Islam di Aceh: Perbedaan antara revisi
Sobboy Moi (bicara | kontrib) |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(53 revisi perantara oleh 30 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Islam by country}} |
|||
== Pendahuluan == |
|||
'''Islam di Aceh''' adalah agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Aceh. Banyak ahli sejarah baik dalam maupun luar negeri yang berpendapat bahwa agama [[Islam]] pertama sekali masuk ke [[Indonesia]] melalui [[Aceh]]. |
|||
Secara historis sosiologis, masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia sangatkompleks. Terdapat banyak permasalahan yang terkait dengannya, misalnya dari mana asalIslam yang masuk ke Indonesia, siapa yang membawa, apa latar belakangnya danbagaimana dinamikanya, baik dari segi ajaran Islam maupun pemeluknya. |
|||
Keterangan [[Marco Polo]] yang singgah di [[Perlak]] pada tahun 1292 menyatakan bahwa negeri itu sudah menganut agama Islam. Begitu juga [[Samudera Pasai]], berdasarkan makam yang diketemukan di bekas kerajaan tersebut dan berita sumber-sumber yang ada seperti yang sudah kita uraikan bahwa kerajaan ini sudah menjadi kerajaan Islam sekitar 1270.<ref>{{Cite web|url=https://www.tagar.id/sejarah-awal-masuknya-islam-di-aceh|title=Sejarah Awal Masuknya Islam di Aceh|last=News|first=Tagar|date=2017-12-23|website=TAGAR|language=id|access-date=2019-11-08}}</ref> |
|||
1. Kompleksitasini menjadi lebih rumit, ketika dihadapkan pada realitas Islam yang masuk dan diterimaoleh bangsa Indonesia. Padahal Indonesia merupakan identitas negara kesatuan yang terdiridari berbagai daerah yang tentunya masing-masing daerah memiliki kekhasan tersendiri.Di Aceh, misalnya, menurut sebagian pendapat, Islam telah masuk ke Aceh sejak abad pertama Hijriah (ke-7 atau 8 M), seperti dikemukakan oleh Hamka, namun ia menjadisebuah agama populis pada abad kesembilan seperti pendapat Ali Hasjmy |
|||
==Sejarah== |
|||
=== Aceh pra-Islam === |
|||
2.atau menjadisebuah kekuasaan pada abad ke-13 M seperti pendapat para orientalis, Snouck Hourgronje,misalnya. |
|||
[[Berkas:Dayah Umi Rawiyah.JPG|jmpl|300px|Sebuah [[dayah]] di Aceh.]] |
|||
Menurut Zainuddin sebagaimana dinyatakan dalam ''Aceh Serambi Mekkah'', bahwa sebagian besar catatan sejarah tentang Aceh sebelum tahun 400 M tidak diketahui secara jelas. Bahkan, catatan J. Kreemer sebagaimana dikutip oleh Aboebakar Atjeh menyebutkan bahwa sebelum tahun 1500 sejarah Aceh masih belum diketahui orang. |
|||
[[Christiaan Snouck Hurgronje|Snouck Hurgronje]] menunjukkan sedikit gambaran yang mengindikasikan adanya pengaruh Hindu di Aceh, dengan memperhatikan cara berpakaian para wanita Aceh yang dikatakannya bersanggul miring mirip dengan cara para wanita Hindu. Menurutnya pula, langsung atau tidak langsung, Hinduisme pada suatu waktu mengalir ke dalam peradaban dan [[bahasa Aceh]] walaupun hal ini sangat sulit diteliti dalam riwayat dan adat.<ref>{{Cite web|url=https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/sepenggal-sejarah-peralihan-hindu-islam-di-aceh|title=Sepenggal Sejarah Peralihan Hindu-Islam di Aceh - Situs Budaya Indonesia|last=Kaya|first=Indonesia|website=IndonesiaKaya|language=Indonesia|access-date=2019-11-08}}</ref> |
|||
