Indonesia: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
→Kepustakaan: perbaikan deskripsi |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{redirect2|Negara Kesatuan Republik Indonesia|Republik Indonesia|kegunaan lain|Indonesia (disambiguasi)}} |
|||
{{pp-move}} |
|||
{{ |
{{Pp-protected}} |
||
{{Pp-vandalism}} |
|||
{{disambiginfo|{{PAGENAME}}|Id (disambiguasi)}} |
|||
{{Indonesia infobox}} |
|||
{{redirect|RI}} |
|||
'''Indonesia''', dengan nama resmi '''Republik Indonesia''',{{efn|name=fn1|Republik Indonesia adalah nama resmi yang paling sering digunakan, meskipun nama [[Sejarah nama Indonesia|Negara Kesatuan Republik Indonesia]] (NKRI) juga tampil dalam beberapa dokumen resmi.}} adalah sebuah [[negara kepulauan]] di [[Asia Tenggara]] yang dilintasi garis [[khatulistiwa]] dan berada di antara daratan benua [[Asia]] dan [[Oseania]] sehingga dikenal sebagai [[negara lintas benua]], serta antara [[Samudra Pasifik]] dan [[Samudra Hindia]]. |
|||
{{Indo infobox}} |
|||
'''Republik Indonesia''' disingkat '''RI''' atau '''Indonesia''' adalah negara di [[Asia Tenggara]] yang dilintasi garis [[khatulistiwa]] dan berada di antara benua [[Asia]] dan [[Australia]] serta antara [[Samudra Pasifik]] dan [[Samudra Hindia]]. Indonesia adalah negara [[kepulauan]] terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau,<ref>[http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/10/18/1/188980/Jumlah-Pulau-di-Indonesia-Berkurang-4.042-Buah Jumlah Pulau di Indonesia 'Berkurang' 4.042 Buah]. Metrotvnews. Jum'at, 18 Oktober 2013. Diakses 20 Oktober 2013.</ref> Nama alternatif yang biasa dipakai adalah [[Nusantara]].<ref name=Kroef>{{cite journal |title=The Term Indonesia: Its Origin and Usage |journal=Journal of the American Oriental Society |author=Justus M. van der Kroef |volume=71 |issue=3 |pages=166–171 |year=1951 |url=http://links.jstor.org/sici?sici=0003-0279%28195107%2F09%2971%3A3%3C166%3ATTIIOA%3E2.0.CO%3B2-5 |doi=10.2307/595186}}</ref> Dengan populasi sekitar sebesar 260 juta jiwa pada tahun 2013,<ref>Biro Pusat Statistik [http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=12¬ab=1 bps.go.id]</ref> Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk [[Muslim]] terbesar di dunia, sekitar 230 juta meskipun secara resmi bukanlah [[Republik Islam|negara Islam]]. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah [[republik]], dengan [[Dewan Perwakilan Rakyat]], [[Dewan Perwakilan Daerah]] dan [[Presiden Indonesia|Presiden]] yang dipilih langsung. |
|||
Indonesia merupakan [[daftar negara menurut luas wilayah|negara terluas ke-14]] sekaligus [[daftar negara kepulauan|negara kepulauan terbesar di dunia]] dengan luas wilayah sebesar 1.904.569 km²,<ref>{{Cite web|first=United Nations - Department of Economic and Social Affairs|title=Demographic Yearbook 72nd Issue|url=https://unstats.un.org/unsd/demographic-social/products/dyb/dybsets/2021.pdf|website=United Nations - Department of Economic and Social Affairs|access-date=30 Januari 2023|archive-date=2023-01-30|archive-url=https://web.archive.org/web/20230130110720/https://unstats.un.org/unsd/demographic-social/products/dyb/dybsets/2021.pdf|dead-url=no}}</ref> serta negara dengan pulau terbanyak ke-6 di dunia, dengan jumlah 17.504 pulau.<ref>{{cite web|date=5 Oktober 2020|title=Which Countries Have The Most Islands?|url=https://www.worldatlas.com/articles/which-countries-have-the-most-islands.html|website=World Atlas|language=en-US|access-date=23 April 2022|archive-date=2022-01-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20220124203917/https://www.worldatlas.com/articles/which-countries-have-the-most-islands.html|dead-url=no}}</ref> Nama alternatif yang dipakai untuk kepulauan Indonesia disebut [[Nusantara]].<ref name="Kroef">{{cite journal|author=Justus M. van der Kroef|date=1951|title=The Term Indonesia: Its Origin and Usage|url=http://links.jstor.org/sici?sici=0003-0279%28195107%2F09%2971%3A3%3C166%3ATTIIOA%3E2.0.CO%3B2-5|dead-url=no|journal=Journal of the American Oriental Society|volume=71|issue=3|pages=166–171|doi=10.2307/595186|archive-url=https://web.archive.org/web/20200410201834/http://links.jstor.org/sici?sici=0003-0279%28195107%2F09%2971%3A3%3C166%3ATTIIOA%3E2.0.CO%3B2-5|archive-date=10 April 2020|access-date=2 Agustus 2008}}</ref> Selain itu, Indonesia juga menjadi [[daftar negara menurut jumlah penduduk|negara berpenduduk terbanyak ke-4 di dunia]] dengan penduduk mencapai 275.344.166 jiwa pada tahun 2022,<ref>{{cite web|url=https://dukcapil.kemendagri.go.id/page/read/data-kependudukan|publisher=[[Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia]]|title=Data Kependudukan|access-date=15 September 2024}}</ref> serta negara dengan penduduk beragama [[Islam]] [[Islam menurut negara|terbanyak di dunia]] setelah Pakistan, dengan penganut lebih dari 244 juta jiwa atau sekitar 87.1%.<ref>{{cite web| url= https://e-database.kemendagri.go.id/dataset/1203/tabel-data?page=23| title= Religion in Indonesia| access-date= 21 June 2024| archive-date= 21 June 2024| archive-url= https://web.archive.org/web/20240621091542/https://e-database.kemendagri.go.id/dataset/1203/tabel-data?page=23| url-status= live}}</ref>{{sfn|Ricklefs|2001|p=379}} Indonesia adalah negara multiras, multietnis, dan multikultural di dunia, seperti halnya [[Amerika Serikat]].<ref name=":7">{{cite web|title=Portal Jurnal Elektronik Universitas Negeri Malang|url=http://journal.um.ac.id/home/|access-date=27 Februari 2022|archive-date=2022-03-01|archive-url=https://web.archive.org/web/20220301002559/http://journal.um.ac.id/home/|dead-url=no}}</ref> Indonesia berbatasan dengan sejumlah negara di Asia Tenggara dan Oseania. Indonesia berbatasan di wilayah darat dengan [[Malaysia]] di [[Kalimantan|Pulau Kalimantan]] dan [[Pulau Sebatik|Sebatik]], dengan [[Papua Nugini]] di [[Pulau Papua]], dan dengan [[Timor Leste]] di [[Pulau Timor]]. Negara yang hanya berbatasan laut dengan Indonesia adalah [[Singapura]], [[Filipina]], [[Australia]], [[Thailand]], [[Vietnam]], [[Palau]], dan [[wilayah persatuan]] [[Kepulauan Andaman dan Nikobar]], [[India]]. |
|||
Ibu kota negara ialah [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]. Indonesia berbatasan darat dengan [[Malaysia]] di [[Pulau Kalimantan]], dengan [[Papua Nugini]] di [[Pulau Papua]] dan dengan [[Timor Leste]] di [[Pulau Timor]] (mantan bagian provinsi dari indonesia). Negara tetangga lainnya adalah [[Singapura]], [[Filipina]], [[Australia]], dan wilayah persatuan [[Kepulauan Andaman dan Nikobar]] di [[India]]. |
|||
Indonesia adalah [[negara kesatuan]] dengan bentuk pemerintahan republik berdasarkan konstitusi yang sah, yaitu [[Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945]] (UUD 1945).<ref>[https://web.archive.org/web/20220813023812/https://jdih.mkri.id/mg58ufsc89hrsg/UUD_1945_Perubahan.pdf Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam ''Satu Naskah''].</ref> Berdasarkan UUD 1945 pula, [[Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|Dewan Perwakilan Rakyat]] (DPR), [[Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia|Dewan Perwakilan Daerah]] (DPD), dan [[Presiden Indonesia|Presiden]] dicalonkan lalu dipilih dalam [[pemilihan umum]]. Ibu kota Indonesia saat ini adalah [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]. Pada tanggal 18 Januari 2022, pemerintah Indonesia menetapkan [[Nusantara (ibu kota terencana)|Ibu Kota Nusantara]] yang berada di Pulau Kalimantan, yang menempati wilayah [[Kabupaten Penajam Paser Utara]], untuk menggantikan Jakarta sebagai ibu kota yang baru.<ref>{{cite news|date=18 Januari 2022|title=RUU Ibu Kota Negara Sah Jadi Undang-Undang|url=https://www.republika.co.id/berita/r5w6fc428/ruu-ibu-kota-negara-sah-jadi-undangundang|work=Republika|language=id|access-date=18 Januari 2022|archive-date=2022-04-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20220413104427/https://www.republika.co.id/berita/r5w6fc428/ruu-ibu-kota-negara-sah-jadi-undangundang|dead-url=no}}</ref> Hingga tahun 2022, proses peralihan ibu kota masih berlangsung. |
|||
Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting setidaknya sejak abad ke-7, yaitu ketika [[Kerajaan Sriwijaya]] di [[Palembang]] menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan [[Hindu]] dan [[Buddha]] telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa agama [[Islam]], serta berbagai kekuatan [[Eropa]] yang saling bertempur untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah [[Maluku]] semasa era penjelajahan samudra. Setelah berada di bawah [[masa penjajahan Belanda|penjajahan Belanda]], Indonesia yang saat itu bernama [[Hindia Belanda]] [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|menyatakan kemerdekaannya]] di akhir [[Perang Dunia II]]. Selanjutnya Indonesia mendapat berbagai hambatan, ancaman dan tantangan dari bencana alam, korupsi, separatisme, proses demokratisasi dan periode perubahan ekonomi yang pesat. |
|||
[[Sejarah Indonesia]] banyak dipengaruhi oleh bangsa-bangsa pendatang dan penjajah. Kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting sejak abad ke-7, yaitu sejak berdirinya [[Sriwijaya]], kerajaan bercorak Hinduisme-Buddhisme yang berpusat di [[Kota Palembang|Palembang]]. Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan [[Tionghoa|bangsa Tionghoa]], [[orang India|India]], dan juga [[bangsa Arab|Arab]]. Agama dan kebudayaan Hinduisme-Buddhisme tumbuh, berkembang, dan ber[[asimilasi (sosial)|asimilasi]] di kepulauan Indonesia pada awal abad ke-4 hingga abad ke-13 Masehi. Setelah itu, para pedagang sufi dan Islam sunni membawa agama dan kebudayaan Islam sekitar abad ke-8 hingga abad ke-16. Pada akhir abad ke-15, bangsa-bangsa Eropa datang ke kepulauan Indonesia dan berperang untuk memonopoli perdagangan [[rempah-rempah]] di [[Maluku]] semasa [[Abad Penjelajahan|Zaman Penjelajahan]]. Setelah berada di bawah [[Sejarah Nusantara (1800–1942)|kolonial Belanda]], Indonesia yang saat itu bernama [[Hindia Belanda]], [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|memproklamasikan kemerdekaan]] di akhir [[Perang Dunia II]], tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945. Selanjutnya, Indonesia mendapat berbagai tantangan dan persoalan berat, mulai dari [[bencana alam]], praktik korupsi yang masif, konflik sosial, gerakan [[separatisme]], proses [[demokratisasi]], dan periode pembangunan, perubahan dan perkembangan sosial–ekonomi–politik, serta [[modernisasi]] yang pesat. |
|||
Dari [[Sabang]] sampai [[Merauke]], Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama. Berdasarkan rumpun bangsa (ras), Indonesia terdiri atas bangsa asli pribumi yakni Melayu dan Papua di mana bangsa Melayu yang terbesar jumlahnya dan lebih banyak mendiami Indonesia bagian barat. Berdasarkan bangsa yang lebih spesifik, [[Suku Jawa|suku bangsa Jawa]] adalah suku bangsa yang termasuk dalam rumpun bangsa [[Melayu Deutero]] dan terbesar dengan populasi mencapai 41,7% dari seluruh penduduk Indonesia.<ref>Leo Suryadinata, Evi Nurvidya Arifin, Aris Ananta; Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape; Institute of Southeast Asian Studies, 2003</ref> Semboyan nasional Indonesia, ''"[[Bhinneka Tunggal Ika|Bhinneka tunggal ika]]"'' ("Berbeda-beda tetapi tetap satu"), berarti keberagaman yang membentuk negara. Selain memiliki populasi padat dan wilayah yang luas, Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat [[keanekaragaman hayati]] terbesar kedua di dunia. |
|||
Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama. Berdasarkan rumpun bangsa, Indonesia terdiri atas bangsa asli pribumi yakni [[Suku bangsa Austronesia|Austronesia]] dan [[Melanesia]] di mana bangsa Austronesia yang terbesar jumlahnya dan lebih banyak mendiami Indonesia bagian barat. Dengan [[suku Jawa]] dan [[Suku Sunda|Sunda]] membentuk kelompok suku bangsa terbesar dengan persentase mencapai 57% dari seluruh penduduk Indonesia.<ref>Leo Suryadinata, Evi Nurvidya Arifin, Aris Ananta; Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape; Institute of Southeast Asian Studies, 2003</ref> Semboyan nasional Indonesia, "''[[Bhinneka Tunggal Ika]]''" (Berbeda-beda tetapi tetap satu), bermakna keberagaman sosial-budaya yang membentuk satu kesatuan negara. Selain memiliki penduduk yang padat dan wilayah yang luas, Indonesia memiliki alam yang mendukung tingkat [[keanekaragaman hayati]] terbesar ke-2 di dunia. |
|||
Indonesia juga anggota dari [[PBB]] dan satu-satunya anggota yang pernah keluar dari [[PBB]], yaitu pada tanggal [[7 Januari]] [[1965]], dan bergabung kembali pada tanggal [[28 September]] [[1966]] dan Indonesia tetap dinyatakan sebagai anggota yang ke-60, keanggotaan yang sama sejak bergabungnya Indonesia pada tanggal [[28 September]] [[1950]]. |
|||
Selain [[PBB]], Indonesia juga merupakan anggota dari [[ASEAN]], [[APEC]], [[OKI]], [[G-20]] dan akan menjadi anggota dari [[OECD]]. |
|||
== Etimologi == |
== Etimologi == |
||
{{lihatpula|Sejarah nama Indonesia}} |
{{lihatpula|Sejarah nama Indonesia}} |
||
Kata "Indonesia" berasal dari [[bahasa Yunani]] kuno yaitu '' |
Kata "Indonesia" berasal dari [[bahasa Yunani]] kuno yaitu ''Indus'' yang merujuk kepada [[Sungai Indus]] di [[India]] dan ''nesos'' yang berarti "pulau".<ref name="EcoSeas1">{{cite book|last=Tomascik|first=T.|last2=Mah|first2=A.J.|year=1997|url=https://www.google.co.id/books/edition/The_Ecology_of_the_Indonesian_Seas_Part/cvPaAAAAMAAJ|title=The Ecology of the Indonesian Seas–Part One|location=Hong Kong|publisher=Periplus Editions Ltd.|isbn=962-593-078-7|url-status=live|access-date=2021-08-10|archive-date=2023-01-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20230120071715/https://www.google.co.id/books/edition/The_Ecology_of_the_Indonesian_Seas_Part/cvPaAAAAMAAJ|dead-url=no}}</ref> Jadi, kata Indonesia berarti wilayah "kepulauan India", atau kepulauan yang berada di wilayah [[Hindia]]; ini merujuk kepada persamaan antara dua bangsa tersebut (India dan Indonesia).<ref name="indoety">{{cite news|last=Anshory|first=Irfan|date=16 Agustus 2004|title=Asal Usul Nama Indonesia|url=http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0804/16/0802.htm|dead-url=no|publisher=Pikiran Rakyat|archive-url=https://web.archive.org/web/20061215190155/http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0804/16/0802.htm|archive-date=15 Desember 2006|accessdate=5 Oktober 2006}}</ref> Pada tahun 1850, [[George Windsor Earl]], seorang [[etnologi|etnolog]] berkebangsaan Inggris, awalnya mengusulkan istilah ''Indunesia'' dan ''Malayunesia'' untuk penduduk "Kepulauan Hindia atau [[Kepulauan Melayu]]".<ref name="JIAEA_1">{{cite journal|last=Earl|first=George S.W.|title = On The Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations|journal = Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA)|year=1850|pages= 119}}</ref> Murid Earl, [[James Richardson Logan]], menggunakan kata ''Indonesia'' sebagai sinonim dari ''Kepulauan India''.<ref name="JIAEA_3">{{cite journal|last=Logan|first=James Richardson|title= The Ethnology of the Indian Archipelago: Embracing Enquiries into the Continental Relations of the Indo-Pacific Islanders|url= https://archive.org/details/ethnologyIndian00Loga|journal = Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA)|year= 1850|pages = [https://archive.org/details/ethnologyIndian00Loga/page/4 4], 252–347}}</ref><ref>{{cite journal|last=Earl|first= George S.W. |
||
|title = On The Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations|journal = Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA)|year= 1850|pages= 254, 277–278}}</ref> Namun, penulisan akademik Belanda di media Hindia Belanda tidak menggunakan kata ''Indonesia'', tetapi istilah ''[[Kepulauan Melayu]]'' (''Maleische Archipel''); ''[[Hindia Belanda|Hindia Timur Belanda]]'' (''Nederlandsch Oost Indië''), atau ''Hindia'' (''Indië''); ''Timur'' (''de Oost''); dan bahkan ''Insulinde'' (istilah ini diperkenalkan tahun 1860 dalam novel ''[[Max Havelaar]]'' (1859) yang ditulis oleh [[Eduard Douwes Dekker|Multatuli]] mengenai kritik terhadap kolonialisme Belanda).<ref name="Kroef" /> |
|||
Sejak tahun |
Sejak tahun 1900, nama Indonesia menjadi lebih umum pada lingkungan akademik di luar [[Belanda]], dan golongan nasionalis Indonesia menggunakannya untuk ekspresi politik.<ref name=Kroef /> [[Adolf Bastian]] dari [[Universitas Humboldt Berlin|Universitas Berlin]] memasyarakatkan nama ini melalui buku ''Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipels, 1884–1894''. Pelajar Indonesia pertama yang menggunakannya ialah [[Ki Hadjar Dewantara|Suwardi Suryaningrat]] (Ki Hadjar Dewantara), ketika ia mendirikan kantor berita di Belanda yang bernama ''Indonesisch Pers Bureau'' pada tahun 1913.<ref name="indoety" /> |
||
== Sejarah == |
== Sejarah == |
||
{{ |
{{utama|Sejarah Indonesia|Sejarah Nusantara}} |
||
{{lihatpula|Sejarah Nusantara}} |
|||
=== |
=== Periode prasejarah === |
||
{{utama|Prasejarah Indonesia}} |
|||
Peninggalan fosil-fosil ''[[Homo erectus]]'', yang oleh [[Antropologi|antropolog]] juga dijuluki "[[Manusia Jawa]]", menimbulkan dugaan bahwa kepulauan Indonesia telah mulai berpenghuni pada antara dua juta sampai 500.000 tahun yang lalu.<ref>{{cite journal |last=Pope |title=Recent advances in far eastern paleoanthropology |journal=Annual Review of Anthropology |volume=17 |pages=43–77 |year=1988 |doi=10.1146/annurev.an.17.100188.000355}} |
|||
[[Berkas:Map of Sunda and Sahul.svg|jmpl|300x300px|Peta wilayah ''[[Sundaland]]'', [[Paparan Sahul|Sahul]], dan [[Wallacea]] pada kala [[Pleistosen]].|kiri]][[Daftar pulau di Indonesia menurut provinsi|Kepulauan Indonesia]] terbentuk melalui berbagai aktivitas [[Tektonisme|tektonis]] yang sangat kompleks sejak awal [[Masa (geologi)|masa]] [[Senozoikum]] (sekitar 66 juta tahun lalu) dan mulai mencapai bentuknya yang sekarang ketika memasuki [[Kala (geologi)|kala]] [[Pleistosen]] (sekitar 2,58 juta tahun lalu).<ref>{{cite book|last=MacKinnon|first=Kathy|year=1986|title=Alam Asli Indonesia|location=Jakarta|publisher=Penerbit PT Gramedia|page=8}}</ref> Pada kala tersebut, [[permukaan laut]] global saat itu rata-rata lebih rendah 130 meter daripada permukaan laut global sekarang,<ref>{{Cite journal|last=Ludt|first=William B.|last2=Rocha|first2=Luiz A.|date=2015-01|editor-last=Ali|editor-first=Jason|title=Shifting seas: the impacts of Pleistocene sea‐level fluctuations on the evolution of tropical marine taxa|url=https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/jbi.12416|journal=Journal of Biogeography|language=en|volume=42|issue=1|pages=25–38|doi=10.1111/jbi.12416|issn=0305-0270}}</ref> sehingga muncul [[Sundaland|Daratan Sunda]] (''Sundaland'') yang terhubung dengan daratan utama [[Asia]] dan saat ini mencakup [[Sumatra]], [[Jawa]], [[Kalimantan]], dan [[Laut|lautan-lautan]] di antaranya,<ref name="sunda-shelf">{{Cite journal|last=Heaney|first=Lawrence R.|date=1984|title=Mammalian Species Richness on Islands on the Sunda Shelf, Southeast Asia|jstor=4217198|journal=Oecologia|volume=61|issue=1|pages=11–17|pmid=28311380|doi=10.1007/BF00379083|bibcode=1984Oecol..61...11H|citeseerx=10.1.1.476.4669|s2cid=4810675}}</ref><ref>{{cite web|last=Irwanto|first=Dhani|date=29 September 2015|title=Sundaland|url=https://atlantisjavasea.com/2015/09/29/sundaland/|website=Atlantis in the Java Sea}}</ref> serta [[Paparan Sahul|Benua Sahul]] yang saat ini mencakup [[Pulau Papua]], [[Australia (benua)|Australia]], dan [[Laut Arafura]].<ref name="Dating the First Australians">{{cite journal|last1=Gillespie|first1=Richard|date=January 2002|title=Dating the First Australians|journal=Radiocarbon|volume=44|issue=2|pages=455–472|doi=10.1017/S0033822200031830|doi-access=free}}</ref><ref>{{cite book|last1=Kennett|first1=B. L. N.|last2=Chopping|first2=R.|last3=Blewett|first3=R.|date=2018|url=https://books.google.com/books?id=YxFxDwAAQBAJ|title=The Australian continent: a geophysical synthesis|location=Canberra|publisher=Australian National University Press|isbn=9781760462475}}</ref> Kedua daratan tersebut diantarai oleh [[Wallacea|Kepulauan Wallacea]] yang saat ini mencakup [[Sulawesi]], [[Kepulauan Nusa Tenggara|Nusa Tenggara]], dan [[Kepulauan Maluku|Maluku]].<ref name="Myers-etal">{{Cite journal|last1=Myers|first1=N.|last2=Mittermeier|first2=R. A.|last3=Mittermeier|first3=C. G.|last4=Da Fonseca|first4=G. A|last5=Kent|first5=J.|year=2000|title=Biodiversity hotspots for conservation priorities|url=http://wedocs.unep.org/bitstream/handle/20.500.11822/18446/Biodiversity_hotspots_for_conservation_priorit.pdf|journal=Nature|volume=403|issue=6772|pages=853–857|bibcode=2000Natur.403..853M|doi=10.1038/35002501|pmid=10706275|access-date=15 September 2019|s2cid=4414279}}</ref> Sekitar 74.000 tahun yang lalu, [[Letusan gunung|letusan dahsyat]] berskala [[Indeks Daya Ledak Vulkanik|VEI-8]] terjadi pada [[Teori bencana Toba|Gunung Toba]] (sekarang menjadi [[Danau Toba]]). Letusan tersebut konon menjadi letusan [[gunung berapi]] terbesar yang berhasil diteliti. [[Perubahan iklim]] yang ditimbulkannya diperkirakan menjadi penyebab populasi [[Manusia modern anatomis|manusia modern]] dunia hampir seluruhnya musnah dan pergerakan [[Migrasi awal manusia|migrasi]] manusia sempat terhenti pada [[Sub-kala (geologi)|subkala]] [[Pleistosen Akhir]].<ref>Michael R. Rampino, Stanley H. Ambrose, 2000. [[doi:10.1130/0-8137-2345-0.71|"Volcanic winter in the Garden of Eden: The Toba supereruption and the late Pleistocene human population crash"]], Volcanic Hazards and Disasters in Human Antiquity, Floyd W. McCoy, Grant Heiken</ref><ref name="chesner1991">{{en}} {{Cite journal|author1=Chesner, C.A.|author2=Westgate, J.A.|author3=Rose, W.I.|author4=Drake, R.|author5=Deino, A.|date=March 1991|title=Eruptive history of Earth's largest Quaternary caldera (Toba, Indonesia) clarified|url=http://www.geo.mtu.edu/~raman/papers/ChesnerGeology.pdf|dead-url=no|journal=Geology|publisher=Michigan Technological University|volume=19|issue=3|pages=200–203|bibcode=1991Geo....19..200C|doi=10.1130/0091-7613(1991)019<0200:EHOESL>2.3.CO;2|archive-url=https://web.archive.org/web/20120226052643/http://www.geo.mtu.edu/~raman/papers/ChesnerGeology.pdf|archive-date=2012-02-26|accessdate=2018-06-20}}</ref> Lalu pada akhir [[periode glasial terakhir]] (sekitar 12.000 tahun lalu), permukaan laut naik setinggi 60 meter hanya dalam kurun waktu lima [[milenium]].<ref>{{cite journal|date=July 2011|title=The early Holocene sea level rise|journal=Quaternary Science Reviews|volume=30|issue=15–16|pages=1846–1860|bibcode=2011QSRv...30.1846S|doi=10.1016/j.quascirev.2011.04.019|quote=The rise, of ca 60m, took place over most of the Earth as the volume of the oceans increased during deglaciation and is dated at 11,650–7000 cal. BP. The EHSLR was largely driven by meltwater release from decaying ice masses and the break up of coastal ice streams. [...] The impact of the EHSLR on climate is reviewed and it is maintained that the event was a factor in the 8200 BP cooling event, as well as in changes in ocean current patterns and their resultant effects. The EHSLR may also have enhanced volcanic activity, but no clear evidence of a causal link with submarine sliding on continental slopes and shelves can yet be demonstrated. The rise probably influenced rates and patterns of human migrations and cultural changes.|author-first1=D.E.|author-last1=Smith|author-first2=S.|author-last2=Harrison|author-first3=C.R.|author-last3=Firth|author-first4=J.T.|author-last4=Jordan}}</ref> Akibatnya, [[daratan]] yang lebih rendah terendam dan membentuk perairan dangkal, sementara daratan yang lebih tinggi terpisah-pisah menjadi pulau-pulau yang lebih kecil. Pulau-pulau tersebut membentuk kepulauan Indonesia seperti sekarang ini.<ref name="sunda-shelf-2">{{Cite journal|last=Hanebuth|first=Till|last2=Stattegger|first2=Karl|last3=Grootes|first3=Pieter M.|date=2000|title=Rapid Flooding of the Sunda Shelf: A Late-Glacial Sea-Level Record|journal=Science|volume=288|issue=5468|pages=1033–1035|bibcode=2000Sci...288.1033H|doi=10.1126/science.288.5468.1033|jstor=3075104}}</ref> |
|||
cited in {{cite book |last=Whitten |first=T |coauthors=Soeriaatmadja, R. E., Suraya A. A. |title=The Ecology of Java and Bali |publisher=Periplus Editions Ltd |year=1996 |location=Hong Kong |pages=309–312 |id=}}; {{cite journal |last=Pope |first=G |authorlink= |coauthors= |title=Evidence on the Age of the Asian Hominidae |journal=Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America |volume=80 |issue=16 |pages=4,988–4992 |date=[[15 Agustus]], [[1983]] |url=http://www.pnas.org/cgi/content/abstract/80/16/4988 |accessdate=|pmid=6410399|doi=10.1073/pnas.80.16.4988 }} |
|||
cited in |
|||
{{cite book |last=Whitten |first=T |coauthors=Soeriaatmadja, R. E., Suraya A. A. |title=The Ecology of Java and Bali |publisher=Periplus Editions Ltd |year=1996 |location=Hong Kong |pages=309 |id=}}; |
|||
{{cite journal |last=de Vos |first=J.P. |coauthors=P.Y. Sondaar, |title=Dating hominid sites in Indonesia |journal=Science Magazine |volume=266 |issue=16 |pages=4, 988–4992 |date=[[9 Desember]] [[1994]] |url=http://www.sciencemag.org/cgi/reprint/266/5191/1726.pdf |format=PDF|doi=10.1126/science.7992059 |accessdate=}} |
|||
cited in {{cite book |last=Whitten |first=T |coauthors=Soeriaatmadja, R. E., Suraya A. A. |title=The Ecology of Java and Bali |publisher=Periplus Editions Ltd |year=1996 |location=Hong Kong |pages=309 |id=}}</ref> |
|||
[[Austronesia#Asal usul bangsa Austronesia|Bangsa Austronesia]], yang membentuk mayoritas penduduk pada saat ini, bermigrasi ke Asia Tenggara dari [[Taiwan]]. Mereka tiba di sekitar 2000 SM, dan menyebabkan [[Melanesia|bangsa Melanesia]] yang telah ada lebih dahulu di sana terdesak ke wilayah-wilayah yang jauh di timur kepulauan.<ref>Taylor (2003), hal. 5–7</ref> Kondisi tempat yang ideal bagi pertanian, dan penguasaan atas cara [[Sawah|bercocok tanam padi]] setidaknya sejak abad ke-8 SM,<ref> |
|||
{{cite book |last=Taylor |first=Jean Gelman|title=Indonesia |publisher=Yale University Press |date= |location=New Haven and London |pages=8–9 |id=ISBN 0-300-10518-5}}</ref> menyebabkan banyak perkampungan, kota, dan kerajaan-kerajaan kecil tumbuh berkembang dengan baik pada abad pertama masehi. Selain itu, Indonesia yang terletak di jalur perdagangan laut internasional dan antar pulau, telah menjadi jalur pelayaran antara India dan Tiongkok selama beberapa abad.<ref>{{cite book |last=Taylor |first=Jean Gelman |title=Indonesia |publisher=Yale University Press |date= |location=New Haven and London |pages=15–18 |id=ISBN 0-300-10518-5}}</ref> Sejarah Indonesia selanjutnya mengalami banyak sekali pengaruh dari kegiatan perdagangan tersebut.<ref>Taylor (2003), hal. 3, 9, 10–11, 13, 14–15, 18–20, 22–23; Vickers (2005), hal. 18–20, 60, 133–134</ref> |
|||
[[Berkas:Java Man.jpg|jmpl|Ilustrasi "[[Manusia Jawa]]" oleh J. H. McGregor.]] |
|||
[[Berkas:Borobudur ship.JPG|thumb|right|250px|Sejak abad ke-1 kapal dagang Indonesia telah berlayar jauh, bahkan sampai ke [[Afrika]]. Sebuah bagian dari relief kapal di candi [[Borobudur]], k. 800 M.]] |
|||
Dari kumpulan [[fosil]] [[manusia purba]] ''[[Homo erectus]]'' (atau [[manusia Jawa]]) dan ''[[Homo floresiensis]]'' ("manusia Flores") yang pernah menetap di Indonesia, kuat dugaan bahwa kepulauan Indonesia telah dihuni oleh [[manusia purba]] tersebut sekurang-kurangnya antara dua juta sampai 500.000 tahun yang lalu. Manusia purba tersebut kemudian berangsur-angsur [[Kepunahan|punah]] seiring dengan kedatangan [[Manusia modern anatomis|manusia modern]] (''[[Manusia|Homo sapiens]]'') di kepulauan Indonesia.<ref name="Herries">{{cite journal|display-authors=6|date=April 2020|title=Contemporaneity of ''Australopithecus'', ''Paranthropus'', and early ''Homo erectus'' in South Africa|journal=Science|volume=368|issue=6486|pages=eaaw7293|doi=10.1126/science.aaw7293|pmid=32241925|vauthors=Herries AI, Martin JM, Leece AB, Adams JW, Boschian G, Joannes-Boyau R, Edwards TR, Mallett T, Massey J, Murszewski A, Neubauer S, Pickering R, Strait DS, Armstrong BJ, Baker S, Caruana MV, Denham T, Hellstrom J, Moggi-Cecchi J, Mokobane S, Penzo-Kajewski P, Rovinsky DS, Schwartz GT, Stammers RC, Wilson C, Woodhead J, Menter C|doi-access=free}}</ref><ref name="Revised date Nature">{{cite journal|last1=Sutikna|first1=Thomas|last2=Tocheri|first2=Matthew W.|display-authors=etal|date=30 March 2016|title=Revised stratigraphy and chronology for ''Homo floresiensis'' at Liang Bua in Indonesia|url=https://ro.uow.edu.au/smhpapers/3778|journal=Nature|volume=532|issue=7599|pages=366–9|bibcode=2016Natur.532..366S|doi=10.1038/nature17179|pmid=27027286|s2cid=4469009}}</ref> |
|||
[[Migrasi awal manusia|Gelombang migrasi manusia modern]] pertama kali sampai di kepulauan Indonesia melalui jalur darat sekitar 60.000 tahun yang lalu. Gelombang pertama ini menjadi nenek moyang dari [[Orang Melanesia|bangsa Melanesia]].<ref name="melanesia">{{Cite web|last=Thamrin|first=Mahandis Yoanata|date=2019-06-06|title=Migrasi Manusia dan Perjalanan Sejarah Melanesia di Indonesia|url=https://nationalgeographic.grid.id/read/131736895/migrasi-manusia-dan-perjalanan-sejarah-melanesia-di-indonesia|website=National Geographic|language=id|archive-url=https://web.archive.org/web/20220821160425/https://nationalgeographic.grid.id/read/131736895/migrasi-manusia-dan-perjalanan-sejarah-melanesia-di-indonesia|archive-date=2022-08-21|dead-url=no|access-date=2022-08-21}}</ref><ref name="PosthC">{{cite journal|display-authors=6|year=2016|title=Pleistocene Mitochondrial Genomes Suggest a Single Major Dispersal of Non-Africans and a Late Glacial Population Turnover in Europe|journal=Current Biology|volume=26|issue=6|pages=827–833|doi=10.1016/j.cub.2016.01.037|pmid=26853362|vauthors=Posth C, Renaud G, Mittnik M, Drucker DG, Rougier H, Cupillard C, Valentin F, Thevenet C, Furtwängler A, Wißing C, Francken M, Malina M, Bolus M, Lari M, Gigli E, Capecchi G, Crevecoeur I, Beauval C, Flas D, Germonpré M, van der Plicht J, Cottiaux R, Gély B, Ronchitelli A, Wehrberger K, Grigorescu D, Svoboda J, Semal P, Caramelli D, Bocherens H, Harvati K, Conard NJ, Haak W, Powell A, Krause J|hdl=2440/114930|s2cid=140098861|hdl-access=free}}</ref> Kemudian sekitar 3.500–1.500 [[Masehi|SM]], [[Suku-suku Austronesia|bangsa Austronesia]] yang berasal dari [[Taiwan]] tiba melalui jalur laut dan menetap di kepulauan Indonesia. Sebagian bangsa Melanesia yang telah ada lebih dahulu terdesak ke wilayah-wilayah timur jauh, sementara sebagian lagi [[Asimilasi (sosial)|berasimilasi]] dengan pendatang tersebut.<ref name="melanesia" />{{sfn|Taylor|2003|pp=5–7}}<ref>{{Cite news|last=Avisena|first=M Ilham Ramadhan|date=2021-08-17|title=Tiga Teori Asal Usul Nenek Moyang Indonesia|url=https://mediaindonesia.com/humaniora/403046/tiga-teori-asal-usul-nenek-moyang-indonesia|work=[[Media Indonesia]]|language=id|access-date=2022-08-21|archive-date=2022-08-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20220821160533/https://mediaindonesia.com/humaniora/403046/tiga-teori-asal-usul-nenek-moyang-indonesia|dead-url=no}}</ref> Manusia yang menetap tersebut kemudian mengembangkan budaya [[Budi daya|bercocok tanam]] dan [[Pelayaran|melaut]].{{sfn|Taylor|2003|pp=8–9}} |
|||
Di bawah pengaruh agama [[Hindu]] dan [[Buddha]], beberapa kerajaan terbentuk di pulau [[Kalimantan]], [[Sumatera]], dan [[Jawa]] sejak [[abad ke-4]] hingga [[abad ke-14]]. [[Kerajaan Kutai|Kutai]], merupakan kerajaan tertua di Nusantara yang berdiri pada abad ke-4 di hulu [[sungai Mahakam]], [[Kalimantan Timur]]. Di wilayah barat pulau Jawa, pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M berdiri kerajaan [[Tarumanegara]]. Pemerintahan Tarumanagara dilanjutkan oleh [[Kerajaan Sunda]] dari tahun 669 M sampai 1579 M. Pada abad ke-7 muncul kerajaan Malayu yang berpusat di [[Jambi (kota)|Jambi]], Sumatera. [[Sriwijaya]] mengalahkan Malayu dan muncul sebagai kerajaan maritim yang paling perkasa di Nusantara. Wilayah kekuasaannya meliputi Sumatera, Jawa, semenanjung Melayu, sekaligus mengontrol perdagangan di Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Tiongkok Selatan.<ref>Taylor (2003), hal. 22–26; Ricklefs (1991), hal. 3</ref> Di bawah pengaruh Sriwijaya, antara abad ke-8 dan ke-10 wangsa [[Wangsa Syailendra|Syailendra]] dan [[Wangsa Sanjaya|Sanjaya]] berhasil mengembangkan kerajaan-kerajaan berbasis agrikultur di [[Jawa]], dengan peninggalan bersejarahnya seperti candi [[Borobudur]] dan candi [[Prambanan]]. Di akhir abad ke-13, [[Majapahit]] berdiri di bagian timur pulau Jawa. Di bawah pimpinan mahapatih [[Gajah Mada]], kekuasaannya meluas sampai hampir meliputi wilayah Indonesia kini; dan sering disebut "Zaman Keemasan" dalam sejarah Indonesia.<ref>{{cite journal |title=The next great empire |author=Peter Lewis |journal=Futures |volume=14 |issue=1 |year=1982 |pages=47–61 |doi=10.1016/0016-3287(82)90071-4}}</ref> |
|||
=== Periode monarki === |
|||
Kedatangan pedagang-pedagang [[Bangsa Arab|Arab]] dan [[Bangsa Persia|Persia]] melalui Gujarat, India, kemudian membawa agama [[Islam]]. Selain itu pelaut-pelaut [[Tiongkok]] yang dipimpin oleh Laksamana [[Cheng Ho]] (Zheng He) yang beragama Islam, juga pernah menyinggahi wilayah ini pada awal [[abad ke-15]].<ref>*Kong Yuanzhi, [http://www.solusihukum.com/resensi.php?id=33 ''Muslim Tionghoa Cheng Ho, Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara.''] Penyunting: HM. Hembing Wijayakusuma. Pustaka Populer Obor, Oktober 2000, xliv + 299 halaman</ref> Para pedagang-pedagang ini juga menyebarkan agama Islam di beberapa wilayah Nusantara. [[Samudera Pasai]] yang berdiri pada tahun 1267, merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. |
|||
=== |
==== Kerajaan Hindu-Buddha ==== |
||
{{utama|Sejarah Nusantara pada era kerajaan Hindu-Buddha}} |
|||
[[Berkas:Indonesia by Ibrahim Muteferrika (1674-1745).png|jmpl|kanan|300px|Peta Indonesia berkisar tahun 1674-1745 oleh Katip Çelebi seorang geografer asal [[Turki Utsmani]].]] |
|||
[[Berkas:Candi Batujaya.jpg|jmpl|250x250px|Situs [[Percandian Batujaya]] yang berada di [[Kabupaten Karawang]], [[Jawa Barat]]. Candi-candi yang ada di dalamnya merupakan sisa-sisa peninggalan [[Tarumanagara]].|kiri]] |
|||
Indonesia juga merupakan negara yang dijajah oleh banyak negara [[Eropa]] dan juga [[Asia]], itu disebabkan Indonesia sejak zaman dahulu merupakan negara yang kaya akan hasil alamnya yang melimpah, hingga membuat negara-negara [[Eropa]] tergiur untuk menjajah dan bermaksud menguasai sumber daya alamnya untuk pemasukan bagi negaranya, Negara-negara yang pernah menjajah diantaranya adalah; |
|||
[[Kerajaan Kandis|Kandis]] diduga merupakan kerajaan tertua di [[Nusantara]] ([[kepulauan Indonesia]]) yang berdiri pada abad ke-1 [[Masehi|SM]] dan terletak di daerah yang saat ini menjadi wilayah Provinsi [[Riau]], tetapi keberadaannya masih sering diperdebatkan oleh para [[sejarawan]], karena tidak adanya bukti yang jelas atas kerajaan ini.<ref name="kandis-salakanagara" /> Keberadaan [[Kerajaan Salakanagara|Salakanagara]] yang berdiri pada abad ke-1 [[Masehi]] di daerah sekitar [[Cianjur]], [[Jawa Barat]] juga masih menjadi perdebatan oleh para ahli karena kurangnya bukti-bukti [[sejarah]], meskipun kerajaan ini merupakan cikal bakal [[Tarumanagara]].<ref name="kandis-salakanagara">{{cite web|url=https://attoriolong.com/2019/03/kandis-dan-salakanagara-adalah-kerajaan-tertua-di-nusantara/|title=Kandis dan Salakanagara adalah Kerajaan Tertua di Nusantara?|language=id|author=Hariansah, Erik|publisher=Attoriolong|date=19 March 2019|access-date=26 November 2020|archive-date=2022-09-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20220913094025/https://attoriolong.com/2019/03/kandis-dan-salakanagara-adalah-kerajaan-tertua-di-nusantara/|dead-url=no}}</ref> |
|||
* [[Portugis]] pada tahun [[1509]], hanya [[Maluku]], lalu berhasil diusir pada pada tahun [[1595]] |
|||
* [[Spanyol]] pada tahun [[1521]], hanya [[Sulawesi Utara]], tetapi berhasil diusir pada tahun [[1692]]. |
|||
* [[Belanda]] pada tahun [[1602]], seluruh wilayah Indonesia. |
|||
* [[Perancis]] secara tidak langsung menguasai Jawa pada periode 1806-1811 karena Kerajaan Belanda takluk kepada kekuatan Perancis. Ketika Louis Bonaparte adik [[Napoleon Bonaparte]] naik takhta Belanda pada tahun 1806, maka secara otomatis jajahan Belanda jatuh ke tangan Perancis. Periode ini berlangsung pada pemerintahan Gubernur Jenderal [[Herman Willem Daendels]] pada tahun 1808-1811. Berakhir pada tahun 1811 ketika Inggris mengalahkan kekuatan Belanda-Perancis di pulau Jawa. |
|||
* [[Britania Raya|Inggris]] pada tahun [[1811]], sejak ditandatanganinya Kapitulasi Tungtang yang salah satunya berisi penyerahan [[Pulau Jawa]] dari [[Belanda]] kepada [[Britania Raya|Inggris]], Pada tahun [[1814]] dilakukanlah [[Konvensi]] [[London]] yang isinya pemerintah [[Belanda]] berkuasa kembali atas wilayah jajahan [[Britania Raya|Inggris]] di Indonesia. Lalu baru pada tahun [[1816]], pemerintahan [[Britania Raya|Inggris]] di Indonesia secara resmi berakhir.. |
|||
* [[Jepang]] pada tahun [[1942]], hanya 3,5 tahun, dan berakhir pada tahun [[1945]], sejak kekalahan [[Jepang]] kepada sekutu. |
|||
Dua kerajaan tertua Nusantara yang memiliki bukti-bukti sejarah adalah [[Kerajaan Kutai Martapura|Kutai Martapura]] di wilayah [[Kalimantan Timur|Kalimantan Selatan]] saat ini dan [[Tarumanagara]] di wilayah barat Pulau Jawa, yang sama-sama berdiri pada abad ke-4 Masehi.<ref>{{Cite journal|last=Vogel|first=J. Ph.|date=1918|title=The Yupa Inscription of King Mulawarman, from Koetei (East Borneo)|url=|journal=BKI|volume=74|issue=|pages=|doi=}}</ref> Kedua kerajaan tersebut dibuktikan memiliki corak Hindu-Buddha, sehingga dapat dipastikan bahwa [[Agama Hindu]] dan [[Agama Buddha]] telah berkembang di [[Nusantara]] sekurang-kurangnya dari abad ke-4 M.<ref>{{Cite book|last=Aris Munandar|first=Agus|date=2011|url=|title=Indonesia Dalam Arus Sejarah 2: Kerajaan Hindu - Buddha|location=Jakarta|publisher=Ichtiar Baru van Hoeve|isbn=|pages=60|url-status=live}}</ref> Banyak kerajaan bercorak Hindu-Buddha lainnya yang kemudian terbentuk setelah itu. |
|||
Ketika orang-orang [[Eropa]] datang pada awal [[abad ke-16]], mereka menemukan beberapa kerajaan yang dengan mudah dapat mereka kuasai demi mendominasi perdagangan rempah-rempah. Portugis pertama kali mendarat di dua pelabuhan [[Kerajaan Sunda]] yaitu [[Banten]] dan [[Padrao Sunda Kalapa|Sunda Kelapa]], tapi dapat diusir dan bergerak ke arah timur dan menguasai [[Maluku]]. Pada [[abad ke-17]], [[Belanda]] muncul sebagai yang terkuat di antara negara-negara Eropa lainnya, mengalahkan [[Britania Raya]] dan [[Portugal]] (kecuali untuk koloni mereka, [[Timor Portugis]]). Pada masa itulah agama [[Kristen]] masuk ke Indonesia sebagai salah satu misi imperialisme lama yang dikenal sebagai ''3G'', yaitu ''[[Abad Penemuan|Gold, Glory, and Gospel]]''.<ref>{{cite book |last=Wright |first=Louis B. |title=Gold, Glory, and the Gospel: The Adventurous Lives and Times of the Renaissance Explorers |publisher=Atheneum |date=1970 |location=New York |pages= |id= }}</ref> Belanda menguasai Indonesia sebagai koloni hingga [[Perang Dunia II]], awalnya melalui [[VOC]], dan kemudian langsung oleh pemerintah Belanda sejak awal abad ke-19. |
|||
[[Berkas:Srivijayan Expansion.gif|jmpl|255x255px|Perkembangan wilayah kekuasaan [[Sriwijaya]] sejak berdiri hingga keruntuhannya.]] |
|||
[[Berkas:Raden Sarief Bastaman Saleh - Johannes Graaf van den Bosch.jpg|right|250px|thumb|[[Johannes van den Bosch]], pencetus ''Cultuurstelsel''.]] |
|||
[[Sriwijaya]], yang berbentuk [[kedatuan]] dan bercorak Buddha, berdiri di Nusantara pada abad ke-7 Masehi, kemudian berkembang menjadi salah satu [[Kekaisaran|kemaharajaan]] terbesar di Nusantara, serta negara [[monarki]] dengan masa berdiri terlama di [[Asia Tenggara]].<ref>{{cite journal|last=Cœdès|first=George|authorlink=George Cœdès|year=1930|title=Les inscriptions malaises de Çrivijaya|url=https://www.persee.fr/doc/befeo_0336-1519_1930_num_30_1_3169|journal=Bulletin de l'Ecole français d'Extrême-Orient (BEFEO)|volume=30|issue=1-2|pages=29-80|access-date=2022-09-13|archive-date=2022-09-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20220908180145/https://www.persee.fr/doc/befeo_0336-1519_1930_num_30_1_3169|dead-url=no}}</ref> Pada masa kejayaannya, Sriwijaya melingkupi [[Sumatra]], [[Semenanjung Malaya|Malaya]], [[Tanah Genting Kra|Kra]], [[Jawa]], [[Kalimantan]], [[Kamboja]], dan [[Vietnam]],{{sfn|Taylor|2003|pp=22–26}}{{sfn|Ricklefs|1991|p=3}} serta berkuasa dalam mengendalikan aktivitas pelayaran dan perdagangan di [[Selat Malaka]] yang merupakan jalur pelayaran penting di dunia. Banyak budaya asing yang mempengaruhi dan berasimilasi dengan budaya-budaya lokal.<ref name="end">{{cite book|last=Munoz|first=Paul Michel|year=2006|url=https://archive.org/details/earlykingdomsofi0000muno|title=Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula|location=Singapore|publisher=Editions Didier Millet|doi=|id=ISBN 981-4155-67-5}}</ref> Sejak diperintah oleh [[Balaputradewa]] pada pertengahan abad ke-9, Sriwijaya juga berada di bawah kekuasaan [[Wangsa Sailendra]].<ref>[[Slamet Muljana]]. 2006. ''Sriwijaya'' (terbitan ulang 1960). Yogyakarta: LKIS</ref> Nama Sriwijaya diperkirakan mulai meredup dan runtuh pada awal abad ke-11 dan digantikan oleh [[Dharmasraya]], lalu oleh [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]] pada abad ke-14.<ref>Anonim. 1822. Malayan Miscellanies, Vol II: The Geneology of Rajah of Pulo Percha. Printed And Published at Sumatra Mission Press. Bencoolen</ref> |
|||
Di bawah sistem ''[[Cultuurstelsel]]'' (''Sistem Penanaman'') pada abad ke-19, perkebunan besar dan penanaman paksa dilaksanakan di Jawa, akhirnya menghasilkan keuntungan bagi Belanda yang tidak dapat dihasilkan VOC. Pada masa pemerintahan kolonial yang lebih bebas setelah [[1870]], sistem ini dihapus. Setelah [[1901]] pihak Belanda memperkenalkan [[Politik Etis|Kebijakan Beretika]],<ref>{{cite book |last=Ricklefs |first=M.C. |authorlink= |coauthors= |title=A History of Modern Indonesia since c.1300 |publisher=MacMillan |date =1991 |location=London |pages=151 |url= |doi= |id=ISBN 0-33-579690-X}}</ref> yang termasuk reformasi politik yang terbatas dan investasi yang lebih besar di Hindia Belanda. |
|||
[[Medang]], yang diperintah oleh [[Wangsa Sailendra]], berdiri di wilayah [[Jawa Tengah]] saat ini pada abad ke-8.<ref>George Coedes. 1934. ''On the origins of the Sailendras of Indonesia''. Journal of the Greater India Society I: 61–70.</ref><ref name="sejnas">Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. ''Sejarah Nasional Indonesia Jilid II''. Jakarta: Balai Pustaka.</ref> Pada abad ke-10, pusat pemerintahannya dipindahkan ke [[Jawa Timur]] dan [[Penguasa monarki|para penguasa]] setelah kepindahan tersebut dikelompokkan dalam [[Wangsa Isyana]].<ref name="negarakertagama">[[Slamet Muljana]]. 1979. ''Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya''. Jakarta: Bhratara.</ref> Pada tahun 1016, Medang runtuh akibat pemberontakan yang menewaskan raja terakhir beserta banyak kerabatnya.<ref name="lacak">{{cite book|author=Boechari|date=2012|url=|title=Melacak Sejarah Kuno Indonesia lewat Prasasti|location=Jakarta|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|pages=|doi=|id=ISBN 978-979-91-0520-2}}</ref> [[Airlangga]], menantu raja tersebut, membangun ulang kerajaan dan mendirikan negara [[Kerajaan Kahuripan|Kahuripan]] pada tahun 1019,<ref>{{Cite book|last=Aizid|first=Rizem|date=2022-03-25|url=https://books.google.com/books?id=OyeyEAAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA69&dq=kahuripan+kelanjutan+medang&hl=en|title=Pasang Surut Runtuhnya Kerajaan Hindu-Buddha dan Bangkitnya Kerajaan Islam di Nusantara|publisher=Anak Hebat Indonesia|isbn=978-623-400-541-7|pp=69-75|language=id}}</ref> yang kemudian terpecah menjadi [[Kerajaan Kadiri|Kadiri]] dan [[Kerajaan Janggala|Janggala]] pada tahun 1042. Janggala lalu ditaklukkan oleh Kadiri pada tahun 1135. [[Ken Arok]] dari [[Wangsa Rajasa]] kemudian menaklukkan Kadiri dan mendirikan [[Kerajaan Singasari|Singasari]] pada tahun 1222. Singasari runtuh pada tahun 1292 akibat pemberontakan yang dipimpin oleh [[Jayakatwang]] (sisa Wangsa Isyana), tetapi berhasil ditumpas setahun kemudian oleh Raden Wijaya.<ref name="sejnas" /><ref name="negarakertagama" /> |
|||
Pada masa Perang Dunia II, sewaktu Belanda dijajah oleh [[Jerman]], [[Jepang]] menguasai Indonesia. Setelah mendapatkan Indonesia pada tahun 1942, Jepang melihat bahwa para pejuang Indonesia merupakan rekan perdagangan yang kooperatif dan bersedia mengerahkan prajurit bila diperlukan. [[Soekarno]], [[Hatta|Mohammad Hatta]], [[Mas Mansur, Kiai Haji|KH. Mas Mansur]], dan [[Ki Hajar Dewantara]] diberikan penghargaan oleh [[Hirohito|Kaisar Jepang]] pada tahun 1943. |
|||
[[Berkas:Majapahit Expansion.gif|jmpl|300x300px|Perkembangan wilayah kekuasaan [[Majapahit]] sejak berdiri hingga keruntuhannya.|kiri]] |
|||
[[Raden Wijaya]] dari [[Wangsa Rajasa]] mendirikan [[Majapahit]] yang bercorak [[Ajaran Siwa-Buddha|Syiwa-Buddha]] pada tahun 1293, yang kemudian berkembang menjadi [[Kekaisaran|kemaharajaan]] terbesar di Nusantara dan juga di Asia Tenggara, serta menjadi negara [[Pertanian|agraris]] dan jalur [[perdagangan]] dunia.<ref name="JPMajapahit" /> Majapahit mencapai masa kejayaannya pada masa kejayaannya pemerintahan [[Hayam Wuruk]] dengan [[Patih|patihnya]], [[Gajah Mada]] (terkenal dengan sunpahnya yang bernama [[Sumpah Palapa]]),<ref name="JPMajapahit">{{cite news|author=Sita W. Dewi|date=9 April 2013|title=Tracing the glory of Majapahit|url=http://www.thejakartapost.com/news/2013/04/09/tracing-glory-majapahit.html|newspaper=The Jakarta Post|accessdate=5 February 2015|archive-date=2022-07-11|archive-url=https://web.archive.org/web/20220711235400/https://www.thejakartapost.com/news/2013/04/09/tracing-glory-majapahit.html|dead-url=no}}</ref> dengan wilayah kekuasaan meliputi [[Sumatra]], [[Semenanjung Malaya|Malaya]], [[Kalimantan]], [[Sulawesi]], [[Nusa Tenggara]], [[Maluku]], hingga [[Papua]].<ref name="negarakertagama" /> Majapahit mengalami kemunduran seiring menguatnya pengaruh Islam di Nusantara, lalu akhirnya runtuh setelah ditaklukkan oleh [[Kesultanan Demak|Demak]] pada tahun 1527. |
|||
Pengaruh Hindu-Buddha semakin berkurang seiring dengan masuknya [[Islam]] di Nusantara. Namun, beberapa kerajaan bercorak Hindu-Buddha masih bertahan bahkan hingga [[kolonialisme]] masuk di Nusantara, seperti [[Kerajaan Blambangan|Blambangan]] di [[Jawa|Pulau Jawa]],<ref name="hb3mus">Basri, Hasan (Ed). 2006. Pangeran Jagapati, Wong Agung Wilis dan Sayu Wiwit. 3 Pejuang Dari Blambangan. Banyuwangi: Penerbit Pemda Kabupaten Banyuwangi</ref> serta [[Kerajaan Bali|kerajaan-kerajaan Bali]] bekas [[Kerajaan Gelgel|Gelgel]], yakni [[Kerajaan Klungkung|Klungkung]], [[Kerajaan Buleleng|Buleleng]], [[Kerajaan Karangasem|Karangasem]], [[Kerajaan Badung|Badung]], Tabanan, [[Kerajaan Gianyar|Gianyar]], [[Kerajaan Bangli|Bangli]], [[Kerajaan Mengwi|Mengwi]], dan [[Kerajaan Jembrana|Jembrana]].<ref>{{Cite news|last=Suadnyana|first=I Wayan Sui|date=2019-03-10|title=TRIBUN WIKI - Inilah 9 Puri di Bali yang Masih Ada Hingga Kini|url=https://bali.tribunnews.com/2019/03/10/tribun-wiki-inilah-9-puri-di-bali-yang-masih-ada-hingga-kini|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id|access-date=2022-09-16|archive-date=2022-09-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20220920170820/https://bali.tribunnews.com/2019/03/10/tribun-wiki-inilah-9-puri-di-bali-yang-masih-ada-hingga-kini|dead-url=no}}</ref> |
|||
=== Indonesia merdeka === |
|||
[[Berkas:Presiden Sukarno.jpg|right|thumb|250px|[[Soekarno]], presiden pertama Indonesia.]] |
|||
Pada Maret [[1945]] Jepang membentuk sebuah komite untuk kemerdekaan Indonesia. Setelah [[perang Pasifik]] berakhir pada tahun 1945, di bawah tekanan organisasi pemuda, Soekarno-Hatta [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|memproklamasikan]] kemerdekaan Indonesia pada tanggal [[17 Agustus]] [[1945]] yang pada saat itu sedang bulan Ramadhan. Setelah kemerdekaan, tiga pendiri bangsa yakni [[Soekarno]], [[Mohammad Hatta]], dan [[Sutan Sjahrir]] masing-masing menjabat sebagai presiden, wakil presiden, dan [[perdana menteri]]. Dalam usaha untuk menguasai kembali Indonesia, Belanda mengirimkan pasukan mereka. |
|||
[[Berkas:Indonesia_declaration_of_independence_17_August_1945.jpg|right|thumb|250px|Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.]] |
|||
==== Kesultanan Islam ==== |
|||
Usaha-usaha berdarah untuk meredam pergerakan kemerdekaan ini kemudian dikenal oleh orang Belanda sebagai 'aksi kepolisian' (''Politionele Actie''), atau dikenal oleh orang Indonesia sebagai Agresi Militer.<ref>{{cite book |last=ZWEERS |first=L. |authorlink= |coauthors= |title=Agressi II: Operatie Kraai. De vergeten beelden van de tweede politionele actie |publisher=SDU uitgevers |date=1995 |location=[[Den Haag]] |pages= |url= |doi= |id= }}</ref> Belanda akhirnya menerima hak Indonesia untuk merdeka pada [[27 Desember]] [[1949]] sebagai negara [[federal]] yang disebut [[Republik Indonesia Serikat]] setelah mendapat tekanan yang kuat dari kalangan internasional, terutama [[Amerika Serikat]]. Mosi Integral [[Natsir]] pada tanggal 17 Agustus 1950, menyerukan kembalinya negara kesatuan Republik Indonesia dan membubarkan Republik Indonesia Serikat. Soekarno kembali menjadi presiden dengan Mohammad Hatta sebagai wakil presiden dan Mohammad Natsir sebagai perdana menteri. |
|||
{{utama|Sejarah Nusantara pada era kerajaan Islam}} |
|||
[[Berkas:Flag_of_Aceh_Sultanate.svg|kiri|jmpl|Bendera [[Kesultanan Aceh|Aceh]], kesultanan lampau terbesar di Sumatra.]] |
|||
[[Islam]] mulai dibawa masuk ke Nusantara oleh para pedagang dan para ulama berkebangsaan [[Bangsa Arab|Arab]], [[Kekaisaran Persia|Persia]], [[Gujarat]], dan [[Tionghoa]] pada abad ke-7 Masehi.<ref>{{Cite web|title=7 Kerajaan Islam Tertua di Indonesia|website=indonesiabaik.id|url=http://indonesiabaik.id/infografis/kerajaan-islam-di-indonesia|access-date=2020-08-26|archive-date=2020-08-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20200814200249/http://indonesiabaik.id/infografis/kerajaan-islam-di-indonesia|dead-url=no}}</ref><ref>*Kong Yuanzhi, [https://web.archive.org/web/20081207180851/http://www.solusihukum.com/resensi.php?id=33 ''Muslim Tionghoa Cheng Ho, Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara.''] Penyunting: HM. Hembing Wijayakusuma. Pustaka Populer Obor, Oktober 2000, xliv + 299 halaman</ref> [[Aceh]] menjadi pusat penyebaran agama Islam pertama di Nusantara,<ref>{{Cite web|title=Aceh Daerah Pertama di Indonesia Menerima Islam|url=https://acehprov.go.id/berita/kategori/jelajah/aceh-daerah-pertama-di-indonesia-menerima-islam|website=acehprov.go.id|publisher=[[Pemerintah Aceh]]|language=|access-date=2022-09-14|archive-date=2022-09-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20220920173040/https://acehprov.go.id/berita/kategori/jelajah/aceh-daerah-pertama-di-indonesia-menerima-islam|dead-url=no}}</ref> serta menjadi lokasi [[Sultan|negara kesultanan]] pertama yang pernah berdiri di Nusantara, yaitu negara [[Kerajaan Jeumpa|Jeumpa]] yang berdiri pada abad ke-7 dan menguasai wilayah [[Kabupaten Bireuen|Kabupaten Bieruen]] saat ini.<ref>{{cite book|last=Kusniah|first=Siti Turmini|date=|year=2018|url=|title=Kiaiku, Guruku, Jaringan Ulama|location=Jakarta|publisher=Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|isbn=978-602-1289-85-3|pages=|ref={{sfnref|Kusniah|2018}}|url-status=live}}</ref> Setelah Sriwijaya runtuh pada abad ke-11, Islam mulai menyebar ke berbagai daerah di [[Sumatra]] dan membuat beberapa kerajaan Hindu-Buddha di Sumatra beralih menjadi kesultanan Islam. [[Kesultanan Aceh|Aceh]] (berdiri pada tahun 1496) menjadi kesultanan terbesar di [[Sumatra|Pulau Sumatra]] yang mencapai masa kejayaannya di bawah perintah [[Iskandar Muda dari Aceh|Iskandar Muda]] (1607–1636).<ref name=":0">{{cite book|last=Lombard|first=Denys|date=2008|url=|title=Kerajaan Aceh: Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636)|location=Jakarta|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|pages=|doi=|id=|authorlink=|coauthors=}}</ref> |
|||
[[Berkas:Flag of the Mataram Sultanate.svg|jmpl|Bendera [[Kesultanan Mataram|Mataram]], salah satu kesultanan terbesar di Jawa.]]Islam mulai diperkenalkan dan menyebar secara luas di kepulauan Indonesia lainnya pada abad ke-15.<ref>{{cite journal|author=Peter Lewis|year=1982|title=The next great empire|journal=Futures|volume=14|issue=1|pages=47–61|doi=10.1016/0016-3287(82)90071-4}}</ref> Setelah keruntuhan Majapahit, kesultanan-kesultanan [[Islam]] Nusantara mulai berdiri dan berkembang pesat. Lumajang (berdiri pada akhir abad ke-13) diperkirakan merupakan kesultanan Islam yang paling tua meskipun belum ada bukti-bukti pendukung yang cukup.<ref>{{Cite web|title=Lumajang Ternyata Kerajaan Islam Tertua di Tanah Jawa|url=https://www.suarasurabaya.net/jaring-radio/2016/Lumajang-Ternyata-Kerajaan-Islam-Tertua-di-Tanah-Jawa/|website=Suara Surabaya|language=id-ID|archive-url=https://web.archive.org/web/20220920170651/https://www.suarasurabaya.net/jaring-radio/2016/Lumajang-Ternyata-Kerajaan-Islam-Tertua-di-Tanah-Jawa/|archive-date=2022-09-20|dead-url=no|access-date=2022-09-16}}</ref> Kesultanan pertama di [[Jawa|Pulau Jawa]] yang dapat dibuktikan oleh para [[sejarawan]] adalah [[Kesultanan Demak|Demak]] dan [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]], yang sama-sama berdiri pada abad ke-15 dan menjadi salah satu negara terbesar di Jawa.<ref>{{Cite web|date=2022-05-19|title=Kesultanan Cirebon Jadi Satu dari Empat Kerajaan Islam Pertama di Pulau Jawa|url=https://www.ayocirebon.com/ikon/pr-943420182/kesultanan-cirebon-jadi-satu-dari-empat-kerajaan-islam-pertama-di-pulau-jawa|website=Ayo Cirebon|language=id|access-date=2022-09-16|archive-date=2022-09-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20220920170809/https://www.ayocirebon.com/ikon/pr-943420182/kesultanan-cirebon-jadi-satu-dari-empat-kerajaan-islam-pertama-di-pulau-jawa|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite news|last=Ratriani|first=Virdita|date=2022-07-28|title=Kerajaan Islam Pertama di Pulau Jawa adalah Kerajaan Demak: Pendiri dan Masa Jayanya|url=https://caritahu.kontan.co.id/news/kerajaan-islam-pertama-di-pulau-jawa-adalah-kerajaan-demak-pendiri-dan-masa-jayanya|work=[[Kontan|Kontan.co.id]]|language=id|access-date=2022-09-16|editor-last=Ratriani|editor-first=Virdita|archive-date=2022-09-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20220920163610/https://caritahu.kontan.co.id/news/kerajaan-islam-pertama-di-pulau-jawa-adalah-kerajaan-demak-pendiri-dan-masa-jayanya|dead-url=no}}</ref> [[Kesultanan Mataram|Mataram]], yang didirikan pada tahun 1586 oleh [[Wangsa Mataram]], juga menjadi salah satu negara berpengaruh di Jawa, sebelum akhirnya terpecah melalui [[Perjanjian Giyanti]].<ref name="Britannica2">{{cite web|title=Mataram, Historical kingdom, Indonesia|url=http://www.britannica.com/EBchecked/topic/368940/Mataram|publisher=Encyclopædia Britannica|accessdate=2024-02-02}}</ref><ref name="Brown63">{{harvnb|Brown|2003|loc=p. 63: "On February 13, 1755, the Treaty of Giyanti was signed, dividing what was left of the kingdom of Mataram into two parts. One part, with its capital in the city of Solo, was headed by Pakubuwana II's son, Pakubuwana III. The other part, with its capital 60 kilometres to the west of Yogyakarta, was ruled by Pakubuwana II's half-brother Mangkubumi, who took the title Sultan Hamengkubuwono I. The treaty was not immediately accepted by all parties to the dispute: fighting went on for another two years. In 1757, though, an uneasy peace settled on Java when Pakubuwana III's territory was divided, with a portion going to his cousin Mas Said, who took the title Mangkunegara I."}}</ref> |
|||
Pada tahun 1950-an dan 1960-an, pemerintahan Soekarno mulai mengikuti sekaligus merintis [[gerakan non-blok]] pada awalnya, kemudian menjadi lebih dekat dengan blok [[sosialisme|sosialis]], misalnya [[Republik Rakyat Tiongkok]] dan [[Yugoslavia]]. Tahun 1960-an menjadi saksi terjadinya konfrontasi militer terhadap negara tetangga, [[Malaysia]] ("''[[Konfrontasi Indonesia-Malaysia|Konfrontasi]]''"),<ref>van der Bijl, Nick. ''Confrontation, The War with Indonesia 1962—1966'', (London, 2007) ISBN 978-1-84415-595-8</ref> dan ketidakpuasan terhadap kesulitan ekonomi yang semakin besar. Selanjutnya pada tahun 1965 meletus kejadian [[G30S]] yang menyebabkan kematian 6 orang [[jenderal]] dan sejumlah [[perwira]] menengah lainnya. Muncul kekuatan baru yang menyebut dirinya [[Orde Baru]] yang segera menuduh [[Partai Komunis Indonesia]] sebagai otak di belakang kejadian ini dan bermaksud menggulingkan pemerintahan yang sah serta mengganti ideologi nasional menjadi berdasarkan paham [[sosialisme|sosialis]]-[[komunisme|komunis]]. Tuduhan ini sekaligus dijadikan alasan untuk menggantikan pemerintahan lama di bawah Presiden [[Soekarno]]. |
|||
[[Berkas:Banjar Sultanate Flag.svg|kiri|jmpl|Bendera [[Kesultanan Banjar|Banjar]], salah satu kesultanan terbesar di Kalimantan.]] |
