Lompat ke isi

Muawiyah bin Abu Sufyan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Muawiyah I
Berkuasa661680
Penobatan661
Penobatan661
PendahuluAli
PewarisYazid I
KeturunanYazid I
Nama lengkap
Muawiyah bin Abu Sufyan
WangsaBani Abdus Syams
DinastiBani Umayyah
AyahAbu Sufyan
IbuHindun binti Utbah

Muawiyah bin Abu Sufyan (602 (umur -79–-78); bahasa Arab: معاوية بن أبي سفيان) bergelar Muawiyah I adalah khalifah pertama dari Bani Umayyah dan juru tulis Nabi Muhammad.

Muawiyah diakui oleh kalangan Sunni sebagai salah seorang Sahabat Nabi, walaupun keislamannya baru dilakukan setelah Mekkah ditaklukkan. Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa Muawiyah masuk Islam pada 7 H. Kalangan Syi'ah sampai saat ini tidak mengakui Muawiyah sebagai khalifah dan Sahabat Nabi, karena dianggap telah menyimpang setelah meninggalnya Rasulullah SAW. Ia diakui sebagai khalifah sejak Hasan bin Ali, yang selama beberapa bulan menggantikan ayahnya sebagai khalifah, berbai'at padanya. Dia menjabat sebagai khalifah mulai tahun 661 (umur 58–59 tahun) sampai dengan 680.

Terjadinya Perang Shiffin makin memperkokoh posisi Muawiyah dan melemahkan kekhalifahan Ali bin Abu Thalib, walaupun secara militer ia dapat dikalahkan. Hal ini adalah karena keunggulan saat berdiplomasi antara Amru bin Ash (kubu Muawiyah) dengan Abu Musa Al Asy'ari (kubu Ali) yang terjadi di akhir peperangan tersebut. Seperti halnya Amru bin Ash, Muawiyah adalah seorang administrator dan negarawan ulung. Muawiyah adalah sahabat yang kontroversial dan tindakannya sering disalahartikan.

Asal-Usul Muawiyah

Nama Lengkap

Nama lengkap Muawiyah adalah Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab[1]

Kunyah

Muawiyah memiliki kunyah (nama panggilan atau julukan). Kunyah nya adalah Abu Abdurrahman dan Al-Quraisyi al-Umawi Al-Makki.[2]

Ciri Fisik Muawiyah

Muawiyah adalah laki-laki yang berperawakan tinggi, berkulit putih, tampan, dan penuh wibawa[3].

Umar bin Khattab juga berkata bahwa Muawiyah suka makan makanan yang lezat[4] dan bergaya seperti raja[5]. Umar berkata begitu bukan bermaksud menjelekkan Muawiyah tapi hanya menginformasikan ciri khas Muawiyah. Bisa dimengerti mengapa Muawiyah melakukan hal itu karena ia memang berasal dari kabilah terpandang di masyarakat.

Sifat Muawiyah

Muawiyah adalah orang yang menyukai kebersihan[6]

Keluarga Muawiyah

Orangtua Muawiyah

Ayahnya Muawiyah adalah Abu Sufyan bin Harb, seorang sahabat Nabi Muhammad. Sedangkan ibunya adalah Hindun binti Utbah, seorang sahabiyah (sahabat wanita) nabi Muhammad.

Harapan Orangtuanya

Saat kecil, Abu Sufyan pernah melihat Muawiyah yang sedang merangkak, lalu berkata, "anakku ini berkepala besar, dia pantas memimpin kaumnya". Hindun menjawab, "hanya memimpin kaumnya saja? Seharusnya ia memimpin bangsa Arab seluruhnya"[7]

Saudara-Saudara Muawiyah

Muawiyah memiliki beberapa saudara. Mereka adalah sebagai berikut:

  1. Yazid bin Abu Sufyan
  2. Utbah bin Abu Sufyan
  3. Anbasah bin Abu Sufyan
  4. Ummu Habibah binti Abu Sufyan
  5. Ummul Hakam binti Abu Sufyan
  6. Azzah binti Abu Sufyan
  7. Umaimah binti Abu Sufyan[8]

Istri-Istri Muawiyah

Muawiyah memiliki beberapa orang istri. Ada yang diceraikannya dan ada pula yang meninggal[9]. Berikut adalah nama-nama mereka:

  1. Maisun binti Bahdal al-Kalbiyah. Muawiyah menceraikannya karena Maisun tidak betah tinggal di istana Muawiyah yang besar dan lebih mencintai desanya.
  2. Fakhitah binti Qarazhah bin Abd Amr bin Naufal bin Abdi Manaf.
  3. Kanud binti Qarazhah. Kanud adalah saudara Fakhitah. Muawiyah menikahinya setelah Fakhitah wafat. Dia lah yang bersama Muawiyah saat pembebasan Cyprus.
  4. Na'ilah binti Imarah al-Kalbiyah. Muawiyah mentalaknya karena sebuah persoalan.

