Kabupaten Banyuwangi
Banyuwangi
Blambangan | |
---|---|
Transkripsi bahasa daerah | |
• Osing | Byanyuwangai (Latin) بياۑوواڠاي (Pego) ꦧꦾꦚꦸꦮꦔꦻ (Hanacaraka) |
• Jawa | Banyuwangé (Gêdrig) باۑوواڠَي (Pégon) ꦧꦚꦸꦮꦔꦺ (Hånåcåråkå) |
• Madura | Bhânyowangè (Latèn) بۤاۑَوواڠَي (Pèghu) ꦨꦚꦺꦴꦮꦔꦺ (Carakan) |
Etimologi: Banyu + Wangi (lihat legenda Sri Tanjung) | |
Julukan:
| |
Motto: Satya bhakti praja mukti (Sanskerta) Setia dan berbakti untuk mewujudkan masyarakat yang adil makmur (1972 Masehi)[1] | |
Koordinat: 8°13′07″S 114°22′01″E / 8.2186111111111°S 114.36694444444°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Timur |
Tanggal berdiri | 8 Agustus 1950 |
Dasar hukum | UU No.12/1950 |
Hari jadi | 18 Desember 1771[2] |
Ibu kota | Banyuwangi |
Jumlah satuan pemerintahan | |
Pemerintahan | |
• Bupati | Ipuk Fiestiandani |
• Wakil Bupati | Sugirah |
• Sekretaris Daerah | Mujiono |
• Ketua DPRD | I Made Cahyana Negara |
Luas | |
• Total | 5.782,40 km2 (2,232,60 sq mi) |
Ketinggian tertinggi | 3.000 m (10,000 ft) |
Populasi (30 Juni 2023)[4] | |
• Total | 1.769.234 |
• Kepadatan | 310/km2 (790/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | |
• Bahasa | Indonesia (resmi), Osing, Jawa, Madura, Bali, Melayu, Bugis, Mandar, Tionghoa, Arab, dan Lainnya |
• IPM | 71,94 (0.719) Tinggi (2022)[5] |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode pos | |
Kode BPS | |
Kode area telepon | +62 333 |
Kode ISO 3166 | ID-JI |
Pelat kendaraan | P xxxx U*/V*/W*/X*/Y*/Z* |
Kode Kemendagri | 35.10 |
APBD | Rp 3.216.198.798.997,- (2021)[6] |
PAD | Rp 592.741.272.400,- (2021)[6] |
Semboyan daerah | Banyuwangi Rebound |
Flora resmi | Bambu manggong |
Fauna resmi | Penyu abu-abu |
Situs web | banyuwangikab |
Banyuwangi (Hanacaraka: ꦧꦚꦸꦮꦔꦶ, Pegon: باۑوواڠي; pelafalan dalam bahasa Indonesia: [baɲuˈwaŋi]) adalah sebuah wilayah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kota dari kabupaten ini ini berada di Kecamatan Banyuwangi. Kabupaten ini terletak di ujung timur Pulau Jawa, tepatnya di kawasan Tapal Kuda, yang berbatasan dengan Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Bondowoso di sebelah utara, Selat Bali dan Provinsi Bali di sebelah timur, Samudra Hindia di sebelah selatan, serta Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di sebelah barat. Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur dan juga kabupaten terluas kedua di Pulau Jawa.
Di pesisir Banyuwangi, terdapat Pelabuhan Ketapang, yang merupakan penghubung utama antara Pulau Jawa dengan Pulau Bali. Masyarakat penghuni daerah ini adalah suku Jawa Osing atau Wong Blambangan.[7] Pada pertengahan tahun 2023, jumlah penduduk Banyuwangi sebanyak 1.769.234 orang.[4]
Sejarah
Sejarah Banyuwangi tidak lepas dari sejarah Kerajaan Blambangan. Pada pertengahan abad ke-17, Banyuwangi merupakan bagian dari Kerajaan Hindu Blambangan yang dipimpin oleh Kangjeng Suhunan Prabu Tawang Alun.
Sejak tahun 1743, secara administratif VOC telah menganggap Blambangan sebagai wilayah kekuasannya, atas dasar Perjanjian Ponorogo yang diantara isinya adalah penyerahan kekuasaan Kartasura di Jawa bagian timur (termasuk Blambangan) oleh Pakubuwono II kepada VOC. Padahal Kartasura tidak pernah mewarisi Blambangan dari Kesultanan Mataram karena Kangjeng Suhunan Prabu Tawangalun telah menyatakan kemerdekaan Balambangan pada 23 Pebruari 1653 dan Mataram tidak pernah menundukkannya lagi hingga Mataram hancur akibat Perang Raden Trunajaya.
