Kabupaten Pangandaran: Perbedaan antara revisi
RaFaDa20631 (bicara | kontrib) |
RaFaDa20631 (bicara | kontrib) |
||
Baris 50: | Baris 50: | ||
Nama "Pangandaran" memiliki tiga makna, yaitu kata ''andar'', ''andar-andar'', dan ''pangan + daharan''. ''Andar-andar'', dalam bahasa Sunda, berarti "pelancong" atau "pendatang". Hal ini dikarenakan daerah tersebut dahulu merupakan tempat yang dahulu dibuka oleh nelayan [[Suku Sunda]]. Selain itu etimologi kedua, ''pangan + daharan'' bermakna "tempat mencari nafkah," karena dengan melautlah mereka mencari nafkah.<ref>{{Cite web|last=|date=2019-11-04|title=Sejarah Singkat Berdirinya Kabupaten Pangandaran|url=https://seputarpangandaran.com/sejarah-singkat-berdirinya-kabupaten-pangandaran/|website=Seputar Pangandaran|language=id-id|access-date=2022-02-11}}</ref> |
Nama "Pangandaran" memiliki tiga makna, yaitu kata ''andar'', ''andar-andar'', dan ''pangan + daharan''. ''Andar-andar'', dalam bahasa Sunda, berarti "pelancong" atau "pendatang". Hal ini dikarenakan daerah tersebut dahulu merupakan tempat yang dahulu dibuka oleh nelayan [[Suku Sunda]]. Selain itu etimologi kedua, ''pangan + daharan'' bermakna "tempat mencari nafkah," karena dengan melautlah mereka mencari nafkah.<ref>{{Cite web|last=|date=2019-11-04|title=Sejarah Singkat Berdirinya Kabupaten Pangandaran|url=https://seputarpangandaran.com/sejarah-singkat-berdirinya-kabupaten-pangandaran/|website=Seputar Pangandaran|language=id-id|access-date=2022-02-11}}</ref> |
||
Dalam folklor yang dibuat masyarakat Pangandaran, Pangandaran dibentuk saat [[Pananjung, Pangandaran, Pangandaran|Desa Pananjung]] mulai dibuka oleh nelayan Suku Sunda. Para nelayan Sunda meyakini bahwa mereka akan mudah mendapatkan ikan mengingat gelombang lautnya yang terasa tenang. Alasan yang cukup masuk akal adalah adanya sebuah [[tanjung|daratan yang menjorok ke laut]] yang akan meredam gelombang ganas [[Samudra Hindia]] sampai ke kawasan pantai. Nelayan-nelayan tersebut kemudian menggunakan ''andar'' sebagai tempat untuk menyimpan perahu mereka. Mereka pun akhirnya tinggal menetap dan jadilah sebuah perkampungan yang diberi nama "Pangandaran". |
Dalam folklor yang dibuat masyarakat Pangandaran, Pangandaran dibentuk saat [[Pananjung, Pangandaran, Pangandaran|Desa Pananjung]] mulai dibuka oleh nelayan Suku Sunda. Para nelayan Sunda meyakini bahwa mereka akan mudah mendapatkan ikan mengingat gelombang lautnya yang terasa tenang. Alasan yang cukup masuk akal adalah adanya sebuah [[tanjung|daratan yang menjorok ke laut]] yang akan meredam gelombang ganas [[Samudra Hindia]] sampai ke kawasan pantai. Nelayan-nelayan tersebut kemudian menggunakan ''andar'' sebagai tempat untuk menyimpan perahu mereka. Mereka pun akhirnya tinggal menetap dan jadilah sebuah perkampungan yang diberi nama "Pangandaran".<ref name=":0">{{Cite web|title=Pangandaran dahulu merupakan pusat kerajaan?|url=https://daerah.sindonews.com/berita/847231/21/pangandaran-dahulu-merupakan-pusat-kerajaan|website=SINDOnews.com|language=id-ID|access-date=2022-02-11}}</ref> |
||