3.Akan tetapi sebelum penetrasi Islam ke wilayah ini, agama Hindu atau lainnyatelah eksis, bahkan situs peninggalannya masih dapat kita temui. Gavin W. Jonesmenyatakan bahwa menjelang abad kedelapan Masehi, Hinduisme dan Budhisme telah adadi pulau Sumatera dan Jawa. Bahkan pernah ada kerajaan besar di Sumatera, yaitu Kerajaan |
|||
Julius Jacob seorang ahli kesehatan yang pernah bertugas di Aceh tahun 1878 menyatakan bahwa pengaruh [[Agama Hindu|Hindu]] atas penduduk setidak-tidaknya dapat ditemukan dengan kenyataan tentang pemakaian nama-nama tempat dalam bahasa Hindu istilahnya terdapat dalam bahasa Aceh.<ref>{{Cite web|url=https://nofalliata.wordpress.com/agama-islam-dan-sekte-sektenya/dari-hinduisme-hingga-islamisasi-di-aceh/|title=Dari Hinduisme Hingga Islamisasi di Aceh|date=2012-02-18|website=Nofalliata's Blog, Kajian Ilmiah|language=id-ID|access-date=2019-11-08}}</ref> |
|||
== Aceh Pra Islam == |
|||
Sejauh ini literatur yang berbicara tentang Aceh, pada umumnya memuat informasitentang Islam, terutama menekankan pada setting sosial dan islamisasinya. Lalu bagaimanakondisi sosio-kultur masyarakat Aceh sebelum Islam? Agama apa yang dianut olehmasyarakat Aceh pra Islam? Berbagai kesulitan membentang untuk menjawab pertanyaanini. |
|||
Dalam ranah kesusastraan, sastra Aceh juga memiliki keterpengaruhan Hindu,seperti adanya Hikayat ''Sri Rama'' dalam [[bahasa Melayu]], dikenal sebagai saduran dari Kakawin ''Ramayana'' karya ''Walmiki''. Baik versi Aceh maupun Melayu dari Hikayat ''Sri Rama'' maupun ''Rahwana'' telah menimbulkan dugaan bahwa hikayat itu mencerminkan sejarah Aceh dan Raja ''Rahwana'' yang dimaksud di dalamnya adalah Raja yang pernah bertahta di ''Indrapuri'' (Aceh Besar). Nama-nama [[gampong]] tua dari bahasa Sangsekerta seperti ''Indrapuri'' atau ''Indrapurwa'' juga telah dikaitkan oleh sementara penduduk sebagai suatu nama kota-kota kerajaan Hindu yang pernah tumbuh di Aceh, meski demikian hal itu samasekali tidak dapat dijadikan pegangan untuk mengatakan bahwa telah berdiri kerajaan Hindu di Aceh, karena masih memerlukan pembuktian-pembuktian yang dapat dipercaya mengenai hal ini.<ref>{{Cite web|url=https://waspadaaceh.com/2018/06/03/masjid-indrapuri-catatan-sejarah-islam-di-aceh/|title=Masjid Indrapuri, Catatan Sejarah Islam di Aceh {{!}} Waspada Aceh|last=Redaksi|language=id-ID|access-date=2019-11-08|archive-date=2019-11-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20191108150245/https://waspadaaceh.com/2018/06/03/masjid-indrapuri-catatan-sejarah-islam-di-aceh/|dead-url=yes}}</ref> |
|||
Di antaranya disebabkan oleh langkanya referensi yang dapat ditemukan. Oleh karenaitu, wajar bila Zainuddin sebagaimana dinyatakan dalam Aceh Serambi Mekkah, |
|||
bahwa sebagian besar catatan sejarah tentang Aceh sebelum tahun 400 M tidak diketahui secara jelas. Bahkan, catatan J. Kreemer sebagaimana dikutip oleh Aboebakar Atjeh menyebutkan bahwa sebelum tahun 1500 sejarah Aceh masih belum diketahui orang. |
|||
