Sejarah Indonesia: Perbedaan antara revisi
k Penulisan sampai sekarang dirubah hingga saat ini |
|||
(289 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Sejarah Indonesia}} |
{{Sejarah Indonesia}}{{Tambah referensi|date=Mei 2022}} |
||
'''Sejarah Indonesia''' meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai sejak zaman [[prasejarah]] berdasarkan penemuan "[[Manusia Jawa]]" yang berusia 1,7 juta tahun yang lalu. Periode sejarah Indonesia dapat dibagi menjadi lima era: Era Prakolonial/Era kerajaan, saat munculnya kerajaan-kerajaan [[Hindu]]-[[Buddha]] dan [[Islam]] di [[Jawa]], [[Sumatra]], dan [[Kalimantan]] yang sangat mengandalkan perdagangan; Era [[kolonialisme|Kolonial]], masuknya orang-orang [[Eropa]] (terutama [[Imperium Belanda|Belanda]], [[Imperium Portugal|Portugis]], dan [[Imperium Spanyol|Spanyol]]) yang menginginkan [[rempah-rempah]] mengakibatkan [[penjajahan]] oleh [[Belanda]] selama sekitar 350 tahun antara awal [[abad ke-17]] hingga pertengahan [[abad ke-20]]; Era Kemerdekaan Awal, pasca-[[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] (1945) sampai jatuhnya [[Soekarno]] (1966); Era [[Orde Baru]], 32 tahun masa pemerintahan [[Soeharto]] (1966–1998); serta Era Orde [[Sejarah Indonesia (1998-sekarang)|Reformasi]] yang berlangsung hingga saat ini |
|||
{{pp-move}} |
|||
{{refimprove}} |
|||
'''Sejarah Indonesia''' meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai sejak zaman [[prasejarah]] berdasarkan penemuan "[[Manusia Jawa]]" yang berusia 1,7 juta tahun yang lalu. Periode [[sejarah]] [[Indonesia]] dapat dibagi menjadi lima era: Era Prakolonial, munculnya kerajaan-kerajaan [[Hindu]]-[[Buddha]] serta [[Islam]] di [[Jawa]] dan [[Sumatera]] yang terutama mengandalkan perdagangan; Era [[kolonialisme|Kolonial]], masuknya orang-orang [[Eropa]] (terutama [[Belanda]]) yang menginginkan [[rempah-rempah]] mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal [[abad ke-17]] hingga pertengahan [[abad ke-20]]; Era Kemerdekaan Awal, pasca-[[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] ([[1945]]) sampai jatuhnya [[Soekarno]] ([[1966]]); Era [[Orde Baru]], 32 tahun masa pemerintahan [[Soeharto]] ([[1966]]–[[1998]]); serta Era Reformasi yang berlangsung sampai sekarang. |
|||
== Prasejarah == |
== Prasejarah == |
||
{{utama|Nusantara pada periode prasejarah}} |
{{utama|Nusantara pada periode prasejarah}} |
||
[[Berkas:Sangiran 17-02.JPG| |
[[Berkas:Sangiran 17-02.JPG|jmpl|jmpl|Replika tempurung kepala manusia Jawa yang pertama kali ditemukan di Sangiran]] |
||
Secara geologi, wilayah [[Indonesia]] modern (untuk kemudahan, selanjutnya disebut [[Nusantara]]) merupakan pertemuan antara tiga lempeng benua utama: [[Lempeng Eurasia]], [[Lempeng Indo-Australia]], dan [[Lempeng Pasifik]] (lihat artikel [[Geologi Indonesia]]). Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini terbentuk pada saat melelehnya [[es]] setelah berakhirnya [[Zaman Es]], sekitar 10.000 tahun yang lalu. |
Secara geologi, wilayah [[Indonesia]] modern (untuk kemudahan, selanjutnya disebut [[Nusantara]]) merupakan pertemuan antara tiga lempeng benua utama: [[Lempeng Eurasia]], [[Lempeng Indo-Australia]], dan [[Lempeng Pasifik]] (lihat artikel [[Geologi Indonesia]]). Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini terbentuk pada saat melelehnya [[es]] setelah berakhirnya [[Zaman Es]], sekitar 10.000 tahun yang lalu. |
||
Pada masa [[Pleistosen]], ketika masih terhubung dengan [[Asia]] Daratan, masuklah pemukim pertama. Bukti pertama yang menunjukkan penghuni awal adalah fosil-fosil ''[[Homo erectus]]'' [[manusia Jawa]] dari masa 2 juta hingga 500.000 tahun lalu. Penemuan sisa-sisa "manusia Flores" (''[[Homo floresiensis]]'')<ref>Masih diperdebatkan, apakah termasuk ''H. erectus'' atau ''H. sapiens''</ref> di [[Liang Bua]], [[Flores]], membuka kemungkinan masih bertahannya ''H. erectus'' hingga masa [[Zaman Es]] terakhir.<ref>Swisher et al. 1996 (cit. Capelli et al. 2001. ''Am. J. Hum. Genet.'' 68:432-443) menyebutkan hingga 25.000 tahun yang lalu.</ref> |
Pada masa [[Pleistosen]], ketika masih terhubung dengan [[Asia]] Daratan, masuklah pemukim pertama. Bukti pertama yang menunjukkan penghuni awal adalah fosil-fosil ''[[Homo erectus]]'' [[manusia Jawa]] dari masa 2 juta hingga 500.000 tahun lalu. Penemuan sisa-sisa "manusia Flores" (''[[Homo floresiensis]]'')<ref>Masih diperdebatkan, apakah termasuk ''H. erectus'' atau ''H. sapiens''</ref> di [[Liang Bua]], [[Flores]], membuka kemungkinan masih bertahannya ''H. erectus'' hingga masa [[Zaman Es]] terakhir.<ref>Swisher et al. 1996 (cit. Capelli et al. 2001. ''Am. J. Hum. Genet.'' 68:432-443) menyebutkan hingga 25.000 tahun yang lalu.</ref> |
||
''[[Homo sapiens]]'' pertama diperkirakan masuk ke Nusantara sejak 100.000 tahun yang lalu melewati jalur pantai [[Asia]] dari Asia Barat, dan pada sekitar 60 |
''[[Homo sapiens]]'' pertama diperkirakan masuk ke Nusantara sejak 100.000 tahun yang lalu melewati jalur pantai [[Asia]] dari Asia Barat, dan pada sekitar 60.000 sampai 70.000 tahun yang lalu telah mencapai Pulau Papua dan Australia.<ref>Roberts 1990.</ref> Mereka, yang [[fenotipe|berfenotipe]] kulit gelap dan rambut ikal rapat, menjadi nenek moyang penduduk asli [[Melanesia]] (termasuk [[Papua]] sekarang) dan membawa kultur kapak lonjong ([[Paleolitikum]]). Gelombang pendatang [[bahasa Austronesia|berbahasa Austronesia]] dengan kultur [[Neolitikum]] datang secara bergelombang sejak 3000 SM dari Cina Selatan melalui [[Formosa]] dan [[Filipina]] membawa kultur beliung persegi ([[kebudayaan Dongson]]). Proses migrasi ini merupakan bagian dari [[pendudukan Pasifik]]. Kedatangan gelombang penduduk berciri [[Mongoloid]] ini cenderung ke arah barat, mendesak penduduk awal ke arah timur atau berkawin campur dengan penduduk setempat dan menjadi ciri fisik penduduk [[Maluku]] serta [[Nusa Tenggara]]. Pendatang ini membawa serta teknik-teknik [[pertanian]], termasuk bercocok tanam [[padi]] di [[sawah]] (bukti paling lambat sejak abad ke-8 SM), [[peternakan|beternak]] [[kerbau]], pengolahan [[Zaman Perundagian|perunggu]] dan [[Zaman Perundagian|besi]], teknik [[tenun ikat]], praktik-praktik [[megalitikum]], serta pemujaan roh-roh ([[animisme]]) serta benda-benda keramat ([[dinamisme]]). Pada abad pertama SM sudah terbentuk permukiman-permukiman serta kerajaan-kerajaan kecil, dan sangat mungkin sudah masuk pengaruh kepercayaan dari [[India]] akibat hubungan perdagangan. |
||
== Era |
== Era Kerajaan-Kerajaan di Nusantara == |
||
=== Sejarah awal === |
=== Sejarah awal === |
||
{{lihat pula|Sejarah Nusantara}} |
{{lihat pula|Sejarah Nusantara}} |
||
Para cendekiawan [[India]] telah menulis tentang [[Dwipantara]] atau kerajaan [[Hindu]] [[Jawa Dwipa]] di |
Para cendekiawan [[India]] telah menulis tentang [[Dwipantara]] atau kerajaan [[Hindu]] [[Jawa Dwipa]] di Pulau [[Jawa]] dan [[Sumatra]] atau Swarna Dwipa sekitar [[200 SM]]. Bukti fisik awal yang menyebutkan mengenai adanya empat kerajaan bercorak [[Hinduisme]] pada abad ke-1 dan [[abad ke-5]], yaitu Kerajaan Salakanagara yang berdiri di [[Jawa Barat]] sekitar tahun 130 M atau abad ke-1 sementara Kerajaan Kandis di Sumatra dan kerajaan kerajaan pada abad ke-4 sampai abad ke-5 mulai muncul seperti [[Kerajaan Tarumanagara]] yang menguasai [[Jawa Barat]] dan [[Kerajaan Kutai]] di pesisir [[Sungai Mahakam]], [[Kalimantan]]. Pada tahun 425 ajaran [[Buddhisme]] telah mencapai wilayah tersebut. |
||
[[Nusantara]] telah mempunyai warisan peradaban berusia ratusan tahun dengan dua kekaisaran besar, yaitu [[Sriwijaya]] di [[Sumatra]] pada [[abad ke-7]] hingga [[abad ke-14|14]] dan [[Majapahit]] di [[Jawa]] pada [[abad ke-13]] sampai [[abad ke-16|16]], ditambah dengan puluhan kerajaan kecil yang seringkali menjadi vassal tetangganya yang lebih kuat atau saling terhubung dalam semacam ikatan perkawinan dan perdagangan (seperti di [[Maluku]]). Hal tersebut telah terjadi sebelum [[Eropa Barat]] mengalami masa [[Abad Renaisans|Renaisans]] pada [[abad ke-16]]. |
|||
<gallery mode="packed" widths="170" heights="170"> |
|||
Unknown Indonesian Burial Mask, Javanese, 5th century CE or earlier.jpg|Topeng kubur dari Indonesia, sebelum abad ke-5. |
|||
MET DP158751.jpg|Patung pendekar perunggu (dengan tombak), Jawa, sekitar tahun 500 SM–300 M. |
|||
MET 2001 433 526 O2.jpg|Patung pendekar perunggu (dengan pedang), Jawa, sekitar tahun 500 SM–300 M. |
|||
</gallery> |
|||
=== Kerajaan Hindu-Buddha === |
=== Kerajaan Hindu-Buddha === |
||
{{utama|Sejarah Nusantara pada era kerajaan Hindu-Buddha}} |
{{utama|Sejarah Nusantara pada era kerajaan Hindu-Buddha}} |
||
[[Berkas:Prasasti tugu.jpg| |
[[Berkas:Prasasti tugu.jpg|jmpl|200px|Prasasti Tugu peninggalan Raja [[Purnawarman]]]] |
||
Pada abad ke-4 hingga abad ke-7 di wilayah Jawa Barat terdapat kerajaan bercorak Hindu- |
Pada [[abad ke-4]] hingga [[abad ke-7]] di wilayah [[Jawa Barat]] terdapat kerajaan bercorak Hindu-Buddha, yaitu [[Tarumanegara|Kerajaan Tarumanagara]] yang dilanjutkan dengan [[Kerajaan Sunda]] sampai [[abad ke-16]]. Pada [[abad ke-7]] hingga [[abad ke-14]], kerajaan Buddha [[Sriwijaya]] berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok, [[I-Tsing]], mengunjungi ibu kota Sriwijaya, [[Palembang]], sekitar tahun 670-an. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh [[Jawa Barat]] dan [[Semenanjung Melayu]]. Kerajaan Sriwijaya juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan [[Hindu]] di [[Jawa Timur]], yaitu [[Majapahit]]. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, [[Gajah Mada]] berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam [[budaya Jawa|kebudayaan Jawa]], seperti yang terlihat dalam [[wiracarita]] [[Ramayana]]. |
||
<p align="justify"> |
|||
=== Kerajaan Islam === |
=== Kerajaan & Kesultanan Islam === |
||
{{utama|Sejarah Nusantara pada era kerajaan Islam}} |
{{utama|Sejarah Nusantara pada era kerajaan Islam}} |
||
[[ |
[[Kesultanan]] sebagai sebuah pemerintahan oleh [[khalifah|penguasa Muslim]] hadir di Indonesia sekitar [[abad ke-12]] dan membangun [[peradaban|tamadun]]. Namun, sebenarnya [[Islam]] sudah masuk ke [[Indonesia]] pada [[abad ke-7]]. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui [[Selat Malaka]] yang menghubungkan [[Dinasti Tang]] di [[Tiongkok]], [[Sriwijaya]] di [[Asia Tenggara]], dan [[Bani Umayyah]] di [[Asia Barat]] sejak [[abad ke-7]].<ref>Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, 2005, Rajawali Press, hal. 8-9; Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah, 1998, cet. IV, Mizan, hal. 92-93; A. Hasymi, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia: Kumpulan prasaran pada seminar di Aceh, 1993, cet. 3, al-Ma'arif, hal. 7; Hadi Arifin, Malikussaleh: Mutiara dari Pasai, 2005, PT. Madani Press, hal. Xvi; Ensiklopedia Tematis Dunia Islam Asia Tenggara, Kedatangan dan Penyebaran Islam oleh Dr. Uka Tjandrasasmita, 2002, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, hal 9-27. Dalam beberapa literatur lain disebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesia abad ke 9. Ada juga yang menyebutkan abad ke 13. Namun, sebenarnya Islam masuk ke Indonesia abad 7M, lalu berkembang menjadi institusi politik sejak abad 9M, dan pada abad 13M kekuatan politik Islam menjadi amat kuat.</ref> |
||
Menurut sumber-sumber [[Cina]] menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang [[Bangsa Arab|Arab]] menjadi pemimpin |
Menurut sumber-sumber [[Berita Tiongkok|Cina]] zaman Dinasti Tang, menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang [[Bangsa Arab|Arab]] menjadi pemimpin permukiman Arab [[Muslim]] di pesisir pantai [[Sumatra]]. [[Islam]] pun memberikan pengaruh kepada institusi politik yang ada. Hal ini tampak pada tahun 100 [[Hijriah|H]] (718 M) [[Raja]] [[Sriwijaya]] [[Jambi]] yang bernama [[Srindrawarman]] mengirim surat kepada [[Khalifah]] [[Umar bin Abdul Aziz]] dari [[Kekhalifahan Umayyah]] meminta dikirimkan [[mubalig]] yang bisa menjelaskan Islam kepadanya. Surat itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan [[Allah]]. Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang takbegitu banyak, tetapi sekadar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan [[Islam]] kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.” Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula beragama [[Hindu]], menjadi [[mualaf|masuk Islam]]. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama 'Sribuza Islam'. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi diserang oleh Sriwijaya [[Palembang]] yang masih menganut [[Buddha]].<ref>Musyrifah Sunanto, op cit. hal 6.</ref> |
||
[[Islam]] terus mengokoh menjadi institusi politik yang mengemban Islam. Misalnya, sebuah kesultanan Islam bernama [[Kesultanan Peureulak]] didirikan pada 1 Muharram 225 H atau 12 November 839 M. Contoh lain adalah |
[[Islam]] terus mengokoh menjadi institusi politik yang mengemban Islam. Misalnya, sebuah kesultanan Islam bernama [[Kesultanan Peureulak]] didirikan pada 1 Muharram 225 H atau 12 November 839 M. Contoh lain adalah [[Kesultanan Ternate]]. Islam masuk ke kerajaan di [[Kepulauan Maluku]] ini tahun [[1440]]. |
||
[[Kerajaan Islam di Indonesia|Kesultanan Islam]] kemudian |
[[Kerajaan Islam di Indonesia|Kesultanan Islam]] kemudian semakin menyebarkan berbagai ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan Hindu dan Buddha sebagai kepercayaan utama pada akhir [[abad ke-16]] di [[Jawa]] dan [[Sumatra]]. Hanya [[Bali]] yang tetap mempertahankan mayoritas [[Hindu]]. Di kepulauan-kepulauan di Timur, rohaniawan-rohaniawan [[Kristen]] dan [[Islam]] diketahui sudah aktif pada [[abad ke-16]] dan [[abad ke-17|17]], dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua [[agama]] di kepulauan-kepulauan tersebut. |
||
Penyebaran Islam dilakukan melalui hubungan perdagangan di luar Nusantara; hal ini, karena para penyebar [[dakwah]] atau [[ |
Penyebaran Islam dilakukan melalui hubungan perdagangan di luar [[Nusantara]]; hal ini, karena para penyebar [[dakwah]] atau [[mubalig]] merupakan utusan dari negara-negara Muslim yang datang dari luar [[Indonesia]], maka untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, para [[mubalig]] ini bekerja melalui cara [[berdagang]], para mubalig inipun menyebarkan Islam kepada para [[pedagang]] dari [[pribumi-Indonesia|penduduk pribumi]], hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaanlah yang pertama mengadopsi agama baru tersebut. Kerajaan Islam penting termasuk di antaranya: [[Kesultanan Demak]], [[Kerajaan Djipang]], [[Kerajaan Samudera Pasai]], [[Kesultanan Banten]] yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara [[Eropa]], [[Kesultanan Mataram]], [[Kerajaan Iha|Kesultanan Iha]], [[Kesultanan Gowa]], [[Kesultanan Gorontalo]], [[Kesultanan Ternate]], dan [[Kesultanan Tidore]] di [[Maluku]]. |
||
== Era kolonial == |
== Era kolonial == |
||
=== Kolonisasi Portugis dan Spanyol === |
=== Kolonisasi Portugis dan Spanyol === |
||
{{utama|Sejarah Nusantara Zaman Portugis dan Spanyol}} |
{{utama|Sejarah Nusantara Zaman Portugis dan Spanyol}}{{Bagian tanpa referensi|date=Mei 2022}} |
||
[[Afonso de Albuquerque]], seorang tokoh yang membuat kawasan [[Nusantara]] waktu itu dikenal oleh orang [[Eropa]] dan dimulainya [[kolonisasi]] oleh [[Imperium Portugal|Portugis]] bersama dengan [[Benua Eropa|bangsa Eropa]] lain, terutama [[Kekaisaran Inggris|Britania]] dan [[Imperium Belanda|Belanda]], juga [[Imperium Spanyol|Spanyol]] dalam waktu yang singkat. |
|||
Dari [[Sungai Tejo|Sungai Tajo]] yang bermuara ke [[Samudra Atlantik]] itulah armada Portugis mengarungi Samudra Atlantik, yang memakan waktu sebulan hingga tiga bulan, melewati [[Tanjung Harapan]] di [[Afrika]], menuju [[Selat Malaka]]. Dari sini penjelajahan dilanjutkan ke [[Kepulauan Maluku]] untuk mencari [[rempah-rempah]], komoditas yang setara [[emas]] kala itu. |
|||
[[Afonso]] (kadang juga ditulis Alfonso) de Albuquerque. Karena tokoh inilah, yang membuat kawasan [[Nusantara]] waktu itu dikenal oleh orang [[Eropa]] dan dimulainya [[Kolonisasi]] berabad-abad oleh [[Portugis]] bersama bangsa Eropa lain, terutama [[Inggris]] dan [[Belanda]]. |
|||
”Pada [[abad ke-16]] saat petualangan itu dimulai biasanya para pelaut negeri [[Katolik]] itu diberkati oleh [[pastor]] dan raja sebelum berlayar melalui [[Sungai Tagus]],” kata Teresa. Biara St Jeronimus ([[Bahasa Portugis|Portugis]]: ''Mosteiro Dos Jeronimos'') didirikan oleh [[Manuel I dari Portugal|Raja Manuel I]] pada tahun 1502 di tempat saat [[Vasco da Gama]] memulai petualangan ke timur. |
|||
Dari [[Sungai Tejo]] yang bermuara ke [[Samudra Atlantik]] itulah armada Portugis mengarungi Samudra Atlantik, yang mungkin memakan waktu sebulan hingga tiga bulan, melewati [[Tanjung Harapan Afrika]], menuju [[Selat Malaka]]. Dari sini penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah, komoditas yang setara emas kala itu. |
|||
Museum Maritim ([[Bahasa Portugis|Portugis]]: ''Museu de Marinha'') didirikan oleh [[Luís I dari Portugal|Raja Luis I]] pada 22 Juli 1863 untuk mengenang sejarah maritim Portugis. |
|||
”Pada abad 16 saat petualangan itu dimulai biasanya para pelaut negeri Katolik itu diberkati oleh pastor dan raja sebelum berlayar melalui Sungai Tagus,” kata Teresa. Biara St Jeronimus atau Biara Dos Jeronimos dalam bahasa Portugis itu didirikan oleh Raja Manuel pada tahun 1502 di tempat saat Vasco da Gama memulai petualangan ke timur. |
|||
Museum Maritim atau orang Portugis menyebut Museu de Marinha itu didirikan oleh Raja Luis pada 22 Juli 1863 untuk menghormati sejarah maritim Portugis. |
|||
Selain patung di taman, lukisan Afonso de Albuquerque juga menjadi koleksi museum itu. Di bawah lukisan itu tertulis, ”Gubernur India 1509-1515. Peletak dasar Kerajaan Portugis di India yang berbasis di Ormuz, Goa, dan Malaka. Pionir kebijakan kekuatan laut sebagai kekuatan sentral kerajaan”. Berbagai barang perdagangan Portugis juga dipamerkan di museum itu, bahkan gundukan lada atau merica. |
Selain patung di taman, lukisan Afonso de Albuquerque juga menjadi koleksi museum itu. Di bawah lukisan itu tertulis, ”Gubernur India 1509-1515. Peletak dasar Kerajaan Portugis di India yang berbasis di Ormuz, Goa, dan Malaka. Pionir kebijakan kekuatan laut sebagai kekuatan sentral kerajaan”. Berbagai barang perdagangan Portugis juga dipamerkan di museum itu, bahkan gundukan lada atau merica. |
||
Ada sejumlah motivasi mengapa Kerajaan Portugis memulai petualangan ke timur. Ahli sejarah dan arkeologi Islam Uka Tjandrasasmita dalam buku Indonesia-Portugal: Five Hundred Years of Historical Relationship (Cepesa, 2002), mengutip sejumlah ahli sejarah, menyebutkan tidak hanya ada satu motivasi Kerajaan Portugis datang ke Asia. Ekspansi itu mungkin dapat diringkas dalam tiga kata bahasa Portugis, yakni '' |
Ada sejumlah motivasi mengapa Kerajaan Portugis memulai petualangan ke timur. Ahli sejarah dan arkeologi Islam Uka Tjandrasasmita dalam buku Indonesia-Portugal: Five Hundred Years of Historical Relationship (Cepesa, 2002), mengutip sejumlah ahli sejarah, menyebutkan tidak hanya ada satu motivasi Kerajaan Portugis datang ke Asia. Ekspansi itu mungkin dapat diringkas dalam tiga kata bahasa Portugis, yakni ''Feitoria, Fortaleza'', dan ''Igreja'' (mirip seperti kata ''Gold, Glory, Gospel''). Arti harfiahnya adalah emas, kejayaan, dan gereja atau perdagangan, dominasi militer, dan penyebaran agama Katolik. |
||
Menurut Uka, Albuquerque, Gubernur Portugis Kedua dari Estado da India, Kerajaan Portugis di Asia, merupakan arsitek utama ekspansi Portugis ke Asia. Dari Goa, ia memimpin langsung ekspedisi ke Malaka dan tiba di sana awal Juli 1511 membawa 15 kapal besar dan kecil serta 600 tentara. Ia dan pasukannya mengalahkan Malaka 10 Agustus 1511. Sejak itu Portugis menguasai perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa. Setelah menguasai Malaka, ekspedisi Portugis yang dipimpin Antonio de Abreu mencapai Maluku, pusat rempah-rempah. |
|||
== Periode Kejayaan Portugis di Nusantara == |
|||
