Lompat ke isi

Hudzaifah bin al-Yaman

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Hudhayfah bin al-Yaman)
Infobox orangHudzaifah bin al-Yaman

Edit nilai pada Wikidata
Nama dalam bahasa asli(ar) حذيفة بن اليمان بن جابر Edit nilai pada Wikidata
Biografi
Kelahiran6 abad Edit nilai pada Wikidata
Madinah Edit nilai pada Wikidata
Kematian656 (Kalender Masehi Gregorius) Edit nilai pada Wikidata
Ctesiphon Edit nilai pada Wikidata
Data pribadi
AgamaIslam Edit nilai pada Wikidata
Kegiatan
Pekerjaanpemimpin militer Edit nilai pada Wikidata
MuridQ12177696 Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata
Keluarga
AyahHusail bin Jabir Edit nilai pada Wikidata


Hudzaifah bin al-Yaman (bahasa Arab: حذيفة بن اليمان) dengan julukan Abu Abdillah adalah sahabat Nabi Muhammad yang juga dikenal dengan julukan Pemegang Rahasia Rasul.

Ia dilahirkan di Madinah dari ayah yang bernama Husail bin Jabir Al 'Absi Al-Yamani (Bani Abs) yang berasal dari Makkah dan ibu yang dibesarkan di Madinah (dari Bani Abd Asyal), sehingga ia dapat dianggap sebagai kaum Muhajirin maupun kaum Anshar. Ia mengikuti bai'at Aqabah untuk menyatakan keislamannya.

Hudzaifah bin al-Yaman dikenal sebagai orang yang dipercaya oleh Nabi Muhammad dalam menyimpan rahasia dan dalam menyelidiki permasalahan yang terjadi. Hampir di setiap pertempuran, ia ikuti kecuali Dalam Pertempuran Badar, karena ia bersama ayahnya ditangkap suku Quraisy. Dalam Pertempuran Khandaq ia diperintahkan oleh Nabi Muhammad untuk memeriksa keadaan penyerang kota Madinah.

Ia memegang rahasia dengan sangat baik, terutama rahasia, adanya orang-orang munafik di Madinah, pengetahuan akan orang munafik membuat Umar bin Khattab hanya akan mensalatkan jenazah, apabila Hudzaifah ikut mensalatkan jenazah.

Beliau wafat di Madain, persia pada tahun 36 Hijriyah.

Keistimewaan Hudzaifah Bin Yaman Ra

[sunting | sunting sumber]

Berikut adalah keistimewaan Hudzaifah Bin Yaman ra:

  1. Pemegang rahasianya Nabi Muhammad Sholallahu alaihi wasallam. bahkan beliau diberi daftar oleh Rosulallah Sholallahu alaihi wasallam tentang nama-nama orang munafiq. Bahkan Sayyidina Umar jika ada sahabat wafat, sebelum menyolatkan, beliau datangi Hudzaifah ra dulu, untuk memastikan bahwa jenazah ini seorang munafik atau bukan. karena jenazah orang munafik haram disholatkan.
  2. Dipilih Amirul Mukminin menjadi Gubernur Madain. Ketika dihari pertama bertugas, beliau berpesan kepada masyrarakat. "Jauhilah oleh kalian tempat-tempat fitnah". Mereka Bertanya, "dimanakah tempat-tempat fitnah itu?". Hudzaifa menjawab, "Pintu-pintu para pembesar. Kalian masuk menemui mereka dan mengiyakan ucapan palsu serta memuji perbuatan baik yang tidak pernah mereka lakukan".[1]
  3. Cenderung menyukai tentang hal-hal buruk yang akan terjadi di masa mendatang agar bisa berhati-hati terhadapnya. Suatu ketika beliau berkata, "Orang-orang menanyakan kepada Rosulallah Sholallahu alaihi wasallam tentang kebaikan, tetapi saya menanyakan kepadanya tentang kejahatan karena takut terlibat kedalamnya." Beliau bertanya tentang kebaikan dan kejahatan, yang datang silih berganti pada umat ini. Diantara kejahatan yang akan muncul di akhir zaman adalah kata Rosulallah Sholallahu alaihi wasallam, "Yaitu (akan muncul) Da'i yang menyeru di pintu neraka. (Da'i yang sesat menyesatkan). Barang siapa yang mengikuti seruan mereka, mereka melemparkan kedalam neraka." Kemudian kutanyakan pada Rosulallah Sholallahu alaihi wasallam, "Ya Rosulallah, apa yang harus kuperbuat bila menghadapi hal demikian?. Rosulallah Sholallahu alaihi wasallam menjawab, "Senantiasa ikutilah jama'ah kaum muslimin dan pemimpin mereka". Saya bertanya, "Bagaimaan bila pada saat itu tidak memiliki jama'ah juga pemimpin". Beliau Sholallahu alaihi wasallam bersabda, "Tinggalkanlah semua golongan itu, walaupun engkau harus menggigit akar pohon sampai menemui ajal dalam keadaan demikian".[1]
  4. Dipilih oleh Rosulallah menyelinap ke tengah perkemahan Musuh untuk menjadi mata-mata pada Perang Khandak[1]
  5. Berperan besar dalam membebaskan seluruh wilayah Iraq seperti Hamndan, Rayy, dan Dainawar, serta Persia[1]


  1. ^ a b c d Muhammad KHalid, Khalid (RObiul akhir, 1439 H). Bografi 60 Sahabat Nabi. Jakarta Timur: Ummul Qura. hlm. 201–211. ISBN 9786029896886.