Anak-anak Muawiyah

Muawiyah juga memiliki beberapa anak[10]. Ini adalah nama-namanya yang tercatat:

  1. Yazid bin Muawiyah. Ia lahir dari Maisun binti Bahdal. Saat Muawiyah menceraikan Maisun dan kembali ke desanya, Yazid mengikuti ibunya. Jadi, masa kecilnya dihabiskan di desa ibunya, menghirup udara segar dan bahasa Arab fasih.
  2. Abdurrahman bin Muawiyah. Ibunya adalah Fakhitah. Abdurrahman meninggal sewaktu masih kecil.
  3. Abdullah bin Muawiyah. Abdullah adalah anak dari Fakhitah. Ia anak yang terbelakang mental dan sangat lemah.
  4. Ramlah binti Muawiyah. Setelah dewasa, Ramlah dinikahi oleh Amr bin Utsman bin Affan
  5. Hindun binti Muawiyah. Hindun ini kemudian dinikahi oleh Abdullah bin Amir
  6. Aisyah binti Muawiyah
  7. Atikah binti Muawiyah
  8. Shafiyyah binti Muawiyah

Masuk Islamnya Muawiyah

Pendapat yang terkenal mengatakan bahwa Muawiyah masuk Islam pada masa Penaklukkan Makkah. Namun, Muawiyah sendiri mengatakan bahwa, "aku masuk Islam dalam peristiwa Umrah Qadha tahun 7 H, tetapi aku menyembunyikannya dari bapakku". Hal itu dapat dimengerti karena situasi saat itu masih mencekam. Selain itu posisi Muawiyah cukup sulit, mengingat Abu Sufyan pada waktu itu masih kafir, bahkan Abu Sufyan adalah pemimpin Quraisy dalam melawan Nabi Muhammad. Muawiyah juga ikut perang Hunain dan Nabi Muhammad memberinya seratus unta dan 40 uqiyah emas dari harta rampasan perang Hunain.[11]

Muawiyah di Zaman Abu Bakar Ash-Shiddiq

Zaman Abu Bakar adalah zaman kritis di mana benih kemurtadan mulai merebak. Abu Bakar bertindak tegas dengan memerangi mereka. Muawiyah ikut salah satu pertempuran itu, yakni Perang Yamamah, perang melawan Musailamah si nabi palsu[12]. Setelah pemberontakan internal selesai, kaum Muslimin mengalihkan pandangan mereka ke luar, yakni pembebasan negeri di sekitar mereka dari pemimpin zalim. Abu Bakar mengirim pasukan ke banyak tempat, salah satunya adalah Syam. Dalam kontingen pasukan Syam, ada salah satu pasukan yang dikomandani oleh Muawiyah.[13]

Muawiyah di Zaman Umar bin Khattab

Membuka Qaisariyah (Caesarea)

Qaisariyah (sekarang Caesarea) adalah kota dekat Tel Aviv. Pada zaman Umar, Muawiyah ditugaskan untuk membebaskan kota ini. Namun, ternyata Qaisariyah memilliki benteng pertahanan dan pasukan yang sangat kuat. Setelah Qaisariyah dikepung dalam waktu cukup lama, Muawiyah pun berhasil menerobos kota tersebut. Dikatakan prajurit Qaisariyah yang tewas mencapai 100.000 orang[14]

Membuka Pesisir Syam

Mendengar keberhasilan saudaranya, Yazid bin Abu Sufyan yang juga seorang Gubernur Damaskus, meminta Muawiyah untuk ikut membebaskan pesisir Syam. Setelah bertarung melawan orang-orang Romawi, Muawiyah dan prajuritnya berhasil menang.[15]

Menjadi Gubernur Yordania

Setelah Muawiyah membuktikan kekuatannya atas dua peristiwa sebelumnya, Umar mengangkatnya sebagai Gubernur Yordania pada 17 H.[16]

Menjadi Penguasa Damaskus, Ba'labak, dan Balqa

Saudara Muawiyah, Yazid bin Abu Sufyan, meninggal karena wabah Tha'un pada 18 H. Sebagian ulama berpendapat Tha'un adalah wabah pes[17], tetapi ada pula yang berpendapat Tha'un masih belum jelas termasuk kategori penyakit apa[18]. Untuk mengisi kekosongan, Umar bin Khattab menugaskan Muawiyah untuk menggantikan posisi saudaranya memimpin Damaskus, Ba'labak (Ballbek, Yordania), dan Balqa (Yordania).[19]

Muawiyah Mendebat Umar

Umar bin Khattab adalah seorang yang sederhana. Ia juga mengontrol para pejabatnya dengan keras dan tegas. Namun, Muawiyah juga seorang yang piawai dalam berbicara. Pada suatu hari saat Umar datang ke Syam bersama Abdurrahman bin Auf, Muawiyah menyambutnya dengan mewah[20].

