Lompat ke isi

Konferensi Asia–Afrika: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Inukabear (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Asphonixm (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(32 revisi perantara oleh 23 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Gedung.Merdeka.jpg|jmpl|ka|280px|[[Gedung Merdeka]] saat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika]]
[[Berkas:Gedung.Merdeka.jpg|jmpl|[[Gedung Merdeka]] saat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika]]
{{external media
[[Berkas:Konfrensi Asia Afrika.webm|jmpl|ka|200px|Arsip [[Konferensi Asia-Afrika]] di [[Bandung]] ]]
| topic = Arsip [[Konferensi Asia-Afrika]] di [[Bandung]]
'''Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika''' (disingkat '''KTT Asia Afrika''' atau '''KAA'''; kadang juga disebut '''Konferensi Bandung''') adalah sebuah [[konferensi]] antara negara-negara [[Asia]] dan [[Afrika]], yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan. KAA diselenggarakan oleh [[Indonesia]], Myanmar (dahulu [[Burma]]), Sri Lanka (dahulu [[Ceylon]]), [[India]] dan [[Pakistan]] dan dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia [[Sunario]]. Pertemuan ini berlangsung antara [[18 April]]-[[24 April]] [[1955]], di [[Gedung Merdeka]], [[Bandung]], [[Indonesia]] dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan [[kolonialisme]] atau [[neokolonialisme]] [[Amerika Serikat]], [[Uni Soviet]], atau negara imperialis lainnya.<ref>[http://www.dailynews.lk/2005/04/21/fea01.htm Bandung Conference of 1955 and the resurgence of Asia and Africa], ''Daily News'', [[Sri Lanka]]</ref>
| float = right
| width = 20em
| video1 = [https://www.youtube.com/watch?v=-3dG7wB9WcM Konfrensi Asia Afrika oleh Humas Arsip Nasional RI.]
}}
'''Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika''' (disingkat '''KTT Asia Afrika''' atau '''KAA'''; kadang juga disebut '''Konferensi Bandung''') adalah sebuah [[konferensi]] antara negara-negara [[Asia]] dan [[Afrika]], yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan. KAA diselenggarakan oleh [[Indonesia]], Myanmar (dahulu [[Burma]]), Sri Lanka (dahulu [[Ceylon]]), [[India]] dan [[Pakistan]] dan dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia [[Sunario]]. Pertemuan ini berlangsung antara [[18 April|18]]-[[24 April]] [[1955]], di [[Gedung Merdeka]], [[Bandung]], [[Indonesia]] dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan [[kolonialisme]] atau [[neokolonialisme]] [[Amerika Serikat]], [[Uni Soviet]], atau negara imperialis lainnya.<ref>[http://www.dailynews.lk/2005/04/21/fea01.htm Bandung Conference of 1955 and the resurgence of Asia and Africa] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120513090833/http://www.dailynews.lk/2005/04/21/fea01.htm |date=2012-05-13 }}, ''Daily News'', [[Sri Lanka]]</ref>


Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu mengirimkan wakilnya. Konferensi ini merefleksikan apa yang mereka pandang sebagai ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat untuk mengonsultasikan dengan mereka tentang keputusan-keputusan yang memengaruhi Asia pada masa [[Perang Dingin]]; kekhawatiran mereka mengenai ketegangan antara Uni Soviet dan Amerika Serikat; keinginan mereka untuk membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai antara Tiongkok dengan mereka dan pihak Barat; penentangan mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh Prancis di Afrika Utara dan kekuasaan kolonial Prancis di [[Aljazair]]; dan keinginan Indonesia untuk mempromosikan hak mereka dalam pertentangan dengan [[Belanda]] mengenai [[Irian Barat]].<ref>Cowie, H.R. (1993). ''Australia and Asia. A changing Relationship'', 18.</ref>
Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu mengirimkan wakilnya. Konferensi ini merefleksikan apa yang mereka pandang sebagai ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat untuk mengonsultasikan dengan mereka tentang keputusan-keputusan yang memengaruhi Asia pada masa [[Perang Dingin]]; kekhawatiran mereka mengenai ketegangan antara Uni Soviet dan Amerika Serikat; keinginan mereka untuk membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai antara Tiongkok dengan mereka dan pihak Barat; penentangan mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh Prancis di Afrika Utara dan kekuasaan kolonial Prancis di [[Aljazair]]; dan keinginan Indonesia untuk mempromosikan hak mereka dalam pertentangan dengan [[Belanda]] mengenai [[Irian Barat]].<ref name="Cowie, H.R. 1993">Cowie, H.R. (1993). ''Australia and Asia. A changing Relationship'', 18.</ref>


Sepuluh poin hasil pertemuan ini kemudian tertuang dalam apa yang disebut ''[[Dasasila Bandung]]'', yang berisi tentang "pernyataan mengenai dukungan bagi kerukunan dan kerjasama dunia". Dasasila Bandung ini memasukkan prinsip-prinsip dalam [[Piagam PBB]] dan prinsip-prinsip [[Jawaharlal Nehru|Nehru]].<ref>{{cite journal| last = Jayaprakash| first = N D | title = India and the Bandung Conference of 1955 – II | journal = People's Democracy – Weekly Organ of the Communist Party of India (Marxist) |volume = XXIX | issue = 23 | date = 5 Juni 2005 |url=http://pd.cpim.org/2005/0605/06052005_bandung%20conf.htm |publisher= |accessdate=7 Februari 2007| archiveurl= https://web.archive.org/web/20070311133351/http://pd.cpim.org/2005/0605/06052005_bandung%20conf.htm| archivedate= 11 Maret 2007 <!--DASHBot-->| deadurl= no}}</ref> Konferensi ini akhirnya membawa kepada terbentuknya [[Gerakan Non-Blok]] pada [[1961]].
Sepuluh poin hasil pertemuan ini kemudian tertuang dalam apa yang disebut ''[[Dasasila Bandung]]'', yang berisi tentang "pernyataan mengenai dukungan bagi kerukunan dan kerjasama dunia". Dasasila Bandung ini memasukkan prinsip-prinsip dalam [[Piagam PBB]] dan prinsip-prinsip [[Jawaharlal Nehru|Nehru]].<ref>{{cite journal| last = Jayaprakash| first = N D | title = India and the Bandung Conference of 1955 – II | journal = People's Democracy – Weekly Organ of the Communist Party of India (Marxist) |volume = XXIX | issue = 23 | date = 5 Juni 2005 |url=http://pd.cpim.org/2005/0605/06052005_bandung%20conf.htm |publisher= |accessdate=7 Februari 2007| archiveurl= https://web.archive.org/web/20070311133351/http://pd.cpim.org/2005/0605/06052005_bandung%20conf.htm| archivedate= 11 Maret 2007 <!--DASHBot-->| deadurl= no}}</ref> Konferensi ini akhirnya membawa kepada terbentuknya [[Gerakan Non-Blok]] pada [[1961]].
Baris 9: Baris 14:
== Sejarah ==
== Sejarah ==
=== Latar belakang ===
=== Latar belakang ===
Konferensi Asia–Afrika didahului oleh [[Persidangan Bogor]] pada tahun 1949. Persidangan Bogor merupakan pendahuluan bagi [[Colombo Plan|Persidangan Kolombo]] dan Konferensi Asia–Afrika. Persidangan Bogor ke-2 diadakan pada 28–29 Desember 1954.<ref name="jktpost" />
Konferensi Asia-Afrika didahului oleh [[Persidangan Bogor]] pada tahun 1949. Persidangan Bogor merupakan pendahuluan bagi [[Colombo Plan|Persidangan Kolombo]] dan Konferensi Asia-Afrika. Persidangan Bogor ke-2 diadakan pada 28—29 Desember 1954.<ref name="jktpost" />


