Lompat ke isi

Umar bin Khattab: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Celeste (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(603 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Redirect|Umar|kegunaan lain|Umar (nama)|nama umum yang merujuk pada gelarnya|Faruq}}
'''Umar bin Khattab''' ([[581]] - November [[644]]) ([[bahasa Arab]]: <big><big>عمر بن الخطاب</big></big>) adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad yang juga menjadi khalifah kedua ([[634]]-[[644]]) dari empat [[Khalifah Ar-Rasyidin]].
{{infobox royalty
| name = ʿUmar bin Khaṭṭāb<br />{{lang|ar|عُمَر}}
| title = [[Amirul Mukminin]]<br>[[Al-Faruq (gelar)|Al-Faruq]]{{sfn|Ibnu Sa'ad|2013|page=281}}
| image = Hagia Sopia 6163502494 (cropped).jpg
| caption = Representasi [[Kaligrafi|kaligrafi Arab]] dari nama ʿUmar yang menonjol di salah satu sudut [[Hagia Sofia]], [[Turki]].
| succession = [[Khulafaur Rasyidin|Khalifah]] [[Kekhalifahan Rasyidin]] ke-2
| reign = 23 Agustus 634—3 November 644<br />({{age in years and days|634|8|23|644|11|3|duration=yes}})
| predecessor = [[Abu Bakar Ash-Shiddiq|Abu Bakar]]
| successor = [[Utsman bin Affan|'Utsman bin 'Affan]]
| birth_date = 584
| birth_place = [[Mekkah|Makkah]], [[Jazirah Arab]]
| death_date = {{nowrap|3 November 644 M}} ({{nowrap|umur 60–61}}) (Dzulhijjah 23&nbsp;[[Kalender Hijriyah|H]]/Muharram 24&nbsp;H)<ref>{{cite book |last1=ath-Thabari |first1=Muhammad bin Jarir |author-link=Ibnu Jarir ath-Thabari |translator=G. Rex Smith |title='''The History of al-Tabari Vol. 14:''' The Conquest of Iran A.D. 641-643/A.H. 21-23》The Events of the Year 23;The Sources of [the Conflicting Report of Umar's Death] |date=1994 |publisher=[[SUNY Press]] |location=Albany, New York |isbn=978-07-91-41294-7 |pages=93-[https://books.google.com.pk/books?id=fRjsrA5tfLIC&pg=PA95&dq=history+of+al-tabari+vol14&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiKoZrVo7brAhXMYMAKHflADm0Q6AEwAHoECAIQAQ#v=onepage&q&f=false 95] |url=https://books.google.com/books?id=x6uA7Pyh4CIC&q=bibliogroup:%22Ta%CA%BCr%C4%ABkh+al-rusul+wa-al-mul%C5%ABk%22&pg=PA93 |access-date=23 August 2020}}</ref>{{sfn|Levi Dela Vida|Bonner|2000|p=820}}<ref>Ibnu Hajar al-Asqalani, Ahmad bin Ali. ''Lisanul Mizan: *Umar bin al-Khattab al-Adiyy''.</ref>
| death_place = [[Madinah]], [[Kekhalifahan Rasyidin]]
| burial_place = [[Kubah Hijau]], [[Masjid Nabawi]],<ref>Abdul Ghani, M. Ilyas. 2005. op cit. Hal. 39-41.</ref> [[Madinah]]
| spouse = {{ubl|Zainab binti Mazh'un|Ummu Kultsum binti Jarwal|Quraibah binti Abu 'Umayyah|Jamilah binti Tsabit|'Atikah binti Zaid|Ummu Hakim binti al-Harits|Ummu Kultsum binti Ali bin Abi Thalib{{sfn|Ash-Shallabi|p=16}}}}
| issue = {{ubl|[[Abdullah bin Umar|Abdullah]]|[[Ashim bin Umar|Ashim]]|[[Hafshah binti Umar|Hafshah]]|[[Ubaidullah bin Umar|Ubaidullah]]|Iyadh|Fatimah|[[Zaid bin Umar|Zaid]]|Ruqayyah|'Abdurrahman al-Akbar|Abdurrahman|Zainab}}
| full name = ʿUmar ibn Khaṭṭāb
{{lang-ar|عمر بن خطاب}}
| house = [[Suku Quraisy|Quraisy]] ([[Bani 'Adi]])
| house-type = Suku
| era name = [[Khulafaur Rasyidin]]
| era dates = 634—644
| father = [[Khattab bin Nufail]]
| mother = Hantamah binti Hisyam<ref name="SejarahIslam">{{cite book|last=Ja'farian|first=Rasul|authorlink=|year=[[2004]]|title=Sejarah Islam: sejak wafat Nabi s.a.w hingga runtuhnya Dinasti Bani Umayah (11 - 132 H)|edition=|publisher=Lentera|id=ISBN 979-3018-77-1 }}</ref>
| religion = [[Islam]]
| module = {{Infobox Arabic name
|embed=yes
|ism=ʿUmar
|nasab=''ʿUmar bin al-Khaṭṭāb bin Nufail bin ʿAbdul ʿUzzā bin Rāz bin ʿAdiyy bin Kaʿab bin Luʿayy bin Ghālib bin Fihr bin Mālik''
|kunya= ''Abul Hafs''
|laqab= [[Al-Faruq (gelar)|al-Fārūq]] ("Pembeda [antara yang benar dan yang salah]")}}
| signature = Signature Believed To Be Of ʿUmar B. Al-Khaṭṭāb.png
}}
{{Umar}}
'''ʿUmar bin Khattab''' ({{lang-ar|عُمَرُ بْنُ ٱلْخَطَّاب|ʿUmar bin al-Khaṭṭāb}}, juga dieja sebagai '''Omar''', {{circa|582/583 – 644}}) adalah [[sahabat Nabi|sahabat]] senior sekaligus mertua Nabi Islam [[Muhammad]], yang menjabat sebagai [[Khulafaur Rasyidin|Khalifah Rasyidin]] kedua, menggantikan [[Abu Bakar ash-Shiddiq]] ({{reign|632|634}}) dan memerintah sejak Agustus 634 hingga pembunuhannya pada tahun 644. Umar adalah khalifah pertama yang menyandang gelar ''[[Amirul Mukminin]]'', gelar yang kemudian menjadi standar para khalifah setelahnya.


Pada awalnya, Umar menentang dakwah Muhammad. Setelah masuk Islam pada tahun 616, ia menjadi [[Muslim]] pertama yang berdoa secara terbuka di [[Ka'bah]]. Umar berpartisipasi dalam hampir semua pertempuran dan ekspedisi di bawah Muhammad. Muhammad kemudian menikahi putri Umar, [[Hafshah binti Umar|Hafshah]]. Setelah kematian Muhammad pada bulan Juni 632, Umar berjanji setia kepada [[Abu Bakar]] ({{Reign|632|634}}) sebagai khalifah pertama dan menjabat sebagai penasihat terdekatnya hingga pada Agustus 634, Abu Bakar yang sekarat mencalonkan Umar sebagai penggantinya.
== Latar belakang ==
Ia memiliki nama lengkap Umar bin Khattab bin Nafiel bin abdul Uzza, terlahir di [[Mekkah]], dari Bani Adi, salah satu rumpun suku [[Quraisy]]. Orangtuanya bernama Khaththab bin Nufail Al Mahzumi Al Quraisyi dan Hantamah binti Hasyim.


Selama masa pemerintahan Umar, kekhalifahan berkembang pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, menguasai [[Kekaisaran Sasaniyah]] dan lebih dari dua pertiga [[Kekaisaran Bizantium]].{{sfnp|Hourani|1991|p=23}} Serangannya terhadap Kekaisaran Sasaniyah mengakibatkan [[Penaklukan Persia oleh Muslim|penaklukan Persia]] dalam waktu kurang dari dua tahun (642–644). Menurut tradisi Yahudi, Umar mengesampingkan larangan [[umat Kristen]] terhadap [[Orang Yahudi|orang-orang Yahudi]] dan mengizinkan mereka kembali tinggal di [[Yerusalem]] dan beribadah di [[Bukit Bait Suci]].<ref>{{cite book|last=Dubnow|first=Simon|title=History of the Jews: From the Roman Empire to the Early Medieval Period|year=1968|publisher=Cornwall Books|url=https://books.google.com/books?id=MZ2MwNzB69IC&pg=PA326|volume=2|page=326|isbn=978-0-8453-6659-2}}</ref> Umar dibunuh oleh budak Persia [[Abu Lu'lu'ah]] pada tahun 644.
Keluarga Umar tergolong keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan sesuatu yang jarang. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara [[gulat]] di Mekkah.


Umar umumnya dipandang oleh para sejarawan sebagai salah satu khalifah Muslim paling kuat dan berpengaruh dalam sejarah.<ref>Ahmed, Nazeer, ''Islam in Global History: From the Death of Prophet Muhammad to the First World War'', American Institute of Islamic History and Cul, 2001, p. 34. {{ISBN|0-7388-5963-X}}.</ref> Dia dihormati dalam tradisi [[Islam Sunni]] sebagai penguasa besar yang adil dan teladan kebajikan Islam,<ref name=EI2>{{Cite encyclopedia|author=Bonner, M. |author2=Levi Della Vida, G.| title=Umar (I) b. al-K̲h̲aṭṭāb|encyclopedia=Encyclopaedia of Islam| edition=Second |publisher=Brill |editor=P. Bearman |editor2=Th. Bianquis |editor3=C.E. Bosworth |editor4=E. van Donzel |editor5=W.P. Heinrichs|volume=10|page=820}}</ref> dan beberapa [[hadis]] mengidentifikasi dia sebagai [[Sahabat Nabi|sahabat]] terbaik kedua setelah Abu Bakar.<ref>{{cite web|url=http://sunnah.com/bukhari/62/21|title=Hadith – Book of Companions of the Prophet – Sahih al-Bukhari – Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|work=Sunnah.com}}</ref><ref>{{cite web|url=http://sunnah.com/bukhari/62/14|title=Hadith – Book of Companions of the Prophet – Sahih al-Bukhari – Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|work=Sunnah.com}}</ref> Meskipun begitu, ia (bersama Abu Bakar) cenderung dipandang negatif dalam tradisi [[Syiah]] [[Syiah Dua Belas Imam|Dua Belas Imam]] sebagai perampas hak kekhalifahan dari [[Ali bin Abi Thalib]], sepupu dan menantu Muhammad, sekaligus [[Dua Belas Imam|Imam]] pertama bagi Syiah.<ref>{{Cite encyclopedia|author=Bonner, M. |author2=Levi Della Vida, G.| title=Umar (I) b. al-K̲h̲aṭṭāb|encyclopedia=Encyclopaedia of Islam| edition=Second |publisher=Brill |editor=P. Bearman |editor2=Th. Bianquis |editor3=C.E. Bosworth |editor4=E. van Donzel |editor5=W.P. Heinrichs|volume=10|page=820|quote=Shi'i tradition has never concealed its antipathy to Umar for having thwarted the claims of Ali and the House of the Prophet.}}</ref>
Sebelum Islam, sebagaimana tradisi kaum jahiliyah mekkah saat itu, Umar mengubur putrinya hidup-hidup. Sebagaimana yang ia katakan sendiri, "Aku menangis ketika menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan kemudian menyisir janggutku".


== Masa muda ==
Mabuk-mabukan juga merupakan hal yang umum dikalangan kaum Quraish. Beberapa catatan mengatakan bahwa pada masa pra-Islam, Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi [[muslim]], ia tidak menyentuh [[Minuman beralkohol|alkohol]] sama sekali. Tetapi, setelah masuk Islam, belum diturunkan larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas. Sehingga ada kisah, Pada malam hari, Umar bermabuk-mabukkan sampai Subuh. Ketika waktu Subuh tiba, beliau pergi ke masjid dan ditunjuk sebagai imam. Ketika membaca surat Al-Kafirun, karena ayat 3 dan 5 bunyinya sama, setelah membaca ayat ke 5, beliau ulang lagi ke ayat 4 terus menerus. Akhirnya, Allah menurunkan larangan bermabuk-mabukkan yang tegas.
Umar lahir di [[Makkah]] dari klan [[Bani Adi]], yang bertanggung jawab atas arbitrase antar suku. Ayahnya adalah [[Khattab bin Nufail]] dan ibunya adalah Hantamah binti Hisyam, dari suku [[Bani Makhzum]]. Di masa mudanya dia biasa merawat unta ayahnya di dataran dekat Makkah. Ayahnya terkenal karena kecerdasannya di antara sukunya.<ref>{{cite web|url=https://archive.org/stream/UmarIbnAl-KhattabHisLifeAndTimesVolume1/100714724-Umar-Ibn-Al-Khattab-Vol-1#page/n37/mode/2up|title=Umar Ibn Al-Khattab : His Life and Times, Volume 1|work=archive.org}}</ref> Umar sendiri berkata: "Ayahku, al-Khattab, adalah orang yang kejam. Dia biasa membuatku bekerja keras; jika aku tidak bekerja dia biasa memukuliku dan dia biasa membuatku kelelahan."<ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=hkgfCgAAQBAJ|title=Umar Al Farooq: Man and Caliph|last=Qazi|first=Moin|publisher=Notion Press|isbn=9789352061716|language=en}}</ref>


Meskipun baca tulis tidak umum di [[Arabia pra-Islam]], Umar belajar membaca dan menulis di masa mudanya. Meskipun bukan seorang [[penyair]], dia mengembangkan kecintaan pada puisi dan [[sastra]].<ref name="haykal-ch1">{{harvtxt|Haykal|1944}} Chapter 1, p. 45.</ref> Menurut tradisi kaum [[Quraisy]], saat masih remaja, Umar mempelajari seni bela diri, menunggang kuda, dan gulat. Dia tinggi, kuat secara fisik dan pegulat terkenal.<ref name="haykal-ch1" /><ref>[[Muhammad bin Jarir ath-Thabari]], ''[[Sejarah Para Nabi dan Raja]]''</ref> Ia juga seorang orator berbakat yang menggantikan ayahnya sebagai penengah di antara suku-suku.<ref name="haykal-ch1"/><ref>Tabqat ibn Sa'ad. Chapter: Umar ibn Khattab.</ref>
== Memeluk Islam ==
Ketika ajakan memeluk Islam dideklarasikan oleh Nabi [[Muhammad]] SAW, Umar mengambil posisi untuk membela agama tradisional kaum Quraish (menyembah berhala). Pada saat itu Umar adalah salah seorang yang sangat keras dalam melawan pesan Islam dan sering melakukan penyiksaan terhadap pemeluknya.


Umar menjadi seorang pedagang dan melakukan beberapa perjalanan ke [[Kekaisaran Romawi Timur|Romawi Bizantium]] dan [[kekaisaran Sasaniyah|Persia Sasaniyah]], di mana ia dikatakan telah bertemu dengan berbagai sarjana dan menganalisis masyarakat Romawi dan Persia. Sebagai seorang pedagang dia tidak berhasil.<ref>Haykal, 1944. Chapter 1, pp. 40–41.</ref> Seperti orang lain di sekitarnya, Umar gemar minum di masa pra-Islamnya.<ref>Haykal, 1944. Chapter 1, p. 47.</ref>
Dikatakan bahwa pada suatu saat, Umar berketetapan untuk membunuh Muhammad SAW. Saat mencarinya, ia berpapasan dengan seorang muslim (Nu'aim bin Abdullah) yang kemudian memberi tahu bahwa saudara perempuannya juga telah memeluk Islam. Umar terkejut atas pemberitahuan itu dan pulang ke rumahnya.


== Masa kenabian Muhammad ==
Di rumah Umar menjumpai bahwa saudaranya sedang membaca ayat-ayat [[Al Qur'an]] ([[surat Thoha]]), ia menjadi marah akan hal tersebut dan memukul saudaranya. Ketika melihat saudaranya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat. Ia kemudian menjadi sangat terguncang oleh isi Al Qur'an tersebut dan kemudian langsung memeluk Islam pada hari itu juga.
=== Menentang Islam ===
Pada tahun 610, Muhammad mulai mengkhotbahkan pesan Islam. Namun, seperti banyak orang lain di Mekkah, Umar menentang Islam dan bahkan mengancam akan membunuh Muhammad. Dia memutuskan untuk mempertahankan agama politeistik tradisional Arab. Dia bersikeras dan kejam dalam menentang Muhammad, dan sangat menonjol dalam menganiaya umat Islam.<ref name="haykal-p51">Haykal, 1944. Chapter 1, p. 51</ref> Dia merekomendasikan kematian Muhammad.<ref>Haykal, 1944. Chapter 1, p. 53.</ref> Dia sangat percaya pada kesatuan Quraisy dan melihat keyakinan baru Islam sebagai penyebab perpecahan dan perselisihan.<ref name="haykal-p51"/>


Karena penganiayaan, Muhammad memerintahkan beberapa pengikutnya untuk bermigrasi ke Abyssinia. Ketika sekelompok kecil Muslim bermigrasi, Umar menjadi khawatir tentang persatuan Quraisy di masa depan dan memutuskan untuk membunuh Muhammad.<ref name="haykal-p51"/>
== Kehidupan di Madinah ==
Umar adalah salah seorang yang ikut pada peristiwa hijrah ke Yathrib (Madinah) pada tahun 622 Masehi. Ia ikut terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Ia adalah salah seorang sahabat dekat Nabi Muhammad SAW


=== Masuk Islam dan melayani Muhammad ===
Pada tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi Muhammad.
Umar masuk Islam pada tahun 616, satu tahun setelah Migrasi ke [[Abyssinia]]. Kisah ini diceritakan dalam Sirah karya [[Ibnu Ishaq]]. Dalam perjalanannya untuk membunuh Muhammad, Umar bertemu dengan sahabatnya Nu'aim bin Abdullah yang diam-diam telah masuk Islam tetapi tidak memberi tahu Umar. Ketika Umar memberitahunya bahwa dia telah bersiap untuk membunuh Muhammad, Nu'aim berkata, "Demi Tuhan, kamu telah menipu dirimu sendiri, wahai Umar! Apakah menurut Anda Banu Abdu Manaf akan membiarkan Anda berlarian hidup-hidup setelah Anda membunuh putra mereka, Muhammad? Mengapa Anda tidak kembali ke rumah Anda sendiri dan setidaknya meluruskannya?".<ref>{{cite web|url=https://www.al-islam.org/restatement-history-islam-and-muslims-sayyid-ali-ashgar-razwy/umars-conversion-islam|title=Umar's Conversion to Islam|website=Al-Islam.org|date=10 November 2013|access-date=4 August 2016}}</ref>


Nu'aim menyuruhnya untuk menanyakan tentang rumahnya sendiri dan mengabarkan bahwa saudara perempuannya, [[Fatimah binti Khattab|Fatimah]] dan suaminya telah masuk Islam. Setibanya di rumahnya, Umar mendapati adik dan iparnya, [[Sa'id bin Zaid]] sedang membaca ayat-ayat [[Al-Qur'an]] dari [[surah Ta Ha]], diajari oleh seorang sahabat Muhammad, [[Khabbab bin al-Arat]]. Ketika Umar sampai di depan pintu, Khabbab segera bersembunyi.<ref>as-Suyuti, ''The History of Khalifahs Who Took The Right Way'' (London, 1995), pp. 107–108.</ref> Umar mulai bertengkar dengan saudara iparnya, Sa'id. Ketika Fatimah datang untuk menyelamatkan suaminya, ia mengatakan "Anda boleh membunuh kami tetapi kami tidak akan meninggalkan Islam". Mendengar kata-kata ini, Umar marah dan menampar adiknya begitu keras sehingga ia jatuh ke tanah dan darah keluar dari mulutnya. Ketika dia melihat darah keluar dari mulut saudara perempuannya, dia terdiam karena rasa bersalah dan secara halus membujuk saudara perempuannya agar memberikannya apa yang baru saja mereka baca. Saudarinya menjawab negatif dan berkata, "Kamu najis, dan tidak ada orang najis yang dapat menyentuh Kitab Suci." Umar bersikeras, tetapi saudara perempuannya tidak bersedia mengizinkannya menyentuh halaman kecuali dia membasuh tubuhnya. Umar akhirnya menyerah. Ia membasuh tubuhnya dan kemudian mulai membaca ayat-ayat yang berbunyi:
== Kematian Muhammad SAW ==
{{Kutipan|اِنَّنِيْٓ اَنَا اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدْنِيْۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ<br>Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku.|author={{Qref|20|14|b=yl}}}}
Setelah sakit dalam beberapa minggu, Nabi Muhammad SAW wafat pada hari senin tanggal 8 Juni [[632]] (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah), di Madinah.
Umar kemudian menangis dan menyatakan, "Sesungguhnya ini adalah firman Allah. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah." Mendengar ini, Khabbab keluar dari dalam dan berkata: "Wahai Umar! Kabar gembira untukmu. Kemarin Nabi [Muhammad] berdoa kepada Allah, 'Ya Allah!, kuatkanlah Islam dengan Umar atau Abu Jahl, siapapun di antara mereka yang Engkau sukai.' Sepertinya doanya telah terkabul untuk kebaikanmu."<ref>{{cite book|last=Al Mubarakpury|first=Safi ur Rahman|title=Ar-Raheeq Al-Makhtum (The Sealed Nectar)|year=2002|publisher=Darussalam|isbn=9960-899-55-1|pages=130–131|url=https://books.google.com/books?id=r_80rJHIaOMC&pg=PA130}}</ref>


Umar kemudian pergi ke Muhammad dengan pedang yang sama yang dia maksudkan untuk membunuhnya dan menerima Islam di hadapannya dan teman-temannya. Umar berusia 39 tahun ketika dia menerima Islam.<ref name="Tahthib 2002 page 170">Tartib wa Tahthib Kitab [[Al-Bidayah wan Nihayah|al-Bidayah wan-Nihayah]] by [[Ibnu Katsir]], published by Dar al-Wathan publications, Riyadh Kingdom of Saudi Arabia, 1422 [[Hijriyah|Anno hegiræ]] (2002), compiled by Muhammad ibn Shamil as-Sulami, p. 170, {{ISBN|978-9960-28-117-9}}</ref>
Persiapan pemakamannya dihambat oleh Umar yang melarang siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya untuk pemakaman. Ia berkeras bahwa Nabi tidaklah wafat melainkan sedang tidak berada dalam tubuh kasarnya, dan akan kembali sewaktu-waktu. (Hayatu Muhammad, M Husain Haikal)


Menurut satu catatan, setelah masuk Islam Umar secara terbuka melakukan [[salat]] di depan [[Ka'bah]] sebagai tetua Quraisy. Sementara itu, tetua Quraisy lainnya seperti [[Abu Jahal]] dan [[Abu Sufyan bin Harb|Abu Sufyan]], dilaporkan menyaksikan hal tersebut dengan marah.{{sfnp|Armstrong|p=35}} Hal ini semakin membantu umat Islam untuk mendapatkan kepercayaan dalam mempraktikkan ajaran Islam secara terbuka. Pada tahap ini Umar bahkan menantang siapa saja yang berani melarang umat Islam melaksanakan [[salat]], meskipun tidak ada yang berani mengganggu Umar ketika ia sedang salat terang-terangan.{{sfnp|Armstrong|p=35}}
[[Abu Bakar]] yang kebetulan sedang berada di luar Madinah, demi mendengar kabar itu lantas bergegas kembali. Ia menjumpai Umar sedang menahan muslim yang lain dan lantas mengatakan.
:"Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Muhammad, Muhammad sudah mati. Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati."
Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari Al Qur'an :
:"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (surat [[Ali 'Imran]] ayat 144)


Pertobatan Umar ke Islam memberikan kekuatan kepada umat Islam dan iman Islam di Makkah. Setelah peristiwa inilah umat Islam melakukan sholat secara terbuka di [[Masjidilharam]] untuk pertama kalinya. [[Abdullah bin Mas'ud]] berkata,{{sfn|Aadil|2015|page=30}}
Umar lantas menyerah dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan.
{{Kutipan|Masuk Islamnya Umar adalah kemenangan kita, hijrahnya ke Madinah adalah kesuksesan kita, dan pemerintahannya berkah dari Allah. Kami tidak salat di Masjid al-Haram sampai Umar masuk Islam. Ketika dia masuk Islam, kaum Quraisy terpaksa membiarkan kami shalat di Masjid.}}


== Masa kekhalifahan Abu Bakar ==
==== Hijrah ke Madinah ====
Pada tahun 622 M, karena keamanan yang ditawarkan oleh penduduk Yatsrib (kemudian berganti nama menjadi ''Madīnat an-Nabī'', atau singkatnya [[Madinah]]), Muhammad memerintahkan para pengikutnya untuk bermigrasi ke Medina. Sebagian besar Muslim bermigrasi pada malam hari karena takut akan perlawanan suku Quraisy, tetapi Umar dilaporkan telah pergi secara terbuka pada siang hari dengan mengatakan: "Siapa pun yang ingin menjadikan istrinya janda dan anak-anaknya yatim harus datang dan menemuiku di gerbang kota."{{sfn|Aadil|2015|page=119}}{{sfnp|Armstrong|p=152}} Umar hijrah ke Madinah ditemani oleh sepupu dan saudara iparnya, [[Sa'id bin Zaid]].<ref name="Tahthib 2002 page 170"/>
Pada masa [[Abu Bakar]] menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasehat kepalanya. Kemudian setelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun [[634]], Umar ditunjuk menggantikannya.


