Lompat ke isi

Sejarah Kalimantan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 6 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 9 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
Baris 4: Baris 4:


== Etimologi ==
== Etimologi ==
Pertama sekali, Pulau Kalimantan memperolehi namanya daripada kata Sanskrit ''Kalamanthana'', yang bererti "pulau bercuaca terbakar" yakni pulau yang panas suhunya untuk menerangkan iklim tropikalnya yang panas dan basahnya. Iyanya mengandungi dua patah kata: ''kal[a]'' ("masa, musim, waktu") dan ''manthan[a]'' ("mendidih, memusing, membakar").<ref>{{Cite journal|last=Suwarno|first=Aritta|title=Optimising land use in Central Kalimantan Province, Indonesia|url=http://dx.doi.org/10.18174/387054|publisher=Wageningen University and Research}}</ref> Sehinggakan, nama eksonim suku Dayak Bidayuh dahulunya dikenali sebagai Klemantan.<ref>{{Cite book|url=http://dx.doi.org/10.5962/bhl.title.24445|title=The pagan tribes of Borneo; a description of their physical, moral intellectual condition, with some discussion of their ethnic relations,|last=Hose|first=Charles|last2=Haddon|first2=Alfred C.|last3=Hose|first3=Charles|last4=McDougall|first4=William|date=1912|publisher=Macmillan|location=London}}</ref> Keduanya, Pulau Kalimantan ini juga dikenal di seluruh dunia dengan nama Borneo yaitu sejak abad ke-15 M. Nama Borneo itu berasal dari nama pohon Borneol ('''bahasa Latin''': ''Dryobalanops camphora'')yang mengandung (C10H17.OH) terpetin, bahan untuk antiseptik atau dipergunakan untuk minyak wangi dan kamper, kayu kamper yang banyak tumbuh di Kalimantan,<ref>[http://www.merriam-webster.com/dictionary/borneol borneo]</ref><ref>[http://www.yourdictionary.com/borneol borneol definition]</ref> jadinya kemudian disebut oleh para pedagang dari Eropa sebagai pulau Borneo atau pulau penghasil borneol<ref>{{Cite journal|last=Wallerant|first=Frédéric|date=1921|title=Sur le polymorphisme des composés chlorés et bromés du camphre|url=http://dx.doi.org/10.3406/bulmi.1921.3754|journal=Bulletin de la Société française de Minéralogie|volume=44|issue=1|pages=6|doi=10.3406/bulmi.1921.3754|issn=0366-3248}}</ref>. Kerajaan Brunei yang ketika datangnya bangsa Eropa ke wilayah Nusantara ini dikenali namanya sebagai Barunah mengdagangkan banyak kampur di pelabuhannya di Muara lalu jadinya nama Pulau ini pun diidentikkan dengan nama Kerajaan Brunei<ref>[http://www.history-centre.gov.bn/eng-exhibition.htm 'Baru nah']</ref> saat itu (Yaitu oleh para pedagang Arab, Eropa serta China) karena Kerajaan Brunei pada masa itu (selepas abad ke-14) merupakan antara kerajaan lewat yang terbesar di pulau ini. Nama Kalimantan dipakai di Kesultanan Banjar kemudian oleh pemerintah Republik Indonesia dipakai sebagai nama [[Provinsi Kalimantan]].
Pertama sekali, Pulau Kalimantan memperolehi namanya daripada kata Sanskrit ''Kalamanthana'', yang bererti "pulau bercuaca terbakar" yakni pulau yang panas suhunya untuk menerangkan iklim tropikalnya yang panas dan basahnya. Iyanya mengandungi dua patah kata: ''kal[a]'' ("masa, musim, waktu") dan ''manthan[a]'' ("mendidih, memusing, membakar").<ref>{{Cite journal|last=Suwarno|first=Aritta|title=Optimising land use in Central Kalimantan Province, Indonesia|url=http://dx.doi.org/10.18174/387054|publisher=Wageningen University and Research}}</ref> Sehinggakan, nama eksonim suku Dayak Bidayuh dahulunya dikenali sebagai Klemantan.<ref>{{Cite book|url=http://dx.doi.org/10.5962/bhl.title.24445|title=The pagan tribes of Borneo; a description of their physical, moral intellectual condition, with some discussion of their ethnic relations,|last=Hose|first=Charles|last2=Haddon|first2=Alfred C.|last3=Hose|first3=Charles|last4=McDougall|first4=William|date=1912|publisher=Macmillan|location=London}}</ref> Keduanya, Pulau Kalimantan ini juga dikenal di seluruh dunia dengan nama Borneo yaitu sejak abad ke-15 M. Nama Borneo itu berasal dari nama pohon Borneol ('''bahasa Latin''': ''Dryobalanops camphora'')yang mengandung (C10H17.OH) terpetin, bahan untuk antiseptik atau dipergunakan untuk minyak wangi dan kamper, kayu kamper yang banyak tumbuh di Kalimantan,<ref>[http://www.merriam-webster.com/dictionary/borneol borneo]</ref><ref>[http://www.yourdictionary.com/borneol borneol definition]</ref> jadinya kemudian disebut oleh para pedagang dari Eropa sebagai pulau Borneo atau pulau penghasil borneol<ref>{{Cite journal|last=Wallerant|first=Frédéric|date=1921|title=Sur le polymorphisme des composés chlorés et bromés du camphre|url=http://dx.doi.org/10.3406/bulmi.1921.3754|journal=Bulletin de la Société française de Minéralogie|volume=44|issue=1|pages=6|doi=10.3406/bulmi.1921.3754|issn=0366-3248}}</ref>. Kerajaan Brunei yang ketika datangnya bangsa Eropa ke wilayah Nusantara ini dikenali namanya sebagai Barunah mengdagangkan banyak kampur di pelabuhannya di Muara lalu jadinya nama Pulau ini pun diidentikkan dengan nama Kerajaan Brunei<ref>{{Cite web |url=http://www.history-centre.gov.bn/eng-exhibition.htm |title='Baru nah' |access-date=2009-03-17 |archive-date=2009-09-30 |archive-url=https://web.archive.org/web/20090930140523/http://www.history-centre.gov.bn/eng-exhibition.htm |dead-url=yes }}</ref> saat itu (Yaitu oleh para pedagang Arab, Eropa serta China) karena Kerajaan Brunei pada masa itu (selepas abad ke-14) merupakan antara kerajaan lewat yang terbesar di pulau ini. Nama Kalimantan dipakai di Kesultanan Banjar kemudian oleh pemerintah Republik Indonesia dipakai sebagai nama [[Provinsi Kalimantan]].


== Zaman prasejarah ==
== Zaman prasejarah ==
Baris 20: Baris 20:
== Jaman Hindu-Buddha ==
== Jaman Hindu-Buddha ==


Orang Melayu menyebutnya Pulau Hujung Tanah atau P'ulo Chung.<ref>[http://www.indonesianhistory.info/map/states250.html Political entities known in the archipelago, ca A.D. 250 ]</ref> Para pedagang asing datang ke pulau ini mencari komoditas hasil alam berupa kamfer, lilin dan sarang burung walet melakukan barter dengan guci keramik yang bernilai tinggi dalam masyarakat Dayak. Para pendatang India maupun orang Melayu yang telah mendapat pengaruh budaya India memasuki muara-muara sungai untuk mencari lahan bercocok tanam dan berhasil menemukan tambang emas dan intan untuk memenuhi permintaan pasar. Lokasi pertambangan emas berkembang menjadi permukiman sehingga diperlukan adanya suatu kepemimpinan. Pengaruh [[India]] ditandai munculnya [[kerajaan]] tahap awal dengan pemakaian [[gelar]] [[Maharaja]] bagi pemimpin suatu kekerabatan ([[bubuhan]]) dan sekelompok orang lainnya yang bergabung dalam kepemimpinannya dalam kesatuan wilayah [[wanua]] (distrik), yang saling berseberangan dengan wanua-wanua tetangganya yang dihuni keluarga lainnya dengan dikepalai tetuanya sendiri. Gelar India Selatan ''warman'' (yang melindungi) dilekatkan pada penguasa wanua tersebut, yang kemudian memaksa wanua-wanua tetangganya membayar upeti berupa emas dan hasil alam yang laku diekspor. Klan-klan (bubuhan) mulai disatukan oleh suatu kekuatan [[politik]] yang memusat menjadi sebuah mandala (kerajaan) yang sebenarnya bukan tradisi Austronesia. Kerajaan awal ini sudah merupakan campuran [[kelompok]] yang datang dari beberapa daerah, tetapi di pedalaman bangsa Austronesia masih hidup dalam komunitas [[rumah panjang]] yang mandiri dan terpisah serta saling berperang untuk berburu kepala.
Orang Melayu menyebutnya Pulau Hujung Tanah atau P'ulo Chung.<ref>{{Cite web |url=http://www.indonesianhistory.info/map/states250.html |title=Political entities known in the archipelago, ca A.D. 250 |access-date=2011-07-24 |archive-date=2011-09-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20110925015441/http://www.indonesianhistory.info/map/states250.html |dead-url=yes }}</ref> Para pedagang asing datang ke pulau ini mencari komoditas hasil alam berupa kamfer, lilin dan sarang burung walet melakukan barter dengan guci keramik yang bernilai tinggi dalam masyarakat Dayak. Para pendatang India maupun orang Melayu yang telah mendapat pengaruh budaya India memasuki muara-muara sungai untuk mencari lahan bercocok tanam dan berhasil menemukan tambang emas dan intan untuk memenuhi permintaan pasar. Lokasi pertambangan emas berkembang menjadi permukiman sehingga diperlukan adanya suatu kepemimpinan. Pengaruh [[India]] ditandai munculnya [[kerajaan]] tahap awal dengan pemakaian [[gelar]] [[Maharaja]] bagi pemimpin suatu kekerabatan ([[bubuhan]]) dan sekelompok orang lainnya yang bergabung dalam kepemimpinannya dalam kesatuan wilayah [[wanua]] (distrik), yang saling berseberangan dengan wanua-wanua tetangganya yang dihuni keluarga lainnya dengan dikepalai tetuanya sendiri. Gelar India Selatan ''warman'' (yang melindungi) dilekatkan pada penguasa wanua tersebut, yang kemudian memaksa wanua-wanua tetangganya membayar upeti berupa emas dan hasil alam yang laku diekspor. Klan-klan (bubuhan) mulai disatukan oleh suatu kekuatan [[politik]] yang memusat menjadi sebuah mandala (kerajaan) yang sebenarnya bukan tradisi Austronesia. Kerajaan awal ini sudah merupakan campuran [[kelompok]] yang datang dari beberapa daerah, tetapi di pedalaman bangsa Austronesia masih hidup dalam komunitas [[rumah panjang]] yang mandiri dan terpisah serta saling berperang untuk berburu kepala.
* 001 SM : Migrasi orang Melayu dari Semenanjung Malaya ke Kalimantan Selatan kemudian berkawin mawin dengan suku Dayak Maanyan membentuk proto [[Suku Banjar]].
* 001 SM : Migrasi orang Melayu dari Semenanjung Malaya ke Kalimantan Selatan kemudian berkawin mawin dengan suku Dayak Maanyan membentuk proto [[Suku Banjar]].
* 242-226 SM : [[Candi Agung]] di kota Amuntai didirikan oleh leluhur suku Banjar, menjadi situs kerajaan pertama. Pada tahun 1996, telah dilakukan pengujian C-14 terhadap sampel arang Candi Agung yang menghasilkan angka tahun dengan kisaran 242-226 SM (Kusmartono dan Widianto, 1998:19-20).
* 242-226 SM : [[Candi Agung]] di kota Amuntai didirikan oleh leluhur suku Banjar, menjadi situs kerajaan pertama. Pada tahun 1996, telah dilakukan pengujian C-14 terhadap sampel arang Candi Agung yang menghasilkan angka tahun dengan kisaran 242-226 SM (Kusmartono dan Widianto, 1998:19-20).
Baris 100: Baris 100:
* [[1606]] : Pada [[14 Februari]] 1606, ekspedisi Belanda dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba pertama kali di Banjarmasin, karena perangainya yang buruk nakhoda ini terbunuh dalam suatu kericuhan.<ref>[http://books.google.co.id/books?id=T6I6AAAAcAAJ&dq=saboa%20tangan&pg=PA1#v=onepage&q=saboa%20tangan&f=true {{nl}} L. C. van Dijk, Ne©erland's vroegste betrekkingen met Borneo, den Solo-Archipel, Camobdja, Siam en Cochin-China, Scheltema, 1862]</ref>
* [[1606]] : Pada [[14 Februari]] 1606, ekspedisi Belanda dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba pertama kali di Banjarmasin, karena perangainya yang buruk nakhoda ini terbunuh dalam suatu kericuhan.<ref>[http://books.google.co.id/books?id=T6I6AAAAcAAJ&dq=saboa%20tangan&pg=PA1#v=onepage&q=saboa%20tangan&f=true {{nl}} L. C. van Dijk, Ne©erland's vroegste betrekkingen met Borneo, den Solo-Archipel, Camobdja, Siam en Cochin-China, Scheltema, 1862]</ref>
* [[1607]] : [[Aji Mas Anom Indra]] menjadi penguasa Paser sampai tahun [[1644]].
* [[1607]] : [[Aji Mas Anom Indra]] menjadi penguasa Paser sampai tahun [[1644]].
* [[1607]] : [[7 Juni]] [[1607]] [[Ekspedisi]] [[VOC]] dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di [[Banjarmasin]], semua [[ABK]] dibunuh sebagai pembalasan atas perampasan [[kapal jung]] Banjar di Banten tahun [[1596]].<ref name="Marwati">{{id}}{{cite book|first=[[Marwati Djoened Poesponegoro|Marwati Djoened]]|last=Poesponegoro|coauthors=Nugroho Notosusanto|url=http://books.google.co.id/books?id=HiZvFZbm6sgC&lpg=PA85&dq=Kerajaan%20Banjar%3A%20Sejarah%20Perkembangan%20Politik%2C%20Ekonomi%2C%20Perdagangan%20dan%20Agama%20Islam&pg=PA86#v=onepage&q&f=false|title=Sejarah nasional Indonesia: Jaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia|publisher=PT Balai Pustaka|year=1992}}</ref>
* [[1607]] : [[7 Juni]] [[1607]] [[Ekspedisi]] [[VOC]] dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di [[Banjarmasin]], semua [[ABK]] dibunuh sebagai pembalasan atas perampasan [[kapal jung]] Banjar di Banten tahun [[1596]].<ref name="Marwati">{{id}}{{cite book|first=[[Marwati Djoened Poesponegoro|Marwati Djoened]]|last=Poesponegoro|coauthors=Nugroho Notosusanto|url=http://books.google.co.id/books?id=HiZvFZbm6sgC&lpg=PA85&dq=Kerajaan%20Banjar%3A%20Sejarah%20Perkembangan%20Politik%2C%20Ekonomi%2C%20Perdagangan%20dan%20Agama%20Islam&pg=PA86#v=onepage&q&f=false|title=Sejarah nasional Indonesia: Jaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia|publisher=PT Balai Pustaka|year=1992|access-date=2011-04-07|archive-date=2015-04-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20150406100739/http://books.google.co.id/books?id=HiZvFZbm6sgC&lpg=PA85&dq=Kerajaan%20Banjar%3A%20Sejarah%20Perkembangan%20Politik%2C%20Ekonomi%2C%20Perdagangan%20dan%20Agama%20Islam&pg=PA86#v=onepage&q&f=false|dead-url=yes}}</ref>
* [[1609]] : Pada [[1 Oktober]], [[VOC]] melakukan pakta kerja sama dengan [[Kerajaan Sambas|Pangeran Adipati Sambas]].<ref name="Neêrlands">{{nl}}{{cite book|first=[[Ludovicus Carolus Desiderius van Dijk|Ludovicus Carolus Desiderius]]|last=van Dijk|coauthors=George Willem Vreede|title=Neêrlands vroegste betrekkingen met Borneo, den Solo-Archipel, Cambodja, Siam en Cochin-China: een nagelaten werk|publisher=J. H. Scheltema|year=1862|pages=137|url=http://books.google.co.id/books?id=ajRBAAAAYAAJ&dq=banjer-massinsch&pg=PA137#v=onepage&q=banjer-massinsch&f=false}}</ref>
* [[1609]] : Pada [[1 Oktober]], [[VOC]] melakukan pakta kerja sama dengan [[Kerajaan Sambas|Pangeran Adipati Sambas]].<ref name="Neêrlands">{{nl}}{{cite book|first=[[Ludovicus Carolus Desiderius van Dijk|Ludovicus Carolus Desiderius]]|last=van Dijk|coauthors=George Willem Vreede|title=Neêrlands vroegste betrekkingen met Borneo, den Solo-Archipel, Cambodja, Siam en Cochin-China: een nagelaten werk|publisher=J. H. Scheltema|year=1862|pages=137|url=http://books.google.co.id/books?id=ajRBAAAAYAAJ&dq=banjer-massinsch&pg=PA137#v=onepage&q=banjer-massinsch&f=false}}</ref>
* [[1610]] : [[Aji Dilanggar]] menjadi Raja Kutai VII sampai tahun [[1635]].
* [[1610]] : [[Aji Dilanggar]] menjadi Raja Kutai VII sampai tahun [[1635]].
Baris 220: Baris 220:
* [[1807]] : [[Muhammad Kanzul Alam]] menjadi [[Sultan Brunei]] sampai tahun [[1829]].
* [[1807]] : [[Muhammad Kanzul Alam]] menjadi [[Sultan Brunei]] sampai tahun [[1829]].
* [[1808]] : [[Syarif Kasim Alkadrie]] menjadi [[Sultan Pontianak]] II sampai tahun [[1819]].
* [[1808]] : [[Syarif Kasim Alkadrie]] menjadi [[Sultan Pontianak]] II sampai tahun [[1819]].
* [[1809]] : Tanggal 9 September 1809 Belanda meninggalkan/melepaskan Banjarmasin dari jajahannya. Benteng Tatas dan benteng Tabanio ditukar dengan intan 26 karat milik Sultan<ref>[http://www.indonesianhistory.info/map/british1786.html?zoomview=1 British expansion in the archipelago, 1786-1797 ]</ref>
* [[1809]] : Tanggal 9 September 1809 Belanda meninggalkan/melepaskan Banjarmasin dari jajahannya. Benteng Tatas dan benteng Tabanio ditukar dengan intan 26 karat milik Sultan<ref>{{Cite web |url=http://www.indonesianhistory.info/map/british1786.html?zoomview=1 |title=British expansion in the archipelago, 1786-1797 |access-date=2011-07-24 |archive-date=2012-05-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120513090932/http://www.indonesianhistory.info/map/british1786.html?zoomview=1 |dead-url=yes }}</ref>
* [[1810]] : Inggris menduduki Banjarmasin.<ref>{{Cite web |url=http://www.indonesianhistory.info/map/british1810.html?zoomview=1 |title=British possessions in Indonesia, 1810-1817 |access-date=2011-07-24 |archive-date=2012-05-12 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120512101011/http://www.indonesianhistory.info/map/british1810.html?zoomview=1 |dead-url=yes }}</ref>
* [[1810]] : Inggris menduduki Banjarmasin.<ref>{{Cite web |url=http://www.indonesianhistory.info/map/british1810.html?zoomview=1 |title=British possessions in Indonesia, 1810-1817 |access-date=2011-07-24 |archive-date=2012-05-12 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120512101011/http://www.indonesianhistory.info/map/british1810.html?zoomview=1 |dead-url=yes }}</ref>
* [[1810]] : [[Sultan Alimuddin]] menjadi sultan pertama [[Kesultanan Sambaliung]], pecahan [[Kesultanan Berau]] yang dibagi dua.
* [[1810]] : [[Sultan Alimuddin]] menjadi sultan pertama [[Kesultanan Sambaliung]], pecahan [[Kesultanan Berau]] yang dibagi dua.
Baris 302: Baris 302:
* [[1885]] : Pangeran Perbatasari (d/h Gusti Muhammad Tarip) cucu Pangeran Antasari tertangkap di Pahu, Kutai kemudian diasingkan Belanda ke Kampung Jawa, Tondano.
* [[1885]] : Pangeran Perbatasari (d/h Gusti Muhammad Tarip) cucu Pangeran Antasari tertangkap di Pahu, Kutai kemudian diasingkan Belanda ke Kampung Jawa, Tondano.
* [[1885]] : Raja Banjar [[Sultan Muhammad Seman]] mengirim surat kepada penguasa Inggeris di Sarawak.<ref>http://www.antarakalbar.com/berita/313094/kesultanan-banjar-miliki-kaitan-dengan-sarawak-dan-landak Kesultanan Banjar Miliki Kaitan Dengan Sarawak dan Landak</ref><ref>[http://sumsel.antaranews.com/berita/274955/manuskrip-surat-sultan-banjar-ditemukan-di-brunei Manuskrip surat Sultan Banjar ditemukan di Brunei ]</ref><ref>[http://www.radarbanjarmasin.co.id/berita/detail/52505/relasi-kesultanan-banjar-dengan-brunei-darussalam.html Relasi Kesultanan Banjar dengan Brunei Darussalam ]</ref>
* [[1885]] : Raja Banjar [[Sultan Muhammad Seman]] mengirim surat kepada penguasa Inggeris di Sarawak.<ref>http://www.antarakalbar.com/berita/313094/kesultanan-banjar-miliki-kaitan-dengan-sarawak-dan-landak Kesultanan Banjar Miliki Kaitan Dengan Sarawak dan Landak</ref><ref>[http://sumsel.antaranews.com/berita/274955/manuskrip-surat-sultan-banjar-ditemukan-di-brunei Manuskrip surat Sultan Banjar ditemukan di Brunei ]</ref><ref>[http://www.radarbanjarmasin.co.id/berita/detail/52505/relasi-kesultanan-banjar-dengan-brunei-darussalam.html Relasi Kesultanan Banjar dengan Brunei Darussalam ]</ref>
* [[1866]] : Tumenggung [[Gamar]] gugur dalam suatu pertempuran.<ref>[http://books.google.co.id/books?id=N5jc0h1BktwC&lpg=PA262&dq=Pangeran%20Haji%20Abu%20Bakar&pg=PA282#v=onepage&q=banjarmasin&f=false {{id}} Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah nasional Indonesia: Nusantara pada abad ke-18 dan ke-19, PT Balai Pustaka, 1992 ISBN 979-407-410-1, 9789794074107]</ref>
* [[1866]] : Tumenggung [[Gamar]] gugur dalam suatu pertempuran.<ref>[{{Cite web |url=http://books.google.co.id/books?id=N5jc0h1BktwC&lpg=PA262&dq=Pangeran%20Haji%20Abu%20Bakar&pg=PA282#v=onepage&q=banjarmasin&f=false |title={{id}} Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah nasional Indonesia: Nusantara pada abad ke-18 dan ke-19, PT Balai Pustaka, 1992 ISBN 979-407-410-1, 9789794074107 |access-date=2011-03-27 |archive-date=2015-04-06 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150406052418/http://books.google.co.id/books?id=N5jc0h1BktwC&lpg=PA262&dq=Pangeran%20Haji%20Abu%20Bakar&pg=PA282#v=onepage&q=banjarmasin&f=false |dead-url=yes }} {{id}} Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah nasional Indonesia: Nusantara pada abad ke-18 dan ke-19, PT Balai Pustaka, 1992 ISBN 979-407-410-1, 9789794074107]</ref>
* [[1888]] : Permulaannya Brunei menjadi protektorat Inggris.<ref>{{en}} {{cite book|pages=205|url=http://books.google.co.id/books?id=ChyilRml0hcC&lpg=PA204&dq=Bandjermasin&pg=PA205#v=onepage&q=Bandjermasin&f=false|title=World War 2 Pacific island guide|first=Gordon L.|last=Rottman|publisher=Greenwood Publishing Group|year= 2002|isbn=0313313954}} 9780313313950</ref>