Menurut Asep Nurdin Rosihan Anwar, para sesepuh menyebut daerah tersebut sebagai "Pananjung" karena keberadaan ''tanjung'' tersebut dan juga tempat-tempat keramat. Istilah ini kemudian berkembang menjadi ''pangnanjung-nanjungna'' (paling subur atau makmur). Pananjung kelak menjadi salah satu pusat kerajaan yang sezaman dengan Kerajaan Galuh Pangauban yang berpusat di [[Putrapinggan, Kalipucang, Pangandaran|Putrapinggan]] sekitar abad ke-14 Masehi. setelah munculnya [[Kerajaan Pajajaran]] di [[Pakuan, Bogor Selatan, Bogor|Pakuan]]. Diperintah oleh Prabu Anggalarang, sayangnya Kerajaan Pananjung ini hancur diserang oleh para perompak karena pihak kerajaan tidak bersedia menjual hasil bumi kepada mereka, di masa-masa paceklik.<ref name=":0" /> |
|||
Lalu para sesepuh terdahulu memberi nama Desa Pananjung karena menurut para sesepuh terdahulu disamping daerah itu terdapat tanjung, di daerah ini pun banyak sekali terdapat tempat keramat di beberapa tempat. Pananjung artinya dalam bahasa sunda ''pangnanjung-nanjungna'' (paling subur atau paling makmur). |
|||
Pada mulanya Pananjung merupakan salah satu pusat kerajaan, sejaman dengan Kerajaan Galuh Pangauban yang berpusat di [[Putrapinggan, Kalipucang, Pangandaran|Putrapinggan]] sekitar abad ke-14 Masehi. setelah munculnya [[Kerajaan Pajajaran]] di [[Pakuan, Bogor Selatan, Bogor|Pakuan]]. |
|||
Di masa pemerintahan [[Hindia Belanda]], wilayah Kabupaten Pangandaran ini dikenal dengan nama [[Sukapura|Kabupaten Sukapura]]. |
|||
Pada tahun 1922, Pananjung dijadikan taman baru oleh Y. Everen (Residen Priangan) pada saat melepaskan seekor banteng jantan, tiga ekor sapi betina dan beberapa ekor rusa. Karena memiliki keanekaragaman satwa dan jenis-jenis tanaman langka, agar kelangsungan habitatnya dapat terjaga maka pada tahun 1934 Pananjung dijadikan suaka alam dan marga satwa dengan luas 530 Ha. |
Pada tahun 1922, Pananjung dijadikan taman baru oleh Y. Everen (Residen Priangan) pada saat melepaskan seekor banteng jantan, tiga ekor sapi betina dan beberapa ekor rusa. Karena memiliki keanekaragaman satwa dan jenis-jenis tanaman langka, agar kelangsungan habitatnya dapat terjaga maka pada tahun 1934 Pananjung dijadikan suaka alam dan marga satwa dengan luas 530 Ha. |
Revisi per 11 Februari 2022 08.23
Halaman ini sedang dipersiapkan dan dikembangkan sehingga mungkin terjadi perubahan besar. Anda dapat membantu dalam penyuntingan halaman ini. Halaman ini terakhir disunting oleh RaFaDa20631 (Kontrib • Log) 819 hari 904 menit lalu. Jika Anda melihat halaman ini tidak disunting dalam beberapa hari, mohon hapus templat ini. |
Kabupaten Pangandaran | |
---|---|
Transkripsi bahasa daerah | |
• Aksara Sunda | ᮕᮍᮔ᮪ᮓᮛᮔ᮪ |
Julukan: Hawaii van Jabar | |
Motto: Jaya karsa makarya praja (Jawa) Unggul dalam pemikiran demi menciptakan pemerintahan yang kuat | |
Koordinat: 7°42′06″S 108°29′39″E / 7.7016552°S 108.4942204°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Barat |
Dasar hukum | Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 |
Hari jadi | 25 Oktober 2012 |
Ibu kota | Parigi |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Jeje Wiradinata |
• Wakil Bupati | Ujang Endin Indrawan |
Demografi | |
• Agama | Islam 99,66% Kristen 0,32% - Protestan 0,27% - Katolik 0,05% Buddha 0,01% Lainnya 0,01%[1] |
• Bahasa | |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode BPS | 3218 |
Kode area telepon | +62265 |
Pelat kendaraan | Z xxxx W* |
Kode Kemendagri | 32.18 |
DAU | Rp995.993.633.000,00 |
Situs web | pangandarankab |
Pangandaran (bahasa Sunda: aksara Sunda: ᮕᮍᮔ᮪ᮓᮛᮔ᮪) adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Ciamis di utara, Kabupaten Cilacap di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Kabupaten Tasikmalaya di barat.
Berjarak 195 km dari Kota Bandung, kabupaten ini merupakan salah satu tujuan wisata favorit karena banyak objek wisata alam yang disuguhkan di kabupaten ini. Pantai Pangandaran dan Cukang Taneuh (the Green Canyon) merupakan objek wisata yang cukup diandalkan di Kabupaten Pangandaran.
Sejarah
Perkembangan wilayah
Nama "Pangandaran" memiliki tiga makna, yaitu kata andar, andar-andar, dan pangan + daharan. Andar-andar, dalam bahasa Sunda, berarti "pelancong" atau "pendatang". Hal ini dikarenakan daerah tersebut dahulu merupakan tempat yang dahulu dibuka oleh nelayan Suku Sunda. Selain itu etimologi kedua, pangan + daharan bermakna "tempat mencari nafkah," karena dengan melautlah mereka mencari nafkah.[2]
Dalam folklor yang dibuat masyarakat Pangandaran, Pangandaran dibentuk saat Desa Pananjung mulai dibuka oleh nelayan Suku Sunda. Para nelayan Sunda meyakini bahwa mereka akan mudah mendapatkan ikan mengingat gelombang lautnya yang terasa tenang. Alasan yang cukup masuk akal adalah adanya sebuah daratan yang menjorok ke laut yang akan meredam gelombang ganas Samudra Hindia sampai ke kawasan pantai. Nelayan-nelayan tersebut kemudian menggunakan andar sebagai tempat untuk menyimpan perahu mereka. Mereka pun akhirnya tinggal menetap dan jadilah sebuah perkampungan yang diberi nama "Pangandaran".[3]
Menurut Asep Nurdin Rosihan Anwar, para sesepuh menyebut daerah tersebut sebagai "Pananjung" karena keberadaan tanjung tersebut dan juga tempat-tempat keramat. Istilah ini kemudian berkembang menjadi pangnanjung-nanjungna (paling subur atau makmur). Pananjung kelak menjadi salah satu pusat kerajaan yang sezaman dengan Kerajaan Galuh Pangauban yang berpusat di Putrapinggan sekitar abad ke-14 Masehi. setelah munculnya Kerajaan Pajajaran di Pakuan. Diperintah oleh Prabu Anggalarang, sayangnya Kerajaan Pananjung ini hancur diserang oleh para perompak karena pihak kerajaan tidak bersedia menjual hasil bumi kepada mereka, di masa-masa paceklik.[3]
Di masa pemerintahan Hindia Belanda, wilayah Kabupaten Pangandaran ini dikenal dengan nama Kabupaten Sukapura.
Pada tahun 1922, Pananjung dijadikan taman baru oleh Y. Everen (Residen Priangan) pada saat melepaskan seekor banteng jantan, tiga ekor sapi betina dan beberapa ekor rusa. Karena memiliki keanekaragaman satwa dan jenis-jenis tanaman langka, agar kelangsungan habitatnya dapat terjaga maka pada tahun 1934 Pananjung dijadikan suaka alam dan marga satwa dengan luas 530 Ha.
Serta pada tahun 1961 setelah ditemukannya Bunga Raflesia Padma status berubah menjadi cagar alam. Dengan meningkatnya hubungan masyarakat akan tempat rekreasi maka pada tahun 1978 sebagian kawasan tersebut seluas 37,70 Ha dijadikan Taman Wisata. Pada tahun 1990 dikukuhkan pula kawasan perairan disekitarnya sebagai cagar alam laut (470 Ha) sehingga luas kawasan pelestarian alam seluruhnya menjadi 1000 Ha.
Pembentukan Kabupaten Pangandaran
Geografi
Batas wilayah
Kabupaten Pangandaran berbatasan dengan wilayah-wilayah berikut:
Utara | Kabupaten Ciamis |
Timur | Kabupaten Cilacap |
Selatan | Samudera Hindia |
Barat | Kabupaten Tasikmalaya |
Topografi
Pemerintahan
Daftar Bupati
No. | Bupati | Masa jabatan | Partai | Wakil Bupati | Periode | |
---|---|---|---|---|---|---|
|
22 April 2013[4] – 22 April 2015 (2 tahun, 0 hari) | Independen | ||||
|
22 April 2015[5] – 17 Februari 2016 (301 hari) | Independen | ||||
17 Februari 2016[6] – 17 Februari 2021 (5 tahun, 0 hari) | Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan | H. Adang Hadari | 1 – (2015) | |||
25 September 2020 – 5 Desember 2020 (71 hari) | Independen | |||||
(Pelaksana Harian Bupati) |
17 Februari 2021 – 26 Februari 2021 (9 hari) | Independen | ||||
26 Februari 2021 – Petahana (3 tahun, 73 hari) | Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan | H. Ujang Endin Indrawan | 2 – (2020) |
Dewan Perwakilan
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Pangandaran dalam dua periode terakhir.[7][8]
Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | ||
---|---|---|---|
2014-2019 | 2019-2024 | ||
PKB | 4 | 5 | |
Gerindra | 1 | 3 | |
PDI-P | 8 | 15 | |
Golkar | 5 | 5 | |
NasDem | 2 | 0 | |
PKS | 3 | 3 | |
Perindo | (baru) 1 | ||
PPP | 3 | 3 | |
PAN | 7 | 5 | |
Demokrat | 2 | 0 | |
Jumlah Anggota | 35 | 40 | |
Jumlah Partai | 9 | 8 |
Kecamatan, desa, dan kelurahan
Kabupaten Pangandaran memiliki 10 kecamatan dan 93 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 406.898 jiwa dengan luas wilayah 1.010,00 km² dan sebaran penduduk 403 jiwa/km².[9][10]
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Pangandaran, adalah sebagai berikut:
Kode Kemendagri |
Kecamatan | Jumlah Desa |
Daftar Desa |
---|---|---|---|
32.18.04 | Cigugur | 7 | |
32.18.02 | Cijulang | 7 | |
32.18.03 | Cimerak | 11 | |
32.18.08 | Kalipucang | 9 | |
32.18.05 | Langkaplancar | 15 | |
32.18.06 | Mangunjaya | 5 | |
32.18.07 | Padaherang | 14 | |
32.18.09 | Pangandaran | 8 | |
32.18.01 | Parigi | 10 | |
32.18.10 | Sidamulih | 7 | |
TOTAL | 93 |
Penduduk
Jumlah penduduk
Menurut Sensus penduduk tahun 2019 jumlah penduduk di kabupaten Pangandaran berjumlah sekitar 409.840 jiwa.[11]
Suku bangsa
Suku asli dan mayoritas yang mendiami wilayah Pangandaran adalah suku Sunda, suku pendatang di Pangandaran adalah suku Jawa, Orang Minangkabau, Suku Madura dan daerah lainnya di Indonesia.
Agama
Agama mayoritas yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Pangandaran adalah Islam yang juga merupakan agama mayoritas di Jawa Barat.[12]
Pariwisata
Perekonomian
Kesehatan
Transportasi
Tokoh penting
Referensi
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaMAJALENGKA
- ^ "Sejarah Singkat Berdirinya Kabupaten Pangandaran". Seputar Pangandaran. 2019-11-04. Diakses tanggal 2022-02-11.
- ^ a b "Pangandaran dahulu merupakan pusat kerajaan?". SINDOnews.com. Diakses tanggal 2022-02-11.
- ^ "Pangandaran Akhirnya Resmi Jadi Kabupaten, Endjang Affandi Jadi Pj Bupati". mypangandaran.com. 22 April 2013. Diakses tanggal 20 November 2016.
- ^ "Gantikan Endjang, Daud Achmad Dilantik Jadi Penjabat Bupati Pangandaran". harapanrakyat.com. 22 April 2015. Diakses tanggal 20 November 2016.
- ^ "Bupati Pangandaran Pertama Resmi Dilantik, Ini Fokus Pertama H Jeje Wiradinata". Tribunnews.com. Tribun Jabar Online. 17 Februari 2016. Diakses tanggal 20 November 2016.
- ^ Perolehan Kursi DPRD Kab. Pangandaran 2014-2019
- ^ Perolehan Kursi DPRD Kab. Pangandaran 2019-2024
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019.
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020.
- ^ "Jumlah penduduk Pangandaran". jabar.bps.go.id.
- ^ "Penduduk Indonesia Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut 2010". Badan Pusat Statistik. Diakses tanggal November 13, 2017.
Pranala luar
- (Indonesia) Situs web resmi