Pada masa itu, budaya yang hidup dalam masyarakat Aceh diserap dari nilai-nilai agama Hindu. Menurut Van Langen, pada dasarnya orang Aceh berasal dari bangsa Hindu. Migrasi Hindu bertapak di Pantai Utara Aceh dan dari sini menuju ke pedalaman. Dari Gigieng dan Pidie, mungkin juga dari daerah Pase, migrasi Hindu menuju ke daerah Mukim XXII di [[Kabupaten Aceh Besar|Aceh Besar]]. Meskipun pendapat ini dibantah oleh C. Snouck Hurgronje. Akan tetapi, jika diperhatikan dari intensitas pergaulan, terutama dalam bidang perdagangan antara Aceh dan India pada masa itu, maka dapat dikatakan bahwa agama Hindu merupakan anutan sebagian masyarakat Aceh sebelum kedatangan Islam. Selain Hindu, diperkirakan agama Budha juga menjadi anutan bagi sebagian masyarakat Aceh yang lain, yang diduga dibawa oleh orang-orang Cina.<ref>[http://digilib.uinsby.ac.id/9540/7/Bab%203.pdf Proses Islamisasi Di Aceh]</ref> |
|||
Snouck Hurgronye menunjukkan sedikit gambaran yang mengindikasikan adanyapengaruh Hindu di Aceh, dengan memperhatikan cara berpakaian para wanita Aceh yangdikatakannya bersanggul miring mirip dengan cara para wanita Hindu. Menurutnya pula,langsung atau tidak langsung, Hinduisme pada suatu waktu mengalir ke dalam peradabandan bahasa Aceh walaupun hal ini sangat sulit diteliti dalam riwayat dan adat. Julius Jacobseorang ahli kesehatan yang pernah bertugas di Aceh tahun 1878 menyatakan bahwapengaruh Hindu atas penduduk setidak-tidaknya dapat ditemukan dengan kenyataantentang pemakaian nama-nama tempat dalam bahasa Hindu istilahnya terdapat dalambahasa Aceh. |
|||
===Penyebaran Islam di Aceh=== |
|||
[[Berkas:Meuseujid Raya Baiturrahman, Aceh.jpg|jmpl|300px|[[Masjid Raya Baiturrahman]] di Banda Aceh.]] |
|||
Tentang sejarah perkembangan [[Islam]] di daerah Aceh pada zaman-zaman permulaan itu petunjuk yang ada selain yang telah kita sebutkan pada bagian-bagian yang lalu ada pada naskah-naskah yang berasal dari dalam negeri sendiri seperti Kitab Sejarah Melayu, [[Hikayat Raja-raja Pasai|Hikayat Raja-Raja Pasai]]. Menurut kedua kitab tersebut, seorang mubaligh yang bernama Syekh Ismail telah datang dari Mekkah sengaja menuju Samudera untuk mengislamkan penduduk di sana. Sesudah menyebarkan agama Islam seperlunya, Syekh Ismail pun pulang kembali ke [[Mekkah]]. Perlu juga disebutkan di sini bahwa dalam kedua kitab ini disebutkan pula negeri-negeri lain di Aceh yang turut diislamkan, antara lain, [[Kesultanan Peureulak|Perlak]], [[Kerajaan Lamuri|Lamuri]], [[Barus]], dan lain-lain.<ref>{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ulama-ulama-penyiar-islam-awal-di-aceh-abad-16-17m/|title=ULAMA-ULAMA PENYIAR ISLAM AWAL DI ACEH (Abad 16-17M)|date=2013-09-30|website=Direktorat Jendral Kebudayaan|language=id-ID|access-date=2019-11-08}}</ref> |
|||
Berdasarkan keterangan kedua sumber itu dapatlah diperkirakan bahwa sebagian tempat-tempat di Aceh, terutama tempat-tempat di tepi pantai telah memeluk agama Islam. Islam yang masuk ke Aceh khususnya dan Indonesia umumnya pada mulanya mengikuti jalan-jalan dan kota-kota dagang di pantai, kemudian barulah menyebar ke pedalaman. Para pedagang dan mubaligh telah memegang peranan penting dalam penyebaran agama Islam.<ref>{{Cite news|url=https://www.merdeka.com/peristiwa/menelusuri-gampong-pande-tempat-pertama-masuk-islam-di-nusantara.html|title=Menelusuri Gampong Pande, tempat pertama masuk Islam di Nusantara|work=[[Merdeka.com]]|language=id|access-date=2019-11-08|editor-last=Aliansyah|editor-first=Muhamad Agil|last=Afif}}</ref> |
|||