Umar pun marah, "apa-apaan ini Muawiyah? Kamu yang memiliki rombongan besar yang menyambutku ini".

Muawiyah menjawab, "Benar, seperti yang kamu lihat".

Umar membalas, "Sekalipun rakyatmu mengantri di pintumu?" maksudnya, Umar mengkritik Muawiyah. Seandainya Muawiyah memiliki harta sebanyak ini yang ia hamburkan untuk menyambut Umar, lebih baik harta itu ia pergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan rakyatnya.

Muawiyah menukas, "Wahai Amirul Mukminin, kami berada di suatu wilayah yang penuh mata-mata musuh. Kita harus memperlihatkan kekuatan Islam kepada mereka supaya mereka tidak berani macam-macam. Namun, aku akan menuruti perintahmu"

Umar membalas lagi, "Kamu membuatku tidak berkutik, Muawiyah!"

Muawiyah bertanya kepada Umar, "Lalu bagaimana yang kamu mau? Kuhentikan saja penyambutan ini atau kuteruskan?"

Umar menjawab, "Terserah kamu saja. Aku tak memerintahkan ataupun melarangmu"

Abdurrahman bin Auf berkata kepada Umar, "Alangkah bagusnya jawaban Muawiyah kepadamu, Umar"

Umar menjawab, "Ketepatan jawaban dan dialognya itulah yang membuat kami menugaskannya memikul apa yang kami tugaskan kepadanya"

Di sini Umar mengakui kelihaian diplomasi Muawiyah, kecerdasan, dan kebijakannya walaupun penyambutan itu tidak sesuai dengan gaya pribadi Umar yang sederhana[21].

Membagi Pasukan Islam

Byzantium dan Persia terus menyerang daerah perbatasan kekhalifahan. Untuk menahan hal itu, Muawiyah membagi pasukan menjadi dua, yakni pasukan musim panas dan pasukan musim dingin. Selain itu, Muawiyah menutup celah-celah di kota-kota perbatasan agar tak diserang. Muawiyah sempat memimpin penyerangan musim panas melawan Byzantium di 22 H.[22]

Membangun Angkatan Laut Islam

Mayoritas kaum Muslimin pada saat itu adalah orang Arab. Mereka adalah orang-orang yang tidak akrab dengan laut. Namun, Muawiyah menyadari pentingnya angkatan laut dan di zaman Umar ia mulai membangunnya. Sayangnya, Umar tidak mengizinkan Muawiyah memakai angkatan laut karena ia tidak mau kaum Muslimin habis ditelan laut (karena mereka tidak familiar dengan laut)[23]. Angkatan laut baru dipergunakan pada zaman Utsman bin Affan untuk membebaskan Cyprus.[24]

Muawiyah pada Zaman Utsman bin Affan

Menjadi Gubernur Penuh Syam

Sebagaimana Umar, Utsman bin Affan tidak memakzulkan Muawiyah. Bahkan, Utsman terus memberi Muawiyah kekuasaan sehingga Muawiyah menjadi Gubernur daerah mayoritas Syam. Ia menguasai daerah yang sangat luas dan telah menjadi gubernur Utsman yang paling berpengaruh. Di awal pemerintahan Utsman, di Syam ada beberapa gubernur, yakni Muawiyah bin Abu Sufyan, Umair bin Saad al-Anshari (Himsh), dan Alqamah bin Khalid bin Walid (Palestina). Namun, karena Umair sering sakit-sakitan, ia mengundurkan diri dari jabatannya. Utsman pun memberikan Himsh kepada Muawiyah. Setelah itu Alqamah wafat, Utsman pun memberikan Palestina kepada Muawiyah. Hal ini membuat Muawiyah menjadi gubernur Syam seluruhnya. Sampai akhir hayat Utsman, Muawiyah mengontrol daerah Syam. Pada zaman modern, Syam meliputi Palestina, Yordania, Lebanon, dan Syria -bisa dibayangkan seluas apa daerah kekuasaan Muawiyah.[25].

Inspeksi Militer ke Perbatasan

Pada zaman Utsman, Muawiyah cukup banyak melakukan inspeksi militer ke daerah perbatasan daerah kekuasaannya di Syam. Misalnya, pada 25 H ia menuju Anthakiyah dan Tarsus, tahun 26 H ia kembali melakukannya. Tahun 31 H, Muawiyah berangkat ke Daruliyah. Perbatasan yang berbentuk kepulauan ia serahkan penjagaannya kepada Habib bin Maslamah. Muawiyah juga beberapa turun langsung memimpin pasukannya sampai merambah celah bukit di Konstantinopel[26].