|||
Beberapa kesultanan baru mulai berdiri di [[Kalimantan]] sejak abad ke-14 seiring dengan meningkatnya pengaruh Islam, bahkan beberapa kerajaan Hindu-Buddha beralih menjadi kesultanan. [[Kekaisaran Brunei|Brunei]] berhasil mencapai masa kejayaannya pada abad ke-15 setelah menguasai seluruh pesisir Kalimantan.<ref>Jamil Al-Sufri, Tarsilah Brunei: The Early History of Brunei up to 1432 AD (Bandar Seri Begawan: Brunei History Centre, 2000)</ref> [[Kesultanan Banjar|Banjar]] (berdiri pada tahun 1520) berkembang menjadi salah satu negara terbesar di [[Kalimantan|Pulau Kalimantan]] setelah menguasai pesisir selatan Kalimantan,<ref>{{id}} {{cite book|year=1992|url=http://books.google.com/books?id=HiZvFZbm6sgC&lpg=PA86&ots=OVLQW4MnBZ&dq=ibukota%20indonesia%20banjarmasin&hl=id&pg=PA85#v=onepage&q&f=false|title=Sejarah nasional Indonesia: Jaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia|publisher=PT Balai Pustaka|isbn=9794074098|pages=85|authors=Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto}}{{Pranala mati|date=Februari 2023|bot=InternetArchiveBot|fix-attempted=yes}}ISBN 978-979-407-409-1</ref> sebelum akhirnya merosot pada abad ke-18 dan dihapuskan oleh [[Hindia Belanda|pemerintah kolonial]] pada tahun 1905.<ref>{{Cite news|date=2022-07-21|title=Sejarah Perang Banjar: Tokoh, Penyebab, Kronologi, dan Dampak|url=https://regional.kompas.com/read/2022/07/21/225400578/sejarah-perang-banjar-tokoh-penyebab-kronologi-dan-dampak|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2022-09-17|editor-last=Setyaningrum|editor-first=Puspasari|archive-date=2022-09-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20220920172605/https://regional.kompas.com/read/2022/07/21/225400578/sejarah-perang-banjar-tokoh-penyebab-kronologi-dan-dampak|dead-url=no}}</ref> |
|||
Islam diperkirakan berkembang di [[Sulawesi]] sejak abad ke-16 dan beberapa kerajaan bercorak [[Agama Hindu|Hindu]]-[[Agama Buddha|Buddha]] atau [[Kepercayaan tradisional di Sulawesi|berkepercayaan tradisional]] berubah menjadi kesultanan.<ref>{{Cite news|last=Prabowo|first=Gama|date=2020-11-05|title=Kerajaan Islam di Sulawesi|url=https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/05/164329269/kerajaan-islam-di-sulawesi|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2022-09-19|editor-last=Gischa|editor-first=Serafica|archive-date=2022-09-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20220920172621/https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/05/164329269/kerajaan-islam-di-sulawesi|dead-url=no}}</ref> Kesultanan terbesar di Pulau Sulawesi adalah persekutuan negara [[Kesultanan Gowa|Gowa–]][[Kesultanan Tallo|Tallo]], yang disebut [[Kesultanan Gowa|Makassar]] oleh para ahli, yang ketika masa kejayaannya mencakup [[Sulawesi]], [[Kalimantan]], [[Kepulauan Nusa Tenggara|Nusa Tenggara]], [[Maluku|Kepulauan Maluku]], hingga [[Australia]]. |
|||
[[Berkas:Soekarno, Hatta, Sjahrir.jpg|thumb|upright|250px|right|[[Hatta]], [[Sukarno]], dan [[Sjahrir]], tiga pendiri Indonesia.]] |
|||
Jenderal [[Soeharto]] menjadi presiden pada tahun [[1967]] dengan alasan untuk mengamankan negara dari ancaman [[komunisme]]. Sementara itu kondisi fisik Soekarno sendiri semakin melemah. Setelah Soeharto berkuasa, ratusan ribu warga Indonesia yang dicurigai terlibat pihak komunis dibunuh, sementara masih banyak lagi warga Indonesia yang sedang berada di luar negeri, tidak berani kembali ke tanah air, dan akhirnya dicabut [[kewarganegaraan]]nya. Tiga puluh dua tahun masa kekuasaan Soeharto dinamakan [[Orde Baru]], sementara masa pemerintahan Soekarno disebut [[Orde Lama]]. |
|||
Dua kesultanan dengan pengaruh besar di [[Kepulauan Maluku]] adalah [[Kesultanan Ternate|Ternate]] dan [[Kesultanan Tidore|Tidore]], yang berpusat di wilayah [[Maluku Utara]] saat ini.<ref>M. Adnan Amal, ''"Maluku Utara, Perjalanan Sejarah 1250 - 1800 Jilid I dan II"'', Universitas Khairun Ternate 2002.</ref> Kedua kesultanan ini mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-16 berkat perdagangan [[rempah-rempah]], tetapi kemudian mengalami kemunduran semenjak diadu domba oleh bangsa asing dan akhirnya runtuh di tangan [[Perusahaan Hindia Timur Belanda|VOC]].<ref>Willard A. Hanna & Des Alwi, ''"Ternate dan Tidore, Masa Lalu Penuh Gejolak"'', Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996.</ref> |
|||
Soeharto menerapkan ekonomi [[neoliberalisme|neoliberal]] dan berhasil mendatangkan [[investasi]] luar negeri yang besar untuk masuk ke Indonesia dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar, meski tidak merata. Pada awal [[rezim]] Orde Baru kebijakan ekomomi Indonesia disusun oleh sekelompok ekonom lulusan Departemen Ekonomi [[Universitas California, Berkeley]], yang dipanggil "[[Mafia Berkeley]]".<ref>Wibowo, Sigit, Sjarifuddin. ''[http://www.sinarharapan.co.id/berita/0606/05/sh02.html Ekonomi Indonesia Gagal karena Mafia Berkeley]'', Harian Umum Sore Sinar Harapan. Copyright © Sinar Harapan 2003. Diakses: Selasa, 6 Agustus 2008.</ref> Namun, Soeharto menambah kekayaannya dan keluarganya melalui praktik [[korupsi]], [[kolusi]], dan [[nepotisme]] yang meluas dan dia akhirnya dipaksa turun dari jabatannya setelah aksi [[demonstrasi]] besar-besaran dan kondisi ekonomi negara yang memburuk pada tahun [[1998]]. |
|||
Kesultanan-kesultanan Islam mulai merosot ketika bangsa-bangsa asing masuk dan menguasai tanah [[Nusantara]]. [[Belanda]] yang membentuk [[Hindia Belanda]] bahkan membubarkan hampir seluruh [[monarki]] di wilayah kolonialnya.<ref name="KohPh.D.2009">{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=MWlFCQAAQBAJ&pg=PA10|title=Culture and Customs of Singapore and Malaysia|author1=Jaime Koh|first=|author2=Stephanie Ho Ph.D.|date=22 Juni 2009|publisher=ABC-CLIO|isbn=978-0-313-35116-7|location=|page=9|pages=|url-status=live}}</ref> |
|||
Dari 1998 hingga 2001, Indonesia mempunyai tiga [[Daftar Presiden Indonesia|presiden]]: [[Habibie|Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie]], [[Abdurrahman Wahid]] dan [[Megawati Sukarnoputri]]. Pada tahun [[2004]] [[pemilu 2004|pemilu]] satu hari terbesar di dunia<ref>{{cite press release |publisher=Laporan dari [http://en.wiki-indonesia.club/wiki/Carter_Center Carter Center] |pages= 30 |year=2004 |title=The Carter Center 2004 Indonesia Election Report |url=http://www.cartercenter.org/documents/2161.pdf |format=PDF|accessdate=[[29 Juli]] [[2008]]}}</ref> diadakan dan dimenangkan oleh [[Susilo Bambang Yudhoyono]]. |
|||
==== Kerajaan Kristen ==== |
|||
Indonesia kini sedang mengalami masalah-masalah ekonomi, politik dan [[konflik|pertikaian]] bernuansa agama di dalam negeri, dan beberapa daerah berusaha untuk mendapatkan kemerdekaan, terutama [[Papua]]. [[Timor Timur]] akhirnya resmi memisahkan diri pada tahun [[1999]] setelah 24 tahun bersatu dengan Indonesia dan 3 tahun di bawah administrasi [[PBB]] menjadi negara [[Timor Leste]]. |
|||
{{Utama|Sejarah Nusantara pada era kerajaan Kristen}} |
|||
[[Kekristenan]] umumnya dibawa oleh [[misionaris|para misionaris]] [[Dunia Barat|Barat]] yang menumpang pada kapal pemerintah kolonial. [[Gereja Katolik Roma|Katolik]] awalnya dibawa ke [[Nusantara]] oleh [[Orang Portugis|bangsa Portugis]], sebelum akhirnya sempat dilarang penyebarannya oleh [[Kerajaan Belanda|Pemerintah Belanda]] yang menguasai [[Hindia Belanda]]. Setelah [[Napoleon Bonaparte|Napoleon]] sempat menguasai Belanda, penyebaran Katolik menjadi lebih leluasa dan [[Gereja Katolik di Belanda|misionaris Katolik Belanda]] melanjutkan [[Misi (Kristen)|misi]] di [[Hindia Belanda]].<ref>Adolf Heuken, 'Archdiocese of Jakarta - a Growing Local Church (1950-2000)' in ''Een vakkracht in het Koninkrijk. Kerk- en zendingshistorie opstellen'' onder redactie van dr. Chr.G.F. de Jong (2005:104-114) ISBN 90-5829-611-3</ref> Sementara itu, [[Protestanisme|Protestantisme]] dibawa oleh misionaris Protestan yang juga berasal dari Belanda.<ref>{{cite book|last=Goh|first=Robbie B.H.|year=2005|title=Christianity in Southeast Asia|publisher=Institute of Southeast Asian Studies|isbn=981-230-297-2|page=80}}</ref> |
|||
Pada Desember [[2004]] dan Maret [[2005]], [[Aceh]] dan [[Pulau Nias|Nias]] dilanda dua [[gempa bumi]] besar yang totalnya menewaskan ratusan ribu jiwa. (Lihat ''[[Gempa bumi Samudra Hindia 2004]]'' dan ''[[Gempa bumi Sumatra Maret 2005]]''.) Kejadian ini disusul oleh [[Gempa bumi Yogyakarta Mei 2006|gempa bumi di Yogyakarta]] dan [[Gempa bumi Jawa Juli 2006|tsunami]] yang menghantam [[Pantai Pangandaran]] dan sekitarnya, serta [[Banjir lumpur panas Sidoarjo 2006|banjir lumpur]] di [[Sidoarjo]] pada 2006 yang tidak kunjung terpecahkan. |
|||
Beberapa kerajaan bercorak Kristen muncul sewaktu para misionaris menyebarkan [[Kekristenan]] pada rakyat dan keluarga kerajaan di kawasan tertentu.<ref>{{Cite web|last=Hari|first=Agustinus|date=2019-10-13|title=Mengenal Siau, Kerajaan Kristen di Sulawesi Utara Abad 16|url=https://barta1.com/v2/2019/10/13/mengenal-siau-kerajaan-kristen-di-sulawesi-utara-abad-16/|website=Barta1.com|language=id|access-date=2023-05-03|archive-date=2023-05-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20230503110824/https://barta1.com/v2/2019/10/13/mengenal-siau-kerajaan-kristen-di-sulawesi-utara-abad-16/|dead-url=no}}</ref> Kerajaan-kerajaan Kristen yang terbentuk di Nusantara adalah [[Kerajaan Bolaang Mongondow|Bolaang Mongondow]], [[Kerajaan Manganitu|Manganitu]], [[Kerajaan Manado|Manado]], [[Kerajaan Moro|Moro]], [[Kerajaan Siau|Siau]], [[Kerajaan Soya|Soya]], dan [[Kerajaan Tagulandang|Tagulandang]], serta [[Kerajaan Amanatun|Amanatun]], [[Kerajaan Larantuka|Larantuka]], dan [[Kerajaan Sikka|Sikka]] yang bercorak [[Gereja Katolik Roma|Katolik]].<ref>Karel Steenbrink, ''Catholics in Indonesia, 1808-1942: a documented history''. Leiden:KITLV Press ISBN 90-6718-141-2</ref><ref>{{Cite journal|last=Ahmad|first=I.|date=2014|title=Agama Sebagai Perubahan Sosial: Kristenisasi di Tobelo 1866-1942|url=https://jurnal.ugm.ac.id/lembaran-sejarah/article/download/23785/15663|journal=Lembaran Sejarah|volume=11|issue=1|pages=83-98|doi=|issn=2620-5882|ref={{sfnref|Ahmad|2014}}|access-date=2023-05-03|archive-date=2023-02-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20230207141740/https://jurnal.ugm.ac.id/lembaran-sejarah/article/download/23785/15663|dead-url=no}}</ref> |
|||
== Politik dan pemerintahan == |
|||
{{main|Politik Indonesia}} |
|||
[[Berkas:Gedung MPR-DPR.PNG|250px|thumb|left|Gedung MPR-DPR]] |
|||
[[Berkas:Istana Negara.JPG|250px|thumb|right|'''Istana Negara''', bagian dari Istana Kepresidenan Jakarta.]] |
|||
=== Periode kolonial === |
|||
Indonesia menjalankan pemerintahan [[republik]] [[sistem presidensial|presidensial]] multipartai yang [[demokrasi|demokratis]]. Seperti juga di negara-negara demokrasi lainnya, sistem politik di Indonesia didasarkan pada [[Pemisahan kekuasaan|Trias Politika]] yaitu kekuasaan [[legislatif]], [[eksekutif]] dan [[yudikatif]]. Kekuasaan legislatif dipegang oleh sebuah lembaga bernama [[Majelis Permusyawaratan Rakyat]] (MPR). |
|||
==== Upaya kolonisasi oleh Portugal ==== |
|||
MPR pernah menjadi [[Majelis Permusyawaratan Rakyat#Kedudukan|lembaga tertinggi negara]] [[sistem satu kamar|unikameral]], namun setelah [[Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945|amandemen ke-4]] MPR bukanlah lembaga tertinggi lagi, dan komposisi keanggotaannya juga berubah. MPR setelah amandemen UUD 1945, yaitu sejak [[2004]] menjelma menjadi lembaga [[sistem dua kamar|bikameral]] yang terdiri dari 560 anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat]] (DPR) yang merupakan wakil rakyat melalui [[Partai Politik]], ditambah dengan 132 anggota [[Dewan Perwakilan Daerah]] (DPD) yang merupakan wakil provinsi dari jalur [[independen]].<ref>{{cite web |
|||
{{utama|Imperium Portugal di Nusantara}}[[Berkas:AtlasMiller BNF Insulindia Malucos.jpg|250px|jmpl|Peta buatan tahun 1519 yang menunjukkan pulau-pulau di [[Maluku Utara]], yang dipasangkan dengan bendera Portugal saat itu.|kiri]] |
|||
| url = http://www.bappenas.go.id/get-file-server/node/88/ |
|||
Demi mencari rempah-rempah yang sulit didapatkan setelah jalur perdagangannya terputus akibat jatuhnya [[Konstantinopel]] ke tangan [[Turki Utsmani|bangsa Turki Utsmani]] pada tahun 1453,<ref>{{Cite book|last=Pradjoko|first=Didik|date=2008|title=Modul I Sejarah Indonesia|location=Depok|publisher=Universitas Indonesia Press|pages=5}}</ref> armada [[Bangsa Portugis|Portugis]] di bawah kepemimpinan [[Afonso de Albuquerque]] melakukan ekspedisi ke timur [[Eropa]] hingga sampai di negara [[Kesultanan Melaka|Melaka]] dan memulai sejarah [[kolonialisme]] di [[Nusantara]] dengan menyerang dan menduduki negara itu.<ref name="Winstedt">{{cite book|last= Winstedt|first= Richard|title= A History of Malaya|url= https://archive.org/details/historyofmalaya0000wins|publisher= Marican|year= 1962 }}</ref><ref name="tirto-portugis" /> [[Kesultanan Demak|Demak]] yang merasa terancam lalu mengirim armada laut ke Melaka pada tahun 1453 untuk menyerang balik armada Portugis, tetapi usahanya gagal.<ref name="tirto-portugis">{{Cite web|last=Suntama|first=Permadi|date=2022-08-29|title=Sejarah Kedatangan Bangsa Portugis ke Indonesia: Proses & Rute|url=https://tirto.id/sejarah-kedatangan-bangsa-portugis-ke-indonesia-proses-rute-gjCF|website=Tirto|language=id|access-date=2022-09-23|archive-date=2023-03-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20230325005606/https://tirto.id/sejarah-kedatangan-bangsa-portugis-ke-indonesia-proses-rute-gjCF|dead-url=no}}</ref> Pada tahun 1512, Albuquerque mengirimkan armada laut yang dipimpin oleh [[António de Abreu]] dan [[Francisco Serrão]] menuju [[Kepulauan Maluku]] demi memonopoli perdagangan [[cengkih]] dan [[pala]]<ref name="detik-portugis">{{Cite web|date=2021-08-18|last=Kristina|title=Sejarah Mendaratnya Portugis di Indonesia, Pendatang Pertama dari Eropa|url=https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5684923/sejarah-mendaratnya-portugis-di-indonesia-pendatang-pertama-dari-eropa|website=DetikEdu|language=id-ID|access-date=2022-09-22|archive-date=2023-03-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20230325005609/https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5684923/sejarah-mendaratnya-portugis-di-indonesia-pendatang-pertama-dari-eropa|dead-url=no}}</ref> [[Bayanullah dari Ternate|Bayanullah]] (sultan [[Kesultanan Ternate|Ternate]] saat itu) mengizinkan armada Portugis untuk membangun [[Benteng Kastela]] dan memonopoli perdagangan rempah-rempah di Ternate dengan imbalan bantuan militer, karena Ternate pada saat itu sedang bermusuhan dengan [[Kesultanan Tidore|Tidore]].<ref name="tirto-portugis" /> |
|||
| title = Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 |
|||
| first = |
|||
| last = |
|||
| author = |
|||
| authorlink = |
|||
| coauthors = |
|||
| date = |
|||
| month = |
|||
| year = |
|||
| work = |
|||
| publisher = |
|||
| location = |
|||
| page = |
|||
| pages = |
|||
| at = |
|||
| language = Indonesia, Inggris, Melayu, dan China |
|||
| trans_title = |
|||
| format = pdf |
|||
| doi = |
|||
| archiveurl = |
|||
| archivedate = |
|||
| accessdate = 2011-05-24 |
|||
| quote = |
|||
| ref = |
|||
| separator = |
|||
| postscript = |
|||
}}</ref>{{dead link|date=Januari 2014}} Anggota DPR dan DPD dipilih melalui [[pemilu]] dan dilantik untuk masa jabatan lima tahun. Sebelumnya, anggota MPR adalah seluruh anggota DPR ditambah [[utusan golongan]] dan [[Tentara Nasional Indonesia|TNI]]/[[Kepolisian Negara Republik Indonesia|Polri]]. MPR saat ini diketuai oleh [[Sidarto Danusubroto]], menggantikan almarhum [[Taufiq Kiemas]]. DPR saat ini diketuai oleh [[Marzuki Alie]], sedangkan DPD saat ini diketuai oleh [[Irman Gusman]]. |
|||
Armada Spanyol yang melakukan ekspedisi ke barat [[Eropa]] melanjutkan ekspedisi di bawah kepemimpinan [[Juan Sebastián Elcano]] setelah kehilangan banyak pasukan di [[Filipina]] dan akhirnya tiba di Kepulauan Maluku pada tanggal 8 November 1521, tetapi kedatangannya ditentang oleh armada Portugis yang terlebih dahulu ada di sana dan menganggap Spanyol melanggar [[Perjanjian Tordesillas]]. Bangsa Spanyol bersekutu dengan [[Kesultanan Tidore|Tidore]] untuk melawan Ternate dan Portugal.<ref>{{Cite web|last=Efendi|first=Ahmad|title=Tujuan Kedatangan Bangsa Spanyol ke Indonesia dan Latar Belakangnya|url=https://tirto.id/tujuan-kedatangan-bangsa-spanyol-ke-indonesia-dan-latar-belakangnya-gjoD|website=tirto.id|language=id|access-date=2023-03-03|archive-date=2023-03-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20230325005606/https://tirto.id/tujuan-kedatangan-bangsa-spanyol-ke-indonesia-dan-latar-belakangnya-gjoD|dead-url=no}}</ref> Persaingan kubu Ternate–[[Imperium Portugal|Portugal]] vs. Tidore–[[Imperium Spanyol|Spanyol]] berujung pada meletusnya [[perang]] antarkubu, yang berakhir dengan kekalahan kubu Tidore–Spanyol dan penandatanganan [[Perjanjian Zaragoza]] pada tanggal 22 April 1529, yang membuat armada Spanyol harus angkat kaki dari Maluku dan kembali ke Filipina.<ref name="ternate-tidore">{{Cite web|last=Ahsan|first=Ivan Aulia|title=Keruwetan Perang Ternate-Portugis vs Tidore-Spanyol|url=https://tirto.id/keruwetan-perang-ternate-portugis-vs-tidore-spanyol-czsX|website=tirto.id|language=id|archive-url=https://web.archive.org/web/20230814132141/https://tirto.id/keruwetan-perang-ternate-portugis-vs-tidore-spanyol-czsX|archive-date=2023-08-14|dead-url=no|access-date=2023-03-03}}</ref>[[Berkas:Southeast Asia Portuguese Empire 1.png|jmpl|350x350px|Peta kolonisasi [[bangsa Portugis]] di Nusantara.]] |
|||
Lembaga eksekutif berpusat pada [[presiden]], [[wakil presiden]], dan [[kabinet]]. Kabinet di Indonesia adalah [[Kabinet (pemerintahan)|Kabinet Presidensial]] sehingga para menteri bertanggung jawab kepada presiden dan tidak mewakili partai politik yang ada di parlemen. Meskipun demikian, Presiden saat ini yakni [[Susilo Bambang Yudhoyono]] yang diusung oleh [[Partai Demokrat]] juga menunjuk sejumlah pemimpin [[Partai Politik]] untuk duduk di kabinetnya. Tujuannya untuk menjaga stabilitas pemerintahan mengingat kuatnya posisi lembaga legislatif di Indonesia. Namun pos-pos penting dan strategis umumnya diisi oleh menteri tanpa portofolio partai (berasal dari seseorang yang dianggap ahli dalam bidangnya). |
|||
Sementara itu, armada Portugis ingin meneruskan ambisi memperbesar [[koloni]] di Nusantara dengan cara menguasai [[Selat Sunda]] dan akhirnya mereka membuat perjanjian dengan [[Surawisesa|Prabu Surawisesa]] (raja [[Kerajaan Sunda|Sunda]] saat itu) pada tahun 1522, yang mengizinkan pendirian [[benteng]] di [[Kota Cilegon|Banten]] dan [[Sunda Kelapa]] bagi armada Portugis dengan imbalan bantuan militer untuk menghadapi Demak dan [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]]. Namun, kerja sama tersebut tidak pernah terlaksana, karena armada yang dikirim untuk melaksanakan perjanjian itu terseret dalam [[topan|badai topan]] di [[Teluk Benggala]] dan beberapa pasukan yang tiba di Sunda dengan selamat diserang oleh pasukan [[Fatahillah]] yang sedang menyerbu Sunda, sehingga armada Portugis akhirnya meninggalkan Selat Sunda.<ref name="detik-portugis" /> |
|||
Setelah kepergian Spanyol, [[bangsa Portugis]] mulai mencoba untuk memperbesar pengaruh mereka, sementara Ternate mulai menyadari bahwa Portugal sudah terlalu banyak ikut campur urusan internal negara, terutama atas suksesi takhta. Tewasnya [[Khairun Jamil dari Ternate|Khairun Jamil]] (sultan Ternate) oleh pasukan Portugis memantik kemarahan rakyat Ternate dan memicu [[Perang Ternate–Portugal]]. Ternate dan sekutunya berhasil memenangkan perang dan mengusir sebagian besar pasukan Portugis yang lari menuju [[Kepulauan Nusa Tenggara|Nusa Tenggara]].<ref name="ternate-tidore" /> Pengaruh bangsa Portugis di Nusantara semakin berkurang setelah [[Orang Belanda|bangsa Belanda]] mulai masuk ke Nusantara dan akhirnya hanya tersisa di wilayah [[Timor Portugis|Pulau Timor bagian timur]] menurut [[Perjanjian Lisboa (1859)|Perjanjian Lisboa]].<ref>{{Cite book|last=Portugal|date=1861|url=https://books.google.com/books?id=4gMMAAAAYAAJ&q=tratado+de+lisboa+de+1859|title=Tratado de demarcação e troca de algumas possessões portuguezas e neerlandezas no Archipelago de Solor e Timor entre sua magestade el-rei de Portugal e sua magestade el-rei dos Paizes Baixos assignado em Lisboa pelos respectivos plenipotenciarios aos 20 de abril de 1859|publisher=Imprensa nacional|language=pt}}</ref> |
|||
Lembaga Yudikatif sejak masa reformasi dan adanya amandemen UUD 1945 dijalankan oleh [[Mahkamah Agung Republik Indonesia|Mahkamah Agung]], [[Komisi Yudisial]], dan [[Mahkamah Konstitusi]], termasuk pengaturan administrasi para hakim. Meskipun demikian keberadaan [[Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia|Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia]] tetap dipertahankan. |
|||
== |
==== Monopoli VOC ==== |
||
{{utama|Perusahaan Hindia Timur Belanda di Nusantara}}[[Berkas:VOC.svg|jmpl|Lambang [[Perusahaan Hindia Timur Belanda|VOC]], suatu [[serikat dagang]] Belanda yang memonopoli perdagangan rempah di Nusantara.|kiri]]Berbekal rute pelayaran armada Portugis sebelumnya, armada kapal [[Republik Belanda|Belanda]] di bawah kepemimpinan [[Cornelis de Houtman]] memulai [[Ekspedisi Pertama Belanda ke Hindia Timur|ekspedisi pertamanya]] untuk mencari rempah-rempah di [[Dunia Timur|Timur]], hingga akhirnya sampai di [[Banten]] pada tanggal 27 Juni 1596, serta berhasil menyusuri pesisir utara [[Jawa]] hingga ke Bali dalam kurun waktu setahun. Tabiat buruk Houtman dan anak buahnya membuat mereka sering berseteru dengan penduduk lokal di sepanjang perjalanan, meskipun mereka akhirnya sukses membawa serta peti-peti berisi rempah dalam jumlah banyak kembali Belanda.<ref name="tirto-belanda">{{Cite web|last=Yahya|first=Rizal Amril|title=Sejarah Kedatangan Bangsa Belanda ke Indonesia & Latar Belakang|url=https://tirto.id/sejarah-kedatangan-bangsa-belanda-ke-indonesia-latar-belakang-gjtz|website=tirto.id|language=id|access-date=2023-03-05|archive-date=2023-03-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20230305165221/https://tirto.id/sejarah-kedatangan-bangsa-belanda-ke-indonesia-latar-belakang-gjtz|dead-url=no}}</ref> Pada tahun 1598–1600, para pedangang Belanda membentuk [[Ekspedisi Kedua Belanda ke Nusantara|rombongan ekspedisi]] yang dipimpin oleh [[Jacob Corneliszoon van Neck]] agar dapat mengulang kesuksesan tersebut. Mereka berusaha menarik hati para penduduk dan penguasa lokal untuk tidak mengulangi kesalahan yang dilakukan armada Portugis dan rombongan Houtman. Setelah itu, berbagai kapal milik para pedagang Belanda lainnya menyusul untuk memperoleh dan menguasai rempah-rempah di Nusantara.<ref name="tirto-belanda" /> |
|||
{{Utama|Provinsi Indonesia}} |
|||
{{Peta Indonesia}} |
|||
Indonesia saat ini terdiri dari 34 [[provinsi]], lima di antaranya memiliki status yang berbeda ([[Aceh]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta]], [[Papua Barat]], [[Papua]], dan [[DKI Jakarta]]). Provinsi dibagi menjadi 403 [[kabupaten]] dan 98 [[kota]] yang dibagi lagi menjadi [[kecamatan]] dan lagi menjadi [[kelurahan]], [[desa]], [[gampong]], [[kampung]], [[nagari]], [[pekon]], atau istilah lain yang diakomodasi oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang [[Pemerintahan Daerah]]. Tiap provinsi memiliki [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi|DPRD Provinsi]] dan [[gubernur]]; sementara [[kabupaten]] memiliki [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten|DPRD Kabupaten]] dan [[bupati]]; kemudian [[kota]] memiliki [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota|DPRD Kota]] dan [[wali kota]]; semuanya dipilih langsung oleh rakyat melalui [[Pemilu]] dan [[Pilkada]]. Bagaimanapun di Jakarta tidak terdapat DPR Kabupaten atau Kota, karena Kabupaten Administrasi dan Kota Administrasi di Jakarta bukanlah daerah otonom. |
|||
[[Berkas:Indonesia by Ibrahim Muteferrika (1674-1745).png|jmpl|300px|Peta [[Asia Tenggara]] yang dibuat sekitar tahun 1674–1745 oleh [[Kâtip Çelebi]], seorang [[ahli geografi]] [[Turki Utsmani]].]][[Dewan Negara Belanda]] membentuk suatu serikat dagang pada tanggal [[20 Maret]] [[1602]]<nowiki/>bernama [[Perusahaan Hindia Timur Belanda]] (VOC) untuk mengurangi persaingan di antara para pedagang rempah Belanda. Dalam piagam "oktroi" (''octrooi''), VOC diperbolehkan untuk memiliki angkatan perang sendiri, mencetak mata uang sendiri, serta memonopoli perdagangan dan menekan penguasa-penguasa lokal di kawasan Nusantara.<ref name="tirto-voc">{{Cite web|last=Prinada|first=Yuda|title=Apa itu Pengertian VOC, Sejarah Kapan Didirikan, dan Tujuannya?|url=https://tirto.id/apa-itu-pengertian-voc-sejarah-kapan-didirikan-dan-tujuannya-gaaG|website=tirto.id|language=id|access-date=2023-03-11|archive-date=2023-03-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20230325005617/https://tirto.id/apa-itu-pengertian-voc-sejarah-kapan-didirikan-dan-tujuannya-gaaG|dead-url=no}}</ref> Pada tahun 1603, VOC mulai membangun pos-pos perdagangan di [[Banten]], [[Ambon]], [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jayakarta]], dan lain-lain. Sejak tahun 1604, VOC bersaing ketat dengan armada [[Perusahaan Hindia Timur Britania]] (EIC) yang juga tiba di Nusantara demi tujuan yang sama.{{sfn|Ricklefs|1991|p=29}} Pada tanggal 19 Desember 1610, [[Pieter Both]] ditunjuk sebagai [[Daftar Gubernur-Jenderal Hindia Belanda|gubernur jenderal pertama di Nusantara]], yang kemudian menetapkan [[Kota Ambon|Ambon]] sebagai pusat pemerintahan.<ref name="tirto-voc" /> Pada tanggal 30 Mei 1619, [[Jan Pieterszoon Coen]] (gubernur jenderal yang baru) memerintahkan armada kapal VOC untuk menyerang Jayapura dan [[Kesultanan Banten|Banten]], serta mendirikan [[Batavia]] yang kelak menjadi pusat pemerintahan. Pada tahun 1620, VOC dan EIC membuat perjanjian perdagangan rempah-rempah, tetapi hubungan tersebut putus sejak armada Inggris berangsur-angsur meninggalkan wilayah Nusantara setelah terjadinya [[Pembantaian Amboina]] terhadap beberapa [[Bangsa Inggris|orang Inggris]] pada tahun 1623.<ref name="MILLER_XVI">{{cite book |editor-last=Miller |editor-first=George |title=To The Spice Islands and Beyond: Travels in Eastern Indonesia |publisher=Oxford University Press |year=1996 |location=New York|pages=xvi |isbn=967-65-3099-9 |no-pp=true }}</ref> Istilah "[[Hindia Belanda]]" (''Nederlandsch-Indië'') mulai digunakan di dalam dokumen resmi VOC sejak awal tahun 1620-an.<ref>{{cite book|volume=VOC|title=Dagh-register gehouden int Casteel Batavia vant passerende daer ter plaetse als over geheel Nederlandts-India anno 1624–1629. |trans-title=The official register at Castle Batavia, of the census of the Dutch East Indies |year=1624}}</ref> VOC menjadi [[badan usaha]] [[swasta]] yang sangat sukses selama abad ke-17 dan bahkan menjadi perusahaan terkaya di dunia pada tahun 1669. VOC lihai dalam melakukan politik adu domba antarkerajaan kecil dan memaksa para penguasa lokal untuk menandatangani [[Traktat|perjanjian]] damai (misalnya [[Perjanjian Painan]]). VOC saat itu menguasai [[Jawa|Pulau Jawa]], [[Painan, IV Jurai, Pesisir Selatan|Painan]], [[Kota Makassar|Makassar]], [[Kota Manado|Manado]], [[Pulau Seram]], dan [[Pulau Buru]].<ref>{{Cite web |date=31 July 1982 |title=170 tahun kepahlawanan minangkabau |url=http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1982/07/31/BK/mbm.19820731.BK47129.id.html |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20120314193208/http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1982/07/31/BK/mbm.19820731.BK47129.id.html |archive-date=14 March 2012 |access-date=11 March 2012 |website=Majalah Tempo Online |language=indonesian}}</ref> |
|||
Provinsi [[Aceh]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta]], [[Papua Barat]], dan [[Papua]] memiliki hak istimewa legislatur yang lebih besar dan tingkat otonomi yang lebih tinggi dibandingkan provinsi lainnya. Contohnya, Aceh berhak membentuk sistem legal sendiri; pada tahun 2003, Aceh mulai menetapkan hukum [[Syariah]].<ref>{{cite journal |author=Michelle Ann Miller |title=The Aceh law: a serious response to Acehnese separatism? |journal=Asian Ethnicity |volume=5 |issue=3 |url=http://www.ingentaconnect.com/content/routledg/caet/2004/00000005/00000003/art00005 |year=2004 |pages=333–351 |doi=10.1080/1463136042000259789}}</ref> Yogyakarta mendapatkan status Daerah Istimewa sebagai pengakuan terhadap peran penting Yogyakarta dalam mendukung Indonesia selama Revolusi.<ref>[[Dewan Perwakilan Rakyat]] (1999). Bab XIV Other Provisions, Pasal 122; {{PDFlink|[http://id.wikisource.org/wiki/Undang-Undang_Republik_Indonesia_Nomor_5_Tahun_1974 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah]|146 }}. [[Presiden Indonesia]] (1974). Bab VII Aturan Peralihan, Pasal 91</ref> [[Provinsi Papua]], sebelumnya disebut Irian Jaya, mendapat status otonomi khusus tahun 2001.<ref>{{cite news |last=Dursin |first=Richel |coauthors=Kafil Yamin |title=Another Fine Mess in Papua |work=Editorial |pages= |language= |publisher=The Jakarta Post |date=[[18 November]] [[2004]] |url=http://www.infid.be/papua_mess.htm |
|||
|accessdate=[[5 Oktober]] [[2006]]}}; {{cite news |title=Papua Chronology Confusing Signals from Jakarta|publisher=The Jakarta Post |date=[[18 November]] [[2004]] |url=http://www.infid.be/papua_mess.htm#Papua%20Chronology%20Confusing%20Signals%20from%20Jakarta |accessdate=[[5 Oktober]] [[2006]]}}</ref> [[DKI Jakarta]], adalah daerah khusus ibukota negara. [[Timor Portugis]] digabungkan ke dalam wilayah Indonesia dan menjadi provinsi [[Timor Timur]] pada 1979–1999, yang kemudian memisahkan diri melalui referendum menjadi Negara [[Timor Leste]].<ref>{{cite web |last=Burr |first=W. |coauthors=Evans, M.L. |title=Ford and Kissinger Gave Green Light to Indonesia's Invasion of East Timor, 1975: New Documents Detail Conversations with Suharto |work=National Security Archive Electronic Briefing Book No. 62 |publisher=[http://en.wiki-indonesia.club/wiki/National_Security_Archive National Security Archieve], [http://en.wiki-indonesia.club/wiki/George_Washington_University Universitas George Washington], [[Washington, D.C.]] |date=2001-12-06 |url=http://www.gwu.edu/~nsarchiv/NSAEBB/NSAEBB62/ |accessdate=2006-09-17}}</ref> |
|||
[[Berkas:Jawa Setelah Perjanjian Giyanti.png|jmpl|300x300px|Pembagian Mataram setelah [[Perjanjian Giyanti]] (1755) dan [[Perjanjian Salatiga|Salatiga]] (1757).|kiri]]Pasukan [[Kesultanan Mataram|Mataram]] pernah merencanakan [[penyerbuan ke Batavia|penyerbuan ke markas VOC di Batavia]] sebanyak dua kali pada tahun 1628 dan 1629, tetapi akhirnya gagal karena kekurangan perbekalan.<ref>Romain Bertrand, ''L‘Histoire à parts égales. Récits d'une rencontre Orient-Occident (XVIe-XVIIe siècles)'', Paris, Seuil, 2011, bab 15, hlm. 420-436.</ref> Sebagai gantinya, VOC beberapa kali mencampuri urusan kerajaan di Mataram berkali-kali, seperti membantu dalam [[Perang Takhta Jawa Pertama|perang takhta]] melawan pasukan [[Amangkurat III]] pada tahun 1704–1708, membantu dalam [[Perang Takhta Jawa Kedua|perang takhta]] melawan kerabat raja yang memberontak pada tahun 1719–1723, serta ikut campur dalam rangkaian [[Perang Takhta Jawa Ketiga|konflik antaranggota keluarga kerajaan Mataram]] pada tahun 1749–1757. [[Perjanjian Giyanti]] (13 Februari 1755) dan [[Perjanjian Salatiga]] (17 Maret 1757) yang ditandatangani bersama pihak VOC membuat negara Mataram terpecah menjadi beberapa negara baru, yaitu [[Kadipatèn Mangkunagaran|Mangkunagaran]], [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Yogyakarta]], dan [[Kesunanan Surakarta Hadiningrat|Surakarta]].<ref>{{harvnb|Frederick|Worden|1993|loc=''[http://countrystudies.us/indonesia/8.htm The Dutch on Java, 1619–1755]'': "Perang berlangsung hingga tahun 1755, ketika Perjanjian Giyanti disahkan, mengakui Pakubuwana III (memerintah 1749–55) sebagai penguasa Surakarta dan Mangkubumi (yang mengambil gelar sultan dan nama Hamengkubuwana) sebagai penguasa Yogyakarta."}}</ref> |
|||
;Provinsi di Indonesia dan ibukotanya |
|||
{{col-begin}} |
|||
Mulai tahun [[1730]], kejayaan VOC mulai merosot akibat [[korupsi]] di tubuh VOC, ketidaksiapan dalam memenuhi permintaan pasar yang berubah, serta pergolakan yang terus-menerus terjadi di [[Eropa]] dan di Nusantara.<ref>{{cite book | title=The First Modern Economy: Success, Failure, and Perseverance of the Dutch Economy, 1500-1815 | url=https://archive.org/details/firstmodernecono0000devr | publisher=Cambridge University Press |author1=de Vries, Jan |author2=van der Woude, Ad | year=1997 | isbn=0-521-57061-1|pages=[https://archive.org/details/firstmodernecono0000devr/page/449 449]–455}}</ref> Pergolakan di Nusantara, misalnya, yaitu pembantaian orang-orang [[Tionghoa]] di [[Batavia]] pada tahun 1740 yang dikenal dengan peristiwa [[Geger Pacinan]], yang kemudian memicu [[Perang Jawa (1741–1743)|Perang Jawa]] (1741–1743) dan Perang Kuning (1750).<ref>{{cite thesis|last=Dharmowijono|first=W.W.|url=http://dare.uva.nl/document/147345|year=2009|ref=harv|language=Belanda|accessdate=1 December 2011|publisher=Universiteit van Amsterdaam|title=Van koelies, klontongs en kapiteins: het beeld van de Chinezen in Indisch-Nederlands literair proza 1880–1950|degree=Doctorate in Humanities|trans_title=Of Coolies, Klontong, and Captains: The Image of the Chinese in Indonesian-Dutch Literary Prose 1880–1950|archivedate=2012-04-26|archiveurl=https://web.archive.org/web/20120426011624/http://dare.uva.nl/document/147345|deadurl=no}}</ref> Lalu pada tahun 1771–1772, [[Perang Bayu]] pecah di [[Semenanjung Blambangan|Blambangan]] dan memakan korban jiwa yang sangat besar dari penduduk lokal dan pasukan VOC.<ref name="baydejonge">J.K.J. de Jonge, De Opkomst Van Het Nederlansch Gesag Over Java-XI, ML van Deventer, 1883</ref> Setelah [[Perang Inggris-Belanda Keempat|perang melawan Inggris]] (1780-1784) berakhir, VOC mengalami krisis finansial yang sangat buruk yang membuatnya hampir tidak dapat beroperasi. VOC diambil alih oleh [[Republik Batavia|Bataaf]] (penerus [[Republik Belanda|Belanda]]) sejak tanggal [[1 Maret]] [[1796]] untuk mengatasi krisis tersebut, tetapi akhirnya gagal. Pada tanggal 31 Desember 1799, VOC resmi berhenti beroperasi, sementara aset-asetnya (termasuk [[koloni]] VOC) diambil oleh Pemerintah Bataaf,<ref name="tanap">TANAP, The end of the VOC</ref> sebelum akhirnya jatuh ke tangan [[Republik Prancis Pertama|Prancis]] enam tahun kemudian. |
|||
{{col-break}} |
|||
'''[[Sumatera]]''' |
|||
==== Koloni Belanda dalam kendali Prancis ==== |
|||
* [[Aceh]] - [[Kota Banda Aceh|Banda Aceh]] |
|||
{{utama|Jeda kekuasaan Prancis dan Britania di Hindia Belanda#Kekuasaan Prancis (1806–1811)}} |
|||
* [[Sumatera Utara]] - [[Kota Medan|Medan]] |
|||
[[Berkas:Portrait Governor-General Herman Willem Daendels.jpg|jmpl|Potret Gubernur Jenderal [[Herman Willem Daendels]].|242x242px]] |
|||
* [[Sumatera Barat]] - [[Kota Padang|Padang]] |
|||
[[Napoleon Bonaparte]] yang menguasai [[Kekaisaran Prancis Pertama|Prancis]] pada saat itu membubarkan Bataaf ([[negara pengekor]] dari [[Kekaisaran Prancis Pertama|Prancis]]) dan mendirikan [[negara boneka]] [[Kerajaan Hollandia|Hollandia]] pada bulan Maret 1806, lalu menunjuk [[Louis Bonaparte|Louis]] (adiknya) sebagai [[Daftar penguasa Belanda|raja]] pada tanggal 5 Juni. Louis mengirimkan [[Herman Willem Daendels]] berkebangsaan [[Orang Belanda|Belanda]] sebagai [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda]] dan tiba di [[Batavia]] pada tanggal 5 Januari 1808.<ref name="Britannica">{{cite web| title=The French and the British in Java, 1806–15| publisher=Britannica| author=Asvi Warman Adam| url=http://www.britannica.com/EBchecked/topic/286480/Indonesia/22812/The-French-and-the-British-in-Java-1806-15| access-date=2023-03-13| archive-date=2015-04-30| archive-url=https://web.archive.org/web/20150430090936/http://www.britannica.com/EBchecked/topic/286480/Indonesia/22812/The-French-and-the-British-in-Java-1806-15| dead-url=no}}</ref><ref>{{cite book |author1=H. L. Wesseling |title=The European Colonial Empires 1815-1919 |date=23 October 2015 |publisher=Taylor & Francis |isbn=9781317895077 |pages=104 |url=https://www.google.co.id/books/edition/The_European_Colonial_Empires/PdHMCgAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=herman+willem+daendels+appointed&pg=PA104&printsec=frontcover |access-date=2 September 2022 |language=English}}</ref> Daendels kemudian menerapkan aturan yang sangat keras dan kebijakan bertangan besi di Hindia Belanda sebagai persiapan menghadapi ancaman [[Persatuan Kerajaan Britania Raya dan Irlandia|Britania Raya]]. Daendels membangun banyak fasilitas dan benteng pertahanan, seperti [[Jalan Raya Pos]] [[Anyar, Serang|Anyar]]–[[Panarukan, Situbondo|Panarukan]] yang memakan banyak korban dari [[Kerja paksa|pekerja]] ''[[Heerendiensten]]'',<ref>Pramoedya sheds light on dark side of Daendels' highway. ''The Jakarta Post'' 8 January 2006.</ref> [[Benteng Lodewijk]] di [[Kota Surabaya|Surabaya]], dan ''Paleis van Daendels'' (sekarang [[Gedung AA Maramis]]) di Batavia. Daendels juga keras terhadap para penguasa lokal dan keluarganya, serta menjadi penyebab jatuhnya negara [[Kesultanan Banten|Banten]].<ref>{{cite book |title = Ekspedisi Anjer-Panaroekan, Laporan Jurnalistik Kompas |publisher= Penerbit Buku Kompas, PT Kompas Media Nusantara, Jakarta Indonesia | date= November 2008|pages= 1–2|isbn= 978-979-709-391-4}}</ref> Gaya kepemimpinan tersebut tentu saja menimbulkan kesengsaraan pada penduduk lokal, sehingga pemberontakan yang dipimpin oleh [[Ronggo Prawirodirjo III]] akhirnya pecah di [[Jawa|Pulau Jawa]] pada tanggal 20 November – 17 Desember 1810, tetapi cepat diredam oleh pasukan Hindia Belanda dan [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat|Keraton Yogyakarta]].<ref name="anon">{{cite web|last=|authors=anonim|first=|date=16 Januari 2012|year=2012|title=Mengenal Sejarah Tanah Perdikan Madiun|url=http://informasimadiun.blogspot.co.id/2012/01/mengenal-sejarah-tanah-perdikan-madiun.html|publisher=Madiun Info|location=|isbn=|issn=|accessdate=19 September 2015|archive-date=2018-05-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20180520153642/http://informasimadiun.blogspot.co.id/2012/01/mengenal-sejarah-tanah-perdikan-madiun.html|dead-url=no}}</ref> Daendels turun dari jabatannya pada tanggal 15 Mei 1811. Tidak lama kemudian, Britania Raya [[Penyerbuan Jawa (1811)|menyerbu Pulau Jawa]] dan mengambil alih [[Hindia Belanda]].<ref>{{cite web|last=Van Uythoven|first=Geert|year=2013|title=Lieutenant General Jan Willem Janssens|url=http://www.napoleon-series.org/research/biographies/Holland/Generals/c_Janssens.html|publisher=The Napoleon Series|access-date=30 July 2016|archive-date=2016-03-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20160304055302/http://www.napoleon-series.org/research/biographies/Holland/Generals/c_Janssens.html|dead-url=no}}</ref> |
|||
* [[Riau]] - [[Kota Pekanbaru|Pekanbaru]] |
|||
* [[Kepulauan Riau]] - [[Kota Tanjungpinang|Tanjungpinang]] |
|||
==== Kolonisasi singkat Britania Raya ==== |
|||
* [[Jambi]] - [[Kota Jambi|Jambi]] |
|||
{{utama|Jeda kekuasaan Prancis dan Britania di Hindia Belanda#Kekuasaan Britania (1811–1816)}}Armada gabungan [[Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia|Britania Raya]] dan [[Perusahaan Hindia Timur Britania|EIC]] berangkat menuju Hindia Belanda pada tahun 1809 untuk merebut wilayah tersebut dari Prancis dan aknirnya berhasil menguasai [[Kepulauan Maluku]] setahun setelahnya.<ref>{{cite book|last=Fregosi|first=Paul|year=1989|title=Dreams of Empire: Napoleon and the First World War 1792-1815|url=https://archive.org/details/dreamsofempirena0000freg|publisher=Hutchinson|isbn=0-09-173926-8|author-link=Paul Fregosi}}</ref> Pada bulan Agustus 1811, [[Penyerbuan Jawa (1811)|armada Britania mulai menyerbu Pulau Jawa]] dan menduduki satu per satu pos milik Prancis dan Belanda di Jawa, hingga pasukan [[Jan Willem Janssens]] (Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu) yang lari dari Batavia akhirnya takluk di [[Kota Salatiga|Salatiga]]. Pada tanggal 18 September, pihak Belanda menyerahkan kekuasaan atas Hindia Belanda secara resmi kepada armada Britania melalui [[Kapitulasi Tuntang|Perjanjian Tuntang]].<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2021-08-16|title=Kapitulasi Tuntang: Latar Belakang, Isi Perjanjian, dan Dampaknya Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/16/140000379/kapitulasi-tuntang-latar-belakang-isi-perjanjian-dan-dampaknya|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-05-02|archive-date=2023-05-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20230505101916/https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/16/140000379/kapitulasi-tuntang-latar-belakang-isi-perjanjian-dan-dampaknya|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite web|title=Menyimak Kisah Sejarah Penjajahan Inggris di Indonesia|url=https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/menyimak-kisah-sejarah-penjajahan-inggris-di-indonesia-20H8JQI0aCC|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2023-05-02|archive-date=2023-05-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20230505160142/https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/menyimak-kisah-sejarah-penjajahan-inggris-di-indonesia-20H8JQI0aCC|dead-url=no}}</ref> [[Berkas:George Francis Joseph - Sir Thomas Stamford Bingley Raffles.jpg|ki|jmpl|[[Thomas Stamford Raffles|Sir Thomas Stamford Bingley Raffles]], tokoh sentral kolonialisme Britania Raya di Hindia Belanda.|259x259px]] |
|||
* [[Sumatera Selatan]] - [[Kota Palembang|Palembang]] |
|||
[[Thomas Stamford Raffles]] ditunjuk sebagai [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda|Letnan Gubernur Jawa]] oleh pihak Britania Raya.<ref>{{cite book |author1=Sir [[Thomas Stamford Raffles]] |title=The History of Java |date=1830 |publisher=J. Murray |pages=xxiii |url=https://books.google.com/books?id=oA8PAAAAYAAJ&q=history+of+java |access-date=12 August 2022 |archive-date=2023-05-02 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230502054202/https://books.google.com/books?id=oA8PAAAAYAAJ&q=history+of+java |dead-url=no }}</ref> Raffles merombak aturan Belanda yang memberatkan penduduk lokal, seperti ''[[Heerendiensten]]'' dan perbudakan, tetapi sebagai gantinya menerapkan sistem ''land tenure'' (pajak sewa tanah yang dibayarkan oleh penduduk lokal kepada pemerintah kolonial sebagai "[[Penguasaan tanah|tuan tanah]]") serta menaikkan pajak perorangan. Raffles membentuk pemerintahan yang lebih terpusat dengan tetap mempertahankan para [[Pegawai negeri sipil|pegawai negeri]] asal Belanda di tubuh pemerintahannya. Raffles juga berusaha bernegosiasi dengan para penguasa lokal sembari mengurangi hak-hak khusus mereka, serta melancarkan [[operasi militer]] kepada penguasa yang membangkang, seperti dalam peristiwa [[Geger Sepehi]] di [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat|Keraton Yogyakarta]].<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-02-09|title=Masa Penjajahan Inggris di Indonesia Halaman all|url=https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/11/140000669/masa-penjajahan-inggris-di-indonesia|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-05-02|archive-date=2023-05-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20230502172155/https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/11/140000669/masa-penjajahan-inggris-di-indonesia|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite web|last=Indonesia|first=C. N. N.|title=Inggris Pernah Menjajah Indonesia, Bagaimana Sejarahnya? - Halaman 2|url=https://www.cnnindonesia.com/internasional/20220915132302-106-848230/inggris-pernah-menjajah-indonesia-bagaimana-sejarahnya|website=internasional|language=id-ID|access-date=2023-05-02|archive-date=2023-05-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20230506174333/https://www.cnnindonesia.com/internasional/20220915132302-106-848230/inggris-pernah-menjajah-indonesia-bagaimana-sejarahnya|dead-url=no}}</ref> Raffles dikenal sebagai peminat [[Sejarah Jawa|sejarah]], [[Budaya Jawa|budaya]], dan [[Suku Jawa|masyarakat Jawa]] yang berhasil menyingkap banyak [[Situs arkeologi|situs kuno]] yang telah terkubur dan dilupakan pada saat itu, seperti [[Candi Prambanan]] ([[Kabupaten Sleman|Sleman]] dan [[Kabupaten Klaten|Klaten]]), [[Borobudur|Candi Borobudur]] ([[Kabupaten Magelang|Magelang]]), dan [[Situs Trowulan|situs-situs Trowulan]],<ref>{{Cite book|last=Miksic|first=John|date=1990|title=Borobudur: Golden Tales of the Buddhas|author1-link=John N. Miksic}}</ref><ref>Carey, Peter, The Power of Prophecy: Prince Dipanagara and the End of an Old Order in Java, 1785-1855, 2008</ref> yang kemudian ditulisnya dalam buku berjudul ''[[Sejarah Pulau Jawa|The History of Java]]'' yang terbit pada tahun 1817.<ref>{{cite journal|date=April 1817|title=Review of ''The History of Java'' by Thomas Stamford Raffles|url=https://babel.hathitrust.org/cgi/pt?id=hvd.32044079408258;view=1up;seq=82|journal=[[The Quarterly Review]]|volume=17|pages=72–96|archive-url=https://web.archive.org/web/20210222062459/https://babel.hathitrust.org/cgi/pt?id=hvd.32044079408258&view=1up&seq=82|archive-date=2021-02-22|access-date=2017-03-17|url-status=live}}</ref><ref>{{cite web|author1=Campbell, Donald Maclaine, 1869-1913; Wheeler, G. C|title=Java: past & present, a description of the most beautiful country in the world, its ancient history, people, antiquities, and products|url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=711740|publisher=London : W. Heinemann|page=404|archive-url=https://web.archive.org/web/20210824162608/https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=711740|archive-date=2021-08-24|access-date=24 August 2021|dead-url=unfit}}</ref> Selama pemerintahannya, [[Gunung Tambora]] di [[Pulau Sumbawa]] meletus dengan dahsyat mulai pada tanggal 5 April 1815 dan mencapai puncak erupsi pada tanggal 10–11 April dengan perkiraan skala [[Volcanic Explosivity Index|VEI-7]], kemudian berangsur-angsur mereda hingga tanggal 17 April.<ref name="Stothers1984a">{{cite journal|last=Stothers|first=R. B.|date=1984|title=The Great Tambora Eruption in 1815 and Its Aftermath|journal=[[Science]]|volume=224|issue=4654|pages=1191–1198|doi=10.1126/science.224.4654.1191}}</ref><ref name="Briffa1998">{{cite journal|last=Briffa|first=K.R.|title=Influence of volcanic eruptions on Northern Hemisphere summer temperature over 600 years|url=http://dx.doi.org/10.1038/30943|dead-url=no|journal=[[Nature]]|volume=393|pages=450–455|archive-url=https://web.archive.org/web/20230810201818/https://www.nature.com/articles/30943|archive-date=2023-08-10|access-date=2023-05-17|coauthors=Jones, P.D., Schweingruber, F.H. and Osborn T.J.}}</ref> Erupsi ini menyebabkan 71 ribu korban jiwa,<ref name="Stothers1984a" /> serta mungkin menjadi penyebab [[tahun tanpa musim panas]] (1816) yang memakan korban belasan ribu jiwa.<ref name="EvansRobert">Evans, Robert [https://web.archive.org/web/20210110072743/https://www.smithsonianmag.com/history/blast-from-the-past-65102374/ Blast from the Past], ''Smithsonian Magazine''. July 2002, p. 2</ref> |
|||
* [[Kepulauan Bangka Belitung]] - [[Kota Pangkal Pinang|Pangkal Pinang]] |
|||
* [[Bengkulu]] - [[Kota Bengkulu|Bengkulu]] |
|||
[[Belanda]] yang keluar dari [[Kekaisaran Prancis Pertama|Kekaisaran Prancis]] menyetujui [[Perjanjian Inggris-Belanda 1814|suatu perjanjian]] bersama [[Orang Britania|pihak Britania]] pada tahun 1814, yang membuat Britania Raya harus mengembalikan [[Imperium kolonial Belanda|koloni milik Belanda]] sebelum tahun 1803. Perjanjian itu berlaku efektif pada tahun 1815 dan diikuti oleh penurunan jabatan Raffles setahun setelahnya. Koloni di Nusantara sejak tahun 1803 tetap milik Britania Raya, termasuk [[Bengkulu|Bencoolen]] (Bengkulu), sehingga Raffles dikirim kembali ke Nusantara sebagai [[:en:Governors_of_Bencoolen|Letnan Gubernur]] [[Bengkulu|Bencoolen]] pada tahun 1818 dan melakukan eksplorasi ke wilayah [[Sumatra]], [[Semenanjung Malaya]], dan [[Pulau Ujong]] ([[Singapura]]), meskipun ia dan pasukannya sering kali berseteru dengan pasukan Belanda yang juga ingin memperluas koloninya.<ref>{{Cite journal|last=Borschberg|first=Peter|date=2019|title=Dutch objections to British Singapore, 1819–1824: law, politics, commerce and a diplomatic misstep|journal=[[Journal of Southeast Asian Studies]]|volume=50|issue=4|pages=540–561|doi=10.1017/S0022463420000053|s2cid=226792993}}</ref> |
|||
* [[Lampung]] - [[Kota Bandar Lampung|Bandar Lampung]] |
|||
'''[[Jawa]]''' |
|||
==== Perluasan wilayah Hindia Belanda ==== |
|||
* [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta]] |
|||
{{utama|Hindia Belanda}}[[Berkas:Raden Sarief Bastaman Saleh - Johannes Graaf van den Bosch.jpg|jmpl|200px|[[Johannes van den Bosch]], pencetus ''[[Cultuurstelsel]]''. Lukisan oleh [[Raden Saleh]].]]Pada tanggal 28 Agustus 1814, Belanda membentuk angkatan militer [[Hindia Belanda]] yang bernama [[Tentara Kerajaan Hindia Belanda]] (KNIL).<ref>{{Cite web|last=|first=|date=2 Juni 2016|title=Staatsblad 2016 No. 258|url=https://zoek.officielebekendmakingen.nl/stb-2016-258.pdf|website=Overheid.nl|access-date=2020-12-05|archive-date=2022-04-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20220424070820/https://zoek.officielebekendmakingen.nl/stb-2016-258.pdf|dead-url=no}}</ref> Setelah lepas dari pengaruh [[Kekaisaran Prancis Pertama|Prancis]], [[Kerajaan Belanda|Belanda]] mulai mengklaim koloninya kembali satu per satu dan akhirnya berhasil mengambil alih koloni milik Belanda seperti sedia kala pada tahun 1816. Komisariat Jenderal Hindia Belanda yang dibentuk untuk menata ulang pemerintahan Hindia Belanda kemudian membentuk suatu ''regeringsreglement'' (peraturan pemerintah) yang mengatur struktur pemerintahan selama beberapa dekade ke depan serta menyiratkan pandangan politik ''[[Pax Nederlandica]]'', yaitu cita-cita Belanda untuk mengolonisasi seluruh Nusantara dan melemahkan kekuasaan penguasa lokal.<ref name="wright-ad">H.R.C. Wright, "The Anglo-Dutch Dispute in the East, 1814-1824." ''Economic History Review'' 3.2 (1950): 229-239 [https://web.archive.org/web/20200625203303/https://www.jstor.org/stable/2590770 online].</ref><ref>{{Cite web|title=Pax Nederlandica: Kuasa Politik Apartheid Zaman Hindia Belanda - Semua Halaman - National Geographic|url=https://nationalgeographic.grid.id/read/132507373/pax-nederlandica-kuasa-politik-apartheid-zaman-hindia-belanda|website=nationalgeographic.grid.id|language=id|access-date=2023-05-05|archive-date=2023-05-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20230506153901/https://nationalgeographic.grid.id/read/132507373/pax-nederlandica-kuasa-politik-apartheid-zaman-hindia-belanda|dead-url=no}}</ref> Demi mewujudkan cita-cita tersebut, pemerintah kolonial mulai mengerahkan KNIL ke seluruh kawasan Nusantara demi memperluas wilayah kolonial [[Hindia Belanda]]. Pada tahun 1830, [[Johannes van den Bosch]] ([[Gubernur Jenderal Hindia Belanda]] saat itu) mengakali pengeluaran berlebih yang ditimbulkan oleh ekspedisi KNIL dengan mengeluarkan aturan ''[[Cultuurstelsel]]'', yang memaksa [[pribumi]] (''inlander'') menyediakan 20% tanah pertanian untuk tanaman [[komoditas]] [[ekspor]] Belanda atau bekerja di tanah pertanian milik pemerintah selama 60 hari per tahun.<ref name=":02">{{Cite web|last=Ningsih|first=Widya Lestari|date=2022-07-27|title=Johannes van den Bosch, Penggagas Sistem Tanam Paksa|url=https://www.kompas.com/stori/read/2022/07/27/140000179/johannes-van-den-bosch-penggagas-sistem-tanam-paksa|website=KOMPAS.com|language=id|archive-url=https://web.archive.org/web/20230718181126/https://www.kompas.com/stori/read/2022/07/27/140000179/johannes-van-den-bosch-penggagas-sistem-tanam-paksa|archive-date=2023-07-18|dead-url=no|access-date=2023-01-15}}</ref> Kebijakan ini terbukti menyelamatkan kas milik pemerintah kolonial, tetapi membuat penduduk lokal semakin sengsara, yang ditambah dengan munculnya bencana [[kelaparan]] hebat dan [[wabah]] penyakit pada tahun 1840-an.<ref>{{Cite book|last1=Schendel|first1=Willem van|date=17 June 2016|url=https://books.google.com/books?id=Ug9qDAAAQBAJ&pg=PA31&lpg=PA31&dq=cultivation+system+java+famine#q=cultivation%20system%20java%20famine|title=Embedding Agricultural Commodities: Using Historical Evidence, 1840s–1940s, edited by Willem van Schendel, from google (cultivation system java famine) result 10|isbn=9781317144977}}</ref> Para penduduk setempat yang merasa sengsara di bawah pemerintahan kolonial mulai melakukan sejumlah pemberontakan dan perlawanan.{{sfn|Ricklefs|1991|pp=271, 297}} |
|||
* [[Banten]] - [[Kota Serang|Serang]] |
|||
[[Berkas:Partition of the Johor Empire.png|kiri|jmpl|Pemisahan wilayah [[Kesultanan Johor]] yang menjadi titik awal pembagian wilayah [[Nusantara]] menjadi wilayah kolonial [[Malaya Britania Raya]] dan [[Hindia Belanda]].]] |
|||
* [[Jawa Barat]] - [[Kota Bandung|Bandung]] |
|||
Belanda dan Britania Raya menandatangani [[Perjanjian Britania Raya-Belanda 1824|perjanjian di London]] pada tanggal 17 Maret 1824, yang membuat Belanda menyerahkan seluruh koloni di [[Semenanjung Malaka]], [[Singapura]], dan [[Anak benua India|Anak Benua India]] kepada Britania Raya, sementara Britania Raya menyerahkan koloni di [[Sumatra|Pulau Sumatra]], [[Kesultanan Lingga|Riau-Lingga]] (sekarang [[Kepulauan Riau]]), dan Banka-Biliton (sekarang [[Kepulauan Bangka Belitung]]) kepada Belanda.<ref name="wright-ad" /> Perjanjian tersebut secara praktis membagi wilayah Nusantara menjadi [[Malaya Britania Raya]] (sekarang [[Malaysia]] dan [[Singapura]]) dan [[Hindia Belanda]] (sekarang Indonesia).<ref name="wright-ad" /> [[Perjanjian Sumatra|Perjanjian Siak]], yang menyetujui pengintegrasian wilayah [[Kesultanan Siak Sri Inderapura|Siak Sri Inderapura]] ke dalam Hindia Belanda, disepakati oleh pihak Belanda dan Britania pada tanggal 8 September 1870.<ref name="FCO12">Foreign and Commonwealth Office - [https://web.archive.org/web/20120927180810/http://www.fco.gov.uk/en/treaties/treaties-landing/records/08400/08422 Convention between Great Britain and the Netherlands relative to the treatment of British Subjects in the Kingdom of Siak Sree Indrapoora, in the Island of Sumatra]</ref> Pada tanggal 2 November 1871, Perjanjian Siak diganti dengan [[Perjanjian Sumatra]] yang menambahkan seluruh [[Sumatra|Pulau Sumatra]], termasuk Aceh, ke dalam wilayah Hindia Belanda.<ref name="adhin">{{cite journal|last=Adhin|first=J. H.|year=1961|title=De immigratie van Hindostanen en de afstand van de Goudkust|url=http://www.kitlv-journals.nl/index.php/nwig/article/viewFile/5188/5955|dead-url=no|journal=Nieuwe West-Indische Gids|volume=41|issue=1|pages=4–13|doi=10.1163/22134360-90002334|archive-url=https://web.archive.org/web/20160305082759/http://www.kitlv-journals.nl/index.php/nwig/article/viewFile/5188/5955|archive-date=2016-03-05|access-date=2023-05-24|doi-access=free}}</ref><ref name="FCO4">Foreign and Commonwealth Office - [https://web.archive.org/web/20120928081529/http://www.fco.gov.uk/en/treaties/treaties-landing/records/08400/08427 Convention between Great Britain and the Netherlands, for the Settlement of their Mutual Relations in the Island of Sumatra]</ref> |
|||
* [[Jawa Tengah]] - [[Kota Semarang|Semarang]] |
|||
* [[Daerah Istimewa Yogyakarta]] - [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]] |
|||
Pemberontakan oleh rakyat Maluku di bawah komando [[Pattimura]] pecah pada bulan Mei 1817 dan berakhir dengan penangkapan dan penjatuhan [[hukuman gantung]] terhadap Pattimura dan beberapa tokoh pejuang lainnya.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-07-20|title=Sejarah Perang Pattimura: Tokoh, Penyebab, Kronologi, dan Dampak Halaman all|url=https://regional.kompas.com/read/2022/07/20/182128678/sejarah-perang-pattimura-tokoh-penyebab-kronologi-dan-dampak|website=KOMPAS.com|language=id|archive-url=https://web.archive.org/web/20230330062752/https://regional.kompas.com/read/2022/07/20/182128678/sejarah-perang-pattimura-tokoh-penyebab-kronologi-dan-dampak|archive-date=2023-03-30|dead-url=no|access-date=2023-05-06}}</ref> |
|||
* [[Jawa Timur]] - [[Kota Surabaya|Surabaya]] |
|||
'''[[Kepulauan Nusa Tenggara]]''' |
|||
Pasukan KNIL melakukan [[Ekspedisi Palembang Pertama|penyerangan]] untuk menguasai [[Kesultanan Palembang|Palembang]] pada tahun 1819 dan dikalahkan oleh yang pasukan pimpinan [[Mahmud Badaruddin II dari Palembang|Mahmud Badaruddin II]] (Sultan Palembang saat itu), lalu kembali melakukan [[Ekspedisi Palembang II|penyerangan tiba-tiba ke Palembang]] dua tahun kemudian dan akhirnya berhasil melumpuhkan negara tersebut dan mengasingkan Badaruddin dan keluarganya ke [[Kota Ternate|Ternate]].<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-06-12|title=Perang Menteng: Latar Belakang, Kronologi, dan Dampak Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2022/06/12/080000879/perang-menteng--latar-belakang-kronologi-dan-dampak|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-05-06|archive-date=2023-05-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20230506155257/https://www.kompas.com/stori/read/2022/06/12/080000879/perang-menteng--latar-belakang-kronologi-dan-dampak|dead-url=no}}</ref> Lalu, Hindia Belanda mengirimkan tentara KNIL untuk menaklukkan sisa-sisa pengikut negara bekas Palembang pada tahun 1851–1859.<ref name="terwogt">Terwogt WA. [[1900]]. ''Het land van Jan Pieterszoon Coen: Geschiedenis van de Nederlanders in Oost-Indië''. [[Hoorn]]: P. Geerts.</ref> Pada tahun 1864–1868, pasukan KNIL menaklukkan [[suku Basemah]] yang meneror Palembang dan Benkoelen (Bengkulu).<ref>1900. W.A. Terwogt. ''Het land van Jan Pieterszoon Coen. Geschiedenis van de Nederlanders in oost-Indië.'' P. Geerts. Hoorn</ref> |
|||
* [[Bali]] - [[Kota Denpasar|Denpasar]] |
|||
* [[Nusa Tenggara Barat]] - [[Kota Mataram|Mataram]] |
|||
[[Berkas:Naar-beide-zijden-front.jpg|250x250px|jmpl|Lukisan pertempuran Perang Padri.]] |
|||
* [[Nusa Tenggara Timur]] - [[Kota Kupang|Kupang]] |
|||
Pada tahun 1821, pemerintah kolonial membantu [[kaum Adat]] (pendukung [[Budaya Minangkabau|tradisi murni Minangkabau]]) dalam [[Perang Padri]] melawan [[kaum Padri]] (pendukung [[syariat Islam]]) yang terjadi sejak tahun 1803 di [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]], tetapi akhirnya kalah karena kekurangan pasukan dan menyepakati [[gencatan senjata]] dengan kaum Padri pada tahun 1825.<ref name="imam-bonjol">Sjafnir Aboe Nain, 2004, ''Memorie Tuanku Imam Bonjol (MTIB), transl., Padang: PPIM.''</ref> Belanda kembali melanjutkan Perang Padri pada tahun 1831, awalnya melawan kaum Padri tetapi kemudian juga melawan kaum Adat yang membelot,<ref>Abdullah, Taufik (1966). ''Adat dan Islam: an Examination of Conflict in Minangkabau''. Indonesia. No. 2, 1-24.</ref> hingga akhirnya berhasil memenangkan perang pada tanggal 28 Desember 1838 dengan merebut benteng-benteng kaum Padri dan meruntuhkan negara [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]].<ref>''Sejarah Untuk SMP dan MTs''. Grasindo. ISBN 978-979-025-198-4.</ref> Pada tahun 1841, penduduk [[Batipuh, Tanah Datar|Batipuh]] dan akhirnya beberapa daerah di [[Pesisir Barat Sumatra]] melakukan [[Pemberontakan di Pantai Barat Sumatra (1841)|pemberontakan]], tetapi berhasil diredam oleh tentara KNIL.<ref>{{Cite web|last=Yuandha|first=Ade|date=2021-11-09|title=Sejarah Cagar Budaya Tapak Rumah Gadang Tuan Gadang Batipuh di Kabupaten Tanah Datar|url=https://halonusa.com/sejarah-cagar-budaya-tapak-rumah-gadang-tuan-gadang-batipuh-di-kabupaten-tanah-datar/|website=Halonusa.com|language=id|archive-url=https://web.archive.org/web/20230508145020/https://halonusa.com/sejarah-cagar-budaya-tapak-rumah-gadang-tuan-gadang-batipuh-di-kabupaten-tanah-datar/|archive-date=2023-05-08|dead-url=no|access-date=2023-05-07}}</ref> Pada tahun 1855–1864, Belanda [[Ekspedisi Nias|melancarkan beberapa penyerbuan]] ke [[Pulau Nias]] untuk menaklukkan daerah tersebut.<ref name="terwogt" /> |
|||
{{col-break}} |
|||
'''[[Kalimantan]]''' |
|||
Di [[Kalimantan|Pulau Kalimantan]], [[Pemberontakan di Kalimantan Barat (1823)|pemberontakan di Kalimantan bagian barat]] pada tahun 1823 pecah karena selisih paham antara pemerintah kolonial dengan [[Tionghoa|orang-orang Tionghoa]], tetapi akhirnya berhasil diredam oleh KNIL.<ref>Kepper G. 1900. ''Wapenfeiten van het Nederlands Indische Leger''; 1816-1900. [[Den Haag]]: M.M. Cuvee.</ref> Pasukan KNIL kembali menaklukkan [[Pemberontakan di Kalimantan Barat (1854-1855)|pemberontakan orang-orang Tionghoa]] di [[Kalimantan]] yang menolak membayar pajak dan melawan pemerintah kolonial pada tahun 1850–1854.<ref name="terwogt" /> Penduduk [[Suku Banjar|Banjar]] melakukan [[Perang Banjar|perlawanan terhadap pasukan KNIL]] pada tahun 1859–1862 di bawah pimpinan [[Hidayatullah II dari Banjar|Hidayatullah II]], lalu digantikan oleh [[Pangeran Antasari|Antasari]].<ref>{{cite book|last=Kielstra|first=Egbert Broer|date=1917|url=https://www.dbnl.org/tekst/_onz001191701_01/_onz001191701_01_0061.php|title=Onze Eeuw|location=Haarlem|publisher=Erven F. Bohn|volume=17|pages=12-30|language=nl|trans-title=Our Century|chapter=Het sultanaat van Bandjermasin|trans-chapter=The Sultanate of Bandjermasin|author-link=Egbert Broer Kielstra|access-date=2023-05-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20230509111134/https://www.dbnl.org/tekst/_onz001191701_01/_onz001191701_01_0061.php|archive-date=2023-05-09|dead-url=no}}</ref> |
|||
* [[Kalimantan Barat]] - [[Kota Pontianak|Pontianak]] |
|||
* [[Kalimantan Tengah]] - [[Kota Palangka Raya|Palangka Raya]] |
|||
Pada tahun 1824, Bone membatalkan kerja sama dengan Belanda, sehingga pasukan KNIL dikerahkan untuk menduduki Sulawesi, tetapi kemudian kalah karena kekurangan pasukan, meskipun pemerintah kolonial lalu mengirim pasukan besar beserta artileri pada tahun 1925 untuk melakukan [[Perang Bone II|serangan balasan]] kepada keluarga sultan Bone,{{sfn|Ricklefs|1981|p=129}} hingga akhirnya berhasil menundukkan Bone pada tahun 1838.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2021-06-29|title=Perang Bone: Latar Belakang dan Kronologi Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/29/130000979/perang-bone-latar-belakang-dan-kronologi|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-05-08|archive-date=2023-05-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20230509135004/https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/29/130000979/perang-bone-latar-belakang-dan-kronologi|dead-url=no}}</ref> Pasukan KNIL kembali dikerahkan pada tahun 1859 [[Perang Bone (1859-1860)|untuk menumpas pemberontakan Bone]].<ref name="terwogt" />[[Berkas:Raden Saleh - Diponegoro arrest.jpg|300px|jmpl|Lukisan ''[[Penangkapan Pangeran Diponegoro]]'', oleh [[Raden Saleh]].|kiri]][[Diponegoro]] beserta beberapa bangsawan memimpin rakyat Jawa untuk memberontak melawan Belanda dan Yogyakarta sejak tahun 1825,<ref name="carey">Peter Carey. 2014. ''Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro (1785-1855)''. Penerjemah: Bambang Murtianto. Editor: Mulyawan Karim. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. ISBN 978-979-709-799-8.</ref> meskipun akhirnya pasukan KNIL berhasil menumpas pasukan Jawa dan memaksa Diponegoro menyerah pada tanggal 28 Maret 1830 dan diasingkan ke [[Kota Manado|Manado]], lalu ke [[Kota Makassar|Makassar]].<ref name="carey" /> Pada bagian [[Jawa|Pulau Jawa]] yang lain, para petani Banten yang sengsara akibat bencana dan wabah penyakit memberontak dengan melakukan [[kerusuhan]] pada tahun 1888, tetapi dengan cepat diredam oleh pasukan KNIL dalam waktu beberapa hari. |
|||
* [[Kalimantan Selatan]] - [[Kota Banjarmasin|Banjarmasin]] |
|||
* [[Kalimantan Timur]] - [[Kota Samarinda|Samarinda]] |
|||
Pertempuran antara KNIL dan para [[Suku Bali|penduduk Bali]] telah berlangsung beberapa kali melalui [[Perang Bali I|perang tahun 1846 di Buleleng]], [[Perang Bali II|perang tahun 1848 di Buleleng]], [[Perang Bali III|perang tahun 1849 di Bali utara]],<ref name="Pringle">[https://books.google.com/books?id=5TOBKsLvjjkC&pg=PA97 ''A short history of Bali: Indonesia's Hindu realm'' by Robert Pringle]</ref> [[Intervensi Belanda di Bali (1858)|pemberontakan tahun 1858 di Buleleng]],<ref name="Hanna2">{{cite book|last=Hanna|first=Willard A.|year=2004|title=Bali Chronicles: Fascinating People and Events in Balinese History|location=Singapore|publisher=Periplus}}</ref> serta [[Intervensi Belanda di Lombok dan Karangasem|perang dengan orang-orang Sasak]] pada tahun 1894 di [[Bali]] dan [[Pulau Lombok|Lombok]].<ref name="Ooi">{{Cite book|year=2004|url=http://www.ebook3000.com/dictionary/Southeast-Asia--A-Historical-Encyclopedia--From-Angkor-Wat-to-East-Timor--3-Volume-Set-_132751.html|title=Southeast Asia: a historical encyclopedia, from Angkor Wat to East Timor (3 vols)|location=Santa Barbara|publisher=[[ABC-CLIO]]|isbn=978-1576077702|editor1-last=Ooi|editor1-first=Keat Gin|pages=790 ff|oclc=646857823|access-date=2023-05-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20160808051416/http://www.ebook3000.com/dictionary/Southeast-Asia--A-Historical-Encyclopedia--From-Angkor-Wat-to-East-Timor--3-Volume-Set-_132751.html|archive-date=2016-08-08|dead-url=yes}}</ref> |
|||
* [[Kalimantan Utara]] - [[Tanjung Selor]] |
|||
[[Berkas:Teuku_Umar.jpg|jmpl|245x245px|Potret foto Teuku Umar, salah satu [[Daftar pahlawan nasional Indonesia|pahlawan nasional Indonesia]].]] |
|||
'''[[Sulawesi]]''' |
|||
Belanda melakukan [[Invasi Belanda ke Pantai Barat Sumatra (1831)|penyerangan ke Aceh]] pada tahun 1831,<ref>Terwogt WA. [[1900]]. ''Het land van Jan Pieterszoon Coen: Geschiedenis van de Nederlanders in oost-Indië''. [[Hoorn]]: P. Geerts.</ref><ref>{{cite book|last=Warriner|first=Francis|year=1835|url=http://books.google.com/books?id=1ckCAAAAYAAJ&pg=PA111&lpg=PA111&dq=quallah+battoo&source=web&ots=1rS4K4l2SS&sig=T5cVh6oqOwNiHnWHy7G72CVwuWU&hl=en|title=Cruise of the United States frigate Potomac round the world: during the years 1831-34|location=New York|publisher=Leavitt, Lord & Co.|isbn=|pages=|doi=|id=|authorlink=Francis Warriner|coauthors=}}</ref> kemudian melakukan serangkaian penyerangan panjang demi perluasan wilayah selama tahun 1873–1914 di tanah [[Aceh]] melawan berbagai pasukan rakyat Aceh yang dipimpin oleh beberapa tokoh pejuang, seperti [[Sultan Mahmud Syah|Mahmud Syah]], [[Muhammad Daud Syah dari Aceh|Muhammad Daud Syah]], [[Teuku Umar]], [[Cut Nyak Dhien]], dan [[Teungku Chik di Tiro]].<ref name="Ibrahim1332">Ibrahim, Alfian. "Aceh and the Perang Sabil." ''Indonesian Heritage: Early Modern History''. Vol. 3, ed. [[Anthony Reid (academic)|Anthony Reid]], Sian Jay and T. Durairajoo. Singapore: Editions Didier Millet, 2001. p. 132–133</ref><ref name="acehprov">{{citeweb|title=T. Umar.pdf|url=http://acehprov.go.id/images/stories/file/Pejuang/T%20Umar.pdf|work=[[Pemerintahan Aceh|Pemerintah Provinsi Aceh]]|archive-url=https://web.archive.org/web/20131008051522/http://www.acehprov.go.id/images/stories/file/Pejuang/T%20Umar.pdf|archive-date=2013-10-08|dead-url=yes|access-date=2011-11-30}}</ref> Pada wilayah [[Sumatra]] lainnya, tentara KNIL dikerahkan untuk menaklukkan tanah [[Suku Batak|Batak]] dan mendapat [[Perang Batak|perlawanan dari rakyat Batak]] di bawah komando [[Sisingamangaraja XII]] pada tahun 1878–1907.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2021-06-02|title=Sisingamangaraja XII: Kehidupan, Perjuangan, dan Perlawanan Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/02/142206479/sisingamangaraja-xii-kehidupan-perjuangan-dan-perlawanan|website=KOMPAS.com|language=id|archive-url=https://web.archive.org/web/20230513101116/https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/02/142206479/sisingamangaraja-xii-kehidupan-perjuangan-dan-perlawanan|archive-date=2023-05-13|dead-url=no|access-date=2023-05-12}}</ref> Pada tahun 1885, penduduk [[Jambi]] melakukan pemberontakan terhadap Belanda, tetapi berhasil diredam tidak lama kemudian oleh armada kapal KNIL.<ref>{{cite book|last=Coenen|first=F.|year=1886|title=Iets over Djambi in 1885|location=Eigen Haard|pages=306–311|language=Dutch}}</ref> |
|||
* [[Sulawesi Utara]] - [[Kota Manado|Manado]] |
|||
* [[Gorontalo]] - [[Kota Gorontalo|Gorontalo]] |
|||
Pada tahun 1883, dimulai dengan [[Gunung Perbuwatan|Puncak Perbuwatan]] yang mulai mengeluarkan asap pada tanggal 20 Mei, [[Krakatau|Gunung Krakatau]] meletus dengan dahsyat selama berbulan-bulan hingga mencapai puncaknya pada tanggal 27 Agustus dan baru dinyatakan selesai pada bulan Oktober.<ref name="thornton">{{cite book|last1=Thornton|first1=Ian W. B.|date=1997|url=https://books.google.com/books?id=IhvoZAQnc1UC&pg=PA10|title=Krakatau: The Destruction and Reassembly of an Island Ecosystem|publisher=Harvard University Press|isbn=978-0-674-50572-8|pages=9–11|language=en}}</ref> Letusan ini menyebabkan bencana hujan abu vulkanik, [[gempa bumi]], [[tsunami]], dan suara bising yang dahsyat, serta mengakibatkan rusaknya [[vegetasi]] di sekitar [[Selat Sunda]] dan jatuhnya korban jiwa akibat bencana yang berjumlah sekitar 36 ribu jiwa, serta diperkirakan menjadi penyebab [[Musim dingin vulkanik|musim dingin vulkanis]] global dalam kurun waktu empat tahun.<ref name="tsunamis">{{Cite news|last=Pararas-Carayannis|first=George|year=2003|title=Near and far-field effects of tsunamis generated by the paroxysmal eruptions, explosions, caldera collapses and massive slope failures of the Krakatau volcano in Indonesia on August 26–27, 1883|url=http://library.lanl.gov/tsunami/ts214.pdf|dead-url=no|publisher=The Tsunami Society|volume=21|issue=4|pages=191–201|issn=8755-6839|archive-url=https://web.archive.org/web/20230713011617/http://library.lanl.gov/tsunami/ts214.pdf|archive-date=2023-07-13|access-date=29 December 2007|periodical=Science of Tsunami Hazards}}</ref><ref>{{Cite web|author=University of Minnesota|title=With a Bang: Not a Whimper|url=http://climate.umn.edu/pdf/mn_winter_1887-1888.pdf|archive-url=https://web.archive.org/web/20100622105435/http://climate.umn.edu/pdf/mn_winter_1887-1888.pdf|archive-date=22 June 2010|url-status=dead}}</ref> |
|||
* [[Sulawesi Tengah]] - [[Kota Palu|Palu]] |
|||
* [[Sulawesi Barat]] - [[Kota Mamuju|Mamuju]] |
|||
[[Berkas:Dutch East Indies Expansion.gif|jmpl|400x400px|Peta ekspansi wilayah kolonial [[Hindia Belanda]].|kiri]]Memasuki abad ke-20, Belanda berhasil melakukan ekspedisi untuk [[Ekspedisi Kerinci|menguasai wilayah di daerah Kerinci]] (September 1903) serta [[Ekspedisi Sulawesi Selatan|menduduki dan membubarkan]] negara [[Kesultanan Gowa|Gowa]] dan [[Kesultanan Bone|Bone]] (1905).<ref>Michielsen, A. W. A. ''De expeditie naar Zuid-Celebes in 1905–1906''. Indisch militair tijdschrift, vols. 35, 36, 37. Batavia [Jakarta]: Kolff, 1915–16.</ref> Belanda juga meredam beberapa pemberontakan, seperti [[Perang Belasting|pemberontakan di Pesisir Barat Sumatra]] akibat ''belasting'' (pajak) pada tanggal 15 Juni 1908 yang berhasil diredam dalam waktu sehari oleh [[Korps Marechaussee te Voet|korps marsose]] [[Tentara Kerajaan Hindia Belanda|KNIL]].<ref>Amran, R., (1988), ''Pemberontakan pajak 1908, Sumatera Barat. Bag. ke. 1: Perang Kamang'', Gita Karya</ref> |
|||
* [[Sulawesi Selatan]] - [[Kota Makassar|Makassar]] |
|||
* [[Sulawesi Tenggara]] - [[Kota Kendari|Kendari]] |
|||
Pada bulan September 1906, Belanda [[Intervensi Belanda di Bali (1906)|mengirimkan armada KNIL]] untuk menduduki [[Kerajaan Bali|kerajaan-kerajaan Bali]] yang masih bertahan dari pengaruh Belanda.<ref name="bali">{{cite book|author=Willard A. Hanna|year=2004|url=https://archive.org/details/balichroniclesli0000hann|title=Bali Chronicles|publisher=Periplus, Singapore|isbn=0-7946-0272-X|author-link=Willard A. Hanna}}</ref> Raja dan para pemangku kerajaan Badung dan Tabanan yang kalah perang melakukan ''[[puputan]]'',<ref>{{cite book|author=Andy Barski, Albert Beaucort and Bruce Carpenter, Barski|year=2007|url=https://archive.org/details/balilombok0000unse_r8y2|title=Bali and Lombok|publisher=Dorling Kindersley, London|isbn=978-0-7566-2878-9}}</ref> sementara [[Dewa Agung]] Jambe II dari Klungkung awalnya menyerahkan diri dan bersedia menyetujui perjanjian dengan Belanda, tetapi kemudian melakukan [[Intervensi Belanda di Bali (1908)|pemberontakan bersama pasukannya]] pada bulan April 1908 yang lalu berhasil ditundukkan oleh armada KNIL.<ref name="bali" /><ref>''Insight Guide: Bali'' 2002 Brian Bell, Apa Publications GmbH&Co {{ISBN|1-58573-288-5}}.</ref> |
|||
'''[[Kepulauan Maluku]]''' |
|||
* [[Maluku]] - [[Kota Ambon|Ambon]] |
|||
Pada tahun 1920-an, wilayah barat [[Pulau Papua]] dimasukkan ke dalam koloni Belanda dan sejak saat itu [[Hindia Belanda]] mencakup seluruh wilayah yang saat ini menjadi [[negara berdaulat|negara]] Republik Indonesia.{{sfn|Vickers|2005|pp=10–13}} |
|||
* [[Maluku Utara]] - [[Sofifi]] |
|||
'''[[Papua bagian barat|Papua]]''' |
|||
==== Pergerakan nasional ==== |
|||
* [[Papua Barat]] - [[Manokwari]] |
|||
{{utama|Kebangkitan Nasional Indonesia}} |
|||
* [[Papua]] - [[Kota Jayapura|Jayapura]] |
|||
[[Berkas:1916_Dutch_East_Indies_-_Art.jpg|jmpl|301x301px|Lukisan yang menggambarkan [[Hindia Belanda]] sebagai "permata Belanda yang paling berharga". (1916)]] |
|||
{{col-end}} |
|||
Pada tanggal 17 September 1901, [[Wilhelmina dari Belanda|Wilhelmina]], [[Daftar penguasa Belanda|Ratu Belanda]] pada saat itu, mengemukakan [[Politik Etis]], yang menyebutkan bahwa [[Kerajaan Belanda]] memiliki utang budi (''eerschuld'') terhadap [[Pribumi|kaum pribumi]] [[Hindia Belanda]], dan oleh karenanya mengumumkan program kebijakan ''Trias van Deventer'' demi membalas budi kaum pribumi, salah satunya adalah meningkatkan taraf [[pendidikan]] pribumi dengan membuka sekolah-sekolah. Kebijakan tersebut memberi sumbangsih terhadap kemunculan gerakan-gerakan kebangsa di tanah Hindia Belanda.<ref name="etis">{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-07-24|title=Politik Etis: Tokoh, Pengertian, Latar Belakang, dan Dampak Halaman all|url=https://regional.kompas.com/read/2022/07/24/120555078/politik-etis-tokoh-pengertian-latar-belakang-dan-dampak|website=KOMPAS.com|language=id|archive-url=https://web.archive.org/web/20230526052337/https://regional.kompas.com/read/2022/07/24/120555078/politik-etis-tokoh-pengertian-latar-belakang-dan-dampak|archive-date=2023-05-26|dead-url=no|access-date=2023-05-26}}</ref> |
|||
{{Ibukota Provinsi di Indonesia}} |
|||
Pada tanggal 20 Mei 1908, beberapa pelajar dari [[School tot Opleiding van Inlandsche Artsen]] (STOVIA) mendirikan [[Budi Utomo|Boedi Oetomo]], yang menjadi pelopor [[Kebangkitan Nasional Indonesia|gerakan kebangkitan nasional Indonesia]] di Hindia Belanda.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-09-13|title=Latar Belakang Berdirinya Budi Utomo beserta Tujuannya Halaman all|url=https://www.kompas.com/skola/read/2022/09/13/100000569/latar-belakang-berdirinya-budi-utomo-beserta-tujuannya|website=KOMPAS.com|language=id|archive-url=https://web.archive.org/web/20230604040413/https://www.kompas.com/skola/read/2022/09/13/100000569/latar-belakang-berdirinya-budi-utomo-beserta-tujuannya|archive-date=2023-06-04|dead-url=no|access-date=2023-05-26}}</ref><ref>{{Cite news|last=Parinduri|first=Alhidayath|date=23 Februari 2021|title=Sejarah Boedi Oetomo: Didirikan Oleh Siapa Saja dan Latar Belakang|url=https://tirto.id/kapan-boedi-oetomo-didirikan-latar-belakang-sejarah-tujuannya-gap1|dead-url=no|work=[[Tirto|Tirto.id]]|language=id|archive-url=https://web.archive.org/web/20220422091932/https://tirto.id/kapan-boedi-oetomo-didirikan-latar-belakang-sejarah-tujuannya-gap1|archive-date=2022-04-22|access-date=24 November 2021}}</ref> Pada akhirnya, Boedi Oetomo bergabung dengan beberapa kelompok kedaerahan lain dan membentuk [[Partai Indonesia Raya|Partij Indonesia Raja]].<ref>{{Cite news|last=Parinduri|first=Alhidayath|date=23 Februari 2021|title=Sejarah Boedi Oetomo: Didirikan Oleh Siapa Saja dan Latar Belakang|url=https://tirto.id/kapan-boedi-oetomo-didirikan-latar-belakang-sejarah-tujuannya-gap1|dead-url=no|work=[[Tirto|Tirto.id]]|language=id|archive-url=https://web.archive.org/web/20220422091932/https://tirto.id/kapan-boedi-oetomo-didirikan-latar-belakang-sejarah-tujuannya-gap1|archive-date=2022-04-22|access-date=24 November 2021}}</ref> |
|||
Pada tanggal 5 April 1909, [[serikat dagang]] bernama [[Sarekat Dagang Islam]] mulai beroperasi dengan membuka cabang di [[Batavia]] (sekarang [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]) dan [[Kota Bogor|Buitenzorg]] (sekarang [[Kota Bogor|Bogor]]).<ref name="si-tirto">{{Cite web|last=Ahsan|first=Ivan Aulia|date=8 Desember 2018|title=Peran Besar Tirto Adhi Soerjo dalam Sejarah Pergerakan Nasional|url=https://tirto.id/peran-besar-tirto-adhi-soerjo-dalam-sejarah-pergerakan-nasional-dbnq|website=tirto.id|language=id|archive-url=https://web.archive.org/web/20230529181544/https://tirto.id/peran-besar-tirto-adhi-soerjo-dalam-sejarah-pergerakan-nasional-dbnq|archive-date=2023-05-29|dead-url=no|access-date=26 November 2021}}</ref> Namanya diubah pada tahun 1912 oleh [[Oemar Said Tjokroaminoto]] menjadi [[Sarekat Islam]] (SI).<ref>{{Cite web|date=2021-10-13|title=Mengenal Tujuan Sarekat Islam, Lengkap beserta Sejarahnya|url=https://www.merdeka.com/jateng/mengenal-tujuan-sarekat-islam-lengkap-beserta-sejarahnya-kln.html|website=merdeka.com|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230529181547/https://www.merdeka.com/jateng/mengenal-tujuan-sarekat-islam-lengkap-beserta-sejarahnya-kln.html|archive-date=2023-05-29|dead-url=no|access-date=2023-05-29}}</ref> Pada bulan Oktober 1921, SI menyatakan bahwa anggotanya tidak boleh merangkap keanggotaan pada organisasi lain, menyebabkan anggota-anggota yang menolak melepaskan keanggotaan lainnya terpaksa keluar dari organisasi.<ref>Jarvis, Helen (1991). Notes and appendices for Tan Malaka, From Jail to Jail. Athens, Ohio: Ohio University Center for International Studies.</ref> Pada tahun 1929, namanya diubah lagi menjadi [[Partai Syarikat Islam Indonesia|Partai Sarekat Islam Indonesia]].<ref>[[Nugroho Notosusanto]], ''Sejarah Nasional Indonesia untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas'', 1992.</ref>[[Berkas:Douwes_Dekker,_Tjipto_Mangunkusumo,_and_Suryadi_Suryaningrat_(Ki_Hadjar_Dewantoro),_20_Mei_Pelopor_17_Agustus,_p11.jpg|kiri|jmpl|293x293px|Potret [[Tiga Serangkai]] ketika di pengasingan (1914).]] |
|||
Pada tanggal 25 Desember 1912, "[[Tiga Serangkai]]" yang terdiri dari [[Ernest Douwes Dekker]], [[Tjipto Mangoenkoesoemo]], dan [[Ki Hadjar Dewantara|Soewardi Soerjaningrat]] (yang mengganti namanya menjadi [[Ki Hadjar Dewantara]] di kemudian hari)<ref>{{Cite web|last=Wulandari|first=Trisna|title=Hari Pendidikan Nasional: Nama Asli Ki Hajar Dewantara dan Alasan Perubahannya|url=https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6699540/hari-pendidikan-nasional-nama-asli-ki-hajar-dewantara-dan-alasan-perubahannya|website=detikedu|language=id-ID|archive-url=https://web.archive.org/web/20230616050859/https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6699540/hari-pendidikan-nasional-nama-asli-ki-hajar-dewantara-dan-alasan-perubahannya|archive-date=2023-06-16|dead-url=no|access-date=2023-06-16}}</ref> mendirikan [[Indische Partij]] dengan tujuan memperjuangkan hak-hak kaum [[Orang Indo|Indo]] dan [[pribumi]] melalui jalur politik, meskipun akhirnya dibubarkan oleh Pemerintah Hindia Belanda.<ref name="dekker">{{cite web|title=PERJUANGAN ERNEST FRANCOIS EUGENE DOUWES DEKKER DARI POLITIK MENUJU PENDIDIKAN 1913-1941|url=https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/avatara/article/view/1102/31613&ved=2ahUKEwj---rwjKn2AhUt8HMBHZcYD1AQFnoECCwQAQ&usg=AOvVaw3cgIVD0hFhALEfZdMKH8t2|publisher=''AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah''|format=Pdf|accessdate=3 Maret 2022}}{{Pranala mati|date=November 2022|bot=InternetArchiveBot|fix-attempted=yes}}</ref><ref>{{Cite web|last=developer|first=mediaindonesia com|title=Mengenal Tokoh Tiga Serangkai, Peranannya dalam Indische Partij|url=https://mediaindonesia.com/humaniora/515196/mengenal-tokoh-tiga-serangkai-peranannya-dalam-indische-partij|website=mediaindonesia.com|language=id|archive-url=https://web.archive.org/web/20230605164012/https://mediaindonesia.com/humaniora/515196/mengenal-tokoh-tiga-serangkai-peranannya-dalam-indische-partij|archive-date=2023-06-05|dead-url=no|access-date=2023-06-05}}</ref> Setelahnya, Tiga Serangkai masih tetap memperjuangkan pandangan mereka dengan menulis kritik-kritik kepada pemerintah kolonial melalui [[Koran|koran-koran]], tetapi akibatnya mereka ditangkap dan diasingkan ke [[Belanda]] oleh pemerintah.<ref name="Kenji">{{Cite book|last=Tsuchiya|first=Kenji|date=1992|url=https://www.worldcat.org/oclc/221655803|title=Demokrasi dan kepemimpinan : kebangkitan gerakan Taman Siswa|location=Jakarta|publisher=Balai Pustaka|isbn=979-407-419-5|edition=Cet. 1|others=H. B. Yassin|oclc=221655803}}</ref> |
|||
Selain perjuangan politik, beberapa tokoh juga mendirikan sekolah-sekolah demi mencerdaskan kehidupan bangsa dan memperjuangkan [[emansipasi]] kaum wanita. Sekembalinya dari pengasingan, [[Ki Hadjar Dewantara]] mendirikan lembaga pendidikan [[Sekolah Taman Siswa|Taman Siswa]], yang dimulai pada tanggal 3 Juli 1922 di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]] dan lalu menyebar ke seluruh [[Jawa]] dan bahkan ke luar pulau.<ref>{{Cite web|last=Zulfikar|first=Fahri|title=Sekolah Taman Siswa Ki Hajar: Konsep Pendidikan Tanpa 'Perintah dan Sanksi'|url=https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6712276/sekolah-taman-siswa-ki-hajar-konsep-pendidikan-tanpa-perintah-dan-sanksi|website=detikedu|language=id-ID|archive-url=https://web.archive.org/web/20230616103507/https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6712276/sekolah-taman-siswa-ki-hajar-konsep-pendidikan-tanpa-perintah-dan-sanksi|archive-date=2023-06-16|dead-url=no|access-date=2023-06-16}}</ref><ref>{{Cite web|last=SMP|first=Admin|date=2022-05-06|title=Yuk Mengenal Sekolah Taman Siswa Milik Ki Hajar Dewantara|url=https://ditsmp.kemdikbud.go.id/yuk-mengenal-sekolah-taman-siswa-milik-ki-hajar-dewantara/|website=Direktorat SMP|language=id-ID|archive-url=https://web.archive.org/web/20230616103736/https://ditsmp.kemdikbud.go.id/yuk-mengenal-sekolah-taman-siswa-milik-ki-hajar-dewantara/|archive-date=2023-06-16|dead-url=no|access-date=2023-06-16}}</ref> Sakola Istri (kemudian berganti menjadi Sakola Kaoetamaan Isteri) didirikan oleh seorang wanita priayi [[Suku Sunda|Sunda]] bernama [[Dewi Sartika]] pada tahun 1904 demi mencerdaskan kehidupan wanita di [[Tatar Sunda|Tanah Sunda]].<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2021-05-20|title=Raden Dewi Sartika: Kehidupan, Gagasan, dan Kiprahnya Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/20/173614179/raden-dewi-sartika-kehidupan-gagasan-dan-kiprahnya|website=KOMPAS.com|language=id|archive-url=https://web.archive.org/web/20230202190320/https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/20/173614179/raden-dewi-sartika-kehidupan-gagasan-dan-kiprahnya|archive-date=2023-02-02|dead-url=no|access-date=2023-06-16}}</ref> [[Sekolah Kartini|Kartinischool]] yang dibuka sejak tahun 1912 oleh [[Conrad Theodor van Deventer|Conrad van Deventer]] dan Elisabeth Maas terinspirasi dari surat-surat yang ditulis oleh [[Kartini]], seorang wanita [[priayi]] [[Suku Jawa|Jawa]] yang kritis akan masalah-masalah sosial di sekitarnya, termasuk masalah ketimpangan gender.<ref>{{Cite web|last=Anjani|first=Anatasia|title=Mengenal Sekolah yang Didirikan Kartini, Berawal dari Surat-suratnya|url=https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6043754/mengenal-sekolah-yang-didirikan-kartini-berawal-dari-surat-suratnya|website=detikedu|language=id-ID|archive-url=https://web.archive.org/web/20230616160900/https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6043754/mengenal-sekolah-yang-didirikan-kartini-berawal-dari-surat-suratnya|archive-date=2023-06-16|dead-url=no|access-date=2023-06-16}}</ref> |
|||
Pada tanggal 23 Mei 1914, [[Henk Sneevliet]] membentuk [[serikat pekerja]] bernama [[Indische Sociaal-Democratische Vereeniging|Indische Sociaal Democratische Vereeniging]] dengan tujuan menyebarkan paham [[komunisme]] dan menentang pemerintah kolonial.<ref>{{Cite web|title=marxist.com|url=http://www.marxist.com/Asia/earlyPKI.html|archive-url=https://web.archive.org/web/20090317064751/http://www.marxist.com/Asia/earlyPKI.html|archive-date=2009-03-17|dead-url=no|access-date=2023-06-16}}</ref> Pada bulan Mei 1920, ISDV berganti nama menjadi [[Partai Komunis Indonesia|Persarekatan Kommunist India]], kemudian mengganti namanya lagi menjadi [[Partai Komunis Indonesia|Partij Kommunist Indonesia]] (PKI) pada tahun 1924.<ref name="sinaga">{{Cite thesis|last=Sinaga|first=Edward Djanner|title=Communism and the Communist Party in Indonesia|type=MA Thesis|chapter=|url=|author=|year=1960|publisher=George Washington University School of Government|accessdate=|docket=|oclc=}}</ref> Paham komunisme kemudian menyebar ke organisasi-organisasi lain, termasuk Sarekat Islam.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2021-04-06|title=Sarekat Islam: Latar Belakang, Perkembangan, dan Perpecahan Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/06/151727679/sarekat-islam-latar-belakang-perkembangan-dan-perpecahan|website=KOMPAS.com|language=id|archive-url=https://web.archive.org/web/20230531073937/https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/06/151727679/sarekat-islam-latar-belakang-perkembangan-dan-perpecahan|archive-date=2023-05-31|dead-url=no|access-date=2023-05-31}}</ref> PKI mengadakan pemberontakan terhadap pemerintah kolonial, yang dimulai di [[Labuan, Pandeglang|Labuan]] pada tanggal 12 November 1926 dengan menyerang para pegawai pemerintah di kediaman masing-masing. Pemberontakan meluas di wilayah Jawa dan Sumatra, hingga akhirnya berhasil diredam seluruhnya oleh pasukan militer [[Tentara Kerajaan Hindia Belanda|KNIL]] pada tanggal 28 Februari 1927.<ref name="pki-1926">{{Cite web|title=Sejarah Pemberontakan Berdarah Pertama PKI pada 1926-1927|url=https://nasional.sindonews.com/read/881243/15/sejarah-pemberontakan-berdarah-pertama-pki-pada-1926-1927-1662761384|website=SINDOnews.com|language=id-ID|archive-url=https://web.archive.org/web/20230608122120/https://nasional.sindonews.com/read/881243/15/sejarah-pemberontakan-berdarah-pertama-pki-pada-1926-1927-1662761384|archive-date=2023-06-08|dead-url=no|access-date=2023-06-07}}</ref><ref>{{Cite web|last=Prinada|first=Yuda|title=Sejarah Pemberontakan PKI 1926-1927 di Sumatera Terhadap Belanda|url=https://tirto.id/sejarah-pemberontakan-pki-1926-1927-di-sumatera-terhadap-belanda-gbx4|website=tirto.id|language=id|archive-url=https://web.archive.org/web/20230607132029/https://tirto.id/sejarah-pemberontakan-pki-1926-1927-di-sumatera-terhadap-belanda-gbx4|archive-date=2023-06-07|dead-url=no|access-date=2023-06-07}}</ref> Sejak itu, PKI ditetapkan sebagai organisasi terlarang di [[Hindia Belanda]]. |
|||
[[Berkas:VP_Hatta.jpg|jmpl|225x225px|[[Mohammad Hatta]], tokoh pemimpin [[Perhimpunan Indonesia]] yang kelak menjadi [[Wakil Presiden Indonesia]] pertama.]]Pada tahun 1908, [[Perhimpunan Indonesia|Indische Vereeniging]] dibentuk oleh [[Soetan Kasajangan Soripada]] dan [[Noto Soeroto]] sebagai wadah pemersatu para pelajar Hindia di perantauan [[Belanda]], yang kemudian menjadi wadah pelajar tersebut untuk menyuarakan pandangan politik.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2020-02-12|title=Perhimpunan Indonesia: Organisasi Pertama yang Pakai Istilah Indonesia Halaman all|url=https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/12/200000869/perhimpunan-indonesia-organisasi-pertama-yang-pakai-istilah-indonesia|website=KOMPAS.com|language=id|archive-url=https://web.archive.org/web/20230614092143/https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/12/200000869/perhimpunan-indonesia-organisasi-pertama-yang-pakai-istilah-indonesia|archive-date=2023-06-14|dead-url=no|access-date=2023-06-08}}</ref> Pada bulan September 1922, perkumpulan ini mengganti namanya menjadi [[Indonesische Vereeniging]], menjadikannya sebagai organisasi pertama yang menggunakan nama "[[Sejarah nama Indonesia|Indonesia]]". Organisasi ini kemudian berganti nama lagi menjadi [[Perhimpunan Indonesia|Perhimpoenan Indonesia]] (PI) dengan menggunakan versi [[bahasa Melayu]] sebagai nama resmi.<ref>[http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0510/28/opini/2156298.htm Revitalisasi Keindonesiaan], Kompas 28 Oktober 2005</ref> Selama [[Mohammad Hatta]] menjabat sebagai Ketua PI, beliau beserta beberapa tokoh lainnya pernah ditangkap oleh Pemerintah Belanda karena dituduh berkomplot dengan PKI, meskipun akhirnya dibebaskan karena kurangnya bukti.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-12-03|title=“Indonesia Merdeka,” Pidato Pembelaan Hatta Saat Ditahan di Belanda Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2022/12/03/070000379/-indonesia-merdeka-pidato-pembelaan-hatta-saat-ditahan-di-belanda|website=KOMPAS.com|language=id|archive-url=https://web.archive.org/web/20230614064155/https://www.kompas.com/stori/read/2022/12/03/070000379/-indonesia-merdeka-pidato-pembelaan-hatta-saat-ditahan-di-belanda|archive-date=2023-06-14|dead-url=no|access-date=2023-06-14}}</ref><ref name="hardjosoediro2">{{cite book|last=Soejitno|first=Hardjosoediro|year=1984|title=Kronologi Pergerakan Kemerdekaan Indonesia|location=[[Jakarta]]|publisher=Pradnya Parmita|ref={{sfnRef|Hardjosoediro|1984}}}}</ref> |
|||
Pada tanggal 4 Juli 1927, [[Soekarno]], [[Tjipto Mangoenkoesoemo]], [[Sartono (politikus)|Sartono]], dan [[Iskak Tjokroadisurjo|Iskaq Tjokrohadisoerjo]], mendirikan [[Partai Nasional Indonesia|Persarekatan National Indonesia]], yang kemudian berganti nama menjadi [[Partai Nasional Indonesia|Partij National Indonesia]] (PNI) pada bulan Mei 1928, dengan tujuan memperjuangkan kemerdekaan atas wilayah [[Hindia Belanda]] tanpa kerja sama rezim kolonial Belanda.<ref>{{Cite web|date=2016-07-15|title=Riwayat Berdirinya PNI|url=https://historia.id/politik/articles/riwayat-berdirinya-pni-PGj0V|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|archive-url=https://web.archive.org/web/20230614025110/https://historia.id/politik/articles/riwayat-berdirinya-pni-PGj0V|archive-date=2023-06-14|dead-url=no|access-date=2021-07-27}}</ref> Kepopuleran Soekarno dan PNI membuat pemerintah kolonial merasa terancam, sehingga Soekarno dan beberapa petinggi partai ditangkap pada bulan Desember 1929,<ref name="academia">{{cite web|author=Yance Arizona|title=Indonesia Menggugat|url=http://www.academia.edu/4648293/Indonesia_Menggugat_|archive-url=https://web.archive.org/web/20230613164027/https://www.academia.edu/4648293/Indonesia_Menggugat_|archive-date=2023-06-13|dead-url=no|accessdate=29 Mei 2014}}</ref><ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-08-08|title=Isi Pidato Indonesia Menggugat Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2022/08/08/193919879/isi-pidato-indonesia-menggugat|website=KOMPAS.com|language=id|archive-url=https://web.archive.org/web/20230613164031/https://www.kompas.com/stori/read/2022/08/08/193919879/isi-pidato-indonesia-menggugat|archive-date=2023-06-13|dead-url=no|access-date=2023-06-13}}</ref> lalu dijatuhi pidana penjara pada tanggal 22 Desember 1930 atas dalih persekongkolan untuk [[Kudeta|menggulingkan pemerintah kolonial]].<ref>{{Cite web|last=Liputan6.com|date=2020-12-22|title=22 Desember 1930: Indonesia Menggugat dan Vonis 4 Tahun Penjara Bung Karno|url=https://www.liputan6.com/news/read/4438675/22-desember-1930-indonesia-menggugat-dan-vonis-4-tahun-penjara-bung-karno|website=liputan6.com|language=id|archive-url=https://web.archive.org/web/20230613164027/https://www.liputan6.com/news/read/4438675/22-desember-1930-indonesia-menggugat-dan-vonis-4-tahun-penjara-bung-karno|archive-date=2023-06-13|dead-url=no|access-date=2023-06-13}}</ref> PNI lalu terpecah menjadi organisasi Pendidikan National Indonesia (PNI "Baru") dan [[Partai Indonesia|Partij Indonesia]] (Partindo). Soekarno yang dibebaskan lebih awal pada tanggal 31 Desember 1931 kemudian memilih masuk ke Partindo dan kemudian menjadi ketua organisasi tersebut pada tanggal 28 Juli 1932.<ref name="Adams 1965">{{cite book|last1=Sukarno|last2=Adams|first2=Cindy|year=1965|title=Sukarno, An Autobiography|publisher=The Bobbs-Merrill Company Inc|pages=79–80}}</ref> Hatta yang pulang dari Belanda pada bulan Juli menjadi anggota PNI Baru dan akhirnya diangkat sebagai ketua pada bulan Agustus 1932.<ref name="Noer 2012">{{cite book|last=Noer|first=Deliar|year=2012|title=Mohammad Hatta:Hati Nurani Bangsa|location=[[Jakarta]]|publisher=Gramedia Pustaka Utama|isbn=978-979-709-633-5|editor=Jaap Erkelens|ref={{sfnRef|Noer|2012}}|authorlink=Deliar Noer}}</ref> Oleh karena tulisan-tulisan mereka yang mendukung dan mendorong kemerdekaan, Soekarno kembali ditangkap dan ditahan pada bulan Agustus 1933, diikuti oleh Hatta dan Sjahrir pada awal tahun 1934, lalu masing-masing diasingkan ke beberapa tempat yang berbeda.<ref>{{Cite web|title=SUKARNO; Dibawah Bendera Revolusi Jilid I. Mentjapai Indonesia Merdeka: hlm. 257-324.|url=https://perpusbungkarno.perpusnas.go.id/index.php/koleksi-pbk/26-koleksi-langka/190-sukarno-dibawah-bendera-revolusi-jilid-i-mentjapai-indonesia-merdeka-hlm-257-324|website=perpusbungkarno.perpusnas.go.id|archive-url=https://web.archive.org/web/20230618124754/https://perpusbungkarno.perpusnas.go.id/index.php/koleksi-pbk/26-koleksi-langka/190-sukarno-dibawah-bendera-revolusi-jilid-i-mentjapai-indonesia-merdeka-hlm-257-324|archive-date=2023-06-18|dead-url=no|access-date=2023-06-14}}</ref> |
|||
[[Berkas:MuseumSumpahPemuda.jpg|jmpl|250x250px|[[Museum Sumpah Pemuda]] (dahulu ''Indonesische Clubhuis'') merupakan lokasi rapat terakhir [[Kongres Pemuda Kedua|Kongres Pemuda II]] sekaligus menjadi tempat lahirnya [[Sumpah Pemuda]].|kiri]]Beberapa gerakan kepemudaan mengadakan [[Kongres Pemuda|Kongres Pemuda I]] yang dipimpin oleh [[M. Tabrani|Mohammad Tabrani]] dan terdiri dari tiga pertemuan pada tanggal 30 April sampai 2 Mei 1926 di Vrijmetselaarsloge (sekarang Gedung [[Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia|Badan Perencanaan Pembangunan Nasional]]). Dalam rapat terakhir, [[Mohammad Yamin|Mohammad Jamin]] dari [[Jong Sumatranen Bond|Jong Sumatranenbond]] mengusulkan [[bahasa Melayu]] menjadi bahasa persatuan, kemudian [[Mohammad Tabrani Soerjowitjirto]] dari [[Jong Java]] mengusulkan penggunaan istilah "[[bahasa Indonesia]]" alih-alih bahasa Melayu.<ref>{{Cite web|date=2019-11-23|title=Mohamad Tabrani: Pelopor Bahasa Indonesia|url=https://republika.co.id/share/q1e9ac257|website=Republika Online|language=id|archive-url=https://web.archive.org/web/20230618124757/https://republika.co.id/share/q1e9ac257|archive-date=2023-06-18|dead-url=no|access-date=2023-06-09}}</ref> Dua tahun kemudian, [[Kongres Pemuda Kedua|Kongres Pemuda II]] yang terdiri dari tiga rapat dan diketuai oleh [[Sugondo Djojopuspito|Soegondo Djojopoespito]] diadakan pada tanggal 27–28 Oktober dan diikuti oleh beberapa perhimpunan kepemudaan, gerakan [[nasionalisme]] dan [[agama]], serta kelompok belajar dari sekolah-sekolah tertentu.<ref name="kongres-ii">{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-04-09|title=Kongres Pemuda II, Lahirnya Sumpah Pemuda Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/29/110000979/kongres-pemuda-ii-lahirnya-sumpah-pemuda|website=KOMPAS.com|language=id|archive-url=https://web.archive.org/web/20230609122934/https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/29/110000979/kongres-pemuda-ii-lahirnya-sumpah-pemuda|archive-date=2023-06-09|dead-url=no|access-date=2023-06-09}}</ref> Di sela-sela rapat terakhir, lagu "[[Indonesia Raya|Indonesia Raja]]" diperdengarkan di hadapan hadirin, awalnya berupa [[instrumental]] [[biola]] oleh sang [[Komponis|penggubah]] [[Wage Rudolf Soepratman]] dan diulang dengan iringan nyanyian [[Dolly Salim]], putri sulung [[Agus Salim|Agoes Salim]].<ref>{{Cite web|last=Haryanto|first=Alexander|title=Sejarah Lirik Lagu Indonesia Raya dalam Hari Sumpah Pemuda|url=https://tirto.id/sejarah-lirik-lagu-indonesia-raya-dalam-hari-sumpah-pemuda-ekvL|website=tirto.id|language=id|archive-url=https://web.archive.org/web/20230612170125/https://tirto.id/sejarah-lirik-lagu-indonesia-raya-dalam-hari-sumpah-pemuda-ekvL|archive-date=2023-06-12|dead-url=no|access-date=2023-06-12}}</ref> Pada akhir kongres, suatu naskah resolusi yang dibuat oleh Jamin dibacakan oleh Soegondo di depan hadirin dan menjadi ikrar bagi seluruh peserta kongres. Ikrar tersebut kini dikenal sebagai [[Sumpah Pemuda]].<ref>{{Cite web|title=Museum Sumpah Pemuda|url=http://www.museumsumpahpemuda.go.id/index_files/Page525.htm|archive-url=https://web.archive.org/web/20090625190339/http://www.museumsumpahpemuda.go.id/index_files/Page525.htm|archive-date=2009-06-25|dead-url=yes|access-date=2009-09-27}}</ref> |
|||
Menyadari maraknya gerakan-gerakan [[nasionalisme]] yang menuntut kemerdekaan dari [[kolonialisme]] [[Belanda]], pemerintah kolonial mulai melarang dan menutup beberapa organisasi serta menangkap sejumlah tokoh pergerakan.{{sfn|Ricklefs|1991|pp=14–15}} |
|||
=== Periode pendudukan === |
|||
==== Pendudukan Jepang ==== |
|||
{{utama|Sejarah Nusantara (1942–1945)}} |
|||
[[Berkas:Exeter sinking.jpg|jmpl|275x275px|Kapal HMS ''Exeter'' yang tenggelam pada saat [[Pertempuran Laut Jawa II]].|kiri]] |
|||
Pecahnya [[Perang Dunia II]] benar-benar melemahkan kekuatan [[Pertahanan militer|pertahanan]] Belanda, terutama ketika [[Pertempuran Belanda|Belanda jatuh]] ke tangan [[Jerman Nazi]] pada tanggal 14 Mei 1940.<ref>{{citation|editor1-first=Herman|editor1-last=Amersfoort|editor2-first=Piet|editor2-last=Kamphuis|year=2005|title=Mei 1940 — De Strijd op Nederlands grondgebied|language=nl|location=Den Haag|publisher=Sdu Uitgevers|isbn=90-12-08959-X}}</ref> Pada bulan Januari 1942, [[Jepang]] menggunakan kesempatan tersebut dengan mulai memasuki teritori [[Hindia Belanda]] dan melancarkan operasi militer melawan pasukan gabungan [[ABDACOM]] (Komando [[Amerika Serikat]]–[[Britania Raya]]–[[Belanda]]–[[Australia]]) yang menjaga kawasan tersebut, terutama di area [[Pertempuran Kalimantan (1941–1942)|Kalimantan bagian barat]], [[Pertempuran Tarakan (1942)|Tarakan]], [[Pertempuran Manado|Manado]], [[Pertempuran Balikpapan (1942)|Balikpapan]], [[Pertempuran Kendari|Kendari]], [[Pertempuran Samarinda|Samarinda]], [[Pertempuran Banjarmasin|Banjarmasin]], [[Pertempuran Ambon|Ambon]], [[Pertempuran Selat Makassar|Selat Makassar]], [[Invasi Sumatra (1942)|Pulau Sumatra]] (terutama [[Pertempuran Palembang|Palembang]]), [[Pertempuran Selat Badung|Selat Badung]], [[Pertempuran Timor|Pulau Timor]], [[Pertempuran Laut Jawa|Laut Jawa]], [[Pertempuran Selat Sunda|Selat Sunda]], serta beberapa titik di [[Pertempuran Jawa (1942)|Pulau Jawa]], seperti di [[Pertempuran Kalijati|Kalijati]], [[Pertempuran Leuwiliang|Leuwiliang]], dan [[Pertempuran Perlintasan Ciater|Ciater]].<ref>{{Cite journal|last=Benda|first=Harry S.|date=1956|title=The Beginnings of the Japanese Occupation of Java|journal=The Far Eastern Quarterly|volume=14|issue=4|pages=541–560|doi=10.2307/2941923|jstor=2941923|s2cid=155352132}}</ref> Strategi militer Jepang berhasil memojokkan lawannya, hingga seluruh pasukan ABDACOM berhasil dilumpuhkan pada [[Pertempuran Laut Jawa II|Pertempuran Laut Jawa terakhir]] tanggal 1 Maret.<ref>Eric Groves: Sea Battles in Close-Up WWII Vol 2 (1993) {{ISBN|0-7110-2118-X}}</ref> Setelah memegang kendali, Jepang memecah [[Hindia Belanda]] menjadi daerah [[Sumatra]] (dan awalnya [[Malaya Britania Raya|Malaya]]) di bawah komando [[Angkatan Darat ke-25 (Jepang)|Angkatan Darat XXV]] yang berpusat di [[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]] (sebelumnya di [[Singapura]]), daerah [[Jawa]] dan [[Pulau Madura|Madura]] di bawah komando [[Angkatan Darat ke-16 (Jepang)|Angkatan Darat XVI]] yang berpusat di [[Batavia]] (kemudian menjadi [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]), serta wilayah Hindia lainnya di bawah [[Angkatan Laut Kekaisaran Jepang]] yang berpusat di [[Kota Makassar|Makassar]].{{sfn|Ricklefs|2008|p=325}} |
|||
[[Berkas:Gerakan 3a.jpeg|jmpl|228x228px|Poster propaganda [[Gerakan propaganda Jepang 3A|Gerakan 3A]].]] |
|||
Berbekal propaganda [[Gerakan propaganda Jepang 3A|Gerakan 3A]], Jepang awalnya diterima sangat baik oleh sebagian besar penduduk lokal [[Hindia Belanda]] yang mengalami kekerasan oleh pemerintah kolonial.<ref>{{Cite web|last=Harbani|first=Rahma Indina|date=30 Agustus 2021|title=Semboyan 3A, Jurus Jepang dalam Menarik Simpati Rakyat Indonesia|url=https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5701876/semboyan-3a-jurus-jepang-dalam-menarik-simpati-rakyat-indonesia|website=detikEdu|archive-url=https://web.archive.org/web/20220322200511/https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5701876/semboyan-3a-jurus-jepang-dalam-menarik-simpati-rakyat-indonesia|archive-date=2022-03-22|dead-url=no|access-date=2021-12-27}}</ref> Namun kenyataannya, Jepang merekrut paksa banyak penduduk lokal untuk dijadikan [[Kerja paksa|pekerja paksa]] ([[Rōmusha|''rōmusha'']]) dan [[Pelacuran|wanita penghibur]] (''[[ianfu]]'') untuk menyokong pasukan mereka yang sedang berperang melawan [[Blok Sekutu dalam Perang Dunia II|Blok Sekutu]], menyebabkan banyaknya penderitaan dan kematian akibat [[kekerasan]], [[kecelakaan kerja]], [[bencana kelaparan]], dan [[penyakit kelamin]].<ref>{{cite book|last=Dower|first=John. SW|year=1986|url=https://books.google.com/books?id=rlBaxUX7QhYC|title=War Without Mercy: Race and Power in the Pacific War|publisher=Pantheon|isbn=0-394-75172-8}}</ref><ref>{{cite journal|last1=Narayanan|first1=Arujunan|date=2002|title=Japanese war crimes and Allied crimes trials in Borneo during World War II|url=http://journalarticle.ukm.my/404/1/1.pdf|journal=JEBAT|volume=29|issue=|pages=10, 11|doi=|archive-url=https://web.archive.org/web/20230404043656/http://journalarticle.ukm.my/404/1/1.pdf|archive-date=4 April 2023|access-date=23 August 2023|url-status=dead}}</ref> Beberapa pemberontakan melawan pendudukan Jepang dilancarkan oleh penduduk setempat, tetapi dapat diredam dengan cepat oleh pasukan Jepang,<ref>{{cite book|last=Friend|first=Theodore|date=2014|url=https://books.google.com/books?id=UQMABAAAQBAJ&dq=kenpeitai+executed&pg=RA1-PA176|title=The Blue-Eyed Enemy: Japan against the West in Java and Luzon, 1942-1945|location=|publisher=Princeton University Press|isbn=978-1400859467|page=175,176}}</ref> misalnya dua pemberontakan [[Kota Cirebon|Tjirebon]] (Cirebon) dan satu pemberontakan [[Sukamanah, Cigalontang, Tasikmalaya|Sukamanah]] yang dapat diredam oleh pasukan Jepang, insiden [[Peristiwa Mandor]] dan rangkaian [[Perang Dayak Desa]],<ref>{{cite book|last=Heidhues|first=Mary F. Somers|year=2003|url=https://books.google.com/books?id=4WK2s2ogHEAC|title=Golddiggers, Farmers, and Traders in the "Chinese Districts" of West Kalimantan, Indonesia|publisher=SEAP Publications|isbn=978-0-87727-733-0|edition=illustrated|volume=34 of Southeast Asia publications series|access-date=10 March 2014|issue=Issue 34 of Studies on Southeast Asia}}</ref><ref>{{cite journal|last=Davidson|first=Jamie S.|date=August 2003|title="Primitive" Politics: The Rise and Fall of the Dayak Unity Party in West Kalimantan, Indonesia"|url=https://ari.nus.edu.sg/wp-content/uploads/2018/10/wps03_009.pdf|journal=Asia Research Institute Working Paper Series (ARI Working Paper)|publisher=Asia Research Institute of the National University of Singapore|access-date=13 July 2021|number=9}}</ref> serta pemberontakan rakyat [[Aceh]] melawan pasukan Jepang dan Sekutu sekaligus.<ref>{{Cite journal|last=Reid|first=Anthony|date=October 1971|title=The Birth of the Republic of Sumatra|url=https://ecommons.cornell.edu/bitstream/handle/1813/53522/INDO_12_0_1107125075_21_46.pdf?sequence=1&isAllowed=y|journal=Indonesia|volume=12|issue=12|pages=21–4|doi=10.2307/3350656|jstor=3350656}}</ref> |
|||
Sejak tahun 1944, gempuran yang tiada habisnya dari Blok Sekutu makin melemahkan pertahanan pasukan Jepang. Pasukan gabungan [[Belanda]] dan [[Britania Raya]], yang dibantu oleh [[Amerika Serikat]] dan [[Australia]], mulai melancarkan serangkaian operasi militer untuk merebut kembali wilayah koloni mereka dari Jepang di [[Kampanye Nugini Barat|Pulau Papua bagian barat]] sejak tanggal 22 April 1944 dan [[Kampanye Kalimantan (1945)|Pulau Kalimantan]] (terutama di [[Pertempuran Tarakan (1945)|Tarakan]] dan [[Pertempuran Balikpapan (1945)|Balikpapan]]) sejak tanggal 1 Mei 1945.<ref>{{cite book|last=Keogh|first=Eustace|year=1965|title=South West Pacific 1941–45|location=Melbourne, Victoria|publisher=Grayflower Publications|oclc=7185705|authorlink=Eustace Graham Keogh}}</ref><ref>{{cite book|last=Pfennigwerth|first=Ian|year=2009|title=Royal Australian Navy & MacArthur|publisher=Rosenberg Publishing|isbn=978-1-922013-21-7}}</ref> Rangkaian operasi tersebut berakhir ketika [[Menyerahnya Jepang|Jepang menyerah]] dan [[Perang Pasifik]] berakhir. |
|||
==== Persiapan kemerdekaan ==== |
|||
{{Utama|Proklamasi Kemerdekaan Indonesia}} |
|||
[[Berkas:Sidang BPUPKI - 1.jpg|jmpl|275x275px|Suasana sidang BPUPK yang kedua pada tanggal 10–17 Juli 1945.|kiri]] |
|||
Demi menggalang dukungan dari penduduk lokal, Jepang mulai menjanjikan kemerdekaan kepada tokoh-tokoh pergerakan. Pemerintah militer [[Angkatan Darat ke-16 (Jepang)|AD XVI]] mengumumkan pembentukan [[Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan]] (BPUPK) pada tanggal 1 Maret 1945 dan diresmikan pada tanggal 29 April dengan anggota berjumlah 67 orang dan ketua [[Radjiman Wedyodiningrat]].<ref>{{Cite web|last=Khairally|first=Elmy Tasya|title=Berapa Jumlah Anggota BPUPKI? Ini Jawabannya|url=https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7447257/berapa-jumlah-anggota-bpupki-ini-jawabannya|website=detikedu|language=id-ID|access-date=2024-08-28}}</ref> Sidang pertama pada tanggal 28 Mei hingga 1 Juni di Gedung [[Chuo Sangi-In|Tyuuoo Sangi-in]] (sekarang [[Gedung Pancasila]]) mendiskusikan tentang ideologi negara. Pada hari terakhir, [[Soekarno]] berpidato mengenai lima dasar negara merdeka yang dinamakan "[[Pancasila]]".<ref>{{Citation|last=Nasution|first=Adnan Buyung|author-link=Adnan Buyung Nasution|title=''Aspirasi Pemerintahan Konstitutional di Indonesia: Studi Sosio-Legal atas Konstituante 1956-1956'' (''The Aspiration for Constitutional Government in Indonesia: A Socio-Legal Study of the Indonesian Konstituante 1956-1959'')|language=id|publisher=Pustaka Utama Grafiti|location=Jakarta|year=1995|isbn=978-979-444-384-2}}</ref> Oleh karena sidang ini belum memberikan kata [[Musyawarah|mufakat]], [[Panitia Sembilan|Panitia Kecil]] dibentuk untuk merumuskan dasar negara, tetapi dirombak menjadi [[Panitia Sembilan]] pada tanggal 18 Juni,<ref>{{cite journal|last1=Elson|first1=R. E.|date=2009|title=Another Look at the Jakarta Charter Controversy of 1945|url=https://ecommons.cornell.edu/bitstream/handle/1813/54483/INDO_88_0_1255982649_105_130.pdf?sequence=1&isAllowed=y|journal=Indonesia|volume=88|issue=88|pages=105–130|access-date=21 December 2018}}</ref> dan akhirnya menghasilkan rumusan yang bernama [[Piagam Jakarta]] pada tanggal 22 Juni.<ref>{{citation|last=Boland|first=B.J.|title=The Struggle of Islam in Modern Indonesia|publisher=Martinus Nijhoff|location=Den Haag|year=1971}}</ref> Sidang kedua pada tanggal 10–17 Juli membahas segala permasalahan mendasar suatu negara, hingga mencapai kata [[Musyawarah|mufakat]] akan bentuk [[negara kesatuan]] [[republik]], wilayah [[Indonesia Raya (politik)|Indonesia Raya]], dan [[Undang-Undang Dasar 1945]] (UUD 1945) sebagai [[Konstitusi|konstitusi negara]].<ref>{{cite book|last=Kusuma|first=A.B|year=2004|title=Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945 : memuat salinan dokumen otentik badan oentoek menyelidiki oesaha2 persiapan kemerdekaan|location=Depok, Indonesia|publisher=Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia|isbn=979-8972-28-7|language=Indonesian|trans-title=The Birth of the 1945 Constitution: including copies of the authentic documents of the Investigating Committee for Preparatory Work for Independence}}</ref> Di [[Sumatra]], BPUPK serupa juga dibentuk oleh pemerintah AD XXV pada tanggal 25 Juli, tetapi tidak pernah sempat mengadakan sidang.{{sfn|Kahin|1952|p=121-122}} |
|||
[[Berkas:Indonesia declaration of independence 17 August 1945.jpg|jmpl|Pembacaan deklarasi kemerdekaan oleh [[Soekarno]].|275x275px]] |
|||
{{Dengar|filename=Indonesia declaration of independence 1945.ogg|title=Deklarasi kemerdekaan Indonesia|format=[[Ogg]]|type=speech|description=Reka ulang oleh [[Soekarno]] pada tahun 1950 atau 1951.}} |
|||
Jepang mengumumkan pembentukan [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (PPKI) pada tanggal 7 Agustus.<ref name="anderson">{{cite book|last=Anderson|first=Benedict|year=1972|url=https://archive.org/details/javaintimeofrevo0000ande|title=Java in a Time of Revolution: Occupation and Resistance, 1944–1946|location=Ithaca, N.Y.|publisher=Cornell University Press|isbn=0-8014-0687-0|author-link=Benedict Anderson|url-access=registration}}</ref> [[Menyerahnya Jepang|Jepang menyerah kepada Blok Sekutu]] pada tanggal 15 Agustus, tetapi berita itu tidak diumumkan secara resmi di [[Hindia Belanda]], meskipun akhirnya diketahui oleh para pemuda [[Menteng 31]] melalui siaran [[BBC Radio]], yang kemudian berpendapat bahwa kemerdekaan harus dideklarasikan sesegera mungkin dan tanpa melibatkan PPKI yang dianggap sebagai "boneka" Jepang.<ref>{{Cite web|last=Novianti|first=Devi|title=Radio yang menyiarkan kekalahan Jepang pada sekutu hingga sampai di Indonesia, ternyata.. - Bicara Berita|url=https://www.bicaraberita.com/nasional/pr-424038177/radio-yang-menyiarkan-kekalahan-jepang-pada-sekutu-hingga-sampai-di-indonesia-ternyata|website=Radio yang menyiarkan kekalahan Jepang pada sekutu hingga sampai di Indonesia, ternyata.. - Bicara Berita|language=id|access-date=2024-08-29}}</ref> Pada tanggal 16 Agustus dini hari, Soekarno dan Hatta yang tidak setuju akan pendapat itu [[Peristiwa Rengasdengklok|diculik dan dibawa]] ke [[Rengasdengklok, Karawang|Rengasdengklok]].<ref name="BBC Rengasdengklok">{{Cite web|date=16 Agustus 2015|year=2015|editor-last=Lestari|editor-first=Sri|title=Singgah ke rumah 'penculikan' Sukarno-Hatta di Rengasdengklok|url=http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/08/150812_majalah_rengasdengklok|website=bbc.com|access-date=1 december 2016}}Singgah ke rumah 'penculikan' Sukarno-Hatta di Rengasdengklok</ref> Setelah perundingan yang alot, Soekarno dan Hatta yang akhirnya setuju lalu kembali ke Jakarta, kemudian berkumpul bersama beberapa tokoh lain pada besok dini hari di kediaman [[Tadashi Maeda]] (sekarang [[Museum Perumusan Naskah Proklamasi]]) untuk merumuskan deklarasi kemerdekaan. Naskah deklarasi ditik oleh [[Sayuti Melik|Sajuti Melik]] sesuai rancangan yang telah disepakati, serta ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta.<ref>{{cite news|last=Pamungkas|first=M. Fazil|date=2019-08-17|title=Lima Hal Menarik Seputar Malam Perumusan Naskah Proklamasi|url=https://historia.id/politik/articles/lima-hal-menarik-seputar-malam-perumusan-naskah-proklamasi-P1Rx2/page/1|work=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id|access-date=2024-07-04}}</ref> [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] dilaksanakan di kediaman Soekarno (sekarang menjadi [[Tugu Proklamasi|Taman Proklamasi]]) pada tanggal 17 Agustus 2605 [[tahun Jepang]], sekitar pukul 10.00 [[Waktu Standar Jepang|waktu Jepang]].<ref group="lower-alpha">Format waktu tersebut digunakan pada masa [[Pendudukan Jepang di Hindia-Belanda|pendudukan Jepang]]. Waktu ini setara dengan tanggal 17 Agustus 1945 [[Masehi]], sekitar pukul 8.00 waktu [[UTC+07:00|UTC+7:00]] (patokan [[Waktu Indonesia Barat]] yang digunakan saat ini).</ref><ref>{{Cite book|last=Anderson|first=Benedict|year=1961|url=https://babel.hathitrust.org/cgi/pt?id=coo.31924006545622&view=1up&seq=3|title=Some Aspects of Indonesian Politics under the Japanese occupation, 1944–1945|location=Ithaca, N.Y.|publisher=Cornell University|isbn=|series=Cornell University. Dept. of Far Eastern Studies. Modern Indonesia Project. Interim reports series|pages=|author-link=Benedict Anderson}}</ref> Setelah pidato proklamasi Soekarno, upacara pengibaran [[Sang Merah Putih]] pertama (kelak menjadi [[Bendera Pusaka]]) dilaksanakan di halaman rumah dan diiringi nyanyian [[Indonesia Raya]] oleh hadirin.<ref>{{Cite web|last=Wulandari|first=Trisna|title=Peristiwa Proklamasi 17 Agustus 1945 Kemerdekaan RI|url=https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6865523/peristiwa-proklamasi-17-agustus-1945-kemerdekaan-ri|website=detikedu|language=id-ID|access-date=2024-08-29}}</ref> |
|||
=== Periode republik === |
|||
==== Revolusi nasional ==== |
|||
{{utama|Sejarah Indonesia (1945–1949)|Revolusi Nasional Indonesia}} |
|||
[[Berkas:PPKI.jpg|kiri|jmpl|275x275px|Suasana sidang pertama [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] pada tanggal 18 Agustus 1945.]] |
|||
Sehari setelah proklamasi, [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|PPKI]] mengadakan sidang pertama di gedung bekas [[Dewan Hindia]] (sekarang [[Gedung BP7]]) dan memutuskan pengesahan UUD 1945 serta pengangkatan [[Soekarno]] dan [[Mohammad Hatta|Hatta]] sebagai pasangan [[Presiden Indonesia|Presiden]] dan [[Wakil Presiden Indonesia|Wakil Presiden]].<ref>{{Cite web|title=3 Hasil Sidang Pertama PPKI pada 18 Agustus 1945|url=https://kumparan.com/berita-terkini/3-hasil-sidang-pertama-ppki-pada-18-agustus-1945-22712U9yv4C|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2024-08-30}}</ref> Sidang kedua keesokan harinya menghasilkan pembentukan [[Provinsi di Indonesia#Era revolusi nasional|provinsi]] dan pengangkatan [[menteri]].<ref>{{Cite web|title=3 Hasil Sidang Kedua PPKI 19 Agustus 1945|url=https://kumparan.com/berita-terkini/3-hasil-sidang-kedua-ppki-19-agustus-1945-1znOaZOnc3r|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2024-08-30}}</ref> Pada tanggal 22 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidang terakhir dan memutuskan pembentukan [[Komite Nasional Indonesia Pusat]] (KNIP), [[Partai Nasional Indonesia]] (PNI) dan [[Badan Keamanan Rakyat]] (BKR).<ref>{{Cite web|last=Fandy|title=Hasil Sidang PPKI Pertama, Kedua dan Ketiga - Gramedia Literasi|url=https://www.gramedia.com/literasi/hasil-sidang-ppki-2/|language=id-ID|access-date=2024-08-30}}</ref> PPKI dibubarkan pada tanggal 29 Agustus.{{sfn|Kahin|1961|p=139}} |
|||
Selama sebulan, berita mengenai deklarasi kemerdekaan Indonesia tersebar luas hingga ke luar [[Jawa|Pulau Jawa]], sehingga banyak penduduk "pro Republik" yang mulai menyerang orang-orang asing dan orang-orang "pro Belanda" demi merebut segala aset mereka.<ref>{{Cite book|last=Reid|first=Anthony|year=1974|title=The Indonesian National Revolution 1945–1950|location=Melbourne|publisher=Longman|isbn=0-582-71046-4}}</ref> Pada bulan September 1945, militer [[Britania Raya]] datang terlebih dahulu ke Indonesia, terutama ke [[Jawa]], untuk mengamankan wilayah dengan dibantu oleh beberapa pasukan [[Jepang]]. Perang antara militer Britania melawan pasukan pro Republik pun pecah di berbagai tempat, seperti dalam peristiwa [[Penyerbuan Kotabaru Yogyakarta|Penyerbuan Kotabaru]], [[Pertempuran Bojong Kokosan|Pertempuran Bojongkokosan]], [[Pertempuran Lima Hari|Pertempuran Lima Hari di Semarang]], dan [[Palagan Ambarawa]].{{sfn|Ricklefs|1991|p=216}} Sementara itu, militer [[Belanda]] di bawah [[Pemerintahan Sipil Hindia Belanda]] (NICA) secara bertahap masuk untuk menempati kembali pos-pos Belanda di Indonesia. Pada tanggal 10 November (sekarang menjadi [[Hari Pahlawan (Indonesia)|Hari Pahlawan]]), tentara Britania Raya memulai [[Pertempuran Surabaya]] yang berlangsung selama bebeberapa hari dan menyebabkan belasan ribu korban jiwa berjatuhan.{{sfn|Vickers|2005|p=98}} Pertempuran tersebut menyadarkan pihak Britania Raya dan Belanda bahwa pemerintahan Republik didukung secara luas oleh rakyat setempat.{{sfn|Ricklefs|1991|p=217}} Britania Raya mulai mengambil sikap netral setelahnya, tetapi NICA dan para pendukung Belanda tetap melancarkan serangan terhadap pasukan pro republik pada akhir tahun 1945, seperti pada [[Pertempuran Medan Area]], [[Peristiwa 19 November|Peristiwa 19 November di Kolaka]], [[Perang Cumbok|Perang Cumbok di Pidie]], [[Perang Dayak Desa]], dan [[Pertempuran Kumai]]. |
|||
[[Berkas:LinggadjatiPlan.jpg|jmpl|300x300px|Pembagian wilayah yang disepakati dalam [[Perundingan Linggarjati|Perjanjian Linggarjati]].]] |
|||
Akibat situasi [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] yang semakin tidak kondusif, Soekarno dan Hatta beserta beberapa [[Kementerian Indonesia|menteri]] dan staf, dengan keluarga masing-masing, pindah ke [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]] pada tanggal 3–4 Januari 1946 untuk mendirikan [[ibu kota]] di sana,{{sfn|Friend|2003|p=420}} tetapi [[Sutan Sjahrir]] ([[Daftar Perdana Menteri Indonesia|Perdana Menteri]] pada saat itu) dan beberapa petinggi tetap tinggal di Jakarta untuk mengadakan negosiasi dengan pihak Belanda.<ref>{{Cite web|title=War for Independence: 1945 to 1950|url=http://www.gimonca.com/sejarah/sejarah08.shtml|website=www.gimonca.com|access-date=2024-09-23}}</ref> Sepanjang tahun 1946, para pendukung Republik tetap melakukan berbagai penyerangan dan pertahanan melawan militer Belanda dan pasukan pendukungnya, terutama di luar [[Jawa|Pulau Jawa]] yang memiliki sentimen dukungan yang lebih rendah, seperti dalam peristiwa [[Pertempuran Lengkong]], [[Bandung Lautan Api]], [[Revolusi Sosial Sumatera Timur|Revolusi Sosial di Sumatera Timur]], dan [[Pertempuran Selat Bali]].{{sfn|Kahin|1952|pp=355, 357}} Pada tanggal 15 November 1946 di kediaman [[Keluarga Kwee dari Ciledug|keluarga Kwee]] (sekarang [[Gedung Perundingan Linggarjati]]), pihak Republik (dipimpin oleh [[Sutan Sjahrir|Sjahrir]]) dan pihak Belanda (dipimpin oleh [[Willem Schermerhorn]]) menyepakati [[Perundingan Linggarjati|Perjanjian Linggarjati]] yang mengakui kekuasaan ''de facto'' [[Republik Indonesia (1949–1950)|Republik Indonesia]] atas [[Sumatra]], [[Jawa]], dan [[Pulau Madura|Madura]] sebagai [[negara konstituen]] di dalam [[federasi|negara federasi]] yang akan dibentuk, yang kemudian [[Ratifikasi|diratifikasi]] oleh Belanda pada tanggal 19 Desember dan oleh Indonesia pada tanggal 25 Maret 1947.{{sfn|Ricklefs|2008|p=361}}<ref>{{Cite web|last=Rosa|first=Nikita|title=Perjanjian Linggarjati: Kronologi, Tokoh, Isi, dan Dampaknya|url=https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6606235/perjanjian-linggarjati-kronologi-tokoh-isi-dan-dampaknya|website=detikedu|language=id-ID|access-date=2024-09-23}}</ref> Ketidakpuasan yang muncul akibat perjanjian ini menyebabkan beberapa insiden pun terjadi, seperti dalam peristiwa [[Puputan Margarana]], [[Kampanye Sulawesi Selatan|Pembantaian Westerling di Sulawesi Selatan]], [[Peristiwa Tiga Maret|Peristiwa Tiga Maret di Sumatera Barat]], [[Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang]], [[Pertempuran Laut Cirebon]], dan [[Pertempuran Laut Sibolga]]. |
|||
[[Berkas:Van Mook.png|kiri|jmpl|325x325px|Peta kekuasaan Republik Indonesia (merah) dan Belanda (krem) di Pulau Jawa menurut Perjanjian Renville. ]] |
|||
Pada tanggal 21 Juli hingga 5 Agustus 1947, Belanda melanggar Perjanjian Linggarjati dengan melancarkan ''Operatie Product'' (Operasi Produk) atau [[Agresi Militer Belanda I]] demi merebut area-area produktif yang dikuasai oleh Republik, tetapi berdalih sedang melakukan ''politionele actie'' ("[[Aksi Polisionil|aksi polisionil]]") demi memulihkan keamanan dan ketertiban yang kacau, seperti pada [[Tragedi Mergosono]].{{Sfn|Ricklefs|1991|p=225}} Belanda nyatanya berhasil merebut sebagian besar daerah tersebut, tetapi operasi tersebut mendapat kecaman dari [[Dunia|dunia internasional]].<ref>{{Cite web|last=Raditya|first=Iswara N.|date=2018-07-21|title=Agresi Militer I: Saat Belanda Mengingkari Perjanjian Linggarjati|url=https://tirto.id/agresi-militer-i-saat-belanda-mengingkari-perjanjian-linggarjati-cs8T|website=tirto.id|language=id|access-date=2024-09-23}}</ref> [[Resolusi 27 Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa|Resolusi 27]] [[Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa]] (DK PBB) yang [[s:Resolusi_Dewan_Keamanan_PBB_27|menyerukan gencatan senjata bagi pihak Belanda dan pihak Indonesia]] menyebabkan Belanda terpaksa menyanggupinya.<ref>{{Cite web|last=Sitoresmi|first=Ayu Rifka|date=2023-08-23|title=Tugas Pokok Komisi Tiga Negara Adalah Menyelesaikan Konflik Indonesia dan Belanda|url=https://www.liputan6.com/hot/read/5377860/tugas-pokok-komisi-tiga-negara-adalah-menyelesaikan-konflik-indonesia-dan-belanda|website=liputan6.com|language=id|access-date=2024-09-24}}</ref> Mulai pada tanggal 8 Desember di geladak kapal [[USS Renville|USS ''Renville'']], pihak Indonesia (dipimpin oleh [[Amir Sjarifoeddin]]) dan pihak Belanda (dipimpin oleh [[Abdulkadir Widjojoatmodjo]]) melakukan perundingan ulang. Meskipun beberapa insiden terjadi selama perundingan (seperti pada [[Pembantaian Rawagede]]), kedua pihak berhasil menyepakati dan meratifikasi [[Perjanjian Renville]] pada tanggal 17 Januari 1948, yang berisi pengakuan atas garis demarkasi yang dijuluki ''Status Quo Lijn'' (Garis ''Status Quo'') atau "[[Garis Van Mook|Garis van Mook]]", yang membagi sepertiga wilayah [[Jawa]] dan sebagian besar [[Sumatra]] yang dikuasai oleh Republik Indonesia dengan wilayah lain yang dikuasai oleh Belanda.{{Sfn|Kahin|1952|p=226–228}}<ref>{{Cite web|title=Mengenal Batas Van Mook|url=https://kumparan.com/taufiq-sudjana/mengenal-batas-van-mook-1uztt1IE4pJ|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2024-09-24}}</ref> |
|||
[[Berkas:Lukisan Sudirman Ditandu.jpg|jmpl|275x275px|Lukisan [[Soedirman]] yang sedang ditandu sembari memimpin pasukan gerilya. Dilukis oleh Hardjanto.]] |
|||
Para tokoh [[Oposisi (politik)|oposisi]] [[Front Demokrasi Rakyat]] (FDR) mulai melakukan [[Peristiwa Madiun|pemberontakan di Madiun]] pada tanggal 18 September 1948 dan sebagian besar dari mereka berhasil ditangkap dan dieksekusi dalam waktu tiga bulan oleh [[Tentara Nasional Indonesia]] (TNI).<ref>{{cite journal|last=Sugiyama|first=Akiko|year=2011|title=Remembering and forgetting Indonesia's Madiun Affair: personal narratives, political transitions, and historiography, 1948–2008|url=http://cip.cornell.edu/seap.indo/1319755160|journal=Indonesia|volume=92|pages=19–42|ref=harv}}</ref> Namun, kejadian tersebut menjadi peluang bagi Belanda untuk melancarkan ''Operatie Kraai'' (Operasi Gagak) atau [[Agresi Militer Belanda II]] pada tanggal 19 Desember demi membubarkan Republik.{{Sfn|Ricklefs|1993|p=223}} Dalam waktu singkat, pasukan Belanda berhasil menguasai [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]] serta membuang Soekarno, Hatta, dan beberapa petinggi lain ke [[Pulau Bangka|Bangka]], sementara pasukan TNI yang tersisa melancarkan pertempuran [[gerilya]] di bawah komando [[Soedirman]] selama beberapa bulan. [[Syafruddin Prawiranegara]] yang mendengar berita tersebut ketika di [[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]] segera membentuk [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]] (PDRI),{{sfn|Kahin|Kahin|2003|p=94}} sementara dunia internasional sekali lagi mengecam tindakan Belanda, hingga DK PBB mengeluarkan [[Resolusi 63 Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa|Resolusi 63]] yang menyerukan penghentian pertikaian dan menuntut pembebasan [[tawanan perang]].<ref>{{Cite thesis|title=The United Nations and national independence: the Indonesian question: A peaceful settlement; the Algerian problem: A case study in evolution study in evolution|date=1961|publisher=Graduate Student Theses, Dissertations, & Professional Papers|last=Agha|first=Issam Abdul|degree=Thesis|url=https://scholarworks.umt.edu/etd/8652}}</ref> Demi menampik tuduhan bahwa Indonesia telah bubar, pasukan TNI melancarkan [[Serangan Umum 1 Maret 1949|serangan umum terhadap pasukan Belanda]] di Yogyakarta pada tanggal 1 Maret 1949 dan nyatanya berhasil menguasai kota tersebut selama enam jam.<ref>{{Cite web|title=Serangan Umum 1 Maret 1949 - Ensiklopedia|url=https://esi.kemdikbud.go.id/wiki/Serangan_Umum_1_Maret_1949|website=esi.kemdikbud.go.id|access-date=2024-09-24}}</ref> Pada tanggal 7 Mei, pihak Indonesia (dipimpin oleh [[Mohamad Roem]]) dan pihak Belanda (dipimpin oleh [[Jan Herman van Roijen]]) menyepakati [[Perjanjian Roem-Roijen|Perjanjian Roem–van Roijen]], yang pada intinya menyetujui pengembalian [[Status quo|''status quo'']] sebelum Agresi II dan kesediaan Indonesia untuk ikut dalam konferensi pembentukan [[federasi]].<ref>{{Cite web|last=Isnanto|first=Bayu Ardi|title=Sejarah Perjanjian Roem-Royen: Latar Belakang, Isi, dan Tokohnya|url=https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7164441/sejarah-perjanjian-roem-royen-latar-belakang-isi-dan-tokohnya|website=detikedu|language=id-ID|access-date=2024-09-24}}</ref> Pasukan TNI kembali melakukan [[Serangan Umum Surakarta|serangan umum terhadap tentara Belanda]] di [[Kota Surakarta|Surakarta]] pada tanggal 7 Agustus dan berhasil menduduki kota tersebut hingga tanggal 10 Agustus.<ref name="pertempuran">{{cite journal|authors=Sri Bulan Rahmawati, Abdul Muntholib, Romadi|year=2016|title=Pertempuran Empat Hari di Kota Surakarta Tahun 1949|url=https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jih/article/view/19726|journal=Journal of Indonesian History|volume=5|page=66-67|issn=2252-6633|number=1}}</ref> |
|||
[[Berkas:Ronde Tafel Conferentie , slotzitting in Ridderzaal, duplikaat overzicht, Bestanddeelnr 903-6872.jpg|kiri|jmpl|275x275px|Sesi terakhir [[Konferensi Meja Bundar]] (KMB) di [[Ridderzaal]], [[Den Haag]] pada tanggal 2 November 1949.]] |
|||
Para petinggi yang telah dilepaskan dari pengasingan tiba di Yogyakarta pada tanggal 6 Juli, kemudian menyetujui Perjanjian Roem–van Roijen dan sekaligus mengambil kembali mandat pemerintahan dari PDRI pada tanggal 13 Juli. [[Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo]] yang sejak awal menolak Republik Indonesia akhirnya mendirikan [[Negara Islam Indonesia]] (NII) dan membentuk [[Tentara Islam Indonesia]] (TII) pada tanggal 7 Agustus.<ref name="DI">{{cite web|author=Andrea HP|title=The History of Darul Islam (DI) and Kartosuwiryo|url=https://www.academia.edu/8303411|work=academia.edu|accessdate=16 May 2015}}</ref> Pada tanggal 23 Agustus, pihak Belanda, pihak Republik, dan utusan [[Majelis Permusyawaratan Federal]] (BFO, beranggotakan [[Negara boneka|negara-negara boneka]] bentukan Belanda) memulai [[Konferensi Meja Bundar]] (KMB) di [[Den Haag]], [[Belanda]]. Pada tanggal 2 November, semua pihak menandatangani [[Konferensi Meja Bundar|Perjanjian Meja Bundar]], yang menyetujui pembentukan [[negara]] [[Republik Indonesia Serikat]] (RIS) dan [[Konstitusi Republik Indonesia Serikat|konstitusinya]] serta menjanjikan penyerahan kedaulatan tanpa syarat dari Belanda kepada RIS.{{sfn|Agung|1973|p=70}} Perjanjian tersebut diratifikasi oleh [[Komite Nasional Indonesia Pusat|KNIP]] pada tanggal 14 Desember dan [[Dewan Negara Belanda]] pada tanggal 21 Desember.{{sfn|Kahin|1961|p=443-444}} Akhirnya pada tanggal 27 Desember, [[Juliana dari Belanda|Juliana]] ([[Daftar penguasa Belanda|Ratu Belanda]]) dari pihak Belanda bersama Mohammad Hatta dari pihak Indonesia menandatangani Akta Penyerahan Kedaulatan (''Akte van Soevereiniteitsoverdracht'') di [[Istana Raja Amsterdam|Istana Kerajaan Amsterdam]], [[Belanda]].<ref>{{Cite web|title=Soevereiniteitsoverdracht aan Indonesië in 1949|url=https://www.parlement.com/id/vhm0l02igvut/soevereiniteitsoverdracht_aan_indonesie|website=www.parlement.com|language=nl|access-date=2024-09-25}}</ref> Upacara serupa diadakan pada hari yang sama di Istana Rijswijk (sekarang [[Istana Negara]]), dengan [[Antonius Hermanus Johannes Lovink|Antonius Lovink]] ([[Daftar Gubernur-Jenderal Hindia Belanda|Komisaris Tinggi Hindia Belanda]]) dari pihak Belanda dan [[Hamengkubuwana IX]] dari pihak Indonesia.<ref>{{Cite web|last=Basmatulhana|first=Hanindita|title=Pengakuan Belanda atas Kedaulatan Indonesia di Forum KMB|url=https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6235991/pengakuan-belanda-atas-kedaulatan-indonesia-di-forum-kmb#:~:text=Belanda%20Mengakui%20Kedaulatan%20Indonesia&text=Penyerahan%20dilakukan%20oleh%20Ratu%20Belanda,kepada%20Sri%20Sultan%20Hamengkubuwono%20IX.|website=detikedu|language=id-ID|access-date=2024-09-25}}</ref> |
|||
==== Demokrasi federal ==== |
|||
{{utama|Republik Indonesia Serikat}} |
|||
[[Berkas:Map of the United States of Indonesia-id.svg|jmpl|400x400px|Pembagian administratif di [[Republik Indonesia Serikat]] (RIS).]] |
|||
Sebagai akibat dari [[Konferensi Meja Bundar|Perjanjian Meja Bundar]], [[Republik Indonesia Serikat]] (RIS) terbentuk secara resmi pada tanggal 27 Desember 1949, dengan [[Republik Indonesia (1949–1950)|Republik Indonesia]] (RI) sebagai salah satu [[Republik Indonesia Serikat#Negara bagian|negara bagian RIS]]. Namun akibat anggapan bahwa konsep [[Federasi|negara federal]] merupakan bentuk lain dari [[kolonialisme]] dan kurang mumpuni dalam menyatukan rakyat Indonesia yang sangat majemuk, negara RIS tidak dapat bertahan lama.{{sfn|Kahin|1970|p=450}} Pada tanggal 22–23 Januari 1950, [[Angkatan Perang Ratu Adil]] (APRA) di bawah pimpinan [[Raymond Westerling]] menyerang pasukan [[Tentara Nasional Indonesia]] (TNI) di [[Kota Bandung|Bandung]] dan [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] demi [[Kudeta APRA|menggulingkan Pemerintahan RIS]], meskipun akhirnya gagal.<ref>{{cite book|last=Westerling|first=Raymond Paul Pierre|year=1952|title=Mes aventures en Indonesie|language=fr|url-status=live}}</ref> Di saat yang sama, [[Negara Islam Indonesia|Tentara Islam Indonesia]] (TII) di bawah kepemimpinan [[Amir Fatah]] juga melancarkan aksi pemberontakan di [[Tegal Raya]].<ref>{{cite web|date=|title=Gerakan DI/TII Amir Fatah 1949-1950 : suatu pemberontakan kaum Santri di Daerah Tegal-Brebes|url=http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-71599.pdf|publisher=University of Indonesia Library|accessdate=28 November 2014}}</ref> Pada bulan Maret–April 1950, hampir seluruh entitas konstituen dalam RIS membubarkan diri secara sukarela, hingga tersisa RI, [[Negara Sumatera Timur|Sumatera Timur]], dan [[Negara Indonesia Timur|Indonesia Timur]].{{sfn|Simanjuntak|2003|pp=99–100}} Pada tanggal 19 Mei, Pemerintah RIS mengumumkan piagam persetujuan yang berisi kesepakatan bersama ketiga negara bagian untuk "membentuk negara kesatuan sebagai penjelmaan dari negara Republik Indonesia yang berdasarkan pada Proklamasi 17 Agustus 1945".{{sfn|Agung|1995|p=786}}<ref>{{Cite news|last=Arum Sutrisni|first=Putri|date=2020-03-12|title=Kembali ke Negara Kesatuan|url=https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/12/173000869/kembali-ke-negara-kesatuan|work=Kompas.com|access-date=2024-09-26}}</ref> Setelah dilakukan sejumlah persiapan, [[Soekarno]] secara resmi membubarkan RIS dan melanjutkan entitas Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).{{sfn|Ricklefs|2008|pp=373–374}} |
|||
==== Demokrasi liberal ==== |
|||
{{utama|Sejarah Indonesia (1950–1959)}} |
|||
[[Berkas:Presiden Sukarno.jpg|jmpl|[[Soekarno]], presiden pertama Indonesia.|251x251px]][[Berkas:Soevereiniteitsoverdracht Indonesie-2000px Foto Jan Zweerts.jpg|thumb|Piagam Penyerahan Kedaulatan Indonesia oleh Belanda]] |
|||
Pada tahun 1950-an dan 1960-an, pemerintahan Soekarno mulai mengikuti sekaligus merintis [[Gerakan Non-Blok|gerakan non-blok]] pada awalnya, kemudian menjadi lebih dekat dengan blok [[sosialisme|sosialis]], misalnya [[Tiongkok|Republik Rakyat Tiongkok]] dan [[Yugoslavia]]. |
|||
==== Demokrasi terpimpin ==== |
|||
{{utama|Sejarah Indonesia (1950–1959)}} |
|||
Tahun 1960-an menjadi saksi terjadinya konfrontasi militer terhadap negara tetangga, [[Malaysia]] ("''[[Konfrontasi Indonesia–Malaysia|Konfrontasi]]''"),<ref>van der Bijl, Nick. ''Confrontation, The War with Indonesia 1962–1966'', (London, 2007) ISBN 978-1-84415-595-8</ref> dan ketidakpuasan terhadap kesulitan ekonomi yang semakin besar. Selanjutnya pada tahun 1965 meletus peristiwa [[G30S]] yang menyebabkan kematian 6 orang [[jenderal]] dan sejumlah [[perwira]] menengah lainnya. Muncul kekuatan baru yang menyebut dirinya [[Orde Baru]] yang segera menuduh [[Partai Komunis Indonesia]] sebagai otak di belakang kejadian ini dan bermaksud menggulingkan pemerintahan yang sah serta mengganti ideologi nasional menjadi berdasarkan paham [[sosialisme|sosialis]]-[[komunisme|komunis]]. Tuduhan ini sekaligus dijadikan alasan untuk menggantikan pemerintahan lama di bawah Presiden Soekarno. |
|||
==== Transisi ==== |
|||
{{Utama|Sejarah Indonesia (1965–1966)}} |
|||
==== Orde baru ==== |
|||
{{utama|Orde Baru}} |
|||
[[Berkas:President Suharto, 1993.jpg|jmpl|Potret resmi [[Soeharto]], [[Presiden Indonesia]] ke-2, pada tahun 1993.|kiri|224x224px]] |
|||
Jenderal [[Soeharto]] menjadi Pejabat Presiden pada tahun 1967 dengan alasan untuk mengamankan negara dari ancaman [[komunisme]]. Sementara itu kondisi fisik Soekarno sendiri semakin melemah. Setelah Soeharto berkuasa, ratusan ribu warga Indonesia yang dicurigai terlibat pihak komunis dibunuh, sementara masih banyak lagi warga Indonesia yang sedang berada di luar negeri, tidak berani kembali ke tanah air, dan akhirnya dicabut [[kewarganegaraan]]nya. Tiga puluh dua tahun masa kekuasaan Soeharto dinamakan [[Orde Baru]], sementara masa pemerintahan Soekarno disebut [[Orde Lama]]. |
|||
Soeharto menerapkan ekonomi [[neoliberalisme|neoliberal]] dan berhasil mendatangkan [[investasi]] luar negeri yang besar untuk masuk ke Indonesia dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar, meski tidak merata. Pada awal [[rezim]] Orde Baru kebijakan ekonomi Indonesia disusun oleh sekelompok ekonom lulusan Departemen Ekonomi [[Universitas California, Berkeley]], yang dipanggil "[[Mafia Berkeley]]".<ref>Wibowo, Sigit, Sjarifuddin. ''[https://web.archive.org/web/20080616191928/http://www.sinarharapan.co.id/berita/0606/05/sh02.html Ekonomi Indonesia Gagal karena Mafia Berkeley]'', Harian Umum Sore Sinar Harapan. Copyright © Sinar Harapan 2003. Diakses: Selasa, 6 Agustus 2008.</ref> Namun, Soeharto menambah kekayaannya dan keluarganya melalui praktik [[korupsi]], [[kolusi]], dan [[nepotisme]] yang meluas dan dia akhirnya dipaksa turun dari jabatannya setelah aksi [[demonstrasi]] besar-besaran dan kondisi ekonomi negara yang memburuk pada tahun 1998. |
|||
==== Reformasi ==== |
|||
{{utama|Sejarah Indonesia (1998–sekarang)}} |
|||
Masa Peralihan ''Orde Reformasi'' atau [[Sejarah Indonesia (1998–sekarang)|Era Reformasi]] berlangsung dari tahun 1998 hingga 2001, ketika terdapat tiga masa [[Daftar presiden Indonesia|presiden]]: [[B. J. Habibie|Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie]], [[Abdurrahman Wahid]] dan [[Megawati Soekarnoputri]]. Pada tahun 2004, diselenggarakan [[Pemilihan umum Indonesia 2004|Pemilihan]] Umum satu hari terbesar di dunia<ref>{{cite press release |
|||
|publisher = Laporan dari [[:en:Carter Center|Carter Center]] |
|||
|pages = 30 |
|||
|year = 2004 |
|||
|title = The Carter Center 2004 Indonesia Election Report |
|||
|url = http://www.cartercenter.org/documents/2161.pdf |
|||
|format = PDF |
|||
|accessdate = [[29 Juli]] [[2008]] |
|||
| = http://www.cartercenter.org/documents/2161.pdf |
|||
}} {{Cite web |url=http://www.cartercenter.org/documents/2161.pdf |title=Salinan arsip |access-date=2008-07-29 |archive-date=2007-06-14 |archive-url=https://web.archive.org/web/20070614025148/http://www.cartercenter.org/documents/2161.pdf |dead-url=unfit }}</ref> yang dimenangkan oleh [[Susilo Bambang Yudhoyono]], sebagai presiden terpilih secara langsung oleh rakyat, yang menjabat selama dua periode. Pada tahun 2014, [[Joko Widodo]], yang lebih akrab disapa Jokowi, terpilih sebagai presiden ke-7. |
|||
Indonesia kini sedang mengalami masalah-masalah ekonomi, politik dan [[konflik|pertikaian]] bernuansa agama di dalam negeri, dan beberapa daerah berusaha untuk melepaskan diri dari naungan NKRI, terutama [[Papua]].{{fact}} [[Timor Timur]] secara resmi memisahkan diri pada tahun 1999 setelah 24 tahun bersatu dengan Indonesia dan 3 tahun di bawah administrasi [[Perserikatan Bangsa-Bangsa|PBB]] menjadi negara [[Timor Leste]]. |
|||
Pada Desember 2004 dan Maret 2005, [[Aceh]] dan [[Pulau Nias|Nias]] dilanda dua [[gempa bumi]] besar yang totalnya menewaskan ratusan ribu jiwa. (Lihat ''[[Gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004|Gempa bumi Samudra Hindia 2004]]'' dan ''[[Gempa bumi Sumatra 2005|Gempa bumi Sumatra Maret 2005]]''.) Kejadian ini disusul oleh [[Gempa bumi Yogyakarta 2006|gempa bumi di Yogyakarta]] dan [[Gempa bumi Jawa 2006|tsunami]] yang menghantam [[Pantai Pangandaran]] dan sekitarnya, serta [[Banjir lumpur panas Sidoarjo|banjir lumpur]] di [[Kabupaten Sidoarjo|Sidoarjo]] pada 2006 yang tidak kunjung terpecahkan. |
|||
== Geografi == |
== Geografi == |
||
{{ |
{{utama|Geografi Indonesia}} |
||
{{lihat juga|Asia#Peta|Daftar pulau di Indonesia menurut provinsi}} |
|||
[[Berkas:Waterfall Madakaripura B.JPG|150px|thumb|right|[[Air terjun Madakaripura]] di [[Taman Nasional Bromo Tengger Semeru]], [[Lumbang, Probolinggo]], [[Jawa Timur]].]] |
|||
[[Berkas:Gunung Palung Jungle.jpg|jmpl|Hutan hujan di [[Taman Nasional Gunung Palung]], [[Kalimantan Barat]].|250x250px]] |
|||
Indonesia adalah [[negara kepulauan]] di [[Asia Tenggara]]<ref>{{cite book | first=Harm | last=Dotinga | coauthors=Netherlands Institute for the Law of the Sea | title=International organizations and the law of the sea: documentary yearbook, Vol 14 |pages=960 | publisher=Martinus Nijhoff Publishers | year=2000 | isbn=9041113452, 9789041113450}}</ref> yang memiliki 13.487 pulau besar dan kecil, sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni<ref name="Indonesia Regions">{{cite press release |publisher=[[International Monetary Fund]] |url=http://www.imf.org/external/pubs/ft/weo/2006/01/data/dbcoutm.cfm?SD=2005&ED=2005&R1=1&R2=1&CS=3&SS=2&OS=C&DD=0&OUT=1&C=536&S=PPPWGT-PPPPC&RequestTimeout=120&CMP=0&x=45&y=5 Estimate |accessdate=[[5 Oktober]] [[2006]] |title=World Economic Outlook Database |month=April | year=2006}}; {{cite web | first =Hendriawan | title =Indonesia Regions | publisher =Indonesia Business Directory | url =http://www.indonext.com/Regions/ | accessdate = 2007-04-24 }}</ref>, yang menyebar disekitar [[khatulistiwa]], yang memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia terletak pada koordinat 6°[[LU]] - 11°08'[[LS]] dan dari 95°'[[BT]] - 141°45'[[BT]] serta terletak di antara dua [[benua]] yaitu benua [[Asia]] dan benua [[Australia]]/[[Oseania]]. |
|||
Indonesia merupakan [[negara kepulauan]] terbesar di dunia yang berada di [[Asia Tenggara]],<ref>{{Cite book|last=Morgan|first=Sally|date=2007|url=https://www.google.co.id/books/edition/Indonesia/EReyAAAACAAJ|title=Indonesia|location=London|publisher=Wayland|isbn=978-0-7502-4747-4|oclc=123798216|url-status=live}}</ref> dan terletak di antara benua [[Asia]] dan benua [[Australia]]/[[Oseania]], serta di antara [[Samudra Hindia]] dan [[Samudra Pasifik]]. Negara ini memiliki 17.504 pulau yang menyebar di sekitar [[khatulistiwa]]; sebanyak 16.056 [[pulau]] telah dibakukan namanya,<ref>{{Cite web|last=|first=|date=19 Agustus 2017|title=PBB Verifikasi 16.056 Nama Pulau Indonesia|url=https://maritim.go.id/pbb-verifikasi-16-056-nama-pulau-indonesia/|website=Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi|language=|archive-url=https://web.archive.org/web/20210810110125/https://maritim.go.id/pbb-verifikasi-16-056-nama-pulau-indonesia/|archive-date=10 Agustus 2021|access-date=10 Agustus 2021}}</ref> dan sekitar 6.000 pulau tidak berpenghuni.<ref name="Indonesia Regions">{{cite press release|publisher=International Monetary Fund|url=http://www.imf.org/external/pubs/ft/weo/2006/01/data/dbcoutm.cfm?SD=2005&ED=2005&R1=1&R2=1&CS=3&SS=2&OS=C&DD=0&OUT=1&C=536&S=PPPWGT-PPPPC&RequestTimeout=120&CMP=0&x=45&y=5 Estimate|accessdate=5 Oktober 2006|title=World Economic Outlook Database|date=April 2006|archive-url=https://web.archive.org/web/20180501013111/http://www.imf.org/external/pubs/ft/weo/2006/01/data/dbcoutm.cfm?SD=2005|archive-date=1 Mei 2018}} {{Cite web |url=http://www.imf.org/external/pubs/ft/weo/2006/01/data/dbcoutm.cfm?SD=2005 |title=Salinan arsip |access-date=2008-07-29 |archive-date=2018-05-01 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180501013111/http://www.imf.org/external/pubs/ft/weo/2006/01/data/dbcoutm.cfm?SD=2005 |dead-url=unfit }}</ref><ref>{{cite web|first=Hendriawan|title=Indonesia Regions|publisher= Indonesia Business Directory|url= http://www.indonext.com/Regions/|accessdate= 24 April 2007|archive-date= 28 Desember 2005|archive-url= https://web.archive.org/web/20051228011848/http://www.indonext.com/Regions/|dead-url= no}}</ref> Pulau-pulau besar di Indonesia yaitu [[Sumatra]], [[Jawa]], [[Kalimantan]] (berbagi dengan Malaysia dan Brunei Darussalam), [[Sulawesi]], dan [[Pulau Papua|Papua]] (berbagi dengan [[Papua Nugini]]). |
|||
Indonesia berada pada koordinat antara antara 6° 04' 30" LU dan 11° 00' 36" LS serta antar 94° 58' 21" dan 141° 01' 10" BT,{{sfn|BPS|2021|p=5}} yang membentang sepanjang 5.120 kilometer (3.181 mil) dari timur ke barat serta 1.760 kilometer (1.094 mil) dari utara ke selatan.<ref>{{Cite book|last1=Frederick|first1=William H.|last2=Worden|first2=Robert L.|date=1993|url=https://books.google.com/books?id=6dgmXWMgWcwC&pg=PA98|title=Indonesia: A Country Study|location=Washington, D.C.|publisher=Federal Research Division, Library of Congress|isbn=9780844407906|series=Area Handbook Series|volume=550|page=98|language=en|access-date=2021-08-10|archive-date=2023-01-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20230120071717/https://books.google.com/books?id=6dgmXWMgWcwC&pg=PA98|dead-url=no}}</ref> Luas daratan Indonesia adalah 1.916.906,77 km²,{{sfn|BPS|2020|p=3}} sementara luas perairannya sekitar 3.110.000 km² dengan garis pantai sepanjang 108 ribu km.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=10 Agustus 2018|title=Menko Maritim Luncurkan Data Rujukan Wilayah Kelautan Indonesia|url=https://maritim.go.id/menko-maritim-luncurkan-data-rujukan-wilayah-kelautan-indonesia/|website=Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.|access-date=10 Agustus 2021|archive-date=2021-08-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20210813170824/https://maritim.go.id/menko-maritim-luncurkan-data-rujukan-wilayah-kelautan-indonesia/|dead-url=no}}</ref> Batas wilayah Indonesia diukur dari kepulauan dengan menggunakan teritorial laut 12 [[mil laut]] serta zona ekonomi eksklusif 200 [[mil laut]],<ref>[https://web.archive.org/web/20080316143137/http://www.un.org/Depts/los/convention_agreements/texts/unclos/part5.htm Article 55], 1982 UN Convention on the Law of The Sea.</ref> searah penjuru mata angin, yaitu: |
|||
{{batas_USBT |
{{batas_USBT |
||
|utara= |
|utara=[[Malaysia]] dengan perbatasan sepanjang 1.782 km,<ref name="Indonesia Regions" /> [[Singapura]], [[Filipina]], dan [[Laut Tiongkok Selatan]] |
||
|selatan= |
|selatan=[[Australia]], [[Timor Leste]], dan [[Samudra Hindia]] |
||
|timur= |
|timur=[[Papua Nugini]] dengan perbatasan sepanjang 820 km,<ref name="Indonesia Regions" /> [[Timor Leste]], dan [[Samudra Pasifik]] |
||
|barat=[[Samudra Hindia |
|barat=[[Samudra Hindia]] |
||
}} |
}} |
||
Titik tertinggi di Indonesia yaitu [[Puncak Jaya]] (4.884 [[Meter di atas permukaan laut|mdpl]]) di Provinsi [[Papua Tengah]].<ref>{{Cite book|date=1976|url=http://www.papuaweb.org/dlib/bk/hope1976/index.html|title=The Equatorial Glaciers of New Guinea|location=Rotterdam|publisher=A.A. Balkema|editor-last=Hope|editor-first=G.S.|editor-last2=Peterson|editor-first2=J.A.|url-status=live|access-date=2021-08-11|archive-date=2016-03-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20160303180107/http://papuaweb.org/dlib/bk/hope1976/index.html|dead-url=yes}}</ref> [[Danau Toba]] di [[Sumatera Utara]] adalah danau terluas di Indonesia sekaligus danau [[kaldera]] terbesar di dunia,<ref>{{Cite book|last=Foster|first=Nigel|date=2021|url=https://www.google.co.id/books/edition/Heart_of_Toba/1lcnzgEACAAJ|title=Heart of Toba: Batak Life Beside the World's Largest Caldera Lake|publisher=Amazon Digital Services|url-status=live|access-date=2021-08-11|archive-date=2023-01-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20230120071717/https://www.google.co.id/books/edition/Heart_of_Toba/1lcnzgEACAAJ|dead-url=no}}</ref> sedangkan sungai terpanjang di Indonesia yaitu [[Sungai Kapuas]] yang berada di [[Kalimantan Barat]].<ref>{{Cite web|title=Geografis|url=https://kalbarprov.go.id/page/geografis|website=Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat|access-date=11 Agustus 2021|archive-date=2021-08-11|archive-url=https://web.archive.org/web/20210811005747/https://kalbarprov.go.id/page/geografis|dead-url=no}}</ref> |
|||
=== |
=== Iklim === |
||
{{main|Iklim Indonesia|Perubahan iklim di Indonesia}} |
|||
[[Sumber daya alam]] Indonesia berupa [[minyak bumi]], [[timah]], [[gas alam]], [[nikel]], [[kayu]], [[bauksit]], [[tanah subur]], [[batu bara]], [[emas]], dan [[perak]] dengan pembagian lahan terdiri dari tanah [[pertanian]] sebesar 10%, [[perkebunan]] sebesar 7%, [[padang rumput]] sebesar 7%, [[hutan]] dan daerah berhutan sebesar 62%, dan lainnya sebesar 14% dengan lahan [[irigasi]] seluas 45.970 km<ref name="Indonesia: environment and development">{{cite book | first= | last=World Bank | coauthors= | title=A World Bank country study Country Studies: Indonesia: environment and development | publisher=World Bank Publications | year=1994 | isbn=0821329502, 9780821329504}}</ref> |
|||
[[Berkas:Koppen-Geiger_Map_IDN_present.svg|jmpl|kiri|Peta [[Klasifikasi iklim Köppen|klasifikasi Iklim Köppen]] Indonesia.|500x500px]] |
|||
Secara umum, Indonesia beriklim [[Tropika|tropis]] (kelompok A dalam [[klasifikasi iklim Köppen]]; meskipun ada wilayah dengan tipe iklim yang berbeda).<ref>{{Cite journal|last=Beck|first=Hylke E.|last2=Zimmermann|first2=Niklaus E.|last3=McVicar|first3=Tim R.|last4=Vergopolan|first4=Noemi|last5=Berg|first5=Alexis|last6=Wood|first6=Eric F.|date=2018|title=Present and future Köppen-Geiger climate classification maps at 1-km resolution|url=http://www.nature.com/articles/sdata2018214|journal=Scientific Data|volume=5|issue=1|pages=180214|doi=10.1038/sdata.2018.214|issn=2052-4463|pmc=PMC6207062|pmid=30375988|access-date=2021-08-10|archive-date=2021-08-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20210810234153/https://www.nature.com/articles/sdata2018214|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Beck|first=Hylke E.|last2=Zimmermann|first2=Niklaus E.|last3=McVicar|first3=Tim R.|last4=Vergopolan|first4=Noemi|last5=Berg|first5=Alexis|last6=Wood|first6=Eric F.|date=2020|title=Publisher Correction: Present and future Köppen-Geiger climate classification maps at 1-km resolution|url=http://www.nature.com/articles/s41597-020-00616-w|journal=Scientific Data|volume=7|issue=1|pages=274|doi=10.1038/s41597-020-00616-w|issn=2052-4463|pmc=PMC7431407|pmid=32807783|access-date=2021-08-10|archive-date=2021-08-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20210810234152/https://www.nature.com/articles/s41597-020-00616-w|dead-url=no}}</ref> Perairan yang hangat di wilayah Indonesia sangat berperan dalam menjaga suhu di darat tetap konstan, dengan rerata suhu di wilayah pesisir sebesar 28 °C, di wilayah pedalaman dan dataran tinggi sebesar 26 °C , serta di wilayah pegunungan sebesar 23 °C. Kelembapan berkisar antara 70 hingga 90%.<ref name="weather-online">{{Cite web|title=Climate of the World: Indonesia|url=https://www.weatheronline.co.uk/reports/climate/Indonesia.htm|website=Weather Online|language=|access-date=10 Agustus 2021|archive-date=2021-08-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20210812211900/https://www.weatheronline.co.uk/reports/climate/Indonesia.htm|dead-url=no}}</ref> |
|||
Faktor utama yang memengaruhi iklim Indonesia bukanlah suhu udara ataupun tekanan udara, melainkan [[Presipitasi (meteorologi)|curah hujan]]. Variasi musim di Indonesia, yaitu [[musim hujan]] dan [[musim kemarau]], berkaitan dengan pergerakan angin [[muson]]. Angin muson barat yang bertiup dari Asia ke Australia melalui Indonesia pada bulan Oktober hingga Februari mengakibatkan curah hujan yang tinggi, terutama di Indonesia bagian barat. Sementara itu, angin muson timur yang bergerak ke arah sebaliknya pada bulan April hingga Agustus tidak banyak membawa uap air dan menurunkan hujan. Selain itu, ada pula musim peralihan ketika matahari melintasi khatulistiwa yang mengakibatkan angin bertiup lemah dan bergerak tak menentu.<ref>{{Cite journal|last=Yananto|first=Ardila|last2=Sibarani|first2=Rini Mariana|date=2016|title=Analisis Kejadian El Nino dan Pengaruhnya terhadap Intensitas Curah Hujan di Wilayah Jabodetabek (Studi Kasus: Periode Puncak Musim Hujan Tahun 2015/2016)|url=http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JSTMC/article/view/541|journal=Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca|volume=17|issue=2|pages=65|doi=10.29122/jstmc.v17i2.541|issn=2549-1121|access-date=2021-08-10|archive-date=2021-08-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20210810143509/https://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JSTMC/article/view/541|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite book|last=Wyrtki|first=Klaus|date=1961|url=https://escholarship.org/content/qt49n9x3t4/qt49n9x3t4.pdf|title=Physical oceanography of the Southeast Asian waters|location=La Jolla, Calif.|publisher=Scripps Institution of Oceanography|oclc=5116526|url-status=live|access-date=2021-08-10|archive-date=2021-08-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20210810145548/https://escholarship.org/content/qt49n9x3t4/qt49n9x3t4.pdf|dead-url=no}}</ref> Meskipun demikian, tidak semua wilayah Indonesia memiliki pola curah hujan yang sama. Selain daerah musonal, ada pula daerah ekuatorial yang dipengaruhi [[Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis|daerah pertemuan angin antartropis]], serta daerah lokal yang polanya berkebalikan dengan pola musonal.<ref>{{Cite book|last=Aldrian|first=E.|last2=Karmini|first2=M.|last3=Budiman|date=2011|url=https://www.researchgate.net/profile/Edvin-Aldrian/publication/309721670_Adaptasi_dan_Mitigasi_Perubahan_Iklim_di_Indonesia/links/581ec39c08aea429b295db6b/Adaptasi-dan-Mitigasi-Perubahan-Iklim-di-Indonesia.pdf|title=Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia|location=Jakarta|publisher=Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika|pages=19-21|url-status=live|access-date=2021-08-11|archive-date=2021-08-11|archive-url=https://web.archive.org/web/20210811000710/https://www.researchgate.net/profile/Edvin-Aldrian/publication/309721670_Adaptasi_dan_Mitigasi_Perubahan_Iklim_di_Indonesia/links/581ec39c08aea429b295db6b/Adaptasi-dan-Mitigasi-Perubahan-Iklim-di-Indonesia.pdf|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Aldrian|first=Edvin|last2=Dwi Susanto|first2=R.|date=2003|title=Identification of three dominant rainfall regions within Indonesia and their relationship to sea surface temperature|url=https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/joc.950|journal=International Journal of Climatology|volume=23|issue=12|pages=1435–1452|doi=10.1002/joc.950|issn=0899-8418}}</ref> |
|||
== Pendidikan == |
|||
{{utama|Pendidikan di Indonesia}} |
|||
Beberapa penelitian memproyeksikan Indonesia [[Perubahan iklim di Indonesia|terdampak perubahan iklim]].<ref>{{Cite book|last=Overland|first=Indra|date=2017|url=https://www.researchgate.net/publication/320622312_Impact_of_Climate_Change_on_ASEAN_International_Affairs_Risk_and_Opportunity_Multiplier|title=Impact of Climate Change on ASEAN International Affairs: Risk and Opportunity Multiplier|publisher=Norwegian Institute of International Affairs (NUPI) dan Myanmar Institute of International and Strategic Studies (MISIS)|url-status=live|access-date=2021-08-10|archive-date=2020-07-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20200728065717/https://www.researchgate.net/publication/320622312_Impact_of_Climate_Change_on_ASEAN_International_Affairs_Risk_and_Opportunity_Multiplier|dead-url=no}}</ref> Dampak buruk yang ditimbulkan di antaranya kenaikan suhu rata-rata sekitar 1 °C pada pertengahan abad ini akibat emisi yang tidak berkurang,<ref>{{Cite web|title=Climate Impact Map|url=https://www.impactlab.org/map/#usmeas=absolute&usyear=1981-2010&gmeas=change-from-hist&gyear=2080-2099&tab=global&gvar=tasmax-over-95F&gprob=0.5&grcp=rcp85|publisher=Climate Impact Lab|access-date=18 November 2018|archive-date=2021-08-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20210810205627/https://impactlab.org/map/#usmeas=absolute&usyear=1981-2010&gmeas=change-from-hist&gyear=2080-2099&tab=global&gvar=tasmax-over-95F&gprob=0.5&grcp=rcp85|dead-url=no}}</ref><ref name="climate-id">{{cite web|last=Case|first=M.|last2=Ardiansyah|first2=F.|date=14 November 2007|title=Climate Change in Indonesia: Implications for Humans and Nature|url=http://awsassets.panda.org/downloads/inodesian_climate_change_impacts_report_14nov07.pdf|publisher=World Wide Fund for Nature|archive-url=https://web.archive.org/web/20180219103237/http://awsassets.panda.org/downloads/inodesian_climate_change_impacts_report_14nov07.pdf|archive-date=19 Februari 2018|access-date=18 November 2018|last3=Spector|first3=E.|url-status=live}}</ref> peningkatan frekuensi kekeringan dan kekurangan pangan (akibat perubahan curah hujan dan pola musim yang memengaruhi pertanian), serta berbagai penyakit dan kebakaran hutan.<ref name="climate-id" /> [[Kenaikan permukaan laut|Naiknya permukaan air laut]] juga mengancam sebagian besar penduduk Indonesia yang tinggal di daerah pesisir.<ref name="climate-id" /><ref>{{Cite web|date=29 Oktober 2019|title=Report: Flooded Future: Global vulnerability to sea level rise worse than previously understood|url=https://climatecentral.org/news/report-flooded-future-global-vulnerability-to-sea-level-rise-worse-than-previously-understood|publisher=Climate Central|archive-url=https://web.archive.org/web/20191102025006/https://climatecentral.org/news/report-flooded-future-global-vulnerability-to-sea-level-rise-worse-than-previously-understood|archive-date=2 November 2019|access-date=5 November 2019|url-status=live}}</ref><ref>{{cite web|last1=Lin|first1=Mayuri Mei|last2=Hidayat|first2=Rafki|date=13 Agustus 2018|title=Jakarta, the fastest-sinking city in the world|url=https://www.bbc.com/news/world-asia-44636934|publisher=BBC|archive-url=https://web.archive.org/web/20181018234203/https://www.bbc.com/news/world-asia-44636934|archive-date=18 Oktober 2018|access-date=19 November 2018|url-status=live}}</ref> Penduduk prasejahtera mungkin merupakan kelompok yang paling terpengaruh oleh perubahan iklim.<ref>{{cite web|date=April 2011|title=Indonesia: Climate Risk and Adaptation Country Profile|url=http://sdwebx.worldbank.org/climateportal/countryprofile/doc/GFDRRCountryProfiles/wb_gfdrr_climate_change_country_profile_for_IDN.pdf|publisher=World Bank|archive-url=https://web.archive.org/web/20171206014747/http://sdwebx.worldbank.org/climateportal/countryprofile/doc/GFDRRCountryProfiles/wb_gfdrr_climate_change_country_profile_for_IDN.pdf|archive-date=6 Desember 2017|access-date=18 November 2018|url-status=live}}</ref> |
|||
Sesuai dengan konstitusi yang berlaku, yaitu berdasarkan [[Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945|UUD 1945]] pasal 31 ayat 4 dan [[Undang-Undang (Indonesia)|Undang-Undang]] nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bahwa pemerintah Indonesia baik pusat maupun daerah mesti mengalokasikan anggaran untuk pendidikan sebesar 20% dari [[APBN]] dan [[APBD]] di luar gaji pendidik dan biaya kedinasan. Namun pada tahun [[2007]] alokasi yang disediakan tersebut baru sekitar 17.2 %, jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara [[Malaysia]], [[Thailand]] dan [[Filipina]] yang telah mengalokasikan anggaran untuk pendidikan lebih dari 28 %<ref>World Bank, (2008), ''Spending for development: making the most of Indonesia's new opportunities : Indonesia public expenditure review'', World Bank Publications, ISBN 978-0-8213-7320-0</ref>. |
|||
=== Geologi === |
|||
{{main|Geologi Indonesia}} |
|||
{{main|Daftar gempa bumi di Indonesia|Daftar gunung berapi di Indonesia}} |
|||
[[Berkas:Map indonesia volcanoes.gif|thumb|270px|Gunung-gunung berapi utama di Indonesia, yang berada di antara [[Cincin Api Pasifik]] dan [[Sabuk alpida]]]] |
|||
[[File:Merapi mountain.jpg|thumb|270px|[[Gunung Merapi]] gunung berapi paling aktif di Indonesia]] |
|||
[[File:JogjaEarthquake27Mei2006-3.jpg|thumb|270px|Kehancuran pada [[Gempa bumi Yogyakarta 2006]]]] |
|||
Secara [[Tektonika lempeng|tektonik]], sebagian besar wilayah Indonesia sangat tidak stabil karena lokasinya menjadi pertemuan dari beberapa lempeng tektonik, seperti [[lempeng Indo-Australia]], [[Lempeng Pasifik]], dan [[Lempeng Eurasia]]. Negara ini terletak di antara [[Cincin Api Pasifik]] dan [[Sabuk alpida]] sehingga memiliki banyak [[Daftar gunung berapi di Indonesia|gunung berapi]] dan sering mengalami [[Daftar gempa bumi di Indonesia|gempa bumi]].<ref name="bbc-volcanoid">{{cite web|date=5 November 2015|title=Indonesia: Volcano nation|url=https://www.bbc.com/news/world-asia-26167897|publisher=BBC|archive-url=https://web.archive.org/web/20171128105714/http://www.bbc.com/news/world-asia-26167897|archive-date=28 November 2017|access-date=28 November 2017|url-status=live}}</ref> [[Busur vulkanik]] berjajar mulai dari Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, dan kemudian ke [[Kepulauan Banda]] di Maluku hingga ke timur laut Sulawesi.{{sfn|Witton|2003|p=38}} Dari sekitar 400 gunung berapi, kurang lebih 130 di antaranya masih aktif.<ref name="bbc-volcanoid" /> |
|||
Sebuah letusan [[supervulkan]] pada sekitar 77.000 SM yang [[Teori bencana Toba|membentuk Danau Toba]] dipercaya mengakibatkan musim dingin vulkanik dan penurunan suhu dunia selama bertahun-tahun.<ref>{{cite magazine|url=https://www.forbes.com/sites/davidbressan/2017/08/11/early-humans-may-have-lived-through-a-supervolcano-eruption/|title=Early Humans May Have Lived Through A Supervolcano Eruption|last=Bressan|first=David|magazine=Forbes|date=11 Agustus 2017|access-date=11 Oktober 2017|url-status=live|archive-url=https://web.archive.org/web/20170811205248/https://www.forbes.com/sites/davidbressan/2017/08/11/early-humans-may-have-lived-through-a-supervolcano-eruption/|archive-date=11 Agustus 2017}}</ref> [[Letusan Tambora 1815|Letusan Tambora]] pada tahun 1815 dan [[Letusan Krakatau 1883|letusan Krakatau]] pada 1883 juga termasuk letusan gunung terbesar yang tercatat sepanjang sejarah.<ref>{{cite web|date=29 Mei 2016|title=Tambora|url=https://www.volcanodiscovery.com/tambora.html|publisher=Volcano Discovery|archive-url=https://web.archive.org/web/20161220181832/https://www.volcanodiscovery.com/tambora.html|archive-date=20 Desember 2016|access-date=20 December 2016|url-status=live}}</ref><ref>{{cite magazine|url=https://www.forbes.com/sites/davidbressan/2016/08/31/the-eruption-of-krakatoa-was-the-first-global-catastrophe/|title=The Eruption of Krakatoa Was the First Global Catastrophe|last=Bressan|first=David|magazine=Forbes|date=31 Agustus 2016|access-date=2 September 2017|url-status=live|archive-url=https://web.archive.org/web/20160902143003/https://www.forbes.com/sites/davidbressan/2016/08/31/the-eruption-of-krakatoa-was-the-first-global-catastrophe/|archive-date=2 September 2016}}</ref> |
|||
Gempa bumi terjadi hampir setiap hari di Indonesia dimana sebagian besar tidak dirasakan manusia. Peristiwa gempa bumi besar di Indonesia baru-baru ini adalah [[Gempa bumi dan tsunami Sulawesi 2018]] menewaskan setidaknya 4.300 jiwa. Guncangan mematikan juga terjadi [[Gempa bumi Yogyakarta 2006|gempa bumi Yogyakarta pada 27 Mei 2006]], menewaskan setidaknya 5.700 jiwa, dan menghancurkan ratusan ribu rumah. |
|||
Peristiwa [[Gempa bumi berdorongan besar]] yang berdampak ke Indonesia dan terjadi belum lama ini adalah [[gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004]], dan menyebabkan tsunami besar yang juga berdampak pada negara lain.<ref>{{cite web|date=19 Mei 2005|title=Analysis of the Sumatra-Andaman Earthquake Reveals Longest Fault Rupture Ever|url=https://www.nsf.gov/news/news_summ.jsp?cntn_id=104179|publisher=National Science Foundation|access-date=15 Desember 2016|archive-date=2021-08-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20210812205404/https://www.nsf.gov/news/news_summ.jsp?cntn_id=104179|dead-url=no}}</ref> Indeks resiko dunia menempatkan Indonesia, sebagai negara paling rentan terhadap [[Bencana alam#Negara dengan resiko bencana alam tertinggi|bencana alam]] ke-tiga di dunia dengan skor 43 persen. |
|||
=== Lingkungan hidup === |
|||
{{utama|Flora Indonesia|Fauna Indonesia|Kawasan perlindungan di Indonesia}} |
|||
{{multiple image |
|||
| perrow = 2 |
|||
| total_width = 300 |
|||
| image1 = Rafflesia arnoldi 2013-12-31 21-48.JPG |
|||
| image2 = Man of the woods.JPG |
|||
| image3 = Komodo dragon (Varanus komodoensis).jpg |
|||
| image4 = Paradisaea apoda -Bali Bird Park-6.jpg |
|||
| footer = Spesies-spesies flora dan fauna yang [[endemik]] di Indonesia. Searah jarum jam dari kiri atas: [[Padma raksasa]], [[orang utan]], [[cenderawasih kuning-besar]], dan [[komodo]]. |
|||
}} |
|||
Wilayah Indonesia memiliki keanekaragaman makhluk hidup yang tinggi sehingga dikelompokkan sebagai salah satu dari 17 [[negara megadiversitas]] oleh [[Conservation International]].<ref>{{Cite web|title=The World's 17 Megadiverse Countries|url=https://www.biodiversitya-z.org/content/megadiverse-countries|website=Biodiversity A-Z|access-date=11 Agustus 2021|archive-date=2014-09-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20140903011526/http://www.biodiversitya-z.org/areas/26|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite book|last=Mittermeier|first=Russell A.|last2=Mittermeier|first2=Cristina Goettsch|last3=Gil|first3=Patricio Robles|last4=Wilson|first4=Edward O.|date=1997|url=https://www.worldcat.org/title/megadiversity-earths-biologically-wealthiest-nations/oclc/38584598|title=Megadiversity: earth's biologically wealthiest nations|location=México, D.F.|publisher=CEMEX|isbn=978-968-6397-50-5|oclc=38584598|url-status=live|access-date=2021-08-15|archive-date=2021-08-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20210815123837/https://www.worldcat.org/title/megadiversity-earths-biologically-wealthiest-nations/oclc/38584598|dead-url=no}}</ref> Dari sudut pandang [[wilayah biogeografi]], Indonesia termasuk dalam wilayah [[Malesia]]. Flora dan faunanya merupakan campuran dari spesies khas Asia dan [[Lingkup Australasia|Australasia]]. [[Alfred Russel Wallace]], seorang ahli sejarah alam, menghipotesiskan sebuah garis pemisah (yang kemudian disebut [[garis Wallace]]) untuk membedakan organisme yang berasal dari Asia ([[Paparan Sunda]]) dan Australia ([[Paparan Sahul]]). Kawasan biogeografi yang menjadi zona transisi di antara kedua paparan ini disebut [[Wallacea]].<ref>{{Cite journal|last=New|first=T.R.|year=2002|title=Neuroptera of Wallacea: a transitional fauna between major geographical regions|url=http://actazool.nhmus.hu/48Suppl2/newwallace.pdf|journal=Acta Zoologica Academiae Scientiarum Hungaricae|volume=48|issue=2|pages=217–227|access-date=2021-08-11|archive-date=2012-02-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20120207195055/http://actazool.nhmus.hu/48Suppl2/newwallace.pdf|dead-url=no}}</ref> Selain itu, [[Max Carl Wilhelm Weber|garis Weber]] dan [[Richard Lydekker|garis Lydekker]] juga digunakan untuk menetapkan batas biogeografi Indonesia.<ref>{{Cite journal|last=Simpson|first=George Gaylord|date=1977|title=Too Many Lines; The Limits of the Oriental and Australian Zoogeographic Regions|url=https://www.jstor.org/stable/986523|journal=Proceedings of the American Philosophical Society|volume=21|issue=2|pages=107-120|access-date=2021-08-11|archive-date=2021-08-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20210813103404/https://www.jstor.org/stable/986523|dead-url=no}}</ref> |
|||
Indonesia memiliki sekitar 10% dari seluruh spesies [[tumbuhan berbunga]] di Bumi (sebanyak 25.000 spesies, 55% di antaranya endemik di Indonesia). Negara ini juga memiliki sekitar 12% spesies [[mamalia]] di Bumi (515 spesies) sehingga menempati peringkat kedua pada keanekaragaman mamalia setelah Brasil. Indonesia menempati peringkat keempat pada keanekaragaman spesies [[reptil]] (781 spesies) dan [[primata]] (35 spesies), peringkat kelima pada keanekaragaman spesies [[burung]] (1.592 spesies), serta peringkat keenam pada keanekaragaman spesies [[amfibi]] (270 spesies).<ref>{{Cite web|last=|first=|title=Indonesia: Main Details|url=https://www.cbd.int/countries/profile/?country=id|website=Convention on Biological Diversity|access-date=19 Agustus 2021|archive-date=2012-05-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20120512012753/http://www.cbd.int/countries/profile.shtml?country=id|dead-url=no}}</ref> |
|||
[[Berkas:Kabut_Jam_Gadang_2019.jpg|jmpl|Visibilitas yang rendah di langit [[Kota Bukittinggi]], [[Sumatera Barat]], yang disebabkan oleh [[Asbut|kabut asap]].|kiri]] |
|||
Meskipun demikian, populasi penduduk Indonesia yang besar dan terus meningkat serta industrialisasi yang pesat memunculkan [[masalah lingkungan hidup di Indonesia|masalah lingkungan hidup]] yang serius, di antaranya perusakan lahan [[gambut]], [[Deforestasi di Indonesia|deforestasi ilegal]] berskala besar (yang mengakibatkan [[Polusi asap Asia Tenggara|kabut asap di beberapa bagian Asia Tenggara]]), eksploitasi sumber daya laut yang berlebihan, polusi udara, pengelolaan sampah, hingga [[Penyediaan air dan sanitasi di Indonesia|penyediaan air dan sanitasi]] yang memadai.<ref>{{cite web |last=Miller|first=Jason R. |date=14 Agustus 2007 |url=http://www.american.edu/TED/ORANG.HTM|title=Deforestation in Indonesia and the Orangutan Population |publisher=TED Case Studies |access-date=11 Agustus 2007|url-status=live |archive-url= https://web.archive.org/web/20070811041439/http://www.american.edu/TED/ORANG.HTM |archive-date=11 Agustus 2007}}</ref> Isu-isu tersebut berkontribusi pada rendahnya peringkat Indonesia (nomor 116 dari 180 negara) dalam [[Indeks Kinerja Lingkungan]] 2020. Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa kinerja Indonesia secara umum di bawah rata-rata, baik dalam konteks regional maupun global.<ref>{{cite web|date=2020|title=2020 Environmental Performance Index|url=https://epi.yale.edu/sites/default/files/files/IDN_EPI2020_CP.pdf|publisher=Yale University|archive-url=https://web.archive.org/web/20200609071235/https://epi.yale.edu/sites/default/files/files/IDN_EPI2020_CP.pdf|archive-date=9 Juni 2020|access-date=9 Juni 2020|url-status=live}}</ref> |
|||
Pada tahun 2018, sekitar 49,7% dari luas daratan Indonesia ditutupi oleh hutan,<ref>{{cite web|url=https://data.worldbank.org/indicator/AG.LND.FRST.ZS?locations=ID|title=Forest area (% of land area)–Indoneisa|publisher=World Bank|access-date=14 Juni 2021|archive-date=2021-08-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20210813152001/https://data.worldbank.org/indicator/AG.LND.FRST.ZS?locations=ID|dead-url=no}}</ref> turun dari angka 87% yang dihitung pada tahun 1950.<ref name="deforest-id">{{Cite journal|last=Tsujino|first=Riyou|last2=Yumoto|first2=Takakazu|last3=Kitamura|first3=Shumpei|last4=Djamaluddin|first4=Ibrahim|last5=Darnaedi|first5=Dedy|date=2016|title=History of forest loss and degradation in Indonesia|url=https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0264837716305348|journal=Land Use Policy|volume=57|pages=335–347|doi=10.1016/j.landusepol.2016.05.034|access-date=2021-08-19|archive-date=2022-01-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20220112124440/https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0264837716305348|dead-url=no}}</ref> Sejak dasawarsa 1970-an hingga saat ini, produksi kayu bulat serta berbagai tanaman perkebunan dan pertanian bertanggung jawab atas sebagian besar deforestasi di Indonesia.<ref name="deforest-id" /> Belakangan ini, deforestasi didorong oleh industri [[kelapa sawit]]. Meskipun dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, industri ini dapat merusak ekosistem dan menimbulkan masalah sosial.<ref>{{cite web|last1=Colchester|first1=Marcus|last2=Jiwan|first2=Normal|date=26 Maret 2012|title=Palm Oil and Land Acquisition in Indonesia: Implications for Local Communities and Indigenous People|url=http://mekongdmp.net/data/Resourcespapers/filepdf/PromisedLand.pdf|archive-url=https://web.archive.org/web/20120531005507/http://mekongdmp.net/data/Resourcespapers/filepdf/PromisedLand.pdf|archive-date=31 Mei 2012|access-date=31 Mei 2012|last3=Andiko|first3=Martua Sirait|last4=Firdaus|first4=Asup Y.|last5=Surambo|first5=A.|last6=Pane|first6=Herbert|url-status=dead}}</ref> Situasi ini menjadikan Indonesia sebagai penghasil emisi [[gas rumah kaca]] berbasis hutan terbesar di dunia,<ref>{{cite web|last1=Chrysolite|first1=Hanny|last2=Juliane|first2=Reidinar|date=4 Oktober 2017|title=Evaluating Indonesia's Progress on its Climate Commitments|url=http://www.wri.org/blog/2017/10/evaluating-indonesias-progress-its-climate-commitments|publisher=World Resources Institute|archive-url=https://web.archive.org/web/20171005000659/http://www.wri.org/blog/2017/10/evaluating-indonesias-progress-its-climate-commitments|archive-date=5 Oktober 2017|access-date=26 Agustus 2018|last3=Chitra|first3=Josefhine|last4=Ge|first4=Mengpin|url-status=live}}</ref> serta mengancam kelangsungan hidup spesies asli dan endemik. [[Uni Internasional untuk Konservasi Alam]] (IUCN) mengidentifikasi sejumlah spesies yang [[terancam kritis]], termasuk [[jalak bali]],<ref>{{Cite journal|last=BirdLife International|date=2018|title=Leucopsar rothschildi|url=https://www.iucnredlist.org/species/22710912/129874226|journal=The IUCN Red List of Threatened Species 2018|volume=e.T22710912A129874226|doi=10.2305/iucn.uk.2018-2.rlts.t22710912a129874226.en|access-date=2021-08-19|archive-date=2021-09-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20210921194306/https://www.iucnredlist.org/species/22710912/129874226|dead-url=no}}</ref> [[orang utan sumatra]],<ref>{{Cite journal|last=Singleton|first=I|last2=Wich|first2=S.A.|last3=Nowak|first3=M.|last4=Usher|first4=G.|last5=Utami-Atmoko|first5=S.S.|date=2017|title=Pongo abelii|url=http://www.iucnredlist.org/details/121097935/0|journal=The IUCN Red List of Threatened Species 2017|volume=e.T121097935A123797627|doi=10.2305/iucn.uk.2017-3.rlts.t121097935a115575085.en|access-date=2021-08-19|archive-date=2018-09-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20180919115420/http://www.iucnredlist.org/details/121097935/0|dead-url=no}}</ref> dan [[badak jawa]].<ref>{{Cite journal|last=Elis|first=S.|last2=Talukdar|first2=B.|date=2020|title=Rhinoceros sondaicus|url=https://www.iucnredlist.org/species/19495/18493900|journal=The IUCN Red List of Threatened Species 2020|language=|volume=e.T19495A18493900|doi=10.2305/iucn.uk.2020-2.rlts.t19495a18493900.en|access-date=2021-08-19|archive-date=2018-07-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20180722160807/http://www.iucnredlist.org/details/19495/0|dead-url=no}}</ref> |
|||
== Politik dan pemerintahan == |
|||
{{utama|Politik Indonesia|Pemerintah Indonesia}} |
|||
=== Sistem pemerintahan === |
|||
[[Berkas:Gedung MPR-DPR.PNG|jmpl|250px|ka|Gedung MPR/DPR dalam [[Kompleks Parlemen Republik Indonesia]].]] |
|||
[[Berkas:Istana Negara.JPG|jmpl|250px|ka|Gedung [[Istana Negara]], salah satu dari enam [[Istana Presiden Indonesia|Istana Kepresidenan di Indonesia]].]]Indonesia merupakan [[negara kesatuan]] yang menjalankan pemerintahan [[republik]] [[Sistem presidensial|presidensial]] [[Sistem multipartai|multipartai]] yang [[Demokrasi|demokratis]]. Konstitusi Indonesia adalah [[Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945]] (UUD 1945) yang pada [[Sejarah Indonesia (1998–sekarang)|era reformasi]] mengalami empat kali amendemen sehingga membawa perubahan besar pada kekuasaan [[Lembaga legislatif|legislatif]], [[Eksekutif (pemerintahan)|eksekutif]], dan [[Kehakiman|yudikatif]].<ref>{{Cite journal|last=Harijanti|first=Susi Dwi|last2=Lindsey|first2=Tim|date=1 Januari 2006|title=Indonesia: General elections test the amended Constitution and the new Constitutional Court|url=http://academic.oup.com/icon/article/4/1/138/728378/Indonesia-General-elections-test-the-amended|journal=International Journal of Constitutional Law|volume=4|issue=1|pages=138–150|doi=10.1093/icon/moi055|issn=1474-2659|access-date=2021-08-23|archive-date=2021-12-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20211227125944/https://academic.oup.com/icon/article/4/1/138/728378/Indonesia-General-elections-test-the-amended|dead-url=no}}</ref> Salah satu perubahan utama adalah pendelegasian kekuasaan dan wewenang kepada berbagai entitas regional sambil tetap menjadi negara kesatuan.<ref>{{Cite book|last=Ardiansyah|first=F.|last2=Marthen|first2=A.A.|last3=Amalia|first3=N.|date=2015|url=http://www.cifor.org/library/5695/forest-and-land-use-governance-in-a-decentralized-indonesia-a-legal-and-policy-review/|title=Forest and land-use governance in a decentralized Indonesia: A legal and policy review|publisher=Center for International Forestry Research (CIFOR)|doi=10.17528/cifor/005695|url-status=live|access-date=2021-08-23|archive-date=2018-06-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20180603051021/http://www.cifor.org/library/5695/forest-and-land-use-governance-in-a-decentralized-indonesia-a-legal-and-policy-review/|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Setyorini|first=Ika|date=2019|title=Kewenangan Pemerintah Daerah di Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945|url=https://jurnal.untidar.ac.id/index.php/literasihukum/article/view/1348|journal=Literasi Hukum|volume=3|issue=1|pages=26-38|access-date=2021-08-23|archive-date=2021-08-23|archive-url=https://web.archive.org/web/20210823165046/https://jurnal.untidar.ac.id/index.php/literasihukum/article/view/1348|dead-url=no}}</ref> |
|||
Kekuasaan eksekutif dipegang oleh [[Presiden Indonesia|presiden]] yang dibantu oleh [[Wakil Presiden Indonesia|wakil presiden]] dan [[Kabinet Indonesia|kabinet]]. Presiden Indonesia merupakan [[kepala negara]] dan [[kepala pemerintahan]], sekaligus [[panglima tertinggi]] [[Tentara Nasional Indonesia]]. Presiden dan wakil presiden dapat menjabat selama lima tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan.{{sfn|UUD 1945|loc=Pasal 7}} [[Joko Widodo]] dan [[Ma'ruf Amin]] adalah pasangan presiden dan wakil presiden yang [[Pemilihan umum Presiden Indonesia 2019|terpilih]] untuk masa jabatan 2019–2024. Mereka memimpin [[Kabinet Indonesia Maju]] yang terdiri atas 34 menteri dan sejumlah pejabat setingkat menteri.<ref>{{Cite web|title=Kabinet Pemerintahan Indonesia|url=https://setkab.go.id/profil-kabinet/|website=Sekretariat Kabinet Republik Indonesia|access-date=24 Agustus 2021|archive-date=2021-02-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20210219213105/https://setkab.go.id/profil-kabinet/|dead-url=no}}</ref> |
|||
Lembaga perwakilan tertinggi yaitu [[Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia|Majelis Permusyawaratan Rakyat]] (MPR), yang berwenang mengubah dan menetapkan konstitusi, serta melantik dan memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden.{{sfn|UUD 1945|loc=Pasal 3}} Lembaga ini berbentuk [[Sistem dua kamar|bikameral]] yang terdiri dari 575 anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|Dewan Perwakilan Rakyat]] (DPR) yang berasal dari [[Partai politik di Indonesia|partai politik]], ditambah dengan 136 anggota [[Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia|Dewan Perwakilan Daerah]] (DPD) yang merupakan wakil provinsi dari jalur [[Independen (politikus)|independen]].<ref>{{cite web|last=Evans|first=Kevin|date=2019|title=Guide to the 2019 Indonesian Elections|url=https://australiaindonesiacentre.org/app/uploads/2018/09/Guide-to-the-2019-Presidential-Elections-Kevin-Evans.pdf|publisher=Australia-Indonesia Centre|archive-url=https://web.archive.org/web/20190417120111/https://australiaindonesiacentre.org/app/uploads/2018/09/Guide-to-the-2019-Presidential-Elections-Kevin-Evans.pdf|archive-date=17 April 2019|access-date=30 Juli 2019|url-status=dead}}</ref> Anggota DPR dan DPD dipilih melalui [[pemilihan umum]] dengan masa jabatan lima tahun. Fungsi yang dijalankan oleh DPR yaitu legislasi (membentuk undang-undang), anggaran (membahas dan menyetujui [[Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia|Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara]]), dan pengawasan (mengawasi kinerja pemerintah),{{sfn|UUD 1945|loc=Pasal 20A}}<ref>{{Cite web|title=Tugas dan Wewenang|url=https://www.dpr.go.id/tentang/tugas-wewenang|website=Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|access-date=25 Agustus 2021|archive-date=2021-09-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20210918042128/https://www.dpr.go.id/tentang/tugas-wewenang|dead-url=no}}</ref> sedangkan DPD merupakan lembaga legislatif yang lebih dikhususkan pada pengelolaan daerah.{{sfn|UUD 1945|loc=Pasal 22D}}<ref>{{Cite web|title=Fungsi, Tugas, dan Wewenang|url=https://dpd.go.id/fungsi-tugas-wewenang|website=Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia|access-date=25 Agustus 2021|archive-date=2020-09-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20200920103852/https://dpd.go.id/fungsi-tugas-wewenang|dead-url=yes}}</ref> Saat ini, MPR diketuai oleh [[Bambang Soesatyo]],<ref>{{Cite web|title=Pimpinan MPR RI|url=https://www.mpr.go.id/alat-kelengkapan/pimpinan-mpr-ri|website=Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia|access-date=25 Agustus 2021|archive-date=2021-08-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20210825054356/https://www.mpr.go.id/alat-kelengkapan/pimpinan-mpr-ri|dead-url=no}}</ref> DPR diketuai oleh [[Puan Maharani]],<ref>{{Cite web|title=Pimpinan DPR RI|url=https://www.dpr.go.id/akd/pimpinan|website=Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|access-date=25 Agustus 2021|archive-date=2021-08-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20210802114505/https://www.dpr.go.id/akd/pimpinan|dead-url=no}}</ref> sedangkan DPD diketuai oleh [[La Nyalla Mattalitti]].<ref>{{Cite web|title=Pimpinan DPD|url=https://dpd.go.id/pimpinan-dpd|website=Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia|access-date=25 Agustus 2021|archive-date=2020-09-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20200920105447/https://dpd.go.id/pimpinan-dpd|dead-url=yes}}</ref> |
|||
[[Kekuasaan kehakiman di Indonesia|Kekuasaan kehakiman]] dijalankan oleh [[Mahkamah Agung Republik Indonesia|Mahkamah Agung]] (MA) dan [[Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia|Mahkamah Konstitusi]] (MK).{{sfn|UUD 1945|loc=Pasal 24}} Sementara itu, [[Komisi Yudisial Republik Indonesia|Komisi Yudisial]] mengawasi kinerja para hakim.<ref>{{Cite web|title=Wewenang dan Tugas|url=https://www.komisiyudisial.go.id/frontend/static_content/authority_and_duties/about_ky|website=Komisi Yudisial Republik Indonesia|access-date=25 Agustus 2021|archive-date=2021-10-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20211019190810/https://www.komisiyudisial.go.id/frontend/static_content/authority_and_duties/about_ky|dead-url=no}}</ref> |
|||
=== Hubungan luar negeri === |
|||
{{utama|Hubungan luar negeri Indonesia}} |
|||
[[Berkas:Obama and Susilo Bambang Yudhoyono in arrival ceremony cropped.jpg|jmpl| [[Susilo Bambang Yudhoyono]], [[Presiden Indonesia]] ke-6, bersama dengan [[Barack Obama]], [[Presiden Amerika Serikat]] ke-44, dalam acara penyambutan tamu negara di [[Istana Merdeka]] pada 2010.<ref>{{cite web |
|||
|last = Wong |
|||
|first = Kristina |
|||
|url = http://abcnews.go.com/Politics/story?id=8155223&page=1 |
|||
|title = abc NEWS Poll: Obama's Popularity Lifts U.S. Global Image |
|||
|publisher = ABC |
|||
|location = USA |
|||
|date = 23 July 2009 |
|||
|accessdate = 23 October 2011 |
|||
|archive-date = 2015-01-13 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20150113073823/http://abcnews.go.com/Politics/story?id=8155223&page=1 |
|||
|dead-url = no |
|||
}}</ref>]] |
|||
Indonesia memiliki 132 [[Daftar perwakilan diplomatik Indonesia|perwakilan diplomatik]] di luar negeri, termasuk 95 kedutaan.<ref>{{Cite web|title=Kedutaan/Konsulat|url=https://kemlu.go.id/portal/id/page/29/kedutaan_konsulat|website=Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia|access-date=29 Agustus 2021|archive-date=2021-08-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20210829134618/https://kemlu.go.id/portal/id/page/29/kedutaan_konsulat|dead-url=no}}</ref> Negara ini memiliki kebijakan politik luar negeri "bebas dan aktif", yang berarti bahwa Indonesia tidak berpihak pada blok-blok kekuatan dan persekutuan militer di dunia, sekaligus bersikap aktif dalam menjaga ketertiban dunia, sebagaimana dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945.<ref>{{Cite journal|last=Haryanto|first=Agus|date=Desember 2014|title=Prinsip Bebas Aktif dalam Kebijakan Luar Negeri Indonesia: Perspektif Teori Peran|url=https://ojs.unikom.ac.id/index.php/jipsi/article/view/165|journal=Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi|volume=IV|issue=II|pages=17-27|access-date=2021-08-29|archive-date=2021-08-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20210829134621/https://ojs.unikom.ac.id/index.php/jipsi/article/view/165|dead-url=no}}</ref> |
|||
Berlawanan dengan Sukarno yang anti-Imperialisme, antipati terhadap kekuatan barat, dan bersitegang dengan Malaysia, hubungan luar negeri sejak "Orde baru"-nya Suharto didasarkan pada ekonomi dan kerja sama politik dengan negara-negara barat.<ref>{{cite web |
|||
|title = Indonesia – Foreign Policy |
|||
|work = U.S. Library of Congress |
|||
|publisher = U.S. Library of Congress |
|||
|url = http://countrystudies.us/indonesia/97.htm |
|||
|accessdate = 5 May 2007 |
|||
|archive-date = 2006-09-27 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20060927151642/http://countrystudies.us/indonesia/97.htm |
|||
|dead-url = no |
|||
}}</ref> Indonesia menjaga hubungan baik dengan tetangga-tetangganya di Asia, dan Indonesia adalah pendiri [[ASEAN]] dan [[East Asia Summit]]. |
|||
Indonesia menjalin hubungan kembali dengan [[Tiongkok|Republik Rakyat Tiongkok]] pada tahun 1990, padahal sebelumnya melakukan pembekuan hubungan sehubungan dengan gejolak anti-komunis di awal kepemerintahan Suharto. Indonesia menjadi anggota [[Perserikatan Bangsa-Bangsa|Perserikatan Bangsa-bangsa]] sejak tahun 1950,<ref>Indonesia temporarily withdrew from the UN on 20 January 1965 in response to the fact that Malaysia was elected as a non-permanent member of the Security Council. It announced its intention to "resume full cooperation with the United Nations and to resume participation in its activities" on 19 September 1966, and was invited to re-join the UN on 28 September 1966.</ref> dan pendiri [[Gerakan Non-Blok|Gerakan Non Blok]] dan Organisasi Kelompok Islam yang sekarang telah menjadi [[Organisasi Kerjasama Islam]]. Indonesia telah menandatangani perjanjian [[Kawasan Perdagangan Bebas Perbara|ASEAN Free Trade Area]], [[Cairns Group]], dan [[Organisasi Perdagangan Dunia|World Trade Organization]], dan pernah menjadi anggota [[Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi|OPEC]], meskipun Indonesia menarik diri pada tahun 2008 sehubungan Indonesia bukan lagi pengekspor minyak mentah bersih. Indonesia telah menerima bantuan kemanusiaan dan pembangunan sejak tahun 1966, terutama dari Amerika Serikat, negara-negara Eropa Barat, Australia, dan Jepang. |
|||
Pemerintah Indonesia telah bekerja sama dengan dunia internasional sehubungan dengan pengeboman yang dilakukan oleh militan [[Islam]] dan [[Al-Qaeda]].<ref>{{cite web |
|||
|author = Chris Wilson |
|||
|title = Indonesia and Transnational Terrorism |
|||
|work = Foreign Affairs, Defense and Trade Group |
|||
|publisher = Parliament of Australia |
|||
|date = 11 October 2001 |
|||
|url = http://www.aph.gov.au/About_Parliament/Parliamentary_Departments/Parliamentary_Library/Publications_Archive/CIB/cib0102/02CIB06 |
|||
|accessdate = 15 October 2006 |
|||
|archive-date = 2013-11-06 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20131106020658/http://www.aph.gov.au/About_Parliament/Parliamentary_Departments/Parliamentary_Library/Publications_Archive/CIB/cib0102/02CIB06 |
|||
|dead-url = no |
|||
}}; {{cite web |
|||
|author = Reyko Huang |
|||
|title = Priority Dilemmas: U.S. – Indonesia Military Relations in the Anti Terror War |
|||
|work = Terrorism Project |
|||
|publisher = Center for Defense Information |
|||
|date = 23 May 2002 |
|||
|url = http://www.cdi.org/terrorism/priority.cfm |
|||
|access-date = 2015-02-14 |
|||
|archive-date = 2006-10-12 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20061012192238/http://www.cdi.org/terrorism/priority.cfm |
|||
|dead-url = no |
|||
}}</ref> Pemboman besar menimbulkan korban 202 orang tewas (termasuk 164 turis mancanegara) di [[Kuta]], [[Bali]] pada tahun 2012.<ref>{{cite news |
|||
|title = Commemoration of 3rd anniversary of bombings |
|||
|agency = AAP |
|||
|publisher = The Age Newspaper |
|||
|date = 10 December 2006 |
|||
|url = http://www.theage.com.au/news/war-on-terror/services-to-honour-victims-of-2002-bali-bombing/2005/10/12/1128796537208.html |
|||
|location = Melbourne |
|||
|access-date = 2015-02-14 |
|||
|archive-date = 2008-04-01 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20080401153549/http://www.theage.com.au/news/war-on-terror/services-to-honour-victims-of-2002-bali-bombing/2005/10/12/1128796537208.html |
|||
|dead-url = no |
|||
}}</ref> Serangan tersebut dan [[peringatan perjalanan]] (travel warnings) yang dikeluarkan oleh negara-negara lain, menimbulkan dampak yang berat bagi industri jasa perjalanan/turis dan juga prospek investasi asing.<ref>{{cite press release |
|||
|title = Travel Warning: Indonesia |
|||
|publisher = US Embassy, Jakarta |
|||
|date = 10 May 2005 |
|||
|url = http://www.usembassyjakarta.org/news/trv_warning02.html |
|||
|accessdate = 26 December 2006 |
|||
|archiveurl = https://web.archive.org/web/20061111230327/http://www.usembassyjakarta.org/news/trv_warning02.html |
|||
|archivedate = 11 November 2006 |
|||
|deadurl = yes |
|||
| = http://www.usembassyjakarta.org/news/trv_warning02.html |
|||
}} {{Cite web |url=http://www.usembassyjakarta.org/news/trv_warning02.html |title=Salinan arsip |access-date=2015-02-14 |archive-date=2006-11-11 |archive-url=https://web.archive.org/web/20061111230327/http://www.usembassyjakarta.org/news/trv_warning02.html |dead-url=unfit }}</ref> Tetapi beruntung ekonomi Indonesia secara keseluruhan tidak terlalu dipengaruhi oleh hal-hal tersebut di atas, karena Indonesia adalah negara yang ekonomi domestiknya cukup kuat dan dominan.{{butuh rujukan}} |
|||
=== Militer === |
|||
{{utama|Tentara Nasional Indonesia}} |
|||
[[Berkas:Indonesia army soldiers.jpg|jmpl|300x300px|Parade para prajurit [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat]].]] |
|||
[[Tentara Nasional Indonesia]] terdiri dari [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|TNI–AD]], [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut|TNI-AL]] (termasuk Marinir) dan [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara|TNI-AU]].<ref>{{cite news |
|||
|last = Chew |
|||
|first = Amy |
|||
|title = Indonesia military regains ground |
|||
|publisher = CNN Asia |
|||
|date = 7 July 2002 |
|||
|url = http://edition.cnn.com/2002/WORLD/asiapcf/southeast/07/05/indonesia.sutarto/index.html |
|||
|accessdate = 24 April 2007 |
|||
|archive-date = 2017-11-14 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20171114104010/http://edition.cnn.com/2002/WORLD/asiapcf/southeast/07/05/indonesia.sutarto/index.html |
|||
|dead-url = no |
|||
}}</ref> Berkekuatan 400.000 prajurit aktif, memiliki anggaran 4% dari [[Produk domestik bruto|GDP]] pada tahun 2006, tetapi terdapat kontroversi bahwa ada sumber-sumber dana dari kepentingan-kepentingan komersial dan yayasan-yayasan yang dilindungi oleh militer.<ref>{{cite news |
|||
|last = Witular |
|||
|first = Rendi A. |
|||
|title = Susilo Approves Additional Military Funding |
|||
|work = The Jakarta Post |
|||
|date = 19 May 2005 |
|||
|url = http://www.etan.org/et2005/may/22/19susilo.htm |
|||
|accessdate = 24 April 2007 |
|||
|archive-date = 2017-11-14 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20171114103917/http://www.etan.org/et2005/may/22/19susilo.htm |
|||
|dead-url = no |
|||
}}</ref> Satu hal baik dari reformasi sejalan dengan mundurnya Suharto adalah mundurnya TNI dari parlemen setelah bubarnya [[Dwifungsi ABRI|Dwi Fungsi ABRI]], walaupun pengaruh militer dalam bernegara masih tetap kuat.{{sfn|Friend|2003|pp=473–475, 484}} Gerakan separatis di sebagian daerah Aceh dan Papua telah menimbulkan konflik bersenjata, dan terjadi pelanggaran HAM serta kebrutalan yang dilakukan oleh kedua belah pihak.{{sfn|Friend|2003|pp=270–273, 477–480}}<ref>{{cite news |
|||
|title = Indonesia flashpoints: Aceh |
|||
|work = BBC News |
|||
|publisher = BBC |
|||
|date = 29 December 2005 |
|||
|url = http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/3809079.stm |
|||
|accessdate = 20 May 2007 |
|||
|archive-date = 2019-05-02 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20190502153407/http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/3809079.stm |
|||
|dead-url = no |
|||
}}</ref> Setelah 30 tahun perseteruan sporadis antara [[Gerakan Aceh Merdeka]] dan militer Indonesia, maka persetujuan gencatan senjata terjadi pada tahun 2005.<ref>{{cite news |
|||
|title = Indonesia agrees Aceh peace deal |
|||
|work = BBC News |
|||
|publisher = BBC |
|||
|date = 17 July 2005 |
|||
|url = http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/4690293.stm |
|||
|accessdate = 20 May 2007 |
|||
|archive-date = 2017-11-14 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20171114103926/http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/4690293.stm |
|||
|dead-url = no |
|||
}}; {{cite news |
|||
|title = Indonesia starts Aceh withdrawal |
|||
|work = BBC News |
|||
|publisher = BBC |
|||
|date = 18 September 2005 |
|||
|url = http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/4257944.stm |
|||
|accessdate = 20 May 2007 |
|||
|first = Rachel |
|||
|last = Harvey |
|||
|archive-date = 2019-05-02 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20190502154132/http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/4257944.stm |
|||
|dead-url = no |
|||
}}</ref> Di Papua, telah terjadi kemajuan yang mencolok, walaupun masih terjadi kekurangan-kekurangan, dengan diterapkannya otonomi, dengan akibat berkurangnya pelanggaran HAM.<ref>{{cite news |
|||
|last = ''Lateline'' TV Current Affairs |
|||
|title = Sidney Jones on South East Asian conflicts |
|||
|work = TV Program transcript, Interview with South East Asia director of the International Crisis Group |
|||
|publisher = Australian Broadcasting Commission (ABC) |
|||
|date = 20 April 2006 |
|||
|url = http://www.abc.net.au/lateline/content/2006/s1620483.htm |
|||
|archiveurl = https://web.archive.org/web/20060918233640/http://www.crisisgroup.org/library/documents/asia/indonesia/b53_papua_answers_to_frequently_asked_questions.pdf |
|||
|archivedate = 18 September 2006 |
|||
|deadurl = yes |
|||
}}; {{cite journal |
|||
|last = International Crisis Group |
|||
|title = Papua: Answer to Frequently Asked Questions |
|||
|journal = Update Briefing |
|||
|issue = 53 |
|||
|page = 1 |
|||
|publisher = International Crisis Group |
|||
|date = 5 September 2006 |
|||
|url = http://www.crisisgroup.org/library/documents/asia/indonesia/b53_papua_answers_to_frequently_asked_questions.pdf |
|||
|format = PDF |
|||
|accessdate = 17 September 2006 |
|||
|archiveurl = https://web.archive.org/web/20060918233640/http://www.crisisgroup.org/library/documents/asia/indonesia/b53_papua_answers_to_frequently_asked_questions.pdf |
|||
|archivedate = 18 September 2006 |
|||
|deadurl = yes |
|||
}}</ref> |
|||
=== Pembagian administratif === |
|||
{{Utama|Pembagian administratif Indonesia}}{{See also|Provinsi di Indonesia|Daftar kabupaten dan kota di Indonesia|Daftar kecamatan dan kelurahan di Indonesia}}{{transcluded section|source=Templat:Peta provinsi Indonesia}}{{Peta Indonesia}} |
|||
Saat ini, Indonesia terdiri atas [[Provinsi di Indonesia|38 provinsi]],<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-11-17|title=Sah! Indonesia Kini Punya 38 Provinsi, Ini Daftarnya|url=https://nasional.kompas.com/read/2022/11/17/17275541/sah-indonesia-kini-punya-38-provinsi-ini-daftarnya|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2022-11-18|archive-date=2022-11-17|archive-url=https://web.archive.org/web/20221117232327/https://nasional.kompas.com/read/2022/11/17/17275541/sah-indonesia-kini-punya-38-provinsi-ini-daftarnya|dead-url=no}}</ref> [[Daftar kabupaten dan kota di Indonesia|416 kabupaten]] dan [[Daftar kota di Indonesia|98 kota]], 7.024 daerah setingkat [[kecamatan]],<ref>{{cite web|title=2014BPS|url=http://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/857|publisher=|archive-url=https://web.archive.org/web/20151113211509/http://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/857|archive-date=2015-11-13|dead-url=no|accessdate=2015-10-04}}</ref> atau 81.626 daerah setingkat [[desa]]/[[kelurahan]].<ref>{{cite web|title=BPS|url=http://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/858|publisher=|archive-url=https://web.archive.org/web/20151113211453/http://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/858|archive-date=2015-11-13|dead-url=no|accessdate=2015-10-04}}</ref> |
|||
Di antara provinsi-provinsi tersebut, sembilan di antaranya memiliki status [[Daerah khusus dan daerah istimewa|kekhususan dan/atau keistimewaan]]. Daerah-daerah tersebut ialah [[Aceh]], [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta]], [[Papua Barat]], [[Papua Barat Daya]], [[Papua]], [[Papua Tengah]], [[Papua Pegunungan]], dan [[Papua Selatan]]. |
|||
Tiap provinsi memiliki [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi|DPRD Provinsi]] dan [[gubernur]], tiap [[kabupaten]] memiliki [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten|DPRD Kabupaten]] dan [[bupati]], sementara tiap [[kota]] memiliki [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota|DPRD Kota]] dan [[wali kota]]; semuanya dipilih langsung oleh rakyat melalui [[pemilihan umum]]. Hal tersebut tidak berlaku pada [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|DKI Jakarta]] yang terbagi atas [[kabupaten administrasi]] atau [[kota administrasi]] yang bukanlah [[daerah otonom]], sehingga DPR Kabupaten atau Kota tidak ada di dalam daerah-daerah tersebut, serta bupati dan wali kotanya adalah [[Pegawai negeri sipil|pegawai negeri]] yang ditunjuk oleh [[Daftar Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Gubernur DKI Jakarta]]. |
|||
Indonesia memperbolehkan penamaan lokal/khusus untuk digunakan pada daerah-daerah administratif di bawah tingkat kabupaten/kota, sesuai dengan Undang-Undang tentang [[Pemerintahan daerah di Indonesia|Pemerintahan Daerah]]. Beberapa contoh di antaranya ialah [[kalurahan]], [[Kapanewon dan kemantren|kapanewon]], [[Kapanewon dan kemantren|kemantren]], [[gampong]], [[kampung]], [[nagari]], [[pekon]], dan [[Distrik (Indonesia)|distrik]]. |
|||
Berikut ini merupakan [[provinsi di Indonesia]] beserta ibu kotanya.{{col-begin}} |
|||
{{col-break}} |
|||
;[[Sumatra]] |
|||
* {{flagdeco|Aceh}} [[Aceh]] — [[Kota Banda Aceh|Banda Aceh]] |
|||
* {{flagdeco|Sumatera Utara}} [[Sumatera Utara]] (Sumut) — [[Kota Medan|Medan]] |
|||
* {{flagdeco|Sumatera Barat}} [[Sumatera Barat]] (Sumbar) — [[Kota Padang|Padang]] |
|||
* {{flagdeco|Riau}} [[Riau]] — [[Kota Pekanbaru|Pekanbaru]] |
|||
* {{flagdeco|Jambi}} [[Jambi]] — [[Kota Jambi|Jambi]] |
|||
* {{flagdeco|Sumatera Selatan}} [[Sumatera Selatan]] (Sumsel) — [[Kota Palembang|Palembang]] |
|||
* {{flagdeco|Bengkulu}} [[Bengkulu]] — [[Kota Bengkulu|Bengkulu]] |
|||
* {{flagdeco|Lampung}} [[Lampung]] — [[Kota Bandar Lampung|Bandar Lampung]] |
|||
* {{flagdeco|Kepulauan Bangka Belitung}} [[Kepulauan Bangka Belitung]] (Babel) — [[Kota Pangkalpinang|Pangkalpinang]] |
|||
* {{flagdeco|Kepulauan Riau}} [[Kepulauan Riau]] (Kepri) — [[Kota Tanjungpinang|Tanjungpinang]] |
|||
;[[Jawa]] |
|||
* {{flagdeco|Daerah Khusus Ibukota Jakarta}} [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta]] (DKI Jakarta) |
|||
* {{flagdeco|Jawa Barat}} [[Jawa Barat]] (Jabar) — [[Kota Bandung|Bandung]] |
|||
* {{flagdeco|Jawa Tengah}} [[Jawa Tengah]] (Jateng) — [[Kota Semarang|Semarang]] |
|||
* {{flagdeco|Daerah Istimewa Yogyakarta}} [[Daerah Istimewa Yogyakarta]] (DIY) — [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]]<ref>{{Cite web|url=https://www.usd.ac.id/seminar/icp2016/id/about-4/about-yogyakarta|title=USD|website=www.usd.ac.id|language=id|access-date=26-06-2017|archive-date=2021-01-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20210129085444/https://www.usd.ac.id/|dead-url=no}}</ref> |
|||
* {{flagdeco|Jawa Timur}} [[Jawa Timur]] (Jatim) — [[Kota Surabaya|Surabaya]] |
|||
* {{flagdeco|Banten}} [[Banten]] — [[Kota Serang|Serang]] |
|||
;[[Kepulauan Nusa Tenggara|Nusa Tenggara]] |
|||
* {{flagdeco|Bali}} [[Bali]] — [[Kota Denpasar|Denpasar]] |
|||
* {{flagdeco|Nusa Tenggara Barat}} [[Nusa Tenggara Barat]] (NTB) — [[Kota Mataram|Mataram]] |
|||
* {{flagdeco|Nusa Tenggara Timur}} [[Nusa Tenggara Timur]] (NTT) — [[Kota Kupang|Kupang]] |
|||
{{col-break}} |
|||
;[[Kalimantan (wilayah Indonesia)|Kalimantan]] |
|||
* {{flagdeco|Kalimantan Barat}} [[Kalimantan Barat]] (Kalbar) — [[Kota Pontianak|Pontianak]] |
|||
* {{flagdeco|Kalimantan Tengah}} [[Kalimantan Tengah]] (Kalteng) — [[Kota Palangka Raya|Palangka Raya]] |
|||
* {{flagdeco|Kalimantan Selatan}} [[Kalimantan Selatan]] (Kalsel) — [[Kota Banjarbaru|Banjarbaru]] |
|||
* {{flagdeco|Kalimantan Timur}} [[Kalimantan Timur]] (Kaltim) — [[Kota Samarinda|Samarinda]] |
|||
* {{flagdeco|Kalimantan Utara}} [[Kalimantan Utara]] (Kaltara) — [[Tanjung Selor, Bulungan|Tanjung Selor]] |
|||
;[[Sulawesi]] |
|||
* {{flagdeco|Sulawesi Utara}} [[Sulawesi Utara]] (Sulut) — [[Kota Manado|Manado]] |
|||
* {{flagdeco|Sulawesi Tengah}} [[Sulawesi Tengah]] (Sulteng) — [[Kota Palu|Palu]] |
|||
* {{flagdeco|Sulawesi Selatan}} [[Sulawesi Selatan]] (Sulsel) — [[Kota Makassar|Makassar]] |
|||
* {{flagdeco|Sulawesi Tenggara}} [[Sulawesi Tenggara]] (Sultra) — [[Kota Kendari|Kendari]] |
|||
* {{flagdeco|Gorontalo}} [[Gorontalo]] — [[Kota Gorontalo|Gorontalo]] |
|||
* {{flagdeco|Sulawesi Barat}} [[Sulawesi Barat]] (Sulbar) — [[Kota Mamuju|Mamuju]] |
|||
;[[Kepulauan Maluku|Maluku]] |
|||
* {{flagdeco|Maluku}} [[Maluku]] — [[Kota Ambon|Ambon]] |
|||
* {{flagdeco|Maluku Utara}} [[Maluku Utara]] (Malut) — [[Sofifi (kota)|Sofifi]] |
|||
;[[Papua (wilayah Indonesia)|Papua]] |
|||
* {{flagdeco|Papua}} [[Papua]] — [[Kota Jayapura|Jayapura]] |
|||
* {{flagdeco|Papua Barat}} [[Papua Barat]] (Pabar) — [[Kabupaten Manokwari|Manokwari]] |
|||
* {{flagdeco|Papua Selatan}} [[Papua Selatan]] (Pasel) — [[Kabupaten Merauke|Merauke]] |
|||
* {{flagdeco|Papua Tengah}} [[Papua Tengah]] (Papteng) — [[Kabupaten Nabire|Nabire]] |
|||
* {{flagdeco|Papua Pegunungan}} [[Papua Pegunungan]] (Papeg) — [[Kota Wamena|Wamena]] |
|||
* {{flagdeco|Papua Barat Daya}} [[Papua Barat Daya]] (PBD) — [[Sorong (kota)|Sorong]] |
|||
{{col-end}} |
|||
=== Ibu kota negara === |
|||
{{Utama|Ibu kota Indonesia}} |
|||
{{Location map+|Indonesia|width=500|float=right|caption=Ibu kota negara Indonesia sepanjang sejarah|places= |
|||
{{Location map~|Indonesia|lat_deg=6.183333|lon_deg =106.833333| lat_dir =S| lon_dir = E|label=[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]}} |
|||
{{Location map~|Indonesia|lat_deg=7.7956|lon_deg =110.3695| lat_dir =S| lon_dir = E|label=[[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]]}} |
|||
{{Location map~|Indonesia|lat_deg=0.3039|lon_deg =100.3835| lat_dir =S| lon_dir = E|label=[[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]]}} |
|||
{{Location map~|Indonesia|lat_deg=0.8500|lon_deg =116.7000| lat_dir =S| lon_dir = E|label=[[Ibu Kota Nusantara|Nusantara]]}} |
|||
}} |
|||
Hingga saat ini, [[Ibu kota Indonesia|ibu kota negara]] Republik Indonesia berkedudukan di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta]].<ref>{{Cite act|title=Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia|url=https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/39922/uu-no-29-tahun-2007|type=Undang-Undang|index=29|year=2007}} {{Cite web |url=https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/39922/uu-no-29-tahun-2007 |title=Salinan arsip |access-date=2022-08-21 |archive-date=2022-09-10 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220910094246/https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/39922/uu-no-29-tahun-2007 |dead-url=unfit }}</ref> Namun sejak tahun 2019, [[Pemerintah Indonesia]] melaksanakan proses [[Pemindahan Ibu kota Indonesia|pemindahan ibu kota Indonesia]] ke [[Nusantara (ibu kota terencana)|Ibu Kota Nusantara]], yang direncanakan akan diresmikan pada tahun 2024.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=2022-01-18|title=Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Ibu Kota Negara|url=http://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/PANSUS-RJ-20211214-125732-5084.pdf|website=www.dpr.go.id|work=[[Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia]]|publisher=[[Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia]]|language=id|access-date=2022-01-18|archive-date=2022-01-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20220118053636/https://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/PANSUS-RJ-20211214-125732-5084.pdf|dead-url=no}}</ref> |
|||
Semenjak [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|kemerdekaan Indonesia]] pada tanggal 17 Agustus 1945, ibu kota negara Indonesia secara ''de facto'' berkedudukan di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]. Ibu kota negara sempat dipindahkan ke [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]] pada tanggal 4 Januari 1946 ketika pasukan [[Pemerintahan Sipil Hindia Belanda]] (NICA) menduduki Jakarta,<ref>Wiharyanto, A.K. 2009. Sejarah Indonesia Baru II. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma</ref> kemudian ke [[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]] pada tanggal 19 Desember 1948 ketika pemerintah pusat lumpuh karena ditawannya [[Soekarno|Presiden Soekarno]] dan [[Mohammad Hatta|Wakil Presiden Hatta]] oleh pasukan militer [[Belanda]] dan tampuk pemerintahan dipegang sementara oleh [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]] (PDRI),<ref>[https://web.archive.org/web/20150703050605/http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/3799-presiden-pemerintah-darurat-republik-indonesia''Presiden Pemerintah Darurat Republik Indonesia''] Tokohindonesia.com. Diakses 8 September 2013.</ref> lalu kembali lagi ke Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949 setelah kembalinya Soekarno-Hatta dari penawanan. Pada masa [[Republik Indonesia Serikat]] (RIS), ibu kota [[Republik Indonesia (1949–1950)|Negara Bagian Republik Indonesia]] berkedudukan di Yogyakarta sementara ibu kota federal RIS berada di Jakarta. Setelah kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950, ibu kota negara kembali berkedudukan di Jakarta. Pada tanggal 28 Agustus 1961, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 1961 yang mengukuhkan status Jakarta sebagai ibu kota negara.<ref>{{Cite act|title=Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya|url=https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt530c1132af33e/node/656/penetapan-presiden-nomor-2-tahun-1961|type=Penetapan Presiden|index=2|year=1961}} {{Cite web |url=https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt530c1132af33e/node/656/penetapan-presiden-nomor-2-tahun-1961 |title=Salinan arsip |access-date=2022-08-21 |archive-date=2022-07-06 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220706025303/https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt530c1132af33e/node/656/penetapan-presiden-nomor-2-tahun-1961 |dead-url=unfit }}</ref> |
|||
Pada tahun 2019, [[Joko Widodo|Presiden Joko Widodo]] melalui Pemerintah Pusat membuat kajian rancangan,<ref>{{Cite web|last=Post|first=The Jakarta|title=Indonesia studies new sites for capital city|url=https://www.thejakartapost.com/news/2017/04/10/indonesia-studies-new-sites-for-capital-city.html|website=The Jakarta Post|access-date=2022-08-21|archive-date=2022-05-31|archive-url=https://web.archive.org/web/20220531013835/https://www.thejakartapost.com/news/2017/04/10/indonesia-studies-new-sites-for-capital-city.html|dead-url=no}}</ref> melakukan pencanangan,<ref>{{Cite news|date=16 Agustus 2019|editor-last=Persada|editor-first=Syailendra|title=Pidato Kenegaraan, Jokowi Sebut Pindahkan Ibu Kota ke Kalimantan|url=https://nasional.tempo.co/read/1236663/pidato-kenegaraan-jokowi-sebut-pindahkan-ibu-kota-ke-kalimantan|work=[[Tempo.co]]|language=id|access-date=19 Januari 2022|last=Nurita|first=Dewi|archive-date=2022-09-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20220912141453/https://nasional.tempo.co/read/1236663/pidato-kenegaraan-jokowi-sebut-pindahkan-ibu-kota-ke-kalimantan|dead-url=no}}</ref> dan menentukan letak wilayah dari ibu kota baru, yaitu sebagian dari wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara dan [[Kabupaten Kutai Kartanegara|Kutai Kartanegara]].<ref>{{Cite news|author=Ihsanuddin|date=26 Agustus 2019|editor-last=Galih|editor-first=Bayu|title=Jokowi: Ibu Kota Baru di Sebagian Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kaltim|url=https://www.kompas.com/nasional/read/2019/08/26/13351161/jokowi-ibu-kota-baru-di-sebagian-penajam-paser-utara-dan-kutai-kartanegara|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=19 Januari 2022|last=Ihsanuddin|archive-date=2022-12-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20221210041248/https://www.kompas.com/nasional/read/2019/08/26/13351161/jokowi-ibu-kota-baru-di-sebagian-penajam-paser-utara-dan-kutai-kartanegara|dead-url=no}}</ref> Pemerintah bahkan sempat membentuk tim-tim pelaksana pemindahan ibu kota pada bulan Januari 2020,<ref>{{Cite news|author=Andhika Prasetyo|date=13 Januari 2020|title=Putra Mahkota Abu Dhabi Jadi Dewan Pengarah Ibu Kota Baru|url=https://m.mediaindonesia.com/ekonomi/283012/putra-mahkota-abu-dhabi-jadi-dewan-pengarah-ibu-kota-baru|work=[[Media Indonesia]]|language=id|archive-url=https://web.archive.org/web/20230107143503/https://m.mediaindonesia.com/ekonomi/283012/putra-mahkota-abu-dhabi-jadi-dewan-pengarah-ibu-kota-baru|archive-date=7 Januari 2023|access-date=19 Januari 2022}}</ref><ref>{{Cite news|last=Hamdani|first=Trio|date=7 Februari 2020|title=Pemerintah Bentuk Tim Khusus Kebut Pemindahan Ibu Kota|url=https://finance.detik.com/properti/d-4890112/pemerintah-bentuk-tim-khusus-kebut-pemindahan-ibu-kota|work=[[Detik.com|detikcom]]|language=id|publisher=Detik Finance|archive-url=https://web.archive.org/web/20230107143048/https://finance.detik.com/properti/d-4890112/pemerintah-bentuk-tim-khusus-kebut-pemindahan-ibu-kota|archive-date=7 Januari 2023|access-date=20 Januari 2022}}</ref> yang akan melaksanakan pembangunan pada pertengahan tahun 2020, tetapi harus ditunda akibat [[pandemi Covid-19]].<ref>{{Cite news|date=9 September 2020|title=Covid-19, Pemerintah Tunda Pembangunan Ibu Kota Baru|url=https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200909061259-532-544254/covid-19-pemerintah-tunda-pembangunan-ibu-kota-baru|work=[[CNN Indonesia]]|language=id|access-date=19 Januari 2022|archive-date=2022-09-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20220912140643/https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200909061259-532-544254/covid-19-pemerintah-tunda-pembangunan-ibu-kota-baru|dead-url=no}}</ref> Pada tanggal 18 Januari 2022, [[Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|Dewan Perwakilan Rakyat]] mengesahkan Undang-Undang Ibu Kota Negara, yang berisi pembentukan dan garis besar rencana pembangunan ibu kota baru, yang diberi nama [[Nusantara (ibu kota terencana)|Ibu Kota Nusantara]], yang kemudian diundangkan pada tanggal 15 Februari 2022.<ref>{{Cite act|title=Ibu Kota Negara|url=https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/198400/uu-no-3-tahun-2022|type=Undang-Undang|index=3|year=2022}} {{Cite web |url=https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/198400/uu-no-3-tahun-2022 |title=Salinan arsip |access-date=2022-08-21 |archive-date=2022-08-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220828145129/https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/198400/uu-no-3-tahun-2022 |dead-url=unfit }}</ref> Upacara simbolis penyatuan tanah [[Provinsi di Indonesia|ketiga puluh empat provinsi di Indonesia]] saat itu dilakukan oleh Presiden Jokowi bersama [[Daftar gubernur dan wakil gubernur petahana di Indonesia|para gubernur dan wakil gubernur se-Indonesia]] pada tanggal 14 Maret 2022 di [[Titik Nol Ibu Kota Nusantara]].<ref>{{cite news|date=14 Maret 2022|title=Tiba di Titik Nol Kilometer IKN, Presiden Satukan Tanah dan Air Nusantara|url=https://www.presidenri.go.id/siaran-pers/tiba-di-titik-nol-kilometer-ikn-presiden-satukan-tanah-dan-air-nusantara/|language=id|publisher=[[Presiden Republik Indonesia]]|access-date=15 Maret 2022|archive-date=2022-09-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20220912140121/https://www.presidenri.go.id/siaran-pers/tiba-di-titik-nol-kilometer-ikn-presiden-satukan-tanah-dan-air-nusantara/|dead-url=no}}</ref> |
|||
== Ekonomi == |
== Ekonomi == |
||
{{ |
{{utama|Ekonomi Indonesia}} |
||
[[Berkas:PDRB per kapita Indonesia 2008.svg|450px| |
[[Berkas:PDRB per kapita Indonesia 2008.svg|450px|jmpl|kiri|Peta yang menunjukkan [[Produk domestik regional bruto|Produk Domestik Regional Bruto]] (PDRB) per kapita provinsi-provinsi Indonesia pada tahun 2008 atas harga berlaku. PDRB per kapita provinsi [[Kalimantan Timur]] mencapai Rp100 juta manakala PDRB per kapita [[Maluku]], [[Maluku Utara]], dan [[Nusa Tenggara Timur]] kurang dari Rp5 juta. |
||
{| |
{|style="width:100%;" |
||
|- |
|- |
||
| |
|valign=top | |
||
{{legend|#441650|Lebih dari |
{{legend|#441650|Lebih dari Rp100 juta}} |
||
{{legend|#006680| |
{{legend|#006680|Rp50–100 juta}} |
||
{{legend|#217867| |
{{legend|#217867|Rp40–50 juta}} |
||
{{legend|#2ca089| |
{{legend|#2ca089|Rp30–40 juta}} |
||
| |
|valign=top | |
||
{{legend|#37c8ab| |
{{legend|#37c8ab|Rp20–30 juta}} |
||
{{legend|#aaeeff| |
{{legend|#aaeeff|Rp10–20 juta}} |
||
{{legend|#d7eef4| |
{{legend|#d7eef4|Rp5–10 juta}} |
||
{{legend|#dbdee3|Kurang dari |
{{legend|#dbdee3|Kurang dari Rp5 juta}} |
||
|}]] |
|}]] |
||
Sistem ekonomi Indonesia awalnya didukung dengan diluncurkannya [[Oeang Repoeblik Indonesia |
Sistem ekonomi Indonesia awalnya didukung dengan diluncurkannya [[Oeang Repoeblik Indonesia]] (ORI) pada tanggal 30 Oktober 1946 yang menjadi mata uang pertama Republik Indonesia, yang selanjutnya berganti menjadi [[Rupiah]]. |
||
Pada masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak seutuhnya mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis, namun juga memadukannya dengan nasionalisme ekonomi. Pemerintah yang belum berpengalaman, masih ikut campur tangan ke dalam beberapa kegiatan produksi yang berpengaruh bagi masyarakat banyak. Hal tersebut, ditambah pula kemelut politik, mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan pada ekonomi negara.<ref name= |
Pada masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak seutuhnya mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis, namun juga memadukannya dengan nasionalisme ekonomi. Pemerintah yang belum berpengalaman, masih ikut campur tangan ke dalam beberapa kegiatan produksi yang berpengaruh bagi masyarakat banyak. Hal tersebut, ditambah pula kemelut politik, mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan pada ekonomi negara.<ref name="SCHWARZ">Schwarz, A. (1994). ''A Nation in Waiting: Indonesia in the 1990s''. Westview Press. ISBN 1-86373-635-2, pp. 52–57.</ref> |
||
[[Berkas:Indonesian Rupiah (IDR) banknotes2009.jpg|200px|thumb|right|Uang [[rupiah]].]] |
|||
Pemerintahaan Orde Baru segera menerapkan disiplin ekonomi yang bertujuan menekan [[inflasi]], menstabilkan mata uang, penjadualan ulang [[hutang luar negeri]], dan berusaha menarik bantuan dan investasi asing.<ref name='SCHWARZ'/> Pada era tahun 1970-an harga [[minyak bumi]] yang meningkat menyebabkan melonjaknya nilai ekspor, dan memicu tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata yang tinggi sebesar 7% antara tahun 1968 sampai 1981.<ref name='SCHWARZ'/> Reformasi ekonomi lebih lanjut menjelang akhir tahun 1980-an, antara lain berupa deregulasi sektor keuangan dan pelemahan nilai rupiah yang terkendali,<ref name='SCHWARZ'/> selanjutnya mengalirkan investasi asing ke Indonesia khususnya pada industri-industri berorientasi ekspor pada antara tahun 1989 sampai 1997<ref>{{cite web |title=Indonesia: Country Brief |work=Indonesia:Key Development Data & Statistics |publisher=[[Bank Dunia]] |month=September |year=2006 |url=http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/COUNTRIES/EASTASIAPACIFICEXT/INDONESIAEXTN/0,,contentMDK:20095968~pagePK:141137~piPK:141127~theSitePK:226309,00.html |format= |doi= |accessdate=}}</ref> Ekonomi Indonesia mengalami kemunduran pada akhir tahun [[1990-an]] akibat [[krisis finansial Asia|krisis ekonomi]] yang melanda sebagian besar [[Asia]] pada saat itu,<ref>{{cite journal |title=Poverty in Indonesia: Always with them |journal=[[The Economist]] |date=2006-09-14 |accessdate=2006-12-26 |url=http://www.economist.com/world/asia/displaystory.cfm?story_id=7925064}}</ref> yang disertai pula berakhirnya masa Orde Baru dengan pengunduran diri Presiden Soeharto tanggal 21 Mei 1998. |
|||
Pemerintahan Orde Baru segera menerapkan disiplin ekonomi yang bertujuan menekan angka [[inflasi]], menstabilkan mata uang, penjadwalan ulang [[utang luar negeri]], dan berusaha menarik bantuan dan investasi asing.<ref name="SCHWARZ" /> Pada era tahun 1970-an harga [[minyak bumi]] yang meningkat menyebabkan melonjaknya nilai ekspor, dan memicu tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata yang tinggi sebesar 7% antara tahun 1968 sampai 1981.<ref name="SCHWARZ" /> Reformasi ekonomi lebih lanjut menjelang akhir tahun 1980-an, antara lain berupa deregulasi sektor keuangan dan pelemahan nilai rupiah yang terkendali,<ref name="SCHWARZ" /> selanjutnya mengalirkan investasi asing ke Indonesia khususnya pada industri-industri berorientasi ekspor pada antara tahun 1989 sampai 1997<ref>{{cite web |
|||
Saat ini ekonomi Indonesia telah cukup stabil. Pertumbuhan [[PDB|PDB Indonesia]] tahun 2004 dan 2005 melebihi 5% dan diperkirakan akan terus berlanjut.<ref>{{cite web |title=Indonesia: Forecast |work=Country Briefings |publisher=[[The Economist]] |date=2006-10-03 |url=http://www.economist.com/countries/Indonesia/profile.cfm?folder=Profile-Forecast |accessdate=}}</ref> Namun, dampak pertumbuhan itu belum cukup besar dalam memengaruhi tingkat pengangguran, yaitu sebesar 9,75%.<ref>{{cite press release |publisher=Badan Pusat Statistik Indonesia |title=Beberapa Indikator Penting Mengenai Indonesia |date=2008-12-02 |url=http://www.bps.go.id/leaflet/leaflet-desember-07-ind.pdf|format=PDF |language=[[Bahasa Indonesia]] |accessdate=2008-03-18}}</ref><ref>{{cite news |author=Ridwan Max Sijabat|title =Unemployment still blighting the Indonesian landscape| publisher=[[The Jakarta Post]]| date=[[23 Maret]] [[2007]]| url=http://www.thejakartapost.com/review/nat05.asp}}</ref> Perkiraan tahun 2006, sebanyak 17,8% masyarakat hidup di bawah [[garis kemiskinan]], dan terdapat 49,0% masyarakat yang hidup dengan penghasilan kurang dari AS$ 2 per hari.<ref>{{cite press release |title=Making the New Indonesia Work for the Poor - Overview |publisher=[[Bank Dunia]] |year=2006 |accessdate=[[26 Desember]] [[2006]] |url=http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/Publication/280016-1152870963030/2753486-1165385030085/Overview_standalone_en.pdf|format=PDF}}</ref> |
|||
|title = Indonesia: Country Brief |
|||
|work = Indonesia:Key Development Data & Statistics |
|||
|publisher = [[Bank Dunia]] |
|||
|month = September |
|||
|year = 2006 |
|||
|url = http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/COUNTRIES/EASTASIAPACIFICEXT/INDONESIAEXTN/0,,contentMDK:20095968~pagePK:141137~piPK:141127~theSitePK:226309,00.html |
|||
|format = |
|||
|doi = |
|||
|accessdate = |
|||
|archive-date = 2012-11-01 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20121101135702/http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/COUNTRIES/EASTASIAPACIFICEXT/INDONESIAEXTN/0,,contentMDK:20095968~pagePK:141137~piPK:141127~theSitePK:226309,00.html |
|||
|dead-url = no |
|||
}}</ref> Ekonomi Indonesia mengalami kemunduran pada akhir tahun 1990-an akibat [[Krisis finansial Asia 1997|krisis ekonomi]] tahun 1997 yang melanda sebagian besar [[Asia]] pada saat itu,<ref>{{cite journal |
|||
|title = Poverty in Indonesia: Always with them |
|||
|journal = [[The Economist]] |
|||
|date = 2006-09-14 |
|||
|accessdate = 2006-12-26 |
|||
|url = http://www.economist.com/world/asia/displaystory.cfm?story_id=7925064 |
|||
|archive-date = 2006-11-28 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20061128215856/http://www.thejakartapost.com/review/nat05.asp |
|||
|dead-url = no |
|||
}}</ref> yang disertai pula berakhirnya masa Orde Baru dengan pengunduran diri Presiden Soeharto tanggal 21 Mei 1998. |
|||
{{double image|2=Indonesian 75000 Rupiah 2020, Obverse.jpg|3=200|4=Indonesian 75000 Rupiah 2020, Reverse.jpg|5=200|6=Tampak depan dan belakang dari uang [[Rp75.000]] yang dikeluarkan pada tahun [[2020]] sebagai peringatan [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|hari kemerdekaan Republik Indonesia]] yang ke-75.}} |
|||
Saat ini ekonomi Indonesia telah cukup stabil. Pertumbuhan [[PDB]] Indonesia tahun 2004 dan 2005 melebihi 5% dan diperkirakan akan terus berlanjut.<ref>{{cite web |
|||
|title = Indonesia: Forecast |
|||
|work = Country Briefings |
|||
|publisher = [[The Economist]] |
|||
|date = 2006-10-03 |
|||
|url = http://www.economist.com/countries/Indonesia/profile.cfm?folder=Profile-Forecast |
|||
|accessdate = |
|||
|archive-date = 2008-08-04 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20080804014414/http://www.economist.com/countries/Indonesia/profile.cfm?folder=Profile-Forecast |
|||
|dead-url = no |
|||
}}</ref> Namun, dampak pertumbuhan itu belum cukup besar dalam memengaruhi tingkat pengangguran, yaitu sebesar 9,75%.<ref>{{cite press release |
|||
|publisher = Badan Pusat Statistik Indonesia |
|||
|title = Beberapa Indikator Penting Mengenai Indonesia |
|||
|date = 2008-12-02 |
|||
|url = http://www.bps.go.id/leaflet/leaflet-desember-07-ind.pdf |
|||
|format = PDF |
|||
|language = [[Bahasa Indonesia]] |
|||
|accessdate = 2008-03-18 |
|||
| = http://www.bps.go.id/leaflet/leaflet-desember-07-ind.pdf |
|||
}} {{Cite web |url=http://www.bps.go.id/leaflet/leaflet-desember-07-ind.pdf |title=Salinan arsip |access-date=2008-08-07 |archive-date=2008-04-01 |archive-url=https://web.archive.org/web/20080401200753/http://www.bps.go.id/leaflet/leaflet-desember-07-ind.pdf |dead-url=unfit }}</ref><ref>{{cite news |
|||
|author = Ridwan Max Sijabat |
|||
|title = Unemployment still blighting the Indonesian landscape |
|||
|publisher = [[The Jakarta Post]] |
|||
|date = [[23 Maret]] [[2007]] |
|||
|url = http://www.thejakartapost.com/review/nat05.asp |
|||
|access-date = 2008-08-07 |
|||
|archive-date = 2007-05-01 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20070501081947/http://www.thejakartapost.com/review/nat05.asp |
|||
|dead-url = no |
|||
}}</ref> Perkiraan tahun 2006, sebanyak 17,8% masyarakat hidup di bawah [[garis kemiskinan]], dan terdapat 49,0% masyarakat yang hidup dengan penghasilan kurang dari AS$ 2 per hari.<ref>{{cite press release |
|||
|title = Making the New Indonesia Work for the Poor–Overview |
|||
|publisher = [[Bank Dunia]] |
|||
|year = 2006 |
|||
|accessdate = [[26 Desember]] 2006 |
|||
|url = http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/Publication/280016-1152870963030/2753486-1165385030085/Overview_standalone_en.pdf |
|||
|format = PDF |
|||
| = http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/Publication/280016-1152870963030/2753486-1165385030085/Overview_standalone_en.pdf |
|||
}} {{Cite web |url=http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/Publication/280016-1152870963030/2753486-1165385030085/Overview_standalone_en.pdf |title=Salinan arsip |access-date=2008-08-07 |archive-date=2008-08-17 |archive-url=https://web.archive.org/web/20080817013648/http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/Publication/280016-1152870963030/2753486-1165385030085/Overview_standalone_en.pdf |dead-url=unfit }}</ref> |
|||
[[Berkas:Bumbu dan Rempah - rempah.jpg|jmpl|[[Bumbu]] dan [[rempah-rempah]] yang umum dijumpai di Indonesia.]] |
|||
Indonesia mempunyai [[sumber daya alam]] yang besar di luar [[Jawa]], termasuk [[minyak mentah]], [[gas alam]], [[timah]], [[tembaga]], dan [[emas]]. Indonesia pengekspor gas alam terbesar kelima<ref>{{Cite web | url = http://www.iea.org/media/statistics/surveys/gas/natgas.pdf | title = Salinan arsip |access-date = 1 Maret 2016 | archive-date = 22 April 2016 | archive-url = https://web.archive.org/web/20160422094522/http://www.iea.org/media/statistics/surveys/gas/natgas.pdf | dead-url = no}}</ref> di dunia, meski akhir-akhir ini ia telah mulai menjadi pengimpor bersih [[minyak mentah]]. Hasil pertanian yang utama termasuk [[beras]], [[teh]], [[kopi]], [[rempah-rempah]], dan [[karet]].<ref>{{Cite web | title = Indonesia (IDN) Exports, Imports, and Trade Partners {{!}} OEC | url = https://oec.world/en/profile/country/idn | website = OEC - The Observatory of Economic Complexity | language = en | access-date = 19 Januari 2022 | archive-date = 2022-01-19 | archive-url = https://web.archive.org/web/20220119012002/https://oec.world/en/profile/country/idn | dead-url = no }}</ref> [[Zulkifli Hasan]], [[Menteri Perdagangan (Indonesia)|Menteri Perdagangan]], menyebutkan bahwa Peraturan Presiden №125/2022 berisi tentang cadangan pangan pemerintah yang menjadi prioritas dalam perekonomian negara.<ref name = "PR-31-OKT-">{{cite news | last1 = Astuti | first1 = Kismi Dwi | title = Kedelai Dunia Turun: Pemda Harus Bantu Subsidi | date = 31 Oktober 2022 | publisher = [[Pikiran Rakyat]] | pp = 5}}</ref> |
|||
[[Jasa|Sektor jasa]] adalah penyumbang terbesar PDB, yang mencapai 45,3% untuk PDB 2005. Sedangkan [[Industri|sektor industri]] menyumbang 40,7%, dan [[pertanian|sektor pertanian]] menyumbang 14,0%.<ref>{{cite web |
|||
Indonesia mempunyai [[sumber daya alam]] yang besar di luar [[Jawa]], termasuk [[minyak mentah]], [[gas alam]], [[timah]], [[tembaga]], dan [[emas]]. Indonesia pengekspor gas alam terbesar kedua di dunia, meski akhir-akhir ini ia telah mulai menjadi pengimpor bersih [[minyak mentah]]. Hasil pertanian yang utama termasuk [[beras]], [[teh]], [[kopi]], [[rempah-rempah]], dan [[karet]].<ref name='indoCIA'/> [[Jasa|Sektor jasa]] adalah penyumbang terbesar PDB, yang mencapai 45,3% untuk PDB 2005. Sedangkan [[Industri|sektor industri]] menyumbang 40,7%, dan [[pertanian|sektor pertanian]] menyumbang 14,0%.<ref>{{cite web |title=Official Statistics and its Development in Indonesia |work=Sub Committee on Statistics: First Session 18–20 February, 2004 |publisher=Economic and Social Commission for Asia & the Pacific |page=19 |format=PDF |url=http://www.unescap.org/stat/sos1/sos1_indonesia.pdf}}</ref> Meskipun demikian, sektor pertanian mempekerjakan lebih banyak orang daripada sektor-sektor lainnya, yaitu 44,3% dari 95 juta orang tenaga kerja. Sektor jasa mempekerjakan 36,9%, dan sisanya sektor industri sebesar 18,8%.<ref>{{cite web |title=Indonesia at a Glance |work=Indonesia Development Indicators and Data |publisher=[[Bank Dunia]] |date=2006-08-13 |url=http://devdata.worldbank.org/AAG/idn_aag.pdf|format=PDF}}</ref> |
|||
|title = Official Statistics and its Development in Indonesia |
|||
|work = Sub Committee on Statistics: First Session 18–20 February, 2004 |
|||
|publisher = Economic and Social Commission for Asia & the Pacific |
|||
|page = 19 |
|||
|format = PDF |
|||
|url = http://www.unescap.org/stat/sos1/sos1_indonesia.pdf |
|||
|access-date = 2008-08-07 |
|||
|archive-date = 2009-09-29 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20090929225211/http://www.unescap.org/stat/sos1/sos1_indonesia.pdf |
|||
|dead-url = no |
|||
}}</ref> Meskipun demikian, sektor pertanian mempekerjakan lebih banyak orang daripada sektor-sektor lainnya, yaitu 44,3% dari 95 juta orang tenaga kerja. Sektor jasa mempekerjakan 36,9%, dan sisanya sektor industri sebesar 18,8%.<ref>{{cite web |
|||
|title = Indonesia at a Glance |
|||
|work = Indonesia Development Indicators and Data |
|||
|publisher = [[Bank Dunia]] |
|||
|date = 2006-08-13 |
|||
|url = http://devdata.worldbank.org/AAG/idn_aag.pdf |
|||
|format = PDF |
|||
|access-date = 2008-08-07 |
|||
|archive-date = 2009-12-23 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20091223050110/http://devdata.worldbank.org/AAG/IDN_aag.pdf |
|||
|dead-url = yes |
|||
}}</ref> |
|||
Rekan perdagangan terbesar Indonesia adalah [[Jepang]], [[Amerika Serikat]], dan negara-negara jirannya yaitu [[Malaysia]], [[Singapura]] dan [[Australia]]. |
Rekan perdagangan terbesar Indonesia adalah [[Jepang]], [[Amerika Serikat]], dan negara-negara jirannya yaitu [[Malaysia]], [[Singapura]] dan [[Australia]]. |
||
Meski kaya akan sumber daya alam dan manusia, Indonesia masih menghadapi masalah besar dalam bidang kemiskinan yang sebagian besar disebabkan oleh [[korupsi]] yang merajalela dalam pemerintahan. Lembaga [[Transparency International]] menempatkan Indonesia sebagai peringkat ke-143 dari 180 negara dalam [[Indeks Persepsi Korupsi]], yang dikeluarkannya pada tahun 2007.<ref>{{cite web |
Meski kaya akan sumber daya alam dan manusia, Indonesia masih menghadapi masalah besar dalam bidang kemiskinan yang sebagian besar disebabkan oleh [[korupsi]] yang merajalela dalam pemerintahan. Lembaga [[Transparency International]] menempatkan Indonesia sebagai peringkat ke-143 dari 180 negara dalam [[Indeks Persepsi Korupsi]], yang dikeluarkannya pada tahun 2007.<ref>{{cite web |
||
|title = Indeks Persepsi Korupsi |
|||
|publisher = [[Transparency International]] |
|||
|year = 2007 |
|||
|url = http://www.transparency.org/policy_research/surveys_indices/cpi/2007 |
|||
|accessdate = 2007-09-28 |
|||
|archive-date = 2008-04-28 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20080428203145/http://www.transparency.org/policy_research/surveys_indices/cpi/2007 |
|||
<!-- referensi mengenai data-data perekonomian di bagian ini sedang ditambahkan. (Naval Scene) --> |
|||
|dead-url = no |
|||
}}</ref> |
|||
== Peringkat internasional == |
=== Peringkat internasional === |
||
{| |
{|class="wikitable" |
||
|- |
|- |
||
! Organisasi |
! Organisasi |
||
! Nama |
! Nama Survei |
||
! Peringkat |
! Peringkat |
||
|- |
|- |
||
| |
|[[Heritage Foundation]]/''[[The Wall Street Journal]]'' |
||
| |
|[[Index of Economic Freedom#Current ratings|Indeks Kebebasan Ekonomi]] |
||
|69 dari 180<ref>{{cite web |
|||
| 110 dari 157<ref>{{cite web | title = Index of Economic Freedom | publisher = ''The Heritage Foundation & The Wall Street Journal'' | url = http://www.heritage.org/research/features/index/countries.cfm | accessdate = 2008-06-31 }}</ref> |
|||
|title = Index of Economic Freedom |
|||
|publisher = ''The Heritage Foundation & The Wall Street Journal'' |
|||
|url = https://www.heritage.org/index/ranking/ |
|||
|accessdate = 2018-12-08 |
|||
|archive-date = 2018-12-08 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20181208063453/https://www.heritage.org/index/ranking |
|||
|dead-url = no |
|||
}}</ref> |
|||
|- |
|- |
||
| |
|''[[The Economist]]'' |
||
| |
|[[Indeks Kualitas Hidup]] |
||
| |
|71 dari 111<ref>{{cite web |
||
|title = The Economist Intelligence Unit’s Quality-of-Life Index |
|||
|publisher = ''The Economist'' |
|||
|url = http://www.economist.com/media/pdf/QUALITY_OF_LIFE.pdf |
|||
|format = PDF |
|||
|accessdate = 2007-09-12 |
|||
|archive-date = 2012-07-23 |
|||
|archive-url = https://www.webcitation.org/69MVHhwNd?url=http://www.economist.com/media/pdf/QUALITY_OF_LIFE.pdf |
|||
|dead-url = no |
|||
}}</ref> |
|||
|- |
|- |
||
| |
|[[Reporters Without Borders]] |
||
| |
|[[Reporters Without Borders#Worldwide press freedom index|Indeks Kebebasan Pers]] |
||
| |
|103 dari 168<ref>{{cite web |
||
|title = Worldwide Press Freedom Index 2006 |
|||
|publisher = ''Reporters Without Borders'' |
|||
|url = http://www.rsf.org/IMG/pdf/cm2006.pdf |
|||
|format = PDF |
|||
|accessdate = 2008-06-31 |
|||
|archive-date = 2008-06-24 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20080624205256/http://www.rsf.org/IMG/pdf/cm2006.pdf |
|||
|dead-url = no |
|||
}}</ref> |
|||
|- |
|- |
||
| |
|[[Transparency International]] |
||
| |
|[[Indeks Persepsi Korupsi]] |
||
|98 dari 180<ref>{{cite web |
|||
| 143 dari 179<ref>{{cite web | title = cpi 2007 table | publisher = ''Transparency International'' | date = 2008-02-13 | url = http://www.transparency.org/news_room/in_focus/2007/cpi2007/cpi_2007_table | accessdate = 2008-06-31 }}</ref> |
|||
|title = cpi 2017 table |
|||
|publisher = ''Transparency International'' |
|||
|date = 2018-02-21 |
|||
|url = https://www.transparency.org/news/feature/corruption_perceptions_index_2017#table |
|||
|accessdate = 2008-06-31 |
|||
|archive-date = 2019-12-23 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20191223213054/https://www.transparency.org/news/feature/corruption_perceptions_index_2017#table |
|||
|dead-url = no |
|||
}}</ref> |
|||
|- |
|- |
||
| |
|[[United Nations Development Programme]] |
||
| |
|[[Daftar negara menurut Indeks Pembangunan Manusia|Indeks Pembangunan Manusia]] |
||
|111 dari 189<ref name="profil-hdr-id">{{cite web |
|||
| 108 dari 177<ref>{{cite web | title = Human Development Reports: Indonesia | publisher = ''United Nations Development Programme'' | url = http://hdrstats.undp.org/countries/country_fact_sheets/cty_fs_IDN.html | accessdate = 2008-06-31 }}</ref> |
|||
|title = Human Development Reports: Indonesia |
|||
|publisher = ''United Nations Development Programme'' |
|||
|url = http://hdr.undp.org/en/countries/profiles/IDN |
|||
|accessdate = 2019-12-09 |
|||
|archive-date = 2019-07-01 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20190701144849/http://hdr.undp.org/en/countries/profiles/IDN |
|||
|dead-url = no |
|||
}}</ref> |
|||
|- |
|- |
||
| |
|[[Forum Ekonomi Dunia]] |
||
| |
|[[Laporan Daya Saing Global]] |
||
|45 dari 140<ref>{{cite web |
|||
| 51 dari 122<ref>{{cite web | title = Global Competitiveness Index rankings and 2006–2007 comparisons | publisher = ''World Economic Forum'' | url = http://www.weforum.org/pdf/Global_Competitiveness_Reports/Reports/gcr_2007/gcr2007_rankings.pdf | format = PDF | accessdate = 2008-06-31 }}</ref> |
|||
|title = Global Competitiveness Index rankings 2018 |
|||
|publisher = ''World Economic Forum'' |
|||
|url = http://reports.weforum.org/global-competitiveness-report-2018/competitiveness-rankings/ |
|||
|format = PDF |
|||
|accessdate = 2018-12-08 |
|||
|archive-date = 2018-12-08 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20181208123549/http://reports.weforum.org/global-competitiveness-report-2018/competitiveness-rankings/ |
|||
|dead-url = no |
|||
}}</ref> |
|||
|- |
|||
|[[Central Connecticut State University]] |
|||
|[[Media baca|Peringkat Literasi Membaca]] |
|||
|60 dari 61<ref>{{cite web |
|||
|title = Most Literred Nation in the World 2016 |
|||
|publisher = ''Central Connecticut State University'' |
|||
|url = http://www.ccsu.edu/wmln/ |
|||
|format = PDF |
|||
|accessdate = 2016-01-29 |
|||
|archive-date = 2016-03-11 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20160311111735/http://www.ccsu.edu/wmln/ |
|||
|dead-url = no |
|||
}}</ref> |
|||
|} |
|} |
||
== Transportasi Di Indonesia == |
|||
== Demografi == |
|||
{{main|Demografi Indonesia}} |
|||
[[Berkas:Kepadatan 2010.JPG|thumb|250px|Kepadatan penduduk Indonesia menurut Sensus 2010]] |
|||
Menurut sensus penduduk 2000, Indonesia memiliki populasi sekitar 206 juta,<ref name='bps2000'>{{cite press release |title=2000 Population Statistics |publisher=Indonesian Central Statistics Bureau |date=[[30 Juni]] [[2000]] |url=http://www.bps.go.id/sector/population/pop2000.htm |accessdate=[[5 Oktober]] [[2006]]}}</ref> dan diperkirakan pada tahun 2006 berpenduduk 222 juta.<ref name="autogenerated1">{{cite press release |publisher=Indonesian Central Statistics Bureau |title=Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 2005–2006 |date=[[1 September]] [[2006]] |url=http://www.bps.go.id/releases/files/kemiskinan-01sep06.pdf|format=PDF |language=[[Bahasa Indonesia]] |accessdate=[[26 September]] [[2006]]}}</ref> 130 juta (lebih dari 50%) tinggal di [[Pulau Jawa]] yang merupakan pulau berpenduduk terbanyak sekaligus pulau dimana ibukota [[Jakarta]] berada.<ref>{{cite web |last=Calder |first=Joshua |title=Most Populous Islands |publisher=World Island Information |date=2006-05-03 |url=http://www.worldislandinfo.com/POPULATV2.htm |accessdate=2006-09-26}}</ref> Sebagian besar (95%) penduduk Indonesia adalah [[Austronesia#Asal usul bangsa Austronesia|Bangsa Austronesia]], dan terdapat juga kelompok-kelompok suku [[Melanesia]], [[Polinesia]], dan [[Mikronesia]] terutama di Indonesia bagian Timur. Banyak penduduk Indonesia yang menyatakan dirinya sebagai bagian dari kelompok suku yang lebih spesifik, yang dibagi menurut bahasa dan asal daerah, misalnya [[suku Jawa|Jawa]], [[Suku Sunda|Sunda]], [[Suku Madura|Madura]], [[Suku Batak|Batak]], dan [[Suku Minangkabau|Minangkabau]]. |
|||
Transportasi di Indonesia |
|||
Selain itu juga ada penduduk pendatang yang jumlahnya minoritas di antaranya adalah etnis [[Tionghoa]], [[India]], dan [[Bangsa Arab|Arab]]. Mereka sudah lama datang ke Nusantara melalui perdagangan sejak abad ke 8 M dan menetap menjadi bagian dari Nusantara. Di Indonesia terdapat sekitar 4 juta populasi etnis Tionghoa.<ref name="eiu">{{cite paper |title=Country Profile 2008: Indonesia |pages= |publisher=[http://en.wiki-indonesia.club/wiki/Economist_Intelligence_Unit Economist Intelligence Unit] |date=[[16 Mei]] [[2008]] | doi= |url=http://portal.eiu.com/report_dl.asp?issue_id=1973383782&mode=pdf |format=pdf |id= |accessdate=[[31 Juli]] [[2008]] }}</ref> Angka ini berbeda-beda karena hanya pada tahun 1930 dan 2000 pemerintah melakukan sensus dengan menggolong-golongkan masyarakat Indonesia ke dalam suku bangsa dan keturunannya. |
|||
Transportasi di Indonesia mencakup berbagai moda yang menghubungkan pulau-pulau di seluruh kepulauan ini. Sistem transportasi di Indonesia berkembang pesat untuk memenuhi kebutuhan mobilitas penduduk yang terus meningkat. Artikel ini akan membahas secara komprehensif mengenai transportasi darat, laut, dan udara yang ada di Indonesia, mencakup berbagai moda seperti kereta api, bus, kapal feri, dan pesawat udara. |
|||
[[Islam]] adalah [[agama]] mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 85,2% penduduk Indonesia, yang menjadikan Indonesia negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia.<ref name='indoCIA'>{{cite web|url=https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/id.html|title=Indonesia - The World Factbook}}</ref> Sisanya beragama [[Protestan]] (8,9%), [[Katolik]] (3%), [[Hindu]] (1,8%), [[Buddha]] (0,8%), dan lain-lain (0,3%). Selain agama-agama tersebut, pemerintah Indonesia juga secara resmi mengakui [[Agama Konghucu|Konghucu]].<ref name="Yang">{{cite journal |last=Yang |first=Heriyanto |title=The History and Legal Position of Confucianism in Post Independence Indonesia |journal=Religion |volume=10 |issue=1 |pages=8 |month=August |year=2005 |url=http://web.uni-marburg.de/religionswissenschaft/journal/mjr/pdf/2005/yang2005.pdf |format=PDF|accessdate= 2006-10-02}}</ref> |
|||
==== Transportasi Darat ==== |
|||
Kebanyakan penduduk Indonesia bertutur dalam [[bahasa daerah]] sebagai [[bahasa ibu]], namun [[bahasa resmi]] negara, yaitu [[bahasa Indonesia]], diajarkan di seluruh sekolah-sekolah di negara ini dan dikuasai oleh hampir seluruh penduduk Indonesia. |
|||
* Kereta Api Indonesia |
|||
Kereta api adalah salah satu moda transportasi darat utama di Indonesia, yang dioperasikan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero). Sistem perkeretaapian di Indonesia terutama terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Sumatra, dengan jaringan yang menghubungkan kota-kota besar serta daerah-daerah di sekitarnya. Kereta api memainkan peran penting dalam pengangkutan penumpang dan barang di sepanjang jalur yang ada. |
|||
* KRL Commuter Line |
|||
KRL Commuter Line adalah sistem kereta rel listrik yang beroperasi di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) dan di Solo-Jogja. KRL Commuter Line Jabodetabek adalah tulang punggung transportasi massal di kawasan megapolitan ini, mengangkut jutaan penumpang setiap harinya. Sistem ini terus diperluas untuk mencakup lebih banyak rute dan stasiun. Selain itu, KRL Solo-Jogja juga melayani rute commuter di wilayah tersebut, mempermudah akses antara dua kota budaya penting ini. |
|||
* MRT Jakarta |
|||
Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta adalah sistem angkutan cepat pertama di Indonesia, yang beroperasi di Jakarta sejak 2019. Tahap pertama rute MRT Jakarta menghubungkan Lebak Bulus di Jakarta Selatan dengan Bundaran HI di pusat kota. Proyek ini bertujuan untuk mengurangi kemacetan di ibu kota dengan menyediakan alternatif transportasi yang cepat, aman, dan nyaman. Rencana pengembangan lebih lanjut akan memperluas jaringan MRT hingga mencakup area yang lebih luas di Jakarta dan sekitarnya. |
|||
* LRT Jakarta |
|||
Light Rail Transit (LRT) Jakarta adalah sistem angkutan ringan yang saat ini beroperasi di sebagian wilayah Jakarta. Rute LRT Jakarta melayani koridor Kelapa Gading-Velodrome, yang merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan layanan transportasi publik di ibu kota. LRT ini dirancang untuk mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi dan mengurangi kemacetan lalu lintas di jalan-jalan utama Jakarta. |
|||
* LRT Jabodebek |
|||
LRT Jabodebek adalah proyek kereta ringan yang dirancang untuk melayani kawasan Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek). Proyek ini dimaksudkan untuk menyediakan alternatif transportasi massal yang efisien dan ramah lingkungan bagi masyarakat di wilayah metropolitan Jakarta yang lebih luas. LRT Jabodebek diharapkan dapat terintegrasi dengan moda transportasi lain, seperti KRL dan MRT, untuk membentuk jaringan transportasi yang terintegrasi. |
|||
* LRT Palembang |
|||
LRT Palembang adalah sistem LRT pertama di luar Jakarta, yang diresmikan pada tahun 2018 untuk mendukung Asian Games yang diselenggarakan di kota tersebut. LRT Palembang menghubungkan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II dengan kawasan olahraga Jakabaring, menyediakan akses transportasi yang cepat dan nyaman bagi penumpang. |
|||
* Bus AKAP |
|||
Bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) adalah moda transportasi darat yang menghubungkan berbagai kota dan provinsi di Indonesia. Bus AKAP sangat penting dalam menyediakan mobilitas bagi masyarakat yang melakukan perjalanan jarak jauh di berbagai pulau, terutama di Jawa, Sumatra, Bali , Kalimantan, dan Sulawesi. Sistem bus AKAP terus berkembang dengan penambahan rute dan modernisasi armada untuk meningkatkan kenyamanan dan keselamatan penumpang. Sistem Bus AKAP Tersebut Dioperasikan Melalui Jaringan Jaringan Terminal Di Kota Kota Besar Seperti Terminal Pulo Gebang Di [[Jakarta]] , Terminal Tirtonadi Di [[Solo]] , Terminal Bungurasih Di [[Surabaya]] Dan Terakhir Terminal Amplas Di [[Medan]] |
|||
* Jalan Tol |
|||
Jalan tol merupakan bagian integral dari infrastruktur transportasi di Indonesia. Jalan tol yang menghubungkan berbagai kota besar di Pulau Jawa, Sumatra, dan beberapa pulau lainnya telah mempercepat waktu perjalanan dan meningkatkan efisiensi logistik. Proyek jalan tol trans-Jawa dan trans-Sumatra adalah dua proyek besar yang telah dan sedang dilakukan untuk menghubungkan seluruh bagian pulau tersebut dari ujung ke ujung. |
|||
* Jalan Nasional |
|||
Jalan nasional adalah jaringan jalan utama yang menghubungkan berbagai daerah di Indonesia. Jalan ini menjadi tulang punggung bagi transportasi darat, baik untuk pengangkutan barang maupun penumpang. Jalan nasional memainkan peran penting dalam mendukung perekonomian negara, terutama dalam hal distribusi barang dan jasa antar wilayah. |
|||
* Kereta Cepat Whoosh Jakarta-Bandung |
|||
Kereta Cepat Whoosh adalah proyek kereta cepat pertama di Indonesia yang menghubungkan [[Jakarta]] dan [[Bandung]] . Dengan kecepatan hingga 350 km/jam, kereta ini mampu mempersingkat waktu perjalanan antara kedua kota menjadi sekitar 40 menit. Proyek ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan infrastruktur transportasi di Indonesia, dengan rencana perpanjangan jalur hingga Surabaya di masa mendatang. |
|||
==== Transportasi Laut ==== |
|||
* Kapal Feri dan Kapal Penumpang Lainnya |
|||
Indonesia, sebagai negara kepulauan, sangat bergantung pada transportasi laut untuk menghubungkan berbagai pulau. Kapal feri dan kapal penumpang lainnya memainkan peran penting dalam transportasi antar pulau di seluruh nusantara , baik untuk penumpang maupun barang. Selain itu, kapal-kapal ini juga melayani rute internasional yang menghubungkan Indonesia dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, hingga ke negara-negara lain di dunia. |
|||
==== Transportasi Udara ==== |
|||
* Pesawat |
|||
Pesawat terbang adalah moda transportasi yang sangat vital di Indonesia, terutama mengingat luasnya wilayah negara ini yang terdiri dari ribuan pulau. Transportasi udara memungkinkan perjalanan antar pulau yang cepat dan efisien. Sistem penerbangan domestik di Indonesia sangat luas, dengan banyak maskapai penerbangan yang melayani rute-rute di seluruh penjuru tanah air. |
|||
* Maskapai Garuda Indonesia |
|||
[[Garuda Indonesia]] adalah maskapai nasional Indonesia dan salah satu yang tertua di Asia. Garuda Indonesia melayani rute domestik dan internasional, dan telah menerima berbagai penghargaan atas layanan dan keselamatannya. Maskapai ini merupakan ikon transportasi udara Indonesia dan memainkan peran penting dalam menghubungkan Indonesia dengan dunia internasional. |
|||
* Bandara |
|||
Indonesia memiliki banyak bandara internasional dan domestik yang tersebar di seluruh kepulauan. Bandara-bandara ini merupakan gerbang utama bagi transportasi udara, melayani jutaan penumpang setiap tahunnya. Beberapa bandara terbesar dan tersibuk di Indonesia termasuk [[Bandara Internasional Soekarno-Hatta]] di [[Jakarta]] , [[Bandara Internasional Ngurah Rai]] di [[Bali]] , dan [[Bandara Internasional Juanda]] di [[Surabaya]] . Infrastruktur bandara terus ditingkatkan untuk menangani peningkatan jumlah penumpang dan volume kargo yang terus berkembang. |
|||
Transportasi di Indonesia terus berkembang seiring dengan kebutuhan mobilitas penduduk yang meningkat dan upaya pemerintah untuk meningkatkan infrastruktur transportasi nasional. Berbagai proyek besar seperti pembangunan jalan tol, pengembangan moda transportasi massal seperti MRT, LRT, dan kereta cepat, serta modernisasi pelabuhan dan bandara adalah bagian dari upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan konektivitas antar daerah di Indonesia. |
|||
== Demografi == |
|||
=== Kependudukan === |
|||
{{utama|Demografi Indonesia}}[[Berkas:Indonesia provinces population density 2015.svg|al=|jmpl|Provinsi-provinsi Indonesia menurut kepadatan penduduk di tahun 2015 (per kilometer persegi) |
|||
{| border="0" cellspacing="0" cellpadding="1" style="background:transparent" |
|||
|{{Legend|#802000|10.001 ke atas}}{{Legend|#BF3000|1.001 ke 10.000}}{{Legend|#FF4000|101 ke 1.000}}{{Legend|#FF6633|11 ke 100}}{{Legend|#FF9999|1 ke 10}} |
|||
|} |
|||
|350x350px]] |
|||
Menurut [[Sensus Penduduk Indonesia 2020|sensus 2020]], jumlah [[Orang Indonesia|penduduk Indonesia]] yaitu 270,20 juta jiwa, yang menjadikannya [[Daftar negara menurut jumlah penduduk|negara berpenduduk terbanyak]] keempat di dunia,<ref>{{Cite web|date=|title=Countries in the world by population (2021)|url=https://www.worldometers.info/world-population/population-by-country/|website=World-O-Meter|access-date=7 Agustus 2021|archive-date=2014-05-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20140526140056/https://www.worldometers.info/world-population/population-by-country/|dead-url=no}}</ref> dengan kepadatan penduduk sebanyak 141 jiwa per km<sup>2</sup> dan rerata laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,25%.<ref>{{citation|last=Badan Pusat Statistik|date=21 Januari 2021|title=Hasil Sensus Penduduk 2020|url=https://www.bps.go.id/website/materi_ind/materiBrsInd-20210121151046.pdf|location=Jakarta|publisher=Badan Pusat Statistik|archive-date=22 Januari 2021|archive-url=https://web.archive.org/web/20210122154418/https://www.bps.go.id/website/materi_ind/materiBrsInd-20210121151046.pdf}}</ref> Sebanyak 56,1% penduduk (151,59 juta jiwa) tinggal di [[Pulau Jawa]] yang merupakan pulau berpenduduk terbanyak di dunia.<ref>{{Cite web|last=Migiro|first=Geoffrey|date=6 Mei 2019|title=Most Populated Islands in the World|url=https://www.worldatlas.com/articles/most-populated-islands-in-the-world.html|website=World Atlas|language=en-US|access-date=20 April 2021|archive-date=2021-08-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20210813012226/https://www.worldatlas.com/articles/most-populated-islands-in-the-world.html|dead-url=no}}</ref> Pada tahun 1961, sensus pertama setelah Indonesia merdeka mencatat 97 juta penduduk.<ref>{{Cite book|last=Badan Pusat Statistik|date=1962|url=https://www.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=YmEwMzE5MzcyYmY0NzY3NjQ1MTYwYThj&xzmn=aHR0cHM6Ly93d3cuYnBzLmdvLmlkL3B1YmxpY2F0aW9uLzE5NjIvMDYvMDYvYmEwMzE5MzcyYmY0NzY3NjQ1MTYwYThjL3NlbnN1cy1wZW5kdWR1ay0xOTYxLXJlcHVibGlrLWluZG9uZXNpYS5odG1s&twoadfnoarfeauf=MjAyMS0wNy0xOSAxODowMDozNg%3D%3D|title=Sensus Penduduk 1961 Republik Indonesia|location=Jakarta|publisher=Biro Pusat Statistik|url-status=live|access-date=2021-08-08|archive-date=2021-07-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20210719114927/https://www.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=YmEwMzE5MzcyYmY0NzY3NjQ1MTYwYThj&xzmn=aHR0cHM6Ly93d3cuYnBzLmdvLmlkL3B1YmxpY2F0aW9uLzE5NjIvMDYvMDYvYmEwMzE5MzcyYmY0NzY3NjQ1MTYwYThjL3NlbnN1cy1wZW5kdWR1ay0xOTYxLXJlcHVibGlrLWluZG9uZXNpYS5odG1s&twoadfnoarfeauf=MjAyMS0wNy0xOSAxODowMDozNg%3D%3D|dead-url=no}}</ref> Populasi diperkirakan mungkin tumbuh menjadi sekitar 295 juta pada tahun 2030 dan 321 juta pada tahun 2050.<ref>{{cite web|date=21 Juni 2017|title=World Population Prospect: 2017 Revision|url=https://esa.un.org/unpd/wpp/Publications/Files/WPP2017_DataBooklet.pdf|publisher=United Nations Department of Economics and Social Affairs–Population Division|archive-url=https://web.archive.org/web/20171220083223/https://esa.un.org/unpd/wpp/Publications/Files/WPP2017_DataBooklet.pdf|archive-date=20 Desember 2017|access-date=20 Desember 2017}}</ref> Indonesia diperkirakan memiliki usia median 31,1 tahun,<ref>{{Cite web|title=Indonesia - The World Factbook|url=https://www.cia.gov/the-world-factbook/countries/indonesia/|website=CIA|access-date=8 Agustus 2021|archive-date=2021-04-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20210413004319/https://www.cia.gov/the-world-factbook/countries/indonesia|dead-url=no}}</ref> dan mulai mengalami bonus demografi, yaitu masa ketika jumlah penduduk usia produktif jauh melebihi penduduk usia nonproduktif.<ref>{{Cite journal|last=Maryati|first=Sri|date=2015|title=Dinamika Pengangguran Terdidik: Tantangan Menuju Bonus Demografi di Indonesia|url=http://ejournal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/index.php/economica/article/view/249/641|journal=economica|volume=3|issue=2|pages=124–136|doi=10.22202/economica.2015.v3.i2.249|access-date=2021-08-08|archive-date=2021-08-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20210808032848/http://ejournal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/index.php/economica/article/view/249/641|dead-url=no}}</ref> |
|||
Sebaran penduduk Indonesia tidak merata, dengan [[Daftar provinsi di Indonesia menurut IPM|tingkat perkembangan]] yang bervariasi, mulai dari [[megakota]] Jakarta hingga [[Suku terpencil|suku-suku tak terjamah]] di Papua.<ref>{{cite web|date=25 Januari 2007|title=BBC: First contact with isolated tribes?|url=http://www.survivalinternational.org/news/2191|publisher=Survival International|archive-url=https://web.archive.org/web/20170730073348/http://www.survivalinternational.org/news/2191|archive-date=30 Juli 2017|access-date=30 Juli 2017|url-status=live}}</ref> Pada 2017, sekitar 54,7% populasi tinggal di [[kawasan perkotaan]].<ref>{{cite web|date=2017|title=Share of people living in urban areas, 2017|url=https://ourworldindata.org/grapher/share-of-population-urban|publisher=Our World in Data|access-date=5 September 2020|archive-date=2021-08-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20210812214024/https://ourworldindata.org/grapher/share-of-population-urban|dead-url=no}}</ref> Sekitar 8 juta [[Orang Indonesia perantauan|orang Indonesia tinggal di luar negeri]]; sebagian besar dari mereka menetap di Malaysia, Belanda, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Hong Kong, Singapura, Amerika Serikat, dan Australia.<ref>{{cite web|author=Krisetya, Beltsazar|date=14 September 2016|title=Tapping the Indonesian Diaspora Potential|url=https://fois.or.id/tapping-the-indonesian-diaspora-potential-97baef4e98ba?gi=fa637167c9c7|publisher=Forum for International Studies|archive-url=https://web.archive.org/web/20171220084622/https://fois.or.id/tapping-the-indonesian-diaspora-potential-97baef4e98ba?gi=fa637167c9c7|archive-date=20 Desember 2017|access-date=20 Desember 2017|url-status=dead}}</ref> |
|||
Secara legal, status kewarganegaraan diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006. [[Warga Negara Indonesia]] (WNI) diberikan kartu identitas berupa [[Kartu Tanda Penduduk]] (KTP) yang mendaftarkan seseorang di suatu wilayah administratif tertentu. Status kewarganegaraan Indonesia dapat diperoleh malalui kelahiran, adopsi, perkawinan, atau [[Naturalisasi|pewarganegaraan]].<ref>{{cite web|last1=Harijanti|first1=Susi Dwi|date=Februari 2017|title=Report On Citizenship Law: Indonesia|url=https://cadmus.eui.eu/bitstream/handle/1814/45372/GLOBALCIT_CR_2017_04.pdf|website=|publisher=[[European University Institute]]|location=[[Badia Fiesolana]]|archive-url=https://web.archive.org/web/20201115134311/https://cadmus.eui.eu/bitstream/handle/1814/45372/GLOBALCIT_CR_2017_04.pdf|archive-date=15 November 2020|access-date=11 Mei 2021}}</ref> |
|||
{{kota besar di Indonesia|image=Jakarta Skyline (Resize).jpg}} |
{{kota besar di Indonesia|image=Jakarta Skyline (Resize).jpg}} |
||
== |
=== Suku bangsa === |
||
{{main| |
{{main|Suku bangsa di Indonesia}} |
||
[[Berkas:Indonesia Ethnic Groups Map id.svg|jmpl|Peta suku bangsa di Indonesia|500x500px]] |
|||
Indonesia merupakan negara yang kaya akan [[kelompok etnik]], dengan sekitar 1.340 suku bangsa.{{sfn|Na'im|Syaputra|2010|p=6}} Sebagian besar penduduk Indonesia merupakan keturunan [[Austronesia#Asal usul bangsa Austronesia|Bangsa Austronesia]],<ref>{{cite book|last=Tanudirjo|first=Daud Aris|date=2017|url=https://www.google.co.id/books/edition/Jejak_Austronesia_Di_Indonesia/xSSjDwAAQBAJ|title=Jejak Austronesia di Indonesia|location=Yogyakarta|publisher=Gadjah Mada University Press|isbn=978-602-386-158-3|editor-last=Harry|editor-first=Widianto|pages=11–12|chapter=Mempertanyakan Austronesia, Meneguhkan Identitas Indonesia|url-status=live|access-date=2021-08-07|archive-date=2023-01-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20230120071717/https://www.google.co.id/books/edition/Jejak_Austronesia_Di_Indonesia/xSSjDwAAQBAJ|dead-url=no}}</ref> dan terdapat juga kelompok-kelompok suku [[Melanesia]], serta kemungkinan [[Polinesia]] dan [[Mikronesia]], terutama di Indonesia bagian timur.<ref>{{Cite book|last=Ridgell|first=Reilly|date=1995|url=https://books.google.co.id/books?id=p3liL6fAjrcC|title=Pacific Nations and Territories: The Islands of Micronesia, Melanesia, and Polynesia|location=Honolulu, Hawaii|publisher=Bess Press|isbn=1-57306-001-1|edition=3, edisi revisi|pages=22–25|others=Pacific Region Educational Laboratory|oclc=33941689|url-status=live|access-date=2021-08-07|archive-date=2023-01-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20230120071722/https://books.google.co.id/books?id=p3liL6fAjrcC|dead-url=no}}</ref> Kelompok suku menurut bahasa dan asal daerah, misalnya [[Suku Melayu]], [[Orang Minangkabau|Minangkabau]], [[Suku Jawa|Jawa]], [[Suku Sunda|Sunda]], [[Suku Batak|Batak]], [[Suku Madura|Madura]], dan lainnya.<ref>{{Cite book|last=Ananta|first=Aris|last2=Arifin|first2=Evi Nurvidya|last3=Hasbullah|first3=M. Sairi|last4=Handayani|first4=Nur Budi|last5=Pramono|first5=Agus|date=2015|url=https://www.google.co.id/books/edition/Demography_of_Indonesia_s_Ethnicity/Nh1qDwAAQBAJ|title=Demography of Indonesia's Ethnicity.|location=SG|publisher=Institute of Southeast Asian Studies|isbn=978-981-4519-88-5|oclc=1011165696|url-status=live|access-date=2021-08-07|archive-date=2023-01-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20230120071717/https://www.google.co.id/books/edition/Demography_of_Indonesia_s_Ethnicity/Nh1qDwAAQBAJ|dead-url=no}}</ref> Menurut [[Sensus Penduduk Indonesia 2010|sensus 2010]], sekitar 40-42% penduduk merupakan suku Jawa yang menghuni hampir seluruh wilayah Indonesia sebagai akibat program [[transmigrasi]].{{sfn|Na'im|Syaputra|2010|p=5}} Meskipun demikian, rasa kebangsaan Indonesia dipegang oleh warga negara Indonesia bersama dengan identitas regional yang kuat.{{sfn|Ricklefs|1991|p=256}} |
|||
Istilah [[Pribumi-Nusantara|bumiputra dan pribumi]] pernah digunakan untuk menyebut kelompok orang yang berbagi warisan sosial budaya yang sama dan dianggap sebagai penduduk asli Indonesia.<ref>{{Cite book|last=La Ode|first=M.D.|date=2018|url=https://www.worldcat.org/oclc/1091891011|title=Trilogi pribumisme: resolusi konflik pribumi dengan non pribumi di berbagai belahan dunia|location=Jakarta|publisher=Komunitas Ilmu Pertahanan Indonesia|isbn=978-602-52288-0-3|edition=|oclc=1091891011|url-status=live}}</ref> Pada tahun 1998, Presiden B.J. Habibie menginstruksikan untuk menghentikan penggunaan istilah pribumi dan nonpribumi dalam kehidupan bernegara.<ref>{{Cite web|last=Pemerintah indonesia|date=1998|title=Instruksi Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Menghentikan Penggunaan Istilah Pribumi dan Non Pribumi|url=https://www.bphn.go.id/data/documents/98ip026.pdf|website=Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kemenkumham|access-date=|archive-date=2022-01-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20220106021958/https://www.bphn.go.id/data/documents/98ip026.pdf|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite web|date=17 Oktober 2017|title=Dasar Hukum yang Melarang Penggunaan Istilah “Pribumi”|url=http://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt59e581d832a82/dasar-hukum-yang-melarang-penggunaan-istilah-pribumi|website=Hukum Online|access-date=8 Agustus 2021|archive-date=2021-08-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20210808052557/http://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt59e581d832a82/dasar-hukum-yang-melarang-penggunaan-istilah-pribumi|dead-url=no}}</ref> Sejumlah etnis Asia daratan, seperti etnis [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]], [[Arab-Indonesia|Arab]], dan [[India-Indonesia|India]], sudah lama datang ke Nusantara dan kemudian menetap dan [[Asimilasi (sosial)|berasimilasi]] menjadi bagian dari Nusantara. Sensus 2010 mencatat ada sekitar 5 juta WNI yang dikelompokkan sebagai etnis Tionghoa yang tersebar merata di hampir seluruh wilayah di Indonesia (terutama perkotaan) dan 3 juta jiwa dikelompokkan sebagai etnis Arab yang khususnya berada di Pulau Jawa, Sumatera, sebagian Kalimantan, dan sebagian Sulawesi. Sedangkan untuk orang keturunan India populasinya hanya sekitar ratusan ribu saja yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia seperti Medan, Jakarta, Pekanbaru, dan Banda Aceh. Beberapa tempat khususnya di Kota Medan, terdapat wilayah dengan orang etnis/keturunan India yang cukup signifikan yakni di ''Little India'' dan Kampung Madhras. {{sfn|Na'im|Syaputra|2010|p=28}} |
|||
=== Bahasa === |
|||
{{utama|Daftar bahasa di Indonesia}} |
|||
[[Berkas:Gedung utama Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Rawamangun.jpg|jmpl|Gedung [[Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa]], lembaga yang menjadi pusat perbendaharaan bahasa-bahasa di Indonesia. Lembaga penyusun [[Kamus Besar Bahasa Indonesia]], kamus ekabahasa bahasa Indonesia resmi.|250x250px]] |
|||
Indonesia memiliki lebih dari 700 [[bahasa daerah]],<ref>{{Cite web|title=Bahasa Daerah Di Indonesia|url=https://dapobas.kemdikbud.go.id/homecat.php?show=url%2Fpetabahasa&cat=6|website=Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa|access-date=8 Agustus 2021|archive-date=2021-08-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20210804135428/https://dapobas.kemdikbud.go.id/homecat.php?show=url%2Fpetabahasa&cat=6|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite web|title=Asian Linguistic Maps: Indonesia & Brunei|url=http://www.muturzikin.com/cartesasiesudest/8.htm|archive-url=https://web.archive.org/web/20151230113311/http://www.muturzikin.com/cartesasiesudest/8.htm|archive-date=30 Desember 2015|access-date=23 Desember 2012}}</ref> yang secara umum dipertuturkan oleh mayoritas penduduk Indonesia sebagai [[bahasa ibu]] dan bahasa sehari-hari.{{sfn|Na'im|Syaputra|2010|p=11}} Sebagian besar bahasa daerah tersebut termasuk dalam [[rumpun bahasa Austronesia]], dan di samping itu, ada lebih dari 270 [[Kelompok bahasa Papua|bahasa Papua]] yang digunakan di Indonesia bagian timur.<ref>{{cite web|last1=Simons|first1=Gary F.|last2=Fennig|first2=Charles D.|title=Ethnologue: Languages of the World, Twenty-first edition|url=https://www.ethnologue.com/country/ID/languages|publisher=SIL International|archive-url=https://web.archive.org/web/20190626224541/https://www.ethnologue.com/country/ID/languages|archive-date=26 Juni 2019|access-date=20 September 2018}}</ref> Menurut jumlah penuturnya, bahasa daerah yang paling banyak digunakan sehari-hari secara berturut-turut adalah {{bhs|Melayu}}, {{bhs|Jawa}}, {{bhs|Sunda}}, {{bhs|Madura}}, {{bhs|Batak}}, {{bhs|Minangkabau}}, {{bhs|Bugis}}, {{bhs|Betawi}}, dan [[Bahasa Banjar|Banjar]].{{sfn|Na'im|Syaputra|2010|p=47}} |
|||
[[Bahasa resmi]] negara ini adalah [[bahasa Indonesia]], yang merupakan salah satu dari banyak [[Varietas bahasa|varietas]] [[bahasa Melayu]].<ref>{{cite book|last=Kridalaksana|first=H.|date=1991|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/2263/1/Masa%20Lampau%20Bahasa%20Indonesia.%20Sebuah%20bunga%20Rampai%20%281991%29.pdf|title=Masa Lampau bahasa Indonesia: Sebuah Bunga Rampai|location=Yogyakarta|publisher=Kanisius|isbn=979-413-476-7|editor-last=Kridalaksana|editor-first=H.|chapter=Pengantar tentang Pendekatan Historis dalam Kajian Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia|access-date=2021-08-08|archive-date=2021-08-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20210808081200/http://repositori.kemdikbud.go.id/2263/1/Masa%20Lampau%20Bahasa%20Indonesia.%20Sebuah%20bunga%20Rampai%20(1991).pdf|dead-url=no}}</ref> Bahasa Indonesia diajukan sebagai bahasa persatuan sejak masa pergerakan kemerdekaan Indonesia melalui [[Sumpah Pemuda]] dan ditetapkan oleh [[Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945|konstitusi]] pada 1945.{{sfn|UUD 1945|loc=Pasal 36}} Campur tangan negara terhadap bahasa nasional diselenggarakan melalui [[Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa]] di bawah [[Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia]].<ref>{{Cite web|title=Tugas dan Fungsi|url=http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/tugas_dan_fungsi|website=Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa|archive-url=https://web.archive.org/web/20200731200511/http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/tugas_dan_fungsi|archive-date=31 Juli 2020|dead-url=no|access-date=9 Agustus 2021}}</ref> |
|||
Beberapa [[bahasa asing]] diajarkan dalam pendidikan formal. [[Bahasa Inggris]] sebagai bahasa internasional telah diperkenalkan kepada para pelajar mulai jenjang pendidikan dasar.<ref>{{Cite journal|last=Jazuly|first=Ahmad|date=2016|title=Peran Bahasa Inggris pada Anak Usia Dini|url=http://jurnal.makmalpendidikan.net/index.php/JPD/article/view/89|journal=Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa|volume=6|issue=1|pages=33–40|access-date=2021-08-08|archive-date=2021-08-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20210808205755/http://jurnal.makmalpendidikan.net/index.php/JPD/article/view/89|dead-url=no}}</ref> Bahasa asing lainnya, seperti [[bahasa Jerman]], [[Bahasa Prancis|Prancis]], dan [[Bahasa Jepang|Jepang]], diajarkan di sejumlah sekolah sebagai pelengkap pada jenjang sekolah menengah atas.<ref>{{Cite journal|last=Santoso|first=Iman|date=1 April 2014|title=Pembelajaran Bahasa Asing di Indonesia: Antara Globalisasi dan Hegemoni|url=http://ejournal.upi.edu/index.php/BS_JPBSP/article/view/696|journal=Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra|volume=14|issue=1|pages=1|doi=10.17509/bs_jpbsp.v14i1.696|issn=2527-8312|access-date=2021-08-08|archive-date=2021-08-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20210808212928/https://ejournal.upi.edu/index.php/BS_JPBSP/article/view/696|dead-url=no}}</ref> Bagi penganut agama Islam yang menjadi kaum mayoritas di Indonesia,<ref name="data-agama-id">{{Cite web|date=2018|title=Data Umat Berdasar Jumlah Pemeluk Agama Menurut Agama|url=https://data.kemenag.go.id/agamadashboard/statistik/umat|website=Kementerian Agama|archive-url=https://web.archive.org/web/20200903221250/https://data.kemenag.go.id/agamadashboard/statistik/umat|archive-date=3 September 2020|access-date=9 Agustus 2021}}</ref> [[bahasa Arab]] adalah bahasa asing yang memiliki kedudukan khusus karena harus dipraktikkan dalam ibadah harian tertentu, misalnya [[salat]],<ref>{{Cite book|last=Eid|first=Haya Muhammad|date=2019|url=https://books.google.co.id/books?id=xu-ODwAAQBAJ|title=Learning My Salah: The Second Pillar|publisher=Ahlan Foundation|pages=66|url-status=live}}</ref> dan diajarkan di [[madrasah ibtidaiah]] dan jenjang selanjutnya.<ref>{{Cite journal|last=Muradi|first=Ahmad|date=2013|title=Tujuan Pembelajaran Bahasa Asing (Arab) di Indonesia|url=http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/maqoyis/article/view/182|journal=Al-Maqayis|volume=1|issue=1|pages=128-137|doi=|access-date=2021-08-08|archive-date=2021-08-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20210808205755/http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/maqoyis/article/view/182|dead-url=no}}</ref> Meskipun demikian, bahasa Arab tidak menjadi bahasa pergaulan umum sejak periode awal keberadaannya di Indonesia.<ref>{{Cite web|last=Chaqoqo|first=S.G.N.|date=1 Juni 2012|title=Pembelajaran Bahasa Arab Sepanjang Sejarah|url=http://stainsalatiga.ac.id/pembelajaran-bahasa-arab-sepanjang-sejarah/|website=STAIN Salatiga|archive-url=https://web.archive.org/web/20130303000211/http://stainsalatiga.ac.id/pembelajaran-bahasa-arab-sepanjang-sejarah/|archive-date=3 Maret 2013|access-date=2 Januari 2013}}</ref> |
|||
=== Agama === |
|||
{{utama|Agama di Indonesia}} |
|||
[[Berkas:Masjid Istiqlal - Panoramio.jpg|jmpl|300x300px|[[Masjid Istiqlal]] di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]], yang merupakan masjid nasional terbesar di Indonesia.]] |
|||
Meskipun menjamin kebebasan beragama dalam konstitusi,{{sfn|UUD 1945|loc=Pasal 29 ayat (2)}} pemerintah hanya mengakui enam agama yaitu: [[Islam]], [[Protestanisme|Protestan]], [[Katolik Roma|Katolik]], [[Agama Hindu|Hindu]], [[Agama Buddha|Buddha]], dan [[Agama Konghucu|Konghucu]]: sementara itu, penganut [[Agama asli Nusantara|agama tradisional ataupun agama-agama lainnya]] hanya mendapatkan pengakuan terbatas sebagai "penghayat kepercayaan".<ref>{{Cite journal|last=Marshall|first=Paul|date=2018|title=The Ambiguities of Religious Freedom in Indonesia|url=https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/15570274.2018.1433588|journal=The Review of Faith & International Affairs|volume=16|issue=1|pages=85–96|doi=10.1080/15570274.2018.1433588|issn=1557-0274|access-date=2021-08-08|archive-date=2021-08-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20210808221412/https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/15570274.2018.1433588|dead-url=no}}</ref><ref>{{cite conference|surname=Siregar|given=Rospita Adelina|editor1=Dr. Lamhot Naibaho|editor2=Demsy Jura|title=Kebijakan Publik bila Mencantumkan Aliran Kepercayaan dalam Admininistrasi Kependudukan sebagai Bentuk Revitalisasi Pancasila|book-title=Seminar Nasional "Revitalisasi Indonesia melalui Identitas Kemajemukan Berdasarkan Pancasila", diselenggarakan oleh Pusat Sudi Lintas Agama dan Budaya—Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia. Jakarta, 22 November 2018|place=Jakarta|publisher=[[Universitas Kristen Indonesia|UKI Press]]|date=2018|pages=173–177|url=http://repository.uki.ac.id/842/1/Rospita.pdf|isbn=978-979-8148-96-5|ref=harv|access-date=2021-08-08|archive-date=2021-08-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20210808221414/http://repository.uki.ac.id/842/1/Rospita.pdf|dead-url=no}}</ref> . Dengan 231 juta penganut pada tahun 2018, Indonesia adalah negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar kedua di dunia. Sebanyak sekitar hampir 30 juta penduduk Indonesia atau lebih tepatnya 28,6 juta jiwa menganut agama [[Kristen]], di mana 20,2 juta penduduk merupakan penganut aliran Kristen Protestan sedangkan 8,3 juta penganut [[Gereja Katolik Roma|Kristen Katolik]], 4,7 juta penganut Hindu, 2 juta penganut Buddha, 81 ribu penganut Konghucu, dan 108 ribu penganut aliran kepercayaan lainnya (''terutama agama tradisional/lokal'').<ref name="data-agama-id" /> Agama Islam dipeluk oleh hampir seluruh warga Indonesia (sekitar 86,70%), Agama Kristen (Protestan & Katolik) kebanyakkan dipeluk oleh beberapa suku, yakni: [[Suku Batak|Batak]], [[Suku Toraja|Toraja]], [[Suku Dayak|Dayak]], [[Suku Nias|Nias]], [[Suku Minahasa|Minahasa]], [[Suku Ambon|Ambon]], dan lainnya. Kebanyakan pemeluk Hindu adalah [[Suku Bali]] dan [[India-Indonesia|Orang keturunan India di Indonesia]]<ref>{{Cite book|last=Oey|first=Eric|date=1995|url=https://www.worldcat.org/oclc/60286689|title=Bali|publisher=Periplus|isbn=962-593-028-0|oclc=60286689|url-status=live}}</ref> serta kebanyakan pemeluk Buddha dan Konghucu adalah orang [[Tionghoa-Indonesia]].<ref>{{Cite book|last=|date=2008|url=https://www.worldcat.org/oclc/469069147|title=Ethnic Chinese in Contemporary Indonesia|location=Singapore|publisher=Institute of Southeast Asian Studies|isbn=9789812308351|editor-last=Suryadinata|editor-first=Leo|oclc=469069147|url-status=live}}</ref> |
|||
[[Berkas:Besakih Bali Indonesia Pura-Besakih-02.jpg|kiri|jmpl|300x300px|[[Pura Besakih]] di [[Kabupaten Karangasem|Karangasem]], [[Bali]], yang merupakan [[pura]] terbesar di Indonesia.]] |
|||
Penduduk asli Indonesia pada awalnya mempraktikkan [[animisme]], [[paganisme]] dan [[dinamisme]] lokal, yang merupakan kepercayaan umum bangsa Austronesia. Mereka menyembah roh leluhur dan percaya bahwa roh gaib ([[hyang]]) mungkin menghuni tempat-tempat tertentu, seperti pohon besar, batu, hutan, gunung, atau tempat keramat.<ref name="Ooi">{{Cite book|year=2004|url=http://www.ebook3000.com/dictionary/Southeast-Asia--A-Historical-Encyclopedia--From-Angkor-Wat-to-East-Timor--3-Volume-Set-_132751.html|title=Southeast Asia: a historical encyclopedia, from Angkor Wat to East Timor (3 vols)|location=Santa Barbara|publisher=[[ABC-CLIO]]|isbn=978-1576077702|editor1-last=Ooi|editor1-first=Keat Gin|pages=790 ff|oclc=646857823|access-date=2023-05-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20160808051416/http://www.ebook3000.com/dictionary/Southeast-Asia--A-Historical-Encyclopedia--From-Angkor-Wat-to-East-Timor--3-Volume-Set-_132751.html|archive-date=2016-08-08|dead-url=yes}}</ref> Contoh kepercayaan asli Indonesia di antaranya [[Sunda Wiwitan]], [[Kaharingan]], dan [[Kejawen]]. Mereka memberikan dampak yang signifikan pada penerapan agama-agama lain, seperti [[abangan]] Jawa, [[Agama Hindu Bali|Hindu Bali]], dan Kristen Dayak, yang dipraktikkan sebagai bentuk agama yang kurang [[Ortodoksi|ortodoks]] dan [[Sinkretisme|sinkretis]].<ref>{{Cite book|last=Magnis-Suseno|first=Franz|date=1997|url=https://www.worldcat.org/oclc/38466385|title=Javanese Ethics and World-View: The Javanese Idea of the Good Life|location=Jakarta|publisher=Gramedia Pustaka Utama|isbn=979-605-406-X|oclc=38466385|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite web|date=2003|title=2003 International Religious Freedom Report: Indonesia|url=https://2009-2017.state.gov/j/drl/rls/irf/2003/23829.htm|website=U.S. Department of State|access-date=13 Januari 2012.|archive-date=2021-08-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20210809081448/https://2009-2017.state.gov/j/drl/rls/irf/2003/23829.htm|dead-url=no}}</ref> |
|||
Pengaruh [[Hindu di Indonesia|agama Hindu]] mencapai Nusantara pada awal abad pertama Masehi.<ref>{{Cite book|last=Gonda|first=Jan|date=1975|url=https://books.google.co.id/books?id=X7YfAAAAIAAJ|title=Handbook of Oriental Studies. Section 3 Southeast Asia, Religions|publisher=Brill|chapter=The Indian Religions in Pre-Islamic Indonesia and their survival in Bali|url-status=live}}</ref> [[Kerajaan Salakanagara]] di Jawa Barat sekitar tahun 130 merupakan kerajaan terkait [[India Raya]] pertama yang tercatat dalam sejarah Nusantara.<ref>Darsa, Undang A. 2004. "Kropak 406; Carita Parahyangan dan Fragmen Carita Parahyangan", Makalah disampaikan dalam Kegiatan Bedah Naskah Kuna yang diselenggarakan oleh Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga. Bandung-Jatinangor: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran: hlm. 1–23.</ref> [[Buddhisme di Indonesia|Agama Buddha]] tiba sekitar abad ke-6,<ref>{{cite web|year=2005|title=Buddhism in Indonesia|url=http://www.buddhanet.net/e-learning/buddhistworld/indo-txt.htm|work=Buddha Dharma Education Association|publisher=|archive-url=https://web.archive.org/web/20190510074118/http://www.buddhanet.net/e-learning/buddhistworld/indo-txt.htm|archive-date=10 Mei 2019|access-date=3 Oktober 2006}}</ref> dan sejarahnya di Indonesia berhubungan erat dengan agama Hindu karena kedua agama ini dianut oleh beberapa kerajaan pada periode yang sama. Nusantara mengalami kebangkitan dan kejatuhan kerajaan Hindu dan Buddha yang kuat dan berpengaruh, seperti [[Majapahit]], [[Wangsa Sailendra|Sailendra]], [[Sriwijaya]], dan [[Medang]]. Meski tidak lagi menjadi mayoritas, agama Hindu dan Buddha tetap memiliki pengaruh besar pada budaya Indonesia.<ref>{{Cite journal|last=Rahman|first=Taufiq|date=2013|title='Indianization' of Indonesia in an Historical Sketch|url=http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/ijni/article/view/26|journal=International Journal of Nusantara Islam|volume=1|issue=2|pages=56–64|doi=10.15575/ijni.v1i2.26|issn=2355-651X|access-date=2021-08-09|archive-date=2021-08-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20210809133309/https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/ijni/article/view/26|dead-url=no}}</ref><ref>{{cite web|author=Sedyawati|first=Edi|date=19 Desember 2014|title=Influence of Hinduism and Buddhism on Indonesian culture|url=https://www.sanskritimagazine.com/india/global-influence-of-hinduism/influence-hinduism-buddhism-indonesian-culture/|publisher=Sanskriti Magazine|archive-url=https://web.archive.org/web/20170415194440/https://www.sanskritimagazine.com/india/global-influence-of-hinduism/influence-hinduism-buddhism-indonesian-culture/|archive-date=15 April 2017|access-date=6 Desember 2020|url-status=live}}</ref> |
|||
[[Islam di Indonesia|Agama Islam]] diperkenalkan oleh para pedagang [[Suni]] dari [[mazhab Syafi'i]] serta para pedagang [[Sufisme|Sufi]] dari [[Asia Selatan|anak benua India]] dan [[Arab Selatan]] pada awal abad ke-8 M.<ref>{{Cite book|last=Martin|first=Richard C.|date=2004|url=https://www.worldcat.org/oclc/52178942|title=Encyclopedia of Islam and the Muslim World. Vol. 2: M–Z|location=New York|publisher=Macmillan Reference USA|isbn=0-02-865603-2|oclc=52178942|url-status=live|access-date=2021-08-09|archive-date=2010-01-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20100112034346/http://www.worldcat.org/oclc/52178942|dead-url=no}}</ref><ref name="princeton-islam">{{Cite book|last=Böwering|first=Gerhard|last2=Crone|first2=Patricia|last3=Mirza|first3=Mahan|date=2013|url=https://www.worldcat.org/oclc/820631887|title=The Princeton Encyclopedia of Islamic Political Thought|location=Princeton, N.J.|publisher=Princeton University Press|isbn=1-4008-3855-X|oclc=820631887|url-status=live}}</ref> Pada sebagian besar perkembangannya, Islam mengalami pencampuran dan saling memengaruhi budaya yang ada sehingga menghasilkan bentuk Islam dengan ciri tersendiri, seperti adanya [[pesantren]].{{sfn|Ricklefs|1991|pp=12–14}}<ref>{{cite web|title=Indonesia–Bhineka Tunggal Ika|url=http://cui.unige.ch/~luthi/download/indo.html|publisher=Centre Universitaire d'Informatique|archive-url=https://web.archive.org/web/20060914023845/http://cui.unige.ch/~luthi/download/indo.html|archive-date=14 September 2006|access-date=20 Oktober 2006}}</ref> Perdagangan dan aktivitas dakwah seperti yang dilakukan oleh [[Wali Songo]] dan penjelajah Tiongkok [[Cheng Ho]], serta kampanye militer oleh beberapa kesultanan membantu mempercepat penyebaran Islam.<ref name="princeton-islam" /><ref>{{Cite book|last=Tanasaldy|first=Taufiq|date=2012|url=https://www.worldcat.org/oclc/804847859|title=Regime Change and Ethnic Politics in Indonesia: Dayak Politics of West Kalimantan|location=Leiden|publisher=KITLV Press|isbn=978-90-04-25348-3|oclc=804847859|url-status=live|access-date=2021-08-09|archive-date=2023-01-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20230120071725/https://www.worldcat.org/title/804847859|dead-url=no}}</ref> |
|||
[[Berkas:Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-10.jpg|jmpl|[[Gereja Katedral Jakarta]], yang menjadi salah satu gereja tertua di Indonesia.]] |
|||
[[Gereja Katolik di Indonesia|Agama Katolik]] dibawa oleh para pedagang dan misionaris Portugis seperti [[Yesuit]] [[Fransiskus Xaverius]], yang mengunjungi dan membaptis beberapa ribu penduduk setempat.{{sfn|Ricklefs|1991|pp=25, 26, 28}}<ref>{{cite web|title=About St Francis Xavier|url=https://www.sydneycatholic.org/events/pilgrimageofgrace/about.shtml|publisher=Catholic Archdiocese of Sydney|archive-url=https://web.archive.org/web/20121116164225/https://www.sydneycatholic.org/events/pilgrimageofgrace/about.shtml|archive-date=16 November 2012|access-date=5 Juli 2018|url-status=live}}</ref> Penyebarannya menghadapi kesulitan karena kebijakan [[Vereenigde Oostindische Compagnie|Perusahaan Hindia Timur Belanda]] yang melarang agama dan permusuhan oleh Belanda sebagai akibat dari [[Perang Delapan Puluh Tahun]] melawan pemerintahan Katolik Spanyol. [[Protestanisme di Indonesia|Protestantisme]], sebagian besar, merupakan hasil dari upaya misionaris [[Calvinisme|Calvinis]] dan [[Gereja Lutheran|Lutheran]] selama era kolonial Belanda.{{sfn|Ricklefs|1991|pp=28, 62}}{{sfn|Vickers|2005|p=22}}<ref>{{cite book|author=Goh|first=Robbie B.H.|year=2005|url=https://www.google.co.id/books/edition/Christianity_in_Southeast_Asia/Yh3cAAYsi2UC|title=Christianity in Southeast Asia|publisher=Institute of Southeast Asian Studies|isbn=978-981-230-297-7|page=80|url-status=live}}</ref> Meskipun keduanya merupakan cabang [[Kekristenan]] yang paling umum, ada banyak denominasi lain di negara ini.<ref>{{cite web|title=Indonesia|url=http://reformiert-online.net/weltweit/64_eng.php|website=Reformed Online|publisher=|archive-url=https://web.archive.org/web/20061205042413/http://reformiert-online.net/weltweit/64_eng.php|archive-date=5 Desember 2006|access-date=5 Desember 2006|url-status=live}}</ref> |
|||
Jumlah penganut [[Yahudi di Indonesia|agama Yahudi]] cukup besar di Nusantara setidaknya sampai tahun 1945, yang kebanyakan merupakan orang Belanda dan orang Yahudi Baghdadi. Sebagian besar di antara mereka meninggalkan Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan dan agama Yahudi tidak pernah mendapatkan status resmi. Saat ini hanya sejumlah kecil orang Yahudi di Indonesia, yang kebanyakan berada di Jakarta dan Surabaya.<ref>{{cite web|author=Klemperer-Markman|first=Ayala|title=The Jewish Community in Indonesia|url=https://www.bh.org.il/jewish-community-indonesia/|website=Beit Hatfutsot|publisher=|archive-url=https://web.archive.org/web/20190804011540/https://www.bh.org.il/jewish-community-indonesia/|archive-date=4 Agustus 2019|access-date=12 Maret 2020|translator=Julie Ann Levy|url-status=live}}</ref> |
|||
Pada tingkat nasional dan regional, kepemimpinan dalam politik dan kelompok masyarakat sipil di Indonesia telah memainkan peran penting dalam hubungan antaragama, baik secara positif maupun negatif. Sila pertama Pancasila yang merupakan landasan filosofis Indonesia, yaitu Ketuhanan yang Maha Esa, sering menjadi pengingat toleransi beragama,<ref>{{Cite journal|last=Madjid|first=Nurcholish|date=1994|title=Islamic Roots of Modern Pluralism: Indonesian Experience|url=http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/studia-islamika/article/view/866|journal=Studia Islamika|volume=1|issue=1|doi=10.15408/sdi.v1i1.866|issn=2355-6145|access-date=2021-08-09|archive-date=2021-08-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20210809133302/http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/studia-islamika/article/view/866|dead-url=no}}</ref> meskipun kasus-kasus intoleransi juga telah terjadi.<ref name="RIP">{{cite book|author=Harsono|first=Andreas|date=Mei 2019|url=https://www.google.co.id/books/edition/Race_Islam_and_Power/WQ-tvgEACAAJ|title=Race, Islam and Power: Ethnic and Religious Violence in Post-Suharto Indonesia|publisher=Monash University Publishing|isbn=978-1-925835-09-0|url-status=live|access-date=2021-08-09|archive-date=2023-01-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20230120071728/https://www.google.co.id/books/edition/Race_Islam_and_Power/WQ-tvgEACAAJ|dead-url=no}}</ref> |
|||
Walaupun Indonesia merupakan [[negara sekuler]] (bukan negara yang berlandaskan hukum agama), tetapi sebagian besar orang Indonesia menganggap agama sebagai hal yang esensial dan bagian integral dari kehidupan mereka.<ref>{{cite web|date=13 Juni 2018|title=How religious commitment varies by country among people of all ages|url=http://www.pewforum.org/2018/06/13/how-religious-commitment-varies-by-country-among-people-of-all-ages/|website=Pew Research Center|archive-url=https://web.archive.org/web/20180827174002/http://www.pewforum.org/2018/06/13/how-religious-commitment-varies-by-country-among-people-of-all-ages/|archive-date=27 Agustus 2018|access-date=23 November 2018|url-status=live}}</ref><ref>{{cite web|author=Pearce|first=Jonathan M.S.|date=28 Oktober 2018|title=Religion in Indonesia: An Insight|url=https://www.patheos.com/blogs/tippling/2018/10/28/religion-in-indonesia-an-insight/|website=Patheos|publisher=|archive-url=https://web.archive.org/web/20181028170242/https://www.patheos.com/blogs/tippling/2018/10/28/religion-in-indonesia-an-insight/|archive-date=28 Oktober 2018|access-date=23 November 2018|url-status=live}}</ref> |
|||
=== Pendidikan dan kesehatan === |
|||
{{utama|Pendidikan di Indonesia|Kesehatan di Indonesia}} |
|||
[[Berkas:Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada 2.jpg|jmpl|Gedung Pusat [[Universitas Gadjah Mada]] di [[Yogyakarta]].|250x250px]] |
|||
Sesuai dengan konstitusi yang berlaku,{{sfn|UUD 1945|loc=Pasal 31 ayat (4)}} serta Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pemerintah Indonesia baik pusat maupun daerah wajib mengalokasikan anggaran untuk pendidikan sebesar 20% dari [[Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia|APBN]] dan [[Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah|APBD]] di luar gaji pendidik dan biaya kedinasan. Semua penduduk wajib mengikuti program [[wajib belajar]] sembilan tahun, yang meliputi enam tahun di [[sekolah dasar]] dan tiga tahun di [[sekolah menengah pertama]].<ref>{{cite web|last1=Al-Samarrai|first1=Samer|last2=Cerdan-Infantes|first2=Pedro|date=9 Maret 2013|title=Awakening Indonesia's Golden Generation: Extending Compulsory Education from 9 to 12 Years|url=http://blogs.worldbank.org/education/awakening-indonesia-s-golden-generation-extending-compulsory-education-9-12-years|publisher=The World Bank Blog|archive-url=https://web.archive.org/web/20171010151231/http://blogs.worldbank.org/education/awakening-indonesia-s-golden-generation-extending-compulsory-education-9-12-years|archive-date=10 Oktober 2017|access-date=10 Oktober 2017|url-status=live}}</ref> Pada 2018, tingkat partisipasi penduduk sebesar 93% untuk pendidikan dasar, 79% untuk pendidikan menengah, dan 36% untuk pendidikan tinggi, sementara tingkat melek huruf adalah 96%.<ref name="unesco-id">{{cite web|date=27 November 2016|title=Indonesia|url=http://uis.unesco.org/en/country/id|publisher=UNESCO Institute for Statistics|access-date=5 September 2020}}</ref> Pemerintah menghabiskan sekitar 3,6% dari PDB atau 20,5% dari anggaran negara (2015) untuk pendidikan.<ref name="unesco-id" /> Pada tahun 2018, terdapat lebih dari 4.500 perguruan tinggi di Indonesia,<ref>{{cite web|date=29 Mei 2018|title=Is Indonesia Ready for International Branch Campuses?|url=https://www.insidehighered.com/blogs/world-view/indonesia-ready-international-branch-campuses|website=Inside Higher Ed|archive-url=https://web.archive.org/web/20180530035730/https://www.insidehighered.com/blogs/world-view/indonesia-ready-international-branch-campuses|archive-date=30 Mei 2018|access-date=18 November 2018|url-status=live}}</ref> dengan universitas terkemuka (seperti [[Universitas Indonesia]], [[Institut Teknologi Bandung]], [[Universitas Gadjah Mada]], dan lainnya) berlokasi di Pulau Jawa.<ref>{{cite web|date=4 Mei 2018|title=Indonesia's Unequal Higher Education|url=https://www.asiasentinel.com/p/indonesia-unequal-higher-education|website=Asia Sentinel|archive-url=https://web.archive.org/web/20200924060508/https://www.asiasentinel.com/p/indonesia-unequal-higher-education|archive-date=24 September 2020|access-date=3 Desember 2020|url-status=live}}</ref> |
|||
Anggaran pemerintah untuk sektor kesehatan adalah sekitar 3,3% dari PDB pada tahun 2016.<ref>{{cite web|date=Juli 2018|title=2018 Health SDG Profile: Indonesia|url=http://www.searo.who.int/entity/health_situation_trends/cp_ino.pdf?ua=1|publisher=Organisasi Kesehatan Dunia|archive-url=https://web.archive.org/web/20181206041612/http://www.searo.who.int/entity/health_situation_trends/cp_ino.pdf?ua=1|archive-date=6 Desember 2018|access-date=10 Desember 2018|url-status=live}}</ref> Sebagai bagian dari upaya mencapai [[cakupan kesehatan semesta]], pemerintah meluncurkan [[Badan Penyelenggara Jaminan Sosial|Jaminan Kesehatan Nasional]] (JKN) pada tahun 2014.<ref>{{cite news|last=Thabrany|first=Hasbullah|date=2 Januari 2014|title=Birth of Indonesia's 'Medicare': Fasten your seatbelts|url=http://www.thejakartapost.com/news/2014/01/02/birth-indonesia-s-medicare-fasten-your-seatbelts.html|newspaper=The Jakarta Post|archive-url=https://web.archive.org/web/20140110053307/http://www.thejakartapost.com/news/2014/01/02/birth-indonesia-s-medicare-fasten-your-seatbelts.html|archive-date=10 Januari 2014|access-date=26 Agustus 2018|url-status=live}}</ref> Meskipun ada peningkatan yang luar biasa dalam beberapa dekade terakhir seperti meningkatnya angka harapan hidup (dari 62,3 tahun pada tahun 1990 menjadi 71,7 tahun pada tahun 2019)<ref>{{Cite web|title=Life expectancy|url=https://ourworldindata.org/grapher/life-expectancy|website=Our World in Data|access-date=6 September 2020|archive-date=2020-08-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20200813180308/https://ourworldindata.org/grapher/life-expectancy|dead-url=no}}</ref> dan penurunan kematian anak (dari 84 kematian per 1.000 kelahiran pada tahun 1990 menjadi 25,4 kematian pada tahun 2017),<ref>{{Cite web|title=Child mortality rate|url=https://ourworldindata.org/grapher/child-mortality-igme|website=Our World in Data|access-date=5 September 2020|archive-date=2022-01-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20220127024732/https://ourworldindata.org/grapher/child-mortality-igme|dead-url=no}}</ref> Indonesia terus-menerus menghadapi berbagai tantangan, seperti kesehatan ibu dan anak, kualitas udara yang rendah, kurang gizi, tingginya tingkat merokok, dan penyakit menular.<ref>{{Cite journal|last=Mboi|first=Nafsiah|last2=Surbakti|first2=Indra Murty|last3=Trihandini|first3=Indang|last4=Elyazar|first4=Iqbal|last5=Smith|first5=Karen Houston|last6=Bahjuri Ali|first6=Pungkas|last7=Kosen|first7=Soewarta|last8=Flemons|first8=Kristin|last9=Ray|first9=Sarah E.|date=2018|title=On the road to universal health care in Indonesia, 1990–2016: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2016|url=https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0140673618305956|journal=The Lancet|language=en|volume=392|issue=10147|pages=581–591|doi=10.1016/S0140-6736(18)30595-6|pmc=PMC6099123|pmid=29961639|access-date=2021-08-09|archive-date=2021-11-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20211110142255/https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0140673618305956|dead-url=no}}</ref> |
|||
=== Indeks Pembangunan Manusia === |
|||
{{utama|Indeks Pembangunan Manusia Indonesia}} |
|||
Menurut [[Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa|UNDP]], [[Indeks Pembangunan Manusia]] (IPM) Indonesia mencapai angka 0,707<ref name="profil-hdr-id" /> pada Laporan Pembangunan Manusia 2019 untuk perkiraan IPM tahun 2018 dan menempati status tinggi, sedangkan menurut [[Badan Pusat Statistik]] (BPS), IPM Indonesia tahun 2022 telah mencapai angka 72,91 (0,729)<ref name="IPM"/><ref name=bpsIPM2020>{{cite journal |author=[[Badan Pusat Statistik]] |date=15 Desember 2020 |title=Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2020 |journal=Berita Resmi Statistik |issue=No.97/12/Th.XXIII |url=https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/12/15/1758/indeks-pembangunan-manusia--ipm--indonesia-pada-tahun-2020-mencapai-71-94.html |access-date=2021-01-22 |archive-date=2021-01-29 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210129085353/https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/12/15/1758/indeks-pembangunan-manusia--ipm--indonesia-pada-tahun-2020-mencapai-71-94.html |dead-url=no }}</ref> dan menempati status tinggi pada tahun 2016. |
|||
Perbedaan IPM yang dilaporkan UNDP melalui [[Laporan Pembangunan Manusia|''Human Development Report'']] (HDR) dengan BPS terletak pada besarnya angka IPM dan perincian. Selama ini, memang perbedaan angka IPM sudah dianggap lazim. Namun, sejak sekitar tahun 2011, perbedaan angka IPM UNDP dan BPS meningkat secara signifikan. Dalam perihal perincian, karena UNDP melaporkan dalam tingkat internasional, laporan IPM Indonesia tidak dilaporkan hingga tingkat yang lebih rendah. Sebaliknya, karena BPS hanya melaporkan di tingkat nasional, BPS lebih memerinci, bahkan hingga IPM di tingkat kota/kabupaten dalam laporan beberapa tahun (laporan IPM hingga tingkat kota/kabupaten jarang). Namun, yang selalu dilaporkan di bawah tingkat nasional tentunya adalah laporan IPM di tingkat provinsi/daerah. |
|||
Berikut ini adalah daftar provinsi Indonesia menurut IPM tahun 2023 dibandingkan tahun 2022 menurut BPS.<ref name="IPM">{{cite web|url=https://www.bps.go.id/id/statistics-table/3/V25GaFNHaExaMnhITm1sWmRrUlJZelJzYUc1SGR6MDkjMw==/indeks-pembangunan-manusia-menurut-provinsi.html?year=2023|title=Indeks Pembangunan Manusia menurut Provinsi 2022-2023|website=www.bps.go.id|accessdate=31 Oktober 2024}}</ref><ref name="IPM2">{{cite web|url=https://www.bps.go.id/id/statistics-table/3/V25GaFNHaExaMnhITm1sWmRrUlJZelJzYUc1SGR6MDkjMw==/indeks-pembangunan-manusia-menurut-provinsi.html?year=2022|title=Indeks Pembangunan Manusia menurut Provinsi 2023|website=www.bps.go.id|accessdate=31 Oktober 2024}}</ref><ref name=bpsIPM2020 /> |
|||
{|class=wikitable |
|||
!Peringkat |
|||
!Provinsi |
|||
!IPM 2023 |
|||
!Perubahan (%) |
|||
|- |
|||
! colspan=4 | {{fontcolor|darkgreen|Pembangunan Manusia Sangat Tinggi}} |
|||
|- |
|||
|1 {{steady}} |
|||
|{{flag|Daerah Khusus Ibukota Jakarta}} |
|||
|83,55 (0,835) |
|||
|{{increase}} 0,78 |
|||
|- |
|||
|2 {{steady}} |
|||
|{{flag|Daerah Istimewa Yogyakarta}} |
|||
|81,09 (0,810) |
|||
|{{increase}} 0,44 |
|||
|- |
|||
! colspan=4 | {{fontcolor|green|Pembangunan Manusia Tinggi}} |
|||
|- |
|||
|3 {{steady}} |
|||
|{{flag|Kepulauan Riau}} |
|||
|79,08 (0,771) |
|||
|{{increase}} 0,60 |
|||
|- |
|||
|4 {{steady}} |
|||
|{{flag|Kalimantan Timur}} |
|||
|78,20 (0,782) |
|||
|{{increase}} 0,84 |
|||
|- |
|||
|5 {{steady}} |
|||
|{{flag|Bali}} |
|||
|78,01 (0,780) |
|||
|{{increase}} 0,61 |
|||
|- |
|||
|6 {{steady}} |
|||
|{{flag|Banten}} |
|||
|75,77 (0,757) |
|||
|{{increase}} 0,52 |
|||
|- |
|||
|7 {{steady}} |
|||
|{{flag|Sumatera Barat}} |
|||
|75,64 (0,756) |
|||
|{{increase}} 0,48 |
|||
|- |
|||
|8 {{steady}} |
|||
|{{flag|Sumatera Utara}} |
|||
|75,13 (0,733) |
|||
|{{increase}} 0,62 |
|||
|- |
|||
|9 {{steady}} |
|||
|{{flag|Sulawesi Utara}} |
|||
|75,04 (0,750) |
|||
|{{increase}} 0,52 |
|||
|- |
|||
|10 {{steady}} |
|||
|{{flag|Riau}} |
|||
|74,95 (0,749) |
|||
|{{increase}} 0,50 |
|||
|- |
|||
|11 {{steady}} |
|||
|{{flag|Aceh}} |
|||
|74,70 (0,747) |
|||
|{{increase}} 0,59 |
|||
|- |
|||
|12 {{steady}} |
|||
|{{flag|Kalimantan Selatan}} |
|||
|74,66 (0,746) |
|||
|{{increase}} 0,66 |
|||
|- |
|||
|13 {{steady}} |
|||
|{{flag|Jawa Timur}} |
|||
|74,65 (0,746) |
|||
|{{increase}} 0,60 |
|||
|- |
|||
|14 {{steady}} |
|||
|{{flag|Sulawesi Selatan}} |
|||
|74,60 (0,746) |
|||
|{{increase}} 0,64 |
|||
|- style="background-color: #ccf;" |
|||
| |
|||
|'''{{flag|Indonesia}}''' |
|||
|74,39 (0,743) |
|||
|{{increase}} 0,62 |
|||
|- |
|||
|15 {{steady}} |
|||
|{{flag|Bengkulu}} |
|||
|74,30 (0,730) |
|||
|{{increase}} 0,62 |
|||
|- |
|||
|16 {{steady}} |
|||
|{{flag|Jawa Barat}} |
|||
|74,25 (0,742) |
|||
|{{increase}} 0,62 |
|||
|- |
|||
|17 {{steady}} |
|||
|{{flag|Kepulauan Bangka Belitung}} |
|||
|74,09 (0,740) |
|||
|{{increase}} 0,59 |
|||
|- |
|||
|18 {{steady}} |
|||
|{{flag|Jambi}} |
|||
|73,73 (0,737) |
|||
|{{increase}} 0,62 |
|||
|- |
|||
|19 {{steady}} |
|||
|{{flag|Kalimantan Tengah}} |
|||
|73,73 (0,737) |
|||
|{{increase}} 0,56 |
|||
|- |
|||
|20 {{steady}} |
|||
|{{flag|Jawa Tengah}} |
|||
|73,39 (0,733) |
|||
|{{increase}} 0,59 |
|||
|- |
|||
|21 {{steady}} |
|||
|{{flag|Sumatera Selatan}} |
|||
|73,18 (0,718) |
|||
|{{increase}} 0,70 |
|||
|- |
|||
|22 {{steady}} |
|||
|{{flag|Sulawesi Tenggara}} |
|||
|72,94 (0,722) |
|||
|{{increase}} 0,56 |
|||
|- |
|||
|23 {{steady}} |
|||
|{{flag|Kalimantan Utara}} |
|||
|72,88 (0,728) |
|||
|{{increase}} 0,67 |
|||
|- |
|||
|24 {{steady}} |
|||
|{{flag|Maluku}} |
|||
|72,75 (0,727) |
|||
|{{increase}} 0,71 |
|||
|- |
|||
|25 {{steady}} |
|||
|{{flag|Lampung}} |
|||
|72,48 (0,724) |
|||
|{{increase}} 0,69 |
|||
|- |
|||
|26 {{steady}} |
|||
|{{flag|Nusa Tenggara Barat}} |
|||
|72,37 (0,723) |
|||
|{{increase}} 0,72 |
|||
|- |
|||
|27 {{steady}} |
|||
|{{flag|Sulawesi Tengah}} |
|||
|71,66 (0,716) |
|||
|{{increase}} 0,65 |
|||
|- |
|||
|28 {{steady}} |
|||
|{{flag|Gorontalo}} |
|||
|71,25 (0,712) |
|||
|{{increase}} 0,63 |
|||
|- |
|||
|29 {{steady}} |
|||
|{{flag|Maluku Utara}} |
|||
|70,98 (0,709) |
|||
|{{increase}} 0,72 |
|||
|- |
|||
|30 {{steady}} |
|||
|{{flag|Kalimantan Barat}} |
|||
|70,47 (0,704) |
|||
|{{increase}} 0,76 |
|||
|- |
|||
! colspan=4 | {{fontcolor|#f90|Pembangunan Manusia Sedang}} |
|||
|- |
|||
|31 {{steady}} |
|||
|{{flag|Sulawesi Barat}} |
|||
|69,80 (0,698) |
|||
|{{increase}} 0,61 |
|||
|- |
|||
|32 {{steady}} |
|||
|{{flag|Nusa Tenggara Timur}} |
|||
|68,40 (0,684) |
|||
|{{increase}} 0,77 |
|||
|- |
|||
|33 {{steady}} |
|||
|{{flag|Papua Barat}} |
|||
|67,47 (0,674) |
|||
|{{increase}} 0,75 |
|||
|- |
|||
|34 {{steady}} |
|||
|{{flag|Papua}} |
|||
|63,01 (0,630) |
|||
|{{increase}} 0,85 |
|||
|} |
|||
== Budaya == |
|||
{{utama|Budaya Indonesia}} |
|||
=== Pertunjukan === |
=== Pertunjukan === |
||
[[Berkas:WayangKulit Scene Zoom.JPG| |
[[Berkas:WayangKulit Scene Zoom.JPG|jmpl|[[Wayang]] kulit, salah satu warisan budaya Jawa.|175x175px]] |
||
Indonesia memiliki sekitar 300 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, dipengaruhi oleh kebudayaan India, Arab, Tiongkok, Eropa, dan termasuk kebudayaan sendiri yaitu [[Melayu]]. Contohnya tarian [[Jawa]] dan [[Bali]] tradisional memiliki aspek budaya dan mitologi Hindu, seperti [[Wayang |
Indonesia memiliki sekitar 300 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, dipengaruhi oleh kebudayaan India, Arab, Tiongkok, Eropa, dan termasuk kebudayaan sendiri yaitu [[Melayu]]. Contohnya tarian [[Jawa]] dan [[Bali]] tradisional memiliki aspek budaya dan mitologi Hindu, seperti [[Wayang]] Kulit yang menampilkan kisah-kisah tentang kejadian mitologis Hindu [[Ramayana]] dan [[Baratayuda]]. Banyak juga seni tari yang berisikan nilai-nilai [[Islam]]. Beberapa di antaranya dapat ditemukan di daerah [[Sumatra]] seperti tari [[Tari Ratéb Meuseukat|Ratéb Meuseukat]], [[Tari Saman]], dan tari [[Tari Seudati|Seudati]] dari [[Aceh]]. |
||
Seni [[pantun]], [[gurindam]], dan sebagainya dari pelbagai daerah seperti pantun Melayu, dan pantun-pantun lainnya acapkali dipergunakan dalam acara-acara tertentu yaitu [[perhelatan]], pentas seni, dan lain-lain. |
Seni [[pantun]], [[gurindam]], dan sebagainya dari pelbagai daerah seperti pantun Melayu, dan pantun-pantun lainnya acapkali dipergunakan dalam acara-acara tertentu yaitu [[perhelatan]], pentas seni, dan lain-lain. |
||
Baris 286: | Baris 1.078: | ||
=== Busana === |
=== Busana === |
||
{{utama|Daftar busana daerah Indonesia}} |
{{utama|Daftar busana daerah Indonesia}} |
||
[[Berkas:Aesan Gede Songket Palembang.jpg| |
[[Berkas:Aesan Gede Songket Palembang.jpg|jmpl|150px|Seorang gadis [[Palembang]] yang tengah mengenakan [[songket]], salah satu busana tradisional Indonesia.]] |
||
Di bidang busana warisan budaya yang terkenal di seluruh dunia adalah kerajinan [[ |
Di bidang busana warisan budaya yang terkenal di seluruh dunia adalah kerajinan [[Batik]]. Beberapa daerah yang terkenal akan industri Batik meliputi [[Yogyakarta]], [[Kota Surakarta|Surakarta]], [[Cirebon]], [[Pandeglang]], [[Garut]], [[Kabupaten Tasikmalaya|Tasikmalaya,]] [[Kota Probolinggo|Probolinggo,]] dan juga [[Kabupaten Pekalongan|Pekalongan]]. Kerajinan Batik ini pun diklaim oleh negara lain dengan industri Batiknya.<ref>{{cite news |
||
|url = http://majalah.depkumham.go.id/node/125 |
|||
|title = PENGERAJIN BATIK TAK PERLU RESAH |
|||
|work = Majalah Hukum & HAM Online |
|||
|date = [[30 September]] 2007 |
|||
|accessdate = 14 Agustus 2008 |
|||
|archive-date = 2008-09-26 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20080926071726/http://majalah.depkumham.go.id/node/125 |
|||
|dead-url = no |
|||
}}</ref> Busana asli Indonesia dari [[Sabang]] sampai [[Merauke]] lainnya dapat dikenali dari ciri-cirinya yang dikenakan di setiap daerah antara lain [[baju Kurung]] dengan [[Songket]]nya dari [[Sumatera Barat]] ([[Minangkabau]]), kain [[Ulos]] dari [[Sumatera Utara]] ([[Batak]]), busana [[Kebaya]], busana khas [[Suku Dayak|Dayak]] di [[Kalimantan]], [[baju Bodo]] dari [[Sulawesi Selatan]], busana [[Koteka]] dari [[Papua]] dan sebagainya. |
|||
=== Arsitektur === |
=== Arsitektur === |
||
{{utama|Arsitektur Indonesia}} |
{{utama|Arsitektur Indonesia}} |
||
[[Berkas: |
[[Berkas:Yogyakarta Indonesia Prambanan-temple-complex-02.jpg|kiri|jmpl|300x300px|Kompleks [[Candi Prambanan]] yang menonjolkan arsitektur Indonesia zaman dahulu.]] |
||
[[Arsitektur Indonesia]] mencerminkan keanekaragaman [[Budaya Indonesia|budaya]], [[Sejarah Indonesia|sejarah]], dan [[Geografi Indonesia|geografi]] yang membentuk Indonesia seutuhnya. Kaum penyerang, penjajah, penyebar agama, pedagang, dan saudagar membawa perubahan budaya dengan memberi dampak pada gaya dan teknik bangunan. Tradisionalnya, pengaruh arsitektur asing yang paling kuat adalah dari India. Tetapi, Tiongkok, Arab, dan sejak abad ke-19 pengaruh Eropa menjadi cukup dominan. |
[[Arsitektur Indonesia]] mencerminkan keanekaragaman [[Budaya Indonesia|budaya]], [[Sejarah Indonesia|sejarah]], dan [[Geografi Indonesia|geografi]] yang membentuk Indonesia seutuhnya. Kaum penyerang, penjajah, penyebar agama, pedagang, dan saudagar membawa perubahan budaya dengan memberi dampak pada gaya dan teknik bangunan. Tradisionalnya, pengaruh arsitektur asing yang paling kuat adalah dari India. Tetapi, Tiongkok, Arab, dan sejak abad ke-19 pengaruh Eropa menjadi cukup dominan. |
||
Baris 298: | Baris 1.098: | ||
=== Olahraga === |
=== Olahraga === |
||
{{utama|Olahraga Indonesia}}{{double image|left|Pertandingan persahabatan Sepak Bola Lokal.jpg|200|Badminton at the 2012 Summer Olympics 9136.jpg|200|[[Sepak bola]] dan [[bulu tangkis]], dua olahraga paling populer di Indonesia.}}Olahraga yang paling populer di Indonesia adalah [[sepak bola]] dan [[bulu tangkis]].{{fact}} [[Liga 1|BRI Liga 1]] adalah liga klub sepak bola utama di Indonesia.{{fact}} Olahraga tradisional Indonesia termasuk [[sepak takraw]] dan [[karapan sapi]]. Di wilayah dengan sejarah perang antar suku, kontes pertarungan diadakan, seperti ''caci'' di [[Flores]], dan [[pasola]] di [[Sumba]]. [[Pencak silat]] adalah seni bela diri yang unik yang berasal dari wilayah Indonesia. Seni bela diri ini kadang-kadang ditampilkan pada acara-acara pertunjukkan yang biasanya diikuti dengan musik tradisional Indonesia berupa [[Gamelan]] dan seni musik tradisional lainnya sesuai dengan daerah asalnya. Olahraga di Indonesia biasanya berorientasi pada pria dan olahraga spektator sering berhubungan dengan judi yang ilegal di Indonesia.<ref>{{cite book |
|||
{{utama|Olahraga Indonesia}} |
|||
|last = Witton |
|||
[[Berkas:Badminton Beijing 2008 Lu Lan vs Yulianti.jpg|thumb|150px|left|[[Maria Kristin Yulianti]] (merah), peraih [[medali]] [[perunggu]] pada [[Olimpiade Beijing 2008]].]] |
|||
|first = Patrick |
|||
|title = Indonesia |
|||
|publisher = Lonely Planet |
|||
|year = 2003 |
|||
|location = Melbourne |
|||
|pages = 103 |
|||
|id = ISBN 1-74059-154-2 |
|||
}}</ref> |
|||
Di ajang kompetisi multi cabang, prestasi atlet-atlet Indonesia tidak terlalu mengesankan. Di [[Olimpiade]], prestasi terbaik Indonesia diraih pada saat [[Olimpiade 1992]], di mana Indonesia menduduki peringkat 24 dengan meraih 2 [[emas]] 2 [[perak]] dan 1 [[perunggu]], kelima medali tersebut diraih melalui cabang [[Bulu tangkis pada Olimpiade Musim Panas 1992|bulu tangkis]]. Pada era 1960 hingga 2000, Indonesia merajai [[bulu tangkis]]. Atlet-atlet putra Indonesia seperti [[Rudi Hartono]], [[Liem Swie King]], [[Icuk Sugiarto]], [[Alan Budikusuma]], [[Ricky Subagja]], dan [[Rexy Mainaky]] merajai kejuaraan-kejuaraan dunia. [[Rudi Hartono]] yang dianggap sebagai maestro [[bulu tangkis]] dunia, menjadi juara [[All England]] terbanyak sepanjang sejarah perbulu tangkisan Indonesia. Ia meraih 8 gelar juara, dengan 7 gelar diraihnya secara berturut-turut. Selain [[bulu tangkis]], atlet-atlet tinju Indonesia juga mampu meraih gelar juara dunia, seperti [[Elyas Pical]], [[Nico Thomas]],<ref>[http://www.surya.co.id/2009/03/27/elyas-pical-dapat-penghargaan.html Elyas Pical Dapat Penghargaan]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}. ''[[Surya (surat kabar)|Surya]]'', [[27 Maret]] [[2009]]. Diakses pada [[10 September]] [[2010]].</ref> dan [[Chris John (petinju)|Chris John]].<ref>Afriatni, Ami. [http://www.tempointeraktif.com/hg/olahraga/2007/08/19/brk,20070819-105865,id.html Petinju Chris John Sukses Pertahankan Gelar Juara Dunia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20081210165314/http://www.tempointeraktif.com/hg/olahraga/2007/08/19/brk,20070819-105865,id.html |date=2008-12-10 }}. ''[[Koran Tempo|Tempo]]'', [[19 Agustus]] 2007. Diakses pada [[10 September]] 2010.</ref> dalam ajang [[sepak bola]] internasional, Timnas Indonesia (Hindia Belanda) adalah tim Asia pertama yang berpartisipasi di [[Piala Dunia FIFA 1938|Piala Dunia]] pada tahun 1938 di [[Prancis]].<ref>{{Cite news|url=https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20180423105701-142-292771/jejak-bersejarah-hindia-belanda-di-piala-dunia-1938|title=Jejak Bersejarah Hindia Belanda di Piala Dunia 1938|date=23 April 2018|work=[[CNN Indonesia]]|language=id-ID|access-date=21 Februari 2020|archive-date=2020-02-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20200216065837/https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20180423105701-142-292771/jejak-bersejarah-hindia-belanda-di-piala-dunia-1938|dead-url=no}}</ref> |
|||
Olahraga yang paling populer di Indonesia adalah [[bulu tangkis]] dan [[sepak bola]]; [[Liga Super Indonesia]] adalah liga klub sepak bola utama di Indonesia. Olahraga tradisional termasuk [[sepak takraw]] dan [[karapan sapi]] di [[Pulau Madura|Madura]]. Di wilayah dengan sejarah perang antar suku, kontes pertarungan diadakan, seperti ''caci'' di [[Flores]], dan [[pasola]] di [[Sumba]]. [[Pencak silat]] adalah seni bela diri yang unik yang berasal dari wilayah Indonesia. Seni bela diri ini kadang-kadang ditampilkan pada acara-acara pertunjukkan yang biasanya diikuti dengan musik tradisional Indonesia berupa [[gamelan]] dan seni musik tradisional lainnya sesuai dengan daerah asalnya. Olahraga di Indonesia biasanya berorientasi pada pria dan olahraga spektator sering berhubungan dengan judi yang ilegal di Indonesia.<ref>{{cite book | last =Witton | first =Patrick | title =Indonesia | publisher =Lonely Planet | year =2003 | location =Melbourne | pages =hal.103 | id = ISBN 1-74059-154-2 }}</ref> |
|||
Di ajang kompetisi multi cabang, prestasi atlet-atlet Indonesia tidak terlalu mengesankan. Di [[Olimpiade]], prestasi terbaik Indonesia diraih pada saat [[Olimpiade 1992]], dimana Indonesia menduduki peringkat 24 dengan meraih 2 [[emas]] 2 [[perak]] dan 1 [[perunggu]], kelima medali tersebut diraih melalui cabang [[Bulu tangkis pada Olimpiade Musim Panas 1992|bulu tangkis]]. Pada era 1960 hingga 2000, Indonesia merajai [[bulu tangkis]]. Atlet-atlet putra Indonesia seperti [[Rudi Hartono]], [[Liem Swie King]], [[Icuk Sugiarto]], [[Alan Budikusuma]], [[Ricky Subagja]], dan [[Rexy Mainaky]] merajai kejuaraan-kejuaraan dunia. [[Rudi Hartono]] yang dianggap sebagai maestro [[bulu tangkis]] dunia, menjadi juara [[All England]] terbanyak sepanjang sejarah perbulutangkisan Indonesia. Ia meraih 8 gelar juara, dengan 7 gelar diraihnya secara berturut-turut. Selain [[bulu tangkis]], atlet-atlet tinju Indonesia juga mampu meraih gelar juara dunia, seperti [[Elyas Pical]], [[Nico Thomas]]<ref>[http://www.surya.co.id/2009/03/27/elyas-pical-dapat-penghargaan.html Elyas Pical Dapat Penghargaan]. ''[[Surya (surat kabar)|Surya]]'', [[27 Maret]] [[2009]]. Diakses pada [[10 September]] [[2010]].</ref>, dan [[Chris John (petinju)|Chris John]].<ref>Afriatni, Ami. [http://www.tempointeraktif.com/hg/olahraga/2007/08/19/brk,20070819-105865,id.html Petinju Chris John Sukses Pertahankan Gelar Juara Dunia]. ''[[Koran Tempo|Tempo]]'', [[19 Agustus]] [[2007]]. Diakses pada [[10 September]] [[2010]].</ref> |
|||
=== Seni musik === |
=== Seni musik === |
||
{{utama|Musik Indonesia}} |
{{utama|Musik Indonesia}} |
||
[[Berkas:Angklung.webm|jmpl|275x275px|Permainan musik [[angklung]].]] |
|||
Seni musik di Indonesia, baik tradisional maupun modern sangat banyak terbentang dari [[Sabang]] hingga [[Merauke]]. Setiap provinsi di Indonesia memiliki [[musik tradisional]] dengan ciri khasnya tersendiri. Musik tradisional termasuk juga [[keroncong]] yang berasal dari keturunan [[Portugis]] di daerah [[Kampung Tugu|Tugu]], [[Jakarta]],<ref>{{cite news| url=http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0404/28/metro/996265.htm |title=Kampung Tugu, Menyimpan Kenangan Sejarah |work=Kompas |date=Rabu, [[28 April]] [[2004]] |accessdate=14 Agustus 2008}}</ref> yang dikenal oleh semua rakyat Indonesia bahkan hingga ke mancanegara. Ada juga musik yang merakyat di Indonesia yang dikenal dengan nama [[dangdut]] yaitu musik beraliran Melayu modern yang dipengaruhi oleh musik India sehingga musik dangdut ini sangat berbeda dengan musik tradisional Melayu yang sebenarnya, seperti musik Melayu Deli, Melayu Riau, dan sebagainya. |
|||
Seni musik di Indonesia, baik tradisional maupun modern sangat banyak terbentang dari [[Sabang]] hingga [[Merauke]]. Setiap provinsi di Indonesia memiliki [[musik tradisional]] dengan ciri khasnya tersendiri. Musik tradisional termasuk juga [[Keroncong]] yang berasal dari keturunan [[Portugis]] di daerah [[Kampung Tugu|Tugu]], [[Jakarta]],<ref>{{Cite news|url = http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0404/28/metro/996265.htm |
|||
|title = Kampung Tugu, Menyimpan Kenangan Sejarah |
|||
[[Berkas:Traditional indonesian instruments02.jpg|thumb|right|250px|[[Gamelan|Seperangkat gamelan]]]] |
|||
|work = [[Kompas.com]] |
|||
|date = Rabu, [[28 April]] 2004 |
|||
|accessdate = 14 Agustus 2008 |
|||
|archive-date = 2008-12-11 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20081211203446/http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0404/28/metro/996265.htm |
|||
|dead-url = no |
|||
}}</ref> yang dikenal oleh semua rakyat Indonesia bahkan hingga ke mancanegara. Ada juga musik yang merakyat di Indonesia yang dikenal dengan nama [[dangdut]] yaitu musik beraliran Melayu modern yang dipengaruhi oleh musik India sehingga musik dangdut ini sangat berbeda dengan musik tradisional Melayu yang sebenarnya, seperti musik Melayu Deli, Melayu Riau, dan sebagainya. |
|||
Alat musik tradisional yang merupakan alat musik khas Indonesia memiliki banyak ragam dari pelbagai daerah di Indonesia, namun banyak pula |
Alat musik tradisional yang merupakan alat musik khas Indonesia memiliki banyak ragam dari pelbagai daerah di Indonesia, namun banyak pula alat musik tradisional Indonesia yang diklaim oleh negara lain<ref>{{cite news |
||
|url = http://www.gatra.com/2008-01-01/artikel.php?id=110550 |
|||
|title = Perspektif: Mencuri Klaim, Itu Biasa |
|||
|work = Gatra.Com |
|||
|author = Radhar Panca Dahana |
|||
|date = Kamis, [[6 Desember]] 2007 |
|||
|accessdate = 14 Agustus 2008 |
|||
|archive-date = 2008-12-08 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20081208175849/http://www.gatra.com/2008-01-01/artikel.php?id=110550 |
|||
|dead-url = no |
|||
}}</ref> untuk kepentingan penambahan budaya dan seni musiknya sendiri dengan mematenkan hak cipta seni dan warisan budaya Indonesia ke lembaga Internasional [[UNESCO]]. [[Daftar alat musik Indonesia|Alat musik tradisional Indonesia]] antara lain meliputi: |
|||
{{Col-begin|width=}} |
{{Col-begin|width=}} |
||
{{Col-4}} |
{{Col-4}} |
||
Baris 321: | Baris 1.144: | ||
* Gandang Tabuik |
* Gandang Tabuik |
||
* Gendang Bali |
* Gendang Bali |
||
* [[Gendang Karo]] |
|||
{{Col-4}} |
{{Col-4}} |
||
* Gondang Batak |
* Gondang Batak |
||
* [[Gondang (musik Sunda)]] |
|||
* Gong Kemada |
|||
* [[Gong]] Kemada |
|||
* Gong Lambus |
* Gong Lambus |
||
* Jidor |
* [[Tanjidor|Jidor]] |
||
* [[Tembang Cianjuran|Kecapi Suling]] |
* [[Tembang Cianjuran|Kecapi Suling]] |
||
* |
* [[Hasapi|Kecapi Batak]] |
||
* Kendang Jawa |
* [[Kendang]] Jawa |
||
{{Col-4}} |
{{Col-4}} |
||
* Kenong |
* [[Kenong]] |
||
* [[Kulintang]] |
* [[Kulintang]] |
||
* [[Rebab]] |
* [[Rebab]] |
||
* [[Rebana]] |
* [[Rebana]] |
||
* [[Saluang]] |
* [[Saluang]] |
||
* [[Sapeh]] |
|||
* [[Saron]] |
* [[Saron]] |
||
* [[Sasando]] |
* [[Sasando]] |
||
Baris 341: | Baris 1.167: | ||
* Seurune Kale |
* Seurune Kale |
||
* Suling Lembang |
* Suling Lembang |
||
* |
* Suling Batak |
||
* Suling Sunda |
* [[Suling]] Sunda |
||
* [[Talempong]] |
* [[Talempong]] |
||
* Tanggetong |
* Tanggetong |
||
* Tifa, dan sebagainya |
* [[Tifa]], dan sebagainya |
||
{{Col-end}} |
{{Col-end}} |
||
=== |
=== Kuliner === |
||
{{ |
{{utama|Masakan Indonesia}} |
||
[[Berkas:Nasi Goreng in Bali.jpg|kiri|jmpl|250x250px|[[Nasi goreng]], salah satu [[Hidangan Indonesia|makanan yang berasal dari Indonesia]].]] |
|||
[[Berkas:SOTO FOOD.jpg|thumb|250px|left|Beberapa [[Masakan Indonesia|makanan Indonesia]]: [[soto]] ayam, [[sate]] kerang, telor pindang, perkedel dan es teh manis.]] |
|||
[[Masakan Indonesia]] bervariasi bergantung pada wilayahnya.<ref>{{cite book |
|||
[[Masakan Indonesia]] bervariasi bergantung pada wilayahnya.<ref>{{cite book |last=Witton |first=Patrick |title=World Food: Indonesia |publisher=[http://en.wiki-indonesia.club/wiki/Lonely_Planet Lonely Planet] |year=2002 |location=Melbourne |id=ISBN 1-74059-009-0}}</ref> Nasi adalah makanan pokok dan dihidangkan dengan lauk daging dan sayur. Bumbu (terutama [[cabai]]), [[santan]], [[ikan]], dan [[ayam]] adalah bahan yang penting.<ref>{{cite book |last=Brissendon |first=Rosemary |title=South East Asian Food |publisher=Hardie Grant Books |year=2003 |location=Melbourne|id=ISBN 1-74066-013-7}}</ref> |
|||
|last = Witton |
|||
|first = Patrick |
|||
|title = World Food: Indonesia |
|||
|publisher = [[:en:Lonely Planet|Lonely Planet]] |
|||
|year = 2002 |
|||
|location = Melbourne |
|||
|id = ISBN 1-74059-009-0 |
|||
}}</ref> Nasi adalah makanan pokok dan dihidangkan dengan lauk daging dan sayur. Bumbu (terutama [[cabai]]), [[santan]], [[ikan]], dan [[ayam]] adalah bahan yang penting.<ref>{{cite book |
|||
|last = Brissendon |
|||
|first = Rosemary |
|||
|title = South East Asian Food |
|||
|publisher = Hardie Grant Books |
|||
|year = 2003 |
|||
|location = Melbourne |
|||
|id = ISBN 1-74066-013-7 |
|||
}}</ref> |
|||
Sepanjang sejarah, Indonesia telah menjadi tempat perdagangan antara dua benua. Ini menyebabkan terbawanya banyak bumbu, bahan makanan dan teknik memasak dari bangsa [[Melayu]] sendiri, [[India]], [[Timur tengah]], [[Tionghoa]], dan [[Eropa]]. Semua ini bercampur dengan ciri khas makanan Indonesia tradisional, menghasilkan banyak keanekaragaman yang tidak ditemukan di daerah lain. Bahkan bangsa [[Spanyol]] dan [[Portugis]], telah mendahului bangsa [[Belanda]] dengan membawa banyak produk dari dunia baru ke Indonesia. |
Sepanjang sejarah, Indonesia telah menjadi tempat perdagangan antara dua benua. Ini menyebabkan terbawanya banyak bumbu, bahan makanan dan teknik memasak dari bangsa [[Melayu]] sendiri, [[India]], [[Timur tengah]], [[Tionghoa]], dan [[Eropa]]. Semua ini bercampur dengan ciri khas makanan Indonesia tradisional, menghasilkan banyak keanekaragaman yang tidak ditemukan di daerah lain. Bahkan bangsa [[Spanyol]] dan [[Portugis]], telah mendahului bangsa [[Belanda]] dengan membawa banyak produk dari dunia baru ke Indonesia.{{fact}} |
||
[[Sambal]], [[sate]], [[bakso]], [[soto]], dan [[nasi goreng]] |
[[Sambal]], [[sate]], [[bakso]], [[soto]], dan [[nasi goreng]] adalah beberapa contoh makanan yang biasa dimakan masyarakat Indonesia setiap hari.<ref>http://www.cnngo.com/explorations/eat/40-foods-indonesians-cant-live-without-327106 {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20111025194254/http://www.cnngo.com/explorations/eat/40-foods-indonesians-cant-live-without-327106 |date=2011-10-25 }} 40 of Indonesia's best dishes. Diakses pada 5 Desember 2011.</ref> Selain disajikan di [[warung]] atau [[restoran]], terdapat pula aneka makanan khas Indonesia yang dijual oleh para pedagang keliling menggunakan gerobak atau pikulan. Pedagang ini menyajikan [[bubur ayam]], [[mie ayam]], mi bakso, [[mi goreng]], nasi goreng, aneka macam soto, [[siomay]], sate, [[nasi uduk]], dan lain-lain. |
||
Rumah makan Padang yang menyajikan nasi Padang, yaitu nasi disajikan bersama aneka lauk-pauk [[Masakan Padang]], mudah ditemui di berbagai kota di Indonesia. Selain itu [[Warung Tegal]] yang menyajikan masakan Jawa khas Tegal dengan harga yang terjangkau juga tersebar luas. [[Nasi rames]] atau [[nasi campur]] yang berisi nasi beserta lauk atau sayur pilihan dijual di warung nasi di tempat-tempat umum, seperti stasiun [[kereta api]], pasar, dan terminal bus. Di [[Daerah Istimewa Yogyakarta]] dan sekitarnya dikenal [[nasi kucing]] sebagai nasi rames yang berukuran kecil dengan harga murah, nasi kucing sering dijual di atas angkringan, sejenis warung kaki lima. Penganan kecil semisal kue-kue banyak dijual di pasar tradisional. Kue-kue tersebut biasanya berbahan dasar beras, ketan, ubi kayu, ubi jalar, terigu, atau sagu. |
Rumah makan Padang yang menyajikan nasi [[Padang]], yaitu nasi disajikan bersama aneka lauk-pauk [[Masakan Padang]], mudah ditemui di berbagai kota di Indonesia.{{fact}} Selain itu [[Warung Tegal]] yang menyajikan masakan Jawa khas Tegal dengan harga yang terjangkau juga tersebar luas.{{fact}} [[Nasi rames]] atau [[nasi campur]] yang berisi nasi beserta lauk atau sayur pilihan dijual di warung nasi di tempat-tempat umum, seperti stasiun [[kereta api]], pasar, dan terminal bus. Di [[Daerah Istimewa Yogyakarta]] dan sekitarnya dikenal [[nasi kucing]] sebagai nasi rames yang berukuran kecil dengan harga murah, nasi kucing sering dijual di atas angkringan, sejenis warung kaki lima. Penganan kecil semisal kue-kue banyak dijual di pasar tradisional. Kue-kue tersebut biasanya berbahan dasar beras, ketan, ubi kayu, ubi jalar, terigu, atau sagu. |
||
=== Perfilman === |
=== Perfilman === |
||
{{utama|Perfilman Indonesia}} |
{{utama|Perfilman Indonesia}} |
||
[[Berkas:Loetoeng Kasaroeng p67.jpg|jmpl|[[Poster]] [[Film]] ''[[Loetoeng Kasaroeng]]''.]] |
|||
[[Berkas:Tjoet Nja' Dhien.jpg|thumb|150px|right|Poster film ''[[Tjoet Nja' Dhien (film)|Tjoet Nja' Dhien]]'' (1988), film tentang pahlawan nasional Indonesia asal [[Aceh]].]] |
|||
Film pertama yang diproduksi pertama kalinya di nusantara adalah film bisu tahun |
Film pertama yang diproduksi pertama kalinya di nusantara adalah film bisu tahun 1926 yang berjudul ''[[Loetoeng Kasaroeng]]'' dan dibuat oleh sutradara [[Belanda]] G. Kruger dan L. Heuveldorp pada zaman Hindia Belanda.{{fact}} Film ini dibuat dengan aktor lokal oleh Perusahaan Film Jawa NV di [[Bandung]] dan muncul pertama kalinya pada tanggal 31 Desember, 1926 di teater Elite and Majestic, [[Bandung]]. Setelah itu, lebih dari 2.200 film diproduksi. Pada masa awal kemerdekaan, sineas-sineas Indonesia belum banyak bermunculan. Di antara sineas yang ada, [[Usmar Ismail]] adalah salah satu sutradara paling produktif, dengan film pertamanya ''[[Harta Karun (film)|Harta Karun]]'' (1949).{{fact}} Namun kemudian film pertama yang secara resmi diakui sebagai film pertama Indonesia sebagai negara berkedaulatan adalah film ''[[Darah dan Doa]]'' (1950) yang disutradarai Usmar Ismail. Dekade 1970 hingga 2000-an, [[Arizal]] muncul sebagai sutradara film paling produktif. Tak kurang dari 52 buah film dan 8 judul sinetron dengan 1.196 episode telah dihasilkannya.{{fact}} |
||
Popularitas [[Perfilman Indonesia|industri film Indonesia]] memuncak pada tahun 1980-an dan mendominasi bioskop di Indonesia,<ref name="kompasmovies">{{ |
Popularitas [[Perfilman Indonesia|industri film Indonesia]] memuncak pada tahun 1980-an dan mendominasi bioskop di Indonesia,<ref name="kompasmovies">{{Cite news|last = Kristianto |
||
|first = JB |
|||
|title = Sepuluh Tahun Terakhir Perfilman Indonesia |
|||
|language = Bahasa Indonesia |
|||
|publisher = Kompas |
|||
|date = [[2 Juli]] 2005 |
|||
|url = http://www.kompas.com/kompas-cetak/0507/02/Bentara/1857854.htm |
|||
|accessdate = [[5 Oktober]] 2006 |
|||
|archive-date = 2008-01-13 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20080113052204/http://www.kompas.com/kompas-cetak/0507/02/Bentara/1857854.htm |
|||
|dead-url = no |
|||
|work= [[Kompas.com]] |
|||
}}</ref> meskipun kepopulerannya berkurang pada awal tahun 1990-an. Antara tahun 2000 hingga 2005, jumlah film Indonesia yang dirilis setiap tahun meningkat.<ref name="kompasmovies" /> Film [[Laskar Pelangi]] (2008) yang diangkat dari novel karya [[Andrea Hirata]] menjadi film terlaris Indonesia dengan jumlah penonton terbanyak sepanjang sejarah perfilman Indonesia hingga tahun 2016.<ref>{{Cite news|date=30 Maret 2017|title=Menengok 10 Film Indonesia Terlaris Dalam 10 Tahun Terakhir|url=https://kumparan.com/kumparanhits/menengok-10-film-indonesia-terlaris-dalam-10-tahun-terakhir|work=[[Kumparan (situs web)|Kumparan]]|language=id-ID|access-date=2022-01-15|last=Pramantie|first=Caroline|archive-date=2022-01-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20220116012323/https://kumparan.com/kumparanhits/menengok-10-film-indonesia-terlaris-dalam-10-tahun-terakhir|dead-url=no}}</ref> |
|||
=== Kesusastraan === |
=== Kesusastraan === |
||
[[Berkas:Chairil Anwar.jpg|al=Sastrawan ternama di Indonesia|jmpl|[[Chairil Anwar]]]] |
|||
{{utama|Sastra Indonesia}} |
{{utama|Sastra Indonesia}} |
||
Bukti tulisan tertua di Indonesia adalah berbagai prasasti berbahasa [[Sanskerta]] pada abad ke-5 [[Masehi]]. Figur penting dalam sastra modern Indonesia termasuk: pengarang Belanda [[Multatuli]] yang mengkritik perlakuan Belanda terhadap Indonesia selama zaman penjajahan Belanda; [[Muhammad Yamin]] dan [[Hamka]] yang merupakan penulis dan politikus pra-kemerdekaan; |
Bukti tulisan tertua di Indonesia adalah berbagai prasasti berbahasa [[Sanskerta]] pada abad ke-5 [[Masehi]].<ref>{{Cite book|date=2000|url=https://books.google.com/books?id=w8NhAAAAMAAJ&newbks=0&hl=en|title=Literacy and Writing Systems in Asia|publisher=Department of Linguistics, University of Illinois at Urbana-Champaign|pages=137|language=en|url-status=live}}</ref> Figur penting dalam sastra modern Indonesia termasuk: pengarang Belanda [[Multatuli]] yang mengkritik perlakuan Belanda terhadap Indonesia selama zaman penjajahan Belanda; [[Muhammad Yamin]] dan [[Hamka]] yang merupakan penulis dan politikus pra-kemerdekaan;{{sfn|Taylor|2003|pp=299–301}} dan [[Pramoedya Ananta Toer]], pembuat novel Indonesia yang paling terkenal.{{sfn|Vickers|2005|pp=3-7}}{{sfn|Friend|2003|pp=74, 180}} Selain novel, sastra tulis Indonesia juga berupa puisi, pantun, dan sajak. [[Chairil Anwar]] adalah penulis puisi Indonesia yang paling ternama. Banyak orang Indonesia memiliki [[tradisi lisan]] yang kuat, yang membantu mendefinisikan dan memelihara identitas budaya mereka.<ref name="UNESCO Jakarta, Indonesia">{{cite web |
||
|last = Czermak |
|||
|first = Karen |
|||
|authorlink = |
|||
|coauthors = Philippe DeLanghe, Wei Weng |
|||
|title = "Preserving Intangible Cultural Heritage in Indonesia" |
|||
|publisher = SIL International |
|||
|url = http://www.sil.org/asia/ldc/parallel_papers/unesco_jakarta.pdf |
|||
|format = PDF |
|||
|accessdate = 2007-07-04 |
|||
|archive-date = 2007-07-09 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20070709194435/http://www.sil.org/asia/ldc/parallel_papers/unesco_jakarta.pdf |
|||
|dead-url = no |
|||
}}</ref> |
|||
=== |
=== Kebebasan pers dan media publik === |
||
{{ |
{{main|Kebebasan pers di Indonesia}} |
||
[[Berkas:TVRI 1982-2000.png|jmpl|[[Logo]] [[TVRI]] pada tahun [[1983]]–[[1999]].]] |
|||
Indonesia hanya memiliki satu bahasa nasional atau bahasa negara, yakni [[Bahasa Indonesia]].<ref>[http://id.wikisource.org/wiki/Undang-Undang_Dasar_Negara_Republik_Indonesia_Tahun_1945 UUD 1945, Bab XV, Pasal 36: "Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia."]</ref> Campur tangan negara terhadap bahasa nasional diselenggarakan melalui [[Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa]] di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.<ref>[http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/ Laman Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa]</ref> |
|||
Kebebasan pers di Indonesia meningkat setelah berakhirnya kekuasaan Presiden Soeharto. Jaringan televisi publik [[Televisi Republik Indonesia|TVRI]] bersaing dengan [[Daftar stasiun televisi di Indonesia|jaringan televisi swasta nasional]] dan stasiun daerah; begitu pula dengan jaringan radio publik [[Radio Republik Indonesia|RRI]] yang bersaing dengan [[Daftar stasiun radio di Indonesia|jaringan radio swasta]] yang menyiarkan berita dan hiburan. |
|||
Indonesia memiliki lebih dari 721 bahasa daerah<ref>[http://www.muturzikin.com/cartesasiesudest/8.htm ASIAN LINGUISTIC MAPS : Indonesia & Brunei]</ref>. Di antara ratusan bahasa daerah tersebut, yang paling banyak sebarannya adalah di [[Daftar bahasa di Papua|Papua]] dan [[Daftar bahasa di Kalimantan|Kalimantan]], sedangkan yang paling sedikit adalah di [[Daftar bahasa di Jawa|pulau Jawa]]. Menurut jumlah penuturnya, bahasa daerah yang paling banyak digunakan di Indonesia berturut-turut adalah: {{bhs|Jawa}} (80 juta penutur), [[Bahasa Melayu|Melayu-Indonesia]], {{bhs|Sunda}}, {{bhs|Madura}}, {{bhs|Batak}}, {{bhs|Minangkabau}}, {{bhs|Bugis}}, {{bhs|Aceh}}, {{bhs|Bali}}, {{bhs|Banjar}}. |
|||
Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional telah diperkenalkan oleh pemerintah Indonesia kepada para pelajar mulai jenjang pendidikan dasar.<ref>[http://pascapbi.uad.ac.id/pendidikan-bahasa-inggris-di-indonesia-masih-sangat-miskin/ Pendidikan bahasa Inggris bagi pelajar SD.] Pascasarjana Pendidikan Bahasa Inggris [[Universitas Ahmad Dahlan]]. Terbit pada 20 September 2012. Diakses pada 2 Januari 2013.</ref> Meski demikian, dengan berbagai alasan terdapat upaya untuk menghapus pelajaran bahasa Inggris di tingkat sekolah dasar.<ref>[http://www.poskotanews.com/2012/10/11/belum-final-rencana-penghapusan-pelajaran-bahasa-inggris-di-sd/ Rencana penghapusan pelajaran bahasa Inggris bagi pelajar SD belum final.] POSKOTANEWS.com. Terbit pada 11 Oktober 2012. Diakses pada 2 Januari 2013.</ref><ref>[http://nasional.sindonews.com/read/2012/12/15/15/697819/dpr-minta-tunda-penerapan-kurikulum-baru DPR minta tunda penerapan kurikulum baru.] SINDONEWS.com. Terbit pada 15 Desember 2012. Diakses pada 2 Januari 2013.</ref> |
|||
=== Internet === |
|||
Bagi penganut agama Islam yang menjadi kaum mayoritas di Indonesia,<ref>[http://www.pupr.edu/hkettani/papers/HICAH2010.pdf 2010 World Muslim Population.] Hal. 3-5. Houssain Kettani. Department of Electrical and Computer Engineering and Computer Science, Polytechnic University of Puerto Rico. Terbit pada Januari 2010. Diakses pada 2 Januari 2013.</ref> bahasa Arab adalah bahasa asing yang memiliki kedudukan khusus, karena harus dipraktikkan dalam ibadah harian tertentu, misalnya [[salat]]<ref>[http://www.islampedia.info/salat.php Salat harus menggunakan bahasa Arab.] Islampedia.info. Terbit pada 2006. Diakses pada 2 Januari 2013.</ref>. Meskipun demikian, bahasa Arab tidak menjadi bahasa pergaulan umum sejak periode awal keberadaannya di Indonesia.<ref>[http://stainsalatiga.ac.id/pembelajaran-bahasa-arab-sepanjang-sejarah/ Pembelajaran Bahasa Arab Sepanjang Sejarah.] stainsalatiga.ac.id. Terbit pada 1 Juni 2012. Diakses pada 2 Januari 2013.</ref> |
|||
{{utama|Internet di Indonesia}} |
|||
Pada tahun 2007, dilaporkan bahwa 20 juta penduduk Indonesia menjadi pengguna internet.<ref>{{cite web |
|||
== Lingkungan hidup == |
|||
|title = Internet World Stats |
|||
{{utama|Flora Indonesia|Fauna Indonesia}} |
|||
|work = Asia Internet Usage, Population Statistics and Information |
|||
[[Berkas:Rafflesia sumatra.jpg|thumb|250px|left|[[Rafflesia arnoldii]] bunga terbesar di dunia, diameternya mencapai 1,3 meter.]] |
|||
|publisher = Miniwatts Marketing Group |
|||
[[Berkas:Varanus komodoensis6.jpg|thumb|250px|right|[[Komodo]], hewan reptil langka khas dari [[Nusa Tenggara]].]] |
|||
|year = 2006 |
|||
Wilayah Indonesia memiliki keanekaragaman makhluk hidup yang tinggi sehingga oleh beberapa pihak wilayah ekologi Indonesia disebut dengan istilah "''Mega biodiversity''" atau "keanekaragaman mahluk hidup yang tinggi"<ref>http://www.detiknews.com/read/2009/03/08/144934/1096302/10/pemerintah-siap-dukung-dana-pengembangan-obat-herbal-aids-kanker http://www.detiknews.com/read/2009/03/08/144934/1096302/10/pemerintah-siap-dukung-dana-pengembangan-obat-herbal-aids-kanker</ref><ref>http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2009/03/08/4070.html Dunia Sebut Indonesia Mega Biodiversity</ref> umumnya dikenal sebagai ''Indomalaya'' atau [[Malesia]] bedasarkan penelitian bahwa 10 persen tumbuhan, 12 persen mamalia, 16 persen reptil, 17 persen burung, 25 persen ikan yang ada di dunia hidup di Indonesia, padahal luas Indonesia hanya 1,3 % dari luas Bumi. Kekayaan makhluk hidup Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah [[Brasil]] dan [[Republik Demokratik Kongo]].<ref>[http://www.cites.org/eng/prog/economics/report_mega_2001.pdf Report on the CITES workshop on mega-biodiversity exporters (with the assistance of the European Commission)]</ref> |
|||
|url = http://www.internetworldstats.com/asia.htm#id |
|||
|accessdate = 2007-08-13 |
|||
Meskipun demikian, [[Guinness World Records]] pada 2008 pernah mencatat rekor Indonesia sebagai negara yang paling kencang laju kerusakan hutannya di dunia. Setiap tahun Indonesia kehilangan hutan seluas 1,8 juta hektare. Kerusakan yang terjadi di daerah hulu (hutan) juga turut merusak kawasan di daerah hilir (pesisir).<ref>http://www.sinarharapan.co.id/berita/0712/29/kesra01.html Sulung Prasetyo. Ekologi Indonesia Masuki Masa Genting, Paragraf 1. Sinar Harapan Online. Diakses pada 13 November 2009</ref> Menurut catatan ''Down The Earth'', proyek [[Asian Development Bank]] (ADB) di sektor kelautan Indonesia telah memicu terjadinya alih fungsi secara besar-besaran hutan bakau menjadi kawasan pertambakan. Padahal hutan bakau, selain berfungsi melindungi pantai dari abrasi, merupakan habitat yang baik bagi berbagai jenis ikan. Kehancuran hutan bakau tersebut mengakibatkan nelayan harus mencari ikan dengan jarak semakin jauh dan menambah biaya operasional mereka dalam mencari ikan. Selain itu, hancurnya hutan bakau juga mengakibatkan semakin rentannya kawasan pesisir Indonesia terhadap terjangan air pasang laut dan banjir, terlebih di musim hujan.<ref>http://www.satudunia.net/?q=content/utang-ekologis-adb-di-indonesia Firdaus Cahyadi Utang Ekologis ADB di Indonesia, Tulisan pernah dimuat di [[Koran Tempo]], 2 Mei 2009</ref> |
|||
|archive-date = 2019-04-30 |
|||
{{clear}} |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20190430095416/https://www.internetworldstats.com/asia.htm#id |
|||
|dead-url = no |
|||
}}</ref> Kemudian pada tahun 2014, jumlah pengguna internet bertambah pesat menjadi 83,7 juta orang atau terbanyak keenam di dunia.<ref>{{Cite news|url = http://wartakota.tribunnews.com/2014/11/24/inilah-data-peringkat-negara-pengguna-internet |
|||
|title = Inilah Data Peringkat Negara Pengguna Internet |
|||
|author = Suprapto |
|||
|date = November 24, 2014 |
|||
|access-date = 2015-08-21 |
|||
|archive-date = 2015-07-19 |
|||
|archive-url = https://web.archive.org/web/20150719160907/http://wartakota.tribunnews.com/2014/11/24/inilah-data-peringkat-negara-pengguna-internet |
|||
|dead-url = no |
|||
|language = id |
|||
|work = [[Tribunnews|Tribunnews.com]] |
|||
}}</ref> Pada tahun 2019, yaitu tahun sebelum [[pandemi Covid-19]] berlangsung, diperkirakan jumlah pengguna internet di Indonesia adalah 175 juta jiwa. Sementara pada tahun 2022, [[pengguna]] [[internet]] di Indonesia telah menyentuh angka 210 juta jiwa, yaitu sekitar 77% dari jumlah [[penduduk]] Indonesia.<ref>{{Cite news|last=Dewi|first=Intan Rakhmayanti|date=2022-06-09|title=Data Terbaru! Berapa Pengguna Internet Indonesia 2022?|url=https://www.cnbcindonesia.com/tech/20220609153306-37-345740/data-terbaru-berapa-pengguna-internet-indonesia-2022|work=[[CNBC Indonesia]]|language=id-ID|access-date=2022-09-13|archive-date=2022-09-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20220913080323/https://www.cnbcindonesia.com/tech/20220609153306-37-345740/data-terbaru-berapa-pengguna-internet-indonesia-2022|dead-url=no}}</ref> |
|||
== Lihat pula == |
== Lihat pula == |
||
{{portal|Indonesia|Asia}} |
|||
* [[Nusantara]] |
|||
* [[Indonesia Raya (politik)]] |
* [[Indonesia Raya (politik)]] |
||
* [[Hubungan Indonesia dengan Palestina|Hubungan Indonesia–Palestina]] |
|||
* [[Nusantara]] |
|||
* [[Visi Indonesia 2045]] |
|||
* [[Hindia Belanda]] |
|||
* [[Mafilindo]] |
* [[Mafilindo]] |
||
* [[Daftar provinsi Indonesia menurut IPM]] |
|||
== Catatan == |
|||
{{notelist}} |
|||
== Referensi == |
== Referensi == |
||
{{reflist}} |
|||
{{Reflist|colwidth=30em}} |
|||
== Kepustakaan == |
|||
* {{Cite book | surname = Agung | given = Ide Anak Agung Gde| author-link = Ide Anak Agung Gde Agung | title = Twenty Years Indonesian Foreign Policy: 1945–1965 | publisher = Mouton & Co | year = 1973 | isbn = 979-8139-06-2 |ref=harv}} |
|||
* {{cite book |ref=harv | given = Ide Anak Agung Gde | surname = Agung |translator-last1= Owens|translator-first1= Linda|year= 1996|orig-year= 1995|title= From the Formation of the State of East Indonesia Towards the Establishment of the United States of Indonesia|publisher= Yayasan Obor |isbn= 979-461-216-2}} |
|||
* {{cite book|last=Badan Pusat Statistik|year=2020|title=Statistik Indonesia 2020|url=https://www.bps.go.id/publication/2020/04/29/e9011b3155d45d70823c141f/statistik-indonesia-2020.html|publisher=Badan Pusat Statistik|location=Jakarta|ref={{sfnref|BPS|2020}}}} |
|||
* {{cite book|last=Badan Pusat Statistik|year=2021|title=Statistik Indonesia 2021|url=https://www.bps.go.id/publication/2021/02/26/938316574c78772f27e9b477/statistik-indonesia-2021.html|publisher=Badan Pusat Statistik|location=Jakarta|archive-url=https://web.archive.org/web/20210810123515/https://www.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=OTM4MzE2NTc0Yzc4NzcyZjI3ZTliNDc3&xzmn=aHR0cHM6Ly93d3cuYnBzLmdvLmlkL3B1YmxpY2F0aW9uLzIwMjEvMDIvMjYvOTM4MzE2NTc0Yzc4NzcyZjI3ZTliNDc3L3N0YXRpc3Rpay1pbmRvbmVzaWEtMjAyMS5odG1s&twoadfnoarfeauf=MjAyMS0wOC0xMCAxOToxMDo1Nw%3D%3D|archive-date=10 Agustus 2021|ref={{sfnref|BPS|2021}}}} |
|||
* {{cite book |last=Djiwandono |first=Soedjati |year=1996 |title= Konfrontasi Revisited: Indonesia's Foreign Policy Under Soekarno|location=Jakarta |publisher=[[Centre for Strategic and International Studies]] |ref=harv}} |
|||
* {{cite book|editor-surname1=Frederick|editor-given1=William H.|editor-surname2=Worden|editor-given2=Robert L.|year=2011|title=Indonesia: A Country Study|series=Area handbook series, 39|others=[[Library of Congress]], Federal Research Division|edition=6|place=Washington, DC|publisher=U.S. Government Printing Office|url=https://books.google.com/books?id=6dgmXWMgWcwC|isbn=978-0-8444-0790-6|lang=en|ref=Frederick; Worden}} |
|||
* {{cite book|surname=Friend|given=T.|title=Indonesian Destinies|url=https://archive.org/details/indonesiandestin00theo|publisher=[[Harvard University Press]]|year=2003|isbn=0-674-01137-6|language=en|ref=harv}} |
|||
* {{Cite book|surname=Kahin|given=George McTurnan|year=1952|title=Nationalism and Revolution in Indonesia|url=https://archive.org/details/nationalismrevol0000kahi|location=Ithaca, New York|publisher=Cornell University Press|author-link=George McTurnan Kahin|ref=harv}} |
|||
* {{Cite book|surname=Kahin|first=George McTurnan|year=1961|title=Nationalism and Revolution in Indonesia|location=Ithaca, New York|publisher=Cornell University Press|author-link=George McTurnan Kahin|orig-year=1952|ref=harv}} |
|||
* {{Citation | surname = Kahin | given = George McTurnan|author-link = George McTurnan Kahin | title = Nationalism and Revolution in Indonesia | publisher = Cornell University Press | year = 1970 |orig-year=1952| isbn = 9780801491085 | ref=harv}} |
|||
* {{cite book |last1=Kahin |first1=George McTurnan |last2=Kahin |first2=Audrey |title=Southeast Asia: A Testament |publisher=Routledge Curzon |location=London |year=2003 |isbn=0-415-29975-6|ref=harv}} |
|||
* {{cite web|last1=Na'im|first1=Akhsan|last2=Syaputra|first2=Hendry|date=2010|title=Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia|url=http://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/watermark%20_Kewarganegaraan%2C%20Suku%20Bangsa%2C%20Agama%20dan%20Bahasa_281211.pdf|publisher=[[Badan Pusat Statistik]] (BPS)|archive-url=https://web.archive.org/web/20150923194534/http://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/watermark%20_Kewarganegaraan%2C%20Suku%20Bangsa%2C%20Agama%20dan%20Bahasa_281211.pdf|archive-date=23 September 2015|dead-url=no|access-date=23 September 2015|ref=harv}} |
|||
* {{cite book |surname=Ricklefs |given=Merle Calvin |title=A History of Modern Indonesia: c.1300 to the Present |publisher=MacMillan |year=1981 |location=London |language=en |ref=harv}} |
|||
* {{cite book |surname=Ricklefs |given=Merle Calvin |title=A History of Modern Indonesia Since c.1300 |edition=2 |publisher=MacMillan |year=1991 |location=London |language=en |isbn=0-333-57689-6 |ref=harv}} |
|||
* {{cite book |surname=Ricklefs |given=Merle Calvin |title=A History of Modern Indonesia Since c. 1300 |publisher=Stanford University Press |location=San Francisco, CA |year=1993 |ref=harv}} |
|||
* {{cite book|surname=Ricklefs|given=Merle Calvin|authorlink=Merle Ricklefs|year=2001|title=A history of modern Indonesia since c. 1200|url=https://books.google.com/books?id=0GrWCmZoEBMC |edition=3|place=Basingstoke; Stanford, CA|publisher=Palgrave; [[Stanford University]] Press|isbn=978-0-8047-4480-5|language=en|ref=harv}} |
|||
*{{Cite book|surname=[[M.C. Ricklefs|Ricklefs]]|given=[[M.C. Ricklefs|Merle Calvin]]|year=2008|url=https://archive.org/details/m.-c.-ricklefs-a-history-of-modern-indonesia-since-c.-1200-red-globe-press-2008/page/4/mode/2up|title=A History of Modern Indonesia since c. 1200 (E-Book version)|location=New York|publisher=Palgrave Macmillan|isbn=|pages=|url-status=live|edition=4|ref=harv}} |
|||
* {{citation|last=Pemerintah Indonesia|year=1945|title=Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945|url=https://id.wikisource.org/wiki/Undang-Undang_Dasar_Negara_Republik_Indonesia_Tahun_1945|ref={{sfnref|UUD 1945}}}} |
|||
* {{cite book|surname=Schwarz|given=A.|year=1994|title=A Nation in Waiting: Indonesia in the 1990s|url=https://archive.org/details/nationinwaitingi00schw|publisher=Westview Press|isbn=1-86373-635-2|language=en|ref=harv}} |
|||
* {{Cite book | given = P. N. H. | surname = Simanjuntak | title = Kabinet-Kabinet Republik Indonesia: Dari Awal Kemerdekaan Sampai Reformasi | publisher = Djambatan | place = Jakarta | year = 2003 | language = id | isbn = 979-428-499-8 |ref=harv}} |
|||
* {{cite book|surname=Taylor|given=Jean Gelman|title=Indonesia: Peoples and Histories|url=https://archive.org/details/indonesiapeoples0000tayl|publisher=Yale University Press|year=2003|place=New Haven and London|isbn=0-300-10518-5|language=en|ref=harv}} |
|||
* {{cite book|surname=Vickers|given=Adrian|title=A History of Modern Indonesia|url=https://archive.org/details/historyofmoderni00adri|publisher=[[Cambridge University Press]]|year=2005|isbn=0-521-54262-6|language=en|ref=harv}} |
|||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
||
{{Portal|Indonesia}} |
|||
{{wikiportal}} |
|||
{{Sister project links}} |
|||
{{Commons|Indonesia}} |
{{Commons|Indonesia}} |
||
{{wikiatlas|Indonesia}} |
{{wikiatlas|Indonesia}} |
||
*{{OSM relation|304751}} |
|||
{{wikivoyage|Indonesia}} |
|||
{{Wikivoyage|Indonesia}} |
|||
* {{id}} [http://www.indonesia.go.id Situs web resmi pemerintah Republik Indonesia] |
|||
* {{id}} [http://www.indonesia.go.id/ Situs web resmi pemerintah Republik Indonesia]{{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120203203120/http://indonesia.go.id/ |date=2012-02-03 }} |
|||
* {{id}} [http://www.antara.co.id Kantor Berita Antara] |
|||
* {{id}} [http://www.pemiluindonesia.com/ Pemilu Indonesia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160205060018/http://www.pemiluindonesia.com/ |date=2016-02-05 }} |
|||
* {{en}} [http://www.my-indonesia.info/ Pariwisata Indonesia] |
|||
* {{id}} [http://www. |
* {{id}} [http://www.datastatistik-indonesia.com/ Data Kependudukan Resmi Indonesia] |
||
* {{en}} [http://www.britannica.com/EBchecked/topic/286480/Indonesia Indonesia] di ''[[Encyclopædia Britannica]]'' |
|||
* {{id}} [http://www.kebangkitan-nasional.or.id/ Peringatan Kebangkitan Nasional Indonesia] |
|||
* {{id}} [http://www.datastatistik-indonesia.com Data Kependudukan Resmi Indonesia] |
|||
* {{en}} [http://countrystudies.us/indonesia/ Indonesia: Country Studies 1993] |
* {{en}} [http://countrystudies.us/indonesia/ Indonesia: Country Studies 1993] |
||
* {{en}} [http://www.qwiki.com/q/#!/Indonesia Presentasi tentang Indonesia] |
* {{en}} [http://www.qwiki.com/q/#!/Indonesia Presentasi tentang Indonesia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130118105251/http://www.qwiki.com/q#!/Indonesia |date=2013-01-18 }} |
||
{{Geographic location |
|||
|Centre = {{flagicon|INA}} |
|||
|North = {{flagicon|MYS}} [[Malaysia Timur]]<br />{{flagicon|PHL}} [[Filipina]]<br />[[Laut Tiongkok Selatan]] |
|||
|Northeast = {{flagicon|PLW}} [[Palau]]<br />[[Samudra Pasifik]] |
|||
|East = {{flagicon|PNG}} [[Papua Nugini]] |
|||
|Southeast = {{flagicon|TLS}} [[Timor Leste]]<br />{{flagicon|AUS}} [[Australia]] |
|||
|South = {{flagicon|AUS}} [[Pulau Natal]]<br /> [[Samudra Hindia]] |
|||
|Southwest = {{flagicon|AUS}} [[Kepulauan Cocos (Keeling)]]<br /> [[Samudra Hindia]] |
|||
|West = {{flagicon|IND}} [[Kepulauan Andaman dan Nikobar]]<br /> [[Samudra Hindia]] |
|||
|Northwest = {{flagicon|MYS}} [[Malaysia Barat]]<br />{{flagicon|SGP}} [[Singapura]]<br />[[Laut Tiongkok Selatan]] |
|||
}} |
|||
{{Topik Indonesia|state=collapsed}} |
{{Topik Indonesia|state=collapsed}} |
||
{{Template group|state=collapsed |
{{Template group|state=collapsed |
||
Baris 430: | Baris 1.351: | ||
{{G20}} |
{{G20}} |
||
{{ASEAN}} |
{{ASEAN}} |
||
}}{{Authority control}} |
|||
}} |
|||
{{featured article}} |
|||
{{DEFAULTSORT:Indonesia}} |
|||
[[Kategori:Indonesia| ]] |
[[Kategori:Indonesia| ]] |
||
[[Kategori:Republik]] |
|||
[[Kategori:Negara di Asia]] |
|||
[[Kategori:Negara di Asia Tenggara]] |
[[Kategori:Negara di Asia Tenggara]] |
||
[[Kategori:Negara mayoritas Muslim]] |
|||
[[Kategori:Negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam]] |
|||
[[Kategori:Negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa]] |
|||
[[Kategori:Negara anggota ASEAN]] |
[[Kategori:Negara anggota ASEAN]] |
||
[[Kategori:Negara mantan anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi]] |
|||
[[Kategori:Negara dan wilayah di mana bahasa Melayu merupakan bahasa resmi]] |
|||
{{Link FA|ar}} |
|||
[[Kategori:Pendirian tahun 1945 di Asia]] |
|||
{{Link FA|en}} |
|||
[[Kategori:Pendirian tahun 1945 di Asia Tenggara]] |
|||
{{Link FA|fr}} |
|||
[[Kategori:Negara dan wilayah yang didirikan tahun 1945]] |
|||
{{Link FA|ms}} |
|||
[[Kategori:Negara E7]] |
|||
{{Link FA|ru}} |
|||
[[Kategori:Negara G15]] |
|||
{{Link FA|vi}} |
|||
[[Kategori:Negara G20]] |
|||
{{Link GA|cs}} |
|||
[[Kategori:Negara industri baru]] |
|||
{{Link GA|es}} |
|||
[[Kategori:Negara pulau]] |
|||
{{Link GA|et}} |
|||
[[Kategori:Negara lintas benua]] |
|||
{{Link GA|pt}} |
|||
[[Kategori:Negara kepulauan]] |
|||
{{Link GA|sk}} |
|||
{{Link GA|yo}} |
|||
{{Link GA|zh}} |
Revisi terkini sejak 15 November 2024 13.18
Penyuntingan Artikel oleh pengguna baru atau anonim untuk saat ini tidak diizinkan. Lihat kebijakan pelindungan dan log pelindungan untuk informasi selengkapnya. Jika Anda tidak dapat menyunting Artikel ini dan Anda ingin melakukannya, Anda dapat memohon permintaan penyuntingan, diskusikan perubahan yang ingin dilakukan di halaman pembicaraan, memohon untuk melepaskan pelindungan, masuk, atau buatlah sebuah akun. |
Indonesia, dengan nama resmi Republik Indonesia,[a] adalah sebuah negara kepulauan di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara daratan benua Asia dan Oseania sehingga dikenal sebagai negara lintas benua, serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
Indonesia merupakan negara terluas ke-14 sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas wilayah sebesar 1.904.569 km²,[12] serta negara dengan pulau terbanyak ke-6 di dunia, dengan jumlah 17.504 pulau.[13] Nama alternatif yang dipakai untuk kepulauan Indonesia disebut Nusantara.[14] Selain itu, Indonesia juga menjadi negara berpenduduk terbanyak ke-4 di dunia dengan penduduk mencapai 275.344.166 jiwa pada tahun 2022,[15] serta negara dengan penduduk beragama Islam terbanyak di dunia setelah Pakistan, dengan penganut lebih dari 244 juta jiwa atau sekitar 87.1%.[16][17] Indonesia adalah negara multiras, multietnis, dan multikultural di dunia, seperti halnya Amerika Serikat.[18] Indonesia berbatasan dengan sejumlah negara di Asia Tenggara dan Oseania. Indonesia berbatasan di wilayah darat dengan Malaysia di Pulau Kalimantan dan Sebatik, dengan Papua Nugini di Pulau Papua, dan dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara yang hanya berbatasan laut dengan Indonesia adalah Singapura, Filipina, Australia, Thailand, Vietnam, Palau, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar, India.
Indonesia adalah negara kesatuan dengan bentuk pemerintahan republik berdasarkan konstitusi yang sah, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945).[19] Berdasarkan UUD 1945 pula, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Presiden dicalonkan lalu dipilih dalam pemilihan umum. Ibu kota Indonesia saat ini adalah Jakarta. Pada tanggal 18 Januari 2022, pemerintah Indonesia menetapkan Ibu Kota Nusantara yang berada di Pulau Kalimantan, yang menempati wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara, untuk menggantikan Jakarta sebagai ibu kota yang baru.[20] Hingga tahun 2022, proses peralihan ibu kota masih berlangsung.
Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa-bangsa pendatang dan penjajah. Kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting sejak abad ke-7, yaitu sejak berdirinya Sriwijaya, kerajaan bercorak Hinduisme-Buddhisme yang berpusat di Palembang. Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan bangsa Tionghoa, India, dan juga Arab. Agama dan kebudayaan Hinduisme-Buddhisme tumbuh, berkembang, dan berasimilasi di kepulauan Indonesia pada awal abad ke-4 hingga abad ke-13 Masehi. Setelah itu, para pedagang sufi dan Islam sunni membawa agama dan kebudayaan Islam sekitar abad ke-8 hingga abad ke-16. Pada akhir abad ke-15, bangsa-bangsa Eropa datang ke kepulauan Indonesia dan berperang untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku semasa Zaman Penjelajahan. Setelah berada di bawah kolonial Belanda, Indonesia yang saat itu bernama Hindia Belanda, memproklamasikan kemerdekaan di akhir Perang Dunia II, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945. Selanjutnya, Indonesia mendapat berbagai tantangan dan persoalan berat, mulai dari bencana alam, praktik korupsi yang masif, konflik sosial, gerakan separatisme, proses demokratisasi, dan periode pembangunan, perubahan dan perkembangan sosial–ekonomi–politik, serta modernisasi yang pesat.
Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama. Berdasarkan rumpun bangsa, Indonesia terdiri atas bangsa asli pribumi yakni Austronesia dan Melanesia di mana bangsa Austronesia yang terbesar jumlahnya dan lebih banyak mendiami Indonesia bagian barat. Dengan suku Jawa dan Sunda membentuk kelompok suku bangsa terbesar dengan persentase mencapai 57% dari seluruh penduduk Indonesia.[21] Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka Tunggal Ika" (Berbeda-beda tetapi tetap satu), bermakna keberagaman sosial-budaya yang membentuk satu kesatuan negara. Selain memiliki penduduk yang padat dan wilayah yang luas, Indonesia memiliki alam yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar ke-2 di dunia.
Etimologi
Kata "Indonesia" berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu Indus yang merujuk kepada Sungai Indus di India dan nesos yang berarti "pulau".[22] Jadi, kata Indonesia berarti wilayah "kepulauan India", atau kepulauan yang berada di wilayah Hindia; ini merujuk kepada persamaan antara dua bangsa tersebut (India dan Indonesia).[23] Pada tahun 1850, George Windsor Earl, seorang etnolog berkebangsaan Inggris, awalnya mengusulkan istilah Indunesia dan Malayunesia untuk penduduk "Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu".[24] Murid Earl, James Richardson Logan, menggunakan kata Indonesia sebagai sinonim dari Kepulauan India.[25][26] Namun, penulisan akademik Belanda di media Hindia Belanda tidak menggunakan kata Indonesia, tetapi istilah Kepulauan Melayu (Maleische Archipel); Hindia Timur Belanda (Nederlandsch Oost Indië), atau Hindia (Indië); Timur (de Oost); dan bahkan Insulinde (istilah ini diperkenalkan tahun 1860 dalam novel Max Havelaar (1859) yang ditulis oleh Multatuli mengenai kritik terhadap kolonialisme Belanda).[14]
Sejak tahun 1900, nama Indonesia menjadi lebih umum pada lingkungan akademik di luar Belanda, dan golongan nasionalis Indonesia menggunakannya untuk ekspresi politik.[14] Adolf Bastian dari Universitas Berlin memasyarakatkan nama ini melalui buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipels, 1884–1894. Pelajar Indonesia pertama yang menggunakannya ialah Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara), ketika ia mendirikan kantor berita di Belanda yang bernama Indonesisch Pers Bureau pada tahun 1913.[23]
Sejarah
Periode prasejarah
Kepulauan Indonesia terbentuk melalui berbagai aktivitas tektonis yang sangat kompleks sejak awal masa Senozoikum (sekitar 66 juta tahun lalu) dan mulai mencapai bentuknya yang sekarang ketika memasuki kala Pleistosen (sekitar 2,58 juta tahun lalu).[27] Pada kala tersebut, permukaan laut global saat itu rata-rata lebih rendah 130 meter daripada permukaan laut global sekarang,[28] sehingga muncul Daratan Sunda (Sundaland) yang terhubung dengan daratan utama Asia dan saat ini mencakup Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan lautan-lautan di antaranya,[29][30] serta Benua Sahul yang saat ini mencakup Pulau Papua, Australia, dan Laut Arafura.[31][32] Kedua daratan tersebut diantarai oleh Kepulauan Wallacea yang saat ini mencakup Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku.[33] Sekitar 74.000 tahun yang lalu, letusan dahsyat berskala VEI-8 terjadi pada Gunung Toba (sekarang menjadi Danau Toba). Letusan tersebut konon menjadi letusan gunung berapi terbesar yang berhasil diteliti. Perubahan iklim yang ditimbulkannya diperkirakan menjadi penyebab populasi manusia modern dunia hampir seluruhnya musnah dan pergerakan migrasi manusia sempat terhenti pada subkala Pleistosen Akhir.[34][35] Lalu pada akhir periode glasial terakhir (sekitar 12.000 tahun lalu), permukaan laut naik setinggi 60 meter hanya dalam kurun waktu lima milenium.[36] Akibatnya, daratan yang lebih rendah terendam dan membentuk perairan dangkal, sementara daratan yang lebih tinggi terpisah-pisah menjadi pulau-pulau yang lebih kecil. Pulau-pulau tersebut membentuk kepulauan Indonesia seperti sekarang ini.[37]
Dari kumpulan fosil manusia purba Homo erectus (atau manusia Jawa) dan Homo floresiensis ("manusia Flores") yang pernah menetap di Indonesia, kuat dugaan bahwa kepulauan Indonesia telah dihuni oleh manusia purba tersebut sekurang-kurangnya antara dua juta sampai 500.000 tahun yang lalu. Manusia purba tersebut kemudian berangsur-angsur punah seiring dengan kedatangan manusia modern (Homo sapiens) di kepulauan Indonesia.[38][39]
Gelombang migrasi manusia modern pertama kali sampai di kepulauan Indonesia melalui jalur darat sekitar 60.000 tahun yang lalu. Gelombang pertama ini menjadi nenek moyang dari bangsa Melanesia.[40][41] Kemudian sekitar 3.500–1.500 SM, bangsa Austronesia yang berasal dari Taiwan tiba melalui jalur laut dan menetap di kepulauan Indonesia. Sebagian bangsa Melanesia yang telah ada lebih dahulu terdesak ke wilayah-wilayah timur jauh, sementara sebagian lagi berasimilasi dengan pendatang tersebut.[40][42][43] Manusia yang menetap tersebut kemudian mengembangkan budaya bercocok tanam dan melaut.[44]
Periode monarki
Kerajaan Hindu-Buddha
Kandis diduga merupakan kerajaan tertua di Nusantara (kepulauan Indonesia) yang berdiri pada abad ke-1 SM dan terletak di daerah yang saat ini menjadi wilayah Provinsi Riau, tetapi keberadaannya masih sering diperdebatkan oleh para sejarawan, karena tidak adanya bukti yang jelas atas kerajaan ini.[45] Keberadaan Salakanagara yang berdiri pada abad ke-1 Masehi di daerah sekitar Cianjur, Jawa Barat juga masih menjadi perdebatan oleh para ahli karena kurangnya bukti-bukti sejarah, meskipun kerajaan ini merupakan cikal bakal Tarumanagara.[45]
Dua kerajaan tertua Nusantara yang memiliki bukti-bukti sejarah adalah Kutai Martapura di wilayah Kalimantan Selatan saat ini dan Tarumanagara di wilayah barat Pulau Jawa, yang sama-sama berdiri pada abad ke-4 Masehi.[46] Kedua kerajaan tersebut dibuktikan memiliki corak Hindu-Buddha, sehingga dapat dipastikan bahwa Agama Hindu dan Agama Buddha telah berkembang di Nusantara sekurang-kurangnya dari abad ke-4 M.[47] Banyak kerajaan bercorak Hindu-Buddha lainnya yang kemudian terbentuk setelah itu.
Sriwijaya, yang berbentuk kedatuan dan bercorak Buddha, berdiri di Nusantara pada abad ke-7 Masehi, kemudian berkembang menjadi salah satu kemaharajaan terbesar di Nusantara, serta negara monarki dengan masa berdiri terlama di Asia Tenggara.[48] Pada masa kejayaannya, Sriwijaya melingkupi Sumatra, Malaya, Kra, Jawa, Kalimantan, Kamboja, dan Vietnam,[49][50] serta berkuasa dalam mengendalikan aktivitas pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka yang merupakan jalur pelayaran penting di dunia. Banyak budaya asing yang mempengaruhi dan berasimilasi dengan budaya-budaya lokal.[51] Sejak diperintah oleh Balaputradewa pada pertengahan abad ke-9, Sriwijaya juga berada di bawah kekuasaan Wangsa Sailendra.[52] Nama Sriwijaya diperkirakan mulai meredup dan runtuh pada awal abad ke-11 dan digantikan oleh Dharmasraya, lalu oleh Pagaruyung pada abad ke-14.[53]
Medang, yang diperintah oleh Wangsa Sailendra, berdiri di wilayah Jawa Tengah saat ini pada abad ke-8.[54][55] Pada abad ke-10, pusat pemerintahannya dipindahkan ke Jawa Timur dan para penguasa setelah kepindahan tersebut dikelompokkan dalam Wangsa Isyana.[56] Pada tahun 1016, Medang runtuh akibat pemberontakan yang menewaskan raja terakhir beserta banyak kerabatnya.[57] Airlangga, menantu raja tersebut, membangun ulang kerajaan dan mendirikan negara Kahuripan pada tahun 1019,[58] yang kemudian terpecah menjadi Kadiri dan Janggala pada tahun 1042. Janggala lalu ditaklukkan oleh Kadiri pada tahun 1135. Ken Arok dari Wangsa Rajasa kemudian menaklukkan Kadiri dan mendirikan Singasari pada tahun 1222. Singasari runtuh pada tahun 1292 akibat pemberontakan yang dipimpin oleh Jayakatwang (sisa Wangsa Isyana), tetapi berhasil ditumpas setahun kemudian oleh Raden Wijaya.[55][56]
Raden Wijaya dari Wangsa Rajasa mendirikan Majapahit yang bercorak Syiwa-Buddha pada tahun 1293, yang kemudian berkembang menjadi kemaharajaan terbesar di Nusantara dan juga di Asia Tenggara, serta menjadi negara agraris dan jalur perdagangan dunia.[59] Majapahit mencapai masa kejayaannya pada masa kejayaannya pemerintahan Hayam Wuruk dengan patihnya, Gajah Mada (terkenal dengan sunpahnya yang bernama Sumpah Palapa),[59] dengan wilayah kekuasaan meliputi Sumatra, Malaya, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, hingga Papua.[56] Majapahit mengalami kemunduran seiring menguatnya pengaruh Islam di Nusantara, lalu akhirnya runtuh setelah ditaklukkan oleh Demak pada tahun 1527.
Pengaruh Hindu-Buddha semakin berkurang seiring dengan masuknya Islam di Nusantara. Namun, beberapa kerajaan bercorak Hindu-Buddha masih bertahan bahkan hingga kolonialisme masuk di Nusantara, seperti Blambangan di Pulau Jawa,[60] serta kerajaan-kerajaan Bali bekas Gelgel, yakni Klungkung, Buleleng, Karangasem, Badung, Tabanan, Gianyar, Bangli, Mengwi, dan Jembrana.[61]
Kesultanan Islam
Islam mulai dibawa masuk ke Nusantara oleh para pedagang dan para ulama berkebangsaan Arab, Persia, Gujarat, dan Tionghoa pada abad ke-7 Masehi.[62][63] Aceh menjadi pusat penyebaran agama Islam pertama di Nusantara,[64] serta menjadi lokasi negara kesultanan pertama yang pernah berdiri di Nusantara, yaitu negara Jeumpa yang berdiri pada abad ke-7 dan menguasai wilayah Kabupaten Bieruen saat ini.[65] Setelah Sriwijaya runtuh pada abad ke-11, Islam mulai menyebar ke berbagai daerah di Sumatra dan membuat beberapa kerajaan Hindu-Buddha di Sumatra beralih menjadi kesultanan Islam. Aceh (berdiri pada tahun 1496) menjadi kesultanan terbesar di Pulau Sumatra yang mencapai masa kejayaannya di bawah perintah Iskandar Muda (1607–1636).[66]
Islam mulai diperkenalkan dan menyebar secara luas di kepulauan Indonesia lainnya pada abad ke-15.[67] Setelah keruntuhan Majapahit, kesultanan-kesultanan Islam Nusantara mulai berdiri dan berkembang pesat. Lumajang (berdiri pada akhir abad ke-13) diperkirakan merupakan kesultanan Islam yang paling tua meskipun belum ada bukti-bukti pendukung yang cukup.[68] Kesultanan pertama di Pulau Jawa yang dapat dibuktikan oleh para sejarawan adalah Demak dan Cirebon, yang sama-sama berdiri pada abad ke-15 dan menjadi salah satu negara terbesar di Jawa.[69][70] Mataram, yang didirikan pada tahun 1586 oleh Wangsa Mataram, juga menjadi salah satu negara berpengaruh di Jawa, sebelum akhirnya terpecah melalui Perjanjian Giyanti.[71][72]
Beberapa kesultanan baru mulai berdiri di Kalimantan sejak abad ke-14 seiring dengan meningkatnya pengaruh Islam, bahkan beberapa kerajaan Hindu-Buddha beralih menjadi kesultanan. Brunei berhasil mencapai masa kejayaannya pada abad ke-15 setelah menguasai seluruh pesisir Kalimantan.[73] Banjar (berdiri pada tahun 1520) berkembang menjadi salah satu negara terbesar di Pulau Kalimantan setelah menguasai pesisir selatan Kalimantan,[74] sebelum akhirnya merosot pada abad ke-18 dan dihapuskan oleh pemerintah kolonial pada tahun 1905.[75]
Islam diperkirakan berkembang di Sulawesi sejak abad ke-16 dan beberapa kerajaan bercorak Hindu-Buddha atau berkepercayaan tradisional berubah menjadi kesultanan.[76] Kesultanan terbesar di Pulau Sulawesi adalah persekutuan negara Gowa–Tallo, yang disebut Makassar oleh para ahli, yang ketika masa kejayaannya mencakup Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku, hingga Australia.
Dua kesultanan dengan pengaruh besar di Kepulauan Maluku adalah Ternate dan Tidore, yang berpusat di wilayah Maluku Utara saat ini.[77] Kedua kesultanan ini mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-16 berkat perdagangan rempah-rempah, tetapi kemudian mengalami kemunduran semenjak diadu domba oleh bangsa asing dan akhirnya runtuh di tangan VOC.[78]
Kesultanan-kesultanan Islam mulai merosot ketika bangsa-bangsa asing masuk dan menguasai tanah Nusantara. Belanda yang membentuk Hindia Belanda bahkan membubarkan hampir seluruh monarki di wilayah kolonialnya.[79]
Kerajaan Kristen
Kekristenan umumnya dibawa oleh para misionaris Barat yang menumpang pada kapal pemerintah kolonial. Katolik awalnya dibawa ke Nusantara oleh bangsa Portugis, sebelum akhirnya sempat dilarang penyebarannya oleh Pemerintah Belanda yang menguasai Hindia Belanda. Setelah Napoleon sempat menguasai Belanda, penyebaran Katolik menjadi lebih leluasa dan misionaris Katolik Belanda melanjutkan misi di Hindia Belanda.[80] Sementara itu, Protestantisme dibawa oleh misionaris Protestan yang juga berasal dari Belanda.[81]
Beberapa kerajaan bercorak Kristen muncul sewaktu para misionaris menyebarkan Kekristenan pada rakyat dan keluarga kerajaan di kawasan tertentu.[82] Kerajaan-kerajaan Kristen yang terbentuk di Nusantara adalah Bolaang Mongondow, Manganitu, Manado, Moro, Siau, Soya, dan Tagulandang, serta Amanatun, Larantuka, dan Sikka yang bercorak Katolik.[83][84]
Periode kolonial
Upaya kolonisasi oleh Portugal
Demi mencari rempah-rempah yang sulit didapatkan setelah jalur perdagangannya terputus akibat jatuhnya Konstantinopel ke tangan bangsa Turki Utsmani pada tahun 1453,[85] armada Portugis di bawah kepemimpinan Afonso de Albuquerque melakukan ekspedisi ke timur Eropa hingga sampai di negara Melaka dan memulai sejarah kolonialisme di Nusantara dengan menyerang dan menduduki negara itu.[86][87] Demak yang merasa terancam lalu mengirim armada laut ke Melaka pada tahun 1453 untuk menyerang balik armada Portugis, tetapi usahanya gagal.[87] Pada tahun 1512, Albuquerque mengirimkan armada laut yang dipimpin oleh António de Abreu dan Francisco Serrão menuju Kepulauan Maluku demi memonopoli perdagangan cengkih dan pala[88] Bayanullah (sultan Ternate saat itu) mengizinkan armada Portugis untuk membangun Benteng Kastela dan memonopoli perdagangan rempah-rempah di Ternate dengan imbalan bantuan militer, karena Ternate pada saat itu sedang bermusuhan dengan Tidore.[87]
Armada Spanyol yang melakukan ekspedisi ke barat Eropa melanjutkan ekspedisi di bawah kepemimpinan Juan Sebastián Elcano setelah kehilangan banyak pasukan di Filipina dan akhirnya tiba di Kepulauan Maluku pada tanggal 8 November 1521, tetapi kedatangannya ditentang oleh armada Portugis yang terlebih dahulu ada di sana dan menganggap Spanyol melanggar Perjanjian Tordesillas. Bangsa Spanyol bersekutu dengan Tidore untuk melawan Ternate dan Portugal.[89] Persaingan kubu Ternate–Portugal vs. Tidore–Spanyol berujung pada meletusnya perang antarkubu, yang berakhir dengan kekalahan kubu Tidore–Spanyol dan penandatanganan Perjanjian Zaragoza pada tanggal 22 April 1529, yang membuat armada Spanyol harus angkat kaki dari Maluku dan kembali ke Filipina.[90]
Sementara itu, armada Portugis ingin meneruskan ambisi memperbesar koloni di Nusantara dengan cara menguasai Selat Sunda dan akhirnya mereka membuat perjanjian dengan Prabu Surawisesa (raja Sunda saat itu) pada tahun 1522, yang mengizinkan pendirian benteng di Banten dan Sunda Kelapa bagi armada Portugis dengan imbalan bantuan militer untuk menghadapi Demak dan Cirebon. Namun, kerja sama tersebut tidak pernah terlaksana, karena armada yang dikirim untuk melaksanakan perjanjian itu terseret dalam badai topan di Teluk Benggala dan beberapa pasukan yang tiba di Sunda dengan selamat diserang oleh pasukan Fatahillah yang sedang menyerbu Sunda, sehingga armada Portugis akhirnya meninggalkan Selat Sunda.[88]
Setelah kepergian Spanyol, bangsa Portugis mulai mencoba untuk memperbesar pengaruh mereka, sementara Ternate mulai menyadari bahwa Portugal sudah terlalu banyak ikut campur urusan internal negara, terutama atas suksesi takhta. Tewasnya Khairun Jamil (sultan Ternate) oleh pasukan Portugis memantik kemarahan rakyat Ternate dan memicu Perang Ternate–Portugal. Ternate dan sekutunya berhasil memenangkan perang dan mengusir sebagian besar pasukan Portugis yang lari menuju Nusa Tenggara.[90] Pengaruh bangsa Portugis di Nusantara semakin berkurang setelah bangsa Belanda mulai masuk ke Nusantara dan akhirnya hanya tersisa di wilayah Pulau Timor bagian timur menurut Perjanjian Lisboa.[91]
Monopoli VOC
Berbekal rute pelayaran armada Portugis sebelumnya, armada kapal Belanda di bawah kepemimpinan Cornelis de Houtman memulai ekspedisi pertamanya untuk mencari rempah-rempah di Timur, hingga akhirnya sampai di Banten pada tanggal 27 Juni 1596, serta berhasil menyusuri pesisir utara Jawa hingga ke Bali dalam kurun waktu setahun. Tabiat buruk Houtman dan anak buahnya membuat mereka sering berseteru dengan penduduk lokal di sepanjang perjalanan, meskipun mereka akhirnya sukses membawa serta peti-peti berisi rempah dalam jumlah banyak kembali Belanda.[92] Pada tahun 1598–1600, para pedangang Belanda membentuk rombongan ekspedisi yang dipimpin oleh Jacob Corneliszoon van Neck agar dapat mengulang kesuksesan tersebut. Mereka berusaha menarik hati para penduduk dan penguasa lokal untuk tidak mengulangi kesalahan yang dilakukan armada Portugis dan rombongan Houtman. Setelah itu, berbagai kapal milik para pedagang Belanda lainnya menyusul untuk memperoleh dan menguasai rempah-rempah di Nusantara.[92]
Dewan Negara Belanda membentuk suatu serikat dagang pada tanggal 20 Maret 1602bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) untuk mengurangi persaingan di antara para pedagang rempah Belanda. Dalam piagam "oktroi" (octrooi), VOC diperbolehkan untuk memiliki angkatan perang sendiri, mencetak mata uang sendiri, serta memonopoli perdagangan dan menekan penguasa-penguasa lokal di kawasan Nusantara.[93] Pada tahun 1603, VOC mulai membangun pos-pos perdagangan di Banten, Ambon, Jayakarta, dan lain-lain. Sejak tahun 1604, VOC bersaing ketat dengan armada Perusahaan Hindia Timur Britania (EIC) yang juga tiba di Nusantara demi tujuan yang sama.[94] Pada tanggal 19 Desember 1610, Pieter Both ditunjuk sebagai gubernur jenderal pertama di Nusantara, yang kemudian menetapkan Ambon sebagai pusat pemerintahan.[93] Pada tanggal 30 Mei 1619, Jan Pieterszoon Coen (gubernur jenderal yang baru) memerintahkan armada kapal VOC untuk menyerang Jayapura dan Banten, serta mendirikan Batavia yang kelak menjadi pusat pemerintahan. Pada tahun 1620, VOC dan EIC membuat perjanjian perdagangan rempah-rempah, tetapi hubungan tersebut putus sejak armada Inggris berangsur-angsur meninggalkan wilayah Nusantara setelah terjadinya Pembantaian Amboina terhadap beberapa orang Inggris pada tahun 1623.[95] Istilah "Hindia Belanda" (Nederlandsch-Indië) mulai digunakan di dalam dokumen resmi VOC sejak awal tahun 1620-an.[96] VOC menjadi badan usaha swasta yang sangat sukses selama abad ke-17 dan bahkan menjadi perusahaan terkaya di dunia pada tahun 1669. VOC lihai dalam melakukan politik adu domba antarkerajaan kecil dan memaksa para penguasa lokal untuk menandatangani perjanjian damai (misalnya Perjanjian Painan). VOC saat itu menguasai Pulau Jawa, Painan, Makassar, Manado, Pulau Seram, dan Pulau Buru.[97]
Pasukan Mataram pernah merencanakan penyerbuan ke markas VOC di Batavia sebanyak dua kali pada tahun 1628 dan 1629, tetapi akhirnya gagal karena kekurangan perbekalan.[98] Sebagai gantinya, VOC beberapa kali mencampuri urusan kerajaan di Mataram berkali-kali, seperti membantu dalam perang takhta melawan pasukan Amangkurat III pada tahun 1704–1708, membantu dalam perang takhta melawan kerabat raja yang memberontak pada tahun 1719–1723, serta ikut campur dalam rangkaian konflik antaranggota keluarga kerajaan Mataram pada tahun 1749–1757. Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755) dan Perjanjian Salatiga (17 Maret 1757) yang ditandatangani bersama pihak VOC membuat negara Mataram terpecah menjadi beberapa negara baru, yaitu Mangkunagaran, Yogyakarta, dan Surakarta.[99]
Mulai tahun 1730, kejayaan VOC mulai merosot akibat korupsi di tubuh VOC, ketidaksiapan dalam memenuhi permintaan pasar yang berubah, serta pergolakan yang terus-menerus terjadi di Eropa dan di Nusantara.[100] Pergolakan di Nusantara, misalnya, yaitu pembantaian orang-orang Tionghoa di Batavia pada tahun 1740 yang dikenal dengan peristiwa Geger Pacinan, yang kemudian memicu Perang Jawa (1741–1743) dan Perang Kuning (1750).[101] Lalu pada tahun 1771–1772, Perang Bayu pecah di Blambangan dan memakan korban jiwa yang sangat besar dari penduduk lokal dan pasukan VOC.[102] Setelah perang melawan Inggris (1780-1784) berakhir, VOC mengalami krisis finansial yang sangat buruk yang membuatnya hampir tidak dapat beroperasi. VOC diambil alih oleh Bataaf (penerus Belanda) sejak tanggal 1 Maret 1796 untuk mengatasi krisis tersebut, tetapi akhirnya gagal. Pada tanggal 31 Desember 1799, VOC resmi berhenti beroperasi, sementara aset-asetnya (termasuk koloni VOC) diambil oleh Pemerintah Bataaf,[103] sebelum akhirnya jatuh ke tangan Prancis enam tahun kemudian.
Koloni Belanda dalam kendali Prancis
Napoleon Bonaparte yang menguasai Prancis pada saat itu membubarkan Bataaf (negara pengekor dari Prancis) dan mendirikan negara boneka Hollandia pada bulan Maret 1806, lalu menunjuk Louis (adiknya) sebagai raja pada tanggal 5 Juni. Louis mengirimkan Herman Willem Daendels berkebangsaan Belanda sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan tiba di Batavia pada tanggal 5 Januari 1808.[104][105] Daendels kemudian menerapkan aturan yang sangat keras dan kebijakan bertangan besi di Hindia Belanda sebagai persiapan menghadapi ancaman Britania Raya. Daendels membangun banyak fasilitas dan benteng pertahanan, seperti Jalan Raya Pos Anyar–Panarukan yang memakan banyak korban dari pekerja Heerendiensten,[106] Benteng Lodewijk di Surabaya, dan Paleis van Daendels (sekarang Gedung AA Maramis) di Batavia. Daendels juga keras terhadap para penguasa lokal dan keluarganya, serta menjadi penyebab jatuhnya negara Banten.[107] Gaya kepemimpinan tersebut tentu saja menimbulkan kesengsaraan pada penduduk lokal, sehingga pemberontakan yang dipimpin oleh Ronggo Prawirodirjo III akhirnya pecah di Pulau Jawa pada tanggal 20 November – 17 Desember 1810, tetapi cepat diredam oleh pasukan Hindia Belanda dan Keraton Yogyakarta.[108] Daendels turun dari jabatannya pada tanggal 15 Mei 1811. Tidak lama kemudian, Britania Raya menyerbu Pulau Jawa dan mengambil alih Hindia Belanda.[109]
Kolonisasi singkat Britania Raya
Armada gabungan Britania Raya dan EIC berangkat menuju Hindia Belanda pada tahun 1809 untuk merebut wilayah tersebut dari Prancis dan aknirnya berhasil menguasai Kepulauan Maluku setahun setelahnya.[110] Pada bulan Agustus 1811, armada Britania mulai menyerbu Pulau Jawa dan menduduki satu per satu pos milik Prancis dan Belanda di Jawa, hingga pasukan Jan Willem Janssens (Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu) yang lari dari Batavia akhirnya takluk di Salatiga. Pada tanggal 18 September, pihak Belanda menyerahkan kekuasaan atas Hindia Belanda secara resmi kepada armada Britania melalui Perjanjian Tuntang.[111][112]
Thomas Stamford Raffles ditunjuk sebagai Letnan Gubernur Jawa oleh pihak Britania Raya.[113] Raffles merombak aturan Belanda yang memberatkan penduduk lokal, seperti Heerendiensten dan perbudakan, tetapi sebagai gantinya menerapkan sistem land tenure (pajak sewa tanah yang dibayarkan oleh penduduk lokal kepada pemerintah kolonial sebagai "tuan tanah") serta menaikkan pajak perorangan. Raffles membentuk pemerintahan yang lebih terpusat dengan tetap mempertahankan para pegawai negeri asal Belanda di tubuh pemerintahannya. Raffles juga berusaha bernegosiasi dengan para penguasa lokal sembari mengurangi hak-hak khusus mereka, serta melancarkan operasi militer kepada penguasa yang membangkang, seperti dalam peristiwa Geger Sepehi di Keraton Yogyakarta.[114][115] Raffles dikenal sebagai peminat sejarah, budaya, dan masyarakat Jawa yang berhasil menyingkap banyak situs kuno yang telah terkubur dan dilupakan pada saat itu, seperti Candi Prambanan (Sleman dan Klaten), Candi Borobudur (Magelang), dan situs-situs Trowulan,[116][117] yang kemudian ditulisnya dalam buku berjudul The History of Java yang terbit pada tahun 1817.[118][119] Selama pemerintahannya, Gunung Tambora di Pulau Sumbawa meletus dengan dahsyat mulai pada tanggal 5 April 1815 dan mencapai puncak erupsi pada tanggal 10–11 April dengan perkiraan skala VEI-7, kemudian berangsur-angsur mereda hingga tanggal 17 April.[120][121] Erupsi ini menyebabkan 71 ribu korban jiwa,[120] serta mungkin menjadi penyebab tahun tanpa musim panas (1816) yang memakan korban belasan ribu jiwa.[122]
Belanda yang keluar dari Kekaisaran Prancis menyetujui suatu perjanjian bersama pihak Britania pada tahun 1814, yang membuat Britania Raya harus mengembalikan koloni milik Belanda sebelum tahun 1803. Perjanjian itu berlaku efektif pada tahun 1815 dan diikuti oleh penurunan jabatan Raffles setahun setelahnya. Koloni di Nusantara sejak tahun 1803 tetap milik Britania Raya, termasuk Bencoolen (Bengkulu), sehingga Raffles dikirim kembali ke Nusantara sebagai Letnan Gubernur Bencoolen pada tahun 1818 dan melakukan eksplorasi ke wilayah Sumatra, Semenanjung Malaya, dan Pulau Ujong (Singapura), meskipun ia dan pasukannya sering kali berseteru dengan pasukan Belanda yang juga ingin memperluas koloninya.[123]
Perluasan wilayah Hindia Belanda
Pada tanggal 28 Agustus 1814, Belanda membentuk angkatan militer Hindia Belanda yang bernama Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL).[124] Setelah lepas dari pengaruh Prancis, Belanda mulai mengklaim koloninya kembali satu per satu dan akhirnya berhasil mengambil alih koloni milik Belanda seperti sedia kala pada tahun 1816. Komisariat Jenderal Hindia Belanda yang dibentuk untuk menata ulang pemerintahan Hindia Belanda kemudian membentuk suatu regeringsreglement (peraturan pemerintah) yang mengatur struktur pemerintahan selama beberapa dekade ke depan serta menyiratkan pandangan politik Pax Nederlandica, yaitu cita-cita Belanda untuk mengolonisasi seluruh Nusantara dan melemahkan kekuasaan penguasa lokal.[125][126] Demi mewujudkan cita-cita tersebut, pemerintah kolonial mulai mengerahkan KNIL ke seluruh kawasan Nusantara demi memperluas wilayah kolonial Hindia Belanda. Pada tahun 1830, Johannes van den Bosch (Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu) mengakali pengeluaran berlebih yang ditimbulkan oleh ekspedisi KNIL dengan mengeluarkan aturan Cultuurstelsel, yang memaksa pribumi (inlander) menyediakan 20% tanah pertanian untuk tanaman komoditas ekspor Belanda atau bekerja di tanah pertanian milik pemerintah selama 60 hari per tahun.[127] Kebijakan ini terbukti menyelamatkan kas milik pemerintah kolonial, tetapi membuat penduduk lokal semakin sengsara, yang ditambah dengan munculnya bencana kelaparan hebat dan wabah penyakit pada tahun 1840-an.[128] Para penduduk setempat yang merasa sengsara di bawah pemerintahan kolonial mulai melakukan sejumlah pemberontakan dan perlawanan.[129]
Belanda dan Britania Raya menandatangani perjanjian di London pada tanggal 17 Maret 1824, yang membuat Belanda menyerahkan seluruh koloni di Semenanjung Malaka, Singapura, dan Anak Benua India kepada Britania Raya, sementara Britania Raya menyerahkan koloni di Pulau Sumatra, Riau-Lingga (sekarang Kepulauan Riau), dan Banka-Biliton (sekarang Kepulauan Bangka Belitung) kepada Belanda.[125] Perjanjian tersebut secara praktis membagi wilayah Nusantara menjadi Malaya Britania Raya (sekarang Malaysia dan Singapura) dan Hindia Belanda (sekarang Indonesia).[125] Perjanjian Siak, yang menyetujui pengintegrasian wilayah Siak Sri Inderapura ke dalam Hindia Belanda, disepakati oleh pihak Belanda dan Britania pada tanggal 8 September 1870.[130] Pada tanggal 2 November 1871, Perjanjian Siak diganti dengan Perjanjian Sumatra yang menambahkan seluruh Pulau Sumatra, termasuk Aceh, ke dalam wilayah Hindia Belanda.[131][132]
Pemberontakan oleh rakyat Maluku di bawah komando Pattimura pecah pada bulan Mei 1817 dan berakhir dengan penangkapan dan penjatuhan hukuman gantung terhadap Pattimura dan beberapa tokoh pejuang lainnya.[133]
Pasukan KNIL melakukan penyerangan untuk menguasai Palembang pada tahun 1819 dan dikalahkan oleh yang pasukan pimpinan Mahmud Badaruddin II (Sultan Palembang saat itu), lalu kembali melakukan penyerangan tiba-tiba ke Palembang dua tahun kemudian dan akhirnya berhasil melumpuhkan negara tersebut dan mengasingkan Badaruddin dan keluarganya ke Ternate.[134] Lalu, Hindia Belanda mengirimkan tentara KNIL untuk menaklukkan sisa-sisa pengikut negara bekas Palembang pada tahun 1851–1859.[135] Pada tahun 1864–1868, pasukan KNIL menaklukkan suku Basemah yang meneror Palembang dan Benkoelen (Bengkulu).[136]
Pada tahun 1821, pemerintah kolonial membantu kaum Adat (pendukung tradisi murni Minangkabau) dalam Perang Padri melawan kaum Padri (pendukung syariat Islam) yang terjadi sejak tahun 1803 di Pagaruyung, tetapi akhirnya kalah karena kekurangan pasukan dan menyepakati gencatan senjata dengan kaum Padri pada tahun 1825.[137] Belanda kembali melanjutkan Perang Padri pada tahun 1831, awalnya melawan kaum Padri tetapi kemudian juga melawan kaum Adat yang membelot,[138] hingga akhirnya berhasil memenangkan perang pada tanggal 28 Desember 1838 dengan merebut benteng-benteng kaum Padri dan meruntuhkan negara Pagaruyung.[139] Pada tahun 1841, penduduk Batipuh dan akhirnya beberapa daerah di Pesisir Barat Sumatra melakukan pemberontakan, tetapi berhasil diredam oleh tentara KNIL.[140] Pada tahun 1855–1864, Belanda melancarkan beberapa penyerbuan ke Pulau Nias untuk menaklukkan daerah tersebut.[135]
Di Pulau Kalimantan, pemberontakan di Kalimantan bagian barat pada tahun 1823 pecah karena selisih paham antara pemerintah kolonial dengan orang-orang Tionghoa, tetapi akhirnya berhasil diredam oleh KNIL.[141] Pasukan KNIL kembali menaklukkan pemberontakan orang-orang Tionghoa di Kalimantan yang menolak membayar pajak dan melawan pemerintah kolonial pada tahun 1850–1854.[135] Penduduk Banjar melakukan perlawanan terhadap pasukan KNIL pada tahun 1859–1862 di bawah pimpinan Hidayatullah II, lalu digantikan oleh Antasari.[142]
Pada tahun 1824, Bone membatalkan kerja sama dengan Belanda, sehingga pasukan KNIL dikerahkan untuk menduduki Sulawesi, tetapi kemudian kalah karena kekurangan pasukan, meskipun pemerintah kolonial lalu mengirim pasukan besar beserta artileri pada tahun 1925 untuk melakukan serangan balasan kepada keluarga sultan Bone,[143] hingga akhirnya berhasil menundukkan Bone pada tahun 1838.[144] Pasukan KNIL kembali dikerahkan pada tahun 1859 untuk menumpas pemberontakan Bone.[135]
Diponegoro beserta beberapa bangsawan memimpin rakyat Jawa untuk memberontak melawan Belanda dan Yogyakarta sejak tahun 1825,[145] meskipun akhirnya pasukan KNIL berhasil menumpas pasukan Jawa dan memaksa Diponegoro menyerah pada tanggal 28 Maret 1830 dan diasingkan ke Manado, lalu ke Makassar.[145] Pada bagian Pulau Jawa yang lain, para petani Banten yang sengsara akibat bencana dan wabah penyakit memberontak dengan melakukan kerusuhan pada tahun 1888, tetapi dengan cepat diredam oleh pasukan KNIL dalam waktu beberapa hari.
Pertempuran antara KNIL dan para penduduk Bali telah berlangsung beberapa kali melalui perang tahun 1846 di Buleleng, perang tahun 1848 di Buleleng, perang tahun 1849 di Bali utara,[146] pemberontakan tahun 1858 di Buleleng,[147] serta perang dengan orang-orang Sasak pada tahun 1894 di Bali dan Lombok.[148]
Belanda melakukan penyerangan ke Aceh pada tahun 1831,[149][150] kemudian melakukan serangkaian penyerangan panjang demi perluasan wilayah selama tahun 1873–1914 di tanah Aceh melawan berbagai pasukan rakyat Aceh yang dipimpin oleh beberapa tokoh pejuang, seperti Mahmud Syah, Muhammad Daud Syah, Teuku Umar, Cut Nyak Dhien, dan Teungku Chik di Tiro.[151][152] Pada wilayah Sumatra lainnya, tentara KNIL dikerahkan untuk menaklukkan tanah Batak dan mendapat perlawanan dari rakyat Batak di bawah komando Sisingamangaraja XII pada tahun 1878–1907.[153] Pada tahun 1885, penduduk Jambi melakukan pemberontakan terhadap Belanda, tetapi berhasil diredam tidak lama kemudian oleh armada kapal KNIL.[154]
Pada tahun 1883, dimulai dengan Puncak Perbuwatan yang mulai mengeluarkan asap pada tanggal 20 Mei, Gunung Krakatau meletus dengan dahsyat selama berbulan-bulan hingga mencapai puncaknya pada tanggal 27 Agustus dan baru dinyatakan selesai pada bulan Oktober.[155] Letusan ini menyebabkan bencana hujan abu vulkanik, gempa bumi, tsunami, dan suara bising yang dahsyat, serta mengakibatkan rusaknya vegetasi di sekitar Selat Sunda dan jatuhnya korban jiwa akibat bencana yang berjumlah sekitar 36 ribu jiwa, serta diperkirakan menjadi penyebab musim dingin vulkanis global dalam kurun waktu empat tahun.[156][157]
Memasuki abad ke-20, Belanda berhasil melakukan ekspedisi untuk menguasai wilayah di daerah Kerinci (September 1903) serta menduduki dan membubarkan negara Gowa dan Bone (1905).[158] Belanda juga meredam beberapa pemberontakan, seperti pemberontakan di Pesisir Barat Sumatra akibat belasting (pajak) pada tanggal 15 Juni 1908 yang berhasil diredam dalam waktu sehari oleh korps marsose KNIL.[159]
Pada bulan September 1906, Belanda mengirimkan armada KNIL untuk menduduki kerajaan-kerajaan Bali yang masih bertahan dari pengaruh Belanda.[160] Raja dan para pemangku kerajaan Badung dan Tabanan yang kalah perang melakukan puputan,[161] sementara Dewa Agung Jambe II dari Klungkung awalnya menyerahkan diri dan bersedia menyetujui perjanjian dengan Belanda, tetapi kemudian melakukan pemberontakan bersama pasukannya pada bulan April 1908 yang lalu berhasil ditundukkan oleh armada KNIL.[160][162]
Pada tahun 1920-an, wilayah barat Pulau Papua dimasukkan ke dalam koloni Belanda dan sejak saat itu Hindia Belanda mencakup seluruh wilayah yang saat ini menjadi negara Republik Indonesia.[163]
Pergerakan nasional
Pada tanggal 17 September 1901, Wilhelmina, Ratu Belanda pada saat itu, mengemukakan Politik Etis, yang menyebutkan bahwa Kerajaan Belanda memiliki utang budi (eerschuld) terhadap kaum pribumi Hindia Belanda, dan oleh karenanya mengumumkan program kebijakan Trias van Deventer demi membalas budi kaum pribumi, salah satunya adalah meningkatkan taraf pendidikan pribumi dengan membuka sekolah-sekolah. Kebijakan tersebut memberi sumbangsih terhadap kemunculan gerakan-gerakan kebangsa di tanah Hindia Belanda.[164]
Pada tanggal 20 Mei 1908, beberapa pelajar dari School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) mendirikan Boedi Oetomo, yang menjadi pelopor gerakan kebangkitan nasional Indonesia di Hindia Belanda.[165][166] Pada akhirnya, Boedi Oetomo bergabung dengan beberapa kelompok kedaerahan lain dan membentuk Partij Indonesia Raja.[167]
Pada tanggal 5 April 1909, serikat dagang bernama Sarekat Dagang Islam mulai beroperasi dengan membuka cabang di Batavia (sekarang Jakarta) dan Buitenzorg (sekarang Bogor).[168] Namanya diubah pada tahun 1912 oleh Oemar Said Tjokroaminoto menjadi Sarekat Islam (SI).[169] Pada bulan Oktober 1921, SI menyatakan bahwa anggotanya tidak boleh merangkap keanggotaan pada organisasi lain, menyebabkan anggota-anggota yang menolak melepaskan keanggotaan lainnya terpaksa keluar dari organisasi.[170] Pada tahun 1929, namanya diubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia.[171]
Pada tanggal 25 Desember 1912, "Tiga Serangkai" yang terdiri dari Ernest Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesoemo, dan Soewardi Soerjaningrat (yang mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara di kemudian hari)[172] mendirikan Indische Partij dengan tujuan memperjuangkan hak-hak kaum Indo dan pribumi melalui jalur politik, meskipun akhirnya dibubarkan oleh Pemerintah Hindia Belanda.[173][174] Setelahnya, Tiga Serangkai masih tetap memperjuangkan pandangan mereka dengan menulis kritik-kritik kepada pemerintah kolonial melalui koran-koran, tetapi akibatnya mereka ditangkap dan diasingkan ke Belanda oleh pemerintah.[175]
Selain perjuangan politik, beberapa tokoh juga mendirikan sekolah-sekolah demi mencerdaskan kehidupan bangsa dan memperjuangkan emansipasi kaum wanita. Sekembalinya dari pengasingan, Ki Hadjar Dewantara mendirikan lembaga pendidikan Taman Siswa, yang dimulai pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta dan lalu menyebar ke seluruh Jawa dan bahkan ke luar pulau.[176][177] Sakola Istri (kemudian berganti menjadi Sakola Kaoetamaan Isteri) didirikan oleh seorang wanita priayi Sunda bernama Dewi Sartika pada tahun 1904 demi mencerdaskan kehidupan wanita di Tanah Sunda.[178] Kartinischool yang dibuka sejak tahun 1912 oleh Conrad van Deventer dan Elisabeth Maas terinspirasi dari surat-surat yang ditulis oleh Kartini, seorang wanita priayi Jawa yang kritis akan masalah-masalah sosial di sekitarnya, termasuk masalah ketimpangan gender.[179]
Pada tanggal 23 Mei 1914, Henk Sneevliet membentuk serikat pekerja bernama Indische Sociaal Democratische Vereeniging dengan tujuan menyebarkan paham komunisme dan menentang pemerintah kolonial.[180] Pada bulan Mei 1920, ISDV berganti nama menjadi Persarekatan Kommunist India, kemudian mengganti namanya lagi menjadi Partij Kommunist Indonesia (PKI) pada tahun 1924.[181] Paham komunisme kemudian menyebar ke organisasi-organisasi lain, termasuk Sarekat Islam.[182] PKI mengadakan pemberontakan terhadap pemerintah kolonial, yang dimulai di Labuan pada tanggal 12 November 1926 dengan menyerang para pegawai pemerintah di kediaman masing-masing. Pemberontakan meluas di wilayah Jawa dan Sumatra, hingga akhirnya berhasil diredam seluruhnya oleh pasukan militer KNIL pada tanggal 28 Februari 1927.[183][184] Sejak itu, PKI ditetapkan sebagai organisasi terlarang di Hindia Belanda.
Pada tahun 1908, Indische Vereeniging dibentuk oleh Soetan Kasajangan Soripada dan Noto Soeroto sebagai wadah pemersatu para pelajar Hindia di perantauan Belanda, yang kemudian menjadi wadah pelajar tersebut untuk menyuarakan pandangan politik.[185] Pada bulan September 1922, perkumpulan ini mengganti namanya menjadi Indonesische Vereeniging, menjadikannya sebagai organisasi pertama yang menggunakan nama "Indonesia". Organisasi ini kemudian berganti nama lagi menjadi Perhimpoenan Indonesia (PI) dengan menggunakan versi bahasa Melayu sebagai nama resmi.[186] Selama Mohammad Hatta menjabat sebagai Ketua PI, beliau beserta beberapa tokoh lainnya pernah ditangkap oleh Pemerintah Belanda karena dituduh berkomplot dengan PKI, meskipun akhirnya dibebaskan karena kurangnya bukti.[187][188]
Pada tanggal 4 Juli 1927, Soekarno, Tjipto Mangoenkoesoemo, Sartono, dan Iskaq Tjokrohadisoerjo, mendirikan Persarekatan National Indonesia, yang kemudian berganti nama menjadi Partij National Indonesia (PNI) pada bulan Mei 1928, dengan tujuan memperjuangkan kemerdekaan atas wilayah Hindia Belanda tanpa kerja sama rezim kolonial Belanda.[189] Kepopuleran Soekarno dan PNI membuat pemerintah kolonial merasa terancam, sehingga Soekarno dan beberapa petinggi partai ditangkap pada bulan Desember 1929,[190][191] lalu dijatuhi pidana penjara pada tanggal 22 Desember 1930 atas dalih persekongkolan untuk menggulingkan pemerintah kolonial.[192] PNI lalu terpecah menjadi organisasi Pendidikan National Indonesