Muawiyah bin Abu Sufyan
Muawiyah I | |||||
---|---|---|---|---|---|
Berkuasa | 661 – 680 | ||||
Penobatan | 661 | ||||
Penobatan | 661 | ||||
Pendahulu | Ali | ||||
Pewaris | Yazid I | ||||
Keturunan | Yazid I | ||||
| |||||
Wangsa | Bani Abdus Syams | ||||
Dinasti | Bani Umayyah | ||||
Ayah | Abu Sufyan | ||||
Ibu | Hindun binti Utbah |
Muawiyah bin Abu Sufyan (602 (umur -79–-78); bahasa Arab: معاوية بن أبي سفيان) bergelar Muawiyah I adalah khalifah pertama dari Bani Umayyah dan juru tulis Nabi Muhammad.
Muawiyah diakui oleh kalangan Sunni sebagai salah seorang Sahabat Nabi, walaupun keislamannya baru dilakukan setelah Mekkah ditaklukkan. Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa Muawiyah masuk Islam pada 7 H. Kalangan Syi'ah sampai saat ini tidak mengakui Muawiyah sebagai khalifah dan Sahabat Nabi, karena dianggap telah menyimpang setelah meninggalnya Rasulullah SAW. Ia diakui sebagai khalifah sejak Hasan bin Ali, yang selama beberapa bulan menggantikan ayahnya sebagai khalifah, berbai'at padanya. Dia menjabat sebagai khalifah mulai tahun 661 (umur 58–59 tahun) sampai dengan 680.
Terjadinya Perang Shiffin makin memperkokoh posisi Muawiyah dan melemahkan kekhalifahan Ali bin Abu Thalib, walaupun secara militer ia dapat dikalahkan. Hal ini adalah karena keunggulan saat berdiplomasi antara Amru bin Ash (kubu Muawiyah) dengan Abu Musa Al Asy'ari (kubu Ali) yang terjadi di akhir peperangan tersebut. Seperti halnya Amru bin Ash, Muawiyah adalah seorang administrator dan negarawan ulung.
Asal-Usul Muawiyah
Nama Lengkap
Nama lengkap Muawiyah adalah Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab[1]
Kunyah
Muawiyah memiliki kunyah (nama panggilan atau julukan). Kunyah nya adalah Abu Abdurrahman dan Al-Quraisyi al-Umawi Al-Makki.[2]
Ciri Fisik Muawiyah
Muawiyah adalah laki-laki yang berperawakan tinggi, berkulit putih, tampan, dan penuh wibawa.[3]
Keluarga Muawiyah
Orangtua Muawiyah
Ayahnya Muawiyah adalah Abu Sufyan bin Harb, seorang sahabat Nabi Muhammad. Sedangkan ibunya adalah Hindun binti Utbah, seorang sahabiyah (sahabat wanita) nabi Muhammad.
Harapan Orangtuanya
Saat kecil, Abu Sufyan pernah melihat Muawiyah yang sedang merangkak, lalu berkata, "anakku ini berkepala besar, dia pantas memimpin kaumnya". Hindun menjawab, "hanya memimpin kaumnya saja? Seharusnya ia memimpin bangsa Arab seluruhnya"[4]
Saudara-Saudara Muawiyah
Muawiyah memiliki beberapa saudara. Mereka adalah sebagai berikut:
- Yazid bin Abu Sufyan
- Utbah bin Abu Sufyan
- Anbasah bin Abu Sufyan
- Ummu Habibah binti Abu Sufyan
- Ummul Hakam binti Abu Sufyan
- Azzah binti Abu Sufyan
- Umaimah binti Abu Sufyan[5]
Istri-Istri Muawiyah
Muawiyah memiliki beberapa orang istri. Ada yang diceraikannya dan ada pula yang meninggal[6]. Berikut adalah nama-nama mereka:
- Maisun binti Bahdal al-Kalbiyah. Muawiyah menceraikannya karena Maisun tidak betah tinggal di istana Muawiyah yang besar dan lebih mencintai desanya.
- Fakhitah binti Qarazhah bin Abd Amr bin Naufal bin Abdi Manaf.
- Kanud binti Qarazhah. Kanud adalah saudara Fakhitah. Muawiyah menikahinya setelah Fakhitah wafat. Dia lah yang bersama Muawiyah saat pembebasan Cyprus.
- Na'ilah binti Imarah al-Kalbiyah. Muawiyah mentalaknya karena sebuah persoalan.
Anak-anak Muawiyah
Muawiyah juga memiliki beberapa anak[7]. Ini adalah nama-namanya yang tercatat:
- Yazid bin Muawiyah. Ia lahir dari Maisun binti Bahdal. Saat Muawiyah menceraikan Maisun dan kembali ke desanya, Yazid mengikuti ibunya. Jadi, masa kecilnya dihabiskan di desa ibunya, menghirup udara segar dan bahasa Arab fasih.
- Abdurrahman bin Muawiyah. Ibunya adalah Fakhitah. Abdurrahman meninggal sewaktu masih kecil.
- Abdullah bin Muawiyah. Abdullah adalah anak dari Fakhitah. Ia anak yang terbelakang mental dan sangat lemah.
- Ramlah binti Muawiyah. Setelah dewasa, Ramlah dinikahi oleh Amr bin Utsman bin Affan
- Hindun binti Muawiyah. Hindun ini kemudian dinikahi oleh Abdullah bin Amir
- Aisyah binti Muawiyah
- Atikah binti Muawiyah
- Shafiyyah binti Muawiyah
Masuk Islamnya Muawiyah
Pendapat yang terkenal mengatakan bahwa Muawiyah masuk Islam pada masa Penaklukkan Makkah. Namun, Muawiyah sendiri mengatakan bahwa, "aku masuk Islam dalam peristiwa Umrah Qadha tahun 7 H, tetapi aku menyembunyikannya dari bapakku". Hal itu dapat dimengerti karena situasi saat itu masih mencekam. Selain itu posisi Muawiyah cukup sulit, mengingat Abu Sufyan pada waktu itu masih kafir, bahkan Abu Sufyan adalah pemimpin Quraisy dalam melawan Nabi Muhammad. Muawiyah juga ikut perang Hunain dan Nabi Muhammad memberinya seratus unta dan 40 uqiyah emas dari harta rampasan perang Hunain.[8]
Referensi
- ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 15
- ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 15
- ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 15
- ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 16
- ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 23-36
- ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 36-38
- ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 36-38
- ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 39
Bacaan Lanjutan
(Indonesia) Mursi, Muhammad Sa'id. Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah. Penerjemah: Khoirul Amru Harahap, Lc, MHI dan Achmad Faozan, Lc, M.Ag. Editor: Muhammad Ihsan, Lc. Cet. 1, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007. ISBN 979-592-387-0.
Ash-Shallabi, Ali Muhammad. 2012. Muawiyah bin Abu Sufyan: Prestasi Gemilang Selama 20 Tahun Sebagai Gubernur & 20 Tahun Sebagai Khalifah; Disertai Studi Kritis tentang Fitnah-Fitnah yang Terjadi di Zamannya. Darul Haq: Jakarta.
Gelar kebangsawanan | ||
---|---|---|
Didahului oleh: tidak ada |
Khalifah Bani Umayyah (661–680) |
Diteruskan oleh: Yazid I |