Pasca Perjanjian Ponorogo tahun 1743, VOC tidak pernah benar-benar menancapkan kekuasaannya sampai pada akhir abad ke-17, ketika Perusahaan Hindia Timur Britania menjalin hubungan dagang dengan Blambangan..[8]
VOC segera bergerak untuk mengamankan kekuasaannya atas Blambangan pada akhir abad ke-18. Hal ini menyulut perang besar selama lima tahun (1767–1772) dan bahkan baru berakhir tahun 1777.
Dalam rangkaian peperangan itu terdapat beberapa pertempuran dahsyat yang salah satunya disebut Perang Puputan Bayu yang merupakan perlawanan rakyat Blambangan untuk melepaskan diri dari belenggu VOC.
Pertempuran Puputan Bayu terjadi pada tanggal 18 Desember 1771 yang akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Banyuwangi. Sayangnya, perang ini tidak dikenal luas dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan kompeni Belanda.
Akhir dari perang ini, VOC-lah yang memperoleh kemenangan dengan diangkatnya R. Wiroguno I (Mas Alit) sebagai Bupati Banyuwangi pertama dan tanda runtuhnya Kerajaan Blambangan. Tetapi perlawanan sporadis rakyat Blambangan masih terjadi meskipun VOC sudah menguasai Blambangan. Itu bisa terlihat dengan tidak adanya pabrik gula yang dibangun oleh VOC saat itu, berbeda dengan kabupaten lainnya di Jawa Timur.[butuh rujukan]
Legenda
Tokoh legenda yang terkenal adalah Putri Sri Tanjung yang di bunuh oleh suaminya di pinggir sungai karena dicurigai oleh suaminya telah selingkuh ketika dia ditinggal menuju medan perang. Dengan sumpah janjinya kepada sang suami sang putri berkata: "Jika darah yang mengalir di sungai ini amis memang Sri Tanjung selingkuh, tetapi jika berbau harum (wangi) maka Sri Tanjung tidak selingkuh". Dan ketika darah yang mengalir ke dalam sungai tersebut berbau wangi, maka menyesallah sang suami yang dikenal sebagai Sidopekso ini.[butuh rujukan]
Harumnya air itulah yang kemudian diyakini sebagai asal mula nama daerah itu sebagai Banyuwangi.
Tokoh sejarah lain ialah Minak Djinggo, seorang Adipati dari Blambangan yang memberontak terhadap Kerajaan Majapahit dan dapat ditumpas oleh utusan Majapahit, yaitu Damarwulan. Namun sesungguhnya nama Minak Djinggo tidak ada dalam daftar raja Balambangan menurut Babad Sembar sehingga dapat dipastikan bahwa kisah ini hanya legenda saja.
Julukan
Banyuwangi menyandang beberapa julukan, di antaranya:[butuh rujukan]
- The Sunrise of Java
Julukan The Sunrise of Java disandang Kabupaten Banyuwangi tidak lain karena daerah yang pertama terkena sinar matahari terbit di Pulau Jawa.
- Bumi Blambangan
Sejarah berdirinya Banyuwangi tidak bisa dilepaskan dari sejarah kerajaan Blambangan, karena Blambangan merupakan cikal bakal dari Banyuwangi. Blambangan adalah kerajaan yang semasa dengan kerajaan Majapahit bahkan dua abad lebih panjang umurnya. Blambangan adalah kerajaan yang paling gigih bertahan terhadap serangan VOC serta Blambanganlah kerajaan yang paling akhir ditaklukkan penjajah Belanda di Pulau Jawa.
- Osing
Salah satu keunikan Banyuwangi adalah penduduk yang multikultur, dibentuk oleh 3 elemen masyarakat yaitu Jawa Mataraman, Madura, dan Banyuwangen (kini lebih dikenal dengan Osing).
Suku Osing adalah penduduk asli Kabupaten Banyuwangi.[9] Mereka mempunyai adat-istiadat, budaya maupun bahasa yang sedikit berbeda dari masyarakat Jawa umumnya.
- Santet
Julukan Banyuwangi bumi santet terkenal sejak peristiwa memilukan ketika 100 orang lebih dibunuh secara misterius karena dituduh memiliki ilmu santet. Peristiwa ini dikenal luas oleh masyarakat sebagai “Tragedi Santet” Tahun 1998.
- Gandrung
Banyuwangi terkenal dengan Tari Gandrung yang menjadi maskot kabupaten ini.
- 'Banteng
Banyuwangi dijuluki bumi banteng dikarenakan di Banyuwangi tepatnya di Taman Nasional Alas Purwo terdapat banyak banteng jawa.
- Pisang
Sejak dahulu Banyuwangi sangat dikenal sebagai penghasil pisang terbesar, bahkan tiap dipekarangan rumah warga selalu terdapat pohon pisang.
