika tafsiran ini benar, maka Jambangan Portland tentunya dibuat tidak lebih awal dari tahun 35 SM, yakni tahun ketika Markus Antonius memulangkan istrinya, Oktavia, ke Italia, lalu hidup bersama dengan Kleopatra di Aleksandria.[427]

Seni rupa Mesir asli
Relief Kleopatra VII bersama putranya, Kaisarion, pada dinding kuil Dendera

Patung Dada Kleopatra di Royal Ontario Museum mewakili sebuah patung dada Kleopatra dalam gaya Mesir.[429] Tertanggal pertengahan abad ke-1 SM, ini mungkin adalah penggambaran terawal Kleopatra sebagai dewi dan firaun berkuasa di Mesir.[429] Pahatan tersebut juga memiliki mata yang mirip dengan salinan Romawi dari karya-karya seni pahatan Ptolemaik.[430] Kompleks Kuil Dendera dekat Dendera, Mesir, berisi gambar-gambar relief ukiran gaya Mesir di sepanjang tembok luar Kuil Hathor menggambarkan Kleopatra dan putra mudanya Caesarion sebagai orang dewasa dan firaun berkuasa yang sedang membuat pemujaan kepada dewa-dewi.[431][432] Augustus mencantumkan namanya disini setelah kematian Kleopatra.[431][433] Sebuah patung basalt hitam Ptolemaik besar setinggi 41 inchi (1.04 m), yang sekarang berada di Museum Hermitage, Saint Petersburg, Rusia, dianggap mewakili Arsinoe II, istri Ptolemi II, namun analisis terkini mengindikasikan bahwa karya tersbeut menggambarkan keturunannya Kleopatra VII karena tiga uraei yang tersemat di hiasan kepalanya, sebuah peningkatan dari dua yang dipakai oleh Arsinoe II untuk melambangkan kekuasaannya atas Mesir Hulu dan Mesir Hilir.[393][389][387] Wanita dalam patung basalt tersebut juga memegang cornucopia (dikeras) ganda yang terbagi, yang dapat nampak pada koin Arsinoe II dan Kleopatra VII.[393][387]

Dalam Kleopatra und die Caesaren (2006) buatannya, Bernard Andreae [de] menyatakan bahwa patung basalt tersebut, seperti potret ratu Mesir teridealisasi lain, tak terdiri dari tampilan wajah realistis dan sehingga menambahkan sedikit pengetahuan pada penampilannya.[434] Adrian Goldsworthy menyatakan bahwa, disamping perwakilan dalam seni rupa Mesir asli, Kleopatra hanya berbusana sebagai orang asli yang "mungkin untuk ritus-ritus tertentu" dan sebagai gantinya biasanya akan berbusana seperti penguasa Mesir, yang akan meliputi hiasan kepala Yunani yang nampak pada patung-patung dada Yunani-Romawinya.[435]

Penggambaran pada Abad Pertengahan dan Awal Zaman Modern

Makan Besar Kleopatra, karya Giovanni Battista Tiepolo, 1744, National Gallery of Victoria, Melbourne[436]

Pada zaman modern, Kleopatra menjadi ikon budaya masyarakat,[363] sebuah reputasi yang dibentuk oleh drama-drama teatrikal yang bermula dari Renaisans serta seni rupa, seperti lukisan dan film.[437] Material ini banyak melampaui cangkupan dan ukuran sastra historiografi yang ada tentangnya dari Zaman Klasik dan membuat dampak yang lebih besar pada pandangan publik umum terhadap Kleopatra ketimbang pada masa sebelumnya.[438] Penyair Inggris abad ke-14 Chaucer, dalam The Legend of Good Women, mengkontekstualisasikan Kleopatra untuk dunia Kristen dari Abad Pertengahan.[439] Penggambaran Kleopatra dan Antonius, kesatria menonjolnya yang ia cintai, telah ditafsirkan pada zaman modern sebagai satir misoginistik atau main-main.[439] Namun, Chaucer menyoroti hubungan Kleopatra hanya dengan dua pria karena kehidupan penggoda yang sulit dan menulis sebagian karyanya dalam reaksi terhadap penggambaran negatif Kleopatra dalam De Mulieribus Claris dan De Casibus Virorum Illustrium karya penyair Italia abad ke-14 Giovanni Boccaccio.[440][380] Humanis Renaisans Bernardino Cacciante [it], dalam karya tahun 1504 buatannya Libretto apologetico delle donne, merupakan orang Italia pertama yang membela reputasi Kleopatra dan mengkritik dorongan moralisasi dan misogini dalam karya-karya Boccaccio.[441] Karya-karya historiografi Islam Arab menyoroti masa pemerintahan Kleopatra, seperti Padang Emas karya Al-Masudi dari abad ke-10, meskipun karya tersebut mengklaim bahwa Oktavianus meninggal setelah Kleopatra bunuh diri.[442]

Dalam seni rupa, penggambaran ukiran Kleopatra sebagai figur telanjang yang berdiri bebas dan melakukan bunuh diri dimulai dengan pemahat abad ke-16 Bartolommeo Bandinelli dan Alessandro Vittoria.[443] Cetakan-cetakan awal yang menggambarkan Kleopatra meliputi karya-karya buatan seniman Renaisans Raphael dan Michelangelo, serta cukil-cukil kayu Quattrocento abad ke-15 dalam publikasi bergambar dari karya-karya Boccaccio.[444] Kleopatra juga tampil dalam miniatur-miniatur untuk manuskrip-manuskrip teriluminasi, seperti penggambarannya dan Markus Antonius berbaring di sebuah makam gaya Gothik karya Boucicaut Master pada 1409.[379] Dalam seni pertunjukan, kematian Elizabeth I dari Inggris pada publikasi Jerman dari surat-surat yang dinyatakan berasal dari Kleopatra pada tahun 1603 dan 1606 menginspirasi Samuel Daniel untuk memajukan dan menerbitkan ulang drama tahun 1594 buatannya Cleopatra pada 1607.[445] Ini disusul oleh Antonius dan Kleopatra karya pengarang drama William Shakespeare, yang mula-mula ditampilkan pada 1608 dan menyediakan pandangan cabul dari Kleopatra yang berseberangan dengan Virgin Queen yang ia buat di Inggris.[446] Kleopatra juga muncul dalam opera-opera, seperti Giulio Cesare in Egitto tahun 1724 buatan George Frideric Handel, yang mengisahkan hubungan percintaan Caesar dan Kleopatra.[447]

Penggambaran modern dan pencitraan merek

Kemenangan Kleopatra, karya William Etty, 1821, sekarang di Lady Lever Art Gallery, Port Sunlight

Pada zaman Viktorian Britania, Kleopatra sangat berasosiasi dengan beberapa aspek budaya Mesir kuno dan gambarnya dipakai untuk memasarkan berbagai produk rumah tangga, termasuk lampu minyak, litografi, kartu pos dan rokok.[448] Novel-novel fiksi seperti Cleopatra (1889) karya H. Rider Haggard dan One of Cleopatra's Nights (1838) karya Théophile Gautier menggambarkan ratu sebagai orang timur yang sensual dan mistis, sementara Cleopatra (1894) karya Egiptologis Georg Ebers lebih berdasarkan pada akurasi sejarah.[448][449] Pengarang drama Victorien Sardou asal Perancis dan George Bernard Shaw asal Belgia membuat drama-drama tentang Kleopatra, sementara acara-acara burlesque seperti Antony and Cleopatra karya F. C. Burnand menawarkan penggambaran satir dari ratu tersebut yang menghubungkannya dan lingkungan dimana ia tinggal dengan zaman modern.[450] Antony and Cleopatra karya Shakespeare dianggap bersifat kanonikal pada era Viktorian.[451] Ketenarannya berujung pada pandangan bahwa lukisan tahun 1885 karya Lawrence Alma-Tadema menggambarkan pertemuan Antonius dan Kleopatra di tempat kesenangannya di Tarsus, meskipun Alma-Tadema menyatakan dalam surat pribadi bahwa karya tersebut menggambarkan pertemuan lanjutan mereka di Aleksandria.[452] Dalam cerpen (belum rampung) tahun 1825 buatannya Malam-malam Mesir, Alexander Pushkin mempopulerisasikan klaim-klaim yang banyak dihiraukan dari sejarawan Romawi abad ke-4 Sextus Aurelius Victor bahwa Kleopatra melacurkan dirinya sendiri kepada pria yang dibayar untuk seks dengan nyawa mereka.[453][454] Kleopatra juga diapresiasi di luar dunia Barat dan Timur Tengah, seperti cendekiawan Tiongkok dinasti Qing Yan Fu (1854–1921) yang menulis sebuah biografi khusus tentangnya.[455]

Robbing Cleopatra's Tomb (bahasa Prancis: Cléopâtre) karya Georges Méliès, sebuah film horor bisu Perancis tahun 1899, adalah film pertama yang menggambarkan karakter Kleopatra.[456] Film-film Hollywood dari abad ke-20 dipengaruhi oleh media Viktorian pada masa sebelumnya, yang membantu pembentukan karakter Kleopatra yang diperankan oleh Theda Bara dalam film Cleopatra (1917), Claudette Colbert dalam film Cleopatra (1934), dan Elizabeth Taylor dalam film Cleopatra (1963).[457] Selain perannya sebagai ratu 'vampir', pemeranan Bara sebagai Kleopatra juga memasukkan unsur-unsur Orientalisme abad ke-19, seperti despotisme, perpaduan dengan seksualitas perempuan berlebihan dan berbahaya.[458] Karakter Kleopatra yang diperankan oleh Colbert dimajukan sebagai model glamour untuk penjualan produk-produk bertema Mesir di pusat-pusat perbelanjaan pada 1930an, yang dapat berhubungan dengan teknik pemfilman sutradara Cecil B. DeMille dan tujuan pada komoditas konsimen yang mentragetkan para penonton film perempuan.[459] Dalam persiapan untuk film yang dibintangi oleh Taylor sebagai Kleopatra, majalah-majalah wanita dari awal 1960an mengiklankan cara pemakaian tata rias, busana, perhiasan, dan gaya rambut untuk mendapatkan penampilan 'Mesir' yang mirip dengan ratu Kleopatra dan Nefertiti.[460] Pada akhir abad ke-20, tak hanya terdapat empat puluh tiga film terpisah yang berkaitan dengan Kleopatra, namun juga sekitar dua ratus drama dan novel, empat puluh lima opera, dan lima balet.[461]