Periode 1511-1526, selama 15 tahun, Nusantara menjadi pelabuhan maritim penting bagi Kerajaan Portugis, yang secara reguler menjadi rute maritim untuk menuju Pulau Sumatera, Jawa, Banda, dan Maluku. |
|||
Menurut Uka, Albuquerque, Gubernur Portugis Kedua dari [[India Portugis]], Kerajaan Portugis di Asia, merupakan arsitek utama ekspansi Portugis ke Asia. Dari [[Goa]], ia memimpin langsung ekspedisi ke Malaka dan tiba di sana awal Juli 1511 membawa 15 kapal besar dan kecil serta 600 tentara. Ia dan pasukannya mengalahkan armada [[Kerajaan Malaka|Malaka]] pada 10 Agustus 1511. Sejak itu Portugis menguasai perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa. Setelah menguasai Malaka, ekspedisi Portugis yang dipimpin Antonio de Abreu mencapai Maluku, pusat rempah-rempah. |
|||
Pada tahun 1511 Portugis mengalahkan Kerajaan Malaka. |
|||
== Periode kolonisasi Portugis di Nusantara == |
|||
Pada tahun 1512 Portugis menjalin komunikasi dengan [[Kerajaan Sunda]] untuk menandatangani perjanjian dagang, terutama lada. Perjanjian dagang tersebut kemudian diwujudkan pada tanggal 21 Agustus 1522 dalam bentuk dokumen kontrak yang dibuat rangkap dua, satu salinan untuk raja Sunda dan satu lagi untuk raja Portugal. Pada hari yang sama dibangun sebuah prasasti yang disebut [[Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal]] di suatu tempat yang saat ini menjadi sudut Jalan Cengkeh dan Jalan Kali Besar Timur I, Jakarta Barat. Dengan perjanjian ini maka Portugis dibolehkan membangun gudang atau benteng di [[Sunda Kelapa]]. |
|||
Sekitar tahun 1511-1526, Nusantara menjadi pelabuhan maritim penting bagi Kerajaan Portugis, yang secara reguler menjadi rute maritim untuk menuju Pulau Sumatra, Jawa, Banda, dan Maluku. |
|||
Pada tahun 1511 Portugis berhasil mengalahkan Kerajaan Malaka.<ref name="KohPh.D.2009">{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=MWlFCQAAQBAJ&pg=PA10|title=Culture and Customs of Singapore and Malaysia|author1=Jaime Koh|first=|author2=Stephanie Ho Ph.D.|date=22 Juni 2009|publisher=ABC-CLIO|isbn=978-0-313-35116-7|location=|page=9|pages=|url-status=live}}</ref> Lalu pada tahun 1522, Portugis sudah sampai di Pelabuhan Sunda untuk menandatangani perjanjian dagang dengan Raja Sunda. Perjanjian dagang tersebut dilakukan pada tanggal 21 Agustus 1522.{{sfnp|Slamet Muljana|2005|pp=221|ps=:Pada tahun 1522, orang-orang Portugis sudah sampai di pelabuhan Sunda untuk mengadakan perjanjian dagang dengan raja Sunda. Pada tanggal 21 Agustus 1522, telah dicapai persetujuan antara pihak Portugis dan pihak Sunda untuk mengadakan hubungan dagang.}} Pada hari yang sama dibangun sebuah prasasti yang disebut [[Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal]] di suatu tempat yang saat ini menjadi sudut Jalan Cengkih dan Jalan Kali Besar Timur I, Jakarta Barat. Dengan perjanjian ini maka Portugis dibolehkan membangun gudang atau benteng di [[Jakarta|Sunda Kelapa]].{{sfnp|Edi Sedyawati|1987|pp=15|ps=:Kelimpahan hasil pelabuhan inilah yang telah memikat pemimpin-pemimpin Portugis yang berpangkal di Malaka untuk menjalin hubungan erat dengan pajajaran, khususnya dengan maksud m=untuk mendapakan izin membangun benteng di Sunda Kelapa. Izin telah diberikan pada 21 Agustus 1522, diperingati dengan pendirian sebuah batu peringatan berinskripsi.}} |
|||
Pada tahun 1512 juga Afonso de Albuquerque mengirim Antonio Albreu dan Franscisco Serrao untuk memimpin armadanya mencari jalan ke tempat asal rempah-rempah di Maluku. Sepanjang perjalanan, mereka singgah di Madura, Bali, dan Lombok. Dengan menggunakan nakhoda-nakhoda Jawa, armada itu tiba di Kepulauan Banda, terus menuju Maluku Utara hingga tiba di Ternate. |
|||
Pada 1512, Afonso de Albuquerque mengirim sebuah ekspedisi yang terdiri dari dua kapal dan sebuah karavel di bawah pimpinan [[Antonio de Abreu]] untuk mencari kepulauan rempah-rempah.{{sfnp|M. Adnan Amal|2002|pp=[https://books.google.co.id/books?id=7g9SAQAAMAAJ&dq=Maluku+Utara+%3A+perjalanan+sejarah+1250-1800&focus=searchwithinvolume&q=Kepulauan+Banda 82]|ps=:Pada 1512, d'Albuquerque mengirim sebuah ekspedisi yang terdiri dari dua kapal dan sebuah karavel di bawah pimpinan Antonio de Abreu untuk mencari kepulauan rempah-rempah.}} |
|||
Kehadiran Portugis di perairan dan kepulauan Indonesia itu telah meninggalkan jejak-jejak sejarah yang sampai hari ini masih dipertahankan oleh komunitas lokal di Nusantara, khususnya flores, Solor dan Maluku, di Jakarta Kampong Tugu yang terletak di bagian Utara Jakarta, antara Kali Cakung, pantai Cilincing dan tanah Marunda. |
|||
Kehadiran Portugis di perairan dan kepulauan Indonesia itu telah meninggalkan jejak-jejak sejarah yang sampai hari ini masih dipertahankan oleh komunitas lokal di Nusantara, khususnya di Flores, Solor dan Maluku. Di Jakarta, terdapat Kampong Tugu yang terletak di antara Kali Cakung, pantai Cilincing, dan tanah Marunda. Penduduk kampung tersebut menamakan diri "orang Portugis" dan percaya bahwa mereka adalah turunan bangsa Portugis.<ref>{{Cite book|last=|first=|date=1974|url=https://books.google.co.id/books?id=Nh8sAAAAIAAJ&q=portugis+%22Kampong+Tugu%22&dq=portugis+%22Kampong+Tugu%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwin-K3v0qbrAhVm7XMBHd_6DLIQ6AEwAnoECAIQAg|title=Masyarakat Indonesia|location=Jakarta|publisher=Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia|isbn=|volume=1|pages=|language=|url-status=live}}</ref> |
|||
Bangsa Eropa pertama yang menemukan Maluku adalah Portugis, pada tahun 1512. Pada waktu itu 2 armada Portugis, masing-masing dibawah pimpinan Anthony d'Abreu dan Fransisco Serau, mendarat di Kepulauan Banda dan Kepulauan Penyu. Setelah mereka menjalin persahabatan dengan penduduk dan raja-raja setempat - seperti dengan Kerajaan Ternate di pulau Ternate, Portugis diberi izin untuk mendirikan benteng di Pikaoli, begitupula Negeri Hitu lama, dan Mamala di Pulau Ambon.Namun hubungan dagang rempah-rempah ini tidak berlangsung lama, karena Portugis menerapkan sistem monopoli sekaligus melakukan penyebaran agama Kristen. |
|||
Bangsa Eropa pertama yang menemukan Maluku adalah Portugis, pada tahun 1512. Pada waktu itu 2 armada Portugis, masing-masing di bawah pimpinan [[Antonio de Abreu]] dan [[Fransisco Serrao]], mendarat di Kepulauan Banda dan Kepulauan Penyu.{{sfnp|Lembaga budaya pela dan gandong di Maluku|2000|pp=[https://books.google.co.id/books?id=AvkuAAAAMAAJ&dq=Lembaga+budaya+pela+dan+gandong+di+Maluku%3A+Latar+sejarah%2C+peranan%2C+dan+fungsinya.&focus=searchwithinvolume&q=portugis 14]|ps=:Bangsa Eropa yang pertama menemukan Kepulauan Maluku adalah Portugis: tahun 1512. Pada tahun itu dua armada Portugis, masing-masing di bawah pimpinan Anthoni d'Abreu dan Fransisco Serau, mendarat di Pulau Banda dan Pulau Penyu}} Setelah mereka menjalin persahabatan dengan penduduk dan raja-raja setempat, seperti dengan [[Kerajaan Ternate]] di pulau Ternate, Portugis diberi izin untuk mendirikan benteng di Pikaoli, yang terletak di antara Negeri Hitu Lama dan Mamala di Pulau Ambon sekarang.{{sfnp|Sumarsono|1993|pp=25|ps=:Di Maluku, bangsa Portugis sempat mendirikan sebuah benteng di Pikapoli dengan seizin masyarakat setempat, yaitu antara Negeri Hitu Lama dan Mamala di Pulau Ambon sekarang .}} Namun hubungan dagang rempah-rempah ini tidak berlangsung lama, karena Portugis menerapkan sistem monopoli sekaligus melakukan penyebaran agama Kristen yang membuat mereka tidak disukai. |
|||
Salah seorang misionaris terkenal adalah [[Fransiskus Xaverius]]. Tiba di Ambon 14 Pebruari 1546, kemudian melanjutkan perjalanan ke Ternate, tiba pada tahun 1547, dan tanpa kenal lelah melakukan kunjungan ke pulau-pulau di Kepulauan Maluku untuk melakukan penyebaran agama. Persahabatan Portugis dan Ternate berakhir pada tahun 1570. Peperangan dengan Sultan Babullah selama 5 tahun (1570-1575), membuat Portugis harus angkat kaki dari Ternate dan terusir ke Tidore dan Ambon. |
|||
Salah seorang misionaris terkenal adalah [[Fransiskus Xaverius]]. Tiba di [[Ambon]] pada tahun 1546,{{sfnp|Jan S. Aritonang|2004|pp=35|ps=:Ketika Xaverius tiba di Pulau Ambon pada tahun 1546, ia telah menemukan sejumlah jemaat atau gereja lokal dan ribuan umat Kristen yang umumnya berasal dari lingkungan ulusiwa }} kemudian melanjutkan perjalanan ke [[Kota Ternate|Ternate]].{{sfnp|M. Adnan Amal|2016|pp=79|ps=:Pada bulan Juni 1546, evangelis terkenal Magister Franciscus Xaverius tiba di Ternate dari Ambon setelah suatu pelayaran selama delapan hari yang meletihkan.}} Persahabatan Portugis dan Ternate berakhir pada tahun 1570. Pada akhir tahun 1575, bangsa Portugis menyerah kepada [[Baabullah|Sultan Baabullah]].{{sfnp|Hamka|2020|pp=602|ps=:Akhirnya, pada akhir tahun 1575, menyerahlah bangsa Portugis kepada Sultan Babullah, dan diturunkanlah bendera Portugis dari atas bentengnya, dan diganti dengan bendera Ternate.}} |
|||
Perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis, dimanfaatkan Belanda untuk menjejakkan kakinya di Maluku. Pada tahun 1605, Belanda berhasil memaksa Portugis untuk menyerahkan pertahanannya di Ambon kepada Steven van der Hagen dan di Tidore kepada Cornelisz Sebastiansz. Demikian pula benteng Inggris di Kambelo, Pulau Seram, dihancurkan oleh Belanda. Sejak saat itu Belanda berhasil menguasai sebagian besar wilayah Maluku. |
|||
Perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis, dimanfaatkan Belanda untuk menjejakkan kakinya di Maluku. Pada tahun 1605, Belanda berhasil memaksa Portugis untuk menyerahkan pertahanannya di Ambon kepada [[Steven van der Hagen]] dan di Tidore kepada [[Sebastiansz Cornelisz]].<ref>{{Cite book|last=Usman Kansong|first=|date=2000|url=http://worldcat.org/oclc/604918957|title=Merajut damai di Maluku: Telaah konflik antarumat, 1999-2000|location=|publisher=Yayasan Pustaka Ummat|isbn=|pages=6|oclc=604918957|url-status=live}}</ref> Demikian pula benteng Inggris di Kambelo, Pulau Seram, dihancurkan oleh Belanda.<ref>{{Cite book|last=Proyek Pengembangan Media Kebudayaan (Indonesia)|first=|date=1984|url=http://worldcat.org/oclc/14215474|title=Monografi daerah Maluku|location=|publisher=Proyek Media Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI|isbn=|pages=13|oclc=14215474|url-status=live}}</ref> Sejak saat itu Belanda berhasil menguasai sebagian besar wilayah Maluku. |
|||
Kedudukan Belanda di Maluku semakin kuat dengan berdirinya VOC pada tahun 1602, dan sejak saat itu Belanda menjadi penguasa tunggal di Maluku. Di bawah kepemimpinan Jan Pieterszoon Coen, Kepala Operasional VOC, perdagangan cengkih di Maluku sepunuh di bawah kendali VOC selama hampir 350 tahun. Untuk keperluan ini VOC tidak segan-segan mengusir pesaingnya; Portugis, Spanyol, dan Inggris. Bahkan puluhan ribu orang Maluku menjadi korban kebrutalan VOC. |
|||
Kedudukan Belanda di Maluku semakin kuat dengan berdirinya [[VOC]] pada tahun 1602, dan sejak saat itu Belanda menjadi penguasa tunggal di Maluku.<ref>{{Cite book|last=John Pattikayhatu|first=|date=1978|url=https://books.google.co.id/books?id=6gt_CgAAQBAJ&pg=PA66&dq=1605+%22Steven%22+belanda&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwi7j7zZ1abrAhWz9nMBHVOYCOQQ6AEwAHoECAAQAg#v=onepage&q=1605%20%22Steven%22%20belanda&f=false|title=Sejarah Daerah Maluku|location=|publisher=Direktorat Jenderal Kebudayaan|isbn=|pages=66|language=id|url-status=live}}</ref> Di bawah kepemimpinan [[Jan Pieterszoon Coen]], Gubernur-Jenderal VOC, perdagangan cengkih di Maluku sepunuhnya berada di bawah kendali VOC selama sekitar 350 tahun. Untuk keperluan ini VOC tidak segan-segan mengusir pesaingnya; Portugis, Spanyol, dan Inggris. Bahkan puluhan ribu orang Maluku menjadi korban kebrutalan VOC. |
|||
kemudian mereka membangun benteng di Ternate tahun 1511, kemudian tahun 1512 membangun Benteng di Amurang Sulawesi Utara. Portugis kalah perang dengan Spanyol maka daerah Sulawesi Utara diserahkan dalam kekuasaan Spanyol (1560 hingga 1660). Kerajaan Portugis kemudian dipersatukan dengan Kerajaan Spanyol. (Baca buku :Sejarah Kolonial Portugis di Indonesia, oleh David DS Lumoindong). Abad 17 datang armada dagang VOC (Belanda) yang kemudian berhasil mengusir Portugis dari Ternate, sehingga kemudian Portugis mundur dan menguasai Timor timur (sejak 1515). |
|||
Kemudian mereka membangun benteng di Ternate tahun 1511, kemudian tahun 1512 membangun Benteng di Amurang Sulawesi Utara. Portugis kalah perang dengan Spanyol maka daerah Sulawesi Utara diserahkan dalam kekuasaan Spanyol (1560-1660). Kerajaan Portugis kemudian dipersatukan dengan Kerajaan Spanyol. Pada abad ke-17 datang armada dagang VOC yang kemudian berhasil mengusir Portugis dari Ternate, sehingga kemudian Portugis mundur dan menguasai [[Timor Portugis|Timor Timur]] (sejak 1515). |
|||
Kolonialisme dan Imperialisme mulai merebak di Indonesia sekitar abad ke-15, yaitu diawali dengan pendaratan bangsa Portugis di Malaka dan bangsa Belanda yang dipimpin Cornellis de Houtman pada tahun 1596, untuk mencari sumber rempah-rempah dan berdagang. |
|||
[[Kolonialisme]] dan [[Imperialisme]] mulai merebak di Indonesia sekitar abad ke-15, yaitu diawali dengan pendaratan bangsa Portugis di Malaka dan bangsa Belanda yang dipimpin [[Cornelis de Houtman]] pada tahun 1596, untuk mencari sumber rempah-rempah dan berdagang. |
|||
=== Perlawanan Rakyat terhadap Portugis === |
|||
Kedatangan bangsa Portugis ke Semenanjung Malaka dan ke Kepulauan Maluku merupakan perintah dari negaranya untuk berdagang. |
|||
===Perlawanan penduduk pribumi=== |
|||
Portugis berlaku semena-mena dalam membangun hubungan dagang, salah satu contohnya adalah melakukan praktik [[monopoli]]. Hal ini menimbulkan kemarahan dari penduduk sekitar yang akhirnya menimbulkan perlawanan terhadap Portugis, diantaranya adalah: |
|||
==== Perlawanan Rakyat Minahasa terhadap Portugis ==== |
==== Perlawanan Rakyat Minahasa terhadap Portugis ==== |
||
Perjuangan perlawanan Rakyat Perserikatan Minahasa melawan Portugis telah berlangsung dari tahun 1512-1560, dengan gabungan perserikatan suku-suku di Minahasa maka mereka dapat mengusir Portugis. Portugis membangun beberapa Benteng pertahanan di Minahasa |
Perjuangan perlawanan Rakyat Perserikatan Minahasa melawan Portugis telah berlangsung dari tahun 1512-1560, dengan gabungan perserikatan suku-suku di Minahasa maka mereka dapat mengusir Portugis. Portugis membangun beberapa Benteng pertahanan di Minahasa di antaranya di Amurang dan Kema.<ref>{{Cite book|last=Jessy Wenas|first=|date=2007|url=http://worldcat.org/oclc/225501253|title=Sejarah dan kebudayaan Minahasa|location=|publisher=Institut Seni Budaya Sulawesi Utara|isbn=|pages=41|oclc=225501253|url-status=live}}</ref> |
||
==== Perlawanan Rakyat Malaka terhadap Portugis ==== |
==== Perlawanan Rakyat Malaka terhadap Portugis ==== |
||
Pada tahun 1511, armada Portugis yang dipimpin oleh Albuquerque menyerang Kerajaan Malaka. |
Pada tahun 1511, armada Portugis yang dipimpin oleh Albuquerque menyerang Kerajaan Malaka. Usaha perlawanan kolonial Portugis di Malaka yang terjadi pada tahun 1513 mengalami kegagalan karena kekuatan dan persenjataan Portugis lebih kuat. Pada tahun 1527, armada Demak di bawah pimpinan [[Fatahillah]]/Falatehan dapat menguasai Banten,Sunda Kelapa, dan Cirebon. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh Fatahillah/Falatehan dan ia kemudian mengganti nama [[Sunda Kelapa]] menjadi Jayakarta yang artinya kemenangan besar, yang kemudian menjadi Jakarta.<ref>{{Cite book|last=Supangat, Agus. Dillenia, Ira. Hasanah, Nia Naelul.|first=|date=2006|url=http://worldcat.org/oclc/609055547|title=Menelusuri jiwa bahari bangsa Indonesia dalam proses integrasi bangsa : sejak jaman prasejarah hingga abad XVII : buku sejarah maritim Indonesia|location=|publisher=Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati, Badan Riset Kelautan Perikanan (BRKP), Departemen Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan Pusat Kajian Sejarah dan Budaya Maritim Asia Tenggara, Lembaga Penelitian, Universitas Diponegoro|isbn=979-3768-07-X|pages=64|oclc=609055547|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|last=Indonesia. Angkatan Darat. Kodam VI/Siliwangi. Dinas Sejarah.|first=|date=1979|url=http://worldcat.org/oclc/6959195|title=Siliwangi dari masa ke masa|location=|publisher=Angkasa|isbn=|pages=2|oclc=6959195|url-status=live}}</ref> |
||
==== Perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis ==== |
==== Perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis ==== |
||
Mulai tahun 1554 hingga tahun 1555, upaya Portugis tersebut gagal karena Portugis mendapat perlawanan keras dari rakyat Aceh.<ref>{{Cite book|last=Azra|first=Azyumardi|date=2004|url=https://books.google.co.id/books?id=hcDXAAAAMAAJ&q=portugis+1555+aceh&dq=portugis+1555+aceh&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiz5Zyu2KbrAhVz9nMBHbyQBAcQ6AEwCHoECAkQAg|title=Jaringan ulama: Timur Tengah dan kepulauan Nusantara abad XVII & XVIII : akar pembaruan Islam Indonesia|location=|publisher=Kencana|isbn=|pages=40|language=|url-status=live}}</ref> Pada saat Sultan Iskandar Muda berkuasa, [[Kerajaan Aceh]] pernah menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1615 dan 1629.<ref>{{Cite book|last=|first=|date=1984|url=http://worldcat.org/oclc/23180610|title=Sejarah perlawanan terhadap imperialisme dan kolonialisme di Riau.|work=Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional|location=|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional|isbn=|pages=24|oclc=23180610|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|last=Arsip Nasional Republik Indonesia Sonstige|first=|date=2002|url=http://worldcat.org/oclc/1075966196|title=Perlawanan tokoh-tokoh masyarakat Aceh terhadap rezim kolonial Belanda.|location=|publisher=Arsip Nasional Republik Indonesia|isbn=979-8101-68-5|pages=5|oclc=1075966196|url-status=live}}</ref> |
|||
Mulai tahun 1554 hingga tahun 1555, upaya Portugis tersebut gagal karena Portugis mendapat perlawanan keras dari rakyat Aceh. Pada saat Sultan Iskandar Muda berkuasa, Kerajaan Aceh pernah menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1615 dan 1629. |
|||
==== Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis ==== |
==== Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis ==== |
||
Bangsa Portugis pertama kali mendarat di Maluku pada tahun 1511. Kedatangan Portugis berikutnya pada tahun 1513. Akan tetapi, Ternate merasa dirugikan oleh Portugis karena keserakahannya dalam memperoleh keuntungan melalui usaha monopoli perdagangan rempah-rempah. |
Bangsa Portugis pertama kali mendarat di [[Maluku]] pada tahun 1511. Kedatangan Portugis berikutnya pada tahun 1513. Akan tetapi, Ternate merasa dirugikan oleh Portugis karena keserakahannya dalam memperoleh keuntungan melalui usaha monopoli perdagangan rempah-rempah. |
||
Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh rakyat Maluku untuk mengusir Portugis di Maluku. Pada tahun 1570, rakyat Ternate yang dipimpin oleh Sultan Hairun dapat kembali melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis, namun dapat diperdaya oleh Portugis hingga akhirnya tewas terbunuh di dalam Benteng Duurstede. Selanjutnya dipimpin oleh Sultan Baabullah pada tahun 1574. Portugis diusir yang kemudian bermukim di Pulau Timor. |
Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh rakyat Maluku untuk mengusir Portugis di Maluku. Pada tahun 1570, rakyat Ternate yang dipimpin oleh [[Sultan Hairun]] dapat kembali melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis, namun dapat diperdaya oleh Portugis hingga akhirnya tewas terbunuh di dalam Benteng Duurstede.<ref>{{Cite book|last=|first=|date=1977|url=https://books.google.co.id/books?id=3ER_CgAAQBAJ&pg=PA62&dq=1570+%22Sultan+Hairun%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwij4rCy2abrAhVLIbcAHapJBzAQ6AEwAnoECAUQAg#v=onepage&q=1570%20%22Sultan%20Hairun%22&f=false|title=Sejarah Daerah Sulawesi Utara|work=Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah|location=|publisher=Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|isbn=|pages=62|oclc=|url-status=live}}</ref> Selanjutnya dipimpin oleh Sultan Baabullah pada tahun 1574. Portugis diusir yang kemudian bermukim di [[Pulau Timor]]. |