- Festival
Berawal dari sukses penyelenggaraan kegiatan budaya Banyuwangi Ethno Carnival pertama pada tahun 2011 lalu, maka pada tahun-tahun berikutnya seakan tak terbendung lagi semangat dan kegairahan masyarakat Banyuwangi untuk mengangkat potensi dan budaya daerah melalui rangkaian kegiatan yang dikemas dalam tajuk Banyuwangi Festival.
Maka sejak 2012 acara Banyuwangi Ethno Carnival ditahbiskan menjadi agenda tahunan berbarengan dengan kegiatan lain, baik yang bersifat seni, budaya, fesyen, dan wisata olahraga.
Geografi
Secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak pada koordinat 7º45’15”–8º43’2” LS dan 113º38’10” BT.
Wilayah Banyuwangi cukup beragam, dari dataran rendah hingga pegunungan. Kawasan perbatasan dengan Bondowoso, terdapat rangkaian Dataran Tinggi Ijen dengan puncaknya Gunung Raung (3.344 m) dan Gunung Merapi (2.799 m). Di balik Gunung Merapi terdapat Gunung Ijen yang terkenal dengan kawahnya. Gunung Raung dan Gunung Ijen adalah gunung api aktif. [10][11]
Bagian selatan terdapat perkebunan, peninggalan sejak zaman Hindia Belanda. Di perbatasan dengan Kabupaten Jember bagian selatan, merupakan kawasan konservasi yang kini dilindungi dalam sebuah cagar alam, yakni Taman Nasional Meru Betiri. Pantai Sukamade merupakan kawasan penangkaran penyu. Di Semenanjung Blambangan juga terdapat cagar alam, yaitu Taman Nasional Alas Purwo.
Pantai timur Banyuwangi yang menghadap ke Selat Bali merupakan salah satu penghasil ikan terbesar di Jawa Timur. Tepatnya di Kecamatan Muncar yaitu pelabuhan perikanan Muncar.
Batas wilayah
Wilayah Kabupaten Banyuwangi berbatasan langsung dengan beberapa wilayah lain, yakni:[12]
Utara | Kabupaten Situbondo |
Timur | Selat Bali |
Selatan | Samudra Hindia |
Barat | Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Jember |
Kabupaten Banyuwangi terletak di ketinggian 0–2.500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan tingkat kelerengan, wilayah Kabupaten Banyuwangi terbagi dalam empat kategori tingkat kelerangan, yaitu tingkat kelerengan 0–2%, tingkat kelerengan 2–15%, tingkat kelerengan 15–40%, dan tingkat kelerengan >40%. Berikut adalah detailnya:
- Tingkat kelerengan 0–2% dapat dijumpai di seluruh kecamatan di Kabupaten Banyuwangi
- Tingkat kelerengan 2–15% dapat dijumpai di hampir seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi, kecuali Kecamatan Muncang dan Kecamatan Cluring
- Tingkat kelerengan 15–40% dapat dijumpai di sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuwangi, kecuali Kecamatan Muncal, Cluring, Gambiran, Tegalsari, Genteng, Srono, Rogojampi, Singojuruh, Giri, dan Banyuwangi.
- Tingkat kelerengan >40% dapat dijumpai di sebagian wilayah Kabupaten Banyuwangi, kecuali Kecamatan Purwoharjo, Muncal, Cluring, Gambiran, Tegalsari, Genteng, Srono, Rogojampi, Kabat, Singojuruh, Giri, Sempu, dan Banyuwangi.[13]
Geohidrologi
Beberapa sungai besar maupun kecil yang melintas Kabupaten Banyuwangi mulai dari bagian utara ke selatan sehingga merupakan daerah yang cocok pertanian lahan basah, yaitu meliputi :
- Sungai Bajulmati (20 km), melewati Kecamatan Wongsorejo.
- Sungai Selogiri (6,173 km), melewati Kecamatan Kalipuro.
- Sungai Ketapang (10,26 km), melewati Kecamatan Kalipuro.
- Sungai Sukowidi (15,826 km), melewati Kecamatan Kalipuro.
- Sungai Bendo (15,826 km), melewati Kecamatan Glagah.
- Sungai Sobo (13,818 km), melewati Kecamatan Banyuwangi dan Glagah.
- Sungai Pakis (7,043 km), melewati Kecamatan Banyuwangi.
- Sungai Tambong (24,347 km), melewati Kecamatan Glagah dan Kabat.
- Sungai Binau (21,279 km), melewati Kecamatan Rogojampi.
- Sungai Bomo (7,417 km), melewati Kecamatan Rogojampi, Srono, dan Muncar.
- Sungai Setail (73,35 km), melewati Kecamatan Sempu, Genteng, Tegalsari, Gambiran, Purwoharjo dan Muncar.
- Sungai Porolinggo (30,70 km)melewati Kecamatan Genteng.
- Sungai Kalibarumanis (18 km), melewati Kecamatan Kalibaru dan Glenmore.
- Sungai Wagud (14,60 km), melewati Kecamatan Genteng, Cluring dan Muncar.
- Sungai Karangtambak (25 km), melewati Kecamatan Pesanggaran.
- Sungai Bango (18 km), melewati Kecamatan Bangorejo dan Pesanggaran.
- Sungai Baru (80,70 km), melewati Kecamatan Kalibaru, Glenmore, Tegalsari, Siliragung dan Pesanggaran.[13]
Iklim
Suhu udara di wilayah datara rendah berkisar antara 20°–34°C, sedangkan wilayah dataran tinggi bersuhu udara kurang dari 19°C. Tingkat kelembapan di Kabupaten Banyuwangi bervariasi antara 73–84%. Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, hampir seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi masuk dalam kategori iklim tropis basah dan kering (Aw & Am) dengan dua musim, yakni musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau di wilayah Kabupaten Banyuwangi berlangsung pada periode Mei–Oktober dengan puncak musim kemarau adalah bulan Agustus. Sementara itu, musim hujan di wilayah Banyuwangi berlangsung pada periode November–April dengan bulan terbasah adalah bulan Januari dan Februari yang curah hujan bulanannya lebih dari 280 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Banyuwangi berkisar antara 1.000–2.000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan bervariasi antara 80–150 hari hujan per tahun.
Data iklim Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
Rata-rata tertinggi °C (°F) | 32.7 (90.9) |
33.6 (92.5) |
33.7 (92.7) |
32.7 (90.9) |
31.9 (89.4) |
31.5 (88.7) |
31.2 (88.2) |
32 (90) |
33.2 (91.8) |
34.6 (94.3) |
33.8 (92.8) |
33.3 (91.9) |
32.85 (91.18) |
Rata-rata harian °C (°F) | 27 (81) |
27.2 (81) |
27 (81) |
27.1 (80.8) |
26.3 (79.3) |
25.7 (78.3) |
25 (77) |
25.1 (77.2) |
26 (79) |
27.8 (82) |
27.6 (81.7) |
27.4 (81.3) |
26.6 (79.97) |
Rata-rata terendah °C (°F) | 21.4 (70.5) |
21.8 (71.2) |
22.5 (72.5) |
21.5 (70.7) |
20.8 (69.4) |
19.9 (67.8) |
18.9 (66) |
19.7 (67.5) |
20.8 (69.4) |
21.4 (70.5) |
22.8 (73) |
21.6 (70.9) |
21.09 (69.95) |
Presipitasi mm (inci) | 282 (11.1) |
283 (11.14) |
221 (8.7) |
158 (6.22) |
127 (5) |
90 (3.54) |
62 (2.44) |
40 (1.57) |
48 (1.89) |
87 (3.43) |
152 (5.98) |
243 (9.57) |
1.793 (70,58) |
Rata-rata hari hujan | 19 | 19 | 17 | 14 | 11 | 8 | 5 | 3 | 4 | 7 | 13 | 18 | 138 |
% kelembapan | 83 | 83 | 81 | 78 | 75 | 72 | 69 | 65 | 67 | 71 | 77 | 80 | 75.1 |
Rata-rata sinar matahari bulanan | 158 | 163 | 184 | 220 | 226 | 251 | 290 | 293 | 285 | 253 | 201 | 173 | 2.697 |
Sumber #1: Climate-Data.org [14] | |||||||||||||
Sumber #2: BMKG [15] & Weatherbase [16] |
Pemerintahan
Bupati
No | Bupati | Mulai menjabat | Akhir menjabat | Prd. | Wakil Bupati | ||
---|---|---|---|---|---|---|---|
28 | Ipuk Fiestiandani | 26 Februari 2021 | Petahana | 32 | Sugirah |
Dewan Perwakilan
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Banyuwangi dalam empat periode terakhir.
Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | ||||
---|---|---|---|---|---|
2009–2014[17] | 2014–2019[18] | 2019–2024[19] | 2024–2029 | ||
PKB | 6 | 10 | 9 | 9 | |
Gerindra | (baru) 4 | 5 | 5 | 6 | |
PDI-P | 12 | 10 | 12 | 11 | |
Golkar | 7 | 7 | 5 | 7 | |
NasDem | (baru) 2 | 5 | 7 | ||
PKS | 0 | 2 | 2 | 0 | |
Hanura | 2 | 4 | 2 | 0 | |
PAN | 1 | 1 | 0 | 0 | |
Demokrat | 10 | 5 | 6 | 7 | |
PPP | 2 | 4 | 4 | 3 | |
PKNU | (baru) 5 | ||||
RepublikaN | (baru) 1 | ||||
Jumlah Anggota | 50 | 50 | 50 | 50 | |
Jumlah Partai | 10 | 10 | 9 | 7 |
Kecamatan
Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 25 kecamatan, 28 kelurahan, dan 189 desa (dari total 666 kecamatan, 777 kelurahan, dan 7.724 desa di Jawa Timur). Pada tahun 2021, luas wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah 3.593,06 km².[20]
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Banyuwangi, adalah sebagai berikut:
Kode Kemendagri |
Kecamatan | Jumlah Kelurahan |
Jumlah Desa |
Status | Daftar Desa/Kelurahan |
---|---|---|---|---|---|
35.10.01 | Pesanggaran | 5 | Desa | ||
35.10.02 | Bangorejo | 7 | Desa | ||
35.10.03 | Purwoharjo | 8 | Desa | ||
35.10.04 | Tegaldlimo | 9 | Desa | ||
35.10.05 | Muncar | 10 | Desa | ||
35.10.06 | Cluring | 9 | Desa | ||
35.10.07 | Gambiran | 6 | Desa | ||
35.10.08 | Srono | 10 | Desa | ||
35.10.09 | Genteng | 5 | Desa | ||
35.10.10 | Glenmore | 7 | Desa | ||
35.10.11 | Kalibaru | 6 | Desa | ||
35.10.12 | Singojuruh | 11 | Desa | ||
35.10.13 | Rogojampi | 10 | Desa | ||
35.10.14 | Kabat | 14 | Desa | ||
35.10.15 | Glagah | 2 | 8 | Desa | |
Kelurahan | |||||
35.10.16 | Banyuwangi | 18 | - | Kelurahan | |
35.10.17 | Giri | 4 | 2 | Desa | |
Kelurahan | |||||
35.10.18 | Wongsorejo | 12 | Desa | ||
35.10.19 | Songgon | 9 | Desa | ||
35.10.20 | Sempu | 7 | Desa | ||
35.10.21 | Kalipuro | 4 | 5 | Desa | |
Kelurahan | |||||
35.10.22 | Siliragung | 5 | Desa | ||
35.10.23 | Tegalsari | 6 | Desa | ||
35.10.24 | Licin | 8 | Desa | ||
35.10.25 | Blimbingsari | 10 | Desa | ||
TOTAL | 28 | 189 |
Transportasi
Ibu kota Kabupaten Banyuwangi berjarak 290 km sebelah timur Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur. Banyuwangi merupakan ujung paling timur jalur pantura serta titik paling timur jalur kereta api pulau Jawa yaitu Stasiun Ketapang.[21]
Pelabuhan Ketapang terletak di Kota Banyuwangi bagian utara, menghubungkan Jawa dan Bali dengan kapal Ferry, LCM, roro dan tongkang.[butuh rujukan][22][23][24]
Angkutan Antarkota
Dari Surabaya, Kabupaten Banyuwangi dapat dicapai dari dua jalur jalan darat, jalur utara dan jalur selatan. Jalur utara merupakan bagian dari jalur pantura yang membentang dari Anyer hingga pelabuhan Panarukan dan melewati Kabupaten Situbondo. Sedangkan jalur selatan merupakan pecahan dari jalur pantura dari Kabupaten Probolinggo melewati Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember. Di kedua jalur tersebut tersedia bus ekonomi maupun non-ekonomi.
Angkutan Kereta Api
Terdapat pula moda transportasi darat lainnya, yaitu jalur kereta api lintas timur Jawa dan berakhir di Banyuwangi. Stasiun Banyuwangi Kota merupakan stasiun terdekat dengan Kota Banyuwangi. Stasiun Ketapang terletak di utara Kota Banyuwangi tidak jauh dari Pelabuhan Penyeberangan Ketapang. Stasiun kereta api yang cukup besar di Banyuwangi adalah Stasiun Ketapang, Banyuwangi Kota, Rogojampi, Stasiun Kalisetail, (Kecamatan Sempu), dan Kalibaru. Selain itu ada juga stasiun yang lebih kecil seperti Singojuruh, Temuguruh, Glenmore, Sumberwadung dan Halte Krikilan.
Angkutan Daerah
Untuk transportasi wilayah perkotaan terdapat moda angkutan mikrolet, taksi Bosowa, Ramayana, Using Transport serta van atau yang oleh masyarakat setempat disebut 'colt' yang melayani transportasi antar kecamatan dan minibus yang melayani trayek Banyuwangi dengan kota-kota kabupaten di sekitarnya.
Angkutan Udara
Bandar Udara Internasional Banyuwangi di kecamatan Blimbingsari dalam pembangunannya sempat tersendat akibat kasus pembebasan lahan, dan memakan korban 2 bupati yang menjabat dalam masa pembangunannya yaitu Bupati Samsul Hadi (2000–2005) dan Bupati Ratna Ani Lestari (2005–2010). Dan pada tanggal 28 Desember 2010, Bandar Udara Blimbingsari telah dibuka untuk penerbangan komersial Banyuwangi (BWX) – Jakarta (CGK) – Banyuwangi (BWX) dan Banyuwangi (BWX) – Surabaya (SUB) – Banyuwangi (BWX).