* [[1888]] : Permulaannya Brunei menjadi protektorat Inggris.<ref>{{en}} {{cite book|pages=205|url=http://books.google.co.id/books?id=ChyilRml0hcC&lpg=PA204&dq=Bandjermasin&pg=PA205#v=onepage&q=Bandjermasin&f=false|title=World War 2 Pacific island guide|first=Gordon L.|last=Rottman|publisher=Greenwood Publishing Group|year= 2002|isbn=0313313954}} 9780313313950</ref>
* [[1894]] : Pertemuan suku-suku [[Dayak]] di Tumbang Anoi, Kalimantan Tengah yang diprakarsai Belanda untuk mengakhiri tradisi [[ngayau]] dan menjadi titik awal penaklukan Belanda terhadap seluruh suku Dayak di pedalaman.
* [[1894]] : Pertemuan suku-suku [[Dayak]] di Tumbang Anoi, Kalimantan Tengah yang diprakarsai Belanda untuk mengakhiri tradisi [[ngayau]] dan menjadi titik awal penaklukan Belanda terhadap seluruh suku Dayak di pedalaman.
Baris 319: Baris 319:
* 1908 : Gusti Muhammad Saunan berkuasa di [[swapraja]] Kerajaan Matan sejak 1908-1944.
* 1908 : Gusti Muhammad Saunan berkuasa di [[swapraja]] Kerajaan Matan sejak 1908-1944.
* 1914 : [[Pangeran Ratu Sukma Alamsyah]] menjadi [[Raja Kotawaringin]] sampai tahun [[1939]].
* 1914 : [[Pangeran Ratu Sukma Alamsyah]] menjadi [[Raja Kotawaringin]] sampai tahun [[1939]].
* 1918 : Kaltim, Kotawaringin, Pagatan-Kusan masih menerapkan hukum adat.<ref>http://www.indonesianhistory.info/map/discoverethnic.html?zoomview=1[ Adatrechtskringen (customary law circles) in the Netherlands Indies, 1918]</ref>
* 1918 : Kaltim, Kotawaringin, Pagatan-Kusan masih menerapkan hukum adat.<ref>http://www.indonesianhistory.info/map/discoverethnic.html?zoomview=1 {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120513092750/http://www.indonesianhistory.info/map/discoverethnic.html?zoomview=1 |date=2012-05-13 }}[ Adatrechtskringen (customary law circles) in the Netherlands Indies, 1918]</ref>
* 1919 : Banjarmasin ibu kota [[Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo]] mendapat [[otonomi]] pemerintahan menjadi [[Gemeente]] Bandjermasin.
* 1919 : Banjarmasin ibu kota [[Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo]] mendapat [[otonomi]] pemerintahan menjadi [[Gemeente]] Bandjermasin.
* 1920 : Untuk menghindari [[rodi]] ([[erakan]]) yang dijalankan Belanda gelombang terakhir [[suku Banjar]] migrasi menyusuri jalur selatan Kalimantan Barat, pantai utara [[Bangka]] ([[Belinyu]]) menuju [[Kuala Tungkal]] dan [[Tembilahan]] selanjutnya menyebar ke [[Sumatra Utara]], [[Batu Pahat]] dan [[Perak, Malaysia]]. Jalur ini merupakan jalur kuno migrasi [[Suku Maanyan]] ke [[Madagaskar]].
* 1920 : Untuk menghindari [[rodi]] ([[erakan]]) yang dijalankan Belanda gelombang terakhir [[suku Banjar]] migrasi menyusuri jalur selatan Kalimantan Barat, pantai utara [[Bangka]] ([[Belinyu]]) menuju [[Kuala Tungkal]] dan [[Tembilahan]] selanjutnya menyebar ke [[Sumatra Utara]], [[Batu Pahat]] dan [[Perak, Malaysia]]. Jalur ini merupakan jalur kuno migrasi [[Suku Maanyan]] ke [[Madagaskar]].
Baris 393: Baris 393:
== Jaman modern ==
== Jaman modern ==
* 14 Agustus 1950 : Pembentukan [[provinsi Kalimantan]] setelah bubarnya [[RIS]] dengan gubernur dr. [[Moerjani]], tetap diperingati sebagai Hari Jadi Provinsi [[Kalimantan Selatan]].
* 14 Agustus 1950 : Pembentukan [[provinsi Kalimantan]] setelah bubarnya [[RIS]] dengan gubernur dr. [[Moerjani]], tetap diperingati sebagai Hari Jadi Provinsi [[Kalimantan Selatan]].
* 1953 : Pemulihan pemerintahan di Provinsi Kalimantan.<ref>[http://www.indonesianhistory.info/map/rebel50.html?zoomview=1 Digital Atlas - Regional rebellions and provincial boundaries, 1950-1954 ]</ref>
* 1953 : Pemulihan pemerintahan di Provinsi Kalimantan.<ref>{{Cite web |url=http://www.indonesianhistory.info/map/rebel50.html?zoomview=1 |title=Digital Atlas - Regional rebellions and provincial boundaries, 1950-1954 |access-date=2011-07-24 |archive-date=2012-05-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120513090648/http://www.indonesianhistory.info/map/rebel50.html?zoomview=1 |dead-url=yes }}</ref>
* 23 September 1953 : Wafatnya [[Ratu Zaleha]], putri Sultan [[Muhammad Seman]], tokoh emansipasi wanita Kalimantan, sebelumnya diasingkan di [[Cianjur]].
* 23 September 1953 : Wafatnya [[Ratu Zaleha]], putri Sultan [[Muhammad Seman]], tokoh emansipasi wanita Kalimantan, sebelumnya diasingkan di [[Cianjur]].
* 1955 : Pemilihan Umum 1955.<ref>[http://www.indonesianhistory.info/map/election55-voters.html?zoomview=1 Digital Atlas - National elections, 1955: proportion of voters by province ]</ref>
* 1955 : Pemilihan Umum 1955.<ref>{{Cite web |url=http://www.indonesianhistory.info/map/election55-voters.html?zoomview=1 |title=Digital Atlas - National elections, 1955: proportion of voters by province |access-date=2011-07-24 |archive-date=2012-05-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120513090729/http://www.indonesianhistory.info/map/election55-voters.html?zoomview=1 |dead-url=yes }}</ref>
* 4 Oktober 1956 : Sidang Kabinet memutuskan untuk memekarkan Provinsi Kalimantan menjadi tiga provinsi otonom.
* 4 Oktober 1956 : Sidang Kabinet memutuskan untuk memekarkan Provinsi Kalimantan menjadi tiga provinsi otonom.
* 7 Desember 1956 : Kalimantan dipecah menjadi provinsi [[Kalimantan Selatan]], Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.
* 7 Desember 1956 : Kalimantan dipecah menjadi provinsi [[Kalimantan Selatan]], Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.
Baris 407: Baris 407:
* 1967 : [[Haji Hassanal Bolkiah Mu'izzaddin Waddaulah]] menjadi [[Sultan Brunei]] XXIX hingga kini.
* 1967 : [[Haji Hassanal Bolkiah Mu'izzaddin Waddaulah]] menjadi [[Sultan Brunei]] XXIX hingga kini.
* 1967 : Tanggal 28 Nopember, tentara Indonesia berperang melawan gerilyawan Komunis di perbatasan Sarawak.<ref>[http://www.jstor.org/pss/311595?mlt=true The Sarawak-Indonesia Border Insurgency]</ref>
* 1967 : Tanggal 28 Nopember, tentara Indonesia berperang melawan gerilyawan Komunis di perbatasan Sarawak.<ref>[http://www.jstor.org/pss/311595?mlt=true The Sarawak-Indonesia Border Insurgency]</ref>
* 1971 : Penduduk [[Samarinda]] meningkat lebih dari 700% terhitung dari tahun 1930 sampai 1971.<ref>[http://www.indonesianhistory.info/map/citygrowth.html?zoomview=1 City growth, 1930-1971 ]</ref>
* 1971 : Penduduk [[Samarinda]] meningkat lebih dari 700% terhitung dari tahun 1930 sampai 1971.<ref>{{Cite web |url=http://www.indonesianhistory.info/map/citygrowth.html?zoomview=1 |title=City growth, 1930-1971 |access-date=2011-07-24 |archive-date=2012-05-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120513090920/http://www.indonesianhistory.info/map/citygrowth.html?zoomview=1 |dead-url=yes }}</ref>
* 4 Januari 1979 : [[Brunei]] dan [[Britania Raya]] telah menandatangani Perjanjian Kerjasama dan Persahabatan.
* 4 Januari 1979 : [[Brunei]] dan [[Britania Raya]] telah menandatangani Perjanjian Kerjasama dan Persahabatan.
* 1 Januari 1984 : [[Brunei Darussalam]] telah berhasil mencapai kemerdekaan sepenuhnya.
* 1 Januari 1984 : [[Brunei Darussalam]] telah berhasil mencapai kemerdekaan sepenuhnya.

Revisi per 23 Mei 2021 14.40

Sejarah Kalimantan menggambarkan perjalanan sejarah Pulau Kalimantan dimulai sejak zaman prasejarah ketika manusia ras Austrolomelanesia memasuki daratan Kalimantan pada tahun 8000 SM hingga sekarang. Sisa-sisa tengkoraknya ditemukan di Gua Babi di lereng Gunung Batu Buli, kampung Randu, Desa Lumbang, Kabupaten Tabalong dan Gua Niah di Sarawak.[1]

Etimologi

Pertama sekali, Pulau Kalimantan memperolehi namanya daripada kata Sanskrit Kalamanthana, yang bererti "pulau bercuaca terbakar" yakni pulau yang panas suhunya untuk menerangkan iklim tropikalnya yang panas dan basahnya. Iyanya mengandungi dua patah kata: kal[a] ("masa, musim, waktu") dan manthan[a] ("mendidih, memusing, membakar").[2] Sehinggakan, nama eksonim suku Dayak Bidayuh dahulunya dikenali sebagai Klemantan.[3] Keduanya, Pulau Kalimantan ini juga dikenal di seluruh dunia dengan nama Borneo yaitu sejak abad ke-15 M. Nama Borneo itu berasal dari nama pohon Borneol (bahasa Latin: Dryobalanops camphora)yang mengandung (C10H17.OH) terpetin, bahan untuk antiseptik atau dipergunakan untuk minyak wangi dan kamper, kayu kamper yang banyak tumbuh di Kalimantan,[4][5] jadinya kemudian disebut oleh para pedagang dari Eropa sebagai pulau Borneo atau pulau penghasil borneol[6]. Kerajaan Brunei yang ketika datangnya bangsa Eropa ke wilayah Nusantara ini dikenali namanya sebagai Barunah mengdagangkan banyak kampur di pelabuhannya di Muara lalu jadinya nama Pulau ini pun diidentikkan dengan nama Kerajaan Brunei[7] saat itu (Yaitu oleh para pedagang Arab, Eropa serta China) karena Kerajaan Brunei pada masa itu (selepas abad ke-14) merupakan antara kerajaan lewat yang terbesar di pulau ini. Nama Kalimantan dipakai di Kesultanan Banjar kemudian oleh pemerintah Republik Indonesia dipakai sebagai nama Provinsi Kalimantan.

Zaman prasejarah

Bangsa Austronesia memasuki pulau ini dari arah utara kemudian mendirikan permukiman komunal rumah panjang. Peperangan antar-klan menyebabkan permukiman yang selalu berpindah-pindah. Adat pengayauan yang dibawa dari Formosa (Taiwan) dan kepercayaan menghormati leluhur dengan tradisi kuburan tempayan merupakan ciri umum kebiasaan penduduknya. Perpindahan, penempatan dan kerajaan awal di Pulau Kalimantan adalah seperti berikut:

  • 107,000 SM, 65,000 SM dan 40,000 SM : penempatan awak manusia kuno di Gua Niah[8][9] [10]
  • 30000 SM - Kebudayaan Lahad Datu muncul di Sabah.
  • 10000 SM - Kebudayaan Sangkulirang muncul di Kalimantan Timur. Zaman Es (Kala Pleistosen) berakhir. Zaman Modern (Kala Holosen) pun dimulai. Benua Sunda lenyap akibat kenaikan permukaan laut, dan berubah menjadi sebagian dari kepulauan yang kini dikenal sebagai Nusantara.
  • 8000 SM : Migrasi manusia pertama memasuki daratan Kalimantan, kelompok ini meneruskan migrasinya ke Papua.
  • 5630 SM : Pemukiman kuno yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito yang pernah ditemukan oleh Balai Arkeologi Kalimantan Selatan terletak di halaman Masjid Banua Halat berasal dari tahun 5630 SM.[11]
  • 2500 SM : Migrasi penutur bahasa Austronesia (Formosa/Taiwan) ke Kalimantan membawa tradisi ngayau. Kebudayaan Nanga Balang muncul di Kapuas Hulu. Kebudayaan maju di Sarawak meluas hingga ke Sambas. [12]
  • 1500 SM : Migrasi bangsa Melayu Deutero ke pulau Kalimantan
  • 242 SM - Peradaban Nan Sarunai muncul di Amuntai, didirikan oleh suku Dayak Maanyan.

Jaman Hindu-Buddha

Orang Melayu menyebutnya Pulau Hujung Tanah atau P'ulo Chung.[13] Para pedagang asing datang ke pulau ini mencari komoditas hasil alam berupa kamfer, lilin dan sarang burung walet melakukan barter dengan guci keramik yang bernilai tinggi dalam masyarakat Dayak. Para pendatang India maupun orang Melayu yang telah mendapat pengaruh budaya India memasuki muara-muara sungai untuk mencari lahan bercocok tanam dan berhasil menemukan tambang emas dan intan untuk memenuhi permintaan pasar. Lokasi pertambangan emas berkembang menjadi permukiman sehingga diperlukan adanya suatu kepemimpinan. Pengaruh India ditandai munculnya kerajaan tahap awal dengan pemakaian gelar Maharaja bagi pemimpin suatu kekerabatan (bubuhan) dan sekelompok orang lainnya yang bergabung dalam kepemimpinannya dalam kesatuan wilayah wanua (distrik), yang saling berseberangan dengan wanua-wanua tetangganya yang dihuni keluarga lainnya dengan dikepalai tetuanya sendiri. Gelar India Selatan warman (yang melindungi) dilekatkan pada penguasa wanua tersebut, yang kemudian memaksa wanua-wanua tetangganya membayar upeti berupa emas dan hasil alam yang laku diekspor. Klan-klan (bubuhan) mulai disatukan oleh suatu kekuatan politik yang memusat menjadi sebuah mandala (kerajaan) yang sebenarnya bukan tradisi Austronesia. Kerajaan awal ini sudah merupakan campuran kelompok yang datang dari beberapa daerah, tetapi di pedalaman bangsa Austronesia masih hidup dalam komunitas rumah panjang yang mandiri dan terpisah serta saling berperang untuk berburu kepala.