==== Kehidupan di Madinah ====
== Menjadi khalifah ==
Ketika Muhammad tiba di Madinah, dia memasangkan setiap imigran ([[Muhajirin]]) dengan salah satu penduduk kota ([[Kaum Anshar|Anshar]]). Muhammad memasangkan Umar dengan Itban bin Malik dan menjadikan mereka saudara seiman.<ref>{{cite web|title=Khalifa Umar:Early Life in Madina|url=https://www.alim.org/history/khaleefa/umar/3/2/#:~:text=In%20this%20roll%20of%20brotherhood,Malik%20of%20Banu%20Al%2DKhazraj.|website=alim.org|access-date=2023-04-19}}</ref> Muslim tetap damai di Madinah selama kurang lebih satu tahun sebelum Quraisy mengumpulkan pasukan untuk menyerang mereka. Pada tahun 624, Umar berpartisipasi dalam pertempuran pertama antara Muslim dan Quraisy di Mekkah yaitu [[Pertempuran Badar]]. Pada tahun 625, dia ikut serta dalam [[Pertempuran Uhud]]. Pada fase kedua pertempuran, kavaleri [[Khalid bin Walid]] menyerang bagian belakang Muslim dan mengubah gelombang pertempuran, desas-desus tentang kematian Muhammad tersebar dan banyak prajurit Muslim dialihkan dari medan perang, Umar termasuk di antara mereka. Namun, mendengar bahwa Muhammad masih hidup, dia mendatangi Muhammad di gunung Uhud dan bersiap untuk mempertahankan bukit tersebut.{{sfn|Aadil|2015|page=40–41}}
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih [[Mesir]], [[Palestina]], [[Syria]], [[Afrika Utara]] dan [[Armenia]] dari kekaisaran Romawi ([[Byzantium]]).
Kemudian di tahun Umar menjadi bagian dari kampanye melawan suku Yahudi [[Bani Nadhir]]. Pada tahun 625, putri Umar [[Hafshah binti Umar|Hafshah]] menikah dengan Muhammad.{{sfn|Aadil|2015|page=42}}
Kemudian pada tahun 627, dia berpartisipasi dalam [[Pertempuran Parit]] dan juga dalam [[Bani Quraizah|Pertempuran Bani Quraizah]].<ref name="Maghazi">Tabqat ibn al-Saad book of Maghazi, p. 62</ref> Pada 628, Umar menyaksikan [[Perjanjian Hudaibiyah]].<ref name="Maghazi"/>
Pada tahun 628, dia bertempur di [[Pertempuran Khaibar]]. Pada tahun 629, Muhammad mengirim Amr bin Ash ke Zaat-ul-Sallasal, setelah itu, Muhammad mengirim [[Abu Ubaidah bin Jarrah]] dengan bala bantuan, termasuk Abu Bakar dan Umar, lalu mereka menyerang dan mengalahkan musuh.<ref>Sahih-al-Bhukari book of Maghazi, Ghazwa Zaat-ul-Sallasal</ref>
Pada tahun 630, ketika tentara Muslim [[Penaklukan Makkah|menaklukan Makkah]], dia adalah bagian dari tentara itu. Kemudian pada tahun 630, dia bertempur di [[Pertempuran Hunain]] dan [[Pengepungan Ta'if]]. Dia adalah bagian dari tentara Muslim yang memperebutkan sedekah untuk [[Ekspedisi Tabuk|Pertempuran Tabuk]] di bawah komando Muhammad dan dia dilaporkan telah memberikan setengah dari kekayaannya untuk persiapan ekspedisi ini. Dia juga berpartisipasi [[Haji Wada'|Haji perpisahan]] Muhammad pada tahun 632.{{sfn|Aadil|2015|page=56}}


==== Kematian Muhammad ====
Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada [[pertempuran Yarmuk]], yang terjadi di dekat [[Damaskus]] pada tahun [[636]], 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan [[Romawi]] yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di [[Asia Kecil]] bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan [[Persia]] dalam jumlah yang lebih besar pada [[pertempuran Qadisiyyah]] (th 636), di dekat [[sungai Eufrat]]. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni [[Sa`ad bin Abi Waqqas]] mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.
Ketika Muhammad meninggal dunia pada tanggal 8 Juni 632 Umar awalnya tidak percaya bahwa dia telah meninggal.<ref name="Suyuti54-61">{{cite book|last=as-Suyuti|first=Jalaluddin|author-link=Jalaluddin as-Suyuthi|title=The History of Khalifahs Who Took The Right Way|url=https://www.amazon.com/History-Khalifahs-Who-Took-Right/dp/1897940254|location=London|date=2008|page=54–61|isbn=978-1897940259|publisher=Ta-Ha Publishers Ltd}}</ref> Dikatakan bahwa Umar berjanji akan membunuh siapa pun yang mengatakan bahwa Muhammad mati. Umar berkata: "Dia tidak mati tetapi dia telah pergi ke tuhannya seperti [[Musa]] pergi, menghilang dari kaumnya selama empat puluh malam setelah itu dia kembali kepada mereka. Demi Allah, Nabi akan kembali sebagaimana Musa kembali (kepada kaumnya) dan dia akan memotong tangan dan kaki orang-orang yang mengatakan bahwa dia (Rasul) telah mati.”<ref>{{cite web|url=https://archive.org/stream/TheBiographyOfAbuBakrAsSiddeeq/TheBiographyOfAbuBakrAs-siddeeq#page/n199/mode/2up|title=The Biography of Abu Bakr As-Siddeeq|work=archive.org|year=2007}}</ref> [[Abu Bakr]] kemudian secara terbuka berbicara kepada komunitas di masjid, mengatakan: {{quote|"Barangsiapa yang menyembah Muhammad, maka ketahuilah bahwa Muhammad telah mati, namun barangsiapa yang menyembah Allah, maka ketahuilah bahwa Allah itu hidup dan tidak pernah mati ."<ref name="http://sunnah.com/bukhari/62/19">{{cite web|url=http://sunnah.com/bukhari/62/19 |title=Hadith – Book of Companions of the Prophet – Sahih al-Bukhari – Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم) |website=Sunnah.com |date=26 April 2012 |access-date=29 January 2019}}</ref>}} Abu Bakar kemudian membacakan ayat-ayat dari al-Qur'an:
{{quote|''Dan Muhammad tidak lain hanyalah seorang Rasul. Sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia mati atau terbunuh, kamu akan berbalik ke belakang? Barangsiapa berbalik ke belakang, maka dia tidak akan merugikan Allah sedikitpun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur''|author={{qref|2|144|b=yl}}<ref name="http://sunnah.com/bukhari/62/19"/>}} Mendengar ini, Umar berlutut dalam kesedihan dan menerima kematian Muhammad. Muslim Sunni mengatakan bahwa penyangkalan atas kematian Muhammad disebabkan oleh cintanya yang dalam kepadanya.<ref name="Suyuti54-61" />


== Pendirian khilafah ==
Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk [[shalat]] di dalam [[gereja]] (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih untuk shalat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia shalat.
{{See also|Saqifah Bani Sa'idah}}
Kapasitas politik Umar pertama kali terwujud sebagai pembantu kekhalifahan setelah kematian Muhammad pada 8 Juni 632.{{sfnp|Madelung|1997|p={{pn|date=June 2022}}}} Sementara pemakaman Muhammad sedang diatur, sekelompok pengikut Muhammad yang merupakan penduduk asli Madinah, [[kaum Anshar|Anshar]] (pembantu), mengadakan pertemuan di pinggiran kota, secara efektif mengunci keluar orang-orang sahabat yang dikenal sebagai ''[[Muhajirin]]'' (imigran) termasuk Umar.{{sfnp|Madelung|1997|p={{pn|date=June 2022}}}} Umar yang mengetahui tentang pertemuan ini di [[Saqifah Bani Sa'idah]], bergegas pergi menuju pertemuan tersebut dengan membawa dua Muhajir lainnya, [[Abu Bakar]] dan [[Abu Ubaidah bin Jarrah]]. Umar mungkin ingin mencegah rencana Ansar untuk pemisahan politik. Sesampainya di pertemuan tersebut, Umar dihadapkan pada kesatuan masyarakat suku dari Anshar yang menolak menerima kepemimpinan kaum Muhajirin.{{sfnp|Madelung|1997|p={{pn|date=June 2022}}}} Namun, Umar tidak gentar dengan keyakinannya bahwa kekhalifahan harus berada di bawah kendali kaum Muhajir.<ref name="history">{{cite book|title=The History of al-Tabari|publisher=State University of New York Press|year=1990}}</ref> Umar, setelah negosiasi tegang yang berlangsung satu atau dua hari, dengan cemerlang membagi Anshar menjadi faksi lama mereka yang bertikai [[Aus]] dan suku [[Khazraj]]. Umar menyelesaikan perpecahan dengan meletakkan tangannya di tangan Abu Bakar sebagai calon persatuan bagi mereka yang berkumpul di Saqifah. Orang lain di Saqifah mengikutinya, kecuali suku Khazraj dan pemimpin mereka, [[Sa'ad bin Ubadah]], yang dikucilkan sebagai akibatnya. Suku Khazraj dikatakan tidak menimbulkan ancaman berarti karena ada cukup banyak prajurit dari suku Madinah seperti Bani Aus untuk segera mengatur mereka menjadi pengawal militer untuk Abu Bakar.{{sfnp|Madelung|1997|p={{pn|date=June 2022}}}}


[[Wilferd Madelung]] merangkum kontribusi Umar:{{sfnp|Madelung|1997|p=33}}
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya [[sensus]] di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi [[Masjidil Haram]] di Mekkah dan [[Masjid Nabawi]] di [[Medinah]]. Ia juga memulai proses kodifikasi [[hukum Islam]].
{{quote|Umar menilai hasil majelis Saqifa sebagai ''falta'' [diterjemahkan oleh Madelung sebagai 'kesepakatan yang tergesa-gesa dan tidak dipertimbangkan dengan baik']{{sfnp|Madelung|1997|p=22}} karena ketidakhadiran sebagian besar tokoh Muhajirun, termasuk keluarga dan klan Nabi sendiri, yang partisipasinya dianggap penting untuk konsultasi yang sah (syura, musyawara). Hal itu, dia mengingatkan masyarakat, agar tidak menjadi preseden untuk masa depan. Namun dia juga membela hasilnya, mengklaim bahwa umat Islam merindukan Abu Bakar tidak seperti orang lain. Dia meminta maaf, terlebih lagi, bahwa para Muhajirin yang hadir terpaksa mendesak untuk segera bersumpah setia karena Anshar tidak dapat dipercaya untuk menunggu konsultasi yang sah dan mungkin akan memilih salah satu pemimpin dari mereka sendiri. Alasan lain bagi Umar untuk mengecam pertemuan Saqifah sebagai falta tidak diragukan lagi adalah akhir yang bergolak dan tidak bermartabat, karena dia dan para pengikutnya menyerang pemimpin Khazraj, Sa'ad bin Ubadah untuk memberinya pelajaran, atau untuk membunuhnya karena berani menantang satu-satunya hak kaum Quraisy untuk memerintah. Terlebih lagi, pembubaran rapat yang kejam ini menunjukkan bahwa kaum Anshar tidak mungkin semuanya terpengaruh oleh kebijaksanaan dan kefasihan pidato Abu Bakar dan telah menerimanya sebagai pilihan terbaik untuk suksesi, seperti yang disarankan oleh [[Leone Caetani|Caetani]]. Tidak ada gunanya memukul kepala Khazraj jika semua orang datang untuk bersumpah setia kepada calon Umar. Sejumlah besar kaum Ansar, mungkin khususnya dari Khazraj, pasti menolak untuk mengikuti jejak Muhajirin.{{sfnp|Madelung|1997|p=33}}}}


Menurut berbagai sumber [[Syiah Dua Belas Imam]] dan Madelung,<ref name="iis.ac.uk">{{cite web|url=http://www.iis.ac.uk/view_article.asp?ContentID=106316|title=Umar at Ismaili sect|work=Institute of Ismaili Studies|access-date=8 August 2013|archive-date=3 July 2015|archive-url=https://web.archive.org/web/20150703110811/http://www.iis.ac.uk/view_article.asp?ContentID=106316|url-status=dead}} <!-- It is unclear what article is being referenced or what it is being referenced for--></ref> Umar dan Abu Bakar pada dasarnya melakukan kudeta politik terhadap [[Ali bin Abi Thalib]] di Saqifah. {{sfnp|Madelung|1997|p={{pn|date=June 2022}}}} Menurut salah satu versi riwayat di [[sumber primer]], Umar dan Abu Bakar juga dikatakan telah menggunakan kekerasan untuk mencoba mendapatkan kesetiaan dari Ali dan pengikutnya. Telah dilaporkan dalam sebagian besar sumber sejarah Persia yang ditulis 300 tahun kemudian, seperti dalam ''[[Sejarah Para Nabi dan Raja]]'', bahwa setelah penolakan Ali untuk memberi penghormatan, Abu Bakar mengirim Umar dengan bersenjata. kontingen ke rumah [[Fatimah binti Muhammad|Fatimah]] tempat Ali dan para pendukungnya konon berkumpul. Umar dilaporkan telah memperingatkan orang-orang di rumah tersebut, bahwa Ali harus menyerah pada Abu Bakar, atau dia akan membakar rumah Fatimah,<ref name="history"/>{{page needed|date=August 2021}} dan dalam keadaan seperti ini Ali terpaksa menyerah. Versi peristiwa ini, yang diterima sepenuhnya oleh ulama Syiah, umumnya ditolak oleh ulama Sunni yang, mengingat laporan lain dalam literatur mereka, percaya bahwa Ali bersumpah setia kepada Abu Bakar tanpa ada keluhan. Tapi kemudian sumber-sumber Sunni dan Syiah lainnya mengatakan bahwa Ali tidak bersumpah setia kepada Abu Bakar setelah pemilihannya, tetapi enam bulan kemudian setelah kematian istrinya, Fatimah. Baik Sunni maupun Syiah sama-sama menerima bahwa Ali merasa bahwa Abu Bakar seharusnya memberitahunya sebelum pergi ke pertemuan dengan Anshar dan bahwa Ali bersumpah setia kepada Abu Bakar.
Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di jaman itu, ia tetap hidup sebagaimana saat para pemeluk Islam masih miskin dan dianiaya.


Sarjana Barat cenderung setuju bahwa Ali percaya dia memiliki mandat yang jelas untuk menggantikan Muhammad,{{citation needed|date=July 2012}} tetapi menawarkan pandangan yang berbeda tentang sejauh mana penggunaan kekuatan oleh Umar dalam upaya untuk mengintimidasi Ali dan para pendukungnya. Misalnya, Madelung menolak klaim penggunaan kekerasan dan menyatakan bahwa:
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa [[hijrah]].
{{quote|Laporan terpisah tentang penggunaan kekerasan terhadap Ali dan Bani Hasyim yang dengan suara bulat menolak untuk bersumpah setia selama enam bulan mungkin akan diabaikan. Abu Bakar tidak diragukan lagi cukup bijak untuk menahan Umar dari segala kekerasan terhadap mereka, menyadari dengan baik bahwa ini pasti akan memancing rasa solidaritas dari mayoritas Bani Abdu Manaf yang dia butuhkan.{{sfnp|Madelung|1997|p=43}} Kebijakannya, memerintahkan untuk tidak mengisolasi Bani Hasyim sejauh mungkin.}}


Menurut Tom Holland, kesejarahan Umar tidak diragukan lagi.<ref name=holland>{{cite book |title=In the shadow of the sword, The Battle for Global Empire and the End of the Ancient World |url=https://archive.org/details/inshadowofswordb0000holl_i1h8 |first=Tom |last=Holland |year=2013 |isbn=978-0-349-12235-9 |publisher=Abacus |pages=[https://archive.org/details/inshadowofswordb0000holl_i1h8/page/381 381]–382}}</ref> Seorang uskup Armenia yang menulis satu dekade atau lebih setelah [[Pertempuran al-Qadisiyah]] menggambarkan Umar sebagai "penguasa perkasa yang mengoordinasi kemajuan putra-putra Ismail dari kedalaman padang pasir".<ref name=holland /><ref>Sebeos 139</ref> Tom Holland menulis "Apa yang menambah prestasinya, adalah bahwa kualitasnya yang mengguncang bumi sebagai seorang generalissimo, digabungkan dengan kebajikan yang paling khas. Daripada meniru cara seorang Kaisar, seperti yang telah dilakukan raja-raja Ghassaniyah, dia menggunakan contoh dari jenis orang Kristen yang sangat berbeda. Jubah Umar yang tipis, pola makannya yang terdiri dari roti, garam dan air, dan penolakannya terhadap kekayaan duniawi akan mengingatkan siapa pun dari padang pasir yang menjangkau ke luar Palestina akan jenis orang yang sangat khusus. Gurun Yudea telah lama menjadikan diri mereka sebagai pejuang Tuhan. Pencapaian Umar adalah membawa bahasa seperti itu ke tingkat yang literal dan ekstrem yang tak terbayangkan sebelumnya."<ref name=holland />
== Kematian ==

Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak pada saat ia akan memimpin [[shalat]] Subuh. Fairuz adalah salah seorang warga [[Persia]] yang masuk [[Islam]] setelah [[Persia]] ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara digdaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah kematiannya jabatan khalifah dipegang oleh [[Usman bin Affan]].
== Penasihat Abu Bakar ==
Karena situasi politik yang sulit di Arab, Umar awalnya menentang operasi militer terhadap suku-suku pemberontak di sana,{{cn}} berharap mendapatkan dukungan mereka jika terjadi invasi dari Romawi atau Persia. Namun kemudian, dia setuju dengan strategi Abu Bakar untuk menumpas pemberontakan dengan kekerasan. Menjelang akhir tahun 632 M, Jenderal [[Khalid bin Walid]] berhasil menyatukan Arab setelah kemenangan berturut-turut melawan para pemberontak. Selama masa pemerintahannya sendiri nanti, Umar kebanyakan mengadopsi kebijakan menghindari perang dan mengkonsolidasikan kekuasaannya di tanah yang tergabung daripada memperluas kerajaannya melalui peperangan terus menerus.<ref>''Medieval Islamic political thought'', Patricia Crone, p. 18</ref>

Umar menasihati Abu Bakar untuk menyusun al-Qur'an dalam bentuk buku setelah 300 {{transliteration|ar|huffāẓ}} (penghafal) al-Qur'an tewas dalam [[Pertempuran Yamamah]].<ref name="sunnah.com">{{cite web|url=http://sunnah.com/bukhari/93/53|title=Hadith – Book of Judgments (Ahkaam) – Sahih al-Bukhari – Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|work=Sunnah.com}}</ref>

=== Wasiat Abu Bakar ===
Abu Bakar menunjuk Umar sebagai penggantinya sebelum meninggal pada tahun 634 M.<ref>{{cite web|url=https://archive.org/stream/TheBiographyOfAbuBakrAsSiddeeq/TheBiographyOfAbuBakrAs-siddeeq#page/n711/mode/2up|title=The Biography of Abu Bakr As-Siddeeq|work=archive.org|year=2007}}</ref> Karena sifatnya yang keras dan otokratis, Umar bukanlah sosok yang sangat populer di antara tokoh-tokoh Madinah dan anggota Majelis Syura; oleh karena itu, para sahabat Abu Bakar yang berpangkat tinggi berusaha mencegahnya untuk tidak menyebut nama Umar.{{sfn|Aadil|2015|page=58–59}}<ref>{{The History of al-Tabari|volume=11|page=157|ref={{sfnref|Blankinship|1993}}}}</ref> Namun demikian, Abu Bakar tetap memutuskan untuk menjadikan Umar sebagai penggantinya. Umar terkenal karena kemauannya yang luar biasa, sikap penuh perhitungan, kecerdasan politiknya, ketidakberpihakannya, keadilannya, dan kepeduliannya terhadap orang miskin.<ref>''Early caliphate'', Muhammad Ali, Muḥammad Yaʿqūb K̲h̲ān, p. 85</ref> Abu Bakar dilaporkan telah berkata kepada para penasihat tinggi:

{{Kutipan|Ketegasannya (Umar) ada karena kelembutanku. Ketika beban kekhalifahan telah berada di atas bahunya, dia tidak akan lagi tegas. Jika saya akan diminta oleh Tuhan kepada siapa saya telah menunjuk pengganti saya, saya akan mengatakan kepadanya bahwa saya telah menunjuk pria terbaik di antara Anda.<ref>'ʿUmar Farooq-i-Azam'', Mohammad Hussain Haikal, chapter 4, pp. 112–113</ref>}}

Abu Bakar menyadari kekuatan dan kemampuan Umar untuk menggantikannya. Dia mungkin merupakan salah satu transisi kekuasaan yang paling mulus dari satu otoritas ke otoritas lain di negeri-negeri Muslim.{{sfn|Blankinship|1993|page=145-153}} Sebelum kematiannya, Abu Bakar memanggil [[Utsman bin Affan]] untuk menulis wasiatnya di mana dia menyatakan Umar sebagai penggantinya:
{{Kutipan|Atas nama Tuhan Yang Maha Penyayang. Ini adalah wasiat dan wasiat terakhir Abu Bakar bin Abu Quhafah, pada detik-detik terakhirnya di dunia, dan awal perjalanannya menuju akhirat; yaitu suatu waktu di mana orang-orang yang ingkar akan percaya, dan orang-orang fasik akan meyakini serta melihat hasil dari kejahatan mereka. Kemudian, saya mencalonkan Umar bin al-Khattab sebagai pengganti saya. Karena itu, dengarkan dan patuhilah dia. Jika dia bertindak sesuai kebenaran, maka dukunglah dan itulah yang saya ketahui dari dirinya. Hanya kebaikan yang saya inginkan, tetapi saya tidak bisa melihat hasil di masa depan. Namun, orang-orang yang zalim dan jahat kelak akan mengetahui tempat kembali seperti apa yang akan mereka dapati. Semoga nikmat dan barakah dari Allah senantiasa tercurah kepada kalian.<ref>{{Cite web|url=http://www.alim.org/library/biography/khalifa/content/KAB/18/2|title=Islamic history of Khalifa Abu Bakr – Death of Abu Bakr &#124; Al Quran Translations &#124; Alim|website=www.alim.org}}</ref>}}

== Kekhalifahan (634–644) ==
=== Tantangan awal ===
Meskipun hampir semua umat Islam telah memberikan janji kesetiaan mereka kepada Umar, dia lebih ditakuti daripada dicintai. Menurut [[Muhammad Husayn Haykal]], tantangan pertama bagi Umar adalah mendapat dukungan dari rakyatnya dan anggota Majelis Syura.<ref>{{harvtxt|Haykal|1944}} Chapter 5, p. 119.</ref>

Umar adalah seorang orator berbakat, dan dia menggunakan kemampuannya untuk meningkatkan reputasinya di antara orang-orang.<ref>''Modern Islamic political thought'', Hamid Enayat, p. 6.</ref>

Muhammad Husain Haykal menulis bahwa penekanan Umar adalah pada kesejahteraan orang miskin dan kurang mampu.<ref>{{harvtxt|Haykal|1944}} Chapter 5, p. 130.</ref> Selain itu, Umar, untuk meningkatkan reputasi dan hubungannya dengan [[Bani Hasyim]], suku [[Ali]], menyerahkan tanah miliknya yang disengketakan di Khaibar kepada yang terakhir. Ia mengikuti keputusan Abu Bakar atas [[Khotbah Fadak|sengketa tanah Fadak]], tetap memperlakukannya sebagai milik negara. Dalam [[perang Riddah]], ribuan tahanan dari suku pemberontak dan murtad dibawa sebagai budak selama ekspedisi. Umar memerintahkan amnesti umum untuk para tahanan, dan emansipasi segera mereka.<ref>{{harvtxt|Haykal|1944}} Chapter 5, p. 135.</ref> Hal ini membuat Umar cukup populer di kalangan suku Arab Badui. Dengan dukungan publik yang diperlukan di pihaknya, Umar mengambil keputusan berani untuk memanggil kembali dan memberhentikan Khalid bin Walid dari jabatan komando tertinggi di garis depan Romawi.<ref>{{harvtxt|Haykal|1944}} Chapter 5, p. 140.</ref>

=== Administrasi politik dan sipil ===
[[Berkas:Mohammad adil rais-Caliph Umar's empire at its peak 644.PNG|thumb|300px|Kekuasaan khalifah Umar pada masa puncaknya, 644]]
Pemerintahan Umar adalah pemerintahan kesatuan, dimana otoritas politik yang berdaulat adalah khalifah. Kekhalifahan Umar dibagi menjadi provinsi dan beberapa wilayah otonom, misalnya, [[Azerbaijan]] dan [[Armenia]], yang telah menerima kekuasaan kekhalifahan. Provinsi dikelola oleh gubernur provinsi atau Wali, dipilih secara pribadi dan cermat oleh Umar. Provinsi dibagi lagi menjadi sekitar 100 kabupaten. Setiap kabupaten atau kota utama berada di bawah tanggung jawab seorang gubernur muda atau Amir, biasanya diangkat oleh Umar sendiri, tetapi kadang-kadang juga ditunjuk oleh gubernur provinsi. Di beberapa distrik ada perwira militer yang terpisah, meskipun Wali , dalam banyak kasus, adalah Panglima Angkatan Darat yang bermarkas di provinsi tersebut.{{cn}}

Setiap janji dibuat secara tertulis. Pada saat pengangkatan dikeluarkan instrumen instruksi dengan maksud untuk mengatur tingkah laku ''Wali''. Saat menjabat, Wali diminta untuk mengumpulkan orang-orang di masjid utama, dan membacakan instrumen instruksi di depan mereka.<ref>''The Cambridge History of Islam'', ed. P.M. Holt, Ann K.S. Lambton, and Bernard Lewis, Cambridge 1970</ref>

Instruksi umum Umar kepada para perwiranya adalah:
{{Kutipan|Ingat, saya tidak menunjuk Anda sebagai komandan dan tiran atas rakyat. Saya telah mengirim Anda sebagai pemimpin, sehingga orang-orang dapat mengikuti teladan Anda. Berilah kaum muslimin hak-hak mereka dan jangan pukul mereka agar mereka tidak dilecehkan. Jangan terlalu memuji mereka, jangan sampai mereka jatuh ke dalam kesalahan kesombongan. Jangan tutup pintumu di hadapan mereka, jangan sampai yang lebih kuat memakan yang lebih lemah. Dan jangan bersikap seolah-olah Anda lebih tinggi dari mereka, karena itu adalah tirani atas mereka.{{cn}}}}

Berbagai kode etik ketat lainnya harus dipatuhi oleh para gubernur dan pejabat negara. Para perwira utama diharuskan melakukan perjalanan ke Mekkah pada kesempatan ibadah haji, di mana orang-orang bebas mengajukan keluhan apa pun terhadap mereka. Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya korupsi, Umar menetapkan untuk membayar gaji yang tinggi kepada para staf.{{cn}} Gubernur provinsi menerima sebanyak lima hingga tujuh ribu dirham setiap tahun selain bagian mereka dari rampasan perang (jika mereka juga panglima tertinggi tentara di sektor mereka).{{cn}}

Umar pertama kali mendirikan departemen khusus untuk penyelidikan pengaduan terhadap para pejabat Negara. Departemen ini bertindak sebagai Pengadilan Tata Usaha Negara, di mana proses hukum dipimpin langsung oleh Umar.<ref>''Commanding right and forbidding wrong in Islamic thought'', M. A. Cook, p. 79</ref> Departemen itu berada di bawah tanggung jawab [[Muhammad bin Maslamah]], salah satu orang Umar yang paling dipercaya. Dalam kasus-kasus penting Muhammad bin Maslamah diutus oleh Umar untuk pergi ke tempat itu, menyelidiki tuduhan itu dan mengambil tindakan. Kadang-kadang Komisi Penyelidik dibentuk untuk menyelidiki tuduhan itu. Kadang-kadang, para petugas yang menerima pengaduan dipanggil ke Madinah, dan diadili di pengadilan tata usaha Umar. Umar dikenal karena dinas intelijen ini dimana dia meminta pertanggungjawaban para pejabatnya.<ref>{{cite book|last=Al-Buraey|first=Muhammad|title=Administrative Development: An Islamic Perspective|year=2002|publisher=Routledge|isbn=978-0-7103-0333-2|url=https://books.google.com/books?id=HJE9AAAAIAAJ&pg=PA249 |pages=248–249}}</ref> Layanan ini juga dikatakan telah menginspirasi ketakutan pada rakyatnya.<ref>{{cite book|last=Essid|first=Yassine|title=A Critique of the Origins of Islamic Economic Thought|year=1995|publisher=Brill|isbn=978-90-04-10079-4|url=https://books.google.com/books?id=Ij86T6DAwzgC&pg=PA67 |pages=24, 67}}</ref>

Umar adalah pelopor dalam beberapa urusan:
# Umar adalah orang pertama yang memperkenalkan sistem pelayanan publik, di mana catatan pejabat dan tentara disimpan. Dia juga menyimpan sistem rekaman untuk pesan yang dia kirim ke Gubernur dan kepala negara.
# Dia adalah orang pertama yang menunjuk pasukan polisi untuk menjaga ketertiban sipil.
# Dia adalah orang pertama yang mendisiplinkan orang-orang ketika mereka menjadi tidak teratur.<ref>"The Precious Pearls" by Muhammad Ayub Sipra, Darussalam publishers and distributors, 2002, p. 57.</ref>

Aspek penting lainnya dari pemerintahan Umar adalah bahwa dia melarang gubernur dan agennya terlibat dalam urusan bisnis apa pun saat berada dalam posisi kekuasaan. Seorang pegawai Umar bernama al-Harits bin Ka'ab bin Wahb pernah ditemukan memiliki uang lebih di luar gajinya dan Umar menanyakan tentang kekayaannya. Al-Harits menjawab bahwa dia memiliki sejumlah uang dan dia berdagang dengannya. Umar berkata: ''Demi Allah, kami tidak mengutus kamu untuk berdagang!'', dan dia mengambil darinya keuntungan yang telah dia hasilkan.<ref>{{Cite web|url=https://archive.org/stream/UmarIbnAl-KhattabHisLifeAndTimesVolume2/100713541-Umar-Ibn-Al-Khattab-Vol-2#page/n47/mode/2up|title=Umar Ibn Al-Khattab : His Life and Times, Volume 2}}</ref>

=== Kanal ===
Karena Madinah, dengan populasi yang berkembang pesat, berisiko mengalami kelaparan yang berulang saat panen berkurang, Umar berupaya memfasilitasi impor biji-bijian. Dia memerintahkan pembangunan kanal yang menghubungkan [[Sungai Nil]] ke [[Laut Merah]] dan perbaikan infrastruktur pelabuhan di pantai Arab. Ketika Basra didirikan pada masa pemerintahan Umar, dia mulai membangun kanal sepanjang sembilan mil dari Tigris ke kota baru untuk irigasi dan air minum.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=mqbcAwAAQBAJ&q=umar+canal+medina&pg=PA78|title=Early Islam and the Birth of Capitalism|last=Koehler|first=Benedikt|date=17 June 2014|publisher=Lexington Books|isbn=9780739188835|page=78|language=en}}</ref> Ath-Thabari melaporkan bahwa [[Utbah bin Ghazwan]] membangun kanal pertama dari [[Sungai Tigris]] ke lokasi Basra ketika kota itu dalam tahap perencanaan. Setelah kota dibangun, Umar menunjuk [[Abu Musa al-Asy'ari]] sebagai gubernur pertamanya. Dia mulai membangun dua kanal penting, [[al-Ubulla]] dan Ma'qil, menghubungkan Basra dengan [[Sungai Tigris]]. Kedua kanal ini menjadi dasar pengembangan pertanian di seluruh wilayah Basra dan digunakan untuk air minum. Umar juga mengadopsi kebijakan untuk memberikan tanah tandus kepada mereka yang berusaha mengolahnya. Kebijakan ini berlanjut selama periode [[Bani Umayyah]] dan menghasilkan penanaman lahan tandus yang luas melalui pembangunan saluran irigasi oleh negara dan oleh individu.<ref>{{cite web|url=http://www.history-science-technology.com/articles/articles%2012.htm |title=History Of Science And Technology In Islam |publisher=History-science-technology.com |access-date=29 January 2019}}</ref>

=== Reformasi ===
{{See also|Reformasi era Umar|Pakta Umar}}
Di bawah kepemimpinan Umar, kekhalifahan berkembang; karenanya, dia mulai membangun struktur politik yang akan menyatukan wilayah yang luas. Dia melakukan banyak reformasi administrasi dan mengawasi kebijakan publik dengan cermat, mendirikan administrasi lanjutan untuk tanah yang baru ditaklukkan, termasuk beberapa kementerian dan birokrasi baru, dan memerintahkan sensus semua wilayah Muslim. Selama pemerintahannya, kota garnisun (''[[amsar]]'') [[Basra]] dan [[Kufah]] didirikan atau diperluas. Pada 638, ia memperluas dan merenovasi [[Masjidilharam]] (Masjid Agung) di Makkah dan [[Masjid Nabawi]] (Masjid Nabi) di Madinah.<ref>''Book of the Thousand Nights and One Night'', E. P. Mathers, p. 471</ref>

Umar juga memerintahkan pengusiran komunitas Kristen dan Yahudi Najran dan Khaibar ke Suriah dan Irak. Dia juga mengizinkan keluarga Yahudi untuk bermukim kembali di [[Yerusalem]], yang sebelumnya dilarang dari semua orang Yahudi.<ref name="Simha Assaf 1946, pp. 20-21">Simha Assaf, ''Meqorot u-Meḥqarim be-Toldot Yisrael'', Jerusalem 1946, pp. 20–21 (Hebrew and Judeo-Arabic)</ref> Dia mengeluarkan perintah agar orang Kristen dan Yahudi ini diperlakukan dengan baik dan memberi mereka tanah yang setara di pemukiman baru mereka. Umar juga melarang non-Muslim berada di Hijaz lebih dari tiga hari.<ref>[[Giorgio Levi Della Vida]] and [[Michael Bonner]], ''Encyclopaedia of Islam''.</ref>{{sfnp|Madelung|1997|p=74}} Ia adalah orang pertama yang mendirikan angkatan darat sebagai departemen negara.