Angkutan Laut dan Barang
Selain itu terdapat Pelabuhan Tanjung Wangi di Ketapang, Kecamatan Kalipuro selain sebagai pelabuhan bongkar muat barang dan peti kemas, juga melayani pelayaran ke kepulauan di bagian timur Madura, seperti Kep. Sapeken, Kep. Kangean, dan Kep. Sapudi.
Moda transportasi alternatif yang juga sudah diluncurkan berupa Kapal Cepat Marina Srikandi yang memiliki kapasitas hingga 145 orang penumpang.[25] Kapal cepat ini beroperasi dari Pantai Boom Banyuwangi.[26] Pengoperasian kapal ini didorong oleh pemikiran bahwa pertumbuhan pariwisata Banyuwangi juga ditopang oleh pertumbuhan pariwisata di Bali dan Lombok, sehingga perjalanan yang menghubungkan ketiganya harus terus ditingkatkan.
Penduduk
Penduduk Kabupaten Banyuwangi terdiri dari beragam suku.[27] Mayoritas adalah suku Osing, namun terdapat suku Madura (kecamatan Muncar, Wongsorejo, Kalipuro, Glenmore dan Kalibaru) dan suku Jawa Mataraman dan suku Jawa Arekan yang cukup signifikan, serta terdapat minoritas suku Bali, dan suku Bugis. Suku Bali banyak mendiami desa di kecamatan Rogojampi, bahkan di desa Patoman, Kecamatan Rogojampi seperti miniatur desa Bali di Pulau Jawa. Suku Osing merupakan penduduk asli Kabupaten Banyuwangi dan bisa dianggap sebagai sebuah subsuku dari suku Jawa. Mereka menggunakan bahasa Osing, yang dikenal sebagai salah satu ragam tertua bahasa Jawa. Suku Osing mendiami di Kecamatan Banyuwangi, Giri, Glagah, Licin, Kabat, Rogojampi, Songgon, Singojuruh, Srono, serta sebagian kecil di kecamatan lain.[butuh rujukan][28][29]
Pendidikan
Daftar perguruan tinggi
Perguruan tinggi negeri
Nama Perguruan Tinggi | Alamat |
---|---|
Politeknik Negeri Banyuwangi | Labanasem |
Akademi Penerbangan Indonesia | Blimbingsari |
Universitas Airlangga PDD Banyuwangi | Giri |
Perguruan tinggi swasta
Nama Perguruan Tinggi | Alamat |
---|---|
Universitas 17 Agustus 1945 | Taman Baru |
Universitas PGRI Banyuwangi | Kertosari |
Universitas Bhakti Indonesia | Sraten |
Sekolah Tinggi Komunikasi PGRI Banyuwangi | Taman Baru |
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi | Giri |
Akademi Kelautan Banyuwangi | Ketapang |
Akademi Kesehatan Rustida | Krikilan |
Institut Agama Islam Darussalam | Blokagung |
Institut Agama Islam Ibrahimy | Genteng |
Pariwisata
Kabupaten Banyuwangi memiliki banyak objek wisata seperti:[30][31][32]
Wisata Alam
- Kawah Ijen
- Pantai Boom Banyuwangi
- Pantai Plengkung
- Pantai Rajegwesi
- Pantai Pulau Merah
- Pantai Watu Dodol
- Pantai Teluk Hijau
- Pantai Teluk Biru
- Pantai Lampon
- Pantai Blimbingsari
- Pantai Wedi Ireng
- Pantai Sukamade
- Pantai Cemara
- Pantai Cacalan
- Pulau Tabuhan
- Bangsring Underwater
- Waduk Sidodadi
- Waduk Bajulmati
- Rawa Bayu
- Air Terjun Lider
- Air Terjun Wonorejo (Tirto Kemanten)
- Air Terjun Jagir
- Air Terjun Antogan
- Air Terjun Selendang Arum
- Air Terjun Telunjuk Raung
- Wisata Arung Jeram Kali Badeng
- Taman Nasional Alas Purwo
- Taman Nasional Meru Betiri
- Savanna Sadengan
- Hutan De Djawatan
Wisata Sejarah
Wisata Desa
- Desa Kemiren, desa dengan adat istiadat dan budaya masyarakat suku Osing yang masih terjaga.
- Desa Tamansari, desa di kaki Gunung Ijen yang menawarkan keindahan alam khas dataran tinggi.
- Desa Gintangan, desa dengan produk unggulan berupa kerajinan anyaman bambu kualitas ekspor yang banyak diburu wisatawan.
- Desa Bangsring, desa yang menawarkan keindahan bawah laut Selat Bali dan eksotika Pulau Tabuhan.
- Desa Patoman, desa yang dijuluki sebagai "Miniatur Pulau Bali" karena menawarkan suasana perdesaan ala Pulau Dewata.