Dalam ranah kesusastraan, sastra Aceh juga memiliki keterpengaruhan Hindu,seperti adanya Hikayat ''Sri Rama'' dalam bahasa Melayu, dikenal sebagai saduran dari Kakawin ''Ramayana'' karya ''Walmiki''. Baik versi Aceh maupun Melayu dari Hikayat ''Sri Rama'' maupun ''Rahwana'' telah menimbulkan dugaan bahwa hikayat itu mencerminkan sejarah Aceh dan Raja ''Rahwana'' yang dimaksud di dalamnya adalah Raja yang pernah bertahta di ''Indrapuri'' (Aceh Besar). Nama-nama gampong tua dari bahasa Sangsekerta seperti ''Indrapuri'' atau ''Indraparwa'' juga telah dikaitkan oleh sementara penduduk sebagai suatu nama kota-kota kerajaan Hindu yang pernah tumbuh di Aceh, meski demikian hal itu samasekali tidak dapat dijadikan pegangan untuk mengatakan bahwa telah berdiri kerajaanHindu di Aceh, karena masih memerlukan pembuktian-pembuktian yang dapat dipercaya mengenai hal ini. |
|||
Secara historis sosiologis, masuk dan berkembangnya Islam ke suatu daerah sangat kompleks. Terdapat banyak permasalahan yang terkait dengannya, misalnya dari mana asalnya, siapa yang membawa, apa latar belakangnya dan bagaimana dinamikanya, baik dari segi ajaran Islam maupun pemeluknya. Ada beberapa pendapat yang menyatakan kapan masuknya Islam ke Aceh. [[Hamka]] berpendapat Islam masuk ke Aceh sejak abad pertama Hijriah (ke-7 atau 8 M) namun ia menjadi sebuah agama populis pada abad ke-9 seperti pendapat [[Ali Hasyimi|Ali Hasjmy]]. Sedangkan para orientalis seperti [[Christiaan Snouck Hurgronje|Snouck Hourgronje]] berpendapat Islam masuk pada abad ke-13 M yang ditandai dengan berdirinya [[Kesultanan Samudera Pasai|Kesultanan Samudra Pasai]].<ref>{{Cite web|url=https://www.romadecade.org/kerajaan-islam-aceh/|title=Kerajaan Islam Aceh|date=2019-01-12|website=RomaDecade|language=id-ID|access-date=2019-11-08|archive-date=2019-09-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20190922035823/https://www.romadecade.org/kerajaan-islam-aceh/|dead-url=yes}}</ref> |
|||
pada masa itu, budaya yang hidup dalam masyarakat Aceh diserap dari nilai-nilai agama Hindu. Menurut Van Langen, pada dasarnya orang Aceh berasal dari bangsa Hindu.Migrasi Hindu bertapak di Pantai Utara Aceh dan dari sini menuju ke pedalaman. DariGigieng dan Pidie, mungkin juga dari daerah Pase, migrasi Hindu menuju ke daerah 22Mukim di Aceh Besar. Meskipun pendapat ini dibantah oleh C. Snouck Hurgronje. Akan tetapi, jika diperhatikan dari intensitas pergaulan, terutama dalam bidang perdaganganantara Aceh dan India pada masa itu, maka dapat dikatakan bahwa agama Hindumerupakan anutan sebagian masyarakat Aceh sebelum kedatangan Islam. Selain Hindu,diperkirakan agama Budha juga menjadi anutan bagi sebagian masyarakat Aceh yang lain,yang diduga dibawa oleh orang-orang Cina. Dengan demikian terdapat kecenderunganbahwa budaya yang berkembang dalam masyarakat Aceh pra Islam bersumber dari ajaran |
|||
== |
== Distribusi geografis == |
||
Berikut merupakan sebaran umat Islam per kota/kabupaten di Provinsi Aceh. |
|||
1 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama: ''Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara XVI: dan XVIII'', Mizan,Bandung, 1994, h. 24. |
|||
{| class="wikitable sortable" |
|||
|+ |
|||
2 Ali Hasjmy, ''Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia'', Al-Ma’arif, Bandung, 1981, h. 358. |
|||
!Kota/kabupaten |
|||