Pembebasan Cyprus

Syarat dari Utsman

Setelah sebelumnya ditolak Umar, Muawiyah kali ini mencoba meyakinkan Utsman untuk memakai angkatan laut demi membebaskan Qubrush (Cyprus). Utsman mengizinkannya dengan memberi syarat:

  • Muawiyah harus membawa istrinya
  • Pasukan yang berangkat harus dengan kemauan sendiri. Jika ada yang tidak mau berangkat maka tidak apa-apa[27]

Pembebasan dimulai

Walaupun Muawiyah mempersilahkan masyarakat untuk memilih ikut ke Cyprus atau tidak, kekhalifahan berhasil mengumpulkan armada hingga 1.700 kapal. Mereka tertarik karena sebuah hadist dari Ummu Haram binti Milhan (istri sahabat Nabi Ubadah bin Shamit) yang menyebutkan bahwa akan ada sekelompok dari umatnya yang "mengarungi laut seperti raja-raja di singgasana"[28]. Pada 28 H (649 M) mereka pun berangkat. Di pelabuhan, Abdullah bin Qais al-Jasi, panglima angkatan laut bermusyawarah dengan Muawiyah dan sahabat Nabi yang lain. Pasukan segera mengepung ibukota Cyprus dan mengatakan mereka tidak datang untuk mengambil-alih Cyprus, akan tetapi meminta mereka bekerjasama dengan kekhalifahan. Sebab selama ini Cyprus menjadi daerah kekuasaan Byzantium sehingga menjadi duri dalam daging kekhalifahan.Tidak butuh waktu lama, Cyprus pun menyerah dan menyetujui syarat-syarat berikut:

  • Bila Cyprus menyerang kaum Muslimin, ia tidak akan dibela lagi
  • Cyprus harus mengabarkan gerak-gerik Byzantium
  • Cyprus harus membayar jizyah kepada kekhalifahan sebesar 7.200 dinar per tahun
  • Cprus tidak boleh mendukung Byzantium jika mereka menyerang kekhalifahan dan tidak membocorkan rahasia kekhalifahan[29]

Cyprus Mengingkari Perjanjian

Pada 32 H, Cyprus mengingkari perjanjian dengan kekhalifahan karena ditekan Byzantium. Kali ini Muawiyah datang kembali dan mengambil-alih Cyprus. Setelah menguasai Cyprus, Muawiyah menyadari bahwa ternyata Cyprus hanyalah pulau yang lemah. Tradisi militer mereka lemah sekali dan sering dijadikan boneka oleh Byzantium. Oleh karena itulah, Muawiyah menempatkan 12.000 pasukan di Cyprus, mendirikan kota-kota baru, membereskan administrasi, menggaji tentara, dan melindungi Cyprus dari serangan Byzantium.[30]

Referensi

  1. ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 15
  2. ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 15
  3. ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 15
  4. ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 73
  5. ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 74
  6. ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 72
  7. ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 16
  8. ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 23-36
  9. ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 36-38
  10. ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 36-38
  11. ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 39
  12. ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 61
  13. ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 64
  14. ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 67-68
  15. ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 68-69
  16. ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 69
  17. ^ http://danusiri.dosen.unimus.ac.id/artikel/bakteriologi-dalam-sabda-nabi-saw/
  18. ^ http://abuutsman.blogspot.com/2013/10/wabah-thaun-amwas-yang-ada-di-negeri.html
  19. ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 70-71
  20. ^ Dialog ini kami olah dengan bahasa sehari-hari sehingga memudahkan pembaca
  21. ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 71-72
  22. ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 76-77
  23. ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 83
  24. ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 77
  25. ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 78
  26. ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 81-82
  27. ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 84
  28. ^ HR. Bukhari no.2877
  29. ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 88
  30. ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Muawiyah bin Abu Sufyan. halaman 92

Bacaan Lanjutan

(Indonesia) Mursi, Muhammad Sa'id. Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah. Penerjemah: Khoirul Amru Harahap, Lc, MHI dan Achmad Faozan, Lc, M.Ag. Editor: Muhammad Ihsan, Lc. Cet. 1, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007. ISBN 979-592-387-0.

Ash-Shallabi, Ali Muhammad. 2012. Muawiyah bin Abu Sufyan: Prestasi Gemilang Selama 20 Tahun Sebagai Gubernur & 20 Tahun Sebagai Khalifah; Disertai Studi Kritis tentang Fitnah-Fitnah yang Terjadi di Zamannya. Darul Haq: Jakarta.


Gelar kebangsawanan
Didahului oleh:
tidak ada
Khalifah Bani Umayyah
(661680)
Diteruskan oleh:
Yazid I