Konferensi Asia–Afrika merefleksikan apa yang oleh para penyelenggara dianggap sebagai keengganan kekuatan Barat untuk berkonsultasi dengan mereka mengenai keputusan yang mempengaruhi Asia dalam pengaturan ketegangan [[Perang Dingin]]; keprihatinan mereka atas ketegangan antara [[Republik Rakyat Tiongkok]] dan Amerika Serikat; keinginan mereka untuk meletakkan fondasi yang lebih kuat bagi hubungan perdamaian Tiongkok dengan diri mereka sendiri dan Barat; penentangan mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh Prancis di Afrika Utara dan pemerintahan kolonialnya di [[Aljazair]]; dan keinginan Indonesia untuk mempromosikan kasusnya dalam perselisihan dengan [[Belanda]] di [[Nugini]] Barat ([[Irian Barat]]).
Konferensi Asia-Afrika merefleksikan apa yang oleh para penyelenggara dianggap sebagai keengganan kekuatan Barat untuk berkonsultasi dengan mereka mengenai keputusan yang mempengaruhi Asia dalam pengaturan ketegangan [[Perang Dingin]]; keprihatinan mereka atas ketegangan antara [[Republik Rakyat Tiongkok]] dan Amerika Serikat; keinginan mereka untuk meletakkan fondasi yang lebih kuat bagi hubungan perdamaian Tiongkok dengan diri mereka sendiri dan Barat; penentangan mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh Prancis di Afrika Utara dan pemerintahan kolonialnya di [[Aljazair]]; dan keinginan Indonesia untuk mempromosikan kasusnya dalam perselisihan dengan [[Belanda]] di [[Nugini]] Barat ([[Irian Barat]]).


[[Soekarno]], presiden pertama Republik Indonesia, menggambarkan dirinya sebagai pemimpin kelompok negara ini, yang kemudian ia gambarkan sebagai "NEFOS" (''Newly Emerging Forces'', Kekuatan Dunia Baru).<ref>Cowie, H.R. (1993). ''Australia and Asia. A changing Relationship'', 18.</ref> Pada 4 Desember 1954, [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]] mengumumkan bahwa Indonesia telah berhasil mendapatkan masalah [[Irian Barat]] yang ditempatkan dalam agenda sidang [[Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa]] tahun 1955.<ref>United Nations General Assembly, Report of the First Committee A/2831</ref> Rencana untuk konferensi Asia–Afrika diumumkan pada bulan yang sama.<ref>Parker, "Small Victory, Missed Chance" (2006), hlm. 156.</ref>
[[Soekarno]], presiden pertama Republik Indonesia, menggambarkan dirinya sebagai pemimpin kelompok negara ini, yang kemudian ia gambarkan sebagai "NEFOS" (''Newly Emerging Forces'', Kekuatan Dunia Baru).<ref name="Cowie, H.R. 1993"/> Pada 4 Desember 1954, [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]] mengumumkan bahwa Indonesia telah berhasil mendapatkan masalah [[Irian Barat]] yang ditempatkan dalam agenda sidang [[Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa]] tahun 1955.<ref>United Nations General Assembly, Report of the First Committee A/2831</ref> Rencana untuk konferensi Asia-Afrika diumumkan pada bulan yang sama.<ref>Parker, "Small Victory, Missed Chance" (2006), hlm. 156.</ref>


=== Persidangan ===
=== Persidangan ===
[[Berkas:1955年4月周恩来、尼赫鲁与吴努在万隆会议期间交谈.jpg|jmpl|[[Zhou Enlai]], [[Jawaharlal Nehru|Nehru]], dan [[U Nu]] berdiskusi di sela-sela Konferensi Asia–Afrika.]]
[[Berkas:1955年4月周恩来、尼赫鲁与吴努在万隆会议期间交谈.jpg|jmpl|[[Zhou Enlai]], [[Jawaharlal Nehru|Nehru]], dan [[U Nu]] berdiskusi di sela-sela Konferensi Asia-Afrika.]]
[[Berkas:Sino-Indonesian Dual Nationality Treaty signing.jpg|jmpl|Penandatanganan [[Perjanjian Kewarganegaraan Ganda Indonesia-Tiongkok|perjanjian kewarganegaraan ganda]] Tiongkok-Indonesia.]]
[[Berkas:Sino-Indonesian Dual Nationality Treaty signing.jpg|jmpl|Penandatanganan [[Perjanjian Kewarganegaraan Ganda Indonesia-Tiongkok|perjanjian kewarganegaraan ganda]] Tiongkok-Indonesia.]]
Perdebatan besar berpusat pada pertanyaan apakah [[pendudukan Soviet|kebijakan Soviet di Eropa Timur]] dan Asia Tengah harus dikecam bersama dengan kolonialisme Barat. Sebuah memo dikirimkan oleh 'Bangsa Muslim di bawah Imperialisme Soviet', menuduh pemerintah Soviet melakukan pembantaian dan deportasi massal di wilayah Muslim, tetapi hal tersebut tidak pernah diperdebatkan.<ref name=Shindler>{{cite book|last1=Shindler|first1=Colin|title=Israel and the European Left|date=2012|publisher=Continuum|location=New York|page=205|accessdate=18 Juni 2018|language=en}}</ref> Sebuah konsensus dicapai di mana "kolonialisme dalam semua manifestasinya" dikutuk, secara implisit mengkritik Uni Soviet, serta Barat.<ref>[http://www.britannica.com/EBchecked/topic/51624/Bandung-Conference Bandung Conference], di [[Encyclopædia Britannica]]</ref> Tiongkok memainkan peran penting dalam konferensi ini dan memperkuat hubungannya dengan negara-negara Asia lainnya. Setelah selamat dari [[Kashmir Princess|upaya pembunuhan]] dalam perjalanan menuju konferensi, perdana menteri Tiongkok, [[Zhou Enlai]], menunjukkan sikap yang moderat dan damai yang cenderung untuk menenangkan kekhawatiran beberapa delegasi anti-komunis mengenai niat Tiongkok.
Perdebatan besar berpusat pada pertanyaan apakah [[pendudukan Soviet|kebijakan Soviet di Eropa Timur]] dan Asia Tengah harus dikecam bersama dengan kolonialisme Barat. Sebuah memo dikirimkan oleh 'Bangsa Muslim di bawah Imperialisme Soviet', menuduh pemerintah Soviet melakukan pembantaian dan deportasi massal di wilayah Muslim, tetapi hal tersebut tidak pernah diperdebatkan.<ref name=Shindler>{{cite book|last1=Shindler|first1=Colin|title=Israel and the European Left|date=2012|publisher=Continuum|location=New York|page=205|accessdate=18 Juni 2018|language=en}}</ref> Sebuah konsensus dicapai di mana "kolonialisme dalam semua manifestasinya" dikutuk, secara implisit mengkritik Uni Soviet, serta Barat.<ref>[http://www.britannica.com/EBchecked/topic/51624/Bandung-Conference Bandung Conference], di [[Encyclopædia Britannica]]</ref> Tiongkok memainkan peran penting dalam konferensi ini dan memperkuat hubungannya dengan negara-negara Asia lainnya. Setelah selamat dari [[Kashmir Princess|upaya pembunuhan]] dalam perjalanan menuju konferensi, perdana menteri Tiongkok, [[Zhou Enlai]], menunjukkan sikap yang moderat dan damai yang cenderung untuk menenangkan kekhawatiran beberapa delegasi anti-komunis mengenai niat Tiongkok.


Kemudian dalam konferensi tersebut, Zhou Enlai menandatangani artikel tersebut dalam deklarasi penutup yang menyatakan bahwa [[Tionghoa perantauan]] memiliki loyalitas utama kepada negara asal mereka, bukan ke Tiongkok – masalah yang sangat sensitif untuk tuan rumah Indonesia dan untuk beberapa negara peserta lainnya. Zhou juga menandatangani [[Perjanjian Kewarganegaraan Ganda Indonesia-Tiongkok|perjanjian]] [[kewarganegaraan ganda]] dengan [[Menteri Luar Negeri Indonesia]] [[Sunario]].
Kemudian dalam konferensi tersebut, Zhou Enlai menandatangani artikel tersebut dalam deklarasi penutup yang menyatakan bahwa [[Tionghoa perantauan]] memiliki loyalitas utama kepada negara asal mereka, bukan ke Tiongkok – masalah yang sangat sensitif untuk tuan rumah Indonesia dan untuk beberapa negara peserta lainnya. Zhou juga menandatangani [[Perjanjian Kewarganegaraan Ganda Indonesia-Tiongkok|perjanjian]] [[kewarganegaraan ganda]] dengan [[Menteri Luar Negeri Indonesia]] [[Sunario]].

[[Zakaria bin Muhammad Amin]], delegasi dari [[Bengkalis, Bengkalis|Bengkalis]], [[Riau]], yang sebelumnya berpartisipasi dalam Konferensi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah se-Indonesia pada 10–14 Maret 1955, mendiskusikan mengenai isu desentralisasi yang pada saat itu dialami oleh beberapa provinsi di Indonesia, salah satunya [[Sumatera Tengah]].{{Sfn|Pahlefi|2022|p=187}}


=== Lini masa ===
=== Lini masa ===
* [[23 Agustus]] [[1953]] - [[Perdana Menteri Indonesia|Perdana Menteri]] [[Ali Sastroamidjojo]] ([[Indonesia]]) di [[Dewan Perwakilan Rakyat Sementara]] mengusulkan perlunya kerjasama antara negara-negara di Asia dan Afrika dalam perdamaian dunia.<ref name="jktpost">{{cite web|url=http://www.thejakartapost.com/news/2015/04/23/asian-african-conference-timeline.html|title=Asian-African Conference Timeline|date=23 April 2015 |accessdate=25 April 2015 |work=[[The Jakarta Post]]}}</ref>
* [[23 Agustus]] [[1953]] [[Perdana Menteri Indonesia|Perdana Menteri]] [[Ali Sastroamidjojo]] ([[Indonesia]]) di [[Dewan Perwakilan Rakyat Sementara]] mengusulkan perlunya kerjasama antara negara-negara di Asia dan Afrika dalam perdamaian dunia.<ref name="jktpost">{{cite web|url=http://www.thejakartapost.com/news/2015/04/23/asian-african-conference-timeline.html|title=Asian-African Conference Timeline|date=23 April 2015 |accessdate=25 April 2015 |work=[[The Jakarta Post]]}}</ref>
* [[25 April]]–[[2 Mei]] [[1954]] - Berlangsung [[Colombo Plan|Persidangan Kolombo]] di [[Sri Lanka]]. Hadir dalam pertemuan tersebut para pemimpin dari India, Pakistan, Burma (sekarang Myanmar), dan Indonesia. Dalam konferensi ini Indonesia memberikan usulan perlunya adanya Konferensi Asia–Afrika.<ref name="jktpost" />
* [[25 April]]–[[2 Mei]] [[1954]] Berlangsung [[Colombo Plan|Persidangan Kolombo]] di [[Sri Lanka]]. Hadir dalam pertemuan tersebut para pemimpin dari India, Pakistan, Burma (sekarang Myanmar), dan Indonesia. Dalam konferensi ini Indonesia memberikan usulan perlunya adanya Konferensi Asia-Afrika.<ref name="jktpost" />
* [[28 Desember|28]]–[[29 Desember]] 1954 - Untuk mematangkan gagasan masalah Persidangan Asia-Afrika, diadakan [[Persidangan Bogor]]. Dalam persidangan ini dirumuskan lebih rinci tentang tujuan persidangan, serta siapa saja yang akan diundang.<ref name="jktpost" />
* [[28 Desember|28]]–[[29 Desember]] 1954 Untuk mematangkan gagasan masalah Persidangan Asia-Afrika, diadakan [[Persidangan Bogor]]. Dalam persidangan ini dirumuskan lebih rinci tentang tujuan persidangan, serta siapa saja yang akan diundang.<ref name="jktpost" />
* [[18 April|18]]–[[24 April]] [[1955]] - Konferensi Asia–Afrika berlangsung di Gedung Merdeka, Bandung. Persidangan ini diresmikan oleh Presiden [[Soekarno]] dan diketuai oleh PM Ali Sastroamidjojo. Hasil dari persidangan ini berupa persetujuan yang dikenal dengan [[Dasasila Bandung]].<ref name="jktpost" />
* [[18 April|18]]–[[24 April]] 1955 Konferensi Asia-Afrika berlangsung di Gedung Merdeka, Bandung. Persidangan ini diresmikan oleh Presiden [[Soekarno]] dan diketuai oleh PM Ali Sastroamidjojo. Hasil dari persidangan ini berupa persetujuan yang dikenal dengan [[Dasasila Bandung]].<ref name="jktpost" />


== Pelopor ==
== Pelopor ==
Baris 37: Baris 44:
== Peserta ==
== Peserta ==
{{Col|4}}
{{Col|4}}
* {{AFG}}
* {{flag|Afghanistan |1955}}
* {{SAU}}
* {{flag|Saudi Arabia|1955}}
* '''{{flag|Burma|1948}}''' (sekarang '''{{flag|Myanmar}}''')
* '''{{flag|Burma|1948}}''' (sekarang '''{{flag|Myanmar}}''')
* '''{{flag|Ceylon}}''' (sekarang '''{{flag|Sri Lanka}}''')
* '''{{flag|Ceylon}}''' (sekarang '''{{flag|Sri Lanka}}''')
* {{flag|Republik Rakyat Tiongkok}}
* {{flag|Republik Rakyat Tiongkok}}
* {{ETH}}
* {{flag|Ethiopia |1955}}
* '''{{IND}}'''
* '''{{IND}}'''
* '''{{INA}}'''
* '''{{INA}}'''
* {{flag|Irak}}
* {{flag|Irak|1955}}
* {{flag|Iran}}
* {{flag|Iran|1955}}
* {{JPN}}
* {{JPN}}
* {{flag|Kamboja}}
* {{flag|Kamboja}}
* {{LAO}}
* {{flag|Laos|1955}}
* {{LEB}}
* {{flag|Lebanon}}
* {{flag|Liberia}}
* {{flag|Liberia}}
* {{flag|Libya}}
* {{flag|Libya|1955}}
* {{EGY}}
* {{flag|Mesir|1955}}
* {{NEP}}
* {{NEP}}
* '''{{PAK}}'''
* '''{{PAK}}'''
* {{PHI}}
* {{flag|Philippines |1955}}
* {{CYP}}{{ref|a}}
* {{CYP}}{{ref|a}}
* {{SUD}}
* {{flag|Sudan|1955}}
* {{SYR}}
* {{flag|Syria|1955}}
* {{THA}}
* {{THA}}
* {{TUR}}
* {{TUR}}
* {{flag|Vietnam Utara|name=Republik Demokratik Vietnam}}
* {{flag|Vietnam Utara|name=Republik Demokratik Vietnam}}
* {{flag|South Vietnam|name=Negara Vietnam}} (Republik Vietnam)
* {{flag|South Vietnam|name=Negara Vietnam}} (Republik Vietnam)
* {{flag|Yaman|name=Kerajaan Mutawakkilīyah Yaman}}
* {{flag|Yaman|1955|name=Kerajaan Mutawakkilīyah Yaman}}
* {{flag|Yordania}}
* {{flag|Yordania|1955}}
{{EndDiv}}
{{EndDiv}}


:1.{{note|a}} Siprus yang belum merdeka dan masih berada dalam kolonialisme diwakili oleh tokoh yang di kemudian hari menjadi [[Presiden Siprus|presiden pertamanya]], [[Makarios III]].<ref>[http://www.mfa.gov.cy/mfa/mfa2006.nsf/All/11E2EC1C0EE098C6C225727C002A04A8?OpenDocument Cyprus and the Non–Aligned Movement], Ministry of Foreign Affairs, (April, 2008)</ref>
:1.{{note|a}} Siprus yang belum merdeka dan masih berada dalam kolonialisme diwakili oleh tokoh yang di kemudian hari menjadi [[Presiden Siprus|presiden pertamanya]], [[Makarios III]].<ref>[http://www.mfa.gov.cy/mfa/mfa2006.nsf/All/11E2EC1C0EE098C6C225727C002A04A8?OpenDocument Cyprus and the Non–Aligned Movement] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160303222630/http://www.mfa.gov.cy/mfa/mfa2006.nsf/All/11E2EC1C0EE098C6C225727C002A04A8?OpenDocument |date=2016-03-03 }}, Ministry of Foreign Affairs, (April, 2008)</ref>


Beberapa negara diberi "status pengamat". Seperti [[Brasil]], yang mengirim Duta Besarnya Bezerra de Menezes.
Beberapa negara diberi "status pengamat". Seperti [[Brasil]], yang mengirim Duta Besarnya Bezerra de Menezes.
Baris 95: Baris 102:
=== Pertemuan kedua (2005) ===
=== Pertemuan kedua (2005) ===
{{utama|Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika 2005}}
{{utama|Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika 2005}}
[[Berkas:Stamps of Indonesia, 021-05.jpg|jmpl|ka|Prangko peringatan 50 tahun Konferensi Asia–Afrika]]
[[Berkas:Stamps of Indonesia, 021-05.jpg|jmpl|ka|Prangko peringatan 50 tahun Konferensi Asia-Afrika]]


Untuk memperingati lima puluh tahun sejak pertemuan bersejarah tersebut, para Kepala Negara negara-negara Asia dan Afrika telah diundang untuk mengikuti sebuah pertemuan baru di [[Bandung]] dan [[Jakarta]] antara [[19 April|19]]-[[24 April]] [[2005]]. Sebagian dari pertemuan itu dilaksanakan di Gedung Merdeka, lokasi pertemuan lama pada 50 tahun lalu.
Untuk memperingati lima puluh tahun sejak pertemuan bersejarah tersebut, para Kepala Negara negara-negara Asia dan Afrika telah diundang untuk mengikuti sebuah pertemuan baru di [[Bandung]] dan [[Jakarta]] antara [[19 April|19]]-[[24 April]] [[2005]]. Sebagian dari pertemuan itu dilaksanakan di Gedung Merdeka, lokasi pertemuan lama pada 50 tahun lalu.


[[Sekjen PBB]], [[Kofi Annan]], [[Perdana Menteri Jepang]], [[Junichiro Koizumi]], [[Presiden Tiongkok]], [[Hu Jintao]], [[Sekjen PBB]], [[Kofi Annan]], [[Presiden Pakistan]], [[Pervez Musharraf]], [[Presiden Afganistan]], [[Hamid Karzai]], [[Perdana Menteri Malaysia]], [[Abdullah Ahmad Badawi]], [[Sultan Brunei]], [[Hassanal Bolkiah]] dan [[Presiden Afrika Selatan]], [[Thabo Mbeki]] ikut hadir di Bandung dalam pertemuan ini. KTT Asia–Afrika 2005 menghasilkan NAASP (''New Asian-African Strategic Partnership'', Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika), yang diharapkan akan membawa Asia dan Afrika menuju masa depan yang lebih baik berdasarkan ketergantungan-sendiri yang kolektif dan untuk memastikan adanya lingkungan internasional untuk kepentingan para rakyat Asia dan Afrika.<ref>{{cite web|title=Seniors official meeting|url=http://www.kemlu.go.id/Documents/NAASP/Hyperlink%201.pdf|publisher=MFA of Indonesia |date= |accessdate=1 Oktober 2012}}</ref>
[[Sekjen PBB]], [[Kofi Annan]], [[Perdana Menteri Jepang]], [[Junichiro Koizumi]], [[Presiden Tiongkok]], [[Hu Jintao]], [[Presiden Pakistan]], [[Pervez Musharraf]], [[Presiden Afganistan]], [[Hamid Karzai]], [[Perdana Menteri Malaysia]], [[Abdullah Ahmad Badawi]], [[Sultan Brunei]], [[Hassanal Bolkiah]] dan [[Presiden Afrika Selatan]], [[Thabo Mbeki]] ikut hadir di Bandung dalam pertemuan ini. KTT Asia-Afrika 2005 menghasilkan NAASP (''New Asian-African Strategic Partnership'', Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika), yang diharapkan akan membawa Asia dan Afrika menuju masa depan yang lebih baik berdasarkan ketergantungan-sendiri yang kolektif dan untuk memastikan adanya lingkungan internasional untuk kepentingan para rakyat Asia dan Afrika.<ref>{{cite web|title=Seniors official meeting|url=http://www.kemlu.go.id/Documents/NAASP/Hyperlink%201.pdf|publisher=MFA of Indonesia|date=|accessdate=1 Oktober 2012|archive-date=2013-12-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20131216185053/http://www.kemlu.go.id/Documents/NAASP/Hyperlink%201.pdf|dead-url=yes}}</ref>


=== Pertemuan ketiga (2015) ===
=== Pertemuan ketiga (2015) ===
[[Berkas:Asian-African Summit (April22, 2015).jpg|jmpl|ka|Peserta Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika 2015]]
[[Berkas:Asian-African Summit (April22, 2015).jpg|jmpl|ka|Peserta Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika 2015]]
{{utama|Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika 2015}}
{{utama|Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika 2015}}


Konferensi Asia-Afrika ke-60 dilaksanakan di 2 kota yaitu Jakarta pada 19-23 April 2015 dan Bandung pada 24 April 2015 dengan agenda meliputi "''Asia-Africa Business Summit''" dan "''Asia-Africa Carnival''". Tema yang dibawa adalah peningkatan kerja sama negara-negara di kawasan Selatan, kesejahteraan, serta perdamaian.<ref>{{cite web|url=http://news.liputan6.com/read/2212836/72-negara-pastikan-ikut-kaa-di-jakarta-bandung|title=72 Negara Pastikan Ikut KAA di Jakarta & Bandung|publisher=''[[Liputan6.com]]''}}</ref><ref>{{cite web|url=http://www.antaranews.com/berita/492681/kaa-2015-dari-asia-afrika-untuk-dunia|title=KAA 2015, dari Asia Afrika untuk dunia|publisher=''Antaranews.com''|accessdate=24 April 2015}}</ref> KTT Asia-Afrika 2015 diikuti sebanyak 89 kepala negara/pemerintahan dari 109 negara di kawasan Asia dan Afrika, 17 negara pengamat dan 20 organisasi internasional, dan 1.426 perwakilan media domestik dan asing.
Konferensi Asia-Afrika ke-60 dilaksanakan di 2 kota yaitu Jakarta pada 19-23 April 2015 dan Bandung pada 24 April 2015 dengan agenda meliputi "''Asia-Africa Business Summit''" dan "''Asia-Africa Carnival''". Tema yang dibawa adalah peningkatan kerja sama negara-negara di kawasan Selatan, kesejahteraan, serta perdamaian.<ref>{{Cite news|url=http://news.liputan6.com/read/2212836/72-negara-pastikan-ikut-kaa-di-jakarta-bandung|title=72 Negara Pastikan Ikut KAA di Jakarta-Bandung|publisher=''[[Liputan6.com]]''|last=Tuwo|first=Andreas Gerry|editor-last=Hatta|editor-first=Raden Trimutia|language=id|work=[[Liputan6.com]]}}</ref><ref>{{Cite news|url=http://www.antaranews.com/berita/492681/kaa-2015-dari-asia-afrika-untuk-dunia|title=KAA 2015, dari Asia Afrika untuk dunia|publisher=''Antaranews.com''|accessdate=24 April 2015|last=Setiawanto|first=Budi|editor-last=Ratomo|editor-first=Unggul Tri|work=[[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|ANTARA News]]}}</ref> KTT Asia-Afrika 2015 diikuti sebanyak 89 kepala negara/pemerintahan dari 109 negara di kawasan Asia dan Afrika, 17 negara pengamat dan 20 organisasi internasional, dan 1.426 perwakilan media domestik dan asing.


Para peserta di antaranya adalah [[Perdana Menteri Jepang]], [[Shinzo Abe]], [[Presiden Tiongkok]], [[Xi Jinping]], [[Perdana Menteri Singapura]], [[Lee Hsien Loong]], [[Raja Yordania]], [[Abdullah II dari Yordania]], [[Perdana Menteri Malaysia]], [[Najib Tun Razak]], [[Presiden Myanmar]], [[Thein Sein]], [[Raja Swaziland]], [[Mswati III dari Swaziland|Mswati III]] dan [[Perdana Menteri Nepal]].
Para peserta di antaranya adalah [[Perdana Menteri Jepang]], [[Shinzo Abe]], [[Presiden Tiongkok]], [[Xi Jinping]], [[Perdana Menteri Singapura]], [[Lee Hsien Loong]], [[Raja Yordania]], [[Abdullah II dari Yordania]], [[Perdana Menteri Malaysia]], [[Najib Tun Razak]], [[Presiden Myanmar]], [[Thein Sein]], [[Raja Swaziland]], [[Mswati III dari Swaziland|Mswati III]] dan [[Perdana Menteri Nepal]], [[Sushil Koirala]].


Konferensi Asia Afrika 2015 telah menghasilkan 3 dokumen yaitu Pesan Bandung (''Bandung Message''), Deklarasi Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (NAASP) dan Deklarasi kemerdekaan [[Palestina]].<ref>{{cite web|url=http://setkab.go.id/inilah-hasil-hasil-ktt-asia-afrika-ke-60-di-jakarta-22-23-april-2015|title=Inilah Hasil-Hasil KTT Asia Afrika ke-60, Di Jakarta, 22-23 April 2015|publisher=''Setkab.go.id''|accessdate=23 April 2015}}</ref>
Konferensi Asia Afrika 2015 telah menghasilkan 3 dokumen yaitu Pesan Bandung (''Bandung Message''), Deklarasi Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (NAASP) dan Deklarasi kemerdekaan [[Palestina]].<ref>{{cite web|url=http://setkab.go.id/inilah-hasil-hasil-ktt-asia-afrika-ke-60-di-jakarta-22-23-april-2015|title=Inilah Hasil-Hasil KTT Asia Afrika ke-60, Di Jakarta, 22-23 April 2015|publisher=''Setkab.go.id''|accessdate=23 April 2015}}</ref>
Baris 118: Baris 125:


=== Indonesia Galang Deklarasi Dukungan Palestina Merdeka ===
=== Indonesia Galang Deklarasi Dukungan Palestina Merdeka ===
Sebentar lagi acara skala internasional Konferensi Asia-Afrika (KAA) tahun ini akan digelar. Undangan untuk beberapa negara terkait pun telah dikirim. Penanggung jawab Panitia Nasional ‎Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) Luhut Pandjaitan mengatakan, dari 109 negara di Asia dan Afrika, tidak semua mendukung kemerdekaan Palestina. Karena itu, Pemerintah RI akan mendorong peserta KAA yang hadir, agar turut mendukung deklarasi tersebut. Dukungan pemerintah Indonesia terhadap Palestina sebagai negara merdeka, akan diwujudkan dalam pelaksaan Konferensi Asia Afrika (KAA). Indonesia akan menggalang deklarasi ‎dukungan penuh. Hingga saat ini draf dukungan Palestina merdeka masih dibahas perwakilan Indonesia di New York. Luhut di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa 31/3/2015 mengatakan, "Saya belum tahu perkembangan terakhir. Tapi itu menjadi usulan dari pemerintah Indonesia dan itu janji presiden. Kementerian Luar Negeri kita masih melobi itu. Mudah-mudahan bisa kita capai." Sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, Indonesia mempunyai arti penting bagi Palestina. Seperti komitmen Jokowi sejak awal menjadi presiden, pemerintah RI akan terus mendorong deklarasi ini, agar Palestina menjadi negara merdeka dan masuk anggota PBB. "Dan itu saya pikir, sangat penting untuk kita dorong mengenai kemerdekaan Palestina dan dukungan penuh Palestina masuk PBB," tegas Luhut.<ref name="indonesia_galang_deklarasi">[http://news.liputan6.com/read/2200064/indonesia-galang-deklarasi-dukungan-palestina-merdeka-di-kaa Indonesia Galang Deklarasi Dukungan Palestina Merdeka di KAA - Liputan6.com]</ref>) Hal ini, mendukung bagi kemerdekaan suatu bangsa, merupakan komitmen Indonesia sejak diproklamasikan sebagaimana tertuang di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Sebentar lagi acara skala internasional Konferensi Asia-Afrika (KAA) tahun ini akan digelar. Undangan untuk beberapa negara terkait pun telah dikirim. Penanggung jawab Panitia Nasional Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) Luhut Pandjaitan mengatakan, dari 109 negara di Asia dan Afrika, tidak semua mendukung kemerdekaan Palestina. Karena itu, Pemerintah RI akan mendorong peserta KAA yang hadir, agar turut mendukung deklarasi tersebut. Dukungan pemerintah Indonesia terhadap Palestina sebagai negara merdeka, akan diwujudkan dalam pelaksaan Konferensi Asia Afrika (KAA). Indonesia akan menggalang deklarasi dukungan penuh. Hingga saat ini draf dukungan Palestina merdeka masih dibahas perwakilan Indonesia di New York.&lrm; Luhut di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa 31/3/2015 mengatakan, "Saya belum tahu perkembangan terakhir. Tapi itu menjadi usulan dari pemerintah Indonesia dan itu janji presiden. Kementerian Luar Negeri kita masih melobi itu. Mudah-mudahan bisa kita capai." Sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, Indonesia mempunyai arti penting bagi Palestina. Seperti komitmen Jokowi sejak awal menjadi presiden, pemerintah RI akan terus mendorong deklarasi ini, agar Palestina menjadi negara merdeka dan masuk anggota PBB. "Dan itu saya pikir, sangat penting untuk kita dorong mengenai kemerdekaan Palestina dan dukungan penuh Palestina masuk PBB," tegas Luhut.<ref name="indonesia_galang_deklarasi">[http://news.liputan6.com/read/2200064/indonesia-galang-deklarasi-dukungan-palestina-merdeka-di-kaa Indonesia Galang Deklarasi Dukungan Palestina Merdeka di KAA Liputan6.com]</ref>) Hal ini, mendukung bagi kemerdekaan suatu bangsa, merupakan komitmen Indonesia sejak diproklamasikan sebagaimana tertuang di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.