!Muslim<ref>[https://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?search-tabel=Penduduk+Menurut+Wilayah+dan+Agama+yang+Dianut&tid=321&search-wilayah=Provinsi+Aceh&wid=1100000000&lang=id]</ref> |
|||
3 Musyrifah Sunanto, ''Sejarah Peradaban Islam Indonesia''. Grafiti Pres, Jakarta. 2005. h. 8-9 |
|||
!% |
|||
|- |
|||
|[[Kabupaten Simeulue|Simeulue]] |
|||
|80.424 |
|||
|99.69% |
|||
|- |
|||
|[[Kabupaten Aceh Singkil|Aceh Singkil]] |
|||
|90.508 |
|||
|88.29% |
|||
|- |
|||
|[[Kabupaten Aceh Selatan|Aceh Selatan]] |
|||
|200.686 |
|||
|99.23% |
|||
|- |
|||
|[[Kabupaten Aceh Tenggara|Aceh Tenggara]] |
|||
|145.265 |
|||
|81.15% |
|||
|- |
|||
|[[Kabupaten Aceh Timur|Aceh Timur]] |
|||
|360.144 |
|||
|99.91% |
|||
|- |
|||
|[[Kabupaten Aceh Tengah|Aceh Tengah]] |
|||
|174.659 |
|||
|99.51% |
|||
|- |
|||
|[[Kabupaten Aceh Barat|Aceh Barat]] |
|||
|170.701 |
|||
|99.35% |
|||
|- |
|||
|[[Kabupaten Aceh Besar|Aceh Besar]] |
|||
|345.535 |
|||
|98.33% |
|||
|- |
|||
|[[Kabupaten Pidie|Pidie]] |
|||
|377.453 |
|||
|99.56% |
|||
|- |
|||
|[[Kabupaten Bireuen|Bireuen]] |
|||
|387.379 |
|||
|99.51% |
|||
|- |
|||
|[[Kabupaten Aceh Utara|Aceh Utara]] |
|||
|529.199 |
|||
|99.90% |
|||
|- |
|||
|[[Kabupaten Aceh Barat Daya|Aceh Barat Daya]] |
|||
|125.708 |
|||
|99.74% |
|||
|- |
|||
|[[Gayo Lues]] |
|||
|79.331 |
|||
|99.71% |
|||
|- |
|||
|[[Kabupaten Aceh Tamiang|Aceh Tamiang]] |
|||
|249.354 |
|||
|98.98% |
|||
|- |
|||
|[[Kabupaten Nagan Raya|Nagan Raya]] |
|||
|138.869 |
|||
|99.43% |
|||
|- |
|||
|[[Kabupaten Aceh Jaya|Aceh Jaya]] |
|||
|75.501 |
|||
|98.33% |
|||
|- |
|||
|[[Kabupaten Bener Meriah|Bener Meriah]] |
|||
|121.722 |
|||
|99.55% |
|||
|- |
|||
|[[Kabupaten Pidie Jaya|Pidie Jaya]] |
|||
|132.062 |
|||
|99.33% |
|||
|- |
|||
|[[Kota Banda Aceh]] |
|||
|216.941 |
|||
|97.09% |
|||
|- |
|||
|[[Kota Sabang]] |
|||
|29.889 |
|||
|97.51% |
|||
|- |
|||
|[[Kota Langsa]] |
|||
|146.377 |
|||
|98.28% |
|||
|- |
|||
|[[Kota Lhokseumawe]] |
|||
|169.631 |
|||
|99.10% |
|||
|- |
|||
|[[Kota Subulussalam]] |
|||
|65.906 |
|||
|97.72% |
|||
|- |
|||
|'''TOTAL''' |
|||
|'''4.413.244''' |
|||
|'''98.19%''' |
|||
|} |
|||
== Lihat pula == |
|||
4 M. Hasbi Amiruddin (Ed.), ''Aceh Serambi Mekkah, Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,Banda Aceh 2008'', h. 2. Lihat juga H. M. Zainuddin, Tarich Atjeh dan Nusantara, Pustaka Iskandar Muda, 1961,Medan, h. 40. |
|||
* [[Hukum jinayat di Aceh]] |
|||
* [[Dayah|Dayah di Aceh]] |
|||
5 M. Hasbi Amiruddin (Ed.), Aceh Serambi ..., h. 4. Lihat juga Tuanku Abdul Jalil, “Kerajaan Islam Perlak Poros Aceh-Demak-Ternate” dalam A. Hasjmy (peny), ''Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia'', Al-Ma’rif, Bandung, 1993. |
|||
* [[Baitul Asyi]] |
|||
* [[s:Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 11 Tahun 2002|Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 11 Tahun 2002]] |
|||
6 Aboebakar Atjeh, “Tentang Nama Aceh” dalam Ismail Suny (Ed.), Bunga Rampai Tentang Aceh, BharataKarya Aksara, Jakarta, 1980, h. 20. |
|||
7 M. Hasbi Amiruddin (Ed.), Aceh Serambi..., h. 4. Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 8, No. 1, 2010: 91 - 118 |
|||
== Referensi == |
== Referensi == |
||
<references /> |
|||
* {{id}} [http://ddii.acehprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=119:sejarah-islam-aceh&catid=47:artikel-umum&Itemid=40 Islam Di Aceh] |
