Abu Sufyan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 5 Januari 2021 04.57 oleh A154 (bicara | kontrib)

Sakhr bin Harb (Arab: صخر بن حرب; atau lebih dikenal dengan panggilannya Abu Sufyan bin Harb (Arab: أبو سفيان بن حرب; c. 565c. 653) adalah salah seorang pemimpin utama Bani Quraisy di Mekkah yang sangat menentang Muhammad, akan tetapi di kemudian hari memeluk agama Islam. Keturunan Abu Sufyan kemudian mendirikan dinasti Umayyah yang memerintah dunia Islam antara tahun 661–750.

Keluarga

Silsilah keluarga dari keluarga penguasa Sufyanid dari Kekhalifahan Umayyah. Sufyanid adalah keturunan Abu Sufyan

Istri dan anak

  1. Safiyyah binti Abi Al-Ash.
    1. Ramlah (Ummu Habibah). Ia pertama kali menikah dengan Ubaidillah bin Jahsy, yang mana ia memiliki seorang putri, Habibah binti Ubaidillah. Setelah Ubaidillah wafat, ia menikah dengan Muhammad.
    2. Umainah. She first married Huwaitib bin Abdul Uza, by whom she had one son called Abu Sufyan.[1]:169
  2. Zainab binti Naufal dari Kinanah.[2]
    1. Yazīd.
  3. Hindun binti Utbah.
    1. Hanzhalah (tewas dalam Pertempuran Badar). Hindun menyebut Hanzhalah sebagai "anak sulungnya".[3]:313,337,385
    2. Mu'awiyah.
    3. Utbah. He is said to have been born "in the time of the Prophet," i.e., after 610.[4] He had a son named Al-Walid.
    4. Juwayriya. Her first husband was al-Sayib ibn Abi Hubaysh. Her second husband was Abd al-Rahman ibn al-Harith.[1]:169
    5. Ummul Hakam. Dia menikah dengan Abdullah bin Utsman Ats-Tsaqafi, yang mana ia memiliki seorang putra, Abdurrahman.[1][5]
  4. Safiyyah binti Abi Amr bin Umayyah.
    1. Amr (ditawan dalam Pertempuran Badar dan kemudian dibebaskan).[3]:313
    2. Hind. She married al-Harith ibn Nawfal, by whom she had six children: Abd Allah, Muhammad al-Akbar, Rabi'a, Abd al-Rahman, Ramla and Umm al-Zubayr.[1]:169
    3. Sakhra. She married Sayyid ibn al-Akhnas and is said to have had children by him.[1]:169
  5. Lubabah binti Abi al-As.
    1. Maimunah (Aminah). Dia menikahi Urwah bin Mas'ud Ats-Tsaqafi, dan melahirkan setidaknya satu putra, Dawud.[3]:589 Suami keduanya adalah Al-Mughirah bin Syu'bah.[1]:169
  6. Atiqa bint Abi Udhayhir[3]:189 dari suku Daus.[6]:220
    1. Anbasa.[6]:220
  7. Umayma bint Sa'd.[7]

Anaknya yang lain: Ḥārits,[8] Al-Faraa,[3]:214 Azzah.[9]

Penentangan terhadap Islam

Abu Sufyan adalah kepala suku Bani Abdu Syams, salah satu dari cabang suku Quraisy. Ia adalah salah satu pemimpin utama Quraisy dan orang terpandang di Mekkah. Bagi Abu Sufyan, Muhammad dan kaum muslim dipandang sebagai ancaman terhadap tatanan sosial Mekkah, dan seseorang yang bertujuan untuk kekuasaan politik serta berpaling dari dewa-dewa Quraisy.

Kekerasan yang terjadi membuat sekelompok muslim Mekkah hijrah ke Habsyah untuk memperoleh perlindungan, dan putrinya yang bernama Ramlah binti Abu Sufyan adalah termasuk salah seorang diantaranya.

Konflik militer

Setelah Muhammad hijrah ke Madinah pada tahun 622, kaum Quraisy menyita barang-barang yang kaum muslim yang tinggalkan. Dari Madinah, kaum muslim kemudian mulai menyerang kafilah-kafilah Quraisy yang berdagang dari Suriah ke Mekkah.

Pada tahun 624, Abu Sufyan memimpin sebuah kafilah. Sebuah pasukan muslim ketika itu berusaha untuk mencegatnya, namun ia berhasil meminta bantuan dari Quraisy di Mekkah. Ini adalah penyebab terjadinya Pertempuran Badar, yang kemudian berakhir dengan kemenangan kaum muslim. Di lain pihak, Abu Sufyan berhasil membawa kafilahnya pulang dengan selamat ke Mekkah. Kematian beberapa pemimpin Quraisy dalam pertempuran tersebut menyebabkan Abu Sufyan menjadi pemimpin utama Mekkah.