Umar adalah pendiri [[Fikih]], atau yurisprudensi Islam.<ref>''The origins of Islamic jurisprudence'', Harald Motzki, Marion</ref> Dia dianggap oleh Muslim Sunni sebagai salah satu Faqih terbesar, dan, dengan demikian, dia memulai proses kodifikasi Hukum Islam.

Pada tahun 641, ia mendirikan atau memperluas [[Baitul Mal]], sebuah lembaga keuangan dan memulai tunjangan tahunan bagi umat Islam. Sebagai seorang pemimpin, Umar dikenal dengan gaya hidupnya yang sederhana dan keras. Alih-alih mengadopsi kemegahan dan tampilan yang dipengaruhi oleh para penguasa saat itu, dia terus hidup seperti ketika umat Islam masih miskin dan teraniaya.{{cn}} Pada tahun 638, tahun keempatnya sebagai khalifah dan tahun ketujuh belas sejak Hijrah, dia menetapkan kalender Islam yang dihitung dari tahun Hijrah Muhammad dari Mekah ke Madinah.<ref>{{Cite web |last=Hakim Muhammad Said |year=1981 |title=The History of the Islamic Calendar in the Light of the Hijra |url=http://al-islam.org/al-serat/hijrah.htm |access-date=2006-12-16 |website=Ahlul Bayt Digital Islamic Library Project}}</ref>

=== Kunjungan ke Yerussalem ===
{{Main|Pengepungan Yerusalem (636–637)#Penyerahan}}
{{See also|Surat jaminan oleh Umar}}
[[Berkas:Grands conquerants - Omar, le 2eme calife, prenant en personne possession de Jerusalem l'an 638 de l'ere chretienne.jpg|thumb|250px|ka|''Penaklukan Besar'' (1905), menggambarkan Umar memasuki Yerussalem.]]
Kunjungan Umar ke Yerusalem pada 638 didokumentasikan dalam beberapa sumber. Sebuah teks Yudeo-Arab yang baru ditemukan mengungkapkan anekdot berikut:<ref name="Simha Assaf 1946, pp. 20-21"/>
{{Kutipan|Umar memerintahkan orang bukan Yahudi dan sekelompok orang Yahudi untuk membersihkan area Bukit Bait Suci. Umar mengawasi pekerjaan itu. Orang-orang Yahudi yang datang mengirim surat kepada orang-orang Yahudi lainnya di Palestina dan memberi tahu mereka bahwa Umar telah mengizinkan pemukiman kembali Yerusalem oleh orang Yahudi. "Umar, setelah beberapa konsultasi, mengizinkan tujuh puluh rumah tangga Yahudi untuk kembali. Mereka kembali untuk tinggal di bagian selatan kota, yaitu Pasar Yahudi. (Tujuan mereka adalah berada di dekat air Silwan dan Bukit Kuil dan gerbangnya). Kemudian Panglima Umar mengabulkan permintaan mereka. Tujuh puluh keluarga pindah ke Yerusalem dari Tiberias dan daerah sekitarnya dengan istri dan anak-anak mereka.}}

Dilaporkan juga atas nama Uskup Aleksandria [[Eutikius dari Aleksandria|Eutikius]] (932–940 M) bahwa batu karang yang dikenal sebagai Bukit Bait Suci pernah menjadi tempat reruntuhan sejak zaman Permaisuri Helena, ibu dari [[Konstantinus Agung]], yang membangun gereja di Yerusalem, "orang Bizantium, telah dengan sengaja meninggalkan situs kuno Kuil seperti aslinya, dan bahkan membuang sampah di atasnya, sehingga terbentuk tumpukan puing yang besar." Hanya ketika Umar berbaris ke Yerusalem dengan pasukan, dia bertanya kepada [[Kaab al-Ahbar]], seorang Yahudi sebelum dia masuk Islam, "Di mana Anda menyarankan saya untuk membangun tempat ibadah?" Kaab menunjuk Batu Bait Suci, yang sekarang menjadi timbunan reruntuhan raksasa dari bait Yupiter.<ref>''The History of al-Tabari'', vol. XII, Albany: State University of New York Press 2007, pp. 194–195</ref> Menurut Ka'ab, orang-orang Yahudi secara singkat memenangkan kembali ibu kota lama mereka seperempat abad sebelumnya (ketika Persia menyerbu Suriah dan Palestina), tetapi mereka tidak punya waktu untuk membersihkan situs Kuil, karena Rum (Bizantium) telah merebut kembali kota. Saat itulah Umar memerintahkan sampah di Ṣakhra (batu) untuk disingkirkan oleh suku Nabataean, dan setelah tiga kali hujan deras membersihkan Batu itu, dia mendirikan sembahyang di sana. Sampai hari ini, tempat itu dikenal sebagai ''ḳubbat es ṣakhra'', [[Kubah Batu]].

Menurut ahli kamus David ben Abraham al-Fasi, penaklukan Muslim atas Palestina membawa kelegaan bagi warga negara Yahudi, yang sebelumnya dilarang oleh Bizantium untuk berdoa di [[Bukit Bait Suci]].<ref>{{cite book |last=Al-Fasi|first=D. |author-link=David ben Abraham al-Fasi |title=The Hebrew-Arabic Dictionary of the Bible, Known as 'Kitāb Jāmiʿ al-Alfāẓ' (Agron)|publisher=[[Yale University Press]]|editor=Solomon L. Skoss |volume=1 |page=xxxix – xl (Introduction)|date=1936 |location=New Haven|language=he |oclc=745093227 }}</ref>

=== Ekspansi Militer ===
{{main|Penaklukan militer pada masa Umar}}
Penaklukan militer sebagian dihentikan antara tahun 638 dan 639 selama tahun-tahun kelaparan hebat di Arab dan wabah penyakit di [[Levant]]. Selama masa pemerintahannya Levant, Mesir, Cyrenaica, Tripolitania, Fezzan, Anatolia Timur, hampir seluruh [[Kekaisaran Sasaniyah|Kekaisaran Persia Sassaniyah]] termasuk Baktria, Persia, Azerbaijan, Armenia, Kaukasus dan Makran dianeksasi oleh Kekhalifahan Rasyidin. Menurut satu perkiraan, lebih dari 4.050 kota direbut selama penaklukan militer ini.<ref>''Medieval Islamic Civilization'', Josef W. Meri, Jere L. Bacharach, p. 844</ref> Sebelum kematiannya pada tahun 644, Umar telah menghentikan semua ekspedisi militer yang tampaknya dilakukan untuk mengkonsolidasikan kekuasaannya di Mesir Romawi dan Kekaisaran Sassaniyah yang baru ditaklukkan (642–644). Saat kematiannya pada November 644, pemerintahannya diperpanjang dari Libya sekarang di barat ke [[Sungai Indus]] di timur dan [[Sungai Oxus]] di utara.

=== Kelaparan besar ===
Pada tahun 638 M, Arab mengalami kekeringan parah yang diikuti oleh kelaparan. Tak lama kemudian, cadangan makanan di Madinah mulai habis. Umar memesan karavan perbekalan dari Suriah dan Irak, dan secara pribadi mengawasi distribusinya. Tindakannya menyelamatkan banyak nyawa di seluruh Arabia.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=3HYQ3vETMgcC&q=umar+saved+famine&pg=PA44|title=Umar: Makers of Islamic Civilization|last1=Numani|first1=Shibli|last2=Numani|first2=Muhammad Shibli|date=6 November 2004|publisher=I.B.Tauris|isbn=9781850436706|pages=44–45|language=en}}</ref> Gubernur pertama yang menanggapi adalah [[Abu Ubaidah bin Jarrah]], gubernur Suriah dan panglima tertinggi [[Pasukan Rasyidin|tentara Rasyidin]].<ref>{{cite web |title=Life and Works of 2nd Caliph Umar Al Khattab |url=http://www.lscollege.ac.in/sites/default/files/e-content/2nd%20Caliph%20Umar%20al%20Khattab.pdf |website=[[Langat Singh College]], MUZAFFARPUR, India}}</ref>

Belakangan, Abu Ubaidah melakukan kunjungan pribadi ke Madinah dan bertindak sebagai petugas penanggulangan bencana, yang dipimpin langsung oleh Umar. Untuk pengungsi internal, Umar menyelenggarakan makan malam setiap malam di Madinah, yang menurut perkiraan, dihadiri lebih dari seratus ribu orang.<ref>{{harvtxt|Haykal|1944}} Chapter 22.</ref>

=== Wabah penyakit ===
{{Main|Wabah Amwas}}
Saat kelaparan berakhir di Arab, banyak distrik di Suriah dan Palestina dihancurkan oleh [[Wabah Amwas|wabah]]. Sementara Umar sedang dalam perjalanan untuk mengunjungi Suriah, di [[Eilat]], dia diterima oleh Abu Ubaidah bin Jarrah, gubernur Suriah, yang memberitahunya tentang wabah dan intensitasnya, dan menyarankan agar Umar kembali ke Madinah. Umar mencoba membujuk Abu Ubaidah untuk ikut bersamanya ke Madinah, namun ia menolak meninggalkan pasukannya dalam situasi genting itu. Abu Ubaidah meninggal pada 639 karena terkena wabah, yang juga merenggut nyawa 25.000 Muslim di Suriah. Setelah wabah mereda, pada akhir tahun 639, Umar mengunjungi Suriah untuk reorganisasi politik dan administrasi, karena sebagian besar komandan dan gubernur veteran telah meninggal karena wabah.<ref>{{harvtxt|Haykal|1944}} Chapter 21.</ref><ref>{{cite journal |last1=Dols |first1=M. W. |title=Plague in Early Islamic History |journal=Journal of the American Oriental Society |date=July–September 1974 |volume=94 |issue=3 |pages=371–383 |doi=10.2307/600071 |jstor=600071 |ref=harv |issn=0003-0279}}</ref>

=== Negara kesejahteraan ===
Agar dekat dengan orang miskin, Umar tinggal di gubuk lumpur sederhana tanpa pintu dan berjalan-jalan setiap malam. Setelah berkonsultasi dengan orang miskin, Umar mendirikan biro kesejahteraan pertama, [[Baitul Mal]].<ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=kWp8aeuqKaYC&q=umar+walked+the+streets+every+evening&pg=PT44|title=Umar bin Al Khattab – The Second Caliph of Islam|first=Abdul Basit|last=Ahmad|date=6 September 2017|publisher=Darussalam|isbn=9789960861081|via=Google Books}}</ref><ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=T-uN7tDGSZMC&q=umar+lived+in+a+mud+hut&pg=PA20|title=Men Around the Messenger|first=Khālid Muḥammad|last=Khālid|date=1 February 2005|publisher=The Other Press|isbn=9789839154733|via=Google Books}}</ref><ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=RQxYnAykK6sC&q=umar+lived+in+a+mud+hut&pg=PT132|title=The Living Thoughts of the Prophet Muhammad|isbn=9781934271223|last1=Ali|first1=Maulana Muhammad|date=16 April 2015}}</ref> Baitul mal membantu Muslim dan non-Muslim yang miskin, membutuhkan, lanjut usia, yatim piatu, janda, dan orang cacat. Baitul mal berlangsung selama ratusan tahun, dari Kekhalifahan Rasyidin pada abad ke-7 hingga periode [[Kekhalifahan Umayyah]] (661–750) dan bahkan tetap ada hingga era [[Kekhalifahan Abbasiyah]]. Umar juga memperkenalkan tunjangan anak dan pensiun untuk anak-anak dan orang tua.<ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=HJE9AAAAIAAJ&q=umar+welfare+state&pg=PA254|title=Administrative Development: An Islamic Perspective|first=Muhammad|last=Al-Buraey|date=6 September 1985|publisher=KPI|isbn=9780710303332|via=Google Books}}</ref><ref>The challenge of Islamic renaissance By Syed Abdul Quddus</ref><ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=lT8OAAAAQAAJ&q=umar+Bayt+al-mal&pg=PA252|title=Administrative Development: An Islamic Perspective|first=Muhammad|last=Al-Buraey|date=6 September 1985|publisher=KPI|isbn=9780710300591|via=Google Books}}</ref><ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=EnT_zhqEe5cC&q=umar+Bayt+al-mal&pg=PA539|title=Ottoman History|isbn=9789090261089|last1=Akgündüz|first1=Ahmed|last2=Öztürk|first2=Said|year=2011}}</ref>

=== Perdagangan bebas ===
Penduduk lokal Yahudi dan Kristen, yang dianiaya sebagai minoritas agama dan dikenakan pajak yang tinggi untuk membiayai [[Perang Romawi–Persia|Perang Bizantium–Sasaniyah]], sering membantu umat Islam untuk mengambil alih tanah mereka dari Bizantium dan Persia, menghasilkan penaklukan yang sangat cepat.{{sfnp|Esposito|2010|p=38}}{{sfnp|Hofmann|2007|p=86}} Karena daerah-daerah baru bergabung dengan kekhalifahan, mereka juga mendapat manfaat dari perdagangan bebas, sementara berdagang dengan daerah-daerah lain di kekhalifahan (untuk mendorong perdagangan, dalam Islam perdagangan tidak dikenakan pajak, tetapi kekayaan tunduk pada [[zakat]]).<ref>Islam: An Illustrated History By Greville Stewart Parker Freeman-Grenville, Stuart Christopher Munro-Hay, p. 40</ref> Sejak [[Konstitusi Madinah]], yang disusun oleh Muhammad disahkan, orang Yahudi dan Kristen terus menggunakan hukum mereka sendiri di Kekhalifahan dan memiliki hakim sendiri.<ref>R. B. Serjeant, "Sunnah Jami'ah, pacts with the Yathrib Jews, and the Tahrim of Yathrib: analysis and translation of the documents comprised in the so-called 'Constitution of Medina'", Bulletin of the School of Oriental and African Studies (1978), 41: 1–42, Cambridge University Press.</ref><ref>Watt. Muhammad at Medina and R. B. Serjeant "The Constitution of Medina." Islamic Quarterly 8 (1964) p.4.</ref><ref name="Constitution of Medina">{{cite web|url=https://www.scribd.com/doc/15118390/Madinah-Peace-Treaty|title=Madinah Peace Treaty|via=Scribd}}</ref>

== Pembunuhan ==
{{Main|Abu Lu'lu'ah}}
[[File:Tarikhuna bi-uslub qasasi-The Conspiracy to kill Umar.jpg|thumb|upright=.85|left|Penggambaran awal abad ke-20 tentang Abdurrahman ([[Abdurrahman bin Auf|bin Auf]] atau [[Abdurrahman bin Abi Bakar|bin Abu Bakar]]) yang menyaksikan konspirasi Abu Lu'lu'ah, [[Hurmuzan]], dan Jufainah (digambarkan secara keliru di sini sebagai seorang wanita; penggambaran senjata pembunuh mungkin juga keliru).]]
Pada suatu subuh yang gelap, ketika Umar sedang memimpin salat subuh berjamaah di [[Masjid Nabawi]], [[Madinah]], seorang budak dari Persia, [[Abu Lu'lu'ah]] menikamnya dengan belati bermata dua.<ref>{{harvnb|El-Hibri|2010|p=109}}</ref> Ada beberapa versi yang berbeda tentang kronologi kejadiannya: menurut salah satu versi, dia juga membunuh Kulaib bin Bukair al-Laitsi yang berada di belakang Umar,<ref>{{The History of al-Tabari | volume = 14 | page = 90}} lihat {{harvnb|El-Hibri|2010|p=109}}. Lihat {{harvnb|Caetani|1905–1926|loc=vol. V, hlm.}} [https://archive.org/details/annalidellislam05caetuoft/page/216/mode/1up 216].</ref> sementara menurut versi lain dia menikam tiga belas orang yang mencoba menahannya.<ref>{{harvnb|El-Hibri|2010|p=109}}.</ref> Menurut beberapa catatan, Umar meninggal pada hari yang sama, sementara catatan lain menyatakan bahwa dia meninggal tiga hari kemudian.<ref name="Pellat 2011">{{harvnb|Pellat|2011}}.</ref> Bagaimanapun, Umar meninggal karena luka-lukanya pada hari Rabu 26 Dzulhijjah 23 [[Hijriyah]] (6 November 644 menurut penanggalan Masehi).<ref>{{harvnb|Levi Della Vida|Bonner|1960–2007}}; {{harvnb|Pellat|2011}}.</ref>

=== Akibat ===
{{See also|Pemilihan Utsman}}
Beberapa sumber sejarah melaporkan bahwa Abu Lu'lu'ah ditawan dan dieksekusi karena membunuh Umar bin Khattab, sementara sumber lain mengeklaim bahwa dia bunuh diri.<ref name="Pellat 2011"/> Setelah kematian Abu Lu'lu'ah, putrinya dibunuh oleh [[Ubaidullah bin Umar]], salah satu putra Umar. Ubaidullah bertindak setelah mendengar klaim salah satu orang (antara [[Abdurrahman bin Auf]] atau [[Abdurrahman bin Abi Bakar]]) yang mengaku melihat Abu Lu'lu'ah bersekongkol dengan dua orang Persia lainnya yaitu [[Hurmuzan]] (penasihat militer Persia Umar), dan Jufainah, seorang pria Kristen dari Irak yang dibawa ke Madinah untuk menjadi guru sebuah keluarga di Madinah.<ref>{{harvnb|Madelung|1997|p=69}} (lihat hlm. 404, dimana Madelung menyebutnya "Jufayna al-Naṣrānī" dari al-Hirah).</ref> Pada akhirnya, Hurmuzan dan Jufainah juga dibunuh oleh Ubaidullah.<ref>{{harvnb|Madelung|1997|p=69–70}}</ref> Setelah Ubaidullah ditahan karena pembunuhan ini, dia mengancam akan membunuh semua tawanan asing yang tinggal di Madinah, serta beberapa orang lainnya. Meskipun sejarawan [[Syiah]] cenderung berpendapat bahwa Ubaidullah mungkin telah dihasut oleh saudara perempuannya [[Hafshah binti Umar]] untuk membalas kematian ayah mereka, pembunuhanya terhadap Hurmuzan dan Jufainah kemungkinan disebabkan oleh gangguan mental daripada konspirasi seperti yang dituduhkan oleh para sejarawan Syiah. Hal itu tentu dianggap oleh rekan-rekannya sebagai kejahatan daripada tindakan pembalasan dendam.<ref>{{harvnb|Madelung|1997|p=69}}.</ref>

Pada awalnya, Umar sempat bimbang dengan suksesinya.{{Sfn|Crone|2001|p=4}} Meskipun begitu, dikabarkan bahwa ia telah membentuk panitia pemilihan khalifah yang terdiri atas enam orang sahabat terkemuka: [[Utsman bin Affan]], [[Ali bin Abi Thalib]], [[Sa'ad bin Abi Waqqash]], [[Abdurrahman bin Auf]], [[Zubair bin Awwam]], dan [[Thalhah bin Ubaidillah]].{{Sfn|Madelung|1997|p=71}}{{Sfn|Jafri|1979|p=51}} Setelah kematian Umar, hasil rapat panitia ini memutuskan bahwa Utsman diangkat sebagai khalifah ketiga.{{Sfn|Afsaruddin|2013|p=44}} Sementara itu, Ali menganggap bahwa keputusan tersebut sepihak dan merasa keberatan dengan hasil musyawarah panitia,{{Sfn|Halm|1997|p=4}} meskipun ia tidak menentang keputusan akhirnya.{{Sfn|Halm|1997|p=4}}

== Deskripsi fisik ==
Umar kuat, bugar, atletis, dan jago gulat. Dia dikatakan telah berpartisipasi dalam pertandingan gulat pada kesempatan pekan raya tahunan Ukaz.<ref name=hadrat>"Hadrat Umar Farooq" by Masud-Ul-Hasan</ref> Dari catatan langsung tentang penampilan fisiknya, Umar dikatakan sebagai orang yang kuat dan sangat tinggi; di pasar dia akan menjulang tinggi di atas orang-orang. Bagian depan kepalanya gundul, selalu ''A'sara Yusran'' (bekerja dengan dua tangan),<ref>Lisan al-Arab 4/196</ref> kedua matanya hitam, dengan kulit kuning; namun, [[Ibnu Sa'ad]] dalam bukunya menyatakan bahwa dia tidak pernah tahu bahwa Umar berkulit kuning, kecuali pada tahun-tahun tertentu dari kehidupan Umar di mana warna kulitnya berubah karena sering mengkonsumsi minyak.<ref name="tabaqat-3-324"/> Yang lain mengatakan dia memiliki kulit putih kemerahan. Giginya ''ashnabul asnan'' (sangat putih bersinar). Dia akan selalu mewarnai janggutnya dan merawat rambutnya menggunakan sejenis tanaman.<ref name="tabaqat-3-324">ibn Sa'ad, 3/ 324</ref><ref>{{The History of al-Tabari|volume=4|page=196}}</ref>

Sejarawan Muslim awal ''Ibnu Saad'' dan ''al-Hakim'' menyebutkan bahwa Abu Miriam Zir, penduduk asli Kufah, menggambarkan Umar sebagai "Seorang pria tua yang sudah lanjut usia, botak, berkulit kuning kecoklatan, seorang pria kidal, tinggi dan menjulang di atas orang".<ref name=hadrat /> Putra sulung Umar [[Abdullah bin Umar|Abdullah]] menggambarkan ayahnya sebagai "seorang pria dengan kulit cerah, warna kemerahan yang dominan, tinggi, botak dan abu-abu".{{Citation needed|date= December 2017}} Sejarawan Salima bin al-Akwa'a mengatakan bahwa "Umar ambidextrous, dia bisa menggunakan kedua tangannya dengan sama baiknya". Atas otoritas ''Abu Raja al-U'taridi'', [[Ibnu Asakir]] mencatat bahwa "Umar adalah seorang pria tinggi, gemuk, sangat botak, berkulit kemerahan dengan rambut tipis di pipi, kumisnya besar, dan ujungnya kemerahan".<ref name=hadrat />

== Warisan ==
[[Berkas:20131203 Istanbul 118.jpg|thumb|ki|260px|Kaligrafi nama Umar, di salah satu sudut bagian [[Hagia Sophia]], [[Turki]].]]
=== Warisan politik ===
Umar adalah khalifah pertama yang mengadopsi gelar ''[[amirul mukminin]]''. Umar adalah salah satu penasihat utama Muhammad. Setelah kematian Muhammad, Umarlah yang mendamaikan Muslim Madinah untuk menerima Abu Bakar, seorang Mekah, sebagai khalifah.<ref>{{Cite encyclopedia|title=Umar I {{!}} Muslim caliph |encyclopedia=Encyclopedia Britannica|url=https://www.britannica.com/biography/Umar-I|access-date=22 August 2017}}</ref> Selama era Abu Bakar, ia berpartisipasi aktif sebagai sekretaris dan penasihat utamanya.<ref>{{cite web|url=http://www.jewishvirtuallibrary.org/umar-ibn-al-khattab|title=Umar ibn al-Khattab |website=jewishvirtuallibrary.org|language=en|access-date=22 August 2017}}</ref> Setelah menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah, Umar memenangkan hati suku Badui dengan membebaskan semua tawanan dan budak mereka yang diambil selama perang Riddah.<ref>{{Cite book|last=Crawford|first=Peter|date=16 July 2013|title=The War of the Three Gods: Romans, Persians and the Rise of Islam|publisher=Pen and Sword|isbn=9781473828650|page=119 |url=https://books.google.com/books?id=d-oHBAAAQBAJ&q=umar+slaves+emancipation+ridda&pg=PA119}}</ref>

Dia membangun struktur administrasi yang efisien yang menyatukan wilayahnya yang luas. Dia mengorganisir jaringan intelijen yang efektif, salah satu alasan kuatnya cengkeramannya pada birokrasinya.<ref>''Islamic Imperialism'', Efraim Karsh, p. 25</ref>

Umar tidak pernah menunjuk gubernur selama lebih dari dua tahun, karena mereka mungkin mengumpulkan terlalu banyak kekuasaan lokal. Dia memberhentikan jenderalnya yang paling sukses, [[Khalid bin Walid]], karena dia ingin orang tahu bahwa Allah-lah yang memberikan kemenangan, dan untuk melawan kultus kepribadian yang telah dibangun di sekitar Khalid, demi keyakinan Muslim.{{sfnp|Lock|2003|p=70}}

Dia akan berpatroli di jalan-jalan Madinah dengan cambuk di tangannya, siap menghukum setiap pelanggar yang mungkin ditemuinya. Dikatakan bahwa cambuk Umar lebih ditakuti daripada pedang orang lain. Namun dengan semua itu, ia juga dikenal baik hati, menjawab kebutuhan para yatim piatu dan para janda.<ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=Kq9RzQWlBNwC&q=I%20adjure%20you%20by%20God,%20do%20you%20know%20that%20Mu'awiyah%20was%20more%20afraid%20of%20Umar%20than%20was%20Umar's%20own%20slave%20Yarfa%E2%80%99&pg=PA143|title=History of al-Tabari Vol. 15, The Crisis of the Early Caliphate: The Reign of 'Uthman A.D. 644-656/A.H. 24–35|date=16 June 2015|publisher=SUNY Press|isbn=9781438407289|via=Google Books}}</ref>

Keadilan Umar dan ketelitiannya dalam memyelidiki kesalahan para gubernurnya membuat gubernur yang kuat seperti [[Mu'awiyah bin Abi Sufyan]] menjadi takut padanya. Ali bin Abi Thalib, pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, menasihati Utsman agar lebih ketat dengan para gubernurnya dengan mengatakan, "Aku mohon padamu demi Tuhan, apakah kau tahu bahwa Mu'awiyah lebih takut kepada Umar daripada Yarfa (sahaya milik Umar)?".<ref>{{Cite book |url=https://books.google.com/books?id=gsP3DAAAQBAJ&q=umar+whip+streets+medina&pg=PA27 |title=Entrepreneurship and Management in an Islamic Context|last1=Ramadani|first1=Veland|last2=Dana|first2=Léo-Paul|last3=Gërguri-Rashiti|first3=Shqipe|last4=Ratten|first4=Vanessa|date=2 September 2016|publisher=Springer|isbn=9783319396798|page=27|language=en}}</ref>

Di bawah pemerintahan Umar, untuk mempromosikan disiplin yang ketat, tentara Arab ditempatkan di luar kota, antara padang pasir dan lahan pertanian di kota-kota garnisun khusus yang dikenal sebagai ''[[amshar]]''. Contoh yang diketahui dari permukiman semacam itu adalah Basra dan Kufa, di Irak, dan Fustat di selatan yang kemudian menjadi Kairo. Tentaranya dilarang memiliki tanah di luar Arab. Ada pembatasan atas hak mereka untuk merebut bangunan dan barang tak bergerak lainnya yang biasanya dianggap sebagai hadiah perang. Barang rampasan yang dapat dipindahkan dibagikan kepada orang-orang umma, terlepas dari strata sosial mereka.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=hSOdBAAAQBAJ&q=forbidden+to+acquire&pg=PA48|title=A Concise History of the Middle East|last1=Goldschmidt|first1=Arthur Jr.|last2=Boum|first2=Aomar|date=7 July 2015|publisher=Avalon Publishing|isbn=9780813349633|pages=48–49|language=en}}</ref>

Seorang peneliti modern, Saeed M. Mohtsam menulis tentang ini:<ref>Mohtsham, Saeed M., [http://www.bizresearchpapers.com/Mohtsham.pdf ''Vision and Visionary Leadership – An Islamic Perspective'']</ref>
{{kutipan|Dia biasa memantau kebijakan publik dengan sangat cermat, dan menjadikan kebutuhan publik sebagai pusat pendekatan kepemimpinannya. Sebagai khalifah kedua Islam, dia menolak untuk memotong tangan pencuri karena dia merasa telah gagal memenuhi tanggung jawabnya untuk memberikan pekerjaan yang berarti kepada semua rakyatnya. Sebagai penguasa kerajaan yang luas, visinya adalah untuk memastikan bahwa setiap orang di kerajaannya harus tidur dengan perut kenyang. Jika seekor anjing mati kelaparan di tepi Sungai Efrat, Umar akan bertanggung jawab atas kelalaian tugasnya. Ia juga menyadari bahwa memiliki visi saja tidak cukup kecuali didukung oleh strategi yang efektif. Dia tidak hanya memiliki visi; dia benar-benar mengubah visinya menjadi tindakan. Misalnya, untuk memastikan tidak ada orang yang tidur dalam keadaan lapar di kerajaannya, dia biasa berjalan di jalanan hampir setiap malam untuk melihat apakah ada orang yang membutuhkan atau sakit.}}

Dalam ''[[Sejarah Kemunduran dan Kejatuhan Kekaisaran Romawi]]'', [[Edward Gibbon|Gibbon]] menyebut Umar dalam istilah berikut:
{{Kutipan|"Namun pantangan dan kerendahan hati Umar tidak kalah dengan kebajikan Abubeker; makanannya terdiri dari roti jelai atau kurma; minumannya adalah air; dia berdakwah dengan gaun yang robek atau compang-camping di dua belas tempat; dan seorang satrap Persia yang memberi penghormatan kepada sang penakluk, menemukannya tertidur di antara para pengemis di tangga masjid Madinah."<ref name="Gibbon1833">{{cite book|last=Gibbon|first=Edward|author-link=Edward Gibbon|title=The History of the Decline and Fall of the Roman Empire, Volume III|url=https://books.google.com/books?id=jOo5AQAAMAAJ&pg=PA410|year=1833|publisher=Harper|page=410}}</ref>}}

Pemerintahannya adalah salah satu dari sedikit momen dalam sejarah Islam di mana umat Islam bersatu sebagai satu komunitas. Abdullah bin Masʿud sering menangis setiap kali topik tentang Umar diangkat. Dia berkata: "Umar adalah benteng Islam. Orang-orang akan masuk Islam dan tidak pergi. Ketika dia meninggal, benteng itu dilanggar dan sekarang orang keluar dari Islam".<ref name="archive.org">{{Cite web|url=https://archive.org/stream/UmarIbnAl-KhattabHisLifeAndTimesVolume2/100713541-Umar-Ibn-Al-Khattab-Vol-2#page/n397/mode/2up|title=Umar Ibn Al-Khattab : His Life and Times, Volume 2}}</ref> Abu Ubaidah bin Jarrah sebelum Umar meninggal terkenal mengatakan: "Jika Umar meninggal, Islam akan melemah". Orang-orang bertanya mengapa dan jawabannya adalah "Anda akan melihat apa yang saya bicarakan jika Anda selamat."<ref name="archive.org"/> Prestasi terbesarnya dari perspektif agama adalah pengumpulan al-Qur'an.<ref>{{cite web|url=https://archive.org/stream/UmarIbnAl-KhattabHisLifeAndTimesVolume1/100714724-Umar-Ibn-Al-Khattab-Vol-1#page/n147/mode/2up|title=Umar Ibn Al-Khattab: His Life and Times, Volume 1|work=archive.org}}</ref> Hal ini belum pernah dilakukan pada masa Muhammad. Namun, selama [[Pertempuran Yamamah]] sejumlah besar penghafal al-Qur'an tewas dalam pertempuran tersebut. Atas saran Umar, Abu Bakar menugaskan [[Zaid bin Tsabit]] dengan tugas penting untuk menyusun al-Qur'an menjadi satu Kitab.<ref name="sunnah.com"/>

=== Warisan militer ===
Bersama dengan [[Khalid bin Walid]], Umar berpengaruh dalam [[perang Riddah]].<ref>{{cite web|url=https://archive.org/stream/UmarIbnAl-KhattabHisLifeAndTimesVolume2/100713541-Umar-Ibn-Al-Khattab-Vol-2#page/n415/mode/2up|title=Umar Ibn Al-Khattab : His Life and Times, Volume 2|work=archive.org}}</ref> Salah satu keberhasilan strategisnya adalah pemisahan aliansi Bizantium-Sassaniyah pada tahun 636, ketika Kaisar [[Heraklius]] dan Kaisar [[Yazdegerd III]] bersekutu melawan musuh bersama mereka. Dia beruntung bahwa Kaisar Persia Yazdegerd III tidak bisa melakukan sinkronisasi dengan Heraklius seperti yang direncanakan. Umar sepenuhnya memanfaatkan kesempatan itu dengan membujuk Bizantium untuk bertindak sebelum waktunya. Ini bertentangan dengan perintah Kaisar Heraklius, yang mungkin menginginkan serangan terkoordinasi bersama dengan Persia. Umar melakukannya dengan mengirimkan bala bantuan ke garis depan Romawi dalam [[Pertempuran Yarmuk]], dengan instruksi bahwa mereka harus muncul dalam bentuk kelompok kecil, satu demi satu, memberikan kesan aliran bala bantuan yang terus menerus yang akhirnya memikat Bizantium ke pertempuran sebelum waktunya. Di sisi lain, Yazdegerd III terlibat dalam negosiasi yang selanjutnya memberi Umar waktu untuk memindahkan pasukannya dari Suriah ke Irak. Pasukan ini terbukti menentukan dalam [[Pertempuran al-Qadisiyyah]].

Strateginya menghasilkan kemenangan Muslim di Pertempuran Emesa Kedua pada tahun 638, di mana orang-orang Arab Kristen pro-Bizantium di [[Jazirah Arab|Jazirah]], dibantu oleh Kaisar Bizantium, melakukan gerakan mengapit yang tak terduga dan mengepung [[Emesa]] (Homs).

Umar mengeluarkan perintah untuk menginvasi tanah air pasukan Arab Kristen yang mengepung Emesa, Jazirah. Serangan tiga cabang terhadap Jazirah diluncurkan dari Irak. Untuk lebih menekan tentara Arab Kristen, Umar menginstruksikan [[Saad bin Abi Waqqash]], komandan pasukan Muslim di Irak, untuk mengirim bala bantuan ke Emesa. Umar sendiri memimpin bala bantuan ke sana dari Madinah. Di bawah tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, orang-orang Arab Kristen mundur dari Emesa sebelum bala bantuan Muslim tiba. Kaum Muslim menganeksasi [[Mesopotamia]] dan sebagian Armenia Bizantium.

Setelah [[Pertempuran Nahawand]], Umar melancarkan invasi besar-besaran ke Kekaisaran Persia Sassaniyah. Invasi itu adalah serangkaian serangan multi-cabang yang terkoordinasi dengan baik yang dirancang untuk mengisolasi dan menghancurkan target mereka. Umar melancarkan invasi dengan menyerang jantung Persia, bertujuan untuk mengisolasi Azerbaijan dan Persia timur. Ini segera diikuti oleh serangan serentak di Azerbaijan dan Fars. Selanjutnya, Sistan dan Kirman ditaklukan, sehingga mengucilkan kubu Persia di [[Khorasan Raya|Khorasan]]. Ekspedisi terakhir diluncurkan melawan Khurasan, di mana, setelah Pertempuran [[Sungai Oxus]], kerajaan Persia tidak ada lagi, dan Yazdegerd III melarikan diri ke [[Asia Tengah]].

=== Warisan keagamaan ===
==== Pandangan Sunni ====
{{main|Pandangan Sunni tentang Umar|Khulafaur Rasyidin}}
Umar dikenang oleh kaum Sunni sebagai seorang Muslim yang kaku dan berwatak adil dalam urusan agama; seorang pria yang mereka beri julukan ''al-Fārūq'', yang berarti "pembeda antara yang benar dan salah", dan yang ''[[Khulafaur Rasyidin]]'' (khalifah yang mendapat petunjuk) kedua. Ia menambal bajunya dengan kulit, membawa ember di kedua pundaknya, selalu menunggangi keledainya tanpa sadel, jarang tertawa dan tidak pernah bercanda dengan siapapun. Di cincinnya tertulis kata-kata "Cukuplah Kematian sebagai pengingat bagimu wahai Umar".<ref name="misas168">''Tartib wa Tahthib Kitab [[al-Bidayah wan Nihayah]]'' by [[Ibnu Katsir]], published by Dar al-Wathan publications, [[Riyadh]], [[Saudi Arabia]], 1422 AH (2002), compiled by Muhammad ibn Shamil as-Sulami, p. 168</ref> Ia tidak mencari kemajuan untuk keluarganya sendiri, melainkan berusaha untuk memajukan kepentingan komunitas Muslim, ([[ummah]]). Menurut salah satu sahabat Muhammad, [[Abdullah bin Mas'ud]]:

{{Kutipan|Ketundukan Umar kepada Islam adalah sebuah penaklukan, hijrahnya adalah kemenangan, Imamahnya (masa pemerintahan) adalah berkah, saya telah melihat ketika kami tidak dapat berdoa di Ka'bah sampai Umar menyerah, ketika dia tunduk pada Islam, dia melawan mereka. (orang kafir) sampai mereka meninggalkan kami sendirian dan kami berdoa.<ref>as-Suyuti, ''The History of the Khalifas Who Took the Right Way'', p. 112.</ref>}}

==== Pandangan Syiah ====
{{main|Pandangan Syiah tentang Umar}}
Umar dipandang sangat negatif dalam literatur [[Syiah Dua Belas Imam]] (cabang utama Islam Syiah)<ref>{{cite web|url=http://www.worldatlas.com/articles/shia-islam-s-holiest-sites.html|title=Shia Islam's Holiest Sites|date=25 April 2017}}</ref>{{sfnp|The World Factbook|2010}} dan sering dianggap sebagai perampas hak Ali atas Kekhalifahan.<ref>{{cite book |first=Edward |last=Gibbon |title=[[The History of the Decline and Fall of the Roman Empire]] |chapter-url=http://www.ccel.org/g/gibbon/decline/volume2/chap50.htm |chapter=50. Mahomet |year=1788 |quote=In their private converse, in their public worship, they bitterly execrate the three usurpers who intercepted his indefeasible right to the dignity of Imam and Caliph; and the name of Umar expresses in their tongue the perfect accomplishment of wickedness and impiety. The ''Sonnites'', who are supported by the general consent and orthodox tradition of the Mussulmans, entertain a more impartial, or at least a more decent, opinion. They respect the memory of Abu Bakr, Umar, Othman, and Ali the holy and legitimate successors of the prophet. But they assign the last and most humble place to the husband of Fatima, in the persuasion that the order of succession was determined by the decrees of sanctity. ''[Dalam percakapan pribadi mereka, dalam ibadah umum mereka, mereka dengan kejam mengutuk tiga perampas yang mencegat haknya yang tidak dapat dicabut atas martabat Imam dan Khalifah; dan nama Umar mengungkapkan di lidah mereka pencapaian sempurna dari kejahatan dan ketidaksopanan. Orang -orang Sonnit, yang didukung oleh persetujuan umum dan tradisi ortodoks Muslim, memiliki pendapat yang lebih tidak memihak, atau setidaknya lebih baik. Mereka menghormati ingatan Abu Bakar, Umar, Otsman, dan Ali para penerus nabi yang suci dan sah. Tetapi mereka memberikan tempat terakhir dan paling rendah hati kepada suami Fatima, dengan keyakinan bahwa urutan suksesi ditentukan oleh ketetapan kesucian.]''}}</ref> Setelah majelis Saqifah memilih Abu Bakar sebagai khalifah, Umar berbaris dengan orang-orang bersenjata ke rumah Ali untuk mendapatkan kesetiaan Ali dan para pendukungnya. Sumber menunjukkan bahwa ada ancaman untuk membakar rumah Ali jika dia menolak, tetapi pertemuan itu berakhir ketika [[Fatimah az-Zahra|Fatimah]], istri Ali, turun tangan.<ref>{{Cite book |url=https://books.google.com/books?id=zot5IK1csp0C&pg=PA19 | title = An Introduction to Shiʿi Islam: The History and Doctrines of Twelver Shiʿism | isbn = 978-0-300-03531-5 | last1 = Momen | first1 = Moojan | year = 1985|page=19}}</ref> Menurut mayoritas tulisan ulama [[Dua Belas Imam]], [[Umar di rumah Fatimah|Fatimah diserang secara fisik oleh Umar]], sehingga menyebabkan keguguran anaknya, [[Muhsin bin Ali]]; dan menyebabkan kematiannya segera setelah itu.<ref>{{Cite book |url=https://books.google.com/books?id=vGhp8Obm3bgC&pg=PA45 | title = The Conference of Baghdad's Ulema|page=45| isbn = 9781605067087}}</ref> Namun, beberapa ulama [[Dua Belas Imam]], seperti [[Muhammad Hussein Fadlallah|Fadlallah]], menolak cerita tentang penganiayaan fisik ini sebagai "mitos",<ref>{{Cite book| publisher = Oxford University Press| isbn = 9780195137996| last = Walbridge| first = Linda S.| title = The Most Learned of the Shiʿa: The Institution of the Marjaʿ Taqlid| date = 30 August 2001|page=211}}</ref> meskipun Fadlallah menyebutkan bahwa ucapannya adalah kemungkinan, dan bukan alasan tertentu untuk menolak peristiwa itu.<ref>{{cite web|url=http://www.aparat.com/v/NayZp|title=تدلیس شبکه وهابی در سخنان آقای محمد حسین فضل الله|website=آپارات}}</ref><ref>{{cite web|url=http://shayeaat.ir/post/798|title=شایعات – کلیپ رد هجوم به منزل حضرت زهرا(س)، توسط آیت الله سید حسین فضل الله ! / شایعه 0717|website=shayeaat.ir|date=11 March 2017}}{{Pranala mati|date=Mei 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>

Sekte Syiah lainnya, pengikut [[Zaidiyah]] dari [[Zaid bin Ali]], umumnya memiliki dua pandangan tentang hal itu. Beberapa cabang, seperti Jaroudiah (Sarhubiyah), tidak menerima Umar dan Abu Bakar sebagai khalifah yang sah. Misalnya, Jarudiyya percaya bahwa Muhammad menunjuk Ali dan percaya bahwa penyangkalan Imamah Ali setelah kematian Muhammad akan menyebabkan kekafiran dan penyimpangan dari jalan yang benar. Pandangan lain menerima Umar dan Abu Bakar sebagai khalifah yang sah, meskipun derajat mereka diletakkan lebih rendah dari Ali.<ref>{{Cite book| publisher = Oxford University Press| isbn = 9780195305036| last = Ruthven| first = Malise| title = Islam in the World| url = https://archive.org/details/islaminworld0000ruth_c4c4| date = 20 April 2006| page=[https://archive.org/details/islaminworld0000ruth_c4c4/page/186 186]}}</ref> Menurut [[ath-Thabari]] (dan [[Ibnu A'tham]]),<ref>{{Cite book| edition = 1st| publisher = Dār al-ḍwāʾ| author = Alī Shīrī| title = Kitāb al-Futūḥ by Aḥmad ibn Aʿtham al-Kūfī| location = Lebanon| date = 1991|volume=8|page=289}}</ref> Ketika ditanya tentang Abu Bakar dan Umar, [[Zaid bin Ali]] menjawab: "Aku tidak mendengar seorangpun dari keluargaku yang meninggalkan keduanya atau mengatakan apapun kecuali kebaikan tentang mereka... kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah".<ref>''The waning of the Umayyad caliphate'' by Tabarī, Carole Hillenbrand, 1989, pp. 37–38</ref><ref>''The Encyclopedia of Religion'' Vol. 16, Mircea Eliade, Charles J. Adams, Macmillan, 1987, p. 243. ''"They were called "Rafida by the followers of Zayd"''</ref>

===Warisan arkeologi ===
[[File:Signature Believed To Be Of ʿUmar B. Al-Khaṭṭāb.png|thumb|upright=1|Prasasti batu diduga merupakan tanda tangan dari Umar]]
Pada tahun 2012, sebuah [[epigrafi|prasasti]] ditemukan di sebuah batu di al-Murakkab (Arab Saudi) yang dianggap sebagai [[tanda tangan]] dari Umar.<ref>{{cite book|last1=Imbert|first1=Frédéric|date=2019|chapter=Espaces de liberté et contraintes graphiques dans les graffiti du début de l’islam|title=Savants, amants, poètes et fous : Séances offertes à Katia Zakharia|pages=161–174|location=Beirut|publisher=Presses de l’Ifpo|chapter-url=http://books.openedition.org/ifpo/13413|isbn=9782351595503|doi=10.4000/books.ifpo.13413|s2cid=213324606}}</ref>

== Keluarga ==
Umar adalah putra dari pasangan [[Khattab bin Nufail]] dari [[Bani 'Adi]] dan Hantamah binti Hisyam, putri [[Hisyam bin al-Mughirah]], salah satu tetua Makkah yang berpengaruh dari [[Bani Makhzum]]. Ia memiliki beberapa orang saudara, di antaranya adalah [[Zaid bin Khattab]] dan [[Fatimah binti Khattab]]. Nasab Umar diperkirakan bertemu dengan nasab nabi Islam [[Muhammad]] di kakeknya yang bernama Ka'ab bin Lu'ayy.<ref>{{Cite web|title=Sejarah Peradaban Islam Masa Umar bin Khattab – Universitas Islam An Nur Lampung|url=https://an-nur.ac.id/sejarah-peradaban-islam-masa-umar-bin-khattab/#:~:text=Nama%20lengkapnya%20adalah%20Umar%20bin,pihak%20ibunya%20pada%20kakek%20keenam.|website=an-nur.ac.id|access-date=2024-01-23}}</ref>

Umar tercatat menikahi sembilan wanita selama hidupnya, dua ata tiga di antaranya diceraikan dan beberapa di antaranya meninggal dunia. Dari pernihakannya, ia mempunyai empat belas anak: sepuluh putra dan empat putri.
* Zainab binti Mazh'un. Dia berasal dari [[Bani Jumah]].<ref name="Saad3">{{cite book|last=Ibnu Sa'ad|first=Muhammad|author-link=Ibnu Sa'ad|title=Kitab al-Tabaqat al-Kabir: The Companions of Badr|volume= 3|url=https://www.slideshare.net/docsforu/kitab-at-tabaqat-alkabir-volume-3-the-companions-of-by-abu-abdullah-muhammad-ibn-sad-translated-by-aisha-bewley|isbn=978-1-84200-133-2|translator-last=Bewley|translator-first=Aisha|year=2013|place=London|publisher=Ta-Ha Publishers|ref={{sfnref|Ibnu Sa'ad|2013}}}}</ref>{{rp|204}} Zainab menikah dengan ʿUmar sebelum tahun 605.<ref name="Saad8">{{cite book|last=Ibn Sa'ad|first=Muhammad|author-link=Ibnu Sa'ad|title=Kitab al-Tabaqat al-Kabir:The Women of Madina|volume=8|translator-last=Bewley|translator-first=Aisha|year=1995|url=https://www.tahapublishers.com/kitab-at-tabaqat-al-kabir-volume-viii%3A-the-women-of-madina~103|place=London|publisher=Ta-Ha Publishers|isbn=978-1-89794-024-2}}</ref>{{rp|56}} Tidak diketahui sikap Zainab terhadap Islam maupun waktu pasti dirinya menjadi mualaf. Saat ʿUmar hijrah ke Madinah pada 622, sebagian catatan tidak menyertakan seorang wanitapun dari keluarga ʿUmar yang turut serta<ref name="Ishaq" />{{rp|218}} sehingga diasumsikan bahwa Zainab telah meninggal bila mengacu pendapat ini. Namun menurut penuturan putra ʿUmar, 'Abdullah, dia hijrah bersama kedua orangtuanya.<ref>Ibn Hajar al-Asqalani. ''Al-Isaba fi tamyiz al-Sahaba'', vol. 7 #11250.</ref> ʿUmar menceraikan dua istrinya yang lain pada 628 atas perintah Muhammad yang tidak memperkenankan mempertahankan pernikahan dengan orang musyrik, sehingga Zainab pasti telah menjadi Muslimah jika dia masih hidup pada saat tersebut. Anak-anak ʿUmar dari Zainab adalah: [[Abdullah bin Umar|Abdullah]], salah satu sahabat terkemuka, Abdurrahman al-Akbar dan [[Hafshah binti Umar|Hafshah]], [[Ummahatul mu'minin|istri Muhammad]].{{sfn|Ash-Shallabi|p=15}}
* Ummu Kultsum binti Jarwal, juga dikenal dengan Mulaikah. Dia berasal dari [[Bani Khuza'ah]].<ref name=Saad3 />{{rp|204}} Dia menikah dengan ʿUmar sebelum tahun 616.<ref name=Tabari8>Muhammad ibn Jarir al-Tabari. ''Tarikh al-Rusul wa'l-Muluk''. Translated by Fishbein, M. (1998). ''Volume 8: The Victory of Islam''. Albany: State University of New York Press.</ref>{{rp|92}} Ummu Kultsum turut serta hijrah ke Madinah meski masih menyembah berhala.<ref name=Ishaq />{{rp|218}}<ref name=Ishaq />{{rp|510}}<ref name=Bukhari /> Segera setelah [[Perjanjian Hudaibiyyah]] pada 628, Muhammad tidak memperkenankan umat Muslim mempertahankan pernikahan dengan orang musyrik sehingga ʿUmar kemudian menceraikan Ummu Kultsum. Ummu Kultsum kembali ke Makkah setelah perceraian tersebut.<ref name=Saad3 />{{rp|204}}<ref name=Ishaq>Muhammad ibn Ishaq. ''Sirat Rasul Allah''. Translated by Guillaume, A. (1955). ''The Life of Muhammad''. Oxford: Oxford University Press.</ref>{{rp|510}}<ref name=Bukhari>Bukhari 3:50:891.</ref> Dia adalah ibu dari [[Ubaidillah bin Umar]].
* Quraibah binti Abu Umayyah. Dia berasal dari [[Bani Makhzum]]. Ayah Quraibah, Abu Umayyah bin Al-Mughirah, adalah pemimpin Makkah pada awal abad ketujuh. Ibunya, Atikah binti 'Utbah, berasal dari [[Bani Abdu Syams]]. Quraibah juga merupakan saudari seayah dari [[Hindun binti Abi Umayyah|Ummu Salamah Hindun]], istri Muhammad. [[Hindun binti Utbah|Hindun binti 'Utbah]] adalah bibi Quraibah dari pihak ibu. Quraibah menikah dengan ʿUmar sebelum tahun 616 dan ʿUmar menjadi suami keduanya. Quraibah berstatus penyembah berhala saat hijrah ke Madinah. Setelahnya, Quraibah menikah dengan [[Mu'awiyah bin Abu Sufyan]] dan pernikahan ketiganya juga berakhir dengan perceraian.<ref name=Tabari8/>{{rp|92}}<ref name=Bukhari/> Setelahnya Quraibah menikah dengan putra [[Abu Bakar Ash-Shiddiq]], [[Abdurrahman bin Abi Bakar|'Abdurrahman]].<ref name=Malik>[http://sunnah.com/urn/411980 Malik ibn Anas. ''Al-Muwatta'' 29:14.]</ref> Ia tidak memiliki anak dari ʿUmar. Dia diceraikan oleh ʿUmar pada 628.<ref name=Ishaq />
* Jamilah binti Tsabit, nama aslinya adalah 'Ashiyah. Dia berasal dari [[Bani Aus]] dari pihak ayah dan ibu.<ref>Muhammad ibn Saad. ''Kitab al-Tabaqat al-Kabir'' vol. 3. Translated by Bewley, A. (2013). ''The Companions of Badr'', hlm. 204. London: Ta-Ha Publishers.</ref><ref>Muhammad ibn Saad. ''Kitab al-Tabaqat al-Kabir'' vol. 8. Translated by Bewley, A. (1995). ''The Women of Madina'', hlm. 7, 235, 236. London/Ta-Ha Publishers.</ref> Jamilah dan ibunya, Asy-Syamus binti Abu Amir, adalah termasuk dari sepuluh wanita yang berbaiat pada Muhammad pada 622.<ref>Ibn Saad/Bewley vol. 8 hlm. 7.</ref> Muhammad kemudian memberinya nama baru, Jamilah, yang berarti 'cantik'.<ref>Ibn Saad/Bewley vol. 3 hlm. 204.</ref> Dia menikah dengan ʿUmar antara tahun 627 sampai 628.<ref name="Thabari/Fishbein vol. 8 hlm. 95">{{The History of al-Tabari|volume=8|p=95}}</ref> Pada satu kesempatan, Jamilah meminta uang kepada ʿUmar dan ʿUmar melaporkan pada Muhammad bahwa dia menampar Jamilah sampai jatuh lantaran istrinya tersebut meminta sesuatu yang dia tidak miliki.<ref>Ibn Saad/Bewley vol. 8 hlm. 131.</ref> Dia adalah ibu dari [[Ashim bin Umar]], kakek dari [[Umar bin Abdul Aziz|ʿUmar bin 'Abdul 'Aziz]], Khalifah Umayyah kedelapan. Pernikahan Umar dan Jamilah berakhir dengan perceraian.<ref name="Thabari/Fishbein vol. 8 hlm. 95"/><ref>Muwatta 37:6.</ref><ref>{{The History of al-Tabari|volume=14|page=100-101}}</ref>
* Atikah binti Zaid. Dia berasal dari [[Bani 'Adi]].<ref name="Saad8"/> 'Atikah termasuk [[sahabat Nabi]] dan juga seorang penyair. Dia total menikah lima kali dan ʿUmar adalah suami ketiganya. Suami pertamanya adalah Zaid, saudara ʿUmar sendiri, dan suami keduanya adalah [[Abdullah bin Abi Bakar|'Abdullah bin Abu Bakar]] yang meninggal pada tahun 633. 'Atikah sendiri berada di masjid dan menyaksikan saat ʿUmar ditikam yang berujung pada kematiannya pada 644. Pernikahannya dengan Umar dikaruniai seorang anak yang diberi nama Iyadh. Setelah kematian Umar, Atikah menikah dengan [[Zubair bin Awwam|Zubair bin 'Awwam]] yang kemudiam gugur di [[Perang Jamal]] pada tahun 656. Atikah kemudian menikah dengan [[Husain bin Ali|Husain]], cucu Muhammad. 'Atikah meninggal pada tahun 672.<ref name="Ahmed">Ahmed, L. (1992). ''Women and Gender in Islam: Historical Roots of a Modern Debate'', hlm. 76. New Haven & London: Yale University Press.</ref>
* Ummu Hakim binti al-Harits. Dia berasal dari [[Bani Makhzum]]. ʿUmar sendiri adalah suami ketiga Ummu Hakim. Suami pertamanya adalah [[Ikrimah bin Abu Jahal]] dan suami keduanya adalah [[Khalid bin Sa'id]]. Pada Perang Marj Ash-Shaffar (634) antara pihak kekhalifahan dengan [[Kekaisaran Romawi Timur]] yang menewaskan suami keduanya, Ummu Hakim turut serta dalam perang dan membunuh tujuh prajurit Romawi dengan tiang tenda di dekat jembatan yang kemudian dikenal dengan Jembatan Ummu Hakim dekat [[Damaskus]].<ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=P8AwZPnXADgC&pg=PA191&dq=umm+hakim&hl=en&sa=X&ei=-Z7aUumKBMH_rQfH6YHYCA&ved=0CFYQ6AEwBw#v=onepage&q=hakim&f=false |title=The Qurʼan, Women, and Modern Society - Asgharali Engineer - Google Books |publisher=Books.google.co.in |date= |accessdate=2014-01-18}}</ref><ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=U0Grq2BzaUgC&pg=PA70&dq=Umm+Hakim+battle&hl=en&sa=X&ei=Kn9PUaCxMIXj4APyjICwCw&ved=0CDcQ6AEwAQ#v=onepage&q=Umm%20Hakim%20battle&f=false |title=Women and Gender in Islam: Historical Roots of a Modern Debate - Leila Ahmed - Google Books |publisher=Books.google.com |date= |accessdate=2014-01-18}}</ref> Ia dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Fatimah.
* [[Ummu Kultsum binti Ali]] atau Zainab as-Sughra. Dia adalah cucu Muhammad, putri [[Fatimah az-Zahra]] dan '[[Ali bin Abi Thalib]]. ʿUmar memberikan mahar untuk pernikahannya dengan Ummu Kulstum sebesar 40.000 dirham<ref>Muhammad ibn Jarir al-Tabari. ''Tarikh al-Rusul wa'l-Muluk''. Translated by Smith, G. R. (1994). ''Volume 14: The Conquest of Iran'', hlm. 101. Albany: State University of New York Press.</ref> dan mereka hidup sebagai suami istri pada tahun 638.<ref>Muhammad ibn Jarir al-Tabari. ''Tarikh al-Rusul wa'l-Muluk''. Translated by Juynboll, G. H. A. (1989). ''Volume 13: The Conquest of Iraq, Southwestern Persia, and Egypt'', hlm. 109-110. Albany: State University of New York Press.</ref> Tercatat Ummu Kultsum pernah memberikan hadiah parfum kepada Permaisuri Martina, istri Kaisar Romawi Timur [[Heraklius]]. Sebagai balasan, Martina menghadiahi kalung kepada Ummu Kultsum. Namun ʿUmar yang percaya bahwa istrinya tak seharusnya ikut campur dalam urusan kenegaraan akhirnya menyerahkan kalung tersebut ke dalam perbendaharaan negara.<ref>Muhammad ibn Jarir al-Tabari. ''Tarikh al-Rusul wa'l-Muluk''. Translated by Humphreys, R. S. (1990). ''Volume 15: The Crisis of the Early Caliphate'', hlm. 28. Albany: State University of New York Press</ref> Dalam sudut pandang Syi'ah, pernikahan antara Ummu Kulstum dan ʿUmar adalah kisah rekaan.<ref>Umar's Marriage to Umm Kulthum in Shiite Narrations. (n.d) Retrieved from https://www.al-islam.org/critical-assessment-umm-kulthums-marriage-umar-sayyid-ali-al-husayni-al-milani/section-4-umars.</ref> Ia dikaruniai dua orang anak, [[Zaid bin Umar|Zaid]] dan Ruqayyah.
* Luhyah, seorang wanita Yaman. [[Al-Waqidi]] menyatakan bahwa dia adalah seorang budak-selir.<ref name="Nasab">{{cite book|first=Mush'ab bin Abdullah|last=az-Zubairi|author-link=Mush'ab az-Zubairi|title=Nasab Quraisy|page=349}}</ref> Ia dikaruniai anak yang diberi nama Abdurrahman.
* Rukayhah, seorang budak-selir.<ref name="Bidayah2">{{cite book|last=[[Ibnu Katsir]]|title=Kitab [[Al-Bidaya wa'l-Nihaya|al-Bidayah wan-Nihayah]]|publisher=Dar al-Wathan publications|year=2002|page=168|isbn=9960-28-117-5}}</ref> Pernikahannya dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Zainab.