=== Raja Yordania Akan Bahas Pemahaman Islam ===
=== Raja Yordania Akan Bahas Pemahaman Islam ===
Salah satu yang telah menerima undangan dan menyatakan ingin menghadiri acara yang akan dilaksanakan di Jakarta dan Bandung pada 22-24 April mendatang adalah Yordania. Namun kepastian kehadiran Raja Yordania, Abdullah II belum bisa dipastikan. Masih perlu menunggu konfirmasi dari pihak protokol kerajaan. Hal itu, disampaikan Raja Abdullah II kepada Utusan Khusus Presiden RI, Alwi Shihab, di Istana Hussainiya, Amman, Yordania, Rabu 18 Maret 2015.
Salah satu yang telah menerima undangan dan menyatakan ingin menghadiri acara yang akan dilaksanakan di Jakarta dan Bandung pada 22-24 April mendatang adalah Yordania. Namun kepastian kehadiran Raja Yordania, Abdullah II belum bisa dipastikan. Masih perlu menunggu konfirmasi dari pihak protokol kerajaan. Hal itu, disampaikan Raja Abdullah II kepada Utusan Khusus Presiden RI, Alwi Shihab, di Istana Hussainiya, Amman, Yordania, Rabu 18 Maret 2015.
Pada pertemuan tersebut, Raja Yordania dan Utusan Khusus Presiden RI juga mendiskusikan berbagai isu penting di kawasan yang menjadi perhatian bersama. Salah satu isu yang mengemuka adalah mengenai pentingnya pengembangan pemikiran dan pemahaman Islam yang moderat di kalangan umat Islam.
Pada pertemuan tersebut, Raja Yordania dan Utusan Khusus Presiden RI juga mendiskusikan berbagai isu penting di kawasan yang menjadi perhatian bersama. Salah satu isu yang mengemuka adalah mengenai pentingnya pengembangan pemikiran dan pemahaman Islam yang moderat di kalangan umat Islam.
"Kedua pihak memandang bahwa langkah tersebut dapat mendorong berkembangnya pemikiran dan gerakan umat Islam yang membawa pesan damai dan manfaat bagi seluruh umat manusia," demikian dijelaskan pihak Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) yang diterima Jumat, 20/3/2015.<ref>[http://news.liputan6.com/read/2194360/terima-undangan-kaa-raja-yordania-bahas-pemahaman-islam Terima Undangan KAA, Raja Yordania Bahas Pemahaman Islam - Liputan6.com]</ref> -->
"Kedua pihak memandang bahwa langkah tersebut dapat mendorong berkembangnya pemikiran dan gerakan umat Islam yang membawa pesan damai dan manfaat bagi seluruh umat manusia," demikian dijelaskan pihak Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) yang diterima Jumat, 20/3/2015.<ref>[http://news.liputan6.com/read/2194360/terima-undangan-kaa-raja-yordania-bahas-pemahaman-islam Terima Undangan KAA, Raja Yordania Bahas Pemahaman Islam Liputan6.com]</ref> -->


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
Baris 132: Baris 139:
* [[Perang Dingin]]
* [[Perang Dingin]]
* [[Dunia Ketiga]]
* [[Dunia Ketiga]]
* [[Prangko peringatan Konferensi Asia Afrika]]


== Referensi ==
== Referensi ==
Baris 147: Baris 155:
* Mackie, Jamie. ''Bandung 1955: Non-Alignment and Afro-Asian Solidarity.'' Singapore: Editions Didier Millet, 2005. {{ISBN|981-4155-49-7}}
* Mackie, Jamie. ''Bandung 1955: Non-Alignment and Afro-Asian Solidarity.'' Singapore: Editions Didier Millet, 2005. {{ISBN|981-4155-49-7}}
* Finnane, Antonia, dan Derek McDougall, eds, ''Bandung 1955: Little Histories''. Melbourne: Monash Asia Institute, 2010. {{ISBN|978-1-876924-73-7}}
* Finnane, Antonia, dan Derek McDougall, eds, ''Bandung 1955: Little Histories''. Melbourne: Monash Asia Institute, 2010. {{ISBN|978-1-876924-73-7}}
* {{Cite book |last=Pahlefi |first=Riza |url=https://books.google.com/books?id=_TCJEAAAQBAJ&q=Zakaria+&pg=PA158 |title=BENGKALIS: NEGERI JELAPANG PADI |date=2022-08-11 |publisher=CV. DOTPLUS Publisher |isbn=978-623-6428-59-7 |language=id}}


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* {{en}} [http://www.fordham.edu/halsall/mod/1955nehru-bandung2.html Modern History Sourcebook: Prime Minister Nehru: Speech to Asian-African Conference Political Committee, 1955]
* {{en}} [http://www.fordham.edu/halsall/mod/1955nehru-bandung2.html Modern History Sourcebook: Prime Minister Nehru: Speech to Asian-African Conference Political Committee, 1955]
* {{en}} [http://www.fordham.edu/halsall/mod/1955sukarno-bandong.html Modern History Sourcebook: President Sukarno of Indonesia: Speech at the Opening of the Asian-African Conference, 18 April 1955]
* {{en}} [http://www.fordham.edu/halsall/mod/1955sukarno-bandong.html Modern History Sourcebook: President Sukarno of Indonesia: Speech at the Opening of the Asian-African Conference, 18 April 1955]
* {{en}} {{cite web|url=http://www.namegypt.org/Relevant%20Documents/00Asian_African_Conference%5B1%5D.pdf|title=Asian-African Conference: Communiqué; Excerpts|publisher=Egyptian presidency website|date=24 April 1955|accessdate=23 April 2011|archiveurl = http://www.webcitation.org/5y9oJwFjk|archivedate =23 April 2011}}
* {{en}} {{cite web|url=http://www.namegypt.org/Relevant%20Documents/00Asian_African_Conference%5B1%5D.pdf|title=Asian-African Conference: Communiqué; Excerpts|publisher=Egyptian presidency website|date=24 April 1955|accessdate=23 April 2011|archiveurl=https://www.webcitation.org/5y9oJwFjk?url=http://www.namegypt.org/Relevant%20Documents/00Asian_African_Conference%5B1%5D.pdf|archivedate=2011-04-23|dead-url=yes}}


{{Cold War}}
{{Cold War}}

Revisi terkini sejak 11 Januari 2024 20.09

Gedung Merdeka saat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika
Video luar
Arsip Konferensi Asia-Afrika di Bandung
Konfrensi Asia Afrika oleh Humas Arsip Nasional RI.

Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika (disingkat KTT Asia Afrika atau KAA; kadang juga disebut Konferensi Bandung) adalah sebuah konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika, yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan. KAA diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India dan Pakistan dan dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario. Pertemuan ini berlangsung antara 18-24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.[1]

Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu mengirimkan wakilnya. Konferensi ini merefleksikan apa yang mereka pandang sebagai ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat untuk mengonsultasikan dengan mereka tentang keputusan-keputusan yang memengaruhi Asia pada masa Perang Dingin; kekhawatiran mereka mengenai ketegangan antara Uni Soviet dan Amerika Serikat; keinginan mereka untuk membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai antara Tiongkok dengan mereka dan pihak Barat; penentangan mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh Prancis di Afrika Utara dan kekuasaan kolonial Prancis di Aljazair; dan keinginan Indonesia untuk mempromosikan hak mereka dalam pertentangan dengan Belanda mengenai Irian Barat.[2]

Sepuluh poin hasil pertemuan ini kemudian tertuang dalam apa yang disebut Dasasila Bandung, yang berisi tentang "pernyataan mengenai dukungan bagi kerukunan dan kerjasama dunia". Dasasila Bandung ini memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Nehru.[3] Konferensi ini akhirnya membawa kepada terbentuknya Gerakan Non-Blok pada 1961.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Latar belakang[sunting | sunting sumber]

Konferensi Asia-Afrika didahului oleh Persidangan Bogor pada tahun 1949. Persidangan Bogor merupakan pendahuluan bagi Persidangan Kolombo dan Konferensi Asia-Afrika. Persidangan Bogor ke-2 diadakan pada 28—29 Desember 1954.[4]

Konferensi Asia-Afrika merefleksikan apa yang oleh para penyelenggara dianggap sebagai keengganan kekuatan Barat untuk berkonsultasi dengan mereka mengenai keputusan yang mempengaruhi Asia dalam pengaturan ketegangan Perang Dingin; keprihatinan mereka atas ketegangan antara Republik Rakyat Tiongkok dan Amerika Serikat; keinginan mereka untuk meletakkan fondasi yang lebih kuat bagi hubungan perdamaian Tiongkok dengan diri mereka sendiri dan Barat; penentangan mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh Prancis di Afrika Utara dan pemerintahan kolonialnya di Aljazair; dan keinginan Indonesia untuk mempromosikan kasusnya dalam perselisihan dengan Belanda di Nugini Barat (Irian Barat).

Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia, menggambarkan dirinya sebagai pemimpin kelompok negara ini, yang kemudian ia gambarkan sebagai "NEFOS" (Newly Emerging Forces, Kekuatan Dunia Baru).[2] Pada 4 Desember 1954, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengumumkan bahwa Indonesia telah berhasil mendapatkan masalah Irian Barat yang ditempatkan dalam agenda sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1955.[5] Rencana untuk konferensi Asia-Afrika diumumkan pada bulan yang sama.[6]

Persidangan[sunting | sunting sumber]

Zhou Enlai, Nehru, dan U Nu berdiskusi di sela-sela Konferensi Asia-Afrika.
Penandatanganan perjanjian kewarganegaraan ganda Tiongkok-Indonesia.

Perdebatan besar berpusat pada pertanyaan apakah kebijakan Soviet di Eropa Timur dan Asia Tengah harus dikecam bersama dengan kolonialisme Barat. Sebuah memo dikirimkan oleh 'Bangsa Muslim di bawah Imperialisme Soviet', menuduh pemerintah Soviet melakukan pembantaian dan deportasi massal di wilayah Muslim, tetapi hal tersebut tidak pernah diperdebatkan.[7] Sebuah konsensus dicapai di mana "kolonialisme dalam semua manifestasinya" dikutuk, secara implisit mengkritik Uni Soviet, serta Barat.[8] Tiongkok memainkan peran penting dalam konferensi ini dan memperkuat hubungannya dengan negara-negara Asia lainnya. Setelah selamat dari upaya pembunuhan dalam perjalanan menuju konferensi, perdana menteri Tiongkok, Zhou Enlai, menunjukkan sikap yang moderat dan damai yang cenderung untuk menenangkan kekhawatiran beberapa delegasi anti-komunis mengenai niat Tiongkok.

Kemudian dalam konferensi tersebut, Zhou Enlai menandatangani artikel tersebut dalam deklarasi penutup yang menyatakan bahwa Tionghoa perantauan memiliki loyalitas utama kepada negara asal mereka, bukan ke Tiongkok – masalah yang sangat sensitif untuk tuan rumah Indonesia dan untuk beberapa negara peserta lainnya. Zhou juga menandatangani perjanjian kewarganegaraan ganda dengan Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario.

Zakaria bin Muhammad Amin, delegasi dari Bengkalis, Riau, yang sebelumnya berpartisipasi dalam Konferensi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah se-Indonesia pada 10–14 Maret 1955, mendiskusikan mengenai isu desentralisasi yang pada saat itu dialami oleh beberapa provinsi di Indonesia, salah satunya Sumatera Tengah.[9]

Lini masa[sunting | sunting sumber]

Pelopor[sunting | sunting sumber]

Peserta[sunting | sunting sumber]

1.^ Siprus yang belum merdeka dan masih berada dalam kolonialisme diwakili oleh tokoh yang di kemudian hari menjadi presiden pertamanya, Makarios III.[10]

Beberapa negara diberi "status pengamat". Seperti Brasil, yang mengirim Duta Besarnya Bezerra de Menezes.

Deklarasi[sunting | sunting sumber]

Sepuluh poin deklarasi mengenai dukungan bagi kedamaian dan kerjasama dunia, dinamakan Dasasila Bandung, yang menggabungkan prinsip-prinsip Piagam PBB diadopsi dengan suara bulat:

  1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat di dalam piagam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)
  2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa
  3. Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar maupun kecil
  4. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soalan-soalan dalam negeri negara lain
  5. Menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian ataupun kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB
  6. Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar dan tidak melakukannya terhadap negara lain
  7. Tidak melakukan tindakan-tindakan ataupun ancaman agresi maupun penggunaan kekerasan terhadap integritas wilayah maupun kemerdekaan politik suatu negara
  8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrasi (penyelesaian masalah hukum) , ataupun cara damai lainnya, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB
  9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama
  10. Menghormati hukum dan kewajiban–kewajiban internasional[11]

Komunike akhir dari Konferensi ini menggarisbawahi perlunya negara-negara berkembang untuk melonggarkan ketergantungan ekonomi mereka pada negara-negara industri terkemuka dengan memberikan bantuan teknis satu sama lain melalui pertukaran ahli dan bantuan teknis untuk proyek-proyek pembangunan, serta pertukaran pengetahuan teknologi, bagaimana dan pembentukan lembaga pelatihan dan penelitian regional.

Dampak dan peninggalan[sunting | sunting sumber]

Konferensi ini diikuti oleh Konferensi Solidaritas Rakyat Afro-Asia di Kairo[12] pada September (1957) dan Konferensi Beograd (1961), yang mengarah pada pembentukan Gerakan Non-Blok.[13] Pada tahun-tahun kemudian, konflik antara negara-negara yang tidak tergoyahkan mengikis solidaritas yang diekspresikan dalam konferensi ini.

Pertemuan kedua (2005)[sunting | sunting sumber]

Prangko peringatan 50 tahun Konferensi Asia-Afrika

Untuk memperingati lima puluh tahun sejak pertemuan bersejarah tersebut, para Kepala Negara negara-negara Asia dan Afrika telah diundang untuk mengikuti sebuah pertemuan baru di Bandung dan Jakarta antara 19-24 April 2005. Sebagian dari pertemuan itu dilaksanakan di Gedung Merdeka, lokasi pertemuan lama pada 50 tahun lalu.

Sekjen PBB, Kofi Annan, Perdana Menteri Jepang, Junichiro Koizumi, Presiden Tiongkok, Hu Jintao, Presiden Pakistan, Pervez Musharraf, Presiden Afganistan, Hamid Karzai, Perdana Menteri Malaysia, Abdullah Ahmad Badawi, Sultan Brunei, Hassanal Bolkiah dan Presiden Afrika Selatan, Thabo Mbeki ikut hadir di Bandung dalam pertemuan ini. KTT Asia-Afrika 2005 menghasilkan NAASP (New Asian-African Strategic Partnership, Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika), yang diharapkan akan membawa Asia dan Afrika menuju masa depan yang lebih baik berdasarkan ketergantungan-sendiri yang kolektif dan untuk memastikan adanya lingkungan internasional untuk kepentingan para rakyat Asia dan Afrika.[14]

Pertemuan ketiga (2015)[sunting | sunting sumber]

Peserta Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika 2015

Konferensi Asia-Afrika ke-60 dilaksanakan di 2 kota yaitu Jakarta pada 19-23 April 2015 dan Bandung pada 24 April 2015 dengan agenda meliputi "Asia-Africa Business Summit" dan "Asia-Africa Carnival". Tema yang dibawa adalah peningkatan kerja sama negara-negara di kawasan Selatan, kesejahteraan, serta perdamaian.[15][16] KTT Asia-Afrika 2015 diikuti sebanyak 89 kepala negara/pemerintahan dari 109 negara di kawasan Asia dan Afrika, 17 negara pengamat dan 20 organisasi internasional, dan 1.426 perwakilan media domestik dan asing.

Para peserta di antaranya adalah Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, Presiden Tiongkok, Xi Jinping, Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, Raja Yordania, Abdullah II dari Yordania, Perdana Menteri Malaysia, Najib Tun Razak, Presiden Myanmar, Thein Sein, Raja Swaziland, Mswati III dan Perdana Menteri Nepal, Sushil Koirala.

Konferensi Asia Afrika 2015 telah menghasilkan 3 dokumen yaitu Pesan Bandung (Bandung Message), Deklarasi Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (NAASP) dan Deklarasi kemerdekaan Palestina.[17]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Bandung Conference of 1955 and the resurgence of Asia and Africa Diarsipkan 2012-05-13 di Wayback Machine., Daily News, Sri Lanka
  2. ^ a b Cowie, H.R. (1993). Australia and Asia. A changing Relationship, 18.
  3. ^ Jayaprakash, N D (5 Juni 2005). "India and the Bandung Conference of 1955 – II". People's Democracy – Weekly Organ of the Communist Party of India (Marxist). XXIX (23). Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 Maret 2007. Diakses tanggal 7 Februari 2007. 
  4. ^ a b c d e "Asian-African Conference Timeline". The Jakarta Post. 23 April 2015. Diakses tanggal 25 April 2015. 
  5. ^ United Nations General Assembly, Report of the First Committee A/2831
  6. ^ Parker, "Small Victory, Missed Chance" (2006), hlm. 156.
  7. ^ Shindler, Colin (2012). Israel and the European Left (dalam bahasa Inggris). New York: Continuum. hlm. 205. 
  8. ^ Bandung Conference, di Encyclopædia Britannica
  9. ^ Pahlefi 2022, hlm. 187.
  10. ^ Cyprus and the Non–Aligned Movement Diarsipkan 2016-03-03 di Wayback Machine., Ministry of Foreign Affairs, (April, 2008)
  11. ^ Jayaprakash, N D (5 Juni 2005). "India and the Bandung Conference of 1955 – II". People's Democracy – Weekly Organ of the Communist Party of India (Marxist) (dalam bahasa Inggris). XXIX (23). Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 Maret 2007. Diakses tanggal 7 Februari 2007. 
  12. ^ Mancall, Mark. 1984. China at the Center. hlm. 427
  13. ^ Nazli Choucri, "The Nonalignment of Afro-Asian States: Policy, Perception, and Behaviour", Canadian Journal of Political Science / Revue canadienne de science politique, Vol. 2, No. 1.(Mar., 1969), pp. 1-17.
  14. ^ "Seniors official meeting" (PDF). MFA of Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-12-16. Diakses tanggal 1 Oktober 2012. 
  15. ^ Tuwo, Andreas Gerry. Hatta, Raden Trimutia, ed. "72 Negara Pastikan Ikut KAA di Jakarta-Bandung". Liputan6.com. Liputan6.com. 
  16. ^ Setiawanto, Budi. Ratomo, Unggul Tri, ed. "KAA 2015, dari Asia Afrika untuk dunia". ANTARA News. Antaranews.com. Diakses tanggal 24 April 2015. 
  17. ^ "Inilah Hasil-Hasil KTT Asia Afrika ke-60, Di Jakarta, 22-23 April 2015". Setkab.go.id. Diakses tanggal 23 April 2015. 

Bibliografi[sunting | sunting sumber]

  • Parker, Jason C. "Small Victory, Missed Chance: The Eisenhower Administration, the Bandung Conference, and the Turning of the Cold War." Dalam The Eisenhower Administration, the Third World, and the Globalization of the Cold War. Ed. Kathryn C. Statler & Andrew L. Johns. Lanham, MD: Rowman & Littlefield, 2006. ISBN 0742553817

Bacaan lebih lanjut[sunting | sunting sumber]

  • Asia-Africa Speaks From Bandung. Jakarta: Departemen Luar Negeri, Republik Indonesia, 1955.
  • Ampiah, Kweku. The Political and Moral Imperatives of the Bandung Conference of 1955: the Reactions of the US, UK and Japan. Folkestone, UK: Global Oriental, 2007. ISBN 1-905246-40-4
  • Brown, Colin. 2012. "The Bandung Conference and Indonesian Foreign Policy", Bab 9 dalam Anne Booth, Chris Manning dan Thee Kian Wie, 2012, Essays in Honour of Joan Hardjono, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
  • Kahin, George McTurnan. The Asian-African Conference: Bandung, Indonesia, April 1955. Ithaca: Cornell University Press, 1956.
  • Lee, Christopher J., ed, Making a World After Empire: The Bandung Moment and Its Political Afterlives. Athens, OH: Ohio University Press, 2010. ISBN 978-0896802773
  • Mackie, Jamie. Bandung 1955: Non-Alignment and Afro-Asian Solidarity. Singapore: Editions Didier Millet, 2005. ISBN 981-4155-49-7
  • Finnane, Antonia, dan Derek McDougall, eds, Bandung 1955: Little Histories. Melbourne: Monash Asia Institute, 2010. ISBN 978-1-876924-73-7
  • Pahlefi, Riza (2022-08-11). BENGKALIS: NEGERI JELAPANG PADI. CV. DOTPLUS Publisher. ISBN 978-623-6428-59-7. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]