Karya tulis

Meskipun mitos-mitos tentang Kleopatra timbul di media populer, aspek-aspek penting dari karirnya banyak yang tak disebutkan, seperti komandonya atas angkatan laut, tindakan-tindakan administratif, dan publikasi-publikasi tentang pengobatan Yunani kuno.[364] Satu-satunya fragmen yang masih ada dari tulisan-tulisan medis dan kosmetik yang diatributkan kepada Kleopatra, seperti karya-karya yang dipersembahkan oleh Galen, termasuk pemulihan dari penyakit rambut, beruban dan ketombe, bersama dengan daftar massa dan ukuran untuk keperluan farmakologi.[462][21][463] Aëtius dari Amida mengatributkan sebuah resep untuk sabun parfum untuk Kleopatra, sementara Paulus dari Aegina memberikan instruksi-instruksi yang ditujukan kepadanya untuk mewarnai dan mengeritingkan rambut.[462] Namun, penisbahan karya-karya tulis tertentu pada Kleopatra diragukan kebenarannya oleh Ingrid D. Rowland, yang menyatakan bahwa "Berenike yang disebut Kleopatra" yang dikutip oleh dokter Romawi perempuan abad ke-3 atau ke-4 Metrodora nampaknya disangka oleh para cendekiawan abad pertengahan sebagai Kleopatra VII.[464]

Silsilah

Kiri: Patung dada Ptolemaios I Soter, berlanggam Helenistik, kini tersimpan di Louvre, Paris Kanan: Patung dada Seleukos I Nikator, tiruan buatan Romawi dari karya asli buatan Yunani, temuan dari Vila Papirus di situs arkeologi Ercolano, kini tersimpan di Museum Arkeologi Nasional Napoli Kiri: Patung dada Ptolemaios I Soter, berlanggam Helenistik, kini tersimpan di Louvre, Paris Kanan: Patung dada Seleukos I Nikator, tiruan buatan Romawi dari karya asli buatan Yunani, temuan dari Vila Papirus di situs arkeologi Ercolano, kini tersimpan di Museum Arkeologi Nasional Napoli
Kiri: Patung dada Ptolemaios I Soter, berlanggam Helenistik, kini tersimpan di Louvre, Paris
Kanan: Patung dada Seleukos I Nikator, tiruan buatan Romawi dari karya asli buatan Yunani, temuan dari Vila Papirus di situs arkeologi Ercolano, kini tersimpan di Museum Arkeologi Nasional Napoli

Kleopatra adalah putri wangsa Ptolemaios asal Yunani Makedonia,[10][465][466][note 65] Darah Eropa wangsa ini berasal dari kawasan utara Yunani.[467] Ditilik dari silsilah ayahnya, Ptolemaios XII Auletes, Kleopatra adalah keturunan dari dua orang pengiring utama Aleksander Agung, Raja Makedonia, yakni Senapati Ptolemaios I Soter, pendiri Kerajaan Wangsa Ptolemaios di tanah Mesir, dan Seleukos I Nikator, tokoh Yunani Makedonia yang mendirikan Kekaisaran Wangsa Seleukos di Asia Barat.[10][468][469][note 66] Meskipun garis nasab ayahnya dapat ditelusuri, jati diri ibu Kleopatra justru tidak diketahui.[470][471][472][note 67] Kleopatra mungkin saja adalah putri kandung Kleopatra VI Trifaina (dikenal pula sebagai Kleopatra V Trifaina),[note 3] yakni adik sepupu[473] atau adik kandung sekaligus permaisuri Ptolemaios XII.[15][471][474][note 68]

Kleopatra I Sira adalah satu-satunya kerabat wangsa Ptolemaios yang dapat dipastikan mewarisi darah selain Yunani dari beberapa orang leluhurnya, karena ia adalah keturunan dari Apama, perempuan asal Persia Sogdiana yang dipersunting Seleukos I Nikator menjadi permaisurinya.[475][476][note 69] Pada umumnya diyakini bahwa para anggota wangsa Ptolemaios tidak kawin-mawin dengan pribumi Mesir.[39][477][note 70] Michael Grant mengemukakan bahwa hanya ada satu orang perempuan Mesir yang diketahui menjadi gundik salah seorang Ptolemaios, dan tidak ada perempuan Mesir yang diketahui pernah diperistri oleh seorang Ptolemaios. Oleh karena itu Michael Grant berkesimpulan bahwa mungkin sekali tak setetes pun darah mesir mengalir di dalam nadi Kleopatra, sehingga "sudah sepatutnya ia menyebut dirinya orang Yunani."[475][note 71] Stacy Schiff mengemukakan dalam tulisannya bahwa Kleopatra adalah anak jati Yunani Makedonia dengan sedikit campuran darah Persia, mengingat putra-putra wangsa Ptolemaios sangat jarang mengambil perempuan Mesir menjadi gundik.[478][note 72] Duane W. Roller menduga bahwa Kleopatra adalah putri kandung seorang perempuan berdarah campuran, separuh Yunani Makedonia dan separuh Mesir, yang berasal dari keluarga besar imam-imam dewa Ptah (hipotesis ini tidak diterima secara umum dalam kajian ilmiah mengenai Kleopatra),[note 73] namun mengemukakan pula bahwa sekalipun berdarah campuran, Kleopatra lebih membangga-banggakan darah Yunani yang diwarisinya selaku putri wangsa Ptolemaios.[479][note 74]

Pernyataan-pernyataan bahwa Kleopatra adalah seorang anak luar nikah tidak pernah muncul dalam propaganda Romawi yang bertujuan menjelek-jelekan dirinya.[480][481][note 75] Strabo adalah satu-satunya sejarawan Abad Kuno yang berpendapat bahwa anak-anak Ptolemaios XII yang lahir sesudah Berenike IV, termasuk Kleopatra, adalah anak-anak luar nikah.[480][481][482] Kleopatra V (atau Kleopatra VI) tersingkir dari lingkungan istana Ptolemaios XII pada penghujung tahun 69 SM, beberapa bulan sesudah Kleopatra lahir, sementara tiga anak Ptolemaios XII yang paling kecil lahir ketika permaisurinya tidak lagi berada di istana.[40] Tingginya angka perkawinan sekerabat di kalangan wangsa Ptolemaios tampak jelas dalam penjabaran silsilah Kleopatra di bawah ini.[note 76] Bagan silsilah di bawah ini juga menunjukkan bahwa Kleopatra V, permaisuri Ptolemaios XII, adalah putri pasangan Ptolemaios X Aleksandros I dan Berenike III, sehingga terhitung masih bersepupu dengan suaminya. Akan tetapi Kleopatra V juga mungkin saja adalah putri Ptolemaios IX Latiros, dan dengan demikian adalah adik kandung atau adik seayah dari suaminya.[473] Kesimpangsiuran keterangan dalam sumber-sumber primer dari Abad Kuno juga telah membuat para ahli menomori nama permaisuri Ptolemaios XII ini menjadi Kleopatra V maupun Kleopatra VI. Mungkin pula Kleopatra VI sesungguhnya adalah putri Ptolemaios XII, sehingga sejumlah ahli menyimpulkan bahwa Kleopatra V sudah wafat pada tahun 69 SM, bukannya kembali ke istana dan naik takhta bersama-sama Berenike IV pada tahun 58 SM (ketika Ptolemaios XII hidup dalam pembuangan di Roma).[483][54]

Ptolemaios V EpifanesKleopatra I Sira
Ptolemaios VI FilometorKleopatra II
Ptolemaios VIII FiskonKleopatra III
Kleopatra Selene dari SuriahPtolemaios IX LatirosKleopatra IV
Ptolemaios X Aleksandros IBerenike III
Kleopatra V TrifainaPtolemaios XII Auletes
Kleopatra VII

Lihat pula

Keterangan

  1. ^ Validasi lebih lanjut mengenai "Kleopatra Berlin" dapat dibaca dalam Polo 2013, hlm. 184–186, Roller 2010, hlm. 54, 174–175, Jones 2006, hlm. 33, dan Hölbl 2001, hlm. 234.
  2. ^ a b c d Berdasarkan perhitungan tarikh menurut data historis, Theodore Cressy Skeat mengemukakan dalam Skeat 1953, hlm. 98–100 bahwa Kleopatra mangkat pada tanggal 12 Agustus 30 SM. Burstein 2004, hlm. 31 mengajukan tarikh yang sama dengan hasil perhitungan Theodore Skeat, sementara Dodson & Hilton 2004, hlm. 277 mendukung tarikh ini dengan berpendapat bahwa Kleopatra mangkat sekitar tarikh tersebut. Sumber-sumber yang menyatakan bahwa Kleopatra mangkat pada tanggal 10 Agutus SM adalah Roller 2010, hlm. 147–148, Fletcher 2008, hlm. 3, dan Anderson 2003, hlm. 56.
  3. ^ a b c (Grant 1972, hlm. 3–4, 17), (Fletcher 2008, hlm. 69, 74, 76), (Jones 2006, hlm. xiii), (Preston 2009, hlm. 22), (Schiff 2011, hlm. 28) dan (Burstein 2004, hlm. 11) memberi sebutan Kleopatra V Trifaina bagi permaisuri Ptolemaios XII Auletes, sementara (Dodson & Hilton 2004, hlm. 268–269, 273) dan (Roller 2010, hlm. 18) memberinya sebutan Kleopatra VI Trifaina, sebagai akibat dari kesimpangsiuran keterangan dalam sumber-sumber primer mengenai dua tokoh perempuan ini, yang mungkin saja adalah satu orang yang sama. Sebagaimana yang dijelaskan oleh (Whitehorne 1994, hlm. 182), Kleopatra VI mungkin adalah salah seorang putri Ptolemaios XII yang disebut-sebut namanya pada tahun 58 SM sebagai penguasa Mesir bersama-sama dengan adiknya, Berenike IV (sewaktu Ptolemaios XII tinggal dalam pembuangan di Roma), sementara permaisuri Ptolemaios XII, Kleopatra V, mungkin wafat seawal-awalnya pada musim dingin tahun 69–68 SM, manakala namanya mulai hilang dari catatan-catatan sejarah. (Roller 2010, hlm. 18–19) menduga bahwa permaisuri Ptolemaios XII, yang ia beri sebutan Kleopatra VI, hanya sekadar menghilang dari lingkungan istana selama satu dasawarsa setelah diusir dengan alasan yang tidak diketahui, dan akhirnya kembali untuk memerintah bersama-sama dengan putrinya, Berenike IV. (Fletcher 2008, hlm. 76) menerangkan bahwa warga Aleksandria memakzulkan Ptolemaios XII dan menobatkan "putri paling besarnya, Berenike IV, dan sebagai penguasa pendamping, Kleopatra V Trifaina dipanggil pulang dari pembuangan setelah 10 tahun lamanya tersingkir dari lingkungan istana. Meskipun para sejarawan yang terkemudian menduga bahwa tentu ada putri-putri lain dari Ptolemaios XII Auletes sehingga menomorinya sebagai 'Kleopatra VI', tampaknya ia hanyalah Kleopatra V yang kembali ke lingkungan istana untuk untuk bertakhta menggantikan saudara sekaligus mantan suaminya, Ptolemaios XII Auletes."
  4. ^ a b c Penolakan para penguasa dari wangsa Ptolemaios untuk bertutur dalam bahasa asli Mesir, yakni bahasa Mesir Akhir, adalah penyebab digunakannya bahasa Yunani Kuno (bahasa Yunani Koine) bersama-sama dengan bahasa Mesir Akhir dalam dokumen-dokumen resmi kerajaan semisal Batu Rosetta ("Programa Radio 4 – Sejarah Dunia dalam 100 Benda, Para Pendiri Kekaisaran (300 SM – 1 M), Batu Rosetta". BBC. Diakses tanggal 2010-06-07. ).
    Sebagaimana yang dijelaskan oleh (Burstein 2004, hlm. 43–54), Aleksandria pada zaman wangsa Ptolemaios dianggap sebagai sebuah polis (negara kota) yang terpisah dari negeri Mesir, dengan kewarganegaraan yang dikhususkan bagi orang-orang Yunani dan Makedonia Kuno, tetapi juga menampung bermacam-macam suku bangsa lain, teristimewa orang Yahudi, juga orang Mesir, orang Suriah, dan orang Nubia.
    Validasi lebih lanjut dapat dibaca dalam (Grant 1972, hlm. 3).
    Macam-macam bahasa yang dikuasai Kleopatra dapat dibaca dalam (Roller 2010, hlm. 46–48) dan (Burstein 2004, hlm. 11–12).
    Validasi lebih lanjut mengenai penggunaan bahasa Yunani sebagai bahasa resmi wangsa Ptolemaios dapat dibaca dalam (Jones 2006, hlm. 3).
  5. ^ a b Grant 1972, hlm. 5–6 mengemukakan bahwa Zaman Helenistik, yang bermula pada masa pemerintahan Aleksander Agung (336–323 SM), berakhir dengan kemangkatan Kleopatra pada tahun 30 SM. Michael Grant menegaskan bahwa bangsa Romawi menganggap bangsa Yunani Helenistik telah mengalami kemerosotan dan kehilangan kebesaran yang diwarisinya dari Zaman Yunani Klasik. Anggapan ini masih tetap lestari, bahkan muncul dalam karya-karya tulis historiografi modern. Sehubungan dengan Mesir Helenistik, Grant berpendapat bahwa "Kleopatra VII, dengan mengambil hikmah dari segala tindakan para leluhurnya kala itu, agaknya tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Namun ia dan orang-orang sezamannya pada abad pertama SM dihadapkan pada permasalahan tersendiri yang berbeda dari permasalahan yang pernah dihadapi oleh para leluhurnya. Andaikata 'Zaman Helenistik' (yang seringkali kita anggap berakhir sekitar masa hidupnya) masih tetap bertahan, akankah ada zaman kejayaan Yunani jenis apa saja yang tetap bertahan, manakala bangsa Romawi sudah menjadi kekuatan yang dominan? Inilah pertanyaan yang senantiasa membebani pikiran Kleopatra. Namun sudah barang tentu ia sama sekali tidak menganggap bahwa zaman kebesaran Yunani sudah berakhir, dan berniat untuk berusaha semampunya untuk memastikan kelestariannya."
  6. ^ (Tyldesley 2017) menerjemahkan gelar Kleopatra VII Tea Filopator menjadi "Kleopatra, Dewi Penyayang Ayahanda".
  7. ^ Penjelasan menyeluruh mengenai pendirian Aleksandria oleh Aleksander Agung, dan sifatnya yang sangat khas Yunani Helenistik pada zaman wangsa Ptolemaios, bersama sebuah hasil survei mengenai bermacam-macam suku bangsa yang mendiaminya, dapat dibaca dalam (Burstein 2004, hlm. 43–61).
    Validasi lebih lanjut mengenai pendirian Aleksandria oleh Aleksander Agung dapat dibaca dalam (Jones 2006, hlm. 6).
  8. ^ Keterangan lebih lanjut dapat dibaca dalam (Grant 1972, hlm. 20, 256, catatan kaki 42).
  9. ^ Daftar bahasa yang dikuasai Kleopatra sebagaimana diriwayatkan oleh sejarawan Abad Kuno, Ploutarkos, dapat dibaca dalam (Jones 2006, hlm. 33–34), sumber ini juga menyebutkan bahwa para penguasa Mesir dari wangsa Ptolemaios lambat laun tidak lagi menggunakan bahasa Makedonia Kuno.
  10. ^ Grant 1972, hlm. 3 berpendapat bahwa Kleopatra lahir pada akhir tahun 70 SM atau awal tahun 69 SM.
  11. ^ Keterangan yang simpang siur dalam karya-karya tulis ilmiah mebuat sebagian orang beranggapan bahwa Kleopatra VI adalah putri Ptolemaios XII, sementara ada pula yang beranggapan bahwa Kleopatra VI adalah permaisuri Ptolemaios XII, atau tokoh yang sama dengan Kleopatra V, (Jones 2006, hlm. 28) berpendapat bahwa Ptolemaios XII menurunkan enam orang anak, sementara menurut (Roller 2010, hlm. 16), hanya lima orang anak.
  12. ^ Keterangan dan validasi lebih lanjut dapat dibaca dalam (Grant 1972, hlm. 12–13). Pada tahun 1972, Michael Grant memperhitungkan bahwa 6.000 talenta, yakni jumlah uang yang harus dikeluarkan oleh Ptolemaios XII demi mendapatkan gelar "kawan dan mitra rakyat Romawi" dari dua orang triwira, Pompeyus dan Yulius Kaisar, kira-kira setara nilainya dengan £7 juta atau 17 juta dolar Amerika Serikat, kurang lebih sama dengan jumlah keseluruhan penerimaan pajak Kerajaan Wangsa Ptolemaios selama setahun.
  13. ^ (Fletcher 2008, hlm. 87) menjelaskan lebih lanjut mengenai lukisan dari Herculaneum ini sebagai berikut: "Rambut Kleopatra ditata oleh penata rambutnya yang piawai, Eiras. Meskipun seperangkat rambut palsu yang tampak kaku dan terdiri atas tiga bagian gaya rambut lurus yang panjang wajib ia kenakan bilamana tampil di hadapan rakyat Mesir, tatanan rambutnya sehari-hari adalah 'tatanan rambut melon' yang lebih praktis dan tidak aneh-aneh, yaitu rambut asli diuraikan ke arah tengkuk sedemikian rupa sehingga menyerupai garis-garis pada kulit buah melon kemudian dijepit dan disanggul di belakang kepala. Gaya tatanan rambut yang menjadi ciri khas Arsinoe II dan Berenike II ini sudah tidak lazim lagi dipakai selama hampir dua abad sampai akhirnya dihidupkan kembali oleh Kleopatra; namun selaku orang yang berpaham tradisional sekaligus seorang inovator, ia memakai tatanan rambut ini tanpa berkerudung kain halus sebagaimana para pendahulunya. Dan jika kedua pendahulunya itu berambut pirang seperti Aleksander Agung, maka Kleopatra mungkin malah berambut sebagaimana yang tampak pada lukisan potret seorang perempuan mengenakan diadem kerajaan dikelilingi corak-corak hias khas Mesir yang telah teridentifikasi sebagai sebagai potret Kleopatra."
  14. ^ Informasi mengenai latar belakang politik dari tindakan aneksasi Romawi atas Siprus, yakni tindakan yang didasarkan atas keputusan Senat Romawi atas usulan Publius Klodius Pulker, dapat dibaca dalam (Grant 1972, hlm. 13–14).
  15. ^ Informasi lebih lanjut dapat dibaca dalam (Grant 1972, hlm. 15–16).
  16. ^ (Fletcher 2008, hlm. 76–77) nyaris tidak meragukan keterangan ini: "Auletes, yang dimakzulkan pada akhir musim panas tahun 58 SM dan mengkhawatirkan keselamatan nyawanya itu, melarikan diri meninggalkan istana dan kerajaannya, meskipun tidak seorang diri saja. Karena salah satu sumber Yunani mengungkapkan bahwa ia ditemani oleh 'salah seorang dari antara putri-putrinya', dan karena putri tertuanya, Berenike IV, sedang memerintah selaku kepala monarki, dan putri terkecilnya, Arisone, masih bayi, maka pada umumnya diduga bahwa yang menemaninya adalah putri tengah sekaligus anak kesayangannya, Kleopatra, yang baru berumur sebelas tahun."
  17. ^ Informasi lebih lanjut dapat dibaca dalam (Grant 1972, hlm. 16).
  18. ^ Informasi lebih lanjut mengenai Gayus Rabirius Postumus, si cukong Romawi, dan mengenai Pasukan Gabiniani yang ditempatkan Aulus Gabinianus di Mesir, dapat dibaca dalam (Grant 1972, hlm. 18–19).
  19. ^ Informasi lebih lanjut dapat dibaca dalam (Grant 1972, hlm. 18).
  20. ^ Informasi lebih lanjut dapat dibaca di (Grant 1972, hlm. 19–20, 27–29).
  21. ^ Informasi lebih lanjut dapat dibaca dalam (Grant 1972, hlm. 28–30).
  22. ^ Informasi lebih lanjut dapat dibaca dalam (Fletcher 2008, hlm. 88–92) dan (Jones 2006, hlm. 31, 34–35).
    (Fletcher 2008, hlm. 85–86) berpendapat bahwa peristiwa gerhana matahari sebagian, yang terjadi pada tanggal 7 Maret 51 SM, bertepatan dengan kemangkatan Ptolemaios XII sekaligus penobatan Kleopatra. Kemangkatan Ptolemaios XII sengaja dirahasiakan oleh Kleopatra, dan baru diberitahukan kepada Senat Republik Romawi berbulan-bulan kemudian dalam sebuah pesan yang mereka terima pada tanggal 30 Juni 51 SM.
    Meskipun demikian, (Grant 1972, hlm. 30) mengklaim bahwa Senat sudah diberitahu perihal kemangkatan Ptolemaios XII pada tanggal 1 Agustus 51 SM. Michael Grant menduga Ptolemaios XII mungkin saja masih hidup selambat-lambatnya sampai dengan bulan Mei, sementara sebuah sumber Mesir mengungkapkan bahwa ia masih memerintah bersama Kleopatra pada tanggal 15 Juli 51 SM, meskipun mungkin sekali pada tanggal tersebut Kleopatra sesungguhnya "menutup-nutupi perihal kemangkatan ayahnya" agar ia dapat mengukuhkan kekuasaannya atas Mesir.
  23. ^ (Pfrommer & Towne-Markus 2001, hlm. 34) mengulas tentang perkawinan sedarah antara Ptolemaios II dan Arsinoe II sebagai berikut: "Ptolemaios Keraunos, yang berhasrat menjadi Raja Makedonia ... menewaskan anak-anak Arsinoë yang masih kecil di depan mata ibu mereka. Sang Permaisuri yang telah kehilangan kerajaan itu melarikan diri ke tanah Mesir, disongsong oleh saudara kandungnya, Ptolemaios II. Namun karena tidak puas hanya tinggal sebagai tamu di istana wangsa Ptolemaios, ia membuat permaisuri Ptolemaios II dihukum buang ke Mesir Hulu dan menikahi adik kandungnya itu sekitar tahun 275 SM. Meskipun dianggap sebagai perbuatan keji oleh bangsa Yunani, kawin sumbang semacam ini dibenarkan oleh adat-istiadat bangsa Mesir. Akibatnya, masyarakat terpecah menjadi dua kubu mengikuti pandangan mereka terhadap perkawinan ini. Kubu yang mendukung menyanjung-nyanjung pasangan ini sebagai pengejawantahan perkawinan kahyangan antara dewa Zeus dan dewi Hera, sementara kubu yang menentang tak henti-hentinya menghujani mereka dengan berbagai celaan kasar. Salah seorang pencela yang paling sarkastis, yakni seorang penyair yang pandai merangkai kata-kata yang tajam menusuk, terpaksa melarikan diri dari Aleksandria demi menyelamatkan nyawanya. Penyair malang itu akhirnya dibekuk oleh bala tentara laut Kerajaan Wangsa Ptolemaios di perairan lepas pantai Pulau Kreta, dikurung dalam sebuah sangkar besi, lantas ditenggelamkan. Tindakan ini serta tindakan-tindakan serupa agaknya mampu meredakan hujan celaan."
  24. ^ Informasi lebih lanjut dapat dibaca dalam Fletcher 2008, hlm. 92–93.
  25. ^ Informasi lebih lanjut dapat dibaca dalam (Fletcher 2008, hlm. 96–97) dan (Jones 2006, hlm. 39).
  26. ^ Informasi lebih lanjut dapat dibaca dalam (Jones 2006, hlm. 39–41).
  27. ^ a b Informasi lebih lanjut dapat dibaca dalam (Fletcher 2008, hlm. 98) dan (Jones 2006, hlm. 39–43, 53–55).
  28. ^ Informasi lebih lanjut dapat dibaca dalam (Fletcher 2008, hlm. 98–100) dan (Jones 2006, hlm. 53–55).
  29. ^ Informasi lebih lanjut dapat dibaca dalam (Burstein 2004, hlm. 18) dan (Fletcher 2008, hlm. 101–103).
  30. ^ a b Informasi lebih lanjut dapat dibaca dalam (Fletcher 2008, hlm. 113).
  31. ^ Informasi lebih lanjut dapat dibaca dalam (Fletcher 2008, hlm. 118).
  32. ^ Informasi lebih lanjut dapat dibaca dalam (Burstein 2004, hlm. xxi, 19) dan (Fletcher 2008, hlm. 118–120).
  33. ^ Informasi lebih lanjut dapat dibaca dalam (Burstein 2004, hlm. 76).
  34. ^ Informasi lebih lanjut dapat dibaca dalam (Fletcher 2008, hlm. 119–120).
    Terkait peristiwa pengepungan Aleksandria, (Burstein 2004, hlm. 19) berpendapat bahwa bala bantuan Yulius Kaisar tiba pada bulan Januari, tetapi (Roller 2010, hlm. 63) berpendapat bahwa bala bantuan ini datang pada bulan Maret.
  35. ^ Informasi dan validasi lebih lanjut dapat dibaca dalam (Anderson 2003, hlm. 39) dan (Fletcher 2008, hlm. 120).
  36. ^ Informasi dan validasi lebih lanjut dapat dibaca dalam (Fletcher 2008, hlm. 121) dan (Jones 2006, hlm. xiv).
    (Roller 2010, hlm. 64–65) berpendapat bahwa ketika itu (tahun 47 SM) Ptolemaios XIV berumur 12 tahun, sementara (Burstein 2004, hlm. 19) berpendapat bahwa Ptolemaios XIV baru berumur 10 tahun.
  37. ^ Informasi dan validasi lebih lanjut dapat dibaca dalam (Anderson 2003, hlm. 39) dan (Fletcher 2008, hlm. 154, 161–162).
  38. ^ (Roller 2010, hlm. 70) menulis tentang hubungan anak-beranak antara Yulius Kaisar dan Kaisarion sebagai berikut: "Perihal hubungan anak-beranak antara Yulius Kaisar dan Kaisarion ini menjadi berbelit-belit dalam perang propaganda antara Markus Antonius dan Oktavianus pada penghujung era 30-an SM–kubu yang satu merasa perlu membuktikan bahwa Yulius Kaisar adalah ayah kandung Kaisarion, sementara kubu yang lain merasa perlu untuk menyangkalinya–sehingga tanggapan Yulius Kaisar sendiri mengenai hal ini menjadi mustahil untuk dipastikan sekarang ini. Informasi yang sintas nyaris bertentangan: konon Yulis Kaisar menyangkal dalam surat wasiatnya namun diam-diam mengakui Kaisarion sebagai putranya, dan mengizinkan pemakaian nama Kaisarion. Sahabat Yulius Kaisar, Gayus Opius, bahkan menulis sebuah risalah yang membuktikan bahwa Kaisarion bukanlah putra Yulius Kaisar, dan Gayus Helvius Sina–penyair yang dibunuh oleh para perusuh yang dibangkitkan amarahnya oleh pidato Markus Antonius dalam upacara pemakaman Yulius Kaisar–pada tahun 44 SM menyiapkan rancangan undang-undang yang mengizinkan Yulius Kaisar mengambil istri sebanyak yang dikehendakinya demi menghasilkan keturunan. Meskipun sebagian besar pembahasan mengenai hal ini baru muncul sepeninggal Yulius Kaisar, tampaknya ia sendiri berkeinginan sedapat mungkin menutup-nutupi kelahiran Kaisarion namun tidak dapat berbuat apa-apa ketika Kleopatra berulang kali menggembar-gemborkannya."
  39. ^ Informasi dan validasi lebih lanjut dapat dibaca dalam (Jones 2006, hlm. xiv, 78).
  40. ^ Informasi lebih lanjut dapat dibaca dalam (Fletcher 2008, hlm. 214–215).
  41. ^ Sebagaimana yang dijelaskan oleh (Burstein 2004, hlm. 23), Kleopatra menampilkan dirinya sebagai Isis, dewi bangsa Mesir, dalam wujud Afroditi dewi bangsa Yunani, yang sedang menjumpai Osiris, pasangan dewatanya, dalam wujud Dionisos, dewa bangsa Yunani, yakni dewa yang dikait-kaitkan dengan Markus Antonius oleh pendeta-pendeta kuil Artemis di Efesus sebelum pertemuannya dengan Kleopatra. Sejumlah kepingan uang logam yang sintas dari masa pemerintahan Kleopatra juga memuat gambaran dirinya sebagai Venus-Afroditi, sebagaimana yang dijelaskan oleh (Fletcher 2008, hlm. 205).
  42. ^ Untuk informasi selengkapnya tentang Publius Ventidius Bassus dan kemenangannya atas pasukan Parthia di Pertempuran Gunung Gindarus, lihat Kennedy 1996, hlm. 80–81.
  43. ^ Menurut Roller 2010, hlm. 91–92, para penguasa negara klien yang diangkat oleh Markus Antonius meliputi Herodes I dari Yudea, Amintas dari Galatia, Polemon I dari Pontus, dan Archelaus dari Cappadocia.
  44. ^ Bringmann 2007, hlm. 301 mengklaim bahwa Oktavia Minor memberikan 1,200 pasukan kepada Markus Antonius, bukan 2,000 seperti yang disebutkan dalam Roller 2010, hlm. 97–98 dan Burstein 2004, hlm. 27–28
  45. ^ Roller 2010, hlm. 100 menyatakan bahwa tak jelas jika mereka benar-benar menikah, sementara Burstein 2004, hlm. 29 menyatakan bahwa pernikahan tersebut secara terbuka menyegel aliansi Antonius dengan Kleopatra, alih-alih Oktavianus sekarang ia ceraikan dari Oktavia. Koin-koin Antonius dan Kleopatra menggambarkan mereka dalam perilaku khas dari pasangan kerajaan Hellenistik, seperti yang dijelaskan oleh Roller 2010, hlm. 100.
  46. ^ Jones 2006, hlm. xiv menyatakan bahwa "Oktavianus memajukan perang propaganda melawan Antonius dan Kleopatra, menekankan status Kleopatra sebagai wanita dan orang asing yang berharap berbagi dalam kekuasana Romawi."
  47. ^ Stanley M. Burstein, dalam Burstein 2004, hlm. 33 menyebut nama Quintus Cascellius sebagai penerima pengecualian pajak, bukan Publius Canidius Crassus yang disebut oleh Duane W. Roller dalam Roller 2010, hlm. 134.
  48. ^ Seperti yang dijelaskan oleh Jones 2006, hlm. 147: "politically, Octavian had to walk a fine line as he prepared to engage in open hostilities with Antony. He was careful to minimize associations with civil war, as the Roman people had already suffered through many years of civil conflict and Octavian could risk losing support if he declared war on a fellow citizen."
  49. ^ Untuk catatan terjemahan dari Plutarch dan Cassius Dio, Jones 2006, hlm. 194–195 menulis bahwa implemen yang dipakai untuk menusuk kulit Cleopatra adalah sebuah tusuk rambut.
  50. ^ Roller 2010, hlm. 149 dan Skeat 1953, hlm. 99–100 menjelaskan masa kekuasaan jangka pendek nominal Caesarion, atau Ptolemi XV, berlangsung selama delapan belas tahun pada Agustus 30 SM. Namun, Duane W. Roller, mengutip Theodore Cressy Skeat, menyatakan bahwa masa pemerintahan Caesarion "secara esensial adalah sebuah fiksi yang diciptakan oleh para kronografer Mesir untuk menutup celah antara kematian [Kleopatra] dan kekuasaan Romawi resmi atas Mesir (di bawah firaun baru, Oktavianus)," contohnya dengan mengutip Stromata karya Klemens dari Aleksandria (Roller 2010, hlm. 149, 214, footnote 103).
    Plutarch, yang diterjemahkan oleh Jones 2006, hlm. 187, secara tersirat menyatakan bahwa "Oktavianus membunuh Caesarion pada masa berikutnya, setelah kematian Kleopatra."
  51. ^ Jones 2006, hlm. 187, menerjemahkan Plutarch, yang mengutip perkataan Arius Didymus (disebut "Areius sang filsuf" dalam teks tersebut) kepada Oktavianus bahwa "tak bagus memiliki banyak Kaisar", yang nampaknya mendorong Oktavianus untuk membunuh Caesarion.
  52. ^ Berbeda dengan provinsi Romawi biasanya, Oktavianus menjadikan Mesir sebagai teritorial yang berada di bawah kontrol pribadinya, menghindari Senat Romawi dari campur tangan kepentingan apapun dan melantik gubernur Mesir ekuestriannya sendiri, dimana orang pertama yang memegang jabatan tersebut adalah Cornelius Gallus. Untuk informasi selengkapnya, lihat Southern 2014, hlm. 185 dan Roller 2010, hlm. 151.
  53. ^ Jones 2006, hlm. 60 memberikan spekulasi bahwa pengarang De Bello Alexandrino, yang ditulis dalam prosa Latin antara tahun 46–43 SM, mungkin adalah Aulus Hirtius, seorang perwira militer yang bertugas di bawah kepemimpinan Julius Caesar.
  54. ^ Untuk informasi selengkapnya dan catatan Strabo tentang Kleopatra, dalam Geographica, lihat Jones 2006, hlm. 28–30.
  55. ^ Seperti yang dijelaskan oleh Chauveau 2000, hlm. 2–3, material sumber dari Mesir tertanggal masa pemerintahan Kleopatra meliputi sekitar lima puluh dokumen papirus dalam bahasa Yunani kuno, kebanyakan dari kota Heracleopolis, dan hanya sedikit papirus yang ditulis dalam bahasa Mesir Demotik. Secara keseluruhan, ini adalah kumpulan teks asli paling sedikit yang masih ada ketimbang bukti lainnya dari periode Mesir Ptolemaik.
  56. ^ Untuk penjelasan Kleopatra menurut Plutarch, yang mengklaim bahwa kecantikannya tak "sepenuhnya berbanding" namun ia memiliki kepribadian yang "menjerat" dan "merasuk", lihat Jones 2006, hlm. 32–33.
  57. ^ Fletcher 2008, hlm. 205 menyatakan: "Cleopatra was the only female Ptolemy to issue coins on her own behalf, some showing her as Venus-Aphrodite. Caesar now followed her example and, taking the same bold step, became the first living Roman to appear on coins, his rather haggard profile accompanied by the title 'Parens Patriae', 'Father of the Fatherland'."
  58. ^ Untuk informasi selengkapnya, lihat .
  59. ^ Untuk informasi dan validasi selengkapnya, lihat Curtius 1933, hlm. 182–192, Walker 2008, hlm. 348, Raia & Sebesta 2017 dan Grout 2017b.
  60. ^ Untuk informasi dan validasi selengkapnya, lihat Grout 2017b dan Roller 2010, hlm. 174–175.
  61. ^ Untuk informasi selengkapnya, lihat Curtius 1933, hlm. 182–192, Walker 2008, hlm. 348 dan Raia & Sebesta 2017.
  62. ^ Pengamatan bahwa pipi kiri Vatican Cleopatra sempat memiliki tangan cupid yang dipisahkan mula-mula disugestikan oleh Ludwig Curtius pada 1933. Diana E. E. Kleiner mendukung anggapan ini. Lihat Kleiner 2005, hlm. 153, serta Walker 2008, hlm. 40 dan Curtius 1933, hlm. 182–192. Sementara Kleiner 2005, hlm. 153 berpendapat bahwa benjol di atas kepala marmer tersebut mungkin merupakan sebuah uraeus yang tercabut, Curtius 1933, hlm. 187 memberikan penjelasan bahwa karya tersebut sempat dijadikan perwakilan pahatan dari sebuah perhiasan.
  63. ^ Curtius 1933, hlm. 187 menyatakan bahwa benjolan rusak di sepanjang garis rambut dan diadem dari patung dada Vatican Cleopatra nampaknya merupakan perwakilan pahatan dari sebuah perhiasan, yang Walker 2008, hlm. 40 secara langsung membandingkan perhiasan merah yang dilukis dalam diadem yang dikenakan oleh Venus, nampaknya merupakan Kleopatra dalam sebuah fresko dari Pompeii.
  64. ^ Dalam Pratt & Fizel 1949, hlm. 14–15, Frances Pratt dan Becca Fizel menolak gagasan yang dimajukan oleh beberapa cendekiawan pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 bahwa lukisan tersebut mungkin dibuat oleh seorang seniman Renaisans Italia. Pratt dan Fizel menyoroti gaya klasik dari lukisan tersebut tersaji seperti dalam deskripsi tekstual dan engravir baja. Mereka berpendapat bahwa ini nampaknya bukanlah sebuah karya lukisan buatan seorang pelukis zaman Renaisans dengan bahan-bahan enkaustik, berasal dari riset terhadap busana dan perhiasan Mesir zaman Hellenistik seperti yang tergambar dalam lukisan tersebut, dan sebelumnya sudah ditempatkan di reruntuhan kuil Mesir di Vila Hadrianus.
  65. ^ Informasi lebih lanjut tentang garis nasab Yunani Makedonia dari Kleopatra dapat dibaca dalam (Pucci 2011, hlm. 201), (Grant 1972, hlm. 3–5), dan (Royster 2003, hlm. 47–49).
  66. ^ Informasi dan validasi lebih lanjut perihal pendirian Mesir Helenistik oleh Aleksander Agung, dan perihal garis nasab Kleopatra yang berasal dari Ptolemaios I Soter, dapat dibaca dalam (Grant 1972, hlm. 7–8) dan (Jones 2006, hlm. 3).
  67. ^ Informasi lebih lanjut dapat dibaca dalam (Grant 1972, hlm. 3–4) dan (Burstein 2004, hlm. 11).
  68. ^ Informasi lebih lanjut dapat dibaca dalam (Fletcher 2008, hlm. 69, 74, 76).
  69. ^ Perihal garis nasab Sogdiana dari Apama, permaisuri Seleukos I Nikator, dapat dibaca dalam (Holt 1989, hlm. 64–65, catatan kaki 63).
  70. ^ Sebagaimana yang dijelaskan oleh (Burstein 2004, hlm. 47–50), suku-suku bangsa utama di Mesir pada zaman wangsa Ptolemaios adalah Mesir, Yunani, dan Yahudi, masing-masing dipisahkan dari yang lain berdasarkan hukum, bermukim di kawasan permukiman tersendiri, dan dilarang melakukan pernikahan beda suku bangsa, di kota-kota multibudaya, yakni Aleksandria, Naukratis, dan Ptolemaida Ermia. Meskipun demikian, sebagaimana dijelaskan oleh (Fletcher 2008, hlm. 82, 88–93), jabatan imamat pribumi Mesir berkaitan erat raja-raja pelindungnya dari wangsa Ptolemaios, sampai-sampai Kleopatra diduga memiliki seorang saudara sepupu tiri berkebangsaan Mesir, yakni Pasyerienptah III, Imam Besar Ptah di Memfis, Mesir.
  71. ^ (Grant 1972, hlm. 5) berpendapat bahwa nenek Kleopatra, yakni ibu dari Ptolemaios XII, mungkin seorang perempuan keturunan Suriah (namun mengakui pula bahwa "sangat mungkin perempuan ini masih terhitung peranakan Yunani"), tetapi sudah pasti bukan seorang perempuan pribumi Mesir, karena sepanjang sejarah wangsa Ptolemaios hanya ada satu orang perempuan Mesir yang diketahui pernah menjadi gundik dari salah seorang penguasa dari wangsa Ptolemaios.
  72. ^ (Schiff 2011, hlm. 42) lebih jauh lagi berpendapat bahwa, ditilik dari garis nasabnya, Kleopatra tidak berkulit gelap, meskipun mencermati pula bahwa Kleopatra tidak tergolong berkulit cerah di kalangan wangsa Ptolemaios, malah kulitnya sewarna dengan madu. Sebagai buktinya ia mengemukakan bahwa sanak saudara Kleopatra digambarkan memiliki kulit yang sewarna dengan madu sehingga "mungkin pula Kleopatra memiliki kulit dengan warna serupa." (Goldsworthy 2010, hlm. 127, 128) setuju dengan pendapat ini, dan berkesimpulan bahwa sebagai seorang perempuan keturunan Makedonia dengan sedikit campuran darah Suriah, mungkin sekali Kleopatra tidak berkulit gelap (karena propaganda Romawi tidak pernah menyebut demikian), dan menulis bahwa "warna kulit yang lebih terang jauh lebih mungkin, menilik garis nasabnya," namun juga mencermati bahwa Kleopatra bisa saja memiliki "warna kulit yang agak gelap, khas kawasan Laut Tengah" karena berdarah campuran. (Grant 1972, hlm. 5) setuju dengan dugaan Goldsworthy perihal warna kulit Kleopatra, bahwasanya meskipun hampir dapat dipastikan bukan warna kulit khas Mesir, Kleopatra memiliki warna kulit yang agak gelap karena berdarah campuran Yunani dan Persia, serta mungkin juga Suriah. (Preston 2009, hlm. 77) setuju dengan pendapat Grant bahwa, ditilik dari garis nasabnya, Kleopatra "nyaris pasti berambut gelap dan berwarna kulit zaitun."
  73. ^ Informasi lebih lanjut perihal jati diri ibu Kleopatra dapat dibaca dalam (Burstein 2004, hlm. 11), (Fletcher 2008, hlm. 73), (Goldsworthy 2010, hlm. 127, 128), (Grant 1972, hlm. 4), dan (Roller 2010, hlm. 165-166). Joann Fletcher berpendapat bahwa hipotesis ini meragukan dan kurang bukti. Menurut Stanley M. Burstein, bukti tidak langsung yang kuat menyiratkan bahwa ibu Kleopatra boleh jadi adalah salah seorang anggota keluarga imam dewa Ptah, namun para sejarawan pada umumnya berasumsi bahwa ibu Kleopatra adalah Kleopatra V Trifaina, permaisuri Ptolemaios XII. Adrian Goldsworthy menyepelekan gagasan yang mengatakan bahwa ibu Kleopatra adalah anggota keluarga imam Mesir sebagai gagasan yang "murni hasil terkaan" belaka. Michael Grant berpendapat bahwa Kleopatra V mungkin sekali adalah ibu dari Kleopatra VII. Duane W. Roller mencermati bahwa meskipun Kleopatra mungkin saja adalah putri keluarga imam dewa Ptah, tokoh utama lainnya yang juga mungkin merupakan putri keluarga imam dewa Ptah adalah Kleopatra VI, dengan mempertahankan ketidakpastian yang berpangkal pada "tersingkirnya" Kleopatra VI yang "mengaburkan pokok permasalahan."
  74. ^ (Schiff 2011, hlm. 2) sepakat dengan pendapat ini, dan menyimpulkan bahwa Kleopatra "menjunjung tinggi tradisi keluarga." Sebagaimana yang dicermati oleh (Dudley 1960, hlm. 57), Kleopatra dan sanak saudaranya adalah "[para] pengganti firaun-firaun pribumi yang, melalui suatu birokrasi yang sangat tertata, mengeksploitasi sedemikian banyaknya sumber-sumber daya alam di Lembah Sungai Nil."
  75. ^ (Grant 1972, hlm. 4) berpendapat bahwa jika benar Kleopatra adalah seorang anak haram, "sekian banyak seterunya di kalangan bangsa Romawi tentunya sudah menyebarluaskan aib ini keseluruh dunia."
  76. ^ Bagan silsilah dan pembahasan singkat mengenai tokoh-tokoh di dalamnya dapat dibaca dalam Dodson & Hilton 2004, hlm. 268–281. Aidan Dodson dan Dyan Hilton menyebut Kleopatra V sebagai Kleopatra VI dan menyebut Kleopatra Selene dari Suriah sebagai Kleopatra V Selene. Garis titik-titik pada bagan silsilah di bawah ini menunjukkan hubungan anak-beranak yang mungkin sekali benar tetapi masih diperdebatkan.
Kesalahan pengutipan: Tag <ref> dengan nama "FOOTNOTERaiaSebesta2017" yang didefinisikan di <references> tidak digunakan pada teks sebelumnya.

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g h Raia & Sebesta (2017).
  2. ^ a b c d e f g h i Art Institute of Chicago ().
  3. ^ a b c d e f g h i j Grout (2017b).
  4. ^ Burstein (2004), hlm. xx–xxiii, 155.
  5. ^ a b c d Hölbl (2001), hlm. 231.
  6. ^ Roller (2010), hlm. 1.
  7. ^ Royster (2003), hlm. 48.
  8. ^ Arti kata "muruah" menurut KBBI daring
  9. ^ Muellner ().
  10. ^ a b c Roller (2010), hlm. 15–16.
  11. ^ Roller (2010), hlm. 15–16, 39.
  12. ^ Fletcher (2008), hlm. 55–57.
  13. ^ Burstein (2004), hlm. 15.
  14. ^ Fletcher (2008), hlm. 84, 215.
  15. ^ a b Roller (2010), hlm. 18.
  16. ^ Roller (2010), hlm. 32–33.
  17. ^ Fletcher (2008), hlm. 1, 3, 11, 129.
  18. ^ a b c Burstein (2004), hlm. 11.
  19. ^ Roller (2010), hlm. 29–33.
  20. ^ Fletcher (2008), hlm. 1, 5, 13–14, 88, 105–106.
  21. ^ a b c d Burstein (2004), hlm. 11–12.
  22. ^ Schiff (2011), hlm. 33.
  23. ^ a b Roller (2010), hlm. 46–48.
  24. ^ Fletcher (2008), hlm. 5, 82, 88, 105–106.
  25. ^ Roller (2010), hlm. 46–48, 100.
  26. ^ Roller (2010), hlm. 38–42.
  27. ^ Burstein (2004), hlm. xviii, 10.
  28. ^ Grant (1972), hlm. 9–12.
  29. ^ a b c d e Roller (2010), hlm. 17.
  30. ^ a b Grant (1972), hlm. 10–11.
  31. ^ a b Burstein (2004), hlm. xix.
  32. ^ Grant (1972), hlm. 11.
  33. ^ Burstein (2004), hlm. 12.
  34. ^ Fletcher (2008), hlm. 74.
  35. ^ Roller (2010), hlm. 15.
  36. ^ Jones (2006), hlm. xiii, 28.
  37. ^ a b Roller (2010), hlm. 16.
  38. ^ a b Anderson (2003), hlm. 38.
  39. ^ a b c Fletcher (2008), hlm. 73.
  40. ^ a b Roller (2010), hlm. 18–19.
  41. ^ Fletcher (2008), hlm. 68–69.
  42. ^ Roller (2010), hlm. 19.
  43. ^ Fletcher (2008), hlm. 69.
  44. ^ Roller (2010), hlm. 45–46.
  45. ^ Roller (2010), hlm. 45.
  46. ^ Fletcher (2008), hlm. 81.
  47. ^ Roller (2010), hlm. 20.
  48. ^ Burstein (2004), hlm. xix, 12–13.
  49. ^ Roller (2010), hlm. 20–21.
  50. ^ Burstein (2004), hlm. xx, 12–13.
  51. ^ Fletcher (2008), hlm. 74–76.
  52. ^ Roller (2010), hlm. 21.
  53. ^ a b Burstein (2004), hlm. 13.
  54. ^ a b c Fletcher (2008), hlm. 76.
  55. ^ Walker & Higgs (2001), hlm. 314–315.
  56. ^ Fletcher (2008), hlm. 87, gambar-gambar beserta keterangan gambar antara hlmn. 246–247.
  57. ^ a b c d Roller (2010), hlm. 22.
  58. ^ a b Burstein (2004), hlm. xx, 13, 75.
  59. ^ Burstein (2004), hlm. 13, 75.
  60. ^ Grant (1972), hlm. 14–15.
  61. ^ a b Fletcher (2008), hlm. 76–77.
  62. ^ Roller (2010), hlm. 23.
  63. ^ Fletcher (2008), hlm. 77–78.
  64. ^ Roller (2010), hlm. 23–24.
  65. ^ Fletcher (2008), hlm. 78.
  66. ^ Grant (1972), hlm. 16.
  67. ^ a b c Roller (2010), hlm. 24.
  68. ^ Burstein (2004), hlm. xx, 13.
  69. ^ Grant (1972), hlm. 16–17.
  70. ^ Burstein (2004), hlm. 13, 76.
  71. ^ a b Roller (2010), hlm. 24–25.
  72. ^ Burstein (2004), hlm. 76.
  73. ^ Burstein (2004), hlm. 23, 73.
  74. ^ a b Roller (2010), hlm. 25.
  75. ^ a b Grant (1972), hlm. 18.
  76. ^ a b Burstein (2004), hlm. xx.
  77. ^ a b Roller (2010), hlm. 25–26.
  78. ^ Burstein (2004), hlm. 13–14, 76.
  79. ^ a b Fletcher (2008), hlm. 11–12.
  80. ^ Burstein (2004), hlm. 13–14.
  81. ^ Fletcher (2008), hlm. 11–12, 80.
  82. ^ a b Roller (2010), hlm. 26.
  83. ^ a b Burstein (2004), hlm. 14.
  84. ^ Roller (2010), hlm. 26–27.
  85. ^ Fletcher (2008), hlm. 80, 85.
  86. ^ Roller (2010), hlm. 27.
  87. ^ Burstein (2004), hlm. xx, 14.
  88. ^ Fletcher (2008), hlm. 84–85.
  89. ^ Roller (2010), hlm. 53, 56.
  90. ^ Burstein (2004), hlm. xx, 15–16.
  91. ^ Roller (2010), hlm. 53–54.
  92. ^ a b Burstein (2004), hlm. 16–17.
  93. ^ a b Roller (2010), hlm. 53.
  94. ^ a b Roller (2010), hlm. 54–56.
  95. ^ a b c Burstein (2004), hlm. 16.
  96. ^ a b Roller (2010), hlm. 56.
  97. ^ Fletcher (2008), hlm. 91–92.
  98. ^ a b c Roller (2010), hlm. 36–37.
  99. ^ a b c Burstein (2004), hlm. 5.
  100. ^ a b c Grant (1972), hlm. 26–27.
  101. ^ a b Roller (2010), hlm. 56–57.
  102. ^ Fletcher (2008), hlm. 73, 92–93.
  103. ^ Fletcher (2008), hlm. 92–93.
  104. ^ a b Roller (2010), hlm. 57.
  105. ^ a b c Burstein (2004), hlm. xx, 17.
  106. ^ a b Roller (2010), hlm. 58.
  107. ^ Fletcher (2008), hlm. 94–95.
  108. ^ Fletcher (2008), hlm. 95.
  109. ^ Roller (2010), hlm. 58–59.
  110. ^ Burstein (2004), hlm. 17.
  111. ^ Fletcher (2008), hlm. 95–96.
  112. ^ Roller (2010), hlm. 59.
  113. ^ a b c Fletcher (2008), hlm. 96.
  114. ^ a b Roller (2010), hlm. 59–60.
  115. ^ a b Fletcher (2008), hlm. 97–98.
  116. ^ a b Bringmann (2007), hlm. 259.
  117. ^ a b Burstein (2004), hlm. xxi, 17.
  118. ^ a b c Roller (2010), hlm. 60.
  119. ^ Fletcher (2008), hlm. 98.
  120. ^ Jones (2006), hlm. 39–43, 53.
  121. ^ Burstein (2004), hlm. xxi, 17–18.
  122. ^ a b Roller (2010), hlm. 60–61.
  123. ^ Bringmann (2007), hlm. 259–260.
  124. ^ a b Burstein (2004), hlm. xxi, 18.
  125. ^ a b c d e f g Bringmann (2007), hlm. 260.
  126. ^ a b c d Roller (2010), hlm. 61.
  127. ^ a b Fletcher (2008), hlm. 100.
  128. ^ a b Burstein (2004), hlm. 18.
  129. ^ Hölbl (2001), hlm. 234–235.
  130. ^ Jones (2006), hlm. 56–57.
  131. ^ Hölbl (2001), hlm. 234.
  132. ^ Jones (2006), hlm. 57–58.
  133. ^ Roller (2010), hlm. 61–62.
  134. ^ a b c d Hölbl (2001), hlm. 235.
  135. ^ Fletcher (2008), hlm. 112–113.
  136. ^ Roller (2010), hlm. 26, 62.
  137. ^ a b Roller (2010), hlm. 62.
  138. ^ Burstein (2004), hlm. 18, 76.
  139. ^ Burstein (2004), hlm. 18–19.
  140. ^ Roller (2010), hlm. 62–63.
  141. ^ Hölbl (2001), hlm. 235–236.
  142. ^ a b c Roller (2010), hlm. 63.
  143. ^ Hölbl (2001), hlm. 236.
  144. ^ Fletcher (2008), hlm. 118–119.
  145. ^ Burstein (2004), hlm. xxi, 76.
  146. ^ Fletcher (2008), hlm. 119.
  147. ^ a b c Burstein (2004), hlm. 19.
  148. ^ Roller (2010), hlm. 63–64.
  149. ^ Burstein (2004), hlm. xxi, 19, 76.
  150. ^ a b c Roller (2010), hlm. 64.
  151. ^ Burstein (2004), hlm. xxi, 19–21, 76.
  152. ^ Fletcher (2008), hlm. 172.
  153. ^ Roller (2010), hlm. 64, 69.
  154. ^ Burstein (2004), hlm. xxi, 19–20.
  155. ^ Fletcher (2008), hlm. 120.
  156. ^ Roller (2010), hlm. 64–65.
  157. ^ Roller (2010), hlm. 65.
  158. ^ a b Burstein (2004), hlm. 19–20.
  159. ^ Fletcher (2008), hlm. 125.
  160. ^ a b Roller (2010), hlm. 65–66.
  161. ^ Fletcher (2008), hlm. 126.
  162. ^ Roller (2010), hlm. 66.
  163. ^ Fletcher (2008), hlm. 108, 149–150.
  164. ^ a b c Roller (2010), hlm. 67.
  165. ^ Burstein (2004), hlm. 20.
  166. ^ Fletcher (2008), hlm. 153.
  167. ^ Roller (2010), hlm. 69–70.
  168. ^ a b Burstein (2004), hlm. xxi, 20.
  169. ^ a b Roller (2010), hlm. 70.
  170. ^ Fletcher (2008), hlm. 162–163.
  171. ^ a b c Jones (2006), hlm. xiv.
  172. ^ Ashton (2001b), hlm. 164.
  173. ^ Roller (2010), hlm. 71.
  174. ^ Fletcher (2008), hlm. 179–182.
  175. ^ Roller (2010), hlm. 21, 57, 72.
  176. ^ Burstein (2004), hlm. xxi, 20, 64.
  177. ^ Fletcher (2008), hlm. 181–182.
  178. ^ a b Roller (2010), hlm. 72.
  179. ^ Fletcher (2008), hlm. 194–195.
  180. ^ Roller (2010), hlm. 72, 126.
  181. ^ a b Burstein (2004), hlm. 21.
  182. ^ Fletcher (2008), hlm. 201–202.
  183. ^ a b Roller (2010), hlm. 72, 175.
  184. ^ Fletcher (2008), hlm. 195–196, 201.
  185. ^ a b c Roller (2010), hlm. 72–74.
  186. ^ a b c Fletcher (2008), hlm. 205–206.
  187. ^ a b Roller (2010), hlm. 74.
  188. ^ a b Burstein (2004), hlm. xxi, 21.
  189. ^ Fletcher (2008), hlm. 207–213.
  190. ^ Fletcher (2008), hlm. 213–214.
  191. ^ Roller (2010), hlm. 74–75.
  192. ^ Burstein (2004), hlm. xxi, 22.
  193. ^ Roller (2010), hlm. 77–79, Gambar 6.
  194. ^ a b c d e f Roller (2010), hlm. 75.
  195. ^ Burstein (2004), hlm. xxi, 21–22.
  196. ^ a b Burstein (2004), hlm. 22.
  197. ^ Burstein (2004), hlm. 22–23.
  198. ^ Burstein (2004), hlm. xxi, 22–23.
  199. ^ Roller (2010), hlm. 76.
  200. ^ Roller (2010), hlm. 76–77.
  201. ^ a b Burstein (2004), hlm. xxi, 23.
  202. ^ Roller (2010), hlm. 77.
  203. ^ Roller (2010), hlm. 77–79.
  204. ^ Burstein (2004), hlm. 23.
  205. ^ a b c Roller (2010), hlm. 79.
  206. ^ Burstein (2004), hlm. xxi, 24, 76.
  207. ^ a b Burstein (2004), hlm. 24.
  208. ^ Burstein (2004), hlm. xxii, 24.
  209. ^ Roller (2010), hlm. 79–80.
  210. ^ a b c d e Burstein (2004), hlm. 25.
  211. ^ Roller (2010), hlm. 77–79, 82.
  212. ^ Bivar (1983), hlm. 58.
  213. ^ Brosius (2006), hlm. 96.
  214. ^ Roller (2010), hlm. 81–82.
  215. ^ a b Roller (2010), hlm. 82–83.
  216. ^ a b c d e f Bringmann (2007), hlm. 301.
  217. ^ a b c Roller (2010), hlm. 83.
  218. ^ Roller (2010), hlm. 83–84.
  219. ^ Burstein (2004), hlm. xxii, 25.
  220. ^ a b Roller (2010), hlm. 84.
  221. ^ Burstein (2004), hlm. 73.
  222. ^ Roller (2010), hlm. 84–85.
  223. ^ a b Roller (2010), hlm. 85.
  224. ^ Roller (2010), hlm. 85–86.
  225. ^ Burstein (2004), hlm. xxii, 25, 73.
  226. ^ a b c Roller (2010), hlm. 86.
  227. ^ a b Roller (2010), hlm. 86–87.
  228. ^ a b c Burstein (2004), hlm. 26.
  229. ^ a b Roller (2010), hlm. 89.
  230. ^ Roller (2010), hlm. 89–90.
  231. ^ a b Roller (2010), hlm. 90.
  232. ^ a b c d e f Burstein (2004), hlm. xxii, 25–26.
  233. ^ Roller (2010), hlm. 90–91.
  234. ^ a b c d Burstein (2004), hlm. 77.
  235. ^ Roller (2010), hlm. 91–92.
  236. ^ a b Roller (2010), hlm. 92.
  237. ^ Roller (2010), hlm. 92–93.
  238. ^ Roller (2010), hlm. 93–94.
  239. ^ Roller (2010), hlm. 94, 142.
  240. ^ Roller (2010), hlm. 94.
  241. ^ a b c Roller (2010), hlm. 95.
  242. ^ Burstein (2004), hlm. 26–27.
  243. ^ a b Roller (2010), hlm. 94–95.
  244. ^ Roller (2010), hlm. 95–96.
  245. ^ a b Roller (2010), hlm. 96.
  246. ^ a b c Roller (2010), hlm. 97.
  247. ^ Burstein (2004), hlm. xxii, 27.
  248. ^ a b Burstein (2004), hlm. 27.
  249. ^ Classical Numismatic Group ().
  250. ^ Gurval (2011), hlm. 57.
  251. ^ a b Roller (2010), hlm. 97–98.
  252. ^ a b Burstein (2004), hlm. 27–28.
  253. ^ a b Roller (2010), hlm. 98.
  254. ^ a b c d Roller (2010), hlm. 99.
  255. ^ Burstein (2004), hlm. 28.
  256. ^ Burstein (2004), hlm. xxii, 28.
  257. ^ Burstein (2004), hlm. 28–29.
  258. ^ a b Roller (2010), hlm. 133–134.
  259. ^ a b c d Burstein (2004), hlm. 33.
  260. ^ Roller (2010), hlm. 99–100.
  261. ^ Bringmann (2007), hlm. 301–302.
  262. ^ a b c Burstein (2004), hlm. xxii, 29.
  263. ^ a b Roller (2010), hlm. 100.
  264. ^ a b c d e f g Burstein (2004), hlm. 29.
  265. ^ Roller (2010), hlm. 100–101.
  266. ^ a b Roller (2010), hlm. 129–130.
  267. ^ Roller (2010), hlm. 130.
  268. ^ Burstein (2004), hlm. 65–66.
  269. ^ Roller (2010), hlm. 130–131.
  270. ^ Roller (2010), hlm. 132.
  271. ^ Roller (2010), hlm. 133.
  272. ^ a b c d e f g Roller (2010), hlm. 134.
  273. ^ a b Bringmann (2007), hlm. 302.
  274. ^ Bringmann (2007), hlm. 302–303.
  275. ^ a b c d e f g h Bringmann (2007), hlm. 303.
  276. ^ Burstein (2004), hlm. 29–30.
  277. ^ a b c d e f g Roller (2010), hlm. 135.
  278. ^ a b c d e Burstein (2004), hlm. 30.
  279. ^ a b Roller (2010), hlm. 136.
  280. ^ a b Burstein (2004), hlm. xxii, 30.
  281. ^ Jones (2006), hlm. 147.
  282. ^ Roller (2010), hlm. 136–137.
  283. ^ Roller (2010), hlm. 137, 139.
  284. ^ a b c Bringmann (2007), hlm. 303–304.
  285. ^ a b Roller (2010), hlm. 137.
  286. ^ Roller (2010), hlm. 137–138.
  287. ^ a b c Roller (2010), hlm. 138.
  288. ^ a b c Roller (2010), hlm. 139.
  289. ^ a b Roller (2010), hlm. 139–140.
  290. ^ a b c d e f Bringmann (2007), hlm. 304.
  291. ^ Burstein (2004), hlm. 30–31.
  292. ^ a b c d Roller (2010), hlm. 140.
  293. ^ Burstein (2004), hlm. xxii–xxiii, 30–31.
  294. ^ a b c d e f g Roller (2010), hlm. 178–179.
  295. ^ Burstein (2004), hlm. xxii–xxiii.
  296. ^ a b c d e Roller (2010), hlm. 141.
  297. ^ a b c d e f g h Burstein (2004), hlm. 31.
  298. ^ a b Roller (2010), hlm. 141–142.
  299. ^ a b c d e Roller (2010), hlm. 142.
  300. ^ a b c Roller (2010), hlm. 143.
  301. ^ Roller (2010), hlm. 142–143.
  302. ^ Roller (2010), hlm. 143–144.
  303. ^ Roller (2010), hlm. 144.
  304. ^ a b Burstein (2004), hlm. xxiii, 31.
  305. ^ Roller (2010), hlm. 144–145.
  306. ^ a b c d e f Roller (2010), hlm. 145.
  307. ^ a b c Southern (2009), hlm. 153.
  308. ^ Southern (2009), hlm. 153–154.
  309. ^ Southern (2009), hlm. 154.
  310. ^ Jones (2006), hlm. 184.
  311. ^ Southern (2009), hlm. 154–155.
  312. ^ Jones (2006), hlm. 184–185.
  313. ^ a b c Roller (2010), hlm. 146.
  314. ^ Jones (2006), hlm. 185–186.
  315. ^ a b Southern (2009), hlm. 155.
  316. ^ Roller (2010), hlm. 146–147, 213, footnote #83.
  317. ^ Gurval (2011), hlm. 61.
  318. ^ a b c d Roller (2010), hlm. 147.
  319. ^ Roller (2010), hlm. 147–148.
  320. ^ Burstein (2004), hlm. xxiii, 31–32.
  321. ^ Jones (2006), hlm. 194.
  322. ^ a b Burstein (2004), hlm. 65.
  323. ^ a b Jones (2006), hlm. 194–195.
  324. ^ a b Roller (2010), hlm. 148–149.
  325. ^ a b Anderson (2003), hlm. 56.
  326. ^ Roller (2010), hlm. 148.
  327. ^ a b Burstein (2004), hlm. 31–32.
  328. ^ a b Roller (2010), hlm. 149.
  329. ^ Burstein (2004), hlm. 32.