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
Baris 57: Baris 264:
* [[Kalender Hijriyah]]
* [[Kalender Hijriyah]]
* [[Pertempuran Yarmuk]]
* [[Pertempuran Yarmuk]]
* [[Pertempuran Qadisiyyah]]
* [[Pertempuran al-Qadisiyyah]]
* [[Kekaisaran Romawi]]
* [[Kekaisaran Romawi]]
* [[Omar (serial TV)]]
* [[Umar bin Ibrahim bin Waqid al-Umari]]
* [[Balj bin Bisyr al-Qusyairi]]
* [[Islam di Afrika]]
* [[Kultsum bin Iyadh al-Qusyairi]]


== Referensi ==
== Referensi ==

* Hayatu Muhammad, Muhammad Husain Haikal [http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html]
=== Catatan kaki ===
* Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, KH Munawar Chalil
{{reflist}}
*Donner, Fred, ''The Early Islamic Conquests'', Princeton University Press, 1981

*Guillaume, A., ''The Life of Muhammad'', Oxford University Press, 1955
===Bibliografi===
*Madelung, Wilferd, ''The Succession to Muhammad'', Cambridge University Press, 1997
{{refbegin|33em}}
*"G.LeviDellaVida and M.Bonner "Umar" in ''Encyclopedia of Islam'' CD-ROM Edition v. 1.0, Koninklijke Brill NV, Leiden, The Netherlands 1999"
* {{cite book|last=Aadil|first=Muhammad Alias|url=https://www.amazon.com/Seerat-Hazrat-Farooq-Muhammad-Ilyas/dp/B07LF692NQ|title=Serat-i-Hazrat Umar-i-Farooq|asin=B07LF692NQ|date=2015|ref={{sfnref|Aadil|2015}}}}
*Previte-Orton, C. W (1971). ''The Shorter Cambridge Medieval History''. Cambridge: Cambridge University Press.
*{{cite book|last1=Caetani|first1=Leone|author1-link=Leone Caetani|date=1905–1926|title=Annali dell'Islam|series=10 vols.|location=Milan|publisher=Ulrico Hoepli|oclc=3423680|url=https://archive.org/details/annalidellislam05caetuoft|ref=}}
* {{cite book|author-link=Muhammad Husain Haekal|last=Haykal|first=Muhammad Hussein|title=Al Faruq Umar|publisher=Dar Al Ma'arif|location=Kairo|ref={{sfnref|Haykal|1944}}|year=1944}} {{Issn|977-02-6060-0}}.
* Guillaume, A., ''The Life of Muhammad'', Oxford University Press, 1955.
* Previte-Orton, C. W. (1971). ''The Shorter Cambridge Medieval History''. Cambridge: Cambridge University Press.
* Donner, Fred, ''The Early Islamic Conquests'', Princeton University Press, 1981.
*{{cite book|last1=El-Hibri|first1=Tayeb|date=2010|title=Parable and Politics in Early Islamic History: The Rashidun Caliphs|location=New York|publisher=Columbia University Press|isbn=978-0-231-15082-8|url=https://books.google.com/books?id=ouwL4dGrTN8C&pg=PA108|ref={{sfnref|El-Hibri|2010}}}}
* {{cite book |last=Hourani |first=Albert |author-link=Albert Hourani |title-link=History of the Arab Peoples |title=A History of the Arab Peoples |publisher=Faber and Faber |year=1991|isbn=978-0-674-39565-7|ref={{sfnref|Hourani|1991}}}}
* {{cite book|last=Madelung |first=Wilferd |url=https://books.google.com/books?id=2QKBUwBUWWkC |title=The Succession to Muhammad: A Study of the Early Caliphate |date=15 October 1998 |publisher=Cambridge University Press |isbn=978-0-52-164696-3|ref={{sfnref|Madelung|1997}}}}
* {{EI2 |last = Levi Della Vida |first = G. |author-link = Giorgio Levi Della Vida |last2 = Bonner|first2 = M.|title = ʿUmar (I) b. al-Khaṭṭāb |volume = 10 |pages = 818−821}}
* {{cite book |title=Conquerors of Palestine Through Forty Centuries |first=Henry Osmond |last=Lock |others=Introduction by [[Edmund Allenby, 1st Viscount Allenby]] |publisher=[[Kessinger Publishing]] |orig-date=First published 1920 |year=2003 |isbn=0-7661-3984-0}}
* {{Cite book |last=Hart |first=Michael H. |url=https://books.google.com/books?id=jvbNRbDKY1wC |title=The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History |publisher=Carol Publishing Group |year=1978 |isbn=9780806513508 |author-link=Michael H. Hart}}
* {{Encyclopaedia Islamica|last1=Ishkevari|first1=Hasan Yusofi|last2=Nejad|first2=Saleh|title=Abū Luʾluʾ|year=2008|url=https://referenceworks.brillonline.com/entries/encyclopaedia-islamica/*-SIM_0169|ref={{sfnref|Ishkevari|Nejad|2008}}}}
* {{cite book |last1=Fayda |first1=Mustafa |last2=Koçak |first2=Muhşin |title=ÖMER b. el-Hattâb - An article published in 34th volume of Turkish Encyclopedia of Islam |date=2007 |publisher=[[TDV İslâm Ansiklopedisi]] |location=Istanbul |isbn=978-97-53-89456-2 |pages=44–53 |volume=34 |url=https://islamansiklopedisi.org.tr/omer#2-fikih |lang=tr|ref={{sfnref|Fayda|Koçak|2007}}}}
* {{citation |author=Barnaby Rogerson |url=https://books.google.com/books?id=qzyBPwAACAAJ |title=The Heirs of Muhammad: Islam's First Century and the Origins of the Sunni-Shia Split |year=2008 |publisher=Overlook |isbn=978-1-59-020022-3}}
* {{citation |author=Barnaby Rogerson |url=https://books.google.com/books?id=ExbdVf5fFmUC |title=The Heirs Of The Prophet Muhammad: And the Roots of the Sunni-Shia Schism |date=4 November 2010 |publisher=Little, Brown Book Group |isbn=978-0-74-812470-1 |author-link=Barnaby Rogerson}}
* {{cite encyclopedia |last1=Pellat |first1=Charles |author1-link=Charles Pellat |year=2011 |title=Abū Loʾloʾa |encyclopedia=Encyclopaedia Iranica |editor1-last=Yarshater |editor1-first=Ehsan |editor1-link=Ehsan Yarshater |url=https://iranicaonline.org/articles/abu-loloa-a-persian-slave-of-mogira-b|ref={{sfnref|Pellat|2011}}}}
* {{Cite book |last=Jafri |first=S.H.M |url=https://archive.org/details/OriginsAndEarlyDevelopmentOfShiaIslamBySyedHusainMohammadJafri/mode/2up |title=Origins and Early Development of Shia Islam |publisher=Longman |year=1979 |location=London|ref={{sfnref|Jafri|1979}}}}
* {{cite book|title=Shi'a Islam: From Religion to Revolution|author-first=Heinz|author-last= Halm|publisher=Markus Wiener Publishers|year= 1997|isbn= 9781558761346|url=https://archive.org/details/shiaislamfromrel0000halm/mode/2up|ref={{sfnref|Halm|1997}}}}
{{refend}}


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
*[http://www.bogvaerker.dk/Bookwright/Umar.html Excerpt from The History of the Khalifahs] by Jalal ad-Din as-[[Suyuti]]
*[http://www.lailahailallah.net/Khutbahs/Khutbah40.asf Sirah of Amirul Muminin Umar Bin Khattab (r.a.a.)] by Shaykh Sayyed Muhammad bin Yahya Al-Husayni Al-Ninowy.


* [http://www.bogvaerker.dk/Bookwright/Umar.html Excerpt from The History of the Khalifahs] by Jalal ad-Din as-[[Suyuti]]
* [http://www.lailahailallah.net/Khutbahs/Khutbah40.asf Sirah of Amirul Muminin Umar Bin Khattab (r.a.a.)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070930162009/http://www.lailahailallah.net/Khutbahs/Khutbah40.asf |date=2007-09-30 }} by Shaykh Sayyed Muhammad bin Yahya Al-Husayni Al-Ninowy.

{{s-start}}
{{s-hou|[[Bani 'Adi]]||sekitar 584||3 November 644|[[Suku Quraisy|Quraisy]]}}
{{s-rel|su}}
{{s-bef|before=[[Abu Bakar Ash-Shiddiq]]}}
{{s-ttl|title=[[Daftar khalifah|Khalifah]]|years=23 Agustus 634 – 3 November 644}}
{{s-aft|after=[[Utsman bin Affan|'Utsman bin 'Affan]]}}
{{s-end}}
{{Kekhalifahan Rasyidin}}
{{Pemeluk Islam pertama}}
{{Sahabat nabi}}
{{Sahabat nabi}}
{{Daftar yang Agung}}
{{Authority control}}
{{lifetime|581|644|}}


[[Kategori:Sahabat Nabi]]
[[Kategori:Umar bin Khattab| ]]
[[Kategori:Khulafa'ur Rasyidin]]
[[Kategori:Khulafaur Rasyidin]]
[[Kategori:Kelahiran 581]]
[[Kategori:Kematian 644]]
[[Kategori:Tokoh yang dibunuh]]
[[Kategori:Tokoh yang dibunuh]]
[[Kategori:100 Tokoh menurut Michael H. Hart]]
[[Kategori:Tokoh yang disebutkan dalam Al-Qur'an]]
[[Kategori:Tokoh Al-Qur'an]]
[[Kategori:Pemimpin agama yang dibunuh]]
[[Kategori:Pemeluk Islam pertama]]

[[an:Umar ibn al-Khattāb]]
[[ar:عمر بن الخطاب]]
[[az:Ömər bin Xəttab]]
[[bn:উমর ইবনুল খাত্তাব]]
[[bs:Omer ibn el-Hattab]]
[[ca:Omar]]
[[cs:Umar ibn al-Chattáb]]
[[da:Umar ibn al-Khattab]]
[[de:Umar ibn al-Chattab]]
[[dv:ޢުމަރުގެފާނު]]
[[en:Umar]]
[[eo:Umar ibn al-Ĥattab]]
[[es:Umar ibn al-Jattab]]
[[et:‘Umar ibn al-Khaţţāb]]
[[fa:عمر بن خطاب]]
[[fi:Umar ibn al-Khattab]]
[[fr:Omar ibn al-Khattab]]
[[gl:Umar ibn al-Khattab]]
[[he:עומר בן אל-ח'טאב]]
[[hr:Omar]]
[[hu:I. Omár kalifa]]
[[it:'Omar ibn al-Khattāb]]
[[ja:ウマル・イブン=ハッターブ]]
[[ka:ომარ იბნ ალ-ხატაბი]]
[[lt:Umaras ibn al-Chatabas]]
[[ml:ഉമര്‍ ബിന്‍ ഖതാബ്‌]]
[[ms:Umar Al-Khattab]]
[[nl:Omar ibn al-Chattab]]
[[no:Umar ibn al-Khattab]]
[[pl:Umar ibn al-Chattab]]
[[pt:Omar]]
[[ru:Умар ибн Хаттаб]]
[[sd:عمر]]
[[sh:Omar]]
[[sk:Umar ibn al-Chattáb]]
[[sq:Omeri]]
[[sr:Омер]]
[[sv:Umar ibn al-Khattab]]
[[sw:Umar ibn al-Khattab]]
[[th:อุมัร]]
[[tr:Ömer ibn Hattab]]
[[ur:عمر فاروق]]
[[uz:Umar ibn Xattab]]
[[vi:Umar ibn al-Khattab]]
[[wa:Omar Ben Xhattab]]
[[zh:奥马尔一世]]

Revisi terkini sejak 20 September 2024 09.26

ʿUmar bin Khaṭṭāb
عُمَر
Amirul Mukminin
Al-Faruq[1]
Representasi kaligrafi Arab dari nama ʿUmar yang menonjol di salah satu sudut Hagia Sofia, Turki.
Khalifah Kekhalifahan Rasyidin ke-2
Berkuasa23 Agustus 634—3 November 644
(10 tahun, 73 hari)
PendahuluAbu Bakar
Penerus'Utsman bin 'Affan
Kelahiran584
Makkah, Jazirah Arab
Kematian3 November 644 M (umur 60–61) (Dzulhijjah 23 H/Muharram 24 H)[2][3][4]
Madinah, Kekhalifahan Rasyidin
Pemakaman
Pasangan
  • Zainab binti Mazh'un
  • Ummu Kultsum binti Jarwal
  • Quraibah binti Abu 'Umayyah
  • Jamilah binti Tsabit
  • 'Atikah binti Zaid
  • Ummu Hakim binti al-Harits
  • Ummu Kultsum binti Ali bin Abi Thalib[6]
Keturunan
Nama lengkap
ʿUmar ibn Khaṭṭāb bahasa Arab: عمر بن خطاب
Nama dan tanggal periode
Khulafaur Rasyidin: 634—644
SukuQuraisy (Bani 'Adi)
AyahKhattab bin Nufail
IbuHantamah binti Hisyam[7]
AgamaIslam
Tanda tanganʿUmar bin Khaṭṭāb عُمَر
Nama Arab
Pribadi (Ism)ʿUmar
Patronimik (Nasab)ʿUmar bin al-Khaṭṭāb bin Nufail bin ʿAbdul ʿUzzā bin Rāz bin ʿAdiyy bin Kaʿab bin Luʿayy bin Ghālib bin Fihr bin Mālik
Teknonim (Kunyah)Abul Hafs
Julukan (Laqab)al-Fārūq ("Pembeda [antara yang benar dan yang salah]")

ʿUmar bin Khattab (bahasa Arab: عُمَرُ بْنُ ٱلْخَطَّاب, translit. ʿUmar bin al-Khaṭṭāb, juga dieja sebagai Omar, ca 582/583 – 644) adalah sahabat senior sekaligus mertua Nabi Islam Muhammad, yang menjabat sebagai Khalifah Rasyidin kedua, menggantikan Abu Bakar ash-Shiddiq (m. 632–634) dan memerintah sejak Agustus 634 hingga pembunuhannya pada tahun 644. Umar adalah khalifah pertama yang menyandang gelar Amirul Mukminin, gelar yang kemudian menjadi standar para khalifah setelahnya.

Pada awalnya, Umar menentang dakwah Muhammad. Setelah masuk Islam pada tahun 616, ia menjadi Muslim pertama yang berdoa secara terbuka di Ka'bah. Umar berpartisipasi dalam hampir semua pertempuran dan ekspedisi di bawah Muhammad. Muhammad kemudian menikahi putri Umar, Hafshah. Setelah kematian Muhammad pada bulan Juni 632, Umar berjanji setia kepada Abu Bakar (m. 632–634) sebagai khalifah pertama dan menjabat sebagai penasihat terdekatnya hingga pada Agustus 634, Abu Bakar yang sekarat mencalonkan Umar sebagai penggantinya.

Selama masa pemerintahan Umar, kekhalifahan berkembang pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, menguasai Kekaisaran Sasaniyah dan lebih dari dua pertiga Kekaisaran Bizantium.[8] Serangannya terhadap Kekaisaran Sasaniyah mengakibatkan penaklukan Persia dalam waktu kurang dari dua tahun (642–644). Menurut tradisi Yahudi, Umar mengesampingkan larangan umat Kristen terhadap orang-orang Yahudi dan mengizinkan mereka kembali tinggal di Yerusalem dan beribadah di Bukit Bait Suci.[9] Umar dibunuh oleh budak Persia Abu Lu'lu'ah pada tahun 644.

Umar umumnya dipandang oleh para sejarawan sebagai salah satu khalifah Muslim paling kuat dan berpengaruh dalam sejarah.[10] Dia dihormati dalam tradisi Islam Sunni sebagai penguasa besar yang adil dan teladan kebajikan Islam,[11] dan beberapa hadis mengidentifikasi dia sebagai sahabat terbaik kedua setelah Abu Bakar.[12][13] Meskipun begitu, ia (bersama Abu Bakar) cenderung dipandang negatif dalam tradisi Syiah Dua Belas Imam sebagai perampas hak kekhalifahan dari Ali bin Abi Thalib, sepupu dan menantu Muhammad, sekaligus Imam pertama bagi Syiah.[14]

Masa muda

[sunting | sunting sumber]

Umar lahir di Makkah dari klan Bani Adi, yang bertanggung jawab atas arbitrase antar suku. Ayahnya adalah Khattab bin Nufail dan ibunya adalah Hantamah binti Hisyam, dari suku Bani Makhzum. Di masa mudanya dia biasa merawat unta ayahnya di dataran dekat Makkah. Ayahnya terkenal karena kecerdasannya di antara sukunya.[15] Umar sendiri berkata: "Ayahku, al-Khattab, adalah orang yang kejam. Dia biasa membuatku bekerja keras; jika aku tidak bekerja dia biasa memukuliku dan dia biasa membuatku kelelahan."[16]

Meskipun baca tulis tidak umum di Arabia pra-Islam, Umar belajar membaca dan menulis di masa mudanya. Meskipun bukan seorang penyair, dia mengembangkan kecintaan pada puisi dan sastra.[17] Menurut tradisi kaum Quraisy, saat masih remaja, Umar mempelajari seni bela diri, menunggang kuda, dan gulat. Dia tinggi, kuat secara fisik dan pegulat terkenal.[17][18] Ia juga seorang orator berbakat yang menggantikan ayahnya sebagai penengah di antara suku-suku.[17][19]

Umar menjadi seorang pedagang dan melakukan beberapa perjalanan ke Romawi Bizantium dan Persia Sasaniyah, di mana ia dikatakan telah bertemu dengan berbagai sarjana dan menganalisis masyarakat Romawi dan Persia. Sebagai seorang pedagang dia tidak berhasil.[20] Seperti orang lain di sekitarnya, Umar gemar minum di masa pra-Islamnya.[21]

Masa kenabian Muhammad

[sunting | sunting sumber]

Menentang Islam

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 610, Muhammad mulai mengkhotbahkan pesan Islam. Namun, seperti banyak orang lain di Mekkah, Umar menentang Islam dan bahkan mengancam akan membunuh Muhammad. Dia memutuskan untuk mempertahankan agama politeistik tradisional Arab. Dia bersikeras dan kejam dalam menentang Muhammad, dan sangat menonjol dalam menganiaya umat Islam.[22] Dia merekomendasikan kematian Muhammad.[23] Dia sangat percaya pada kesatuan Quraisy dan melihat keyakinan baru Islam sebagai penyebab perpecahan dan perselisihan.[22]

Karena penganiayaan, Muhammad memerintahkan beberapa pengikutnya untuk bermigrasi ke Abyssinia. Ketika sekelompok kecil Muslim bermigrasi, Umar menjadi khawatir tentang persatuan Quraisy di masa depan dan memutuskan untuk membunuh Muhammad.[22]

Masuk Islam dan melayani Muhammad

[sunting | sunting sumber]

Umar masuk Islam pada tahun 616, satu tahun setelah Migrasi ke Abyssinia. Kisah ini diceritakan dalam Sirah karya Ibnu Ishaq. Dalam perjalanannya untuk membunuh Muhammad, Umar bertemu dengan sahabatnya Nu'aim bin Abdullah yang diam-diam telah masuk Islam tetapi tidak memberi tahu Umar. Ketika Umar memberitahunya bahwa dia telah bersiap untuk membunuh Muhammad, Nu'aim berkata, "Demi Tuhan, kamu telah menipu dirimu sendiri, wahai Umar! Apakah menurut Anda Banu Abdu Manaf akan membiarkan Anda berlarian hidup-hidup setelah Anda membunuh putra mereka, Muhammad? Mengapa Anda tidak kembali ke rumah Anda sendiri dan setidaknya meluruskannya?".[24]

Nu'aim menyuruhnya untuk menanyakan tentang rumahnya sendiri dan mengabarkan bahwa saudara perempuannya, Fatimah dan suaminya telah masuk Islam. Setibanya di rumahnya, Umar mendapati adik dan iparnya, Sa'id bin Zaid sedang membaca ayat-ayat Al-Qur'an dari surah Ta Ha, diajari oleh seorang sahabat Muhammad, Khabbab bin al-Arat. Ketika Umar sampai di depan pintu, Khabbab segera bersembunyi.[25] Umar mulai bertengkar dengan saudara iparnya, Sa'id. Ketika Fatimah datang untuk menyelamatkan suaminya, ia mengatakan "Anda boleh membunuh kami tetapi kami tidak akan meninggalkan Islam". Mendengar kata-kata ini, Umar marah dan menampar adiknya begitu keras sehingga ia jatuh ke tanah dan darah keluar dari mulutnya. Ketika dia melihat darah keluar dari mulut saudara perempuannya, dia terdiam karena rasa bersalah dan secara halus membujuk saudara perempuannya agar memberikannya apa yang baru saja mereka baca. Saudarinya menjawab negatif dan berkata, "Kamu najis, dan tidak ada orang najis yang dapat menyentuh Kitab Suci." Umar bersikeras, tetapi saudara perempuannya tidak bersedia mengizinkannya menyentuh halaman kecuali dia membasuh tubuhnya. Umar akhirnya menyerah. Ia membasuh tubuhnya dan kemudian mulai membaca ayat-ayat yang berbunyi:

اِنَّنِيْٓ اَنَا اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدْنِيْۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ
Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku.

Umar kemudian menangis dan menyatakan, "Sesungguhnya ini adalah firman Allah. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah." Mendengar ini, Khabbab keluar dari dalam dan berkata: "Wahai Umar! Kabar gembira untukmu. Kemarin Nabi [Muhammad] berdoa kepada Allah, 'Ya Allah!, kuatkanlah Islam dengan Umar atau Abu Jahl, siapapun di antara mereka yang Engkau sukai.' Sepertinya doanya telah terkabul untuk kebaikanmu."[26]

Umar kemudian pergi ke Muhammad dengan pedang yang sama yang dia maksudkan untuk membunuhnya dan menerima Islam di hadapannya dan teman-temannya. Umar berusia 39 tahun ketika dia menerima Islam.[27]

Menurut satu catatan, setelah masuk Islam Umar secara terbuka melakukan salat di depan Ka'bah sebagai tetua Quraisy. Sementara itu, tetua Quraisy lainnya seperti Abu Jahal dan Abu Sufyan, dilaporkan menyaksikan hal tersebut dengan marah.[28] Hal ini semakin membantu umat Islam untuk mendapatkan kepercayaan dalam mempraktikkan ajaran Islam secara terbuka. Pada tahap ini Umar bahkan menantang siapa saja yang berani melarang umat Islam melaksanakan salat, meskipun tidak ada yang berani mengganggu Umar ketika ia sedang salat terang-terangan.[28]

Pertobatan Umar ke Islam memberikan kekuatan kepada umat Islam dan iman Islam di Makkah. Setelah peristiwa inilah umat Islam melakukan sholat secara terbuka di Masjidilharam untuk pertama kalinya. Abdullah bin Mas'ud berkata,[29]

Masuk Islamnya Umar adalah kemenangan kita, hijrahnya ke Madinah adalah kesuksesan kita, dan pemerintahannya berkah dari Allah. Kami tidak salat di Masjid al-Haram sampai Umar masuk Islam. Ketika dia masuk Islam, kaum Quraisy terpaksa membiarkan kami shalat di Masjid.