||
== Garis waktu kolonialisasi Eropa di Indonesia == |
|||
== Garis waktu kolonialisasi == |
|||
=== Kolonialisasi Spanyol === |
=== Kolonialisasi Spanyol === |
||
* [[1521]] [[Spanyol]] mendarat di [[Sulawesi Utara]] |
* [[1521]] - [[Spanyol]] mendarat di [[Sulawesi Utara]] |
||
* [[1560]] - Spanyol mendirikan pos di [[Manado]]. |
|||
* [[1617]] - Gerakan [[Perang Minahasa Melawan Kolonialisme Spanyol|perlawanan rakyat Minahasa]] di Sulawesi Utara untuk mengusir kolonial Spanyol. |
|||
* [[1646]] - Spanyol di usir dari Minahasa dan Sulawesi Utara. Tahun selanjutnya Spanyol masih mencoba memengaruhi kerajaan sekitar untuk merebut kembali Minahasa tapi gagal, terakhir dengan mendukung [[Bolaang Mongondow]] yang berakhir tahun [[1692]]. |
|||
=== Kolonialisasi Portugis === |
=== Kolonialisasi Portugis === |
||
==== 1509 - 1520 ==== |
==== 1509 - 1520 ==== |
||
* [[1509]] [[Portugis]] tiba pertama kali di Melaka. |
* [[1509]] - [[Portugis]] tiba pertama kali di [[Melaka]]. |
||
* [[1511]] |
|||
* [[1511]] [[April]], Admiral Portugis [[Alfonso de Albuquerque]] memutuskan berlayar dari [[Goa, India|Goa]] ke Melaka. |
|||
** April - Laksamana Portugis [[Alfonso de Albuquerque]] memutuskan berlayar dari [[Goa, India|Goa]] ke Malaka. |
|||
** [[10 Agustus]], Pasukan Albuquerque menguasai Melaka. |
|||
** [[10 Agustus]] - Pasukan Albuquerque menguasai Melaka. |
|||
** Sultan Melaka melarikan diri ke [[Riau]]. |
|||
** Sultan Melaka, [[Mahmud Syah dari Malaka|Mahmud Syah]] melarikan diri ke [[Riau]]. |
|||
** Portugis di Melaka menghancurkan armada [[Jawa]]. Kapal mereka karam dengan seluruh hartanya dalam perjalanan kembali ke Goa. |
|||
** Portugis di Melaka menghancurkan armada dari kesultanan Demak di [[Jawa]]. |
|||
** [[Pati Unus]] menaklukkan Jepara |
|||
** [[Pati Unus]] berkuasa di Jepara. |
|||
** [[Desember]], Albuquerque mengirim tiga kapal di bawah [[Antonio de Abreu]] dari Melaka untuk menjelajah ke arah Timur. |
** [[Desember]], Albuquerque mengirim tiga kapal di bawah [[Antonio de Abreu]] dari Melaka untuk menjelajah ke arah Timur. |
||
* [[1512]] Perjalanan ekspedisi De Abreu dari Melaka menuju [[Madura]], [[Bali]], [[Lombok]], [[Aru]] dan [[Banda]]. |
|||
** Dua kapal rusak di Banda. Da Breu kembali ke Melaka; [[Francisco Serrão]] memperbaiki kapal dan melanjutkan menuju ke [[Ambon]], [[Ternate]], dan [[Tidore]]. Serrão menawarkan dukungan bagi Ternate dalam perselisihannya dengan Tidore, pasukannya mendirikan sebuah pos Portugis di Ternate. |
|||
* [[1512]] Perjalanan ekspedisi De Abreu dari Melaka menuju [[Madura]], [[Bali]], [[Lombok]], [[Aru]] dan [[Banda]]. |
|||
** Dua kapal rusak di Banda. Da Breu kembali ke Melaka; [[Francisco Serrão]] memperbaiki kapal dan melanjutkan menuju ke [[Ambon]], [[Ternate]], dan [[Tidore]]. Serrão menawarkan dukungan bagi Ternate dalam perselisihannya dengan Tidore, pasukannya mendirikan sebuah pos Portugis di Ternate. |
|||
* [[1513]] Pasukan dari [[Jepara]] dan [[Palembang]] menyerang Portugis di Melaka, tetapi berhasil dipukul mundur. [[Maret]], Portugis mengirim seorang duta menemui Raja [[Sunda]] di [[Pakuan Pajajaran|Pajajaran]]. Portugis diizinkan untuk membangun sebuah benteng di [[Sunda Kelapa]] (sekarang Jakarta). |
* [[1513]] Pasukan dari [[Jepara]] dan [[Palembang]] menyerang Portugis di Melaka, tetapi berhasil dipukul mundur. [[Maret]], Portugis mengirim seorang duta menemui Raja [[Sunda]] di [[Pakuan Pajajaran|Pajajaran]]. Portugis diizinkan untuk membangun sebuah benteng di [[Sunda Kelapa]] (sekarang Jakarta). |
||
** Portugis menghubungi [[Raja Udara]], anak dari [[Girindrawardhana]] dan penguasa bekas kerajaan [[Majapahit]] |
** Portugis menghubungi [[Raja Udara]], anak dari [[Girindrawardhana]] dan penguasa bekas kerajaan [[Majapahit]] |
||
** Portugis membangun pabrik-pabrik di Ternate dan [[Bacan]]. |
** Portugis membangun pabrik-pabrik di Ternate dan [[Bacan]]. |
||
** Udara menyerang [[Demak]] dengan bantuan dari Raja [[Klungkung]] dari [[Bali]]. Pasukan Majapahit dipukul mundur, tapi [[Sunan Ngudung]] tewas dalam pertempuran. Banyak pendukung Majapahit melarikan diri ke Bali. |
** Udara menyerang [[Demak]] dengan bantuan dari Raja [[Klungkung]] dari [[Bali]]. Pasukan Majapahit dipukul mundur, tapi [[Sunan Ngudung]] tewas dalam pertempuran. Banyak pendukung Majapahit melarikan diri ke Bali. |
||
* [[1514]] |
* [[1514]] |
||
** [[Ali Mughayat Syah dari Aceh|Ali Mughayat Syah]] mendirikan [[Kesultanan Aceh]], dan menjadi [[Sultan Aceh]] pertama. |
** [[Ali Mughayat Syah dari Aceh|Ali Mughayat Syah]] mendirikan [[Kesultanan Aceh]], dan menjadi [[Sultan Aceh]] pertama. |
||
* [[1515]] |
* [[1515]] |
||
** Portugis pertama kali tiba di [[Timor]]. |
** Portugis pertama kali tiba di [[Timor]]. |
||
* [[1518]] |
* [[1518]] |
||
** [[Sultan Mahmud]] dari Melaka mengambil alih kekuasaan di [[Johor]]. |
** [[Sultan Mahmud]] dari Melaka mengambil alih kekuasaan di [[Johor]]. |
||
** [[Raden Patah]] meninggal dunia; Pati Unus menjadi Sultan Demak. |
** [[Raden Patah]] meninggal dunia; Pati Unus menjadi Sultan Demak. |
||
* [[1520]] |
* [[1520]] |
||
** Aceh mulai menguasai pantai timur laut [[Sumatra]]. |
** Aceh mulai menguasai pantai timur laut [[Sumatra]]. |
||
** Rakyat Bali menyerang [[Lombok]]. |
** Rakyat Bali menyerang [[Lombok]]. |
||
** Para pedagang Portugis mulai mengunjungi [[Flores]] dan [[Kabupaten Flores Timur|Solor]]. |
** Para pedagang Portugis mulai mengunjungi [[Flores]] dan [[Kabupaten Flores Timur|Solor]]. |
||
** [[Banjar]] di [[Kalimantan]] menjadi [[Islam]]. |
** [[Banjar]] di [[Kalimantan]] menjadi [[Kesultanan|Kesultanan Islam]]. |
||
==== |
==== 1521–1530 ==== |
||
* [[1521]] |
* [[1521]] |
||
** Unus memimpin armada dari Demak dan [[Cirebon]] melawan orang-orang Portugis di Melaka. |
** [[Adipati Unus]] memimpin armada dari Demak dan [[Cirebon]] melawan orang-orang Portugis di Melaka. Ia terbunuh dalam pertempuran. [[Trenggana|Trenggono]] menjadi [[Kerajaan Demak|Sultan Demak]]. |
||
** Portugis merebut [[Pasai]] di Sumatra |
** Portugis merebut [[Pasai]] di Sumatra. |
||
** [[Sunan |
** [[Sunan Gunung Jati]] (dari Cirebon) meninggalkan Pasai berangkat ke [[Mekkah]]. |
||
** Kapal terakhir dari ekspedisi [[Magelhaens]] mengeliling dunia berlayar antara pulau [[Lembata]] dan [[Pantar]] di [[Nusa Tenggara]]. |
** Kapal terakhir dari ekspedisi [[Magelhaens]] mengeliling dunia berlayar antara pulau [[Lembata]] dan [[Pantar]] di [[Nusa Tenggara]]. |
||
* [[1522]] |
* [[1522]] |
||
** [[Februari]] ekspedisi Portugis di bawah [[De Brito]] tiba di [[Banda]]. |
** [[Februari]] - ekspedisi Portugis di bawah [[De Brito]] tiba di [[Banda]]. |
||
** [[Mei]] |
** [[Mei]] - ekspedisi De Brito tiba di Ternate, membangung sebuah benteng Portugis. |
||
** [[Kerajaan Sunda]], yang |
** [[Kerajaan Sunda]], yang mayoritas beragama [[Hindu]], meminta bantuan Portugis untuk menghadapi kemungkinan serangan Demak yang beragama [[Islam]]. Kontrak kerja sama ditandatangani dan sebuah [[Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal|padrao]] didirikan di [[Jakarta|Sunda Kelapa]] |
||
** Sisa-sisa ekspedisi Magelhaens berkeliling dunia mengunjungi Timor. |
** Sisa-sisa ekspedisi Magelhaens berkeliling dunia mengunjungi Timor. |
||
** Portugis membangun benteng di [[Leihitu, Maluku Tengah|Hitu]], Ambon. |
** Portugis membangun benteng di [[Leihitu, Maluku Tengah|Hitu]], Ambon. |
||
* [[1523]] |
* [[1523]] |
||
** |
** Sunan Gunung Jati kembali dari Mekkah, kembali ke Cirebon, dan menetap di Demak, menikahi saudara perempuan Sultan Trenggono. |
||
* [[1524]] |
* [[1524]] |
||
** |
** Sunan Gunung Jati dari Cirebon dan anaknya [[Maulana Hasanuddin|Hasanuddin]] (di [[Banten]]) melakukan dakwah secara terbuka dan rahasia di [[Jawa Barat]] untuk memperlemah [[Kerajaan Sunda]] yang beribu kota di [[Pakuan Pajajaran|Pajajaran]] dan persekutuannya dengan Portugis. Pemerintah lokal di Banten, yang tadinya tergantung pada Pajajaran, masuk Islam dan bergabung dengan pihak Cirebon dan Demak. |
||
** Aceh merebut Pasai dan [[Pedir]] di [[Sumatera Utara]]. |
** Aceh merebut Pasai dan [[Pedir]] di [[Sumatera Utara]]. |
||
* [[1525]] |
* [[1525]] |
||
** Hasanuddin (dari Banten |
** Hasanuddin (dari Banten), anak dari Gunungjati (dari Cirebon), melakukan dakwah di [[Lampung]]. |
||
* [[1526]] |
* [[1526]] |
||
** Portugis membangun benteng pertama di Timor. |
** Portugis membangun benteng pertama di Timor. |
||
* [[1527]] |
* [[1527]] |
||
** Demak menaklukkan [[Kediri]], sisa-sisa Hindu dari kerajaan Majapahit; Sultan-sultan Demak mengklaim sebagai pengganti Majapahit; [[Sunan Kudus]] ikut serta. |
** Demak menaklukkan [[Kediri]], sisa-sisa Hindu dari kerajaan Majapahit; Sultan-sultan Demak mengklaim sebagai pengganti Majapahit; [[Sunan Kudus]] ikut serta. |
||
** Demak merebut [[Tuban]]. |
** Demak merebut [[Tuban]]. |
||
** Cirebon, dibantu Demak, menduduki [[Sunda Kelapa]], pelabuhan [[Kerajaan Sunda]]. [[Fatahillah]] mengganti namanya menjadi Jayakarta. ( |
** Cirebon, dibantu Demak, menduduki [[Jakarta|Sunda Kelapa]], pelabuhan [[Kerajaan Sunda]]. [[Fatahillah]] mengganti namanya menjadi Jayakarta. (Nama ini dikatakan berkat pimpinan Fatahillah namun mungkin ini adalah nama yang diberikan kepada Sunan Gunung Jati dari Cirebon) Para penjaga keamanan pelabuhan Kerajaan Sunda didorong mundur meninggalkan daerah pesisir. Dengan demikian pembangunan gudang atau benteng sesuai perjanjian dagang antara Portugis dengan Kerajaan Sunda batal terwujud. |
||
** Kerajaan [[Palakaran]] di Madura, yang berbasis di Arosbaya (kini [[Bangkalan]]), menjadi Islam di bawah [[Kyai Pratanu]]. |
** Kerajaan [[Palakaran]] di Madura, yang berbasis di Arosbaya (kini [[Bangkalan]]), menjadi Islam di bawah [[Kyai Pratanu]]. |
||
** Ekspedisi dari Spanyol dan [[Meksiko]] berusaha mengusir Portugis dari Maluku. |
** Ekspedisi dari Spanyol dan [[Meksiko]] berusaha mengusir Portugis dari Maluku. |
||
* [[1529]] |
* [[1529]] |
||
** Demak menaklukkan [[Madiun]]. |
** Demak menaklukkan [[Madiun]]. |
||
** Raja |
** Raja Spanyol dan Raja Portugal menyepakati [[Perjanjian Zaragoza]], yang isinya sepakat bahwa Maluku menjadi milik Portugal, dan [[Filipina]] menjadi milik Spanyol. |
||
* [[1530]] |
* [[1530]] |
||
** [[Salahuddin]] menjadi Sultan Aceh. |
** [[Salahuddin dari Aceh|Salahuddin]] menjadi Sultan [[Kesultanan Aceh|Aceh]]. |
||
** [[Surabaya]] dan [[Pasuruan]] takluk kepada Demak. Demak merebut [[Blambangan]], kerajaan Hindu terakhir di ujung timur Jawa. |
** [[Surabaya]] dan [[Pasuruan]] takluk kepada Demak. Demak merebut [[Kerajaan Blambangan]], kerajaan Hindu terakhir di ujung timur Jawa. |
||
** [[Gowa]] mulai meluas |
** [[Kesultanan Gowa]] mulai meluas dari Makassar. |
||
** Banten memperluas pengaruhnya atas Lampung. |
** Banten memperluas pengaruhnya atas Lampung. |
||
==== |
==== 1531–1540 ==== |
||
* [[1536]] |
* [[1536]] |
||
** Serangan besar Portugis terhadap Johor. |
** Serangan besar Portugis terhadap [[Johor]]. |
||
** [[Antonio da Galvão]] menjadi gubernur di pos Portugis di Ternate; mendirikan pos Portugis di Ambon. |
** [[Antonio da Galvão]] menjadi gubernur di pos Portugis di Ternate; mendirikan pos Portugis di Ambon. |
||
** Portugis |
** Portugis mengasingkan [[Sultan Tabariji]] dari Ternate ke Goa karena mencurigainya melakukan kegiatan-kegiatan anti Portugis, menggantikannya dengan saudara-saudaranya. |
||
* [[1537]] |
* [[1537]] |
||
** Serangan Aceh atas Melaka gagal. [[Salahuddin dari Aceh]] digantikan oleh [[Alauddin al-Qahhar dari Aceh|Alaudin Riayat Syah I]]. |
** Serangan Aceh atas Melaka gagal. [[Salahuddin dari Aceh|Salahuddin]] digantikan oleh [[Alauddin al-Qahhar dari Aceh|Alaudin Riayat Syah I]]. |
||
* [[1539]] |
* [[1539]] |
||
** Aceh menyerang |
** Aceh menyerang [[suku Batak]] di bagian selatan mereka. |
||
* [[1540]] |
* [[1540]] |
||
** Portugis |
** Portugis meningkatkan hubungan diplomatik dengan Gowa. |
||
** [[Kesultanan Butung]] didirikan. |
** [[Kesultanan Butung]] didirikan. |
||
==== |
==== 1541–1550 ==== |
||
* [[1545]] |
* [[1545]] |
||
** Demak menaklukkan [[Malang]]. Gowa membangun benteng di Ujung Pandang. |
** Demak menaklukkan [[Malang]]. Gowa membangun benteng di [[Makassar|Ujung Pandang]]. |
||
* [[1546]] |
* [[1546]] |
||
** Demak menyerang Blambangan namun gagal. |
** Demak menyerang Blambangan namun gagal. |
||
** Trenggono dari Demak meninggal dan digantikan oleh [[Sunan Prawoto|Prawata]]. Menantunya, [[Joko Tingkir]] memperluas pengaruhnya dari [[Pajang]] (dekat [[Sukoharjo]] sekarang). |
** Trenggono dari Demak meninggal dan digantikan oleh [[Sunan Prawoto|Prawata]]. Menantunya, [[Joko Tingkir]] memperluas pengaruhnya dari [[Pajang]] (dekat [[Sukoharjo]] sekarang). |
||
** [[St. Fransiskus Xaverius]] berkunjung ke [[Kota Manado|Manado]] dan [[Kema, Minahasa Utara|Kema]].<ref>{{Cite book|last=Jessy Wenas|first=|date=2007|url=https://books.google.co.id/books?id=9rZxAAAAMAAJ&pg=PA42&dq=Portugis+%22manado+dan+kema%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjLnr7jq8DrAhUKX30KHf4qA-4Q6AEwAHoECAIQAg#v=onepage&q=Portugis%20%22manado%20dan%20kema%22&f=false|title=Sejarah dan kebudayaan Minahasa|location=|publisher=Institut Seni Budaya Sulawesi Utara|isbn=|pages=42|language=id|url-status=live}}</ref> |
|||
** [[St. Fransiskus Xaverius]] pergi ke [[Morotai]], Ambon, dan Ternate. |
|||
* [[1547]] |
* [[1547]] |
||
** Aceh menyerang |
** Aceh menyerang Malaka. |
||
* [[1549]] |
|||
** [[Sunan Prawata]] meninggal |
|||
** [[Arya Penangsang]] menggantikan Prawata sebagai Sultan Demak |
|||
* [[1550]] |
* [[1550]] |
||
** Portugis mulai membangun benteng-benteng di Flores. |
** Portugis mulai membangun benteng-benteng di Flores. |
||
* [[1554]] |
|||
** Arya Penangsang meninggal, [[Kesultanan Demak]] runtuh. |
|||
==== |
==== 1551–1560 ==== |
||
* [[1551]] |
* [[1551]] |
||
** Johor menyerang Portugis Melaka dengan bantuan dari [[Jepara]]. |
** Johor menyerang Portugis Melaka dengan bantuan armada [[Ratu Kalinyamat]] dari [[Jepara]]. |
||
** Pasukan-pasukan dari Ternate menguasai [[ |
** Pasukan-pasukan dari Ternate menguasai [[Kesultanan Jailolo]] di [[Halmahera]] dengan bantuan Portugis. |
||
* [[1552]] |
* [[1552]] |
||
** Hasanuddin memisahkan diri dari Demak dan mendirikan [[Kesultanan Banten]], lalu merebut Lampung untuk Kesultanan yang baru. |
** Hasanuddin memisahkan diri dari Demak dan mendirikan [[Kesultanan Banten]], lalu merebut Lampung untuk Kesultanan yang baru. |
||
** Aceh mengirim duta ke [[Suleiman I]], [[Daftar sultan Kesultanan Utsmaniyah|Sultan |
** Aceh mengirim duta ke Sultan [[Suleiman I]], [[Daftar sultan Kesultanan Utsmaniyah|Sultan Utsmaniyah]] di [[Istanbul]]. |
||
* [[1558]] |
* [[1558]] |
||
** [[Leiliato]] memimpin suatu pasukan dari Ternate untuk menyerang Portugis di Hitu. |
** [[Leiliato]] memimpin suatu pasukan dari Ternate untuk menyerang Portugis di Hitu. |
||
** Portugis membangun benteng di [[Bacan]]. |
** Portugis membangun benteng di [[Bacan]]. |
||
** [[Ki Ageng Pemanahan]] menerima distrik [[Mataram]] dari Joko Tinggir, memerintah di Pajang. |
** [[Ki Ageng Pemanahan]] menerima distrik [[Mataram]] dari Joko Tinggir, memerintah di [[kerajaan Pajang|Pajang]]. |
||
** Wabah cacar di Ternate. |
** Wabah cacar di Ternate. |
||
* [[1559]] |
* [[1559]] |
||
** Para misionaris Portugis mendarat di Timor. [[Khairun Jamil dari Ternate|Khairun]] menjadi [[Sultan Ternate]]. |
** Para misionaris Portugis mendarat di Timor. [[Khairun Jamil dari Ternate|Khairun]] menjadi [[Sultan Ternate]]. |
||
* [[1560]] |
* [[1560]] |
||
** Portugis mendirikan pos misi dan perdagangan di [[Panarukan]], di ujung timur Jawa. |
** Portugis mendirikan pos misi dan perdagangan di [[Panarukan]], di ujung timur Jawa. |
||
** Spanyol mendirikan pos di Manado. |
** Spanyol mendirikan pos di Manado. |
||
==== |
==== 1561–1570 ==== |
||
* [[1561]] |
* [[1561]] |
||
** Sultan Prawata dari Demak meninggal dunia. |
|||
** Misi Dominikan Portugis didirikan di Solor. |
** Misi Dominikan Portugis didirikan di Solor. |
||
* [[1564]] |
* [[1564]] |
||
** Wabah [[cacar]] di Ambon. |
** Wabah [[cacar]] di Ambon. |
||
* [[1565]] |
* [[1565]] |
||
** Aceh menyerang Johor. |
** Aceh menyerang Johor. |
||
** [[Kutai]] di Kalimantan menjadi |
** [[Kutai]] di Kalimantan menjadi Kesultanan. |
||
* [[1566]] |
* [[1566]] |
||
** Misi Dominikan Portugis di Solor membangun sebuah benteng batu. |
** Misi Dominikan Portugis di Solor membangun sebuah benteng batu. |
||
* [[1568]] |
* [[1568]] |
||
** Serangan yang gagal oleh Aceh di Melaka Portugis. |
** Serangan yang gagal oleh Aceh di Melaka Portugis. |
||
* [[1569]] |
* [[1569]] |
||
** Portugis membangun benteng kayu di pulau Ambon. |
** Portugis membangun benteng kayu di pulau Ambon. |
||
* [[1570]] |
* [[1570]] |
||
** Aceh menyerang Johor lagi, namun gagal. |
** Aceh menyerang Johor lagi, namun gagal. |
||
** Sultan Khairun dari Ternate menandatangani sebuah perjanjian damai dengan |
** Sultan Khairun dari Ternate menandatangani sebuah perjanjian damai dengan Gubernur Lopez de Mezquita,<ref>Bartholonew Leonardo de Argensola. 1708. The Discovery and Conquest of Molucco and Philippine Islands. London. hal. 50</ref> tetapi agen Portugis membunuh Sultan Hairun.<ref>C. Bathurst, J. F. and C. Rivington, A. Hamilton, T. Payne, T. Longman, S. Crowder, B. Law, T. Becket, J. Robson, F. Newbery. 1781The Modern Part of an Universal History, from the earliest accounts to the present time, Volume 8. London hal.98</ref> [[Baabullah]] menjadi Sultan Ternate (hingga * [[1583]]), dan bersumpah untuk mengusir Portugis keluar dari benteng-benteng mereka. |
||
** [[Maulana Yusuf]] menjadi Sultan Banten. |
** [[Maulana Yusuf]] menjadi Sultan Banten. |
||
==== |
==== 1571–1590 ==== |
||
* [[1571]] |
* [[1571]] |
||
** Alaudin Riyat Shah meninggal, kekacauan di Aceh hingga [[1607]]. |
** Alaudin Riyat Shah meninggal, kekacauan di Aceh hingga [[1607]]. |
||
* [[1574]] |
* [[1574]] |
||
** Jepara memimpin serangan yang gagal di Melaka. |
** Jepara memimpin serangan yang gagal di Melaka. |
||
* [[1575]] |
* [[1575]] |
||
** Sultan Babullah mengusir Portugis dari Ternate. Karena itu Portugis membangun sebuah benteng di [[Tidore]]. |
** Sultan Babullah berhasil mengusir Portugis dari Ternate. Karena itu Portugis membangun sebuah benteng di [[Tidore]]. |
||
* [[1576]] |
* [[1576]] |
||
** Portugis membangun benteng di kota Ambon sekarang. |
** Portugis membangun benteng di kota Ambon sekarang. |
||
* [[1577]] |
* [[1577]] |
||
** Ki Ageng Pemanahan mendirikan [[Kota Gede]] (dekat [[Yogyakarta]] sekarang). |
** Ki Ageng Pemanahan mendirikan [[Kota Gede]] (dekat [[Yogyakarta]] sekarang). |
||
* [[1579]] |
* [[1579]] |
||
** Banten menyerang dan meluluhlantakkan [[Pakuan Pajajaran|Pajajaran]] merebut sisa-sisa Kerajaan Sunda, dan |
** Banten menyerang dan meluluhlantakkan [[Pakuan Pajajaran|Pajajaran]] merebut sisa-sisa Kerajaan Sunda, dan melakukan Islamisasi. Raja Sunda terakhir yang enggan memeluk Islam, yaitu [[Prabu Ragamulya]] atau Prabu Suryakancana, meninggalkan ibu kota [[Kerajaan Sunda]] tersebut dan meninggal dalam pelarian di daerah Banten. |
||
** [[November]], [[Sir Francis Drake]] dari [[Britania]], setelah menyerang kapal dan pelabuhan Spanyol di [[Amerika]], tiba di Ternate. Sultan Babullah, yang juga membenci orang-orang Spanyol, mengadakan perjanjian persahabatan dengan Britania. |
** [[November]], [[Sir Francis Drake]] dari [[Britania]], setelah menyerang kapal dan pelabuhan Spanyol di [[Amerika]], tiba di Ternate. Sultan Babullah, yang juga membenci orang-orang Spanyol, mengadakan perjanjian persahabatan dengan Britania. |
||
* [[1580]] |
* [[1580]] |
||
** Maulana Muhammad menjadi Sultan Banten. |
** Maulana Muhammad menjadi Sultan Banten. |
||