  330. ^ Roller (2010), hlm. 149–150.
  331. ^ Burstein (2004), hlm. xxiii, 32.
  332. ^ Skeat (1953), hlm. 99–100.
  333. ^ Roller (2010), hlm. 150.
  334. ^ Roller (2010), hlm. 150–151.
  335. ^ Jones (2006), hlm. 197–198.
  336. ^ Burstein (2004), hlm. xxiii, 1.
  337. ^ Grant (1972), hlm. 5–6.
  338. ^ Bringmann (2007), hlm. 304–307.
  339. ^ Grant (1972), hlm. 6–7.
  340. ^ Burstein (2004), hlm. 34.
  341. ^ Chauveau (2000), hlm. 69–71.
  342. ^ Roller (2010), hlm. 104, 110–113.
  343. ^ Fletcher (2008), hlm. 216–217.
  344. ^ Burstein (2004), hlm. 33–34.
  345. ^ Roller (2010), hlm. 103–104.
  346. ^ Burstein (2004), hlm. 39–41.
  347. ^ Chauveau (2000), hlm. 78–80.
  348. ^ Roller (2010), hlm. 104–105.
  349. ^ Burstein (2004), hlm. 37–38.
  350. ^ Roller (2010), hlm. 106–107.
  351. ^ a b c Roller (2010), hlm. 153.
  352. ^ a b Burstein (2004), hlm. 32, 76–77.
  353. ^ a b Roller (2010), hlm. 153–154.
  354. ^ Roller (2010), hlm. 154–155.
  355. ^ a b Roller (2010), hlm. 155.
  356. ^ Burstein (2004), hlm. 32, 77.
  357. ^ Burstein (2004), hlm. xxiii, 32, 77.
  358. ^ Roller (2010), hlm. 155–156.
  359. ^ Burstein (2004), hlm. xxiii, 32, 77–78.
  360. ^ Roller (2010), hlm. 156.
  361. ^ Burstein (2004), hlm. 32, 69, 77–78.
  362. ^ a b Roller (2010), hlm. 151.
  363. ^ a b c d Anderson (2003), hlm. 36.
  364. ^ a b Roller (2010), hlm. 7.
  365. ^ a b Roller (2010), hlm. 7–8.
  366. ^ Burstein (2004), hlm. 67, 93.
  367. ^ a b Jones (2006), hlm. 32.
  368. ^ Roller (2010), hlm. 7–8, 44.
  369. ^ a b c Roller (2010), hlm. 8.
  370. ^ a b Gurval (2011), hlm. 57–58.
  371. ^ a b Lippold (1936), hlm. 169–171.
  372. ^ a b Curtius (1933), hlm. 184 ff. Abb. 3 Taf. 25—27..
  373. ^ a b c d e f Roller (2010), hlm. 8–9.
  374. ^ Burstein (2004), hlm. 93.
  375. ^ Jones (2006), hlm. 60–62.
  376. ^ a b Burstein (2004), hlm. 67.
  377. ^ Gurval (2011), hlm. 66–70.
  378. ^ Gurval (2011), hlm. 65–66.
  379. ^ a b Anderson (2003), hlm. 54.
  380. ^ a b Burstein (2004), hlm. 68.
  381. ^ Chauveau (2000), hlm. 2–3.
  382. ^ a b Roller (2010), hlm. 1–2.
  383. ^ Roller (2010), hlm. 2.
  384. ^ Burstein (2004), hlm. 63.
  385. ^ Roller (2010), hlm. 3.
  386. ^ Anderson (2003), hlm. 37–38.
  387. ^ a b c Ashton (2008), hlm. 83–85.
  388. ^ a b c Polo (2013), hlm. 186, 194 footnote10.
  389. ^ a b Roller (2010), hlm. 176.
  390. ^ Fletcher (2008), hlm. 195–196.
  391. ^ Roller (2010), hlm. 72, 151, 175.
  392. ^ a b Varner (2004), hlm. 20.
  393. ^ a b c Grout (2017a).
  394. ^ a b c d e f g h i j Roller (2010), hlm. 175.
  395. ^ Ashton (2008), hlm. 83.
  396. ^ Roller (2010), hlm. 182–186.
  397. ^ Fletcher (2008), hlm. 205.
  398. ^ Roller (2010), hlm. 107.
  399. ^ Jones (2006), hlm. 31, 34.
  400. ^ a b Kleiner (2005), hlm. 144.
  401. ^ a b Fletcher (2008), hlm. 104.
  402. ^ Roller (2010), hlm. 18, 182.
  403. ^ Roller (2010), hlm. 185.
  404. ^ a b Roller (2010), hlm. 182.
  405. ^ a b c d e f g Walker & Higgs (2017).
  406. ^ a b Fletcher (2008), hlm. 195.
  407. ^ Fletcher (2008), hlm. 87.
  408. ^ a b Roller (2010), hlm. 174–175.
  409. ^ a b Polo (2013), hlm. 185–186.
  410. ^ a b c d Fletcher (2008), hlm. 198–199.
  411. ^ Kleiner (2005), hlm. 151–153, 155.
  412. ^ Polo (2013), hlm. 184–186.
  413. ^ a b Kleiner (2005), hlm. 155–156.
  414. ^ Fletcher (2008), hlm. 199–200.
  415. ^ Roller (2010), hlm. 175–176.
  416. ^ a b Roller (2010), hlm. 174-175.
  417. ^ a b c Walker (2008), hlm. 35, 42–44.
  418. ^ Walker (2008), hlm. 35, 44.
  419. ^ a b c Walker (2008), hlm. 40.
  420. ^ Walker (2008), hlm. 43–44.
  421. ^ a b c d Pratt & Fizel (1949), hlm. 14–15.
  422. ^ Plutarch (1920), hlm. 9.
  423. ^ a b Sartain (1885), hlm. 41, 44.
  424. ^ Roller (2010), hlm. 148, 178–179.
  425. ^ a b Pratt & Fizel (1949), hlm. 14.
  426. ^ Pratt & Fizel (1949), hlm. 15.
  427. ^ a b c d e Roller (2010), hlm. 178.
  428. ^ Walker (2004), hlm. 41–59.
  429. ^ a b Ashton (2002), hlm. 39.
  430. ^ Ashton (2002), hlm. 36.
  431. ^ a b Kleiner (2005), hlm. 87.
  432. ^ Roller (2010), hlm. 113–114, 176–177.
  433. ^ Roller (2010), hlm. 113–114.
  434. ^ Polo (2013), hlm. 194 footnote11.
  435. ^ Goldsworthy (2010), hlm. 8.
  436. ^ Anderson (2003), hlm. 11–36.
  437. ^ Roller (2010), hlm. 6–7.
  438. ^ Roller (2010), hlm. 6–9.
  439. ^ a b Gurval (2011), hlm. 73–74.
  440. ^ Anderson (2003), hlm. 51–54.
  441. ^ Anderson (2003), hlm. 54–55.
  442. ^ Jones (2006), hlm. 271–274.
  443. ^ Anderson (2003), hlm. 60.
  444. ^ Anderson (2003), hlm. 51, 60–62.
  445. ^ Rowland (2011), hlm. 232.
  446. ^ Rowland (2011), hlm. 232–233.
  447. ^ Woodstra, Brennan & Schrott (2005), hlm. 548.
  448. ^ a b Wyke & Montserrat (2011), hlm. 173–174.
  449. ^ Pucci (2011), hlm. 201.
  450. ^ Wyke & Montserrat (2011), hlm. 173–177.
  451. ^ Wyke & Montserrat (2011), hlm. 173.
  452. ^ DeMaria Smith (2011), hlm. 161.
  453. ^ Jones (2006), hlm. 260–263.
  454. ^ Pucci (2011), hlm. 198, 201.
  455. ^ Hsia (2004), hlm. 227.
  456. ^ Jones (2006), hlm. 325.
  457. ^ Wyke & Montserrat (2011), hlm. 172–173, 178.
  458. ^ Wyke & Montserrat (2011), hlm. 178–180.
  459. ^ Wyke & Montserrat (2011), hlm. 181–183.
  460. ^ Wyke & Montserrat (2011), hlm. 172–173.
  461. ^ Pucci (2011), hlm. 195.
  462. ^ a b Roller (2010), hlm. 50–51.
  463. ^ Fletcher (2008), hlm. 81–82.
  464. ^ Rowland (2011), hlm. 141–142.
  465. ^ Jones (2006), hlm. xiii, 3, 279.
  466. ^ Burstein (2004), hlm. 3, 34, 36, 43, 63–64.
  467. ^ Fletcher (2008), hlm. 1, 23.
  468. ^ Burstein (2004), hlm. 3, 34, 36, 51.
  469. ^ Fletcher (2008), hlm. 23, 37–42.
  470. ^ Roller (2010), hlm. 15–16, 164–166.
  471. ^ a b Jones (2006), hlm. xiii.
  472. ^ Dodson & Hilton (2004), hlm. 273.
  473. ^ a b Dodson & Hilton (2004), hlm. 268–269, 273.
  474. ^ Burstein (2004), hlm. 11, 75.
  475. ^ a b Grant (1972), hlm. 5.
  476. ^ Fletcher (2008), hlm. 56, 73.
  477. ^ Burstein (2004), hlm. 69–70.
  478. ^ Schiff (2011), hlm. 2, 42.
  479. ^ Roller (2010), hlm. 15, 18, 166.
  480. ^ a b Grant (1972), hlm. 4.
  481. ^ a b Roller (2010), hlm. 165.
  482. ^ Burstein (2004), hlm. 11, 69.
  483. ^ Whitehorne (1994), hlm. 182.

Sumber

Sumber daring

Sumber cetak

Bacaan tambahan

Pranala luar

Kleopatra
Lahir: 69 SM Meninggal: 30 SM
Gelar kebangsawanan
Didahului oleh:
Ptolemaios XII
Ratu Mesir
51–30 SM
bersama dengan Ptolemaios XII,
Ptolemaios XIII,
Ptolemaios XIV,
Ptolemaios XV
Jabatan dihapuskan
Mesir dianeksasi Republik Romawi