Hijrah ke Madinah

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 622 M, karena keamanan yang ditawarkan oleh penduduk Yatsrib (kemudian berganti nama menjadi Madīnat an-Nabī, atau singkatnya Madinah), Muhammad memerintahkan para pengikutnya untuk bermigrasi ke Medina. Sebagian besar Muslim bermigrasi pada malam hari karena takut akan perlawanan suku Quraisy, tetapi Umar dilaporkan telah pergi secara terbuka pada siang hari dengan mengatakan: "Siapa pun yang ingin menjadikan istrinya janda dan anak-anaknya yatim harus datang dan menemuiku di gerbang kota."[30][31] Umar hijrah ke Madinah ditemani oleh sepupu dan saudara iparnya, Sa'id bin Zaid.[27]

Kehidupan di Madinah

[sunting | sunting sumber]

Ketika Muhammad tiba di Madinah, dia memasangkan setiap imigran (Muhajirin) dengan salah satu penduduk kota (Anshar). Muhammad memasangkan Umar dengan Itban bin Malik dan menjadikan mereka saudara seiman.[32] Muslim tetap damai di Madinah selama kurang lebih satu tahun sebelum Quraisy mengumpulkan pasukan untuk menyerang mereka. Pada tahun 624, Umar berpartisipasi dalam pertempuran pertama antara Muslim dan Quraisy di Mekkah yaitu Pertempuran Badar. Pada tahun 625, dia ikut serta dalam Pertempuran Uhud. Pada fase kedua pertempuran, kavaleri Khalid bin Walid menyerang bagian belakang Muslim dan mengubah gelombang pertempuran, desas-desus tentang kematian Muhammad tersebar dan banyak prajurit Muslim dialihkan dari medan perang, Umar termasuk di antara mereka. Namun, mendengar bahwa Muhammad masih hidup, dia mendatangi Muhammad di gunung Uhud dan bersiap untuk mempertahankan bukit tersebut.[33] Kemudian di tahun Umar menjadi bagian dari kampanye melawan suku Yahudi Bani Nadhir. Pada tahun 625, putri Umar Hafshah menikah dengan Muhammad.[34] Kemudian pada tahun 627, dia berpartisipasi dalam Pertempuran Parit dan juga dalam Pertempuran Bani Quraizah.[35] Pada 628, Umar menyaksikan Perjanjian Hudaibiyah.[35] Pada tahun 628, dia bertempur di Pertempuran Khaibar. Pada tahun 629, Muhammad mengirim Amr bin Ash ke Zaat-ul-Sallasal, setelah itu, Muhammad mengirim Abu Ubaidah bin Jarrah dengan bala bantuan, termasuk Abu Bakar dan Umar, lalu mereka menyerang dan mengalahkan musuh.[36] Pada tahun 630, ketika tentara Muslim menaklukan Makkah, dia adalah bagian dari tentara itu. Kemudian pada tahun 630, dia bertempur di Pertempuran Hunain dan Pengepungan Ta'if. Dia adalah bagian dari tentara Muslim yang memperebutkan sedekah untuk Pertempuran Tabuk di bawah komando Muhammad dan dia dilaporkan telah memberikan setengah dari kekayaannya untuk persiapan ekspedisi ini. Dia juga berpartisipasi Haji perpisahan Muhammad pada tahun 632.[37]

Kematian Muhammad

[sunting | sunting sumber]

Ketika Muhammad meninggal dunia pada tanggal 8 Juni 632 Umar awalnya tidak percaya bahwa dia telah meninggal.[38] Dikatakan bahwa Umar berjanji akan membunuh siapa pun yang mengatakan bahwa Muhammad mati. Umar berkata: "Dia tidak mati tetapi dia telah pergi ke tuhannya seperti Musa pergi, menghilang dari kaumnya selama empat puluh malam setelah itu dia kembali kepada mereka. Demi Allah, Nabi akan kembali sebagaimana Musa kembali (kepada kaumnya) dan dia akan memotong tangan dan kaki orang-orang yang mengatakan bahwa dia (Rasul) telah mati.”[39] Abu Bakr kemudian secara terbuka berbicara kepada komunitas di masjid, mengatakan:

"Barangsiapa yang menyembah Muhammad, maka ketahuilah bahwa Muhammad telah mati, namun barangsiapa yang menyembah Allah, maka ketahuilah bahwa Allah itu hidup dan tidak pernah mati ."[40]

Abu Bakar kemudian membacakan ayat-ayat dari al-Qur'an:

Dan Muhammad tidak lain hanyalah seorang Rasul. Sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia mati atau terbunuh, kamu akan berbalik ke belakang? Barangsiapa berbalik ke belakang, maka dia tidak akan merugikan Allah sedikitpun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur

Mendengar ini, Umar berlutut dalam kesedihan dan menerima kematian Muhammad. Muslim Sunni mengatakan bahwa penyangkalan atas kematian Muhammad disebabkan oleh cintanya yang dalam kepadanya.[38]

Pendirian khilafah

[sunting | sunting sumber]

Kapasitas politik Umar pertama kali terwujud sebagai pembantu kekhalifahan setelah kematian Muhammad pada 8 Juni 632.[41] Sementara pemakaman Muhammad sedang diatur, sekelompok pengikut Muhammad yang merupakan penduduk asli Madinah, Anshar (pembantu), mengadakan pertemuan di pinggiran kota, secara efektif mengunci keluar orang-orang sahabat yang dikenal sebagai Muhajirin (imigran) termasuk Umar.[41] Umar yang mengetahui tentang pertemuan ini di Saqifah Bani Sa'idah, bergegas pergi menuju pertemuan tersebut dengan membawa dua Muhajir lainnya, Abu Bakar dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Umar mungkin ingin mencegah rencana Ansar untuk pemisahan politik. Sesampainya di pertemuan tersebut, Umar dihadapkan pada kesatuan masyarakat suku dari Anshar yang menolak menerima kepemimpinan kaum Muhajirin.[41] Namun, Umar tidak gentar dengan keyakinannya bahwa kekhalifahan harus berada di bawah kendali kaum Muhajir.[42] Umar, setelah negosiasi tegang yang berlangsung satu atau dua hari, dengan cemerlang membagi Anshar menjadi faksi lama mereka yang bertikai Aus dan suku Khazraj. Umar menyelesaikan perpecahan dengan meletakkan tangannya di tangan Abu Bakar sebagai calon persatuan bagi mereka yang berkumpul di Saqifah. Orang lain di Saqifah mengikutinya, kecuali suku Khazraj dan pemimpin mereka, Sa'ad bin Ubadah, yang dikucilkan sebagai akibatnya. Suku Khazraj dikatakan tidak menimbulkan ancaman berarti karena ada cukup banyak prajurit dari suku Madinah seperti Bani Aus untuk segera mengatur mereka menjadi pengawal militer untuk Abu Bakar.[41]

Wilferd Madelung merangkum kontribusi Umar:[43]

Umar menilai hasil majelis Saqifa sebagai falta [diterjemahkan oleh Madelung sebagai 'kesepakatan yang tergesa-gesa dan tidak dipertimbangkan dengan baik'][44] karena ketidakhadiran sebagian besar tokoh Muhajirun, termasuk keluarga dan klan Nabi sendiri, yang partisipasinya dianggap penting untuk konsultasi yang sah (syura, musyawara). Hal itu, dia mengingatkan masyarakat, agar tidak menjadi preseden untuk masa depan. Namun dia juga membela hasilnya, mengklaim bahwa umat Islam merindukan Abu Bakar tidak seperti orang lain. Dia meminta maaf, terlebih lagi, bahwa para Muhajirin yang hadir terpaksa mendesak untuk segera bersumpah setia karena Anshar tidak dapat dipercaya untuk menunggu konsultasi yang sah dan mungkin akan memilih salah satu pemimpin dari mereka sendiri. Alasan lain bagi Umar untuk mengecam pertemuan Saqifah sebagai falta tidak diragukan lagi adalah akhir yang bergolak dan tidak bermartabat, karena dia dan para pengikutnya menyerang pemimpin Khazraj, Sa'ad bin Ubadah untuk memberinya pelajaran, atau untuk membunuhnya karena berani menantang satu-satunya hak kaum Quraisy untuk memerintah. Terlebih lagi, pembubaran rapat yang kejam ini menunjukkan bahwa kaum Anshar tidak mungkin semuanya terpengaruh oleh kebijaksanaan dan kefasihan pidato Abu Bakar dan telah menerimanya sebagai pilihan terbaik untuk suksesi, seperti yang disarankan oleh Caetani. Tidak ada gunanya memukul kepala Khazraj jika semua orang datang untuk bersumpah setia kepada calon Umar. Sejumlah besar kaum Ansar, mungkin khususnya dari Khazraj, pasti menolak untuk mengikuti jejak Muhajirin.[43]

Menurut berbagai sumber Syiah Dua Belas Imam dan Madelung,[45] Umar dan Abu Bakar pada dasarnya melakukan kudeta politik terhadap Ali bin Abi Thalib di Saqifah. [41] Menurut salah satu versi riwayat di sumber primer, Umar dan Abu Bakar juga dikatakan telah menggunakan kekerasan untuk mencoba mendapatkan kesetiaan dari Ali dan pengikutnya. Telah dilaporkan dalam sebagian besar sumber sejarah Persia yang ditulis 300 tahun kemudian, seperti dalam Sejarah Para Nabi dan Raja, bahwa setelah penolakan Ali untuk memberi penghormatan, Abu Bakar mengirim Umar dengan bersenjata. kontingen ke rumah Fatimah tempat Ali dan para pendukungnya konon berkumpul. Umar dilaporkan telah memperingatkan orang-orang di rumah tersebut, bahwa Ali harus menyerah pada Abu Bakar, atau dia akan membakar rumah Fatimah,[42][halaman dibutuhkan] dan dalam keadaan seperti ini Ali terpaksa menyerah. Versi peristiwa ini, yang diterima sepenuhnya oleh ulama Syiah, umumnya ditolak oleh ulama Sunni yang, mengingat laporan lain dalam literatur mereka, percaya bahwa Ali bersumpah setia kepada Abu Bakar tanpa ada keluhan. Tapi kemudian sumber-sumber Sunni dan Syiah lainnya mengatakan bahwa Ali tidak bersumpah setia kepada Abu Bakar setelah pemilihannya, tetapi enam bulan kemudian setelah kematian istrinya, Fatimah. Baik Sunni maupun Syiah sama-sama menerima bahwa Ali merasa bahwa Abu Bakar seharusnya memberitahunya sebelum pergi ke pertemuan dengan Anshar dan bahwa Ali bersumpah setia kepada Abu Bakar.

Sarjana Barat cenderung setuju bahwa Ali percaya dia memiliki mandat yang jelas untuk menggantikan Muhammad,[butuh rujukan] tetapi menawarkan pandangan yang berbeda tentang sejauh mana penggunaan kekuatan oleh Umar dalam upaya untuk mengintimidasi Ali dan para pendukungnya. Misalnya, Madelung menolak klaim penggunaan kekerasan dan menyatakan bahwa:

Laporan terpisah tentang penggunaan kekerasan terhadap Ali dan Bani Hasyim yang dengan suara bulat menolak untuk bersumpah setia selama enam bulan mungkin akan diabaikan. Abu Bakar tidak diragukan lagi cukup bijak untuk menahan Umar dari segala kekerasan terhadap mereka, menyadari dengan baik bahwa ini pasti akan memancing rasa solidaritas dari mayoritas Bani Abdu Manaf yang dia butuhkan.[46] Kebijakannya, memerintahkan untuk tidak mengisolasi Bani Hasyim sejauh mungkin.

Menurut Tom Holland, kesejarahan Umar tidak diragukan lagi.[47] Seorang uskup Armenia yang menulis satu dekade atau lebih setelah Pertempuran al-Qadisiyah menggambarkan Umar sebagai "penguasa perkasa yang mengoordinasi kemajuan putra-putra Ismail dari kedalaman padang pasir".[47][48] Tom Holland menulis "Apa yang menambah prestasinya, adalah bahwa kualitasnya yang mengguncang bumi sebagai seorang generalissimo, digabungkan dengan kebajikan yang paling khas. Daripada meniru cara seorang Kaisar, seperti yang telah dilakukan raja-raja Ghassaniyah, dia menggunakan contoh dari jenis orang Kristen yang sangat berbeda. Jubah Umar yang tipis, pola makannya yang terdiri dari roti, garam dan air, dan penolakannya terhadap kekayaan duniawi akan mengingatkan siapa pun dari padang pasir yang menjangkau ke luar Palestina akan jenis orang yang sangat khusus. Gurun Yudea telah lama menjadikan diri mereka sebagai pejuang Tuhan. Pencapaian Umar adalah membawa bahasa seperti itu ke tingkat yang literal dan ekstrem yang tak terbayangkan sebelumnya."[47]

Penasihat Abu Bakar

[sunting | sunting sumber]

Karena situasi politik yang sulit di Arab, Umar awalnya menentang operasi militer terhadap suku-suku pemberontak di sana,[butuh rujukan] berharap mendapatkan dukungan mereka jika terjadi invasi dari Romawi atau Persia. Namun kemudian, dia setuju dengan strategi Abu Bakar untuk menumpas pemberontakan dengan kekerasan. Menjelang akhir tahun 632 M, Jenderal Khalid bin Walid berhasil menyatukan Arab setelah kemenangan berturut-turut melawan para pemberontak. Selama masa pemerintahannya sendiri nanti, Umar kebanyakan mengadopsi kebijakan menghindari perang dan mengkonsolidasikan kekuasaannya di tanah yang tergabung daripada memperluas kerajaannya melalui peperangan terus menerus.[49]

Umar menasihati Abu Bakar untuk menyusun al-Qur'an dalam bentuk buku setelah 300 huffāẓ (penghafal) al-Qur'an tewas dalam Pertempuran Yamamah.[50]

Wasiat Abu Bakar

[sunting | sunting sumber]

Abu Bakar menunjuk Umar sebagai penggantinya sebelum meninggal pada tahun 634 M.[51] Karena sifatnya yang keras dan otokratis, Umar bukanlah sosok yang sangat populer di antara tokoh-tokoh Madinah dan anggota Majelis Syura; oleh karena itu, para sahabat Abu Bakar yang berpangkat tinggi berusaha mencegahnya untuk tidak menyebut nama Umar.[52][53] Namun demikian, Abu Bakar tetap memutuskan untuk menjadikan Umar sebagai penggantinya. Umar terkenal karena kemauannya yang luar biasa, sikap penuh perhitungan, kecerdasan politiknya, ketidakberpihakannya, keadilannya, dan kepeduliannya terhadap orang miskin.[54] Abu Bakar dilaporkan telah berkata kepada para penasihat tinggi:

Ketegasannya (Umar) ada karena kelembutanku. Ketika beban kekhalifahan telah berada di atas bahunya, dia tidak akan lagi tegas. Jika saya akan diminta oleh Tuhan kepada siapa saya telah menunjuk pengganti saya, saya akan mengatakan kepadanya bahwa saya telah menunjuk pria terbaik di antara Anda.[55]

Abu Bakar menyadari kekuatan dan kemampuan Umar untuk menggantikannya. Dia mungkin merupakan salah satu transisi kekuasaan yang paling mulus dari satu otoritas ke otoritas lain di negeri-negeri Muslim.[56] Sebelum kematiannya, Abu Bakar memanggil Utsman bin Affan untuk menulis wasiatnya di mana dia menyatakan Umar sebagai penggantinya:

Atas nama Tuhan Yang Maha Penyayang. Ini adalah wasiat dan wasiat terakhir Abu Bakar bin Abu Quhafah, pada detik-detik terakhirnya di dunia, dan awal perjalanannya menuju akhirat; yaitu suatu waktu di mana orang-orang yang ingkar akan percaya, dan orang-orang fasik akan meyakini serta melihat hasil dari kejahatan mereka. Kemudian, saya mencalonkan Umar bin al-Khattab sebagai pengganti saya. Karena itu, dengarkan dan patuhilah dia. Jika dia bertindak sesuai kebenaran, maka dukunglah dan itulah yang saya ketahui dari dirinya. Hanya kebaikan yang saya inginkan, tetapi saya tidak bisa melihat hasil di masa depan. Namun, orang-orang yang zalim dan jahat kelak akan mengetahui tempat kembali seperti apa yang akan mereka dapati. Semoga nikmat dan barakah dari Allah senantiasa tercurah kepada kalian.[57]

Kekhalifahan (634–644)

[sunting | sunting sumber]

Tantangan awal

[sunting | sunting sumber]

Meskipun hampir semua umat Islam telah memberikan janji kesetiaan mereka kepada Umar, dia lebih ditakuti daripada dicintai. Menurut Muhammad Husayn Haykal, tantangan pertama bagi Umar adalah mendapat dukungan dari rakyatnya dan anggota Majelis Syura.[58]

Umar adalah seorang orator berbakat, dan dia menggunakan kemampuannya untuk meningkatkan reputasinya di antara orang-orang.[59]

Muhammad Husain Haykal menulis bahwa penekanan Umar adalah pada kesejahteraan orang miskin dan kurang mampu.[60] Selain itu, Umar, untuk meningkatkan reputasi dan hubungannya dengan Bani Hasyim, suku Ali, menyerahkan tanah miliknya yang disengketakan di Khaibar kepada yang terakhir. Ia mengikuti keputusan Abu Bakar atas sengketa tanah Fadak, tetap memperlakukannya sebagai milik negara. Dalam perang Riddah, ribuan tahanan dari suku pemberontak dan murtad dibawa sebagai budak selama ekspedisi. Umar memerintahkan amnesti umum untuk para tahanan, dan emansipasi segera mereka.[61] Hal ini membuat Umar cukup populer di kalangan suku Arab Badui. Dengan dukungan publik yang diperlukan di pihaknya, Umar mengambil keputusan berani untuk memanggil kembali dan memberhentikan Khalid bin Walid dari jabatan komando tertinggi di garis depan Romawi.[62]

Administrasi politik dan sipil

[sunting | sunting sumber]
Kekuasaan khalifah Umar pada masa puncaknya, 644

Pemerintahan Umar adalah pemerintahan kesatuan, dimana otoritas politik yang berdaulat adalah khalifah. Kekhalifahan Umar dibagi menjadi provinsi dan beberapa wilayah otonom, misalnya, Azerbaijan dan Armenia, yang telah menerima kekuasaan kekhalifahan. Provinsi dikelola oleh gubernur provinsi atau Wali, dipilih secara pribadi dan cermat oleh Umar. Provinsi dibagi lagi menjadi sekitar 100 kabupaten. Setiap kabupaten atau kota utama berada di bawah tanggung jawab seorang gubernur muda atau Amir, biasanya diangkat oleh Umar sendiri, tetapi kadang-kadang juga ditunjuk oleh gubernur provinsi. Di beberapa distrik ada perwira militer yang terpisah, meskipun Wali , dalam banyak kasus, adalah Panglima Angkatan Darat yang bermarkas di provinsi tersebut.[butuh rujukan]

Setiap janji dibuat secara tertulis. Pada saat pengangkatan dikeluarkan instrumen instruksi dengan maksud untuk mengatur tingkah laku Wali. Saat menjabat, Wali diminta untuk mengumpulkan orang-orang di masjid utama, dan membacakan instrumen instruksi di depan mereka.[63]

Instruksi umum Umar kepada para perwiranya adalah:

Ingat, saya tidak menunjuk Anda sebagai komandan dan tiran atas rakyat. Saya telah mengirim Anda sebagai pemimpin, sehingga orang-orang dapat mengikuti teladan Anda. Berilah kaum muslimin hak-hak mereka dan jangan pukul mereka agar mereka tidak dilecehkan. Jangan terlalu memuji mereka, jangan sampai mereka jatuh ke dalam kesalahan kesombongan. Jangan tutup pintumu di hadapan mereka, jangan sampai yang lebih kuat memakan yang lebih lemah. Dan jangan bersikap seolah-olah Anda lebih tinggi dari mereka, karena itu adalah tirani atas mereka.[butuh rujukan]

Berbagai kode etik ketat lainnya harus dipatuhi oleh para gubernur dan pejabat negara. Para perwira utama diharuskan melakukan perjalanan ke Mekkah pada kesempatan ibadah haji, di mana orang-orang bebas mengajukan keluhan apa pun terhadap mereka. Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya korupsi, Umar menetapkan untuk membayar gaji yang tinggi kepada para staf.[butuh rujukan] Gubernur provinsi menerima sebanyak lima hingga tujuh ribu dirham setiap tahun selain bagian mereka dari rampasan perang (jika mereka juga panglima tertinggi tentara di sektor mereka).[butuh rujukan]

Umar pertama kali mendirikan departemen khusus untuk penyelidikan pengaduan terhadap para pejabat Negara. Departemen ini bertindak sebagai Pengadilan Tata Usaha Negara, di mana proses hukum dipimpin langsung oleh Umar.[64] Departemen itu berada di bawah tanggung jawab Muhammad bin Maslamah, salah satu orang Umar yang paling dipercaya. Dalam kasus-kasus penting Muhammad bin Maslamah diutus oleh Umar untuk pergi ke tempat itu, menyelidiki tuduhan itu dan mengambil tindakan. Kadang-kadang Komisi Penyelidik dibentuk untuk menyelidiki tuduhan itu. Kadang-kadang, para petugas yang menerima pengaduan dipanggil ke Madinah, dan diadili di pengadilan tata usaha Umar. Umar dikenal karena dinas intelijen ini dimana dia meminta pertanggungjawaban para pejabatnya.[65] Layanan ini juga dikatakan telah menginspirasi ketakutan pada rakyatnya.[66]

Umar adalah pelopor dalam beberapa urusan:

  1. Umar adalah orang pertama yang memperkenalkan sistem pelayanan publik, di mana catatan pejabat dan tentara disimpan. Dia juga menyimpan sistem rekaman untuk pesan yang dia kirim ke Gubernur dan kepala negara.
  2. Dia adalah orang pertama yang menunjuk pasukan polisi untuk menjaga ketertiban sipil.
  3. Dia adalah orang pertama yang mendisiplinkan orang-orang ketika mereka menjadi tidak teratur.[67]

Aspek penting lainnya dari pemerintahan Umar adalah bahwa dia melarang gubernur dan agennya terlibat dalam urusan bisnis apa pun saat berada dalam posisi kekuasaan. Seorang pegawai Umar bernama al-Harits bin Ka'ab bin Wahb pernah ditemukan memiliki uang lebih di luar gajinya dan Umar menanyakan tentang kekayaannya. Al-Harits menjawab bahwa dia memiliki sejumlah uang dan dia berdagang dengannya. Umar berkata: Demi Allah, kami tidak mengutus kamu untuk berdagang!, dan dia mengambil darinya keuntungan yang telah dia hasilkan.[68]

Karena Madinah, dengan populasi yang berkembang pesat, berisiko mengalami kelaparan yang berulang saat panen berkurang, Umar berupaya memfasilitasi impor biji-bijian. Dia memerintahkan pembangunan kanal yang menghubungkan Sungai Nil ke Laut Merah dan perbaikan infrastruktur pelabuhan di pantai Arab. Ketika Basra didirikan pada masa pemerintahan Umar, dia mulai membangun kanal sepanjang sembilan mil dari Tigris ke kota baru untuk irigasi dan air minum.[69] Ath-Thabari melaporkan bahwa Utbah bin Ghazwan membangun kanal pertama dari Sungai Tigris ke lokasi Basra ketika kota itu dalam tahap perencanaan. Setelah kota dibangun, Umar menunjuk Abu Musa al-Asy'ari sebagai gubernur pertamanya. Dia mulai membangun dua kanal penting, al-Ubulla dan Ma'qil, menghubungkan Basra dengan Sungai Tigris. Kedua kanal ini menjadi dasar pengembangan pertanian di seluruh wilayah Basra dan digunakan untuk air minum. Umar juga mengadopsi kebijakan untuk memberikan tanah tandus kepada mereka yang berusaha mengolahnya. Kebijakan ini berlanjut selama periode Bani Umayyah dan menghasilkan penanaman lahan tandus yang luas melalui pembangunan saluran irigasi oleh negara dan oleh individu.[70]

Reformasi

[sunting | sunting sumber]

Di bawah kepemimpinan Umar, kekhalifahan berkembang; karenanya, dia mulai membangun struktur politik yang akan menyatukan wilayah yang luas. Dia melakukan banyak reformasi administrasi dan mengawasi kebijakan publik dengan cermat, mendirikan administrasi lanjutan untuk tanah yang baru ditaklukkan, termasuk beberapa kementerian dan birokrasi baru, dan memerintahkan sensus semua wilayah Muslim. Selama pemerintahannya, kota garnisun (amsar) Basra dan Kufah didirikan atau diperluas. Pada 638, ia memperluas dan merenovasi Masjidilharam (Masjid Agung) di Makkah dan Masjid Nabawi (Masjid Nabi) di Madinah.[71]

Umar juga memerintahkan pengusiran komunitas Kristen dan Yahudi Najran dan Khaibar ke Suriah dan Irak. Dia juga mengizinkan keluarga Yahudi untuk bermukim kembali di Yerusalem, yang sebelumnya dilarang dari semua orang Yahudi.[72] Dia mengeluarkan perintah agar orang Kristen dan Yahudi ini diperlakukan dengan baik dan memberi mereka tanah yang setara di pemukiman baru mereka. Umar juga melarang non-Muslim berada di Hijaz lebih dari tiga hari.[73][74] Ia adalah orang pertama yang mendirikan angkatan darat sebagai departemen negara.

Umar adalah pendiri Fikih, atau yurisprudensi Islam.[75] Dia dianggap oleh Muslim Sunni sebagai salah satu Faqih terbesar, dan, dengan demikian, dia memulai proses kodifikasi Hukum Islam.

Pada tahun 641, ia mendirikan atau memperluas Baitul Mal, sebuah lembaga keuangan dan memulai tunjangan tahunan bagi umat Islam. Sebagai seorang pemimpin, Umar dikenal dengan gaya hidupnya yang sederhana dan keras. Alih-alih mengadopsi kemegahan dan tampilan yang dipengaruhi oleh para penguasa saat itu, dia terus hidup seperti ketika umat Islam masih miskin dan teraniaya.[butuh rujukan] Pada tahun 638, tahun keempatnya sebagai khalifah dan tahun ketujuh belas sejak Hijrah, dia menetapkan kalender Islam yang dihitung dari tahun Hijrah Muhammad dari Mekah ke Madinah.[76]

Kunjungan ke Yerussalem

[sunting | sunting sumber]
Penaklukan Besar (1905), menggambarkan Umar memasuki Yerussalem.

Kunjungan Umar ke Yerusalem pada 638 didokumentasikan dalam beberapa sumber. Sebuah teks Yudeo-Arab yang baru ditemukan mengungkapkan anekdot berikut:[72]

Umar memerintahkan orang bukan Yahudi dan sekelompok orang Yahudi untuk membersihkan area Bukit Bait Suci. Umar mengawasi pekerjaan itu. Orang-orang Yahudi yang datang mengirim surat kepada orang-orang Yahudi lainnya di Palestina dan memberi tahu mereka bahwa Umar telah mengizinkan pemukiman kembali Yerusalem oleh orang Yahudi. "Umar, setelah beberapa konsultasi, mengizinkan tujuh puluh rumah tangga Yahudi untuk kembali. Mereka kembali untuk tinggal di bagian selatan kota, yaitu Pasar Yahudi. (Tujuan mereka adalah berada di dekat air Silwan dan Bukit Kuil dan gerbangnya). Kemudian Panglima Umar mengabulkan permintaan mereka. Tujuh puluh keluarga pindah ke Yerusalem dari Tiberias dan daerah sekitarnya dengan istri dan anak-anak mereka.