Jaman Awal Kedatangan Agama Islam

Jaman Awal Kedatangan Bangsa Eropa

Jaman Awal Kerajaan Islam

Jaman VOC

Orang-orang Italia merupakan orang Eropa pertama yang mengunjungi Kalimantan pada abad ke-14, kemudian disusul orang Spanyol, Inggris, dan Belanda. Kerajaan Sambas merupakan daerah pertama yang berada di bawah pengaruh Belanda semenjak kontrak dengan VOC yang dibuat oleh Ratu Sapudak (Raja Sambas) pada tanggal 1 Oktober 1609. Pada tanggal 4 September 1635, Kesultanan Banjar membuat kontrak perdagangan yang pertama dengan VOC dan VOC akan membantu Banjar menaklukan Paser. Sejak 1636, Banjarmasin berusaha menjadi pusat mandala bagi kerajaan-kerajaan lainnya yang ada di Kalbar, Kalteng, dan Kaltim. Hikayat Banjar mencatat adanya pengiriman upeti kepada Sultan Banjarmasin dari Sambas, Sukadana, Paser, Kutai, Berau, Karasikan (Buranun/Sulu), Sewa Agung (Sawakung), Bunyut dan negeri-negeri di Batang Lawai. Sukadana (dahulu bernama Tanjungpura) merupakan induk bagi kerajaan Tayan, Meliau, Sanggau dan Mempawah. Pada tahun 1638 di Banjarmasin terjadi tragedi pembantaian terhadap orang-orang Belanda dan Jepang sehingga Belanda mengirim ekspedisi penghukuman dan membuat ancaman terhadap Kesultanan Banjarmasin, Kerajaan Kotawaringin dan Kerajaan Sukadana. Tahun 1700 Sukadana (Matan) mengalami kekalahan dalam perang dengan Landak (vazal Banten). Landak dibantu Banten dan VOC, sehingga Banten mengklaim Landak dan Sukadana (sebagian besar Kalbar) sebagai wilayahnya. Tahun 1756 VOC berusaha mendapatkan Lawai, Sintang dan Sanggau dari Banjarmasin. Daerah awal di Kalimantan yang diklaim milik VOC adalah wilayah sepanjang pantai dari Sukadana sampai Mempawah yang diberikan oleh Kesultanan Banten pada 26 Maret 1778. VOC sempat mendirikan pabrik di Sukadana dan Mempawah tetapi 14 tahun kemudian ditinggalkan karena tidak produktif (Sir Stamford Rafless, The History of Java). Pendirian Kesultanan Pontianak yang didukung VOC di muara sungai Landak semula diprotes Landak karena merupakan wilayahnya tetapi akhirnya mengendur karena tekanan VOC. Pada 13 Agustus 1787, Kesultanan Banjar menjadi daerah protektorat VOC dan vazal-vazal Banjarmasin diserahkan kepada VOC meliputi Kaltim, Kalteng, sebagian Kalsel, dan pedalaman Kalbar, yang ditegaskan lagi dalam perjanjian 1826. Hindia Belanda kemudian membentuk Karesidenan Sambas dan kemudian disusul pembentukan Karesidenan Pontianak dengan diangkatnya raja-raja sebagai regent dalam pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Belakangan Karesidenan Sambas dilebur ke dalam Karesidenan Pontianak beserta daerah pedalaman Kalbar menjadi Karesidenan Borneo Barat. Tahun 1860 Hindia Belanda menghapuskan Kesultanan Banjar, kemudian terakhir wilayahnya menjadi bagian dari Karesidenan Afdeeling Selatan dan Timur Borneo.

Jaman Penjajahan Inggris

Pembagian daerah Kalimantan tahun 1930

Jaman Hindia Belanda

Jaman Jepang

Jaman NICA dan Federalisme

Setelah mengambil alih Kalimantan dari tangan Jepang, NICA mendesak kaum Federal Kalimantan untuk segera mendirikan Negara Kalimantan menyusul Negara Indonesia Timur yang telah berdiri. Maka dibentuklah Dewan Kalimantan Barat tanggal 28 Oktober 1946, yang menjadi Daerah Istimewa Kalimantan Barat pada tanggal 27 Mei 1947; dengan Kepala Daerah, Sultan Hamid II dari Kesultanan Pontianak dengan pangkat Mayor Jenderal. Wilayahnya terdiri atas 13 kerajaan sebagai swapraja seperti pada zaman Hindia Belanda yaitu Sambas, Pontianak, Mempawah, Landak, Kubu, Tayan, Meliau, Sekadau, Sintang, Selimbau, Simpang, Sukadana dan Matan.

Pangeran Muhammad Noor

Dewan Dayak Besar dibentuk tanggal 7 Desember 1946, dan selanjutnya tanggal 8 Januari 1947 dibentuk Dewan Pagatan, Dewan Pulau Laut dan Dewan Cantung Sampanahan yang bergabung menjadi Federasi Kalimantan Tenggara. Kemudian tanggal 18 Februari 1947 dibentuk Dewan Pasir dan Federasi Kalimantan Timur, yang akhirnya pada tanggal 26 Agustus 1947 bergabung menjadi Dewan Kalimantan Timur. Selanjutnya Daerah Kalimantan Timur menjadi Daerah Istimewa Kalimantan Timur dengan Kepala Daerah, Sultan Aji Muhammad Parikesit dari Kesultanan Kutai dengan pangkat Kolonel. Daerah Banjar yang sudah terjepit daerah federal akhirnya dibentuk Dewan Banjar tanggal 14 Januari 1948. Pembentukan Negara Kalimantan digagalkan rakyat Banjarmasin dengan melakukan gerilya di pedalaman di bawah pimpinan Bapak Gerilya Kalimantan Hasan Basry.

Gubernur Kalimantan dalam pemerintahan Pemerintah RI di Yogyakarta, yaitu Pangeran Muhammad Noor, mengirim Cilik Riwut dan Hasan Basry dalam misi perjuangan mempertahankan kemerdekaan untuk menghadapi kekuatan NICA. Pada tanggal 17 Mei 1949, Letkol Hasan Basry selaku Gubernur Tentara ALRI Wilayah IV Pertahanan Kalimantan memproklamirkan sebuah Proklamasi Kalimantan yang isinya bahwa "Kalimantan" tetap sebagai bagian tak terpisahkan dari Negara Republik Indonesia yang telah diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Pemerintah Gubernur Militer ini merupakan upaya tandingan terhadap terbentuknya Dewan Banjar yang didirikan Belanda.

Di masa Republik Indonesia Serikat, Kalimantan menjadi beberapa satuan-kenegaraan yaitu :

  1. Daerah Istimewa Kalimantan Barat dengan ibu kota Pontianak.
  2. Federasi Kalimantan Timur dengan ibu kota Samarinda.
  3. Dayak Besar dengan ibu kota sementara Banjarmasin.
  4. Daerah Banjar dengan ibu kota Banjarmasin.
  5. Federasi Kalimantan Tenggara dengan ibu kota Kotabaru.

Sejak tahun 1938, Borneo-Hindia Belanda (Kalimantan) merupakan satu kesatuan daerah administratif di bawah seorang gubernur, yang berkedudukan di Banjarmasin, dan memiliki wakil di Volksrad. Wakil Kalimantan di Volksrad :

  1. Pangeran Muhammad Ali (sebelum 1935) digantikan anaknya,
  2. Pangeran Muhammad Noor (1935-1939) digantikan oleh,
  3. Mr. Tadjuddin Noor (1939-1945)
  • Gubernur Borneo
  1. Dr. A. Haga (1938-1942), gubernur dari Kegubernuran Borneo berkedudukan di Banjarmasin
  2. Pangeran Musa Ardi Kesuma (1942-1945), Ridzie Kalimantan Selatan dan Tengah
  3. Ir. Pangeran Muhammad Noor (2 September 1945), gubernur Kalimantan berkedudukan di Yogyakarta
  4. dr. Moerjani (14 Agustus 1950), gubernur Kalimantan berkedudukan di Banjarmasin
  5. Mas Subarjo (1953-1955), gubernur Kalimantan berkedudukan di Banjarmasin
  6. Raden Tumenggung Arya Milono (1955-1957), gubernur Kalimantan berkedudukan di Banjarmasin.

Pembentukan kembali provinsi Kalimantan tanggal 14 Agustus 1950 sesudah bubarnya RIS, diperingati sebagai Hari Jadi Provinsi Kalimantan Selatan (dahulu bernama provinsi Kalimantan, salah satu provinsi pertama). Hingga tahun 1956 Kalimantan dibagi menjadi 3 provinsi, yaitu Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat. Selanjutnya pada tanggal 23 Mei 1957, secara resmi terbentuklah provinsi Kalimantan Tengah yang sebelumnya bernama Daerah Dayak Besar sebagai bentuk pemisahan diri dari Kalimantan Selatan, berdiri menjadi provinsi ke-17 yang independen.

Jaman modern

Kerajaan yang pernah ada

Daftar kerajaan-kerajaan sejak masa zaman Hindu sampai kerajaan-kerajaan yang didirikan oleh kolonial Belanda, diantaranya masih eksis yang sekarang disebut keraton saja, kecuali Brunei adalah :

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "New pre-history timeline discovered for Borneo". Borneo Post Online (dalam bahasa Inggris). 2018-10-22. Diakses tanggal 2020-05-03. 
  2. ^ Suwarno, Aritta. "Optimising land use in Central Kalimantan Province, Indonesia". Wageningen University and Research. 
  3. ^ Hose, Charles; Haddon, Alfred C.; Hose, Charles; McDougall, William (1912). The pagan tribes of Borneo; a description of their physical, moral intellectual condition, with some discussion of their ethnic relations,. London: Macmillan. 
  4. ^ borneo
  5. ^ borneol definition
  6. ^ Wallerant, Frédéric (1921). "Sur le polymorphisme des composés chlorés et bromés du camphre". Bulletin de la Société française de Minéralogie. 44 (1): 6. doi:10.3406/bulmi.1921.3754. ISSN 0366-3248. 
  7. ^ "'Baru nah'". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-09-30. Diakses tanggal 2009-03-17. 
  8. ^ Lam, Tania (2019-09-29). "Humans lived in Niah Caves 100,000 years ago". New Sarawak Tribune (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-05-03. 
  9. ^ "History of Sarawak". Wikipedia (dalam bahasa Inggris). 2020-05-03. 
  10. ^ "History of Sarawak". Wikipedia (dalam bahasa Inggris). 2020-05-03. 
  11. ^ https://naditirawidya.kemdikbud.go.id/index.php/nw/article/viewFile/39/162
  12. ^ Sejarah Kalimantan Borneo 45 000 SM 2017 M, diakses tanggal 2020-05-03 
  13. ^ "Political entities known in the archipelago, ca A.D. 250". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-09-25. Diakses tanggal 2011-07-24. 
  14. ^ http://print.kompas.com/baca/english/2016/07/16/Ancestors-of-Malagasy-Came-from-Banjar
  15. ^ http://syx-gf.blogspot.co.id/2016/07/leluhur-orang-madagaskar-dari-banjar.html
  16. ^ http://news.detik.com/berita/d-3345069/misteri-suku-banjar-yang-bermigrasi-dan-jadi-nenek-moyang-orang-madagaskar
  17. ^ https://en.wikisource.org/wiki/Catholic_Encyclopedia_(1913)/Odoric_of_Pordenone
  18. ^ (Indonesia) Slamet Muljana, Tafsir sejarah Nagarakretagama, PT LKiS Pelangi Aksara, 2006 ISBN 979-25-5254-5, 9789792552546
  19. ^ (Belanda)Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië (1861). "Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië". 23 (1-2): 218. 
  20. ^ Yamin, Muhammad (1945). Gadjah Mada, pahlawan persatoean Noesantara. Balai Poestaka. ISBN 9789794073230.  Hapus pranala luar di parameter |title= (bantuan) ISBN 979-666-195-0 Diarsipkan 2015-04-05 di Wayback Machine.
  21. ^ (Indonesia) Muljana, Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 61. ISBN 9798451163. ISBN 978-979-8451-16-4
  22. ^ (Inggris) MacKinnon, Kathy (1996). The ecology of Kalimantan. Oxford University Press. ISBN 9780945971733. ISBN 0-945971-73-7
  23. ^ (Inggris) Townsend, George Henry (1867). A manual of dates: a dictionary of reference to the most important events in the history of mankind to be found in authentic records (edisi ke-2). Warne. hlm. 160. 
  24. ^ (Inggris) Keppel, Sir Henry (1846). The expedition to Borneo of H.M.S. Dido for the suppression of piracy: with extracts from the journal of James Brooke, esq. of Sarāwak. 2 (edisi ke-2). Chapman and Hall. 
  25. ^ a b (Melayu)Johannes Jacobus Ras, Hikayat Banjar diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh, Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - Selangor Darul Ehsan, Malaysia 1990.
  26. ^ (Inggris) Crawfurd, John (1856). A descriptive dictionary of the Indian islands & adjacent countries. Bradbury & Evans. hlm. 65. 
  27. ^ (Indonesia) Muljana, Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 70. ISBN 9798451163. ISBN 978-979-8451-16-4
  28. ^ (Inggris) Crawfurd, John (1856). A descriptive dictionary of the Indian islands & adjacent countries. Bradbury & Evans. hlm. 65. 
  29. ^ https://www.vocsite.nl/geschiedenis/handelsposten/bandjarmasin.html
  30. ^ (Belanda) Blume, Carl Ludwig (1843). De Indische Bij. 1. H.W. Hazenburg. hlm. 333. 
  31. ^ (Belanda) L. C. van Dijk, Ne©erland's vroegste betrekkingen met Borneo, den Solo-Archipel, Camobdja, Siam en Cochin-China, Scheltema, 1862
  32. ^ a b (Indonesia)Poesponegoro, Marwati Djoened (1992). Sejarah nasional Indonesia: Jaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. PT Balai Pustaka. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-06. Diakses tanggal 2011-04-07. 
  33. ^ a b (Belanda)van Dijk, Ludovicus Carolus Desiderius (1862). Neêrlands vroegste betrekkingen met Borneo, den Solo-Archipel, Cambodja, Siam en Cochin-China: een nagelaten werk. J. H. Scheltema. hlm. 137.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Neêrlands" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  34. ^ (Belanda) Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia (1857). "Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde". 6. Lange & Co.: 241. 
  35. ^ a b c d (Indonesia)Kiai Bondan, Amir Hasan (1953). Suluh Sedjarah Kalimantan. Bandjarmasin: Fadjar. 
  36. ^ a b (Indonesia) Hermanus Johannes de Graaf, Puncak kekuasaan Mataram: politik ekspansi Sultan Agung, Grafitipers, 1986
  37. ^ ["(Indonesia) Abdul Gafar Pringgodigdo, Hassan Shadily, Ensiklopedi umum, Kanisius, 1973 ISBN 979-413-522-4, 9789794135228". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-06. Diakses tanggal 2011-03-26.  (Indonesia) Abdul Gafar Pringgodigdo, Hassan Shadily, Ensiklopedi umum, Kanisius, 1973 ISBN 979-413-522-4, 9789794135228]
  38. ^ (Inggris) Popular encyclopedia (1862). The Popular Encyclopedia: Or, Conversations Lexicon. Blackie. hlm. 631. 
  39. ^ (Inggris) Thorn, Sir William (2004). The conquest of Java. Tuttle Publishing. ISBN 0794600735. ISBN 978-0-7946-0073-0
  40. ^ (Inggris) Souza, George Bryan (2004). The Survival of Empire: Portuguese Trade and Society in China and the South China Sea 1630-1754. Cambridge University Press. hlm. 126. ISBN 0-521-53135-7. ISBN 978-0-521-53135-1
  41. ^ (Inggris) (1830)The Edinburgh Encyclopaedia. 3. Printed for W. Blackwood. hlm. 732. 
  42. ^ Characteristics of the Diocese Diocese of Palangka Raya
  43. ^ (Inggris) Muzium Brunei (1971). "Brunei Museum journal". 2. 
  44. ^ R. Suntharalingam, The British in Banjarmasin: An Abortive Attempt in Settlement 1700-1707
  45. ^ (Inggris) De Bow, James Dunwoody Brownson (1853). De Bow's review. 15. J.D.B. De Bow. hlm. 244. 
  46. ^ (Inggris) MacGregor, M. P., John (1848). Commercial Statistics. hlm. 340. 
  47. ^ (Inggris) Jedidiah Morse, Aaron Arrowsmith, Samuel Lewis (1819). The American universal geography: or, A view of the present state of all the kingdoms, states and colonies in the known world... (edisi ke-7). Published by Lincoln & Edmands, S.T. Armstrong, West, Richardson & Lord. hlm. 687. 
  48. ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-01-18. Diakses tanggal 2011-07-17. 
  49. ^ (Inggris) (1751)The Gentleman's magazine, 21, hlm. 562 
  50. ^ (Inggris)(1752)The True Briton. hlm. 63. 
  51. ^ (Indonesia)Tomi (2014). Pasak Negeri Kapuas 1616-1822. Indonesia: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. hlm. 232. ISBN 602961357X. ISBN 978-602-96135-7-5
  52. ^ (Indonesia) Sejarah Daerah Nusa Tenggara Barat. Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 55. 
  53. ^ http://kesultanankadriah.blogspot.co.id/2012_06_03_archive.html