|||
== Daftar pustaka == |
|||
# Azyumardi Azra, Jaringan Ulama: ''Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara XVI: dan XVIII'', Mizan,Bandung, 1994, h. 24. |
|||
# Ali Hasjmy, ''Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia'', Al-Ma’arif, Bandung, 1981, h. 358. |
|||
# Musyrifah Sunanto, ''Sejarah Peradaban Islam Indonesia''. Grafiti Pres, Jakarta. 2005. h. 8-9 |
|||
# M. Hasbi Amiruddin (Ed.), ''Aceh Serambi Mekkah, Pemerintah Provinsi Aceh,Banda Aceh 2008'', h. 2. Lihat juga H.M. Zainuddin, Tarich Atjeh dan Nusantara, Pustaka Iskandar Muda, 1961,Medan, h. 40. |
|||
# M. Hasbi Amiruddin (Ed.), Aceh Serambi ..., h. 4. Lihat juga Tuanku Abdul Jalil, “Kerajaan Islam Perlak Poros Aceh-Demak-Ternate” dalam A. Hasjmy (peny), ''Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia'', Al-Ma’rif, Bandung, 1993. |
|||
# Aboebakar Atjeh, “Tentang Nama Aceh” dalam Ismail Suny (Ed.), Bunga Rampai Tentang Aceh, BharataKarya Aksara, Jakarta, 1980, h. 20. |
|||
# M. Hasbi Amiruddin (Ed.), Aceh Serambi..., h. 4. Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 8, No. 1, 2010: 91 - 118 |
|||
== Pranala luar == |
|||
* {{id}} [http://ddii.acehprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=119:sejarah-islam-aceh&catid=47:artikel-umum&Itemid=40 Islam Di Aceh] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20101229050735/http://ddii.acehprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=119:sejarah-islam-aceh&catid=47:artikel-umum&Itemid=40 |date=2010-12-29 }} |
|||
* {{id}} [http://acehislamiccentre.blogspot.com/2010/08/sejarah-islam-di-aceh.html Kronologi Islam Di Aceh] |
* {{id}} [http://acehislamiccentre.blogspot.com/2010/08/sejarah-islam-di-aceh.html Kronologi Islam Di Aceh] |
||
* {{id}} [http://www.g-excess.com/37769/sejarah-kerajaan-islam-kerajaan-aceh/ Sejarah Kerajaan Aceh] |
* {{id}} [http://www.g-excess.com/37769/sejarah-kerajaan-islam-kerajaan-aceh/ Sejarah Kerajaan Aceh] |
||
<br />{{Islam di Indonesia}} |
|||
{{Authority control}} |
|||
[[Kategori:Islam di Aceh| ]] |
|||
[[Kategori:Aceh]] |
|||
[[Kategori:Islam]] |
[[Kategori:Islam]] |
||
[[Kategori:Sejarah Aceh]] |
|||
[[Kategori:Islam di Indonesia]] |
[[Kategori:Islam di Indonesia]] |
||
[[Kategori:Aceh]] |
Revisi terkini sejak 15 Mei 2023 13.59
Islam menurut negara |
---|
Portal Islam |
Islam di Aceh adalah agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Aceh. Banyak ahli sejarah baik dalam maupun luar negeri yang berpendapat bahwa agama Islam pertama sekali masuk ke Indonesia melalui Aceh.
Keterangan Marco Polo yang singgah di Perlak pada tahun 1292 menyatakan bahwa negeri itu sudah menganut agama Islam. Begitu juga Samudera Pasai, berdasarkan makam yang diketemukan di bekas kerajaan tersebut dan berita sumber-sumber yang ada seperti yang sudah kita uraikan bahwa kerajaan ini sudah menjadi kerajaan Islam sekitar 1270.[1]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Aceh pra-Islam
[sunting | sunting sumber]Menurut Zainuddin sebagaimana dinyatakan dalam Aceh Serambi Mekkah, bahwa sebagian besar catatan sejarah tentang Aceh sebelum tahun 400 M tidak diketahui secara jelas. Bahkan, catatan J. Kreemer sebagaimana dikutip oleh Aboebakar Atjeh menyebutkan bahwa sebelum tahun 1500 sejarah Aceh masih belum diketahui orang.
Snouck Hurgronje menunjukkan sedikit gambaran yang mengindikasikan adanya pengaruh Hindu di Aceh, dengan memperhatikan cara berpakaian para wanita Aceh yang dikatakannya bersanggul miring mirip dengan cara para wanita Hindu. Menurutnya pula, langsung atau tidak langsung, Hinduisme pada suatu waktu mengalir ke dalam peradaban dan bahasa Aceh walaupun hal ini sangat sulit diteliti dalam riwayat dan adat.[2]
Julius Jacob seorang ahli kesehatan yang pernah bertugas di Aceh tahun 1878 menyatakan bahwa pengaruh Hindu atas penduduk setidak-tidaknya dapat ditemukan dengan kenyataan tentang pemakaian nama-nama tempat dalam bahasa Hindu istilahnya terdapat dalam bahasa Aceh.[3]
Dalam ranah kesusastraan, sastra Aceh juga memiliki keterpengaruhan Hindu,seperti adanya Hikayat Sri Rama dalam bahasa Melayu, dikenal sebagai saduran dari Kakawin Ramayana karya Walmiki. Baik versi Aceh maupun Melayu dari Hikayat Sri Rama maupun Rahwana telah menimbulkan dugaan bahwa hikayat itu mencerminkan sejarah Aceh dan Raja Rahwana yang dimaksud di dalamnya adalah Raja yang pernah bertahta di Indrapuri (Aceh Besar). Nama-nama gampong tua dari bahasa Sangsekerta seperti Indrapuri atau Indrapurwa juga telah dikaitkan oleh sementara penduduk sebagai suatu nama kota-kota kerajaan Hindu yang pernah tumbuh di Aceh, meski demikian hal itu samasekali tidak dapat dijadikan pegangan untuk mengatakan bahwa telah berdiri kerajaan Hindu di Aceh, karena masih memerlukan pembuktian-pembuktian yang dapat dipercaya mengenai hal ini.[4]
Pada masa itu, budaya yang hidup dalam masyarakat Aceh diserap dari nilai-nilai agama Hindu. Menurut Van Langen, pada dasarnya orang Aceh berasal dari bangsa Hindu. Migrasi Hindu bertapak di Pantai Utara Aceh dan dari sini menuju ke pedalaman. Dari Gigieng dan Pidie, mungkin juga dari daerah Pase, migrasi Hindu menuju ke daerah Mukim XXII di Aceh Besar. Meskipun pendapat ini dibantah oleh C. Snouck Hurgronje. Akan tetapi, jika diperhatikan dari intensitas pergaulan, terutama dalam bidang perdagangan antara Aceh dan India pada masa itu, maka dapat dikatakan bahwa agama Hindu merupakan anutan sebagian masyarakat Aceh sebelum kedatangan Islam. Selain Hindu, diperkirakan agama Budha juga menjadi anutan bagi sebagian masyarakat Aceh yang lain, yang diduga dibawa oleh orang-orang Cina.[5]
Penyebaran Islam di Aceh
[sunting | sunting sumber]Tentang sejarah perkembangan Islam di daerah Aceh pada zaman-zaman permulaan itu petunjuk yang ada selain yang telah kita sebutkan pada bagian-bagian yang lalu ada pada naskah-naskah yang berasal dari dalam negeri sendiri seperti Kitab Sejarah Melayu, Hikayat Raja-Raja Pasai. Menurut kedua kitab tersebut, seorang mubaligh yang bernama Syekh Ismail telah datang dari Mekkah sengaja menuju Samudera untuk mengislamkan penduduk di sana. Sesudah menyebarkan agama Islam seperlunya, Syekh Ismail pun pulang kembali ke Mekkah. Perlu juga disebutkan di sini bahwa dalam kedua kitab ini disebutkan pula negeri-negeri lain di Aceh yang turut diislamkan, antara lain, Perlak, Lamuri, Barus, dan lain-lain.[6]
Berdasarkan keterangan kedua sumber itu dapatlah diperkirakan bahwa sebagian tempat-tempat di Aceh, terutama tempat-tempat di tepi pantai telah memeluk agama Islam. Islam yang masuk ke Aceh khususnya dan Indonesia umumnya pada mulanya mengikuti jalan-jalan dan kota-kota dagang di pantai, kemudian barulah menyebar ke pedalaman. Para pedagang dan mubaligh telah memegang peranan penting dalam penyebaran agama Islam.[7]
Secara historis sosiologis, masuk dan berkembangnya Islam ke suatu daerah sangat kompleks. Terdapat banyak permasalahan yang terkait dengannya, misalnya dari mana asalnya, siapa yang membawa, apa latar belakangnya dan bagaimana dinamikanya, baik dari segi ajaran Islam maupun pemeluknya. Ada beberapa pendapat yang menyatakan kapan masuknya Islam ke Aceh. Hamka berpendapat Islam masuk ke Aceh sejak abad pertama Hijriah (ke-7 atau 8 M) namun ia menjadi sebuah agama populis pada abad ke-9 seperti pendapat Ali Hasjmy. Sedangkan para orientalis seperti Snouck Hourgronje berpendapat Islam masuk pada abad ke-13 M yang ditandai dengan berdirinya Kesultanan Samudra Pasai.[8]
Distribusi geografis
[sunting | sunting sumber]Berikut merupakan sebaran umat Islam per kota/kabupaten di Provinsi Aceh.
Kota/kabupaten | Muslim[9] | % |
---|---|---|
Simeulue | 80.424 | 99.69% |
Aceh Singkil | 90.508 | 88.29% |
Aceh Selatan | 200.686 | 99.23% |
Aceh Tenggara | 145.265 | 81.15% |
Aceh Timur | 360.144 | 99.91% |
Aceh Tengah | 174.659 | 99.51% |
Aceh Barat | 170.701 | 99.35% |
Aceh Besar | 345.535 | 98.33% |
Pidie | 377.453 | 99.56% |
Bireuen | 387.379 | 99.51% |
Aceh Utara | 529.199 | 99.90% |
Aceh Barat Daya | 125.708 | 99.74% |
Gayo Lues | 79.331 | 99.71% |
Aceh Tamiang | 249.354 | 98.98% |
Nagan Raya | 138.869 | 99.43% |
Aceh Jaya | 75.501 | 98.33% |
Bener Meriah | 121.722 | 99.55% |
Pidie Jaya | 132.062 | 99.33% |
Kota Banda Aceh | 216.941 | 97.09% |
Kota Sabang | 29.889 | 97.51% |
Kota Langsa | 146.377 | 98.28% |
Kota Lhokseumawe | 169.631 | 99.10% |
Kota Subulussalam | 65.906 | 97.72% |
TOTAL | 4.413.244 | 98.19% |
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Hukum jinayat di Aceh
- Dayah di Aceh
- Baitul Asyi
- Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 11 Tahun 2002
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ News, Tagar (2017-12-23). "Sejarah Awal Masuknya Islam di Aceh". TAGAR. Diakses tanggal 2019-11-08.
- ^ Kaya, Indonesia. "Sepenggal Sejarah Peralihan Hindu-Islam di Aceh - Situs Budaya Indonesia". IndonesiaKaya (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2019-11-08.
- ^ "Dari Hinduisme Hingga Islamisasi di Aceh". Nofalliata's Blog, Kajian Ilmiah. 2012-02-18. Diakses tanggal 2019-11-08.
- ^ Redaksi. "Masjid Indrapuri, Catatan Sejarah Islam di Aceh | Waspada Aceh". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-11-08. Diakses tanggal 2019-11-08.
- ^ Proses Islamisasi Di Aceh
- ^ "ULAMA-ULAMA PENYIAR ISLAM AWAL DI ACEH (Abad 16-17M)". Direktorat Jendral Kebudayaan. 2013-09-30. Diakses tanggal 2019-11-08.
- ^ Afif. Aliansyah, Muhamad Agil, ed. "Menelusuri Gampong Pande, tempat pertama masuk Islam di Nusantara". Merdeka.com. Diakses tanggal 2019-11-08.
- ^ "Kerajaan Islam Aceh". RomaDecade. 2019-01-12. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-22. Diakses tanggal 2019-11-08.
- ^ [1]
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Azyumardi Azra, Jaringan Ulama: Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara XVI: dan XVIII, Mizan,Bandung, 1994, h. 24.
- Ali Hasjmy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, Al-Ma’arif, Bandung, 1981, h. 358.
- Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Grafiti Pres, Jakarta. 2005. h. 8-9
- M. Hasbi Amiruddin (Ed.), Aceh Serambi Mekkah, Pemerintah Provinsi Aceh,Banda Aceh 2008, h. 2. Lihat juga H.M. Zainuddin, Tarich Atjeh dan Nusantara, Pustaka Iskandar Muda, 1961,Medan, h. 40.
- M. Hasbi Amiruddin (Ed.), Aceh Serambi ..., h. 4. Lihat juga Tuanku Abdul Jalil, “Kerajaan Islam Perlak Poros Aceh-Demak-Ternate” dalam A. Hasjmy (peny), Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, Al-Ma’rif, Bandung, 1993.
- Aboebakar Atjeh, “Tentang Nama Aceh” dalam Ismail Suny (Ed.), Bunga Rampai Tentang Aceh, BharataKarya Aksara, Jakarta, 1980, h. 20.
- M. Hasbi Amiruddin (Ed.), Aceh Serambi..., h. 4. Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 8, No. 1, 2010: 91 - 118
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Indonesia) Islam Di Aceh Diarsipkan 2010-12-29 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Kronologi Islam Di Aceh
- (Indonesia) Sejarah Kerajaan Aceh