- Kelurahan Gombengsari, kelurahan dengan perkebunan kopi yang luas dan sajian olahan kopi lokal yang khas.
- Kelurahan Temenggungan, kampung di pusat Kota Banyuwangi yang menawarkan suasana perkampungan klasik tempo dulu dengan balutan seni dan budaya lokal yang senantiasa dilestarikan.
Kebudayaan
Kabupaten Banyuwangi merupakan wilayah lintas pulau antara Pulau Jawa dan Pulau Bali, sehingga menjadi salah satu tempat pertemuan berbagai jenis kebudayaan. Budaya masyarakat Banyuwangi sangat beragam dan meliputi budaya lokal dari suku Jawa, suku Bali, suku Madura, dan suku Melayu. Terdapat pula budaya asing yang meliputi budaya Eropa.[33]
Di dusun Selorejo, kecamatan Glenmore, di lereng Gunung Raung, terdapat Pura Beji Ananthaboga, sebuah pura dan petirtaan yang terletakserta menempati wilayah Perhutani KPH Banyuwangi Barat.
Batik
Batik yang disebut-sebut sebagai jati diri Bangsa Indonesia tak bisa diragukan. Keberadaannya memang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya orang Jawa. Motif-motifnya pun terinspirasi tak jauh dari kehidupan sehari-hari. Begitu juga dengan banyuwangi, memiliki beberapa motif yang terkenal yaitu
- Gajah Oling
- Paras Gempal
- Sekar Jagad
- Kangkung Setingkes
- Mata Ayam
Jenis Batik tadi merupakan sebagian dari Motif Batik khas Banyuwangi yang masih hidup dan berkembang di kalangan masyarakat setempat.
Lagu Daerah
- Umbul-Umbul Blambangan
- Ugo-Ugo
- Banyuwangi Ijo Royo-Royo
- Seblang Lukinto
- Cengkir Gadhing
- Ulan Andung Andung
Kesenian tradisional
Kesenian tradisional khas Banyuwangi antara lain:
- Angklung Khas Osing
- Angklung Caruk
- Angklung Tetak
- Angklung Paglat
- Angklung Blambangan
- Barong Banyuwangi
- Barong Kemiren
- Barong Kumbo
- Barong Prejeng
- Barong Lundoyo
- Barong Ider Bumi
- Barong Bali
- Barongsai
- Ogoh-Ogoh
- Ondel-Ondel
- Janger Banyuwangi
- Teater Banyuwangi
- Drama Janger
- Drama Osing
- Jejer Gandrung
- Jaranan
- Jaranan Buto
- Pacu Gandrung
- Gandrung Dor
- Gandrung Marsan
- Gandrung Seblang Lukinto
- Gama Gandrung
- Gandrung Banyuwangi
- Gedhogan
- Kebo-Keboan
- Keboan
- Kuwung
- Kuntulan
- Mocoan Pacul Gowang
- Patrol Banyuwangi
- Seblang
- Wayang Osing
Jenis kesenian tadi merupakan sebagian dari kesenian khas Banyuwangi yang masih hidup dan berkembang di kalangan masyarakat setempat.
Musik khas Banyuwangi
Gamelan Banyuwangi khususnya yang dipakai dalam tari Gandrung memiliki kekhasan dengan adanya kedua biola, yang salah satunya dijadikan sebagai pantus atau pemimpin lagu. Menurut sejarahnya, pada sekitar abad ke-19, seorang Eropa menyaksikan pertunjukan Seblang (atau Gandrung) yang diiringi dengan suling. Kemudian orang tersebut mencoba menyelaraskannya dengan biola yang dia bawa waktu itu, pada saat dia mainkan lagu-lagu Seblang tadi dengan biola, orang-orang sekitar terpesona dengan irama menyayat yang dihasilkan biola tersebut. Sejak itu, biola mulai menggeser suling karena dapat menghasilkan nada-nada tinggi yang tidak mungkin dikeluarkan oleh suling.
Selain itu, gamelan ini juga menggunakan "kluncing" (triangle), yakni alat musik berbentuk segitiga yang dibuat dari kawat besi tebal, dan dibunyikan dengan alat pemukul dari bahan yang sama, dan angklung, atau rebana.
Tokoh terkenal
Referensi
- ^ Lambang Kabupaten Banyuwangi, Berdasarkan Perda No. 2 Tahun 1971.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-01-01. Diakses tanggal 2017-09-03.
- ^ KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 050-145 TAHUN 2022 TENTANG PEMBERIAN KODE, DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, DAN PULAU TAHUN 2021 2022 (PDF). April 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-14. Diakses tanggal 2023-08-14.
- ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan-Kementerian Dalam Negeri 2023" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 24 November 2023.
- ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2022-2023". www.bps.go.id. Diakses tanggal 24 November 2023.