  54. ^ (Inggris) Pinkerton, John (1806). Modern geography: A description of the empires, kingdoms, states, and colonies; with the oceans, seas, and isles in all parts of the world... (edisi ke-2). T. Cadell. hlm. 479. 
  55. ^ (Inggris) Tegg, Thomas (1829). London encyclopaedia; or, Universal dictionary of science, art, literature and practical mechanics: comprising a popular view of the present state of knowledge. 4. Printed for Thomas Tegg. hlm. 339. 
  56. ^ Buginese on Borneo
  57. ^ (Inggris) Smedley, Edward (1845). Encyclopædia metropolitana; or, Universal dictionary of knowledge. hlm. 717. 
  58. ^ "British expansion in the archipelago, 1786-1797". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-13. Diakses tanggal 2011-07-24. 
  59. ^ "British possessions in Indonesia, 1810-1817". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-12. Diakses tanggal 2011-07-24. 
  60. ^ (Indonesia) Anwar, Rosihan (2004). Sejarah kecil "petite histoire" Indonesia. 2. Penerbit Buku Kompas. hlm. 137. ISBN 979-709-141-4. ISBN 978-979-709-141-5
  61. ^ Padoeka Ratoe IMAN OEDDIN, Pangeran jang bertachta karadja'an KOTARIENG'AN (Belanda) Philippus Pieter Roorda van Eysinga, Handboek der land- en volkenkunde, geschiedtaal-, aardrijks- en staatkunde von Nederlandsch Indie. 3 boeken (in 5 pt.), 1841
  62. ^ (Inggris) Hamilton, Walter (M. R. A. S.) (1828). The East Indian gazetteer: containing particular descriptions of the empires, kingdoms, principalities, provinces, cities, towns, districts, fortresses, harbours, rivers, lakes, &c. of Hindostan, and the adjacent countries, India beyond the Ganges, and the Eastern archipelago; together ... 1 (edisi ke-2). Printed for Parbury, Allen and Co. hlm. 283. 
  63. ^ (Inggris) Royal Geographical Society (Great Britain), Norton Shaw, Hume Greenfield, Henry Walter Bates (1853). The Journal of the Royal Geographical Society ... 23. J. Murray. hlm. 85. 
  64. ^ (Inggris) McCulloch, John Ramsay (1841). A Dictionary, Geographical, Statistical, and Historical: Of the Various Countries, Places and Principal Natural Objects in the World. 1. Longman, Orme, Brown, Green and Longmans. hlm. 414. 
  65. ^ (Indonesia) Th. van den End, Ragi Carita 1, Jilid 1 dari Ragi carita: sejarah gereja di Indonesia, BPK Gunung Mulia, 1987, ISBN 979-415-188-2, 9789794151884
  66. ^ (Inggris) Britain. Parliament, Great (1851). The Parliamentary debates (Authorized edition). 118. H. M. Stationery Office. hlm. 118. 
  67. ^ (Indonesia)Poesponegoro (1992). Sejarah nasional Indonesia: Nusantara pada abad ke-18 dan ke-19. Indonesia: PT Balai Pustaka. hlm. 275. ISBN 979-407-410-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-04. Diakses tanggal 2011-06-22.  ISBN 978-979-407-410-7
  68. ^ (Belanda) J. B. J Van Doren (1860). Bydragen tot de kennis van verschillende overzeesche landen, volken, enz. 1. J. D. Sybrandi. hlm. 241. 
  69. ^ (Inggris) Cilacap (1830-1942): bangkit dan runtuhnya suatu pelabuhan di Jawa. Kepustakaan Populer Gramedia. 2002. ISBN 9789799023698.  Hapus pranala luar di parameter |title= (bantuan)ISBN 979-9023-69-6
  70. ^ (Indonesia) Tamar Djaja, Pustaka Indonesia: riwajat hidup orang-orang besar tanah air, Volume 2, Bulan Bintang, 1966
  71. ^ (Indonesia) Mayur, Gusti (1979). Perang Banjar. Rapi. hlm. 27. 
  72. ^ http://www.antarakalbar.com/berita/313094/kesultanan-banjar-miliki-kaitan-dengan-sarawak-dan-landak Kesultanan Banjar Miliki Kaitan Dengan Sarawak dan Landak
  73. ^ Manuskrip surat Sultan Banjar ditemukan di Brunei
  74. ^ Relasi Kesultanan Banjar dengan Brunei Darussalam
  75. ^ ["(Indonesia) Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah nasional Indonesia: Nusantara pada abad ke-18 dan ke-19, PT Balai Pustaka, 1992 ISBN 979-407-410-1, 9789794074107". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-06. Diakses tanggal 2011-03-27.  (Indonesia) Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah nasional Indonesia: Nusantara pada abad ke-18 dan ke-19, PT Balai Pustaka, 1992 ISBN 979-407-410-1, 9789794074107]
  76. ^ (Inggris) Rottman, Gordon L. (2002). World War 2 Pacific island guide. Greenwood Publishing Group. hlm. 205. ISBN 0313313954.  9780313313950
  77. ^ (Inggris) Olson, James Stuart (1991). Historical dictionary of European imperialism. hlm. 70. ISBN 0313262578.  ISBN 978-0-313-26257-9
  78. ^ suluhbanjar.blogspot.co.id/2011/09/ratu-jaleha-srikandi-gagah-berani-dalam.html
  79. ^ http://www.indonesianhistory.info/map/discoverethnic.html?zoomview=1 Diarsipkan 2012-05-13 di Wayback Machine.[ Adatrechtskringen (customary law circles) in the Netherlands Indies, 1918]
  80. ^ ["(Indonesia) Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Sejarah nasional Indonesia: Jaman Kebangkitan nasional dan masa akhir Hindia Belanda, PT Balai Pustaka, 1992 ISBN 979-407-411-X, 9789794074114". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-07-31. Diakses tanggal 2011-03-20.  (Indonesia) Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Sejarah nasional Indonesia: Jaman Kebangkitan nasional dan masa akhir Hindia Belanda, PT Balai Pustaka, 1992 ISBN 979-407-411-X, 9789794074114]
  81. ^ (Indonesia) Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (1992). Sejarah nasional Indonesia: Jaman Kebangkitan nasional dan masa akhir Hindia Belanda. PT Balai Pustaka. hlm. 38. ISBN 979407411X. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-07-31. Diakses tanggal 2011-03-20. ISBN 978-979-407-411-4
  82. ^ (Inggris) Keat Gin Ooi, The Japanese Occupation of Borneo, 1941-45 Routledge Studies in the Modern History of Asia, Taylor & Francis, 2011 ISBN 0-415-45663-0, 9780415456630
  83. ^ (Inggris) Rottman, Gordon L. (2002). World War 2 Pacific island guide. Greenwood Publishing Group. ISBN 0-313-31395-4. ISBN 978-0-313-31395-0
  84. ^ (Inggris) A. B. Feuer, Australian commandos: their secret war against the Japanese in World War II, Stackpole Military history series, Stackpole Books, 2006, ISBN 0-8117-3294-0, 9780811732949
  85. ^ (Indonesia) Pramoedya Ananta Toer, Koesalah Soebagyo Toer, Ediati Kamil, Kronik revolusi Indonesia, Volume 1, Kepustakaan Populer Gramedia, 1999 ISBN 979-9023-27-0, 9789799023278. Diakses 3 September 2010]
  86. ^ "Digital Atlas - Regional rebellions and provincial boundaries, 1950-1954". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-13. Diakses tanggal 2011-07-24. 
  87. ^ "Digital Atlas - National elections, 1955: proportion of voters by province". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-13. Diakses tanggal 2011-07-24. 
  88. ^ The Malaysian Federation, Indonesia and the Philippines: A Study in Political Geography, The Geographical Journal, Sep., 1963
  89. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-10-14. Diakses tanggal 2011-10-14. 
  90. ^ Indonesia, Malaya, and the North Borneo Crisis, Asian Survey, Apr., 1963
  91. ^ (Inggris) Davidson, Jamie (1995). From rebellion to riots: collective violence on Indonesian Borneo. NUS Press. hlm. 54. ISBN 9971694271.  Hapus pranala luar di parameter |title= (bantuan) ISBN 978-9971-69-427-2
  92. ^ Hooliganism Continues in Indonesia
  93. ^ The Sarawak-Indonesia Border Insurgency
  94. ^ "City growth, 1930-1971". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-13. Diakses tanggal 2011-07-24. 
  95. ^ (Indonesia) van Klinken, Gerry (2007). Perang Kota Kecil. Yayasan Obor Indonesia. hlm. 93. ISBN 9794616524.  ISBN 978-979-461-652-9
  96. ^ Kalimantan - Indonesia

Pranala luar