Abu Sufyan selanjutnya berperan sebagai pemimpin militer Mekkah dalam peperangan melawan Madinah, antara lain dalam Pertempuran Uhud tahun 625 dan Pertempuran Khandaq tahun 627, tetapi tidak berhasil mencapai kemenangan yang menentukan. Akhirnya kedua pihak sepakat untuk melakukan gencatan senjata dengan Perjanjian Hudaibiyyah tahun 628, yang memungkinkan umat Islam untuk melakukan ziarah ke Ka'bah.

Penaklukan Mekkah

Ketika gencatan senjata tersebut dilanggar oleh suku-suku sekutu Quraisy pada tahun 630, Muhammad kemudian menggerakkan pasukan Muslim untuk menaklukkan Mekkah. Abu Sufyan yang kini merasa bahwa Quraisy sudah tidak cukup kuat untuk dapat menghalangi kaum muslim, melakukan perjalanan ke Madinah dan berusaha untuk mengembalikan perjanjian tersebut. Tidak ada kesepakatan yang berhasil dicapai antara kedua belah pihak, dan Abu Sufyan kembali ke Mekkah dengan tangan kosong. Abu Sufyan masih beberapa kali lagi melakukan perjalanan antara Mekkah dan Madinah untuk mengupayakan terjadinya penyelesaian damai.[10] Ketika penaklukan Mekkah pada akhirnya terjadi, upaya-upaya tersebut membuahkan hasil tidak adanya peperangan atau pertumpahan darah di Mekkah.

Kehidupan selanjutnya

Setelah penaklukan Mekkah, Abu Sufyan menjadi salah seorang panglima perang kaum muslim dalam peperangan selanjutnya. Dalam Pengepungan Tha'if, ia kehilangan sebelah matanya. Abu Sufyan sedang bertugas di Najran ketika Muhammad meninggal pada tahun 632. Abu Sufyan juga berperang dalam Pertempuran Yarmuk tahun 636, di mana ia kehilangan mata keduanya.[11][12]

Abu Sufyan meninggal dunia tahun 650 di Madinah pada usia sembilan puluh tahun. Utsman bin Affan yang telah menjadi khalifah ketiga di 644 dan merupakan kerabat Abu Sufyan adalah yang memimpin doa bagi penguburannya.

Peninggalan

Di kemudian hari, Muawiyah putra Abu Sufyan berhasil mendirikan dinasti Umayyah, yaitu dinasti muslim pertama yang memerintah dunia Islam selama seabad, antara tahun 661-750. Muawiyah berperang melawan Ali bin Abi Thalib, sementara putranya Yazid bin Muawiyah terlibat peperangan yang akhirnya menyebabkan syahidnya Husain bin Ali. Kaum Syi'ah memandang Abu Sufyan sebagai seorang munafik yang memeluk Islam hanya setelah penaklukan Mekkah, dan penyusup di kalangan umat Islam.[13]

Referensi

  1. ^ a b c d e f Muhammad ibn Saad, Kitab al-Tabaqat al-Kabir vol. 8. Translated by Bewley, A. (1995). The Women of Madina. London: Ta-Ha Publishers.
  2. ^ Ibn Hajar. Al-Isaba vol. 6 p. 658 #9271.
  3. ^ a b c d e Muhammad ibn Ishaq. Sirat Rasul Allah. Translated by Guillaume, A. (1955). The Life of Muhammad. Oxford: Oxford University Press.
  4. ^ Ibn Hajar. Al-Isaba vol. 5 p. 60 #6248.
  5. ^ "Hadith - Book of Divorce - Sahih al-Bukhari - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2020-11-25. 
  6. ^ a b Muhammad ibn Jarir al-Tabari. Tarikh al-Rusul wa'l-Muluk. Translated by Morony, M. G. (1987). Volume 18: Between Civil Wars: The Caliphate of Mu'awiyah. Albany: State University of New York Press.
  7. ^ Muhammad ibn Umar al-Waqidi, Kitab al-Maghazi. Translated by Faizer, R., Ismail, A., & Tayob, A. (2011). The Life of Muhammad. Oxford: Routledge.
  8. ^ Nasa'i vol. 2 #1814.
  9. ^ Muslim 8:3413.
  10. ^ John Glubb, The Life and Times of Muhammad, Lanham 1998, p. 304-310.
  11. ^ Ibn al-Athir, Al-Kamil fi al-Tarikh, p. 393.
  12. ^ http://www.sahaba.net/modules.php?name=News&file=article&sid=62
  13. ^ www.al-islam.org