Dilaporkan juga atas nama Uskup Aleksandria Eutikius (932–940 M) bahwa batu karang yang dikenal sebagai Bukit Bait Suci pernah menjadi tempat reruntuhan sejak zaman Permaisuri Helena, ibu dari Konstantinus Agung, yang membangun gereja di Yerusalem, "orang Bizantium, telah dengan sengaja meninggalkan situs kuno Kuil seperti aslinya, dan bahkan membuang sampah di atasnya, sehingga terbentuk tumpukan puing yang besar." Hanya ketika Umar berbaris ke Yerusalem dengan pasukan, dia bertanya kepada Kaab al-Ahbar, seorang Yahudi sebelum dia masuk Islam, "Di mana Anda menyarankan saya untuk membangun tempat ibadah?" Kaab menunjuk Batu Bait Suci, yang sekarang menjadi timbunan reruntuhan raksasa dari bait Yupiter.[77] Menurut Ka'ab, orang-orang Yahudi secara singkat memenangkan kembali ibu kota lama mereka seperempat abad sebelumnya (ketika Persia menyerbu Suriah dan Palestina), tetapi mereka tidak punya waktu untuk membersihkan situs Kuil, karena Rum (Bizantium) telah merebut kembali kota. Saat itulah Umar memerintahkan sampah di Ṣakhra (batu) untuk disingkirkan oleh suku Nabataean, dan setelah tiga kali hujan deras membersihkan Batu itu, dia mendirikan sembahyang di sana. Sampai hari ini, tempat itu dikenal sebagai ḳubbat es ṣakhra, Kubah Batu.

Menurut ahli kamus David ben Abraham al-Fasi, penaklukan Muslim atas Palestina membawa kelegaan bagi warga negara Yahudi, yang sebelumnya dilarang oleh Bizantium untuk berdoa di Bukit Bait Suci.[78]

Ekspansi Militer

[sunting | sunting sumber]

Penaklukan militer sebagian dihentikan antara tahun 638 dan 639 selama tahun-tahun kelaparan hebat di Arab dan wabah penyakit di Levant. Selama masa pemerintahannya Levant, Mesir, Cyrenaica, Tripolitania, Fezzan, Anatolia Timur, hampir seluruh Kekaisaran Persia Sassaniyah termasuk Baktria, Persia, Azerbaijan, Armenia, Kaukasus dan Makran dianeksasi oleh Kekhalifahan Rasyidin. Menurut satu perkiraan, lebih dari 4.050 kota direbut selama penaklukan militer ini.[79] Sebelum kematiannya pada tahun 644, Umar telah menghentikan semua ekspedisi militer yang tampaknya dilakukan untuk mengkonsolidasikan kekuasaannya di Mesir Romawi dan Kekaisaran Sassaniyah yang baru ditaklukkan (642–644). Saat kematiannya pada November 644, pemerintahannya diperpanjang dari Libya sekarang di barat ke Sungai Indus di timur dan Sungai Oxus di utara.

Kelaparan besar

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 638 M, Arab mengalami kekeringan parah yang diikuti oleh kelaparan. Tak lama kemudian, cadangan makanan di Madinah mulai habis. Umar memesan karavan perbekalan dari Suriah dan Irak, dan secara pribadi mengawasi distribusinya. Tindakannya menyelamatkan banyak nyawa di seluruh Arabia.[80] Gubernur pertama yang menanggapi adalah Abu Ubaidah bin Jarrah, gubernur Suriah dan panglima tertinggi tentara Rasyidin.[81]

Belakangan, Abu Ubaidah melakukan kunjungan pribadi ke Madinah dan bertindak sebagai petugas penanggulangan bencana, yang dipimpin langsung oleh Umar. Untuk pengungsi internal, Umar menyelenggarakan makan malam setiap malam di Madinah, yang menurut perkiraan, dihadiri lebih dari seratus ribu orang.[82]

Wabah penyakit

[sunting | sunting sumber]

Saat kelaparan berakhir di Arab, banyak distrik di Suriah dan Palestina dihancurkan oleh wabah. Sementara Umar sedang dalam perjalanan untuk mengunjungi Suriah, di Eilat, dia diterima oleh Abu Ubaidah bin Jarrah, gubernur Suriah, yang memberitahunya tentang wabah dan intensitasnya, dan menyarankan agar Umar kembali ke Madinah. Umar mencoba membujuk Abu Ubaidah untuk ikut bersamanya ke Madinah, namun ia menolak meninggalkan pasukannya dalam situasi genting itu. Abu Ubaidah meninggal pada 639 karena terkena wabah, yang juga merenggut nyawa 25.000 Muslim di Suriah. Setelah wabah mereda, pada akhir tahun 639, Umar mengunjungi Suriah untuk reorganisasi politik dan administrasi, karena sebagian besar komandan dan gubernur veteran telah meninggal karena wabah.[83][84]

Negara kesejahteraan

[sunting | sunting sumber]

Agar dekat dengan orang miskin, Umar tinggal di gubuk lumpur sederhana tanpa pintu dan berjalan-jalan setiap malam. Setelah berkonsultasi dengan orang miskin, Umar mendirikan biro kesejahteraan pertama, Baitul Mal.[85][86][87] Baitul mal membantu Muslim dan non-Muslim yang miskin, membutuhkan, lanjut usia, yatim piatu, janda, dan orang cacat. Baitul mal berlangsung selama ratusan tahun, dari Kekhalifahan Rasyidin pada abad ke-7 hingga periode Kekhalifahan Umayyah (661–750) dan bahkan tetap ada hingga era Kekhalifahan Abbasiyah. Umar juga memperkenalkan tunjangan anak dan pensiun untuk anak-anak dan orang tua.[88][89][90][91]

Perdagangan bebas

[sunting | sunting sumber]

Penduduk lokal Yahudi dan Kristen, yang dianiaya sebagai minoritas agama dan dikenakan pajak yang tinggi untuk membiayai Perang Bizantium–Sasaniyah, sering membantu umat Islam untuk mengambil alih tanah mereka dari Bizantium dan Persia, menghasilkan penaklukan yang sangat cepat.[92][93] Karena daerah-daerah baru bergabung dengan kekhalifahan, mereka juga mendapat manfaat dari perdagangan bebas, sementara berdagang dengan daerah-daerah lain di kekhalifahan (untuk mendorong perdagangan, dalam Islam perdagangan tidak dikenakan pajak, tetapi kekayaan tunduk pada zakat).[94] Sejak Konstitusi Madinah, yang disusun oleh Muhammad disahkan, orang Yahudi dan Kristen terus menggunakan hukum mereka sendiri di Kekhalifahan dan memiliki hakim sendiri.[95][96][97]

Pembunuhan

[sunting | sunting sumber]
Penggambaran awal abad ke-20 tentang Abdurrahman (bin Auf atau bin Abu Bakar) yang menyaksikan konspirasi Abu Lu'lu'ah, Hurmuzan, dan Jufainah (digambarkan secara keliru di sini sebagai seorang wanita; penggambaran senjata pembunuh mungkin juga keliru).

Pada suatu subuh yang gelap, ketika Umar sedang memimpin salat subuh berjamaah di Masjid Nabawi, Madinah, seorang budak dari Persia, Abu Lu'lu'ah menikamnya dengan belati bermata dua.[98] Ada beberapa versi yang berbeda tentang kronologi kejadiannya: menurut salah satu versi, dia juga membunuh Kulaib bin Bukair al-Laitsi yang berada di belakang Umar,[99] sementara menurut versi lain dia menikam tiga belas orang yang mencoba menahannya.[100] Menurut beberapa catatan, Umar meninggal pada hari yang sama, sementara catatan lain menyatakan bahwa dia meninggal tiga hari kemudian.[101] Bagaimanapun, Umar meninggal karena luka-lukanya pada hari Rabu 26 Dzulhijjah 23 Hijriyah (6 November 644 menurut penanggalan Masehi).[102]

Beberapa sumber sejarah melaporkan bahwa Abu Lu'lu'ah ditawan dan dieksekusi karena membunuh Umar bin Khattab, sementara sumber lain mengeklaim bahwa dia bunuh diri.[101] Setelah kematian Abu Lu'lu'ah, putrinya dibunuh oleh Ubaidullah bin Umar, salah satu putra Umar. Ubaidullah bertindak setelah mendengar klaim salah satu orang (antara Abdurrahman bin Auf atau Abdurrahman bin Abi Bakar) yang mengaku melihat Abu Lu'lu'ah bersekongkol dengan dua orang Persia lainnya yaitu Hurmuzan (penasihat militer Persia Umar), dan Jufainah, seorang pria Kristen dari Irak yang dibawa ke Madinah untuk menjadi guru sebuah keluarga di Madinah.[103] Pada akhirnya, Hurmuzan dan Jufainah juga dibunuh oleh Ubaidullah.[104] Setelah Ubaidullah ditahan karena pembunuhan ini, dia mengancam akan membunuh semua tawanan asing yang tinggal di Madinah, serta beberapa orang lainnya. Meskipun sejarawan Syiah cenderung berpendapat bahwa Ubaidullah mungkin telah dihasut oleh saudara perempuannya Hafshah binti Umar untuk membalas kematian ayah mereka, pembunuhanya terhadap Hurmuzan dan Jufainah kemungkinan disebabkan oleh gangguan mental daripada konspirasi seperti yang dituduhkan oleh para sejarawan Syiah. Hal itu tentu dianggap oleh rekan-rekannya sebagai kejahatan daripada tindakan pembalasan dendam.[105]

Pada awalnya, Umar sempat bimbang dengan suksesinya.[106] Meskipun begitu, dikabarkan bahwa ia telah membentuk panitia pemilihan khalifah yang terdiri atas enam orang sahabat terkemuka: Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Sa'ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah.[107][108] Setelah kematian Umar, hasil rapat panitia ini memutuskan bahwa Utsman diangkat sebagai khalifah ketiga.[109] Sementara itu, Ali menganggap bahwa keputusan tersebut sepihak dan merasa keberatan dengan hasil musyawarah panitia,[110] meskipun ia tidak menentang keputusan akhirnya.[110]

Deskripsi fisik

[sunting | sunting sumber]

Umar kuat, bugar, atletis, dan jago gulat. Dia dikatakan telah berpartisipasi dalam pertandingan gulat pada kesempatan pekan raya tahunan Ukaz.[111] Dari catatan langsung tentang penampilan fisiknya, Umar dikatakan sebagai orang yang kuat dan sangat tinggi; di pasar dia akan menjulang tinggi di atas orang-orang. Bagian depan kepalanya gundul, selalu A'sara Yusran (bekerja dengan dua tangan),[112] kedua matanya hitam, dengan kulit kuning; namun, Ibnu Sa'ad dalam bukunya menyatakan bahwa dia tidak pernah tahu bahwa Umar berkulit kuning, kecuali pada tahun-tahun tertentu dari kehidupan Umar di mana warna kulitnya berubah karena sering mengkonsumsi minyak.[113] Yang lain mengatakan dia memiliki kulit putih kemerahan. Giginya ashnabul asnan (sangat putih bersinar). Dia akan selalu mewarnai janggutnya dan merawat rambutnya menggunakan sejenis tanaman.[113][114]

Sejarawan Muslim awal Ibnu Saad dan al-Hakim menyebutkan bahwa Abu Miriam Zir, penduduk asli Kufah, menggambarkan Umar sebagai "Seorang pria tua yang sudah lanjut usia, botak, berkulit kuning kecoklatan, seorang pria kidal, tinggi dan menjulang di atas orang".[111] Putra sulung Umar Abdullah menggambarkan ayahnya sebagai "seorang pria dengan kulit cerah, warna kemerahan yang dominan, tinggi, botak dan abu-abu".[butuh rujukan] Sejarawan Salima bin al-Akwa'a mengatakan bahwa "Umar ambidextrous, dia bisa menggunakan kedua tangannya dengan sama baiknya". Atas otoritas Abu Raja al-U'taridi, Ibnu Asakir mencatat bahwa "Umar adalah seorang pria tinggi, gemuk, sangat botak, berkulit kemerahan dengan rambut tipis di pipi, kumisnya besar, dan ujungnya kemerahan".[111]

Kaligrafi nama Umar, di salah satu sudut bagian Hagia Sophia, Turki.

Warisan politik

[sunting | sunting sumber]

Umar adalah khalifah pertama yang mengadopsi gelar amirul mukminin. Umar adalah salah satu penasihat utama Muhammad. Setelah kematian Muhammad, Umarlah yang mendamaikan Muslim Madinah untuk menerima Abu Bakar, seorang Mekah, sebagai khalifah.[115] Selama era Abu Bakar, ia berpartisipasi aktif sebagai sekretaris dan penasihat utamanya.[116] Setelah menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah, Umar memenangkan hati suku Badui dengan membebaskan semua tawanan dan budak mereka yang diambil selama perang Riddah.[117]

Dia membangun struktur administrasi yang efisien yang menyatukan wilayahnya yang luas. Dia mengorganisir jaringan intelijen yang efektif, salah satu alasan kuatnya cengkeramannya pada birokrasinya.[118]

Umar tidak pernah menunjuk gubernur selama lebih dari dua tahun, karena mereka mungkin mengumpulkan terlalu banyak kekuasaan lokal. Dia memberhentikan jenderalnya yang paling sukses, Khalid bin Walid, karena dia ingin orang tahu bahwa Allah-lah yang memberikan kemenangan, dan untuk melawan kultus kepribadian yang telah dibangun di sekitar Khalid, demi keyakinan Muslim.[119]

Dia akan berpatroli di jalan-jalan Madinah dengan cambuk di tangannya, siap menghukum setiap pelanggar yang mungkin ditemuinya. Dikatakan bahwa cambuk Umar lebih ditakuti daripada pedang orang lain. Namun dengan semua itu, ia juga dikenal baik hati, menjawab kebutuhan para yatim piatu dan para janda.[120]

Keadilan Umar dan ketelitiannya dalam memyelidiki kesalahan para gubernurnya membuat gubernur yang kuat seperti Mu'awiyah bin Abi Sufyan menjadi takut padanya. Ali bin Abi Thalib, pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, menasihati Utsman agar lebih ketat dengan para gubernurnya dengan mengatakan, "Aku mohon padamu demi Tuhan, apakah kau tahu bahwa Mu'awiyah lebih takut kepada Umar daripada Yarfa (sahaya milik Umar)?".[121]

Di bawah pemerintahan Umar, untuk mempromosikan disiplin yang ketat, tentara Arab ditempatkan di luar kota, antara padang pasir dan lahan pertanian di kota-kota garnisun khusus yang dikenal sebagai amshar. Contoh yang diketahui dari permukiman semacam itu adalah Basra dan Kufa, di Irak, dan Fustat di selatan yang kemudian menjadi Kairo. Tentaranya dilarang memiliki tanah di luar Arab. Ada pembatasan atas hak mereka untuk merebut bangunan dan barang tak bergerak lainnya yang biasanya dianggap sebagai hadiah perang. Barang rampasan yang dapat dipindahkan dibagikan kepada orang-orang umma, terlepas dari strata sosial mereka.[122]

Seorang peneliti modern, Saeed M. Mohtsam menulis tentang ini:[123]

Dia biasa memantau kebijakan publik dengan sangat cermat, dan menjadikan kebutuhan publik sebagai pusat pendekatan kepemimpinannya. Sebagai khalifah kedua Islam, dia menolak untuk memotong tangan pencuri karena dia merasa telah gagal memenuhi tanggung jawabnya untuk memberikan pekerjaan yang berarti kepada semua rakyatnya. Sebagai penguasa kerajaan yang luas, visinya adalah untuk memastikan bahwa setiap orang di kerajaannya harus tidur dengan perut kenyang. Jika seekor anjing mati kelaparan di tepi Sungai Efrat, Umar akan bertanggung jawab atas kelalaian tugasnya. Ia juga menyadari bahwa memiliki visi saja tidak cukup kecuali didukung oleh strategi yang efektif. Dia tidak hanya memiliki visi; dia benar-benar mengubah visinya menjadi tindakan. Misalnya, untuk memastikan tidak ada orang yang tidur dalam keadaan lapar di kerajaannya, dia biasa berjalan di jalanan hampir setiap malam untuk melihat apakah ada orang yang membutuhkan atau sakit.

Dalam Sejarah Kemunduran dan Kejatuhan Kekaisaran Romawi, Gibbon menyebut Umar dalam istilah berikut:

"Namun pantangan dan kerendahan hati Umar tidak kalah dengan kebajikan Abubeker; makanannya terdiri dari roti jelai atau kurma; minumannya adalah air; dia berdakwah dengan gaun yang robek atau compang-camping di dua belas tempat; dan seorang satrap Persia yang memberi penghormatan kepada sang penakluk, menemukannya tertidur di antara para pengemis di tangga masjid Madinah."[124]

Pemerintahannya adalah salah satu dari sedikit momen dalam sejarah Islam di mana umat Islam bersatu sebagai satu komunitas. Abdullah bin Masʿud sering menangis setiap kali topik tentang Umar diangkat. Dia berkata: "Umar adalah benteng Islam. Orang-orang akan masuk Islam dan tidak pergi. Ketika dia meninggal, benteng itu dilanggar dan sekarang orang keluar dari Islam".[125] Abu Ubaidah bin Jarrah sebelum Umar meninggal terkenal mengatakan: "Jika Umar meninggal, Islam akan melemah". Orang-orang bertanya mengapa dan jawabannya adalah "Anda akan melihat apa yang saya bicarakan jika Anda selamat."[125] Prestasi terbesarnya dari perspektif agama adalah pengumpulan al-Qur'an.[126] Hal ini belum pernah dilakukan pada masa Muhammad. Namun, selama Pertempuran Yamamah sejumlah besar penghafal al-Qur'an tewas dalam pertempuran tersebut. Atas saran Umar, Abu Bakar menugaskan Zaid bin Tsabit dengan tugas penting untuk menyusun al-Qur'an menjadi satu Kitab.[50]

Warisan militer

[sunting | sunting sumber]

Bersama dengan Khalid bin Walid, Umar berpengaruh dalam perang Riddah.[127] Salah satu keberhasilan strategisnya adalah pemisahan aliansi Bizantium-Sassaniyah pada tahun 636, ketika Kaisar Heraklius dan Kaisar Yazdegerd III bersekutu melawan musuh bersama mereka. Dia beruntung bahwa Kaisar Persia Yazdegerd III tidak bisa melakukan sinkronisasi dengan Heraklius seperti yang direncanakan. Umar sepenuhnya memanfaatkan kesempatan itu dengan membujuk Bizantium untuk bertindak sebelum waktunya. Ini bertentangan dengan perintah Kaisar Heraklius, yang mungkin menginginkan serangan terkoordinasi bersama dengan Persia. Umar melakukannya dengan mengirimkan bala bantuan ke garis depan Romawi dalam Pertempuran Yarmuk, dengan instruksi bahwa mereka harus muncul dalam bentuk kelompok kecil, satu demi satu, memberikan kesan aliran bala bantuan yang terus menerus yang akhirnya memikat Bizantium ke pertempuran sebelum waktunya. Di sisi lain, Yazdegerd III terlibat dalam negosiasi yang selanjutnya memberi Umar waktu untuk memindahkan pasukannya dari Suriah ke Irak. Pasukan ini terbukti menentukan dalam Pertempuran al-Qadisiyyah.

Strateginya menghasilkan kemenangan Muslim di Pertempuran Emesa Kedua pada tahun 638, di mana orang-orang Arab Kristen pro-Bizantium di Jazirah, dibantu oleh Kaisar Bizantium, melakukan gerakan mengapit yang tak terduga dan mengepung Emesa (Homs).

Umar mengeluarkan perintah untuk menginvasi tanah air pasukan Arab Kristen yang mengepung Emesa, Jazirah. Serangan tiga cabang terhadap Jazirah diluncurkan dari Irak. Untuk lebih menekan tentara Arab Kristen, Umar menginstruksikan Saad bin Abi Waqqash, komandan pasukan Muslim di Irak, untuk mengirim bala bantuan ke Emesa. Umar sendiri memimpin bala bantuan ke sana dari Madinah. Di bawah tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, orang-orang Arab Kristen mundur dari Emesa sebelum bala bantuan Muslim tiba. Kaum Muslim menganeksasi Mesopotamia dan sebagian Armenia Bizantium.

Setelah Pertempuran Nahawand, Umar melancarkan invasi besar-besaran ke Kekaisaran Persia Sassaniyah. Invasi itu adalah serangkaian serangan multi-cabang yang terkoordinasi dengan baik yang dirancang untuk mengisolasi dan menghancurkan target mereka. Umar melancarkan invasi dengan menyerang jantung Persia, bertujuan untuk mengisolasi Azerbaijan dan Persia timur. Ini segera diikuti oleh serangan serentak di Azerbaijan dan Fars. Selanjutnya, Sistan dan Kirman ditaklukan, sehingga mengucilkan kubu Persia di Khorasan. Ekspedisi terakhir diluncurkan melawan Khurasan, di mana, setelah Pertempuran Sungai Oxus, kerajaan Persia tidak ada lagi, dan Yazdegerd III melarikan diri ke Asia Tengah.

Warisan keagamaan

[sunting | sunting sumber]

Pandangan Sunni

[sunting | sunting sumber]

Umar dikenang oleh kaum Sunni sebagai seorang Muslim yang kaku dan berwatak adil dalam urusan agama; seorang pria yang mereka beri julukan al-Fārūq, yang berarti "pembeda antara yang benar dan salah", dan yang Khulafaur Rasyidin (khalifah yang mendapat petunjuk) kedua. Ia menambal bajunya dengan kulit, membawa ember di kedua pundaknya, selalu menunggangi keledainya tanpa sadel, jarang tertawa dan tidak pernah bercanda dengan siapapun. Di cincinnya tertulis kata-kata "Cukuplah Kematian sebagai pengingat bagimu wahai Umar".[128] Ia tidak mencari kemajuan untuk keluarganya sendiri, melainkan berusaha untuk memajukan kepentingan komunitas Muslim, (ummah). Menurut salah satu sahabat Muhammad, Abdullah bin Mas'ud:

Ketundukan Umar kepada Islam adalah sebuah penaklukan, hijrahnya adalah kemenangan, Imamahnya (masa pemerintahan) adalah berkah, saya telah melihat ketika kami tidak dapat berdoa di Ka'bah sampai Umar menyerah, ketika dia tunduk pada Islam, dia melawan mereka. (orang kafir) sampai mereka meninggalkan kami sendirian dan kami berdoa.[129]

Pandangan Syiah

[sunting | sunting sumber]

Umar dipandang sangat negatif dalam literatur Syiah Dua Belas Imam (cabang utama Islam Syiah)[130][131] dan sering dianggap sebagai perampas hak Ali atas Kekhalifahan.[132] Setelah majelis Saqifah memilih Abu Bakar sebagai khalifah, Umar berbaris dengan orang-orang bersenjata ke rumah Ali untuk mendapatkan kesetiaan Ali dan para pendukungnya. Sumber menunjukkan bahwa ada ancaman untuk membakar rumah Ali jika dia menolak, tetapi pertemuan itu berakhir ketika Fatimah, istri Ali, turun tangan.[133] Menurut mayoritas tulisan ulama Dua Belas Imam, Fatimah diserang secara fisik oleh Umar, sehingga menyebabkan keguguran anaknya, Muhsin bin Ali; dan menyebabkan kematiannya segera setelah itu.[134] Namun, beberapa ulama Dua Belas Imam, seperti Fadlallah, menolak cerita tentang penganiayaan fisik ini sebagai "mitos",[135] meskipun Fadlallah menyebutkan bahwa ucapannya adalah kemungkinan, dan bukan alasan tertentu untuk menolak peristiwa itu.[136][137]

Sekte Syiah lainnya, pengikut Zaidiyah dari Zaid bin Ali, umumnya memiliki dua pandangan tentang hal itu. Beberapa cabang, seperti Jaroudiah (Sarhubiyah), tidak menerima Umar dan Abu Bakar sebagai khalifah yang sah. Misalnya, Jarudiyya percaya bahwa Muhammad menunjuk Ali dan percaya bahwa penyangkalan Imamah Ali setelah kematian Muhammad akan menyebabkan kekafiran dan penyimpangan dari jalan yang benar. Pandangan lain menerima Umar dan Abu Bakar sebagai khalifah yang sah, meskipun derajat mereka diletakkan lebih rendah dari Ali.[138] Menurut ath-Thabari (dan Ibnu A'tham),[139] Ketika ditanya tentang Abu Bakar dan Umar, Zaid bin Ali menjawab: "Aku tidak mendengar seorangpun dari keluargaku yang meninggalkan keduanya atau mengatakan apapun kecuali kebaikan tentang mereka... kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah".[140][141]

Warisan arkeologi

[sunting | sunting sumber]
Prasasti batu diduga merupakan tanda tangan dari Umar

Pada tahun 2012, sebuah prasasti ditemukan di sebuah batu di al-Murakkab (Arab Saudi) yang dianggap sebagai tanda tangan dari Umar.[142]

Umar adalah putra dari pasangan Khattab bin Nufail dari Bani 'Adi dan Hantamah binti Hisyam, putri Hisyam bin al-Mughirah, salah satu tetua Makkah yang berpengaruh dari Bani Makhzum. Ia memiliki beberapa orang saudara, di antaranya adalah Zaid bin Khattab dan Fatimah binti Khattab. Nasab Umar diperkirakan bertemu dengan nasab nabi Islam Muhammad di kakeknya yang bernama Ka'ab bin Lu'ayy.[143]

Umar tercatat menikahi sembilan wanita selama hidupnya, dua ata tiga di antaranya diceraikan dan beberapa di antaranya meninggal dunia. Dari pernihakannya, ia mempunyai empat belas anak: sepuluh putra dan empat putri.