- ^ a b "Perda No. 8 Tahun 2020" (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-01-18. Diakses tanggal 2022-01-18.
- ^ "Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka 2021" (pdf). www.banyuwangikab.bps.go.id. hlm. 6, 61, 133. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-29. Diakses tanggal 29 Juli 2021.
- ^ [1] Diarsipkan 2020-01-02 di Wayback Machine. Kisah asrama inggrisan di Banyuwangi
- ^ Paramita, R. W. D., Rizal, N., dan Taufiq, M. (2017). Noviansyah, ed. Kemiren: Potret Budaya Adat Osing (PDF). Bantul: Azyan Mitra Media. hlm. 1. ISBN 978-602-61946-8-8.
- ^ [2] Diarsipkan 2018-08-08 di Wayback Machine. Gunung Raung, gunung berapi aktif
- ^ [3] Diarsipkan 2018-11-23 di Wayback Machine. Gunung Ijen, Gunung berapi aktif tempat wisata populer
- ^ Wijayanti DP, R., Rizal, N., dan Taufiq, M. (2019). Kemiren 3 (PDF). Lumajang: Widya Gama Press. hlm. 88. ISBN 978-623-91680-4-9.
- ^ a b "Profil Banyuwangi" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2020-02-26. Diakses tanggal 2020-10-05.
- ^ "Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia". Climate-Data.org. Diakses tanggal 5 Oktober 2020.
- ^ "Curah Hujan Kabupaten Banyuwangi – ZOM 182, 190, 191, 192, 193, dan 194" (PDF). BMKG. hlm. 59. Diakses tanggal 5 Oktober 2021.
- ^ "Banyuwangi, Indonesia". Weatherbase. Diakses tanggal 5 Oktober 2020.
- ^ Data Anggota DPRD Banyuwangi periode 2009-2014
- ^ 80 Persen DPRD Terpilih di Banyuwangi Caleg Baru
- ^ Perolehan Kursi DPRD Kabupaten Banyuwangi 2019-2024
- ^ "KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 050-145 TAHUN 2022 TENTANG PEMBERIAN KODE, DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, DAN PULAU TAHUN 2021" (PDF). Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diakses tanggal 14 Agustus 2023.
- ^ "Stasiun Banyuwangi". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2013-06-12.
- ^ Ibrahim <sanimalikibrahim[at]gmail.com>, Sani Malik. "Lintasan Ketapang - Gilimanuk". dephub.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-01. Diakses tanggal 2022-05-20.
- ^ Banyuwangi, Pelabuhan Indonesia-Pelabuhan Ketapang. "Pelabuhan Indonesia - Pelabuhan Ketapang Banyuwangi | Shipsapp". shipsapp.co.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-07. Diakses tanggal 2022-05-20.
- ^ Nurfujitania, Niken. "Jadwal dan Harga Tiket Kapal Roro Ketapang Banyuwangi Tujuan Gilimanuk Bali, Bawa Kendaraan - Sudut Batam". batam.pikiran-rakyat.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-27. Diakses tanggal 2022-05-20.
- ^ Rachmawati, Ira (4 Januari 2018). Asdhiana, I Made, ed. "Asyik! Ada Kapal Cepat Rute Banyuwangi-Denpasar Bali dan Lombok". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-07. Diakses tanggal 13 Maret 2019.
- ^ "Banyuwangi Hadirkan Kapal Cepat ke Denpasar Hanya 2 Jam Perjalanan". Kabar Penumpang. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-12-31. Diakses tanggal 13 Maret 2019.
- ^ Apriyono, Fikri (2021). Hilwah, Bintana Alin, ed. Etnomatematika Wilayah Tapal Kuda: (Eksplorasi Etnomatematika di Kabupaten Jember, Lumajang dan Banyuwangi) (PDF). Depok: Komojoyo Press. hlm. 56. ISBN 978-623-6961-65-0.
- ^ Septiyani, Kistin (2021-08-21). Prasetya, Anggara Wikan, ed. "Mengenal Suku Osing di Banyuwangi, Ujung Timur Pulau Jawa". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-22. Diakses tanggal 2022-05-20.
- ^ pajarwati, unik. "Antropologi Budaya: Mengenal Suku Osing Banyuwangi". Kumparan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-20. Diakses tanggal 2022-05-20.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-11-21. Diakses tanggal 2015-11-20.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-11-21. Diakses tanggal 2015-11-20.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-10-26. Diakses tanggal 2016-10-18.
- ^ Suharti, Mamiek (2012). "Tari Gandrung Sebagai Obyek Wisata Andalan Banyuwangi" (PDF). Harmonia. 12 (1): 25. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-01-18. Diakses tanggal 2022-01-17.
Pranala luar
- (Indonesia) Situs web resmi
- (Indonesia) Info mengenai pembagian administratif Banyuwangi di bentangbanyuwangi.github.io