** Portugal jatuh ke tangan kerajaan Spanyol; usaha-usaha kolonial Portugis tidak dipedulikan. |
** Kerajaan Portugal jatuh ke tangan kerajaan Spanyol dibawah Raja [[Felipe II dari Spanyol|Philip II]]; usaha-usaha kolonial Portugis tidak dipedulikan. |
||
** Drake mengunjungi [[Sulawesi]] dan Jawa, dalam perjalanan pulang ke Britania. |
** Drake mengunjungi [[Sulawesi]] dan Jawa, dalam perjalanan pulang ke Britania. |
||
** Ternate menguasai Butung. |
** Ternate menguasai Butung. |
||
* [[1581]] |
* [[1581]] |
||
** Sekitar saat ini, Kyai Ageng Pemanahan mengambil alih distrik Mataram (yang telah dijanjikan kepadanya oleh Joko Tingkir, yang menundanya hingga [[Sunan Kalijaga]] dari [[Wali Songo]] mendesaknya), mengubah namanya menjadi Kyai Gedhe Mataram. |
** Sekitar saat ini, Kyai Ageng Pemanahan mengambil alih distrik Mataram (yang telah dijanjikan kepadanya oleh Joko Tingkir, yang menundanya hingga [[Sunan Kalijaga]] dari [[Wali Songo]] mendesaknya), mengubah namanya menjadi Kyai Gedhe Mataram. |
||
* [[1584]] |
* [[1584]] |
||
** [[Sutawijaya]] menggantikan ayahnya Kyai Gedhe Mataram sebagai pemerintah lokal dari Mataram, memerintah dari Kota Gede. |
** [[Sutawijaya]] menggantikan ayahnya Kyai Gedhe Mataram sebagai pemerintah lokal dari Mataram, memerintah dari Kota Gede. |
||
* [[1585]] |
* [[1585]] |
||
** Sultan Aceh mengirim surat kepada [[Elizabeth I]] dari Britania. |
** Sultan Aceh mengirim surat kepada [[Elizabeth I]] dari Britania. |
||
** Kapal Portugis yang dikirim untuk membangun sebuah benteng dan misi di Bali karam tepat di lepas pantai. |
** Kapal Portugis yang dikirim untuk membangun sebuah benteng dan misi di Bali karam tepat di lepas pantai. |
||
* [[1587]] |
* [[1587]] |
||
** Sutawijaya mengalahkan Pajang dan Joko Tingkir meninggal; garis keturunan beralih kepada Sutawijaya. [[Gunung Merapi]] meletus. |
** Sutawijaya mengalahkan Pajang dan Joko Tingkir meninggal; garis keturunan beralih kepada Sutawijaya. [[Gunung Merapi]] meletus. |
||
Baris 307: | Baris 272: | ||
** Portugis menandatangani perjanjian perdamaian dengan Sultan Aceh. |
** Portugis menandatangani perjanjian perdamaian dengan Sultan Aceh. |
||
** [[Sir Thomas Cavendish]] dari Britania mengunjungi Jawa. |
** [[Sir Thomas Cavendish]] dari Britania mengunjungi Jawa. |
||
* [[1588]] |
* [[1588]] |
||
** Sutawijaya mengganti namanya menjadi Senopati; merebut Pajang dan Demak. |
** Sutawijaya mengganti namanya menjadi Panembahan Senopati; merebut Pajang dan Demak. |
||
* [[1590]] |
* [[1590]] |
||
** Desa asli Medan didirikan. |
** Desa asli Medan didirikan. |
||
==== |
==== 1591–1659 ==== |
||
* [[1591]] |
* [[1591]] |
||
Baris 320: | Baris 283: | ||
** [[Sir James Lancaster]] dari Britania tiba di Aceh dan [[Penang]], tetapi misinya gagal. |
** [[Sir James Lancaster]] dari Britania tiba di Aceh dan [[Penang]], tetapi misinya gagal. |
||
** Ternate menyerang Portugis di Ambon. |
** Ternate menyerang Portugis di Ambon. |
||
* [[1593]] |
* [[1593]] |
||
** Ternate mengepung Portugis di Ambon kembali. |
** Ternate mengepung Portugis di Ambon kembali. |
||
* [[1595]] |
* [[1595]] |
||
** |
**[[2 April]], ekspedisi [[Belanda]] di bawah [[De Houtman]] berangkat ke [[Hindia Belanda]]. |
||
** [[Suriansyah]] menjadikan [[Banjar]] di Kalimantan sebuah Kesultanan (belakangan [[Banjarmasin]]). |
** [[Suriansyah]] menjadikan [[Banjar]] di Kalimantan sebuah Kesultanan (belakangan [[Banjarmasin]]). |
||
** Portugis membangun benteng di [[Ende]], Flores |
** Portugis membangun benteng di [[Ende]], Flores |
||
* [[1654]] |
|||
** Orang Minahasa mengizinkan Belanda membangun loji di Manado.<ref>{{Cite book|last=|first=|date=1986|url=https://books.google.co.id/books?id=KcUeAAAAMAAJ&pg=PA4&dq=Spanyol+%22Manado.%22+%22tahun%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiKh6iFq8DrAhXGTX0KHUdQBOYQ6AEwAXoECAEQAg#v=onepage&q=Spanyol%20%22Manado.%22%20%22tahun%22&f=false|title=Sejarah kota Manado, 1945-1979|location=|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional|isbn=|pages=4|language=id|url-status=live}}</ref> |
|||
=== Kolonisasi VOC === |
=== Kolonisasi VOC === |
||
Mulai tahun [[1602]] [[Belanda]] secara perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia, dengan memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. |
Mulai tahun [[1602]] Kongsi dagang [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]] yang didirikan di [[Republik Belanda]] bersaing dengan kerajaan [[Portugal]] dan Kerajaan [[Spanyol]] dalam dominasi perdagangan rempah di Hindia Timur ([[Nusantara]]), secara perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia, dengan memanfaatkan Perselisihan dan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. VOC berhasil mengeliminasi Kongsi dagang [[Perusahaan Hindia Timur Britania|EIC]] yang didirikan oleh kerajaan [[Inggris]] yang bertahan di [[Bengkulu Britania|Bengkulu]] hingga 1824, satu-satunya koloni Portugal yang masih bertahan hingga abad 20 adalah [[Timor Portugis]], yang tetap dikuasai [[Portugal]] hingga [[1975]] ketika berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama [[Timor Timur]]. |
||
Pada abad ke-17 dan 18 [[Hindia Belanda]] tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda namun dikuasai oleh perusahaan dagang bernama [[VOC]] ([[bahasa Belanda]]: ''Verenigde Oostindische Compagnie''). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun [[1602]]. Markasnya berada di [[Batavia]], yang kini bernama [[Jakarta]]. |
|||
Kongsi Dagang VOC dan yang dilanjutkan oleh pemerintah kolonial Belanda mendominasi Indonesia selama hampir 350 tahun (antara 1602 dan 1945), kecuali untuk suatu masa pendek di mana sebagian kecil dari Indonesia dikuasai [[Britania]] setelah [[Perang Jawa Britania-Belanda]] (perpanjangan dari [[Peperangan era Napoleon|perang Napoleonik]] di Eropa) dan masa penjajahan [[Jepang]] pada masa [[Perang Dunia II]]. Pada masa penguaasaan VOC terhadap nusantara banyak penduduk di nusantara menderita akibat monopoli, peperangan dan pajak dari [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]], salah satu perusahaan terbuka yang terbesar dalam sejarah, Setelah VOC bangkrut pada 1799 dan aset-asetnya di nusantara diambil alih oleh kerajaan [[Belanda]] dalam bentuk pemerintahan kolonial, Belanda mulai mengembangkan [[Hindia Belanda]] menjadi salah satu kekuasaan kolonial terkaya di dunia. 350 tahun penjajahan Belanda bagi sebagian orang adalah berlebihan karena banyak wilayah di Indonesia seperti Aceh dan Papua baru ditaklukkan secara penuh oleh Belanda mendekati abad ke 20. |
|||
Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama [[VOC|Perusahaan Hindia Timur Belanda]] ([[bahasa Belanda]]: ''Verenigde Oostindische Compagnie'' atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun [[1602]]. Markasnya berada di [[Batavia]], yang kini bernama [[Jakarta]]. |
|||
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan [[monopoli]]nya terhadap [[perdagangan rempah-rempah]] di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil [[rempah-rempah]], dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk [[Kepulauan Banda]] terus menjual [[pala|biji pala]] kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala. |
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan [[monopoli]]nya terhadap [[perdagangan rempah-rempah]] di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil [[rempah-rempah]], dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk [[Kepulauan Banda]] terus menjual [[pala|biji pala]] kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala. |
||
Baris 342: | Baris 306: | ||
=== Kolonisasi pemerintah Belanda === |
=== Kolonisasi pemerintah Belanda === |
||
{{utama|Indonesia: Era Belanda}} |
{{utama|Indonesia: Era Belanda}} |
||
==== Era Napoleon (1800-1811) ==== |
|||
Setelah [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]] (''[[Vereenigde Oostindische Compagnie]]'') jatuh bangkrut dan dibubarkan pada akhir [[abad ke-18]], tepatnya adalah pada tahun [[1798]] dan setelah kekuasaan [[Britania Raya|Kerajaan Inggris]] yang pendek di bawah [[Gubernur-Jenderal]] [[Thomas Stamford Bingley Raffles]], pemerintah [[Belanda|Kerajaan Belanda]] kemudian mengambil alih kepemilikan [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]] dan [[Hindia-Belanda]] pada tahun [[1816]]. Sejak saat itu, pemerintah [[Belanda|Kerajaan Belanda]] berkuasa dan berdaulat penuh atas wilayah [[Hindia-Belanda]] yang tertulis dalam Undang-Undang Kerajaan Belanda tahun [[1814]] dan diamandemen tahun [[1848]], [[1872]], dan [[1922]] menurut perkembangan wilayah [[Hindia-Belanda]]. |
|||
Setelah [[VOC]] jatuh bangkrut dan dibubarkan pada akhir [[abad ke-18]], tepatnya adalah pada tahun 1 Januari 1800 dan setelah Belanda kalah [[Peperangan era Napoleon|Perang Eropa]] dan dikuasai Prancis, maka Hindia Belanda jatuh ke tangan Prancis, walaupun secara pemerintahan masih di bawah negara kesatuan [[Republik Belanda]] (hingga 1806), kemudian dilanjutkan [[Kerajaan Hollandia]] (hingga 1810). Sejak saat itu dimulailah perang perebutan kekuasaan antara Prancis (Belanda) dan Britania Raya, yang ditandai dengan peralihan kekuasaan beberapa wilayah Hindia Belanda dan perjanjian, antara lain [[Persetujuan Amiens]] hingga [[Kapitulasi Tuntang]]. |
|||
Dalam masa ini Hindia Belanda berturut-turut diperintah oleh Gubernur Jenderal [[Overstraten]], [[Wiese]], [[Daendels]], dan yang terakhir adalah [[Janssens]]. Pada masa Daendels dibangunlah [[Jalan Raya Pos]] atau Jalan Anyer-Panarukan (jalur [[Pantura]] sekarang), kemudian meluaskan daerah jajahan hingga ke [[Lampung]], namun kehilangan Ambon, Ternate dan Tidore yang direbut Britania. Tahun 1810 ketika Prancis menganeksasi Belanda, maka bendera Prancis dikibarkan di Batavia, dan Daendels kembali ke Eropa untuk berperang di bawah Napoleon. Janssens, penggantinya, tidak memerintah lama, karena Britania di bawah [[Lord Minto]] datang dan [[Perang Jawa Britania-Belanda|merebut Jawa]] dari Belanda-Prancis. |
|||
==== Interregnum Britania (1811-1816) ==== |
|||
Setelah Britania menguasai Jawa, pemerintahan beralih sementara dari Belanda ke Britania, hingga akhir perang Napoleon pada tahun 1816 ketika Britania harus mengembalikan Hindia Belanda kepada Kerajaan Belanda. Lord Minto menjadi Gubernur Jenderal pertama yang bermarkas di India, sedangkan Raffles diangkat menjadi Wakil Gubernur yang memimpin Jawa. Raffles kemudian membenahi pemerintahan di Jawa sesuai sistem pemerintahan Britania. |
|||
Salah satu penemuan penting pada pemerintahan Raffles adalah penemuan kembali [[Candi Borobudur]], salah satu candi Buddha terbesar di dunia, dan [[Gunung Tambora]] di [[Sumbawa]] meletus, dengan korban langsung dan tidak langsung mencapai puluhan ribu jiwa |
|||
==== Pemerintahan Kerajaan Belanda (sejak 1816) ==== |
|||
Setelah [[Kongres Wina]] mengakhiri Perang Napoleon dan mengembalikan Jawa ke Belanda, sejak 16 Agustus 1816 pemerintah [[Belanda|Kerajaan Belanda]] berkuasa dan berdaulat penuh atas wilayah [[Hindia Belanda]] yang tertulis dalam Undang-Undang Kerajaan Belanda tahun [[1814]] dan diamendemen tahun [[1848]], [[1872]], dan [[1922]] menurut perkembangan wilayah [[Hindia Belanda]], hingga 1942 ketika Jepang datang menyerbu dalam [[Perang Dunia II]]. |
|||
Dalam masa ini, terjadi pemberontakan besar di Jawa dan Sumatra, yang terkenal dengan [[Perang Diponegoro]] atau [[Perang Jawa]], pada tahun [[1825]]-[[1830]], dan [[Perang Padri]] (1821-1837), dan perang-perang lainnya. Setelah tahun [[1830]] sistem [[tanam paksa]] yang dikenal sebagai ''cultuurstelsel'' dalam [[bahasa Belanda]] mulai diterapkan. Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu, seperti [[teh]], [[kopi]] dll. Hasil tanaman itu kemudian diekspor ke mancanegara. Sistem ini membawa kekayaan yang besar kepada para pelaksananya - baik yang Belanda maupun yang Indonesia. Sistem tanam paksa ini adalah monopoli pemerintah dan dihapuskan pada masa yang lebih bebas setelah [[1870]]. |
|||
Pada [[1901]] pihak Belanda mengadopsi apa yang mereka sebut [[Politik Etis]] (bahasa Belanda: ''Ethische Politiek''), yang termasuk investasi yang lebih besar dalam pendidikan bagi orang-orang [[pribumi]], dan sedikit perubahan politik. Di bawah gubernur- |
Pada [[1901]] pihak Belanda mengadopsi apa yang mereka sebut [[Politik Etis]] (bahasa Belanda: ''Ethische Politiek''), yang termasuk investasi yang lebih besar dalam pendidikan bagi orang-orang [[pribumi]], dan sedikit perubahan politik. Di bawah gubernur-jenderal [[Johannes Benedictus van Heutsz|J.B. van Heutsz]] pemerintah Hindia Belanda memperpanjang kekuasaan kolonial secara langsung di sepanjang Hindia Belanda, dan dengan itu mendirikan fondasi bagi negara Indonesia saat ini. |
||
=== Gerakan nasionalisme === |
=== Gerakan nasionalisme === |
||
Baris 354: | Baris 329: | ||
=== Perang Dunia II === |
=== Perang Dunia II === |
||
Pada Mei [[1940]], awal [[Perang Dunia II]], Belanda diduduki oleh [[Nazi |
Pada Mei [[1940]], awal [[Perang Dunia II]], Belanda diduduki oleh [[Jerman Nazi]]. Hindia Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke [[Amerika Serikat]] dan [[Britania]]. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di bulan Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada bulan Maret 1942. |
||
=== Pendudukan Jepang === |
=== Pendudukan Jepang === |
||
{{utama| |
{{utama|Sejarah Nusantara (1942–1945)}} |
||
{{wikisource|Sukarno's Proclamation of Indonesian Independence|Sukarno dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia}} |
{{wikisource|Sukarno's Proclamation of Indonesian Independence|Sukarno dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia}} |
||
Pada Juli 1942, [[Soekarno]] menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. [[Soekarno]], [[Mohammad Hatta]], dan para Kyai memperoleh penghormatan dari Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami [[siksaan]], terlibat [[Perbudakan seks pada Perang Dunia II|perbudakan seks]], penahanan sembarang dan hukuman mati, dan [[kejahatan perang]] lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang. |
Pada Juli 1942, [[Soekarno]] menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. [[Soekarno]], [[Mohammad Hatta]], dan para Kyai memperoleh penghormatan dari Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami [[siksaan]], terlibat [[Perbudakan seks pada Perang Dunia II|perbudakan seks]], penahanan sembarang dan hukuman mati, dan [[kejahatan perang]] lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang. |
||
Pada Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada pertemuan pertamanya di bulan Mei, [[Soepomo]] membicarakan integrasi nasional dan melawan individualisme perorangan; sementara itu [[Muhammad Yamin]] mengusulkan bahwa negara baru tersebut juga sekaligus mengklaim [[Sarawak]], [[Sabah]], [[Malaya]], Portugis Timur, dan seluruh wilayah Hindia |
Pada Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada pertemuan pertamanya di bulan Mei, [[Soepomo]] membicarakan integrasi nasional dan melawan individualisme perorangan; sementara itu [[Muhammad Yamin]] mengusulkan bahwa negara baru tersebut juga sekaligus mengklaim [[Sarawak]], [[Sabah]], [[Malaya]], Portugis Timur, dan seluruh wilayah Hindia Belanda sebelum perang. |
||
Pada |
Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan [[Radjiman Widjodiningrat]] diterbangkan ke [[Vietnam]] untuk bertemu [[Marsekal Terauchi]]. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus. |
||
== Era kemerdekaan == |
== Era kemerdekaan == |
||
Baris 371: | Baris 346: | ||
{{utama|Proklamasi Kemerdekaan Indonesia}} |
{{utama|Proklamasi Kemerdekaan Indonesia}} |
||
Mendengar kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk membuat keputusan seperti itu pada |
Mendengar kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk membuat keputusan seperti itu pada 16 Agustus, Soekarno membacakan "Proklamasi" pada hari berikutnya. Kabar mengenai proklamasi menyebar melalui radio dan selebaran sementara pasukan militer Indonesia pada masa perang, Pasukan [[Pembela Tanah Air]] (PETA), para pemuda, dan lainnya langsung berangkat mempertahankan kediaman Soekarno. |
||
Pada |
Pada 18 Agustus 1945 [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (PPKI) melantik Soekarno sebagai Presiden dan [[Mohammad Hatta]] sebagai Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk [[Komite Nasional Indonesia Pusat]] (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Agustus dan menghendaki Republik Indonesia yang terdiri dari 8 provinsi: [[Sumatra]], [[Kalimantan]] (tidak termasuk wilayah Sabah, Sarawak dan Brunei), [[Jawa Barat]], [[Jawa Tengah]], [[Jawa Timur]], [[Sulawesi]], [[Maluku]] (termasuk [[Papua]]) dan [[Kepulauan Sunda Kecil|Nusa Tenggara]]. |
||
=== Perang kemerdekaan === |
=== Perang kemerdekaan === |
||
{{utama|Indonesia |
{{utama|Sejarah Indonesia (1945–1949)|Revolusi Nasional Indonesia}} |
||
[[Berkas:Proklamasi.png|250px| |
[[Berkas:Proklamasi.png|250px|jmpl|ka|Teks Proklamasi]] |
||
Dari |
Dari 1945 hingga 1949,persatuan kelautan Australia yang bersimpati dengan usaha kemerdekaan, melarang segala pelayaran Belanda sepanjang konflik ini agar Belanda tidak mempunyai dukungan logistik maupun suplai yang diperlukan untuk membentuk kembali kekuasaan kolonial. |
||
Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan yang kuat. Setelah kembali ke Jawa, pasukan Belanda segera merebut kembali |
Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan yang kuat. Setelah kembali ke Jawa, pasukan Belanda segera merebut kembali ibu kota kolonial Batavia, akibatnya para nasionalis menjadikan [[Yogyakarta]] sebagai ibu kota mereka. Pada 27 Desember 1949 (lihat artikel tentang [[Pengakuan tanggal kemerdekaan Indonesia oleh Belanda]]), setelah 4 tahun peperangan dan negosiasi, Ratu [[Juliana dari Belanda]] memindahkan kedaulatan kepada pemerintah [[Republik Indonesia Serikat|Federal Indonesia]]. Pada 1950, Indonesia menjadi anggota ke-60 [[PBB]]. |
||
=== Demokrasi parlementer === |
=== Demokrasi parlementer === |
||
{{Main|Sejarah Indonesia (1950–1959)}} |
|||
Tidak lama setelah itu, Indonesia mengadopsi [[UUD '45|undang-undang baru]] yang terdiri dari sistem parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada parlemen atau [[MPR]]. MPR terbagi kepada partai-partai politik sebelum dan sesudah pemilu pertama pada tahun 1955, sehingga koalisi pemerintah yang stabil susah dicapai. |
|||
Peran Islam di Indonesia menjadi hal yang rumit. Soekarno lebih memilih negara [[sekuler]] sementara beberapa kelompok Muslim lebih menginginkan negara Islam atau undang-undang yang berisi sebuah bagian yang menyaratkan umat Islam takluk kepada [[syariah|hukum Islam]]. Demokrasi Parlementer, adalah suatu demokrasi yang menempatkan kedudukan badan legislatif lebih tinggi daripada badan eksekutif. Kepala pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana Menteri. Perdana menteri dan menteri-menteri dalam kabinet diangkat dan diberhentikan oleh parlemen. Dalam demokrasi parlementer Presiden menjabat sebagai kepala negara. |
|||
Tidak lama setelah itu, Indonesia mengadopsi [[UUD '45|undang-undang baru]] yang terdiri dari sistem parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada parlemen atau [[MPR]]. MPR terbagi kepada partai-partai politik sebelum dan sesudah pemilu pertama pada tahun [[1955]], sehingga koalisi pemerintah yang stabil susah dicapai. |
|||
=== Demokrasi terpimpin === |
|||
Peran Islam di Indonesia menjadi hal yang rumit. Soekarno lebih memilih negara [[sekuler]] yang berdasarkan [[Pancasila]] sementara beberapa kelompok Muslim lebih menginginkan negara Islam atau undang-undang yang berisi sebuah bagian yang menyaratkan umat Islam takluk kepada [[syariah|hukum Islam]].Demokrasi Parlementer, adalah suatu demokrasi yang menempatkan kedudukan badan legislatif lebih tinggi dari pada badan eksekutif. Kepala pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana Menteri. Perdana menteri dan menteri-menteri dalam kabinet diangkat dan diberhentikan oleh parlemen. Dalam demokrasi parlementer Presiden menjabat sebagai kepala negara. |
|||
{{utama|Sejarah Indonesia (1959–1965)}} |
|||
Pemberontakan yang gagal di [[Sumatra]], [[Sulawesi]], Jawa Barat dan pulau-pulau lainnya yang dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk mengembangkan konstitusi baru, melemahkan sistem parlemen Indonesia. Akibatnya pada 1959 ketika Presiden [[Soekarno]] secara unilateral membangkitkan kembali konstitusi 1945 yang bersifat sementara, yang memberikan kekuatan presidensil yang besar, dia tidak menemui banyak hambatan. |
|||
Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang otoriter di bawah label "[[Demokrasi Terpimpin]]". Dia juga menggeser kebijakan luar negeri Indonesia menuju non-blok, kebijakan yang didukung para pemimpin penting negara-negara bekas jajahan yang menolak aliansi resmi dengan Blok Barat maupun Blok [[Uni Soviet]]. Para pemimpin tersebut berkumpul di [[Bandung]], [[Jawa Barat]] pada tahun 1955 dalam [[KTT Asia-Afrika]] untuk mendirikan fondasi yang kelak menjadi [[Gerakan Non-Blok]]. |
|||
=== Demokrasi Terpimpin === |
|||
{{utama|Indonesia: Era Demokrasi Terpimpin}} |
|||
Pemberontakan yang gagal di [[Sumatera]], [[Sulawesi]], Jawa Barat dan pulau-pulau lainnya yang dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk mengembangkan konstitusi baru, melemahkan sistem parlemen Indonesia. Akibatnya pada [[1959]] ketika Presiden [[Soekarno]] secara unilateral membangkitkan kembali konstitusi 1945 yang bersifat sementara, yang memberikan kekuatan presidensil yang besar, dia tidak menemui banyak hambatan. |
|||
Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, Soekarno bergerak lebih dekat kepada negara-negara komunis Asia dan kepada [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI) di dalam negeri. PKI merupakan kekuatan komunis terbesar ketiga pada masanya setelah [[Uni Soviet]] dan [[Republik Rakyat Tiongkok|Tiongkok]]. |
|||
Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang otoriter di bawah label "[[Demokrasi Terpimpin]]". Dia juga menggeser kebijakan luar negeri Indonesia menuju non-blok, kebijakan yang didukung para pemimpin penting negara-negara bekas jajahan yang menolak aliansi resmi dengan Blok Barat maupun Blok [[Uni Soviet]]. Para pemimpin tersebut berkumpul di [[Bandung]], [[Jawa Barat]] pada tahun [[1955]] dalam [[KTT Asia-Afrika]] untuk mendirikan fondasi yang kelak menjadi [[Gerakan Non-Blok]]. |
|||
Pada akhir [[1950-an]] dan awal [[1960-an]], Soekarno bergerak lebih dekat kepada negara-negara komunis Asia dan kepada [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI) di dalam negeri. Meski PKI merupakan partai komunis terbesar di dunia di luar [[Uni Soviet]] dan [[RRC|China]], dukungan massanya tak pernah menunjukkan penurutan ideologis kepada partai komunis seperti di negara-negara lainnya. |
|||
=== Nasib Irian Barat === |
=== Nasib Irian Barat === |
||
{{utama|Konflik Papua Barat}} |
{{utama|Konflik Papua Barat}} |
||
Pada saat kemerdekaan, pemerintah Belanda mempertahankan kekuasaan terhadap [[Papua bagian barat|belahan barat]] pulau [[Nugini]] (Papua), |
Pada saat perjuangan kemerdekaan, pemerintah Belanda mempertahankan kekuasaan terhadap [[Papua bagian barat|belahan barat]] pulau [[Nugini]] (Papua). Pada perundingan Meja Bundar di Den Haag pada 1949, dicapai kesepakatan bahwa status Koloni belanda di belahan barat Nugini (Papua) akan dibicarakan setahun setelah pemindahan kedaulatan dari Kolonial Belanda ke Republik Indonesia Serikat telah dilakukan (2 November 1949). Namun setelah perundingan Meja Bundar mencapai kesepakatan, Kolonial Belanda di Nugini mengizinkan langkah-langkah menuju pemerintahan-sendiri dan pendeklarasian kemerdekaan penduduk Nugini Belanda pada 1 Desember 1961. |
||
Negosiasi dengan Belanda mengenai penggabungan wilayah tersebut dengan Indonesia gagal, dan pasukan penerjun payung Indonesia mendarat di Irian |
Negosiasi susulan antara pemerintah Republik Indonesia dengan Kerajaan Belanda mengenai penggabungan wilayah tersebut dengan Indonesia gagal mencapai kata sepakat, dan pasukan penerjun payung Indonesia mendarat di Irian dan terjadi pertempuran antara pasukan Indonesia dan Belanda pada 1961 dan 1962. Pada 1962 Amerika Serikat menekan Belanda agar setuju melakukan perbincangan tertutup dengan Indonesia yang menghasilkan [[Perjanjian New York]] pada Agustus 1962, dan Indonesia mengambil alih kekuasaan terhadap [[Irian Jaya]] pada 1 Mei 1963. |
||
=== Konfrontasi |
=== Konfrontasi Indonesia—Malaysia === |
||
{{utama|Konfrontasi Indonesia-Malaysia}} |
{{utama|Konfrontasi Indonesia-Malaysia}} |
||
Soekarno menentang pembentukan Federasi [[Malaysia]] dan menyebut bahwa hal tersebut adalah sebuah "rencana neo- |
Soekarno menentang pembentukan Federasi [[Malaysia]] dan menyebut bahwa hal tersebut adalah sebuah "rencana neo-kolonialisme" untuk mempermudah rencana komersial [[Inggris]] di wilayah tersebut. Selain itu dengan pembentukan [[Federasi Malaysia]], hal ini dianggap akan memperluas pengaruh [[imperialisme]] negara-negara Barat di kawasan Asia dan memberikan celah kepada negara Inggris dan Australia untuk memengaruhi perpolitikan regional Asia. Menanggapi keputusan [[PBB]] untuk mengakui kedaulatan Malaysia dan menjadikan Malaysia anggota tidak tetap [[Dewan Keamanan PBB]], presiden Soekarno mengumumkan pengunduran diri negara Indonesia dari keanggotaan PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan mendirikan Konferensi Kekuatan Baru ([[CONEFO]]) sebagai tandingan [[PBB]] dan [[GANEFO]] sebagai tandingan [[Olimpiade]]. Pada tahun itu juga konfrontasi ini kemudian mengakibatkan pertempuran antara pasukan Indonesia dan Malaysia (yang dibantu oleh Inggris). |
||
=== Gerakan 30 September === |
=== Gerakan 30 September === |
||
Baris 410: | Baris 385: | ||
Hingga [[1965]], PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk Soekarno untuk memperkuat dukungan untuk rezimnya dan, dengan persetujuan dari Soekarno, memulai kampanye untuk membentuk "[[Angkatan Kelima]]" dengan mempersenjatai pendukungnya. Para petinggi militer menentang hal ini. |
Hingga [[1965]], PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk Soekarno untuk memperkuat dukungan untuk rezimnya dan, dengan persetujuan dari Soekarno, memulai kampanye untuk membentuk "[[Angkatan Kelima]]" dengan mempersenjatai pendukungnya. Para petinggi militer menentang hal ini. |
||
[[Berkas:Logo of the Communist Party of Indonesia.svg|ka|jmpl|130px|[[Partai Komunis Indonesia]]]] |
|||
Pada [[30 September]] [[1965]], enam jendral senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya [[kudeta]] yang disalahkan kepada para pengawal istana yang loyal kepada PKI. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen [[Soeharto]], menumpas kudeta tersebut dan berbalik melawan PKI. Soeharto lalu menggunakan situasi ini untuk mengambil alih kekuasaan. Lebih dari puluhan ribu orang-orang yang dituduh komunis kemudian dibunuh. Jumlah korban jiwa pada [[1966]] mencapai setidaknya 500.000; yang paling parah terjadi di [[Jawa]] dan [[Bali]]. |
|||
Pada [[30 September]] [[1965]], enam jenderal senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya [[kudeta]] yang disalahkan kepada para pengawal istana yang loyal kepada PKI. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen [[Soeharto]], menumpas kudeta tersebut dan berbalik melawan PKI. Soeharto lalu menggunakan situasi ini untuk mengambil alih kekuasaan. Lebih dari puluhan ribu orang-orang yang dituduh komunis kemudian dibunuh. Jumlah korban jiwa pada [[1966]] mencapai setidaknya 500.000; yang paling parah terjadi di [[Jawa]] dan [[Bali]]. |
|||
== Era Orde Baru == |
== Era Orde Baru == |
||
{{utama| |
{{utama|Orde Baru}}{{See also|Sejarah Indonesia (1965–1966)}} |
||
Setelah Soeharto menjadi Presiden, salah satu pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal |
Setelah Soeharto menjadi Presiden, salah satu hal pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya. |
||
Pada |
Pada tahun 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. |
||
Presiden Soeharto memulai "[[Orde Baru]]" dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer namun dengan nasihat dari ahli ekonomi didikan Barat. Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang [[kelaparan]] dikurangi dengan besar pada tahun |
Presiden Soeharto memulai "[[Orde Baru]]" dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi ([[Pembangunan lima tahun|Pelita]]) sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer namun dengan nasihat dari ahli ekonomi didikan Barat. Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang [[kelaparan]] dikurangi dengan besar pada tahun 1970-an dan 1980-an. |
||
=== Irian Jaya === |
=== Irian Jaya === |
||
{{Main|Irian Jaya}} |
|||
Setelah menolak supervisi dari [[PBB]], pemerintah Indonesia melaksanakan "Act of Free Choice" (Aksi Pilihan Bebas) di Irian Jaya pada 1969 di mana 1.025 wakil kepala-kepala daerah Irian dipilih dan kemudian diberikan latihan dalam bahasa Indonesia. Mereka secara konsensus akhirnya memilih bergabung dengan Indonesia. Sebuah resolusi Sidang Umum PBB kemudian memastikan perpindahan kekuasaan kepada Indonesia. Penolakan terhadap pemerintahan Indonesia menimbulkan aktivitas-aktivitas gerilya berskala kecil pada tahun-tahun berikutnya setelah perpindahan kekuasaan tersebut. Dalam atmosfer yang lebih terbuka setelah 1998, pernyataan-pernyataan yang lebih eksplisit yang menginginkan kemerdekaan dari Indonesia telah muncul. |
Setelah menolak supervisi dari [[PBB]], pemerintah Indonesia melaksanakan "''Act of Free Choice''" (Aksi Pilihan Bebas) di Irian Jaya pada 1969 di mana 1.025 wakil kepala-kepala daerah Irian dipilih dan kemudian diberikan latihan dalam bahasa Indonesia. Mereka secara konsensus akhirnya memilih bergabung dengan Indonesia. Sebuah resolusi Sidang Umum PBB kemudian memastikan perpindahan kekuasaan kepada Indonesia. Penolakan terhadap pemerintahan Indonesia menimbulkan aktivitas-aktivitas gerilya berskala kecil pada tahun-tahun berikutnya setelah perpindahan kekuasaan tersebut. Dalam atmosfer yang lebih terbuka setelah 1998, pernyataan-pernyataan yang lebih eksplisit yang menginginkan kemerdekaan dari Indonesia telah muncul. |
||
=== Timor Timur === |
=== Timor Timur === |
||
{{Main|Timor Timur|Operasi Seroja}} |
|||
Dari 1596 hingga 1975, Timor Timur adalah sebuah jajahan Portugis di pulau Timor yang dikenal sebagai [[Timor Portugis]] dan dipisahkan dari pesisir utara Australia oleh [[Laut Timor]]. Akibat [[Revolusi Anyelir|kejadian politis di Portugal]], pejabat Portugal secara mendadak mundur dari Timor Timur pada 1975. Dalam pemilu lokal pada tahun 1975, [[Fretilin]], sebuah partai yang dipimpin sebagian oleh orang-orang yang membawa paham [[Marxisme]], dan [[Uni Demokrasi Timor]] (UDT), menjadi partai-partai terbesar, setelah sebelumnya membentuk aliansi untuk mengkampanyekan kemerdekaan dari Portugal. |
|||
Pada 7 Desember 1975, pasukan Indonesia masuk ke Timor Timur dalam sebuah [[operasi militer]] yang disebut ''[[Operasi Seroja]]''. Indonesia, yang mempunyai dukungan material dan diplomatik, dibantu peralatan persenjataan yang disediakan [[Amerika Serikat]] dan [[Australia]], berharap dengan memiliki Timor Timur mereka akan memperoleh tambahan cadangan minyak dan gas alam, serta lokasi yang strategis. |
|||
Dari [[1596]] hingga [[1975]], Timor Timur adalah sebuah jajahan Portugis di pulau Timor yang dikenal sebagai [[Timor Portugis]] dan dipisahkan dari pesisir utara Australia oleh [[Laut Timor]]. Akibat [[Revolusi Anyelir|kejadian politis di Portugal]], pejabat Portugal secara mendadak mundur dari Timor Timur pada 1975. Dalam pemilu lokal pada tahun 1975, [[Fretilin]], sebuah partai yang dipimpin sebagian oleh orang-orang yang membawa paham [[Marxisme]], dan [[UDT]], menjadi partai-partai terbesar, setelah sebelumnya membentuk aliansi untuk mengkampanyekan kemerdekaan dari Portugal. |
|||
Pada [[7 Desember]] [[1975]], pasukan Indonesia masuk ke Timor Timur dalam sebuah [[operasi militer]] yang disebut ''[[Operasi Seroja]]''. Indonesia, yang mempunyai dukungan material dan diplomatik, dibantu peralatan persenjataan yang disediakan [[Amerika Serikat]] dan [[Australia]], berharap dengan memiliki Timor Timur mereka akan memperoleh tambahan cadangan minyak dan gas alam, serta lokasi yang strategis. |
|||
Pada masa-masa awal, pihak militer Indonesia ([[ABRI]]) membunuh hampir 200.000 warga Timor |
Pada masa-masa awal, pihak militer Indonesia ([[ABRI]]) membunuh hampir 200.000 warga Timor Timur—melalui pembunuhan, pemaksaan kelaparan dan lain-lain. Banyak pelanggaran [[HAM]] yang terjadi saat Timor Timur berada dalam wilayah Indonesia. |
||
Pada |
Pada 30 Agustus 1999, rakyat Timor Timur memilih untuk memisahkan diri dari Indonesia dalam |
||
sebuah pemungutan suara yang diadakan [[PBB]]. Sekitar 99% penduduk yang berhak memilih turut serta; 3/4-nya memilih untuk merdeka. Segera setelah hasilnya diumumkan, dikabarkan bahwa pihak militer Indonesia melanjutkan pengrusakan di Timor Timur, seperti merusak [[infrastruktur]] di daerah tersebut. |
sebuah pemungutan suara yang diadakan [[PBB]]. Sekitar 99% penduduk yang berhak memilih turut serta; 3/4-nya memilih untuk merdeka. Segera setelah hasilnya diumumkan, dikabarkan bahwa pihak militer Indonesia melanjutkan pengrusakan di Timor Timur, seperti merusak [[infrastruktur]] di daerah tersebut. |
||
Pada Oktober 1999, [[MPR]] membatalkan |
Pada Oktober 1999, [[MPR]] membatalkan dekret 1976 yang mengintegrasikan Timor Timur ke wilayah Indonesia, dan Otorita Transisi PBB (UNTAET) mengambil alih tanggung jawab untuk memerintah Timor Timur sehingga kemerdekaan penuh dicapai pada Mei [[2002]] sebagai negara [[Timor Leste]]. |
||
=== Krisis ekonomi === |
=== Krisis ekonomi === |
||
{{Main|Krisis finansial Asia 1997}} |
|||
[[Berkas:Suharto resigns.jpg| |
[[Berkas:Suharto resigns.jpg|ka|jmpl|300px|Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya didampingi B.J. Habibie.]] |
||
Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan ekonomi Asia |
Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan ekonomi Asia, disertai musim [[kemarau]] terburuk dalam 50 tahun terakhir dan harga minyak, gas dan komoditas ekspor lainnya yang semakin jatuh. Harga [[Rupiah]] jatuh, [[inflasi]] meningkat tajam, dan perpindahan modal dipercepat. Para demonstran, yang awalnya dipimpin para mahasiswa, meminta pengunduran diri Soeharto. Di tengah gejolak kemarahan massa yang meluas, serta ribuan mahasiswa yang [[Pendudukan Gedung DPR/MPR|menduduki gedung DPR/MPR]], Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, tiga bulan setelah MPR melantiknya untuk masa bakti ketujuh. Soeharto kemudian memilih sang Wakil Presiden, [[B. J. Habibie]], untuk menjadi presiden ketiga Indonesia. |
||
== Era reformasi == |
== Era reformasi == |
||
{{utama| |
{{utama|Sejarah Indonesia (1998–sekarang)}} |
||
=== Pemerintahan Habibie === |
=== Pemerintahan Habibie === |
||
Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari [[Dana Moneter Internasional]] dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi. |
Presiden [[B.J. Habibie|Habibie]] segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari [[Dana Moneter Internasional]] dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi. |
||
=== Pemerintahan |
=== Pemerintahan Gus Dur === |
||
Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada |
[[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1999|Pemilu]] untuk [[MPR]], [[DPR]], dan [[DPRD]] diadakan pada 7 Juni 1999. [[PDI Perjuangan]] yang dipimpin oleh putri Soekarno, [[Megawati Sukarnoputri]] keluar menjadi pemenang pada pemilu parlemen dengan mendapatkan 34% dari seluruh suara; [[Golkar]] (partai Soeharto yang sebelumnya selalu menjadi pemenang pemilu-pemilu sebelumnya) memperoleh 22%; [[Partai Persatuan Pembangunan]] pimpinan [[Hamzah Haz]] 12%; [[Partai Kebangkitan Bangsa]] pimpinan [[Abdurrahman Wahid]] (Gus Dur) 10%. Pada Oktober [[1999]], MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati sebagai wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Gus Dur membentuk kabinet pertamanya, [[Kabinet Persatuan Nasional]] pada awal November 1999 dan melakukan ''reshuffle'' kabinetnya pada Agustus 2000. |
||
Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan perkembangan ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di samping ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, pemerintahannya juga menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama di [[Aceh]], [[Maluku]], dan [[Papua]]. Di [[Timor Barat]], masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur pro-Indonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR yang semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden |
Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan perkembangan ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di samping ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, pemerintahannya juga menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama di [[Aceh]], [[Maluku]], dan [[Papua]]. Di [[Timor Barat]], masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur pro-Indonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR yang semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Gus Dur, menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap. |
||
=== Pemerintahan Megawati === |
=== Pemerintahan Megawati === |
||
Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden |
Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Gus Dur memberikan laporan pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari 2001, ribuan demonstran menyerbu MPR dan meminta Presiden agar mengundurkan diri dengan alasan keterlibatannya dalam skandal korupsi. Di bawah tekanan dari MPR untuk memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam pemerintahannya, dia mengedarkan keputusan presiden yang memberikan kekuasaan negara sehari-hari kepada wakil presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan presiden tak lama kemudian. Kabinet pada masa pemerintahan Megawati disebut dengan [[Kabinet Gotong Royong]]. |
||
Tahun 2002, Masa pemerintahan ini mendapat pukulan besar ketika [[Sengketa Sipadan dan Ligitan|Pulau Sipadan dan Ligitan lepas dari NKRI]] berdasarkan keputusan [[Mahkamah Internasional]]. |
|||
=== Pemerintahan Yudhoyono === |
|||
=== Pemerintahan SBY === |
|||
Pada [[2004]], pemilu satu hari terbesar di dunia diadakan dan [[Susilo Bambang Yudhoyono]] tampil sebagai presiden baru Indonesia. Pemerintah baru ini pada awal masa kerjanya telah menerima berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti [[Gempa bumi Samudra Hindia 2004|gempa bumi besar di Aceh dan Nias]] pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan sebagian dari Aceh serta [[gempa bumi Sumatra Maret 2005|gempa bumi lain pada awal 2005]] yang mengguncang Sumatra. |
|||
Pada tahun 2004, [[Pemilihan umum Presiden Indonesia 2004|pemilu satu hari terbesar]] di dunia diselenggarakan, dengan [[Susilo Bambang Yudhoyono]] (SBY) terpilih sebagai [[Pemilihan umum Presiden Indonesia 2004|presiden pertama yang dipilih secara langsung]] oleh rakyat, kemudian membentuk [[Kabinet Indonesia Bersatu]]. Pemerintah ini pada awal masa kerjanya telah menerima berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti [[Gempa bumi Samudra Hindia 2004|gempa bumi besar di Aceh dan Nias]] pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan sebagian dari [[Aceh]] serta [[gempa bumi Sumatra Maret 2005|gempa bumi lain pada awal 2005]] yang mengguncang Sumatra. |
|||
Pada [[17 Juli]] [[2005]], sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah Indonesia dengan [[Gerakan Aceh Merdeka]] yang bertujuan mengakhiri konflik berkepanjangan selama 30 tahun di wilayah [[Aceh]]. |
|||
Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah Indonesia dengan [[Gerakan Aceh Merdeka]] yang bertujuan mengakhiri konflik berkepanjangan selama 30 tahun di wilayah [[Aceh]]. |
|||
== Catatan kaki == |
|||
{{reflist|2}} |
|||
=== Pemerintahan Joko Widodo === |
|||
{{utama|Kepresidenan Joko Widodo}} |
|||
{{Kembangkan bagian}} |
|||
== Lihat pula == |
|||
{{Portal|Indonesia|Sejarah}} |
|||
* [[Sejarah nama Indonesia]] |
* [[Sejarah nama Indonesia]] |
||
* [[Sejarah Lembaga Kepresidenan Indonesia]] |
* [[Sejarah Lembaga Kepresidenan Indonesia]] |
||
* [[Garis waktu sejarah Indonesia]] |
* [[Garis waktu sejarah Indonesia]] |
||
== Catatan kaki == |
|||
{{reflist|2}} |
|||
=== Sumber dan bacaan lebih lanjut === |
=== Sumber dan bacaan lebih lanjut === |
||
* {{en}} [http://www.asianscholarship.org/ejourn/articles/soh_byungkuk.doc Ideals without Heat: Indonesia Raya and the Struggle for Independence in Malaya, 1920-1948] |
* {{en}} [http://www.asianscholarship.org/ejourn/articles/soh_byungkuk.doc Ideals without Heat: Indonesia Raya and the Struggle for Independence in Malaya, 1920-1948]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} |
||
* {{en}} Ricklefs, M.C. 2001. ''A history of modern Indonesia since c.1200''. Stanford: Stanford University Press. ISBN 0-8047-4480-7 |
* {{en}} Ricklefs, M.C. 2001. ''A history of modern Indonesia since c.1200''. Stanford: Stanford University Press. ISBN 0-8047-4480-7 |
||
* {{en}} Taylor, Jean Gelman. 2003. ''Indonesia: Peoples and histories''. New Haven: Yale University Press. ISBN 0-300-09709-3 |
* {{en}} Taylor, Jean Gelman. 2003. ''Indonesia: Peoples and histories''. New Haven: Yale University Press. ISBN 0-300-09709-3 |
||
* {{en}} Schwarz, Adam. 1994. ''A Nation in Waiting: Indonesia's Search for Stability''. 2nd Edition. St Leonards, NSW |
* {{en}} Schwarz, Adam. 1994. ''A Nation in Waiting: Indonesia's Search for Stability''. 2nd Edition. St Leonards, NSW: Allen & Unwin. |
||
* {{en}} Sebagian isi artikel ini berasal dari ''Library of Congress''. |
* {{en}} Sebagian isi artikel ini berasal dari ''Library of Congress''. |
||
* {{id}} Sunanto Musyrifah. ''Sejarah Peradaban Islam indonesia, 2005, Rajawali Press, hal. 8-9. |
* {{id}} Sunanto Musyrifah. ''Sejarah Peradaban Islam indonesia, 2005, Rajawali Press, hal. 8-9. |
||
* {{id}} Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah, 1998, cet. IV, Mizan, hal 92-93 |
* {{id}} Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah, 1998, cet. IV, Mizan, hal 92-93 |
||
* {{id}} Hadi Arifin, Malikussaleh: Mutiara dari Pasai, 2005, PT. Madani Press, hal. Xvi |
* {{id}} Hadi Arifin, Malikussaleh: Mutiara dari Pasai, 2005, PT. Madani Press, hal. Xvi |
||
* {{cite book|url=https://books.google.com/books?id=MWlFCQAAQBAJ&pg=PA10|title=Culture and Customs of Singapore and Malaysia|author1=Jaime Koh|first=|author2=Stephanie Ho Ph.D.|date=22 Juni 2009|publisher=ABC-CLIO|isbn=978-0-313-35116-7|location=|url-status=live}} |
|||
* {{Cite book|last=Slamet Muljana|first=|date=2005|url=http://worldcat.org/oclc/61447145|title=Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara|location=|publisher=LKiS Yogyakarta|isbn=979-8451-16-3|oclc=61447145|url-status=live}} |
|||
* {{Cite book|last=Edi Sedyawati|first=|date=1987|url=http://worldcat.org/oclc/20534238|title=Sejarah Kota Jakarta, 1950-1980|location=|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional|isbn=|oclc=20534238|url-status=live}} |
|||
* {{Cite book|last=M. Adnan Amal|first=|date=2016|url=https://books.google.co.id/books?id=aCdIDwAAQBAJ&pg=PA79&dq=%22+Xaverius%22+tiba+1547&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiLiKnrzb_rAhULVH0KHegLDtUQ6AEwAHoECAYQAg#v=onepage&q=%22%20Xaverius%22%20tiba%201547&f=false|title=Kepulauan Rempah-rempah|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|isbn=978-602-424-166-7|language=id}} |
|||
* {{Cite book|last=M. Adnan Amal|first=|date=2002|url=http://worldcat.org/oclc/51856059|title=Maluku Utara: perjalanan sejarah, 1250-1800|location=|publisher=Universitas Khairun Ternate|isbn=|oclc=51856059|url-status=live}} |
|||
* {{Cite book|last=|first=|date=1974|url=https://books.google.co.id/books?id=Nh8sAAAAIAAJ&q=portugis+%22Kampong+Tugu%22&dq=portugis+%22Kampong+Tugu%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwin-K3v0qbrAhVm7XMBHd_6DLIQ6AEwAnoECAIQAg|title=Masyarakat Indonesia|location=Jakarta|publisher=Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia|isbn=|volume=1|language=|url-status=live}} |
|||
* {{Cite book|last=|first=|date=2000|url=http://worldcat.org/oclc/605692502|title=Lembaga budaya pela dan gandong di Maluku: Latar sejarah, peranan, dan fungsinya.|work=Proyek Pengembangan Media Kebudayaan|location=|publisher=Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Proyek Pengembangan Media Kebudayaan|isbn=|oclc=605692502|url-status=live}} |
|||
* {{Cite book|last=Sumarsono|first=|date=1993|url=http://worldcat.org/oclc/624226860|title=Sistem pemerintahan tradisional daerah Ambon|location=|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara|isbn=|oclc=624226860|url-status=live}} |
|||
* {{Cite book|last=Mukhaer Pakkanna|first=|date=2000|url=http://worldcat.org/oclc/606570300|title=Bara di Maluku : upaya untuk mempertahankan sejengkal tanah|location=|publisher=Yayasan Lukman Harun|isbn=979-95997-2-5|oclc=606570300|url-status=live}} |
|||
* {{Cite book|last=Hamka|first=|date=2020|url=https://books.google.co.id/books?id=WWjeDwAAQBAJ&pg=PA602&dq=babullah+%221575%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjx1OSm1KbrAhUigUsFHSQUCNYQ6AEwAHoECAQQAg#v=onepage&q=babullah%20%221575%22&f=false|title=Sejarah Umat Islam: Pra-Kenabian hingga Islam di Nusantara|location=|publisher=Gema Insani|isbn=978-602-250-714-7|language=|url-status=live}} |
|||
== Pranala luar == |
|||
* {{en}} [http://www.gimonca.com/sejarah/index.html Sejarah Indonesia]; alur waktu dalam sejarah indonesia |
* {{en}} [http://www.gimonca.com/sejarah/index.html Sejarah Indonesia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20041204114332/http://www.gimonca.com/sejarah/index.html |date=2004-12-04 }}; alur waktu dalam sejarah indonesia |
||
* {{en}} [http://www. |
* {{en}} [http://www.youtube.com/watch?v=p7Z6rZhPcCY Film dokumenter Hindia Belanda 1602-1949] |
||
* {{en}} [http://www.youtube.com/watch?v=p7Z6rZhPcCY Film dokumenter Hindia-Belanda 1602-1949] |
|||
{{Topik Indonesia}} |
|||
{{Sejarah Indonesia navbox|state=show}} |
{{Sejarah Indonesia navbox|state=show}} |
||
{{Sejarah provinsi Indonesia}} |
{{Sejarah provinsi Indonesia}} |
||
Baris 496: | Baris 488: | ||
[[Kategori:Sejarah Indonesia| ]] |
[[Kategori:Sejarah Indonesia| ]] |
||
[[Kategori:Indonesia]] |
|||
[[bn:ইন্দোনেশিয়া#ইতিহাস]] |
[[bn:ইন্দোনেশিয়া#ইতিহাস]] |
Revisi terkini sejak 14 Oktober 2024 16.27
Bagian dari seri mengenai |
---|
Sejarah Indonesia |
Garis waktu |
Portal Indonesia |
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (Mei 2022) |
Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai sejak zaman prasejarah berdasarkan penemuan "Manusia Jawa" yang berusia 1,7 juta tahun yang lalu. Periode sejarah Indonesia dapat dibagi menjadi lima era: Era Prakolonial/Era kerajaan, saat munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha dan Islam di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan yang sangat mengandalkan perdagangan; Era Kolonial, masuknya orang-orang Eropa (terutama Belanda, Portugis, dan Spanyol) yang menginginkan rempah-rempah mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar 350 tahun antara awal abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20; Era Kemerdekaan Awal, pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945) sampai jatuhnya Soekarno (1966); Era Orde Baru, 32 tahun masa pemerintahan Soeharto (1966–1998); serta Era Orde Reformasi yang berlangsung hingga saat ini
Prasejarah
Secara geologi, wilayah Indonesia modern (untuk kemudahan, selanjutnya disebut Nusantara) merupakan pertemuan antara tiga lempeng benua utama: Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik (lihat artikel Geologi Indonesia). Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini terbentuk pada saat melelehnya es setelah berakhirnya Zaman Es, sekitar 10.000 tahun yang lalu.
Pada masa Pleistosen, ketika masih terhubung dengan Asia Daratan, masuklah pemukim pertama. Bukti pertama yang menunjukkan penghuni awal adalah fosil-fosil Homo erectus manusia Jawa dari masa 2 juta hingga 500.000 tahun lalu. Penemuan sisa-sisa "manusia Flores" (Homo floresiensis)[1] di Liang Bua, Flores, membuka kemungkinan masih bertahannya H. erectus hingga masa Zaman Es terakhir.[2]
Homo sapiens pertama diperkirakan masuk ke Nusantara sejak 100.000 tahun yang lalu melewati jalur pantai Asia dari Asia Barat, dan pada sekitar 60.000 sampai 70.000 tahun yang lalu telah mencapai Pulau Papua dan Australia.[3] Mereka, yang berfenotipe kulit gelap dan rambut ikal rapat, menjadi nenek moyang penduduk asli Melanesia (termasuk Papua sekarang) dan membawa kultur kapak lonjong (Paleolitikum). Gelombang pendatang berbahasa Austronesia dengan kultur Neolitikum datang secara bergelombang sejak 3000 SM dari Cina Selatan melalui Formosa dan Filipina membawa kultur beliung persegi (kebudayaan Dongson). Proses migrasi ini merupakan bagian dari pendudukan Pasifik. Kedatangan gelombang penduduk berciri Mongoloid ini cenderung ke arah barat, mendesak penduduk awal ke arah timur atau berkawin campur dengan penduduk setempat dan menjadi ciri fisik penduduk Maluku serta Nusa Tenggara. Pendatang ini membawa serta teknik-teknik pertanian, termasuk bercocok tanam padi di sawah (bukti paling lambat sejak abad ke-8 SM), beternak kerbau, pengolahan perunggu dan besi, teknik tenun ikat, praktik-praktik megalitikum, serta pemujaan roh-roh (animisme) serta benda-benda keramat (dinamisme). Pada abad pertama SM sudah terbentuk permukiman-permukiman serta kerajaan-kerajaan kecil, dan sangat mungkin sudah masuk pengaruh kepercayaan dari India akibat hubungan perdagangan.
Era Kerajaan-Kerajaan di Nusantara
Sejarah awal
Para cendekiawan India telah menulis tentang Dwipantara atau kerajaan Hindu Jawa Dwipa di Pulau Jawa dan Sumatra atau Swarna Dwipa sekitar 200 SM. Bukti fisik awal yang menyebutkan mengenai adanya empat kerajaan bercorak Hinduisme pada abad ke-1 dan abad ke-5, yaitu Kerajaan Salakanagara yang berdiri di Jawa Barat sekitar tahun 130 M atau abad ke-1 sementara Kerajaan Kandis di Sumatra dan kerajaan kerajaan pada abad ke-4 sampai abad ke-5 mulai muncul seperti Kerajaan Tarumanagara yang menguasai Jawa Barat dan Kerajaan Kutai di pesisir Sungai Mahakam, Kalimantan. Pada tahun 425 ajaran Buddhisme telah mencapai wilayah tersebut.
Nusantara telah mempunyai warisan peradaban berusia ratusan tahun dengan dua kekaisaran besar, yaitu Sriwijaya di Sumatra pada abad ke-7 hingga 14 dan Majapahit di Jawa pada abad ke-13 sampai 16, ditambah dengan puluhan kerajaan kecil yang seringkali menjadi vassal tetangganya yang lebih kuat atau saling terhubung dalam semacam ikatan perkawinan dan perdagangan (seperti di Maluku). Hal tersebut telah terjadi sebelum Eropa Barat mengalami masa Renaisans pada abad ke-16.
-
Topeng kubur dari Indonesia, sebelum abad ke-5.
-
Patung pendekar perunggu (dengan tombak), Jawa, sekitar tahun 500 SM–300 M.
-
Patung pendekar perunggu (dengan pedang), Jawa, sekitar tahun 500 SM–300 M.
Kerajaan Hindu-Buddha
Pada abad ke-4 hingga abad ke-7 di wilayah Jawa Barat terdapat kerajaan bercorak Hindu-Buddha, yaitu Kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. Pada abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok, I-Tsing, mengunjungi ibu kota Sriwijaya, Palembang, sekitar tahun 670-an. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat dan Semenanjung Melayu. Kerajaan Sriwijaya juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, yaitu Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.
Kerajaan & Kesultanan Islam
Kesultanan sebagai sebuah pemerintahan oleh penguasa Muslim hadir di Indonesia sekitar abad ke-12 dan membangun tamadun. Namun, sebenarnya Islam sudah masuk ke Indonesia pada abad ke-7. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Tiongkok, Sriwijaya di Asia Tenggara, dan Bani Umayyah di Asia Barat sejak abad ke-7.[4]
Menurut sumber-sumber Cina zaman Dinasti Tang, menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin permukiman Arab Muslim di pesisir pantai Sumatra. Islam pun memberikan pengaruh kepada institusi politik yang ada. Hal ini tampak pada tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi yang bernama Srindrawarman mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Kekhalifahan Umayyah meminta dikirimkan mubalig yang bisa menjelaskan Islam kepadanya. Surat itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Allah. Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang takbegitu banyak, tetapi sekadar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.” Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula beragama Hindu, menjadi masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama 'Sribuza Islam'. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi diserang oleh Sriwijaya Palembang yang masih menganut Buddha.[5]
Islam terus mengokoh menjadi institusi politik yang mengemban Islam. Misalnya, sebuah kesultanan Islam bernama Kesultanan Peureulak didirikan pada 1 Muharram 225 H atau 12 November 839 M. Contoh lain adalah Kesultanan Ternate. Islam masuk ke kerajaan di Kepulauan Maluku ini tahun 1440.
Kesultanan Islam kemudian semakin menyebarkan berbagai ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan Hindu dan Buddha sebagai kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di Jawa dan Sumatra. Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoritas Hindu. Di kepulauan-kepulauan di Timur, rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan tersebut.
Penyebaran Islam dilakukan melalui hubungan perdagangan di luar Nusantara; hal ini, karena para penyebar dakwah atau mubalig merupakan utusan dari negara-negara Muslim yang datang dari luar Indonesia, maka untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, para mubalig ini bekerja melalui cara berdagang, para mubalig inipun menyebarkan Islam kepada para pedagang dari penduduk pribumi, hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaanlah yang pertama mengadopsi agama baru tersebut. Kerajaan Islam penting termasuk di antaranya: Kesultanan Demak, Kerajaan Djipang, Kerajaan Samudera Pasai, Kesultanan Banten yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara Eropa, Kesultanan Mataram, Kesultanan Iha, Kesultanan Gowa, Kesultanan Gorontalo, Kesultanan Ternate, dan Kesultanan Tidore di Maluku.
Era kolonial
Kolonisasi Portugis dan Spanyol
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. |
Afonso de Albuquerque, seorang tokoh yang membuat kawasan Nusantara waktu itu dikenal oleh orang Eropa dan dimulainya kolonisasi oleh Portugis bersama dengan bangsa Eropa lain, terutama Britania dan Belanda, juga Spanyol dalam waktu yang singkat.
Dari Sungai Tajo yang bermuara ke Samudra Atlantik itulah armada Portugis mengarungi Samudra Atlantik, yang memakan waktu sebulan hingga tiga bulan, melewati Tanjung Harapan di Afrika, menuju Selat Malaka. Dari sini penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah, komoditas yang setara emas kala itu.
”Pada abad ke-16 saat petualangan itu dimulai biasanya para pelaut negeri Katolik itu diberkati oleh pastor dan raja sebelum berlayar melalui Sungai Tagus,” kata Teresa. Biara St Jeronimus (Portugis: Mosteiro Dos Jeronimos) didirikan oleh Raja Manuel I pada tahun 1502 di tempat saat Vasco da Gama memulai petualangan ke timur.
Museum Maritim (Portugis: Museu de Marinha) didirikan oleh Raja Luis I pada 22 Juli 1863 untuk mengenang sejarah maritim Portugis.
Selain patung di taman, lukisan Afonso de Albuquerque juga menjadi koleksi museum itu. Di bawah lukisan itu tertulis, ”Gubernur India 1509-1515. Peletak dasar Kerajaan Portugis di India yang berbasis di Ormuz, Goa, dan Malaka. Pionir kebijakan kekuatan laut sebagai kekuatan sentral kerajaan”. Berbagai barang perdagangan Portugis juga dipamerkan di museum itu, bahkan gundukan lada atau merica.
Ada sejumlah motivasi mengapa Kerajaan Portugis memulai petualangan ke timur. Ahli sejarah dan arkeologi Islam Uka Tjandrasasmita dalam buku Indonesia-Portugal: Five Hundred Years of Historical Relationship (Cepesa, 2002), mengutip sejumlah ahli sejarah, menyebutkan tidak hanya ada satu motivasi Kerajaan Portugis datang ke Asia. Ekspansi itu mungkin dapat diringkas dalam tiga kata bahasa Portugis, yakni Feitoria, Fortaleza, dan Igreja (mirip seperti kata Gold, Glory, Gospel). Arti harfiahnya adalah emas, kejayaan, dan gereja atau perdagangan, dominasi militer, dan penyebaran agama Katolik.
Menurut Uka, Albuquerque, Gubernur Portugis Kedua dari India Portugis, Kerajaan Portugis di Asia, merupakan arsitek utama ekspansi Portugis ke Asia. Dari Goa, ia memimpin langsung ekspedisi ke Malaka dan tiba di sana awal Juli 1511 membawa 15 kapal besar dan kecil serta 600 tentara. Ia dan pasukannya mengalahkan armada Malaka pada 10 Agustus 1511. Sejak itu Portugis menguasai perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa. Setelah menguasai Malaka, ekspedisi Portugis yang dipimpin Antonio de Abreu mencapai Maluku, pusat rempah-rempah.
Periode kolonisasi Portugis di Nusantara
Sekitar tahun 1511-1526, Nusantara menjadi pelabuhan maritim penting bagi Kerajaan Portugis, yang secara reguler menjadi rute maritim untuk menuju Pulau Sumatra, Jawa, Banda, dan Maluku.
Pada tahun 1511 Portugis berhasil mengalahkan Kerajaan Malaka.[6] Lalu pada tahun 1522, Portugis sudah sampai di Pelabuhan Sunda untuk menandatangani perjanjian dagang dengan Raja Sunda. Perjanjian dagang tersebut dilakukan pada tanggal 21 Agustus 1522.[7] Pada hari yang sama dibangun sebuah prasasti yang disebut Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal di suatu tempat yang saat ini menjadi sudut Jalan Cengkih dan Jalan Kali Besar Timur I, Jakarta Barat. Dengan perjanjian ini maka Portugis dibolehkan membangun gudang atau benteng di Sunda Kelapa.[8]
Pada 1512, Afonso de Albuquerque mengirim sebuah ekspedisi yang terdiri dari dua kapal dan sebuah karavel di bawah pimpinan Antonio de Abreu untuk mencari kepulauan rempah-rempah.[9]
Kehadiran Portugis di perairan dan kepulauan Indonesia itu telah meninggalkan jejak-jejak sejarah yang sampai hari ini masih dipertahankan oleh komunitas lokal di Nusantara, khususnya di Flores, Solor dan Maluku. Di Jakarta, terdapat Kampong Tugu yang terletak di antara Kali Cakung, pantai Cilincing, dan tanah Marunda. Penduduk kampung tersebut menamakan diri "orang Portugis" dan percaya bahwa mereka adalah turunan bangsa Portugis.[10]
Bangsa Eropa pertama yang menemukan Maluku adalah Portugis, pada tahun 1512. Pada waktu itu 2 armada Portugis, masing-masing di bawah pimpinan Antonio de Abreu dan Fransisco Serrao, mendarat di Kepulauan Banda dan Kepulauan Penyu.[11] Setelah mereka menjalin persahabatan dengan penduduk dan raja-raja setempat, seperti dengan Kerajaan Ternate di pulau Ternate, Portugis diberi izin untuk mendirikan benteng di Pikaoli, yang terletak di antara Negeri Hitu Lama dan Mamala di Pulau Ambon sekarang.[12] Namun hubungan dagang rempah-rempah ini tidak berlangsung lama, karena Portugis menerapkan sistem monopoli sekaligus melakukan penyebaran agama Kristen yang membuat mereka tidak disukai.
Salah seorang misionaris terkenal adalah Fransiskus Xaverius. Tiba di Ambon pada tahun 1546,[13] kemudian melanjutkan perjalanan ke Ternate.[14] Persahabatan Portugis dan Ternate berakhir pada tahun 1570. Pada akhir tahun 1575, bangsa Portugis menyerah kepada Sultan Baabullah.[15]
Perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis, dimanfaatkan Belanda untuk menjejakkan kakinya di Maluku. Pada tahun 1605, Belanda berhasil memaksa Portugis untuk menyerahkan pertahanannya di Ambon kepada Steven van der Hagen dan di Tidore kepada Sebastiansz Cornelisz.[16] Demikian pula benteng Inggris di Kambelo, Pulau Seram, dihancurkan oleh Belanda.[17] Sejak saat itu Belanda berhasil menguasai sebagian besar wilayah Maluku.
Kedudukan Belanda di Maluku semakin kuat dengan berdirinya VOC pada tahun 1602, dan sejak saat itu Belanda menjadi penguasa tunggal di Maluku.[18] Di bawah kepemimpinan Jan Pieterszoon Coen, Gubernur-Jenderal VOC, perdagangan cengkih di Maluku sepunuhnya berada di bawah kendali VOC selama sekitar 350 tahun. Untuk keperluan ini VOC tidak segan-segan mengusir pesaingnya; Portugis, Spanyol, dan Inggris. Bahkan puluhan ribu orang Maluku menjadi korban kebrutalan VOC.
Kemudian mereka membangun benteng di Ternate tahun 1511, kemudian tahun 1512 membangun Benteng di Amurang Sulawesi Utara. Portugis kalah perang dengan Spanyol maka daerah Sulawesi Utara diserahkan dalam kekuasaan Spanyol (1560-1660). Kerajaan Portugis kemudian dipersatukan dengan Kerajaan Spanyol. Pada abad ke-17 datang armada dagang VOC yang kemudian berhasil mengusir Portugis dari Ternate, sehingga kemudian Portugis mundur dan menguasai Timor Timur (sejak 1515).
Kolonialisme dan Imperialisme mulai merebak di Indonesia sekitar abad ke-15, yaitu diawali dengan pendaratan bangsa Portugis di Malaka dan bangsa Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtman pada tahun 1596, untuk mencari sumber rempah-rempah dan berdagang.
Perlawanan penduduk pribumi
Portugis berlaku semena-mena dalam membangun hubungan dagang, salah satu contohnya adalah melakukan praktik monopoli. Hal ini menimbulkan kemarahan dari penduduk sekitar yang akhirnya menimbulkan perlawanan terhadap Portugis, diantaranya adalah:
Perlawanan Rakyat Minahasa terhadap Portugis
Perjuangan perlawanan Rakyat Perserikatan Minahasa melawan Portugis telah berlangsung dari tahun 1512-1560, dengan gabungan perserikatan suku-suku di Minahasa maka mereka dapat mengusir Portugis. Portugis membangun beberapa Benteng pertahanan di Minahasa di antaranya di Amurang dan Kema.[19]
Perlawanan Rakyat Malaka terhadap Portugis
Pada tahun 1511, armada Portugis yang dipimpin oleh Albuquerque menyerang Kerajaan Malaka. Usaha perlawanan kolonial Portugis di Malaka yang terjadi pada tahun 1513 mengalami kegagalan karena kekuatan dan persenjataan Portugis lebih kuat. Pada tahun 1527, armada Demak di bawah pimpinan Fatahillah/Falatehan dapat menguasai Banten,Sunda Kelapa, dan Cirebon. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh Fatahillah/Falatehan dan ia kemudian mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang artinya kemenangan besar, yang kemudian menjadi Jakarta.[20][21]
Perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis
Mulai tahun 1554 hingga tahun 1555, upaya Portugis tersebut gagal karena Portugis mendapat perlawanan keras dari rakyat Aceh.[22] Pada saat Sultan Iskandar Muda berkuasa, Kerajaan Aceh pernah menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1615 dan 1629.[23][24]
Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis
Bangsa Portugis pertama kali mendarat di Maluku pada tahun 1511. Kedatangan Portugis berikutnya pada tahun 1513. Akan tetapi, Ternate merasa dirugikan oleh Portugis karena keserakahannya dalam memperoleh keuntungan melalui usaha monopoli perdagangan rempah-rempah.
Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh rakyat Maluku untuk mengusir Portugis di Maluku. Pada tahun 1570, rakyat Ternate yang dipimpin oleh Sultan Hairun dapat kembali melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis, namun dapat diperdaya oleh Portugis hingga akhirnya tewas terbunuh di dalam Benteng Duurstede.[25] Selanjutnya dipimpin oleh Sultan Baabullah pada tahun 1574. Portugis diusir yang kemudian bermukim di Pulau Timor.
Garis waktu kolonialisasi Eropa di Indonesia
Kolonialisasi Spanyol
- 1521 - Spanyol mendarat di Sulawesi Utara
- 1560 - Spanyol mendirikan pos di Manado.
- 1617 - Gerakan perlawanan rakyat Minahasa di Sulawesi Utara untuk mengusir kolonial Spanyol.
- 1646 - Spanyol di usir dari Minahasa dan Sulawesi Utara. Tahun selanjutnya Spanyol masih mencoba memengaruhi kerajaan sekitar untuk merebut kembali Minahasa tapi gagal, terakhir dengan mendukung Bolaang Mongondow yang berakhir tahun 1692.
Kolonialisasi Portugis
1509 - 1520
- 1509 - Portugis tiba pertama kali di Melaka.
- 1511
- April - Laksamana Portugis Alfonso de Albuquerque memutuskan berlayar dari Goa ke Malaka.
- 10 Agustus - Pasukan Albuquerque menguasai Melaka.
- Sultan Melaka, Mahmud Syah melarikan diri ke Riau.
- Portugis di Melaka menghancurkan armada dari kesultanan Demak di Jawa.
- Pati Unus berkuasa di Jepara.
- Desember, Albuquerque mengirim tiga kapal di bawah Antonio de Abreu dari Melaka untuk menjelajah ke arah Timur.
- 1512 Perjalanan ekspedisi De Abreu dari Melaka menuju Madura, Bali, Lombok, Aru dan Banda.
- Dua kapal rusak di Banda. Da Breu kembali ke Melaka; Francisco Serrão memperbaiki kapal dan melanjutkan menuju ke Ambon, Ternate, dan Tidore. Serrão menawarkan dukungan bagi Ternate dalam perselisihannya dengan Tidore, pasukannya mendirikan sebuah pos Portugis di Ternate.
- 1513 Pasukan dari Jepara dan Palembang menyerang Portugis di Melaka, tetapi berhasil dipukul mundur. Maret, Portugis mengirim seorang duta menemui Raja Sunda di Pajajaran. Portugis diizinkan untuk membangun sebuah benteng di Sunda Kelapa (sekarang Jakarta).
- Portugis menghubungi Raja Udara, anak dari Girindrawardhana dan penguasa bekas kerajaan Majapahit
- Portugis membangun pabrik-pabrik di Ternate dan Bacan.
- Udara menyerang Demak dengan bantuan dari Raja Klungkung dari Bali. Pasukan Majapahit dipukul mundur, tapi Sunan Ngudung tewas dalam pertempuran. Banyak pendukung Majapahit melarikan diri ke Bali.
- 1514
- Ali Mughayat Syah mendirikan Kesultanan Aceh, dan menjadi Sultan Aceh pertama.
- 1515
- Portugis pertama kali tiba di Timor.
- 1518
- Sultan Mahmud dari Melaka mengambil alih kekuasaan di Johor.
- Raden Patah meninggal dunia; Pati Unus menjadi Sultan Demak.
- 1520
- Aceh mulai menguasai pantai timur laut Sumatra.
- Rakyat Bali menyerang Lombok.
- Para pedagang Portugis mulai mengunjungi Flores dan Solor.
- Banjar di Kalimantan menjadi Kesultanan Islam.
1521–1530
- 1521
- Adipati Unus memimpin armada dari Demak dan Cirebon melawan orang-orang Portugis di Melaka. Ia terbunuh dalam pertempuran. Trenggono menjadi Sultan Demak.
- Portugis merebut Pasai di Sumatra.
- Sunan Gunung Jati (dari Cirebon) meninggalkan Pasai berangkat ke Mekkah.
- Kapal terakhir dari ekspedisi Magelhaens mengeliling dunia berlayar antara pulau Lembata dan Pantar di Nusa Tenggara.
- 1522
- Februari - ekspedisi Portugis di bawah De Brito tiba di Banda.
- Mei - ekspedisi De Brito tiba di Ternate, membangung sebuah benteng Portugis.
- Kerajaan Sunda, yang mayoritas beragama Hindu, meminta bantuan Portugis untuk menghadapi kemungkinan serangan Demak yang beragama Islam. Kontrak kerja sama ditandatangani dan sebuah padrao didirikan di Sunda Kelapa
- Sisa-sisa ekspedisi Magelhaens berkeliling dunia mengunjungi Timor.
- Portugis membangun benteng di Hitu, Ambon.
- 1523
- Sunan Gunung Jati kembali dari Mekkah, kembali ke Cirebon, dan menetap di Demak, menikahi saudara perempuan Sultan Trenggono.
- 1524
- Sunan Gunung Jati dari Cirebon dan anaknya Hasanuddin (di Banten) melakukan dakwah secara terbuka dan rahasia di Jawa Barat untuk memperlemah Kerajaan Sunda yang beribu kota di Pajajaran dan persekutuannya dengan Portugis. Pemerintah lokal di Banten, yang tadinya tergantung pada Pajajaran, masuk Islam dan bergabung dengan pihak Cirebon dan Demak.
- Aceh merebut Pasai dan Pedir di Sumatera Utara.
- 1525
- Hasanuddin (dari Banten), anak dari Gunungjati (dari Cirebon), melakukan dakwah di Lampung.
- 1526
- Portugis membangun benteng pertama di Timor.
- 1527
- Demak menaklukkan Kediri, sisa-sisa Hindu dari kerajaan Majapahit; Sultan-sultan Demak mengklaim sebagai pengganti Majapahit; Sunan Kudus ikut serta.
- Demak merebut Tuban.
- Cirebon, dibantu Demak, menduduki Sunda Kelapa, pelabuhan Kerajaan Sunda. Fatahillah mengganti namanya menjadi Jayakarta. (Nama ini dikatakan berkat pimpinan Fatahillah namun mungkin ini adalah nama yang diberikan kepada Sunan Gunung Jati dari Cirebon) Para penjaga keamanan pelabuhan Kerajaan Sunda didorong mundur meninggalkan daerah pesisir. Dengan demikian pembangunan gudang atau benteng sesuai perjanjian dagang antara Portugis dengan Kerajaan Sunda batal terwujud.
- Kerajaan Palakaran di Madura, yang berbasis di Arosbaya (kini Bangkalan), menjadi Islam di bawah Kyai Pratanu.
- Ekspedisi dari Spanyol dan Meksiko berusaha mengusir Portugis dari Maluku.
- 1529
- Demak menaklukkan Madiun.
- Raja Spanyol dan Raja Portugal menyepakati Perjanjian Zaragoza, yang isinya sepakat bahwa Maluku menjadi milik Portugal, dan Filipina menjadi milik Spanyol.
- 1530
- Salahuddin menjadi Sultan Aceh.
- Surabaya dan Pasuruan takluk kepada Demak. Demak merebut Kerajaan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur Jawa.
- Kesultanan Gowa mulai meluas dari Makassar.
- Banten memperluas pengaruhnya atas Lampung.
1531–1540
- 1536
- Serangan besar Portugis terhadap Johor.
- Antonio da Galvão menjadi gubernur di pos Portugis di Ternate; mendirikan pos Portugis di Ambon.
- Portugis mengasingkan Sultan Tabariji dari Ternate ke Goa karena mencurigainya melakukan kegiatan-kegiatan anti Portugis, menggantikannya dengan saudara-saudaranya.
- 1537
- Serangan Aceh atas Melaka gagal. Salahuddin digantikan oleh Alaudin Riayat Syah I.
- 1539
- Aceh menyerang suku Batak di bagian selatan mereka.
- 1540
- Portugis meningkatkan hubungan diplomatik dengan Gowa.
- Kesultanan Butung didirikan.
1541–1550
- 1545
- Demak menaklukkan Malang. Gowa membangun benteng di Ujung Pandang.
- 1546
- Demak menyerang Blambangan namun gagal.
- Trenggono dari Demak meninggal dan digantikan oleh Prawata. Menantunya, Joko Tingkir memperluas pengaruhnya dari Pajang (dekat Sukoharjo sekarang).
- St. Fransiskus Xaverius berkunjung ke Manado dan Kema.[26]
- 1547
- Aceh menyerang Malaka.
- 1549
- Sunan Prawata meninggal
- Arya Penangsang menggantikan Prawata sebagai Sultan Demak
- 1550
- Portugis mulai membangun benteng-benteng di Flores.
- 1554
- Arya Penangsang meninggal, Kesultanan Demak runtuh.
1551–1560
- 1551
- Johor menyerang Portugis Melaka dengan bantuan armada Ratu Kalinyamat dari Jepara.
- Pasukan-pasukan dari Ternate menguasai Kesultanan Jailolo di Halmahera dengan bantuan Portugis.
- 1552
- Hasanuddin memisahkan diri dari Demak dan mendirikan Kesultanan Banten, lalu merebut Lampung untuk Kesultanan yang baru.
- Aceh mengirim duta ke Sultan Suleiman I, Sultan Utsmaniyah di Istanbul.
- 1558
- Leiliato memimpin suatu pasukan dari Ternate untuk menyerang Portugis di Hitu.
- Portugis membangun benteng di Bacan.
- Ki Ageng Pemanahan menerima distrik Mataram dari Joko Tinggir, memerintah di Pajang.
- Wabah cacar di Ternate.
- 1559
- Para misionaris Portugis mendarat di Timor. Khairun menjadi Sultan Ternate.
- 1560
- Portugis mendirikan pos misi dan perdagangan di Panarukan, di ujung timur Jawa.
- Spanyol mendirikan pos di Manado.
1561–1570
- 1561
- Misi Dominikan Portugis didirikan di Solor.
- 1564
- Wabah cacar di Ambon.
- 1565
- Aceh menyerang Johor.
- Kutai di Kalimantan menjadi Kesultanan.
- 1566
- Misi Dominikan Portugis di Solor membangun sebuah benteng batu.
- 1568
- Serangan yang gagal oleh Aceh di Melaka Portugis.
- 1569
- Portugis membangun benteng kayu di pulau Ambon.
- 1570
- Aceh menyerang Johor lagi, namun gagal.
- Sultan Khairun dari Ternate menandatangani sebuah perjanjian damai dengan Gubernur Lopez de Mezquita,[27] tetapi agen Portugis membunuh Sultan Hairun.[28] Baabullah menjadi Sultan Ternate (hingga * 1583), dan bersumpah untuk mengusir Portugis keluar dari benteng-benteng mereka.
- Maulana Yusuf menjadi Sultan Banten.
1571–1590
- 1571
- Alaudin Riyat Shah meninggal, kekacauan di Aceh hingga 1607.
- 1574
- Jepara memimpin serangan yang gagal di Melaka.
- 1575
- Sultan Babullah berhasil mengusir Portugis dari Ternate. Karena itu Portugis membangun sebuah benteng di Tidore.
- 1576
- Portugis membangun benteng di kota Ambon sekarang.
- 1577
- Ki Ageng Pemanahan mendirikan Kota Gede (dekat Yogyakarta sekarang).
- 1579
- Banten menyerang dan meluluhlantakkan Pajajaran merebut sisa-sisa Kerajaan Sunda, dan melakukan Islamisasi. Raja Sunda terakhir yang enggan memeluk Islam, yaitu Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana, meninggalkan ibu kota Kerajaan Sunda tersebut dan meninggal dalam pelarian di daerah Banten.
- November, Sir Francis Drake dari Britania, setelah menyerang kapal dan pelabuhan Spanyol di Amerika, tiba di Ternate. Sultan Babullah, yang juga membenci orang-orang Spanyol, mengadakan perjanjian persahabatan dengan Britania.
- 1580
- 1581
- Sekitar saat ini, Kyai Ageng Pemanahan mengambil alih distrik Mataram (yang telah dijanjikan kepadanya oleh Joko Tingkir, yang menundanya hingga Sunan Kalijaga dari Wali Songo mendesaknya), mengubah namanya menjadi Kyai Gedhe Mataram.
- 1584
- Sutawijaya menggantikan ayahnya Kyai Gedhe Mataram sebagai pemerintah lokal dari Mataram, memerintah dari Kota Gede.
- 1585
- Sultan Aceh mengirim surat kepada Elizabeth I dari Britania.
- Kapal Portugis yang dikirim untuk membangun sebuah benteng dan misi di Bali karam tepat di lepas pantai.
- 1587
- Sutawijaya mengalahkan Pajang dan Joko Tingkir meninggal; garis keturunan beralih kepada Sutawijaya. Gunung Merapi meletus.
- Portugis di Melaka menyerang Johor.
- Portugis menandatangani perjanjian perdamaian dengan Sultan Aceh.
- Sir Thomas Cavendish dari Britania mengunjungi Jawa.
- 1588
- Sutawijaya mengganti namanya menjadi Panembahan Senopati; merebut Pajang dan Demak.
- 1590
- Desa asli Medan didirikan.
1591–1659
- 1591
- Senopati merebut Madiun, lalu Kediri.
- Sir James Lancaster dari Britania tiba di Aceh dan Penang, tetapi misinya gagal.
- Ternate menyerang Portugis di Ambon.
- 1593
- Ternate mengepung Portugis di Ambon kembali.
- 1595
- 2 April, ekspedisi Belanda di bawah De Houtman berangkat ke Hindia Belanda.
- Suriansyah menjadikan Banjar di Kalimantan sebuah Kesultanan (belakangan Banjarmasin).
- Portugis membangun benteng di Ende, Flores
- 1654
- Orang Minahasa mengizinkan Belanda membangun loji di Manado.[29]
Kolonisasi VOC
Mulai tahun 1602 Kongsi dagang VOC yang didirikan di Republik Belanda bersaing dengan kerajaan Portugal dan Kerajaan Spanyol dalam dominasi perdagangan rempah di Hindia Timur (Nusantara), secara perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia, dengan memanfaatkan Perselisihan dan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. VOC berhasil mengeliminasi Kongsi dagang EIC yang didirikan oleh kerajaan Inggris yang bertahan di Bengkulu hingga 1824, satu-satunya koloni Portugal yang masih bertahan hingga abad 20 adalah Timor Portugis, yang tetap dikuasai Portugal hingga 1975 ketika berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama Timor Timur.
Pada abad ke-17 dan 18 Hindia Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda namun dikuasai oleh perusahaan dagang bernama VOC (bahasa Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.
Kongsi Dagang VOC dan yang dilanjutkan oleh pemerintah kolonial Belanda mendominasi Indonesia selama hampir 350 tahun (antara 1602 dan 1945), kecuali untuk suatu masa pendek di mana sebagian kecil dari Indonesia dikuasai Britania setelah Perang Jawa Britania-Belanda (perpanjangan dari perang Napoleonik di Eropa) dan masa penjajahan Jepang pada masa Perang Dunia II. Pada masa penguaasaan VOC terhadap nusantara banyak penduduk di nusantara menderita akibat monopoli, peperangan dan pajak dari VOC, salah satu perusahaan terbuka yang terbesar dalam sejarah, Setelah VOC bangkrut pada 1799 dan aset-asetnya di nusantara diambil alih oleh kerajaan Belanda dalam bentuk pemerintahan kolonial, Belanda mulai mengembangkan Hindia Belanda menjadi salah satu kekuasaan kolonial terkaya di dunia. 350 tahun penjajahan Belanda bagi sebagian orang adalah berlebihan karena banyak wilayah di Indonesia seperti Aceh dan Papua baru ditaklukkan secara penuh oleh Belanda mendekati abad ke 20.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala.
VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.
Kolonisasi pemerintah Belanda
Era Napoleon (1800-1811)
Setelah VOC jatuh bangkrut dan dibubarkan pada akhir abad ke-18, tepatnya adalah pada tahun 1 Januari 1800 dan setelah Belanda kalah Perang Eropa dan dikuasai Prancis, maka Hindia Belanda jatuh ke tangan Prancis, walaupun secara pemerintahan masih di bawah negara kesatuan Republik Belanda (hingga 1806), kemudian dilanjutkan Kerajaan Hollandia (hingga 1810). Sejak saat itu dimulailah perang perebutan kekuasaan antara Prancis (Belanda) dan Britania Raya, yang ditandai dengan peralihan kekuasaan beberapa wilayah Hindia Belanda dan perjanjian, antara lain Persetujuan Amiens hingga Kapitulasi Tuntang.
Dalam masa ini Hindia Belanda berturut-turut diperintah oleh Gubernur Jenderal Overstraten, Wiese, Daendels, dan yang terakhir adalah Janssens. Pada masa Daendels dibangunlah Jalan Raya Pos atau Jalan Anyer-Panarukan (jalur Pantura sekarang), kemudian meluaskan daerah jajahan hingga ke Lampung, namun kehilangan Ambon, Ternate dan Tidore yang direbut Britania. Tahun 1810 ketika Prancis menganeksasi Belanda, maka bendera Prancis dikibarkan di Batavia, dan Daendels kembali ke Eropa untuk berperang di bawah Napoleon. Janssens, penggantinya, tidak memerintah lama, karena Britania di bawah Lord Minto datang dan merebut Jawa dari Belanda-Prancis.
Interregnum Britania (1811-1816)
Setelah Britania menguasai Jawa, pemerintahan beralih sementara dari Belanda ke Britania, hingga akhir perang Napoleon pada tahun 1816 ketika Britania harus mengembalikan Hindia Belanda kepada Kerajaan Belanda. Lord Minto menjadi Gubernur Jenderal pertama yang bermarkas di India, sedangkan Raffles diangkat menjadi Wakil Gubernur yang memimpin Jawa. Raffles kemudian membenahi pemerintahan di Jawa sesuai sistem pemerintahan Britania.
Salah satu penemuan penting pada pemerintahan Raffles adalah penemuan kembali Candi Borobudur, salah satu candi Buddha terbesar di dunia, dan Gunung Tambora di Sumbawa meletus, dengan korban langsung dan tidak langsung mencapai puluhan ribu jiwa
Pemerintahan Kerajaan Belanda (sejak 1816)
Setelah Kongres Wina mengakhiri Perang Napoleon dan mengembalikan Jawa ke Belanda, sejak 16 Agustus 1816 pemerintah Kerajaan Belanda berkuasa dan berdaulat penuh atas wilayah Hindia Belanda yang tertulis dalam Undang-Undang Kerajaan Belanda tahun 1814 dan diamendemen tahun 1848, 1872, dan 1922 menurut perkembangan wilayah Hindia Belanda, hingga 1942 ketika Jepang datang menyerbu dalam Perang Dunia II.
Dalam masa ini, terjadi pemberontakan besar di Jawa dan Sumatra, yang terkenal dengan Perang Diponegoro atau Perang Jawa, pada tahun 1825-1830, dan Perang Padri (1821-1837), dan perang-perang lainnya. Setelah tahun 1830 sistem tanam paksa yang dikenal sebagai cultuurstelsel dalam bahasa Belanda mulai diterapkan. Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu, seperti teh, kopi dll. Hasil tanaman itu kemudian diekspor ke mancanegara. Sistem ini membawa kekayaan yang besar kepada para pelaksananya - baik yang Belanda maupun yang Indonesia. Sistem tanam paksa ini adalah monopoli pemerintah dan dihapuskan pada masa yang lebih bebas setelah 1870.
Pada 1901 pihak Belanda mengadopsi apa yang mereka sebut Politik Etis (bahasa Belanda: Ethische Politiek), yang termasuk investasi yang lebih besar dalam pendidikan bagi orang-orang pribumi, dan sedikit perubahan politik. Di bawah gubernur-jenderal J.B. van Heutsz pemerintah Hindia Belanda memperpanjang kekuasaan kolonial secara langsung di sepanjang Hindia Belanda, dan dengan itu mendirikan fondasi bagi negara Indonesia saat ini.
Gerakan nasionalisme
Pada 1905 gerakan nasionalis yang pertama, Serikat Dagang Islam dibentuk dan kemudian diikuti pada tahun 1908 oleh gerakan nasionalis berikutnya, Budi Utomo. Belanda merespon hal tersebut setelah Perang Dunia I dengan langkah-langkah penindasan. Para pemimpin nasionalis berasal dari kelompok kecil yang terdiri dari profesional muda dan pelajar, yang beberapa di antaranya telah dididik di Belanda. Banyak dari mereka yang dipenjara karena kegiatan politis, termasuk Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno.
Perang Dunia II
Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Jerman Nazi. Hindia Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke Amerika Serikat dan Britania. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di bulan Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada bulan Maret 1942.
Pendudukan Jepang
Pada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para Kyai memperoleh penghormatan dari Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.
Pada Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada pertemuan pertamanya di bulan Mei, Soepomo membicarakan integrasi nasional dan melawan individualisme perorangan; sementara itu Muhammad Yamin mengusulkan bahwa negara baru tersebut juga sekaligus mengklaim Sarawak, Sabah, Malaya, Portugis Timur, dan seluruh wilayah Hindia Belanda sebelum perang.
Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman Widjodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.
Era kemerdekaan
Proklamasi kemerdekaan
Mendengar kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk membuat keputusan seperti itu pada 16 Agustus, Soekarno membacakan "Proklamasi" pada hari berikutnya. Kabar mengenai proklamasi menyebar melalui radio dan selebaran sementara pasukan militer Indonesia pada masa perang, Pasukan Pembela Tanah Air (PETA), para pemuda, dan lainnya langsung berangkat mempertahankan kediaman Soekarno.
Pada 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Agustus dan menghendaki Republik Indonesia yang terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk wilayah Sabah, Sarawak dan Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku (termasuk Papua) dan Nusa Tenggara.
Perang kemerdekaan
Dari 1945 hingga 1949,persatuan kelautan Australia yang bersimpati dengan usaha kemerdekaan, melarang segala pelayaran Belanda sepanjang konflik ini agar Belanda tidak mempunyai dukungan logistik maupun suplai yang diperlukan untuk membentuk kembali kekuasaan kolonial.
Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan yang kuat. Setelah kembali ke Jawa, pasukan Belanda segera merebut kembali ibu kota kolonial Batavia, akibatnya para nasionalis menjadikan Yogyakarta sebagai ibu kota mereka. Pada 27 Desember 1949 (lihat artikel tentang Pengakuan tanggal kemerdekaan Indonesia oleh Belanda), setelah 4 tahun peperangan dan negosiasi, Ratu Juliana dari Belanda memindahkan kedaulatan kepada pemerintah Federal Indonesia. Pada 1950, Indonesia menjadi anggota ke-60 PBB.
Demokrasi parlementer
Tidak lama setelah itu, Indonesia mengadopsi undang-undang baru yang terdiri dari sistem parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada parlemen atau MPR. MPR terbagi kepada partai-partai politik sebelum dan sesudah pemilu pertama pada tahun 1955, sehingga koalisi pemerintah yang stabil susah dicapai.
Peran Islam di Indonesia menjadi hal yang rumit. Soekarno lebih memilih negara sekuler sementara beberapa kelompok Muslim lebih menginginkan negara Islam atau undang-undang yang berisi sebuah bagian yang menyaratkan umat Islam takluk kepada hukum Islam. Demokrasi Parlementer, adalah suatu demokrasi yang menempatkan kedudukan badan legislatif lebih tinggi daripada badan eksekutif. Kepala pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana Menteri. Perdana menteri dan menteri-menteri dalam kabinet diangkat dan diberhentikan oleh parlemen. Dalam demokrasi parlementer Presiden menjabat sebagai kepala negara.
Demokrasi terpimpin
Pemberontakan yang gagal di Sumatra, Sulawesi, Jawa Barat dan pulau-pulau lainnya yang dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk mengembangkan konstitusi baru, melemahkan sistem parlemen Indonesia. Akibatnya pada 1959 ketika Presiden Soekarno secara unilateral membangkitkan kembali konstitusi 1945 yang bersifat sementara, yang memberikan kekuatan presidensil yang besar, dia tidak menemui banyak hambatan.
Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang otoriter di bawah label "Demokrasi Terpimpin". Dia juga menggeser kebijakan luar negeri Indonesia menuju non-blok, kebijakan yang didukung para pemimpin penting negara-negara bekas jajahan yang menolak aliansi resmi dengan Blok Barat maupun Blok Uni Soviet. Para pemimpin tersebut berkumpul di Bandung, Jawa Barat pada tahun 1955 dalam KTT Asia-Afrika untuk mendirikan fondasi yang kelak menjadi Gerakan Non-Blok.
Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, Soekarno bergerak lebih dekat kepada negara-negara komunis Asia dan kepada Partai Komunis Indonesia (PKI) di dalam negeri. PKI merupakan kekuatan komunis terbesar ketiga pada masanya setelah Uni Soviet dan Tiongkok.
Nasib Irian Barat
Pada saat perjuangan kemerdekaan, pemerintah Belanda mempertahankan kekuasaan terhadap belahan barat pulau Nugini (Papua). Pada perundingan Meja Bundar di Den Haag pada 1949, dicapai kesepakatan bahwa status Koloni belanda di belahan barat Nugini (Papua) akan dibicarakan setahun setelah pemindahan kedaulatan dari Kolonial Belanda ke Republik Indonesia Serikat telah dilakukan (2 November 1949). Namun setelah perundingan Meja Bundar mencapai kesepakatan, Kolonial Belanda di Nugini mengizinkan langkah-langkah menuju pemerintahan-sendiri dan pendeklarasian kemerdekaan penduduk Nugini Belanda pada 1 Desember 1961.
Negosiasi susulan antara pemerintah Republik Indonesia dengan Kerajaan Belanda mengenai penggabungan wilayah tersebut dengan Indonesia gagal mencapai kata sepakat, dan pasukan penerjun payung Indonesia mendarat di Irian dan terjadi pertempuran antara pasukan Indonesia dan Belanda pada 1961 dan 1962. Pada 1962 Amerika Serikat menekan Belanda agar setuju melakukan perbincangan tertutup dengan Indonesia yang menghasilkan Perjanjian New York pada Agustus 1962, dan Indonesia mengambil alih kekuasaan terhadap Irian Jaya pada 1 Mei 1963.
Konfrontasi Indonesia—Malaysia
Soekarno menentang pembentukan Federasi Malaysia dan menyebut bahwa hal tersebut adalah sebuah "rencana neo-kolonialisme" untuk mempermudah rencana komersial Inggris di wilayah tersebut. Selain itu dengan pembentukan Federasi Malaysia, hal ini dianggap akan memperluas pengaruh imperialisme negara-negara Barat di kawasan Asia dan memberikan celah kepada negara Inggris dan Australia untuk memengaruhi perpolitikan regional Asia. Menanggapi keputusan PBB untuk mengakui kedaulatan Malaysia dan menjadikan Malaysia anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, presiden Soekarno mengumumkan pengunduran diri negara Indonesia dari keanggotaan PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan mendirikan Konferensi Kekuatan Baru (CONEFO) sebagai tandingan PBB dan GANEFO sebagai tandingan Olimpiade. Pada tahun itu juga konfrontasi ini kemudian mengakibatkan pertempuran antara pasukan Indonesia dan Malaysia (yang dibantu oleh Inggris).
Gerakan 30 September
Hingga 1965, PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk Soekarno untuk memperkuat dukungan untuk rezimnya dan, dengan persetujuan dari Soekarno, memulai kampanye untuk membentuk "Angkatan Kelima" dengan mempersenjatai pendukungnya. Para petinggi militer menentang hal ini.
Pada 30 September 1965, enam jenderal senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana yang loyal kepada PKI. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto, menumpas kudeta tersebut dan berbalik melawan PKI. Soeharto lalu menggunakan situasi ini untuk mengambil alih kekuasaan. Lebih dari puluhan ribu orang-orang yang dituduh komunis kemudian dibunuh. Jumlah korban jiwa pada 1966 mencapai setidaknya 500.000; yang paling parah terjadi di Jawa dan Bali.
Era Orde Baru
Setelah Soeharto menjadi Presiden, salah satu hal pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.
Pada tahun 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.
Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi (Pelita) sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer namun dengan nasihat dari ahli ekonomi didikan Barat. Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang kelaparan dikurangi dengan besar pada tahun 1970-an dan 1980-an.
Irian Jaya
Setelah menolak supervisi dari PBB, pemerintah Indonesia melaksanakan "Act of Free Choice" (Aksi Pilihan Bebas) di Irian Jaya pada 1969 di mana 1.025 wakil kepala-kepala daerah Irian dipilih dan kemudian diberikan latihan dalam bahasa Indonesia. Mereka secara konsensus akhirnya memilih bergabung dengan Indonesia. Sebuah resolusi Sidang Umum PBB kemudian memastikan perpindahan kekuasaan kepada Indonesia. Penolakan terhadap pemerintahan Indonesia menimbulkan aktivitas-aktivitas gerilya berskala kecil pada tahun-tahun berikutnya setelah perpindahan kekuasaan tersebut. Dalam atmosfer yang lebih terbuka setelah 1998, pernyataan-pernyataan yang lebih eksplisit yang menginginkan kemerdekaan dari Indonesia telah muncul.
Timor Timur
Dari 1596 hingga 1975, Timor Timur adalah sebuah jajahan Portugis di pulau Timor yang dikenal sebagai Timor Portugis dan dipisahkan dari pesisir utara Australia oleh Laut Timor. Akibat kejadian politis di Portugal, pejabat Portugal secara mendadak mundur dari Timor Timur pada 1975. Dalam pemilu lokal pada tahun 1975, Fretilin, sebuah partai yang dipimpin sebagian oleh orang-orang yang membawa paham Marxisme, dan Uni Demokrasi Timor (UDT), menjadi partai-partai terbesar, setelah sebelumnya membentuk aliansi untuk mengkampanyekan kemerdekaan dari Portugal.
Pada 7 Desember 1975, pasukan Indonesia masuk ke Timor Timur dalam sebuah operasi militer yang disebut Operasi Seroja. Indonesia, yang mempunyai dukungan material dan diplomatik, dibantu peralatan persenjataan yang disediakan Amerika Serikat dan Australia, berharap dengan memiliki Timor Timur mereka akan memperoleh tambahan cadangan minyak dan gas alam, serta lokasi yang strategis.
Pada masa-masa awal, pihak militer Indonesia (ABRI) membunuh hampir 200.000 warga Timor Timur—melalui pembunuhan, pemaksaan kelaparan dan lain-lain. Banyak pelanggaran HAM yang terjadi saat Timor Timur berada dalam wilayah Indonesia.
Pada 30 Agustus 1999, rakyat Timor Timur memilih untuk memisahkan diri dari Indonesia dalam sebuah pemungutan suara yang diadakan PBB. Sekitar 99% penduduk yang berhak memilih turut serta; 3/4-nya memilih untuk merdeka. Segera setelah hasilnya diumumkan, dikabarkan bahwa pihak militer Indonesia melanjutkan pengrusakan di Timor Timur, seperti merusak infrastruktur di daerah tersebut.
Pada Oktober 1999, MPR membatalkan dekret 1976 yang mengintegrasikan Timor Timur ke wilayah Indonesia, dan Otorita Transisi PBB (UNTAET) mengambil alih tanggung jawab untuk memerintah Timor Timur sehingga kemerdekaan penuh dicapai pada Mei 2002 sebagai negara Timor Leste.
Krisis ekonomi
Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan ekonomi Asia, disertai musim kemarau terburuk dalam 50 tahun terakhir dan harga minyak, gas dan komoditas ekspor lainnya yang semakin jatuh. Harga Rupiah jatuh, inflasi meningkat tajam, dan perpindahan modal dipercepat. Para demonstran, yang awalnya dipimpin para mahasiswa, meminta pengunduran diri Soeharto. Di tengah gejolak kemarahan massa yang meluas, serta ribuan mahasiswa yang menduduki gedung DPR/MPR, Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, tiga bulan setelah MPR melantiknya untuk masa bakti ketujuh. Soeharto kemudian memilih sang Wakil Presiden, B. J. Habibie, untuk menjadi presiden ketiga Indonesia.
Era reformasi
Pemerintahan Habibie
Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
Pemerintahan Gus Dur
Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada 7 Juni 1999. PDI Perjuangan yang dipimpin oleh putri Soekarno, Megawati Sukarnoputri keluar menjadi pemenang pada pemilu parlemen dengan mendapatkan 34% dari seluruh suara; Golkar (partai Soeharto yang sebelumnya selalu menjadi pemenang pemilu-pemilu sebelumnya) memperoleh 22%; Partai Persatuan Pembangunan pimpinan Hamzah Haz 12%; Partai Kebangkitan Bangsa pimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) 10%. Pada Oktober 1999, MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati sebagai wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Gus Dur membentuk kabinet pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal November 1999 dan melakukan reshuffle kabinetnya pada Agustus 2000.
Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan perkembangan ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di samping ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, pemerintahannya juga menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama di Aceh, Maluku, dan Papua. Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur pro-Indonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR yang semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Gus Dur, menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.
Pemerintahan Megawati
Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Gus Dur memberikan laporan pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari 2001, ribuan demonstran menyerbu MPR dan meminta Presiden agar mengundurkan diri dengan alasan keterlibatannya dalam skandal korupsi. Di bawah tekanan dari MPR untuk memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam pemerintahannya, dia mengedarkan keputusan presiden yang memberikan kekuasaan negara sehari-hari kepada wakil presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan presiden tak lama kemudian. Kabinet pada masa pemerintahan Megawati disebut dengan Kabinet Gotong Royong.
Tahun 2002, Masa pemerintahan ini mendapat pukulan besar ketika Pulau Sipadan dan Ligitan lepas dari NKRI berdasarkan keputusan Mahkamah Internasional.
Pemerintahan SBY
Pada tahun 2004, pemilu satu hari terbesar di dunia diselenggarakan, dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terpilih sebagai presiden pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat, kemudian membentuk Kabinet Indonesia Bersatu. Pemerintah ini pada awal masa kerjanya telah menerima berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti gempa bumi besar di Aceh dan Nias pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan sebagian dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang mengguncang Sumatra.
Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan mengakhiri konflik berkepanjangan selama 30 tahun di wilayah Aceh.
Pemerintahan Joko Widodo
Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
Lihat pula
Catatan kaki
- ^ Masih diperdebatkan, apakah termasuk H. erectus atau H. sapiens
- ^ Swisher et al. 1996 (cit. Capelli et al. 2001. Am. J. Hum. Genet. 68:432-443) menyebutkan hingga 25.000 tahun yang lalu.
- ^ Roberts 1990.
- ^ Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, 2005, Rajawali Press, hal. 8-9; Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah, 1998, cet. IV, Mizan, hal. 92-93; A. Hasymi, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia: Kumpulan prasaran pada seminar di Aceh, 1993, cet. 3, al-Ma'arif, hal. 7; Hadi Arifin, Malikussaleh: Mutiara dari Pasai, 2005, PT. Madani Press, hal. Xvi; Ensiklopedia Tematis Dunia Islam Asia Tenggara, Kedatangan dan Penyebaran Islam oleh Dr. Uka Tjandrasasmita, 2002, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, hal 9-27. Dalam beberapa literatur lain disebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesia abad ke 9. Ada juga yang menyebutkan abad ke 13. Namun, sebenarnya Islam masuk ke Indonesia abad 7M, lalu berkembang menjadi institusi politik sejak abad 9M, dan pada abad 13M kekuatan politik Islam menjadi amat kuat.
- ^ Musyrifah Sunanto, op cit. hal 6.
- ^ Jaime Koh; Stephanie Ho Ph.D. (22 Juni 2009). Culture and Customs of Singapore and Malaysia. ABC-CLIO. hlm. 9. ISBN 978-0-313-35116-7.
- ^ Slamet Muljana (2005), hlm. 221:Pada tahun 1522, orang-orang Portugis sudah sampai di pelabuhan Sunda untuk mengadakan perjanjian dagang dengan raja Sunda. Pada tanggal 21 Agustus 1522, telah dicapai persetujuan antara pihak Portugis dan pihak Sunda untuk mengadakan hubungan dagang.
- ^ Edi Sedyawati (1987), hlm. 15:Kelimpahan hasil pelabuhan inilah yang telah memikat pemimpin-pemimpin Portugis yang berpangkal di Malaka untuk menjalin hubungan erat dengan pajajaran, khususnya dengan maksud m=untuk mendapakan izin membangun benteng di Sunda Kelapa. Izin telah diberikan pada 21 Agustus 1522, diperingati dengan pendirian sebuah batu peringatan berinskripsi.
- ^ M. Adnan Amal (2002), hlm. 82:Pada 1512, d'Albuquerque mengirim sebuah ekspedisi yang terdiri dari dua kapal dan sebuah karavel di bawah pimpinan Antonio de Abreu untuk mencari kepulauan rempah-rempah.
- ^ Masyarakat Indonesia. 1. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 1974.
- ^ Lembaga budaya pela dan gandong di Maluku (2000), hlm. 14:Bangsa Eropa yang pertama menemukan Kepulauan Maluku adalah Portugis: tahun 1512. Pada tahun itu dua armada Portugis, masing-masing di bawah pimpinan Anthoni d'Abreu dan Fransisco Serau, mendarat di Pulau Banda dan Pulau Penyu
- ^ Sumarsono (1993), hlm. 25:Di Maluku, bangsa Portugis sempat mendirikan sebuah benteng di Pikapoli dengan seizin masyarakat setempat, yaitu antara Negeri Hitu Lama dan Mamala di Pulau Ambon sekarang .
- ^ Jan S. Aritonang (2004), hlm. 35:Ketika Xaverius tiba di Pulau Ambon pada tahun 1546, ia telah menemukan sejumlah jemaat atau gereja lokal dan ribuan umat Kristen yang umumnya berasal dari lingkungan ulusiwa
- ^ M. Adnan Amal (2016), hlm. 79:Pada bulan Juni 1546, evangelis terkenal Magister Franciscus Xaverius tiba di Ternate dari Ambon setelah suatu pelayaran selama delapan hari yang meletihkan.
- ^ Hamka (2020), hlm. 602:Akhirnya, pada akhir tahun 1575, menyerahlah bangsa Portugis kepada Sultan Babullah, dan diturunkanlah bendera Portugis dari atas bentengnya, dan diganti dengan bendera Ternate.
- ^ Usman Kansong (2000). Merajut damai di Maluku: Telaah konflik antarumat, 1999-2000. Yayasan Pustaka Ummat. hlm. 6. OCLC 604918957.
- ^ Proyek Pengembangan Media Kebudayaan (Indonesia) (1984). Monografi daerah Maluku. Proyek Media Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. hlm. 13. OCLC 14215474.
- ^ John Pattikayhatu (1978). Sejarah Daerah Maluku. Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 66.
- ^ Jessy Wenas (2007). Sejarah dan kebudayaan Minahasa. Institut Seni Budaya Sulawesi Utara. hlm. 41. OCLC 225501253.
- ^ Supangat, Agus. Dillenia, Ira. Hasanah, Nia Naelul. (2006). Menelusuri jiwa bahari bangsa Indonesia dalam proses integrasi bangsa : sejak jaman prasejarah hingga abad XVII : buku sejarah maritim Indonesia. Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati, Badan Riset Kelautan Perikanan (BRKP), Departemen Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan Pusat Kajian Sejarah dan Budaya Maritim Asia Tenggara, Lembaga Penelitian, Universitas Diponegoro. hlm. 64. ISBN 979-3768-07-X. OCLC 609055547.
- ^ Indonesia. Angkatan Darat. Kodam VI/Siliwangi. Dinas Sejarah. (1979). Siliwangi dari masa ke masa. Angkasa. hlm. 2. OCLC 6959195.
- ^ Azra, Azyumardi (2004). Jaringan ulama: Timur Tengah dan kepulauan Nusantara abad XVII & XVIII : akar pembaruan Islam Indonesia. Kencana. hlm. 40.
- ^ Sejarah perlawanan terhadap imperialisme dan kolonialisme di Riau. Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. 1984. hlm. 24. OCLC 23180610.
- ^ Arsip Nasional Republik Indonesia Sonstige (2002). Perlawanan tokoh-tokoh masyarakat Aceh terhadap rezim kolonial Belanda. Arsip Nasional Republik Indonesia. hlm. 5. ISBN 979-8101-68-5. OCLC 1075966196.
- ^ Sejarah Daerah Sulawesi Utara. Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1977. hlm. 62.
- ^ Jessy Wenas (2007). Sejarah dan kebudayaan Minahasa. Institut Seni Budaya Sulawesi Utara. hlm. 42.
- ^ Bartholonew Leonardo de Argensola. 1708. The Discovery and Conquest of Molucco and Philippine Islands. London. hal. 50
- ^ C. Bathurst, J. F. and C. Rivington, A. Hamilton, T. Payne, T. Longman, S. Crowder, B. Law, T. Becket, J. Robson, F. Newbery. 1781The Modern Part of an Universal History, from the earliest accounts to the present time, Volume 8. London hal.98
- ^ Sejarah kota Manado, 1945-1979. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. 1986. hlm. 4.
Sumber dan bacaan lebih lanjut
- (Inggris) Ideals without Heat: Indonesia Raya and the Struggle for Independence in Malaya, 1920-1948[pranala nonaktif permanen]
- (Inggris) Ricklefs, M.C. 2001. A history of modern Indonesia since c.1200. Stanford: Stanford University Press. ISBN 0-8047-4480-7
- (Inggris) Taylor, Jean Gelman. 2003. Indonesia: Peoples and histories. New Haven: Yale University Press. ISBN 0-300-09709-3
- (Inggris) Schwarz, Adam. 1994. A Nation in Waiting: Indonesia's Search for Stability. 2nd Edition. St Leonards, NSW: Allen & Unwin.
- (Inggris) Sebagian isi artikel ini berasal dari Library of Congress.
- (Indonesia) Sunanto Musyrifah. Sejarah Peradaban Islam indonesia, 2005, Rajawali Press, hal. 8-9.
- (Indonesia) Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah, 1998, cet. IV, Mizan, hal 92-93
- (Indonesia) Hadi Arifin, Malikussaleh: Mutiara dari Pasai, 2005, PT. Madani Press, hal. Xvi
- Jaime Koh; Stephanie Ho Ph.D. (22 Juni 2009). Culture and Customs of Singapore and Malaysia. ABC-CLIO. ISBN 978-0-313-35116-7.
- Slamet Muljana (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. LKiS Yogyakarta. ISBN 979-8451-16-3. OCLC 61447145.
- Edi Sedyawati (1987). Sejarah Kota Jakarta, 1950-1980. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. OCLC 20534238.
- M. Adnan Amal (2016). Kepulauan Rempah-rempah. Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 978-602-424-166-7.
- M. Adnan Amal (2002). Maluku Utara: perjalanan sejarah, 1250-1800. Universitas Khairun Ternate. OCLC 51856059.
- Masyarakat Indonesia. 1. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 1974.
- Lembaga budaya pela dan gandong di Maluku: Latar sejarah, peranan, dan fungsinya. Proyek Pengembangan Media Kebudayaan. Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Proyek Pengembangan Media Kebudayaan. 2000. OCLC 605692502.
- Sumarsono (1993). Sistem pemerintahan tradisional daerah Ambon. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara. OCLC 624226860.
- Mukhaer Pakkanna (2000). Bara di Maluku : upaya untuk mempertahankan sejengkal tanah. Yayasan Lukman Harun. ISBN 979-95997-2-5. OCLC 606570300.
- Hamka (2020). Sejarah Umat Islam: Pra-Kenabian hingga Islam di Nusantara. Gema Insani. ISBN 978-602-250-714-7.
Pranala luar
- (Inggris) Sejarah Indonesia Diarsipkan 2004-12-04 di Wayback Machine.; alur waktu dalam sejarah indonesia
- (Inggris) Film dokumenter Hindia Belanda 1602-1949