  • Zainab binti Mazh'un. Dia berasal dari Bani Jumah.[144]:204 Zainab menikah dengan ʿUmar sebelum tahun 605.[145]:56 Tidak diketahui sikap Zainab terhadap Islam maupun waktu pasti dirinya menjadi mualaf. Saat ʿUmar hijrah ke Madinah pada 622, sebagian catatan tidak menyertakan seorang wanitapun dari keluarga ʿUmar yang turut serta[146]:218 sehingga diasumsikan bahwa Zainab telah meninggal bila mengacu pendapat ini. Namun menurut penuturan putra ʿUmar, 'Abdullah, dia hijrah bersama kedua orangtuanya.[147] ʿUmar menceraikan dua istrinya yang lain pada 628 atas perintah Muhammad yang tidak memperkenankan mempertahankan pernikahan dengan orang musyrik, sehingga Zainab pasti telah menjadi Muslimah jika dia masih hidup pada saat tersebut. Anak-anak ʿUmar dari Zainab adalah: Abdullah, salah satu sahabat terkemuka, Abdurrahman al-Akbar dan Hafshah, istri Muhammad.[148]
  • Ummu Kultsum binti Jarwal, juga dikenal dengan Mulaikah. Dia berasal dari Bani Khuza'ah.[144]:204 Dia menikah dengan ʿUmar sebelum tahun 616.[149]:92 Ummu Kultsum turut serta hijrah ke Madinah meski masih menyembah berhala.[146]:218[146]:510[150] Segera setelah Perjanjian Hudaibiyyah pada 628, Muhammad tidak memperkenankan umat Muslim mempertahankan pernikahan dengan orang musyrik sehingga ʿUmar kemudian menceraikan Ummu Kultsum. Ummu Kultsum kembali ke Makkah setelah perceraian tersebut.[144]:204[146]:510[150] Dia adalah ibu dari Ubaidillah bin Umar.
  • Quraibah binti Abu Umayyah. Dia berasal dari Bani Makhzum. Ayah Quraibah, Abu Umayyah bin Al-Mughirah, adalah pemimpin Makkah pada awal abad ketujuh. Ibunya, Atikah binti 'Utbah, berasal dari Bani Abdu Syams. Quraibah juga merupakan saudari seayah dari Ummu Salamah Hindun, istri Muhammad. Hindun binti 'Utbah adalah bibi Quraibah dari pihak ibu. Quraibah menikah dengan ʿUmar sebelum tahun 616 dan ʿUmar menjadi suami keduanya. Quraibah berstatus penyembah berhala saat hijrah ke Madinah. Setelahnya, Quraibah menikah dengan Mu'awiyah bin Abu Sufyan dan pernikahan ketiganya juga berakhir dengan perceraian.[149]:92[150] Setelahnya Quraibah menikah dengan putra Abu Bakar Ash-Shiddiq, 'Abdurrahman.[151] Ia tidak memiliki anak dari ʿUmar. Dia diceraikan oleh ʿUmar pada 628.[146]
  • Jamilah binti Tsabit, nama aslinya adalah 'Ashiyah. Dia berasal dari Bani Aus dari pihak ayah dan ibu.[152][153] Jamilah dan ibunya, Asy-Syamus binti Abu Amir, adalah termasuk dari sepuluh wanita yang berbaiat pada Muhammad pada 622.[154] Muhammad kemudian memberinya nama baru, Jamilah, yang berarti 'cantik'.[155] Dia menikah dengan ʿUmar antara tahun 627 sampai 628.[156] Pada satu kesempatan, Jamilah meminta uang kepada ʿUmar dan ʿUmar melaporkan pada Muhammad bahwa dia menampar Jamilah sampai jatuh lantaran istrinya tersebut meminta sesuatu yang dia tidak miliki.[157] Dia adalah ibu dari Ashim bin Umar, kakek dari ʿUmar bin 'Abdul 'Aziz, Khalifah Umayyah kedelapan. Pernikahan Umar dan Jamilah berakhir dengan perceraian.[156][158][159]
  • Atikah binti Zaid. Dia berasal dari Bani 'Adi.[145] 'Atikah termasuk sahabat Nabi dan juga seorang penyair. Dia total menikah lima kali dan ʿUmar adalah suami ketiganya. Suami pertamanya adalah Zaid, saudara ʿUmar sendiri, dan suami keduanya adalah 'Abdullah bin Abu Bakar yang meninggal pada tahun 633. 'Atikah sendiri berada di masjid dan menyaksikan saat ʿUmar ditikam yang berujung pada kematiannya pada 644. Pernikahannya dengan Umar dikaruniai seorang anak yang diberi nama Iyadh. Setelah kematian Umar, Atikah menikah dengan Zubair bin 'Awwam yang kemudiam gugur di Perang Jamal pada tahun 656. Atikah kemudian menikah dengan Husain, cucu Muhammad. 'Atikah meninggal pada tahun 672.[160]
  • Ummu Hakim binti al-Harits. Dia berasal dari Bani Makhzum. ʿUmar sendiri adalah suami ketiga Ummu Hakim. Suami pertamanya adalah Ikrimah bin Abu Jahal dan suami keduanya adalah Khalid bin Sa'id. Pada Perang Marj Ash-Shaffar (634) antara pihak kekhalifahan dengan Kekaisaran Romawi Timur yang menewaskan suami keduanya, Ummu Hakim turut serta dalam perang dan membunuh tujuh prajurit Romawi dengan tiang tenda di dekat jembatan yang kemudian dikenal dengan Jembatan Ummu Hakim dekat Damaskus.[161][162] Ia dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Fatimah.
  • Ummu Kultsum binti Ali atau Zainab as-Sughra. Dia adalah cucu Muhammad, putri Fatimah az-Zahra dan 'Ali bin Abi Thalib. ʿUmar memberikan mahar untuk pernikahannya dengan Ummu Kulstum sebesar 40.000 dirham[163] dan mereka hidup sebagai suami istri pada tahun 638.[164] Tercatat Ummu Kultsum pernah memberikan hadiah parfum kepada Permaisuri Martina, istri Kaisar Romawi Timur Heraklius. Sebagai balasan, Martina menghadiahi kalung kepada Ummu Kultsum. Namun ʿUmar yang percaya bahwa istrinya tak seharusnya ikut campur dalam urusan kenegaraan akhirnya menyerahkan kalung tersebut ke dalam perbendaharaan negara.[165] Dalam sudut pandang Syi'ah, pernikahan antara Ummu Kulstum dan ʿUmar adalah kisah rekaan.[166] Ia dikaruniai dua orang anak, Zaid dan Ruqayyah.
  • Luhyah, seorang wanita Yaman. Al-Waqidi menyatakan bahwa dia adalah seorang budak-selir.[167] Ia dikaruniai anak yang diberi nama Abdurrahman.
  • Rukayhah, seorang budak-selir.[168] Pernikahannya dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Zainab.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Ibnu Sa'ad 2013, hlm. 281.
  2. ^ ath-Thabari, Muhammad bin Jarir (1994). The History of al-Tabari Vol. 14: The Conquest of Iran A.D. 641-643/A.H. 21-23》The Events of the Year 23;The Sources of [the Conflicting Report of Umar's Death]. Diterjemahkan oleh G. Rex Smith. Albany, New York: SUNY Press. hlm. 93-95. ISBN 978-07-91-41294-7. Diakses tanggal 23 August 2020. 
  3. ^ Levi Dela Vida & Bonner 2000, hlm. 820.
  4. ^ Ibnu Hajar al-Asqalani, Ahmad bin Ali. Lisanul Mizan: *Umar bin al-Khattab al-Adiyy.
  5. ^ Abdul Ghani, M. Ilyas. 2005. op cit. Hal. 39-41.
  6. ^ Ash-Shallabi, hlm. 16.
  7. ^ Ja'farian, Rasul (2004). Sejarah Islam: sejak wafat Nabi s.a.w hingga runtuhnya Dinasti Bani Umayah (11 - 132 H). Lentera. ISBN 979-3018-77-1. 
  8. ^ Hourani (1991), hlm. 23.
  9. ^ Dubnow, Simon (1968). History of the Jews: From the Roman Empire to the Early Medieval Period. 2. Cornwall Books. hlm. 326. ISBN 978-0-8453-6659-2. 
  10. ^ Ahmed, Nazeer, Islam in Global History: From the Death of Prophet Muhammad to the First World War, American Institute of Islamic History and Cul, 2001, p. 34. ISBN 0-7388-5963-X.
  11. ^ Bonner, M.; Levi Della Vida, G. "Umar (I) b. al-K̲h̲aṭṭāb". Dalam P. Bearman; Th. Bianquis; C.E. Bosworth; E. van Donzel; W.P. Heinrichs. Encyclopaedia of Islam. 10 (edisi ke-Second). Brill. hlm. 820. 
  12. ^ "Hadith – Book of Companions of the Prophet – Sahih al-Bukhari – Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". Sunnah.com. 
  13. ^ "Hadith – Book of Companions of the Prophet – Sahih al-Bukhari – Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". Sunnah.com. 
  14. ^ Bonner, M.; Levi Della Vida, G. "Umar (I) b. al-K̲h̲aṭṭāb". Dalam P. Bearman; Th. Bianquis; C.E. Bosworth; E. van Donzel; W.P. Heinrichs. Encyclopaedia of Islam. 10 (edisi ke-Second). Brill. hlm. 820. Shi'i tradition has never concealed its antipathy to Umar for having thwarted the claims of Ali and the House of the Prophet. 
  15. ^ "Umar Ibn Al-Khattab : His Life and Times, Volume 1". archive.org. 
  16. ^ Qazi, Moin. Umar Al Farooq: Man and Caliph (dalam bahasa Inggris). Notion Press. ISBN 9789352061716. 
  17. ^ a b c (Haykal 1944) Chapter 1, p. 45.
  18. ^ Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Sejarah Para Nabi dan Raja
  19. ^ Tabqat ibn Sa'ad. Chapter: Umar ibn Khattab.
  20. ^ Haykal, 1944. Chapter 1, pp. 40–41.
  21. ^ Haykal, 1944. Chapter 1, p. 47.
  22. ^ a b c Haykal, 1944. Chapter 1, p. 51
  23. ^ Haykal, 1944. Chapter 1, p. 53.
  24. ^ "Umar's Conversion to Islam". Al-Islam.org. 10 November 2013. Diakses tanggal 4 August 2016. 
  25. ^ as-Suyuti, The History of Khalifahs Who Took The Right Way (London, 1995), pp. 107–108.
  26. ^ Al Mubarakpury, Safi ur Rahman (2002). Ar-Raheeq Al-Makhtum (The Sealed Nectar). Darussalam. hlm. 130–131. ISBN 9960-899-55-1. 
  27. ^ a b Tartib wa Tahthib Kitab al-Bidayah wan-Nihayah by Ibnu Katsir, published by Dar al-Wathan publications, Riyadh Kingdom of Saudi Arabia, 1422 Anno hegiræ (2002), compiled by Muhammad ibn Shamil as-Sulami, p. 170, ISBN 978-9960-28-117-9
  28. ^ a b Armstrong (), hlm. 35.
  29. ^ Aadil 2015, hlm. 30.
  30. ^ Aadil 2015, hlm. 119.
  31. ^ Armstrong (), hlm. 152.
  32. ^ "Khalifa Umar:Early Life in Madina". alim.org. Diakses tanggal 2023-04-19. 
  33. ^ Aadil 2015, hlm. 40–41.
  34. ^ Aadil 2015, hlm. 42.
  35. ^ a b Tabqat ibn al-Saad book of Maghazi, p. 62
  36. ^ Sahih-al-Bhukari book of Maghazi, Ghazwa Zaat-ul-Sallasal
  37. ^ Aadil 2015, hlm. 56.
  38. ^ a b as-Suyuti, Jalaluddin (2008). The History of Khalifahs Who Took The Right Way. London: Ta-Ha Publishers Ltd. hlm. 54–61. ISBN 978-1897940259. 
  39. ^ "The Biography of Abu Bakr As-Siddeeq". archive.org. 2007. 
  40. ^ a b "Hadith – Book of Companions of the Prophet – Sahih al-Bukhari – Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". Sunnah.com. 26 April 2012. Diakses tanggal 29 January 2019. 
  41. ^ a b c d e Madelung (1997), hlm. [halaman dibutuhkan].
  42. ^ a b The History of al-Tabari. State University of New York Press. 1990. 
  43. ^ a b Madelung (1997), hlm. 33.
  44. ^ Madelung (1997), hlm. 22.
  45. ^ "Umar at Ismaili sect". Institute of Ismaili Studies. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 July 2015. Diakses tanggal 8 August 2013. 
  46. ^ Madelung (1997), hlm. 43.
  47. ^ a b c Holland, Tom (2013). In the shadow of the sword, The Battle for Global Empire and the End of the Ancient World. Abacus. hlm. 381–382. ISBN 978-0-349-12235-9. 
  48. ^ Sebeos 139
  49. ^ Medieval Islamic political thought, Patricia Crone, p. 18
  50. ^ a b "Hadith – Book of Judgments (Ahkaam) – Sahih al-Bukhari – Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". Sunnah.com. 
  51. ^ "The Biography of Abu Bakr As-Siddeeq". archive.org. 2007. 
  52. ^ Aadil 2015, hlm. 58–59.
  53. ^ Blankinship, Khalid Yahya, ed. (1993). The History of al-Ṭabarī, Volume XI: The Challenge to the Empires. Seri SUNY dalam Studi Timur Dekat. Albany, New York: State University of New York Press. hlm. 157. ISBN 978-0-7914-0851-3. 
  54. ^ Early caliphate, Muhammad Ali, Muḥammad Yaʿqūb K̲h̲ān, p. 85
  55. ^ 'ʿUmar Farooq-i-Azam, Mohammad Hussain Haikal, chapter 4, pp. 112–113
  56. ^ Blankinship 1993, hlm. 145-153.
  57. ^ "Islamic history of Khalifa Abu Bakr – Death of Abu Bakr | Al Quran Translations | Alim". www.alim.org. 
  58. ^ (Haykal 1944) Chapter 5, p. 119.
  59. ^ Modern Islamic political thought, Hamid Enayat, p. 6.
  60. ^ (Haykal 1944) Chapter 5, p. 130.
  61. ^ (Haykal 1944) Chapter 5, p. 135.
  62. ^ (Haykal 1944) Chapter 5, p. 140.
  63. ^ The Cambridge History of Islam, ed. P.M. Holt, Ann K.S. Lambton, and Bernard Lewis, Cambridge 1970
  64. ^ Commanding right and forbidding wrong in Islamic thought, M. A. Cook, p. 79
  65. ^ Al-Buraey, Muhammad (2002). Administrative Development: An Islamic Perspective. Routledge. hlm. 248–249. ISBN 978-0-7103-0333-2. 
  66. ^ Essid, Yassine (1995). A Critique of the Origins of Islamic Economic Thought. Brill. hlm. 24, 67. ISBN 978-90-04-10079-4. 
  67. ^ "The Precious Pearls" by Muhammad Ayub Sipra, Darussalam publishers and distributors, 2002, p. 57.
  68. ^ "Umar Ibn Al-Khattab : His Life and Times, Volume 2". 
  69. ^ Koehler, Benedikt (17 June 2014). Early Islam and the Birth of Capitalism (dalam bahasa Inggris). Lexington Books. hlm. 78. ISBN 9780739188835. 
  70. ^ "History Of Science And Technology In Islam". History-science-technology.com. Diakses tanggal 29 January 2019. 
  71. ^ Book of the Thousand Nights and One Night, E. P. Mathers, p. 471
  72. ^ a b Simha Assaf, Meqorot u-Meḥqarim be-Toldot Yisrael, Jerusalem 1946, pp. 20–21 (Hebrew and Judeo-Arabic)
  73. ^ Giorgio Levi Della Vida and Michael Bonner, Encyclopaedia of Islam.
  74. ^ Madelung (1997), hlm. 74.
  75. ^ The origins of Islamic jurisprudence, Harald Motzki, Marion
  76. ^ Hakim Muhammad Said (1981). "The History of the Islamic Calendar in the Light of the Hijra". Ahlul Bayt Digital Islamic Library Project. Diakses tanggal 2006-12-16. 
  77. ^ The History of al-Tabari, vol. XII, Albany: State University of New York Press 2007, pp. 194–195
  78. ^ Al-Fasi, D. (1936). Solomon L. Skoss, ed. The Hebrew-Arabic Dictionary of the Bible, Known as 'Kitāb Jāmiʿ al-Alfāẓ' (Agron) (dalam bahasa Ibrani). 1. New Haven: Yale University Press. hlm. xxxix – xl (Introduction). OCLC 745093227. 
  79. ^ Medieval Islamic Civilization, Josef W. Meri, Jere L. Bacharach, p. 844
  80. ^ Numani, Shibli; Numani, Muhammad Shibli (6 November 2004). Umar: Makers of Islamic Civilization (dalam bahasa Inggris). I.B.Tauris. hlm. 44–45. ISBN 9781850436706. 
  81. ^ "Life and Works of 2nd Caliph Umar Al Khattab" (PDF). Langat Singh College, MUZAFFARPUR, India. 
  82. ^ (Haykal 1944) Chapter 22.
  83. ^ (Haykal 1944) Chapter 21.
  84. ^ Dols, M. W. (July–September 1974). "Plague in Early Islamic History". Journal of the American Oriental Society. 94 (3): 371–383. doi:10.2307/600071. ISSN 0003-0279. JSTOR 600071. 
  85. ^ Ahmad, Abdul Basit (6 September 2017). Umar bin Al Khattab – The Second Caliph of Islam. Darussalam. ISBN 9789960861081 – via Google Books. 
  86. ^ Khālid, Khālid Muḥammad (1 February 2005). Men Around the Messenger. The Other Press. ISBN 9789839154733 – via Google Books. 
  87. ^ Ali, Maulana Muhammad (16 April 2015). The Living Thoughts of the Prophet Muhammad. ISBN 9781934271223. 
  88. ^ Al-Buraey, Muhammad (6 September 1985). Administrative Development: An Islamic Perspective. KPI. ISBN 9780710303332 – via Google Books. 
  89. ^ The challenge of Islamic renaissance By Syed Abdul Quddus
  90. ^ Al-Buraey, Muhammad (6 September 1985). Administrative Development: An Islamic Perspective. KPI. ISBN 9780710300591 – via Google Books. 
  91. ^ Akgündüz, Ahmed; Öztürk, Said (2011). Ottoman History. ISBN 9789090261089. 
  92. ^ Esposito (2010), hlm. 38.
  93. ^ Hofmann (2007), hlm. 86.
  94. ^ Islam: An Illustrated History By Greville Stewart Parker Freeman-Grenville, Stuart Christopher Munro-Hay, p. 40
  95. ^ R. B. Serjeant, "Sunnah Jami'ah, pacts with the Yathrib Jews, and the Tahrim of Yathrib: analysis and translation of the documents comprised in the so-called 'Constitution of Medina'", Bulletin of the School of Oriental and African Studies (1978), 41: 1–42, Cambridge University Press.
  96. ^ Watt. Muhammad at Medina and R. B. Serjeant "The Constitution of Medina." Islamic Quarterly 8 (1964) p.4.
  97. ^ "Madinah Peace Treaty" – via Scribd. 
  98. ^ El-Hibri 2010, hlm. 109
  99. ^ Smith, G. Rex, ed. (1994). The History of al-Ṭabarī, Volume XIV: The Conquest of Iran, A.D. 641–643/A.H. 21–23. Seri SUNY dalam Studi Timur Dekat. Albany, New York: State University of New York Press. hlm. 90. ISBN 978-0-7914-1293-0.  lihat El-Hibri 2010, hlm. 109. Lihat Caetani 1905–1926, vol. V, hlm. 216.
  100. ^ El-Hibri 2010, hlm. 109.
  101. ^ a b Pellat 2011.
  102. ^ Levi Della Vida & Bonner 1960–2007; Pellat 2011.
  103. ^ Madelung 1997, hlm. 69 (lihat hlm. 404, dimana Madelung menyebutnya "Jufayna al-Naṣrānī" dari al-Hirah).
  104. ^ Madelung 1997, hlm. 69–70
  105. ^ Madelung 1997, hlm. 69.
  106. ^ Crone 2001, hlm. 4.
  107. ^ Madelung 1997, hlm. 71.
  108. ^ Jafri 1979, hlm. 51.
  109. ^ Afsaruddin 2013, hlm. 44.
  110. ^ a b Halm 1997, hlm. 4.
  111. ^ a b c "Hadrat Umar Farooq" by Masud-Ul-Hasan
  112. ^ Lisan al-Arab 4/196
  113. ^ a b ibn Sa'ad, 3/ 324
  114. ^ Perlmann, Moshe, ed. (1987). The History of al-Ṭabarī, Volume IV: The Ancient Kingdoms. Seri SUNY dalam Studi Timur Dekat. Albany, New York: State University of New York Press. hlm. 196. ISBN 978-0-88706-181-3. 
  115. ^ "Umar I | Muslim caliph". Encyclopedia Britannica. Diakses tanggal 22 August 2017. 
  116. ^ "Umar ibn al-Khattab". jewishvirtuallibrary.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 22 August 2017. 
  117. ^ Crawford, Peter (16 July 2013). The War of the Three Gods: Romans, Persians and the Rise of Islam. Pen and Sword. hlm. 119. ISBN 9781473828650. 
  118. ^ Islamic Imperialism, Efraim Karsh, p. 25
  119. ^ Lock (2003), hlm. 70.
  120. ^ History of al-Tabari Vol. 15, The Crisis of the Early Caliphate: The Reign of 'Uthman A.D. 644-656/A.H. 24–35. SUNY Press. 16 June 2015. ISBN 9781438407289 – via Google Books. 
  121. ^ Ramadani, Veland; Dana, Léo-Paul; Gërguri-Rashiti, Shqipe; Ratten, Vanessa (2 September 2016). Entrepreneurship and Management in an Islamic Context (dalam bahasa Inggris). Springer. hlm. 27. ISBN 9783319396798. 
  122. ^ Goldschmidt, Arthur Jr.; Boum, Aomar (7 July 2015). A Concise History of the Middle East (dalam bahasa Inggris). Avalon Publishing. hlm. 48–49. ISBN 9780813349633. 
  123. ^ Mohtsham, Saeed M., Vision and Visionary Leadership – An Islamic Perspective
  124. ^ Gibbon, Edward (1833). The History of the Decline and Fall of the Roman Empire, Volume III. Harper. hlm. 410. 
  125. ^ a b "Umar Ibn Al-Khattab : His Life and Times, Volume 2". 
  126. ^ "Umar Ibn Al-Khattab: His Life and Times, Volume 1". archive.org. 
  127. ^ "Umar Ibn Al-Khattab : His Life and Times, Volume 2". archive.org. 
  128. ^ Tartib wa Tahthib Kitab al-Bidayah wan Nihayah by Ibnu Katsir, published by Dar al-Wathan publications, Riyadh, Saudi Arabia, 1422 AH (2002), compiled by Muhammad ibn Shamil as-Sulami, p. 168
  129. ^ as-Suyuti, The History of the Khalifas Who Took the Right Way, p. 112.
  130. ^ "Shia Islam's Holiest Sites". 25 April 2017. 
  131. ^ The World Factbook (2010).
  132. ^ Gibbon, Edward (1788). "50. Mahomet". The History of the Decline and Fall of the Roman Empire. In their private converse, in their public worship, they bitterly execrate the three usurpers who intercepted his indefeasible right to the dignity of Imam and Caliph; and the name of Umar expresses in their tongue the perfect accomplishment of wickedness and impiety. The Sonnites, who are supported by the general consent and orthodox tradition of the Mussulmans, entertain a more impartial, or at least a more decent, opinion. They respect the memory of Abu Bakr, Umar, Othman, and Ali the holy and legitimate successors of the prophet. But they assign the last and most humble place to the husband of Fatima, in the persuasion that the order of succession was determined by the decrees of sanctity. [Dalam percakapan pribadi mereka, dalam ibadah umum mereka, mereka dengan kejam mengutuk tiga perampas yang mencegat haknya yang tidak dapat dicabut atas martabat Imam dan Khalifah; dan nama Umar mengungkapkan di lidah mereka pencapaian sempurna dari kejahatan dan ketidaksopanan. Orang -orang Sonnit, yang didukung oleh persetujuan umum dan tradisi ortodoks Muslim, memiliki pendapat yang lebih tidak memihak, atau setidaknya lebih baik. Mereka menghormati ingatan Abu Bakar, Umar, Otsman, dan Ali para penerus nabi yang suci dan sah. Tetapi mereka memberikan tempat terakhir dan paling rendah hati kepada suami Fatima, dengan keyakinan bahwa urutan suksesi ditentukan oleh ketetapan kesucian.] 
  133. ^ Momen, Moojan (1985). An Introduction to Shiʿi Islam: The History and Doctrines of Twelver Shiʿism. hlm. 19. ISBN 978-0-300-03531-5. 
  134. ^ The Conference of Baghdad's Ulema. hlm. 45. ISBN 9781605067087. 
  135. ^ Walbridge, Linda S. (30 August 2001). The Most Learned of the Shiʿa: The Institution of the Marjaʿ Taqlid. Oxford University Press. hlm. 211. ISBN 9780195137996. 
  136. ^ "تدلیس شبکه وهابی در سخنان آقای محمد حسین فضل الله". آپارات. 
  137. ^ "شایعات – کلیپ رد هجوم به منزل حضرت زهرا(س)، توسط آیت الله سید حسین فضل الله ! / شایعه 0717". shayeaat.ir. 11 March 2017. [pranala nonaktif permanen]
  138. ^ Ruthven, Malise (20 April 2006). Islam in the World. Oxford University Press. hlm. 186. ISBN 9780195305036. 
  139. ^ Alī Shīrī (1991). Kitāb al-Futūḥ by Aḥmad ibn Aʿtham al-Kūfī. 8 (edisi ke-1st). Lebanon: Dār al-ḍwāʾ. hlm. 289. 
  140. ^ The waning of the Umayyad caliphate by Tabarī, Carole Hillenbrand, 1989, pp. 37–38
  141. ^ The Encyclopedia of Religion Vol. 16, Mircea Eliade, Charles J. Adams, Macmillan, 1987, p. 243. "They were called "Rafida by the followers of Zayd"
  142. ^ Imbert, Frédéric (2019). "Espaces de liberté et contraintes graphiques dans les graffiti du début de l'islam". Savants, amants, poètes et fous : Séances offertes à Katia Zakharia. Beirut: Presses de l’Ifpo. hlm. 161–174. doi:10.4000/books.ifpo.13413. ISBN 9782351595503. 
  143. ^ "Sejarah Peradaban Islam Masa Umar bin Khattab – Universitas Islam An Nur Lampung". an-nur.ac.id. Diakses tanggal 2024-01-23. 
  144. ^ a b c Ibnu Sa'ad, Muhammad (2013). Kitab al-Tabaqat al-Kabir: The Companions of Badr. 3. Diterjemahkan oleh Bewley, Aisha. London: Ta-Ha Publishers. ISBN 978-1-84200-133-2. 
  145. ^ a b Ibn Sa'ad, Muhammad (1995). Kitab al-Tabaqat al-Kabir:The Women of Madina. 8. Diterjemahkan oleh Bewley, Aisha. London: Ta-Ha Publishers. ISBN 978-1-89794-024-2. 
  146. ^ a b c d e Muhammad ibn Ishaq. Sirat Rasul Allah. Translated by Guillaume, A. (1955). The Life of Muhammad. Oxford: Oxford University Press.
  147. ^ Ibn Hajar al-Asqalani. Al-Isaba fi tamyiz al-Sahaba, vol. 7 #11250.
  148. ^ Ash-Shallabi, hlm. 15.
  149. ^ a b Muhammad ibn Jarir al-Tabari. Tarikh al-Rusul wa'l-Muluk. Translated by Fishbein, M. (1998). Volume 8: The Victory of Islam. Albany: State University of New York Press.
  150. ^ a b c Bukhari 3:50:891.
  151. ^ Malik ibn Anas. Al-Muwatta 29:14.
  152. ^ Muhammad ibn Saad. Kitab al-Tabaqat al-Kabir vol. 3. Translated by Bewley, A. (2013). The Companions of Badr, hlm. 204. London: Ta-Ha Publishers.
  153. ^ Muhammad ibn Saad. Kitab al-Tabaqat al-Kabir vol. 8. Translated by Bewley, A. (1995). The Women of Madina, hlm. 7, 235, 236. London/Ta-Ha Publishers.
  154. ^ Ibn Saad/Bewley vol. 8 hlm. 7.
  155. ^ Ibn Saad/Bewley vol. 3 hlm. 204.
  156. ^ a b Fishbein, Michael, ed. (1997). The History of al-Ṭabarī, Volume VIII: The Victory of Islam: Muḥammad at Medina A.D. 626–630/A.H. 5–8. Seri SUNY dalam Studi Timur Dekat. Albany, New York: State University of New York Press. hlm. 95. ISBN 978-0-7914-3149-8. 
  157. ^ Ibn Saad/Bewley vol. 8 hlm. 131.
  158. ^ Muwatta 37:6.
  159. ^ Smith, G. Rex, ed. (1994). The History of al-Ṭabarī, Volume XIV: The Conquest of Iran, A.D. 641–643/A.H. 21–23. Seri SUNY dalam Studi Timur Dekat. Albany, New York: State University of New York Press. hlm. 100-101. ISBN 978-0-7914-1293-0. 
  160. ^ Ahmed, L. (1992). Women and Gender in Islam: Historical Roots of a Modern Debate, hlm. 76. New Haven & London: Yale University Press.
  161. ^ The Qurʼan, Women, and Modern Society - Asgharali Engineer - Google Books. Books.google.co.in. Diakses tanggal 2014-01-18. 
  162. ^ Women and Gender in Islam: Historical Roots of a Modern Debate - Leila Ahmed - Google Books. Books.google.com. Diakses tanggal 2014-01-18. 
  163. ^ Muhammad ibn Jarir al-Tabari. Tarikh al-Rusul wa'l-Muluk. Translated by Smith, G. R. (1994). Volume 14: The Conquest of Iran, hlm. 101. Albany: State University of New York Press.
  164. ^ Muhammad ibn Jarir al-Tabari. Tarikh al-Rusul wa'l-Muluk. Translated by Juynboll, G. H. A. (1989). Volume 13: The Conquest of Iraq, Southwestern Persia, and Egypt, hlm. 109-110. Albany: State University of New York Press.
  165. ^ Muhammad ibn Jarir al-Tabari. Tarikh al-Rusul wa'l-Muluk. Translated by Humphreys, R. S. (1990). Volume 15: The Crisis of the Early Caliphate, hlm. 28. Albany: State University of New York Press
  166. ^ Umar's Marriage to Umm Kulthum in Shiite Narrations. (n.d) Retrieved from https://www.al-islam.org/critical-assessment-umm-kulthums-marriage-umar-sayyid-ali-al-husayni-al-milani/section-4-umars.
  167. ^ az-Zubairi, Mush'ab bin Abdullah. Nasab Quraisy. hlm. 349. 
  168. ^ Ibnu Katsir (2002). Kitab al-Bidayah wan-Nihayah. Dar al-Wathan publications. hlm. 168. ISBN 9960-28-117-5. 

Bibliografi

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Umar bin Khattab
Cabang kadet Quraisy
Lahir: sekitar 584 Meninggal: 3 November 644
Jabatan Islam Sunni
Didahului oleh:
Abu Bakar Ash-Shiddiq
Khalifah
23 Agustus 634 – 3 November 644
Diteruskan oleh:
'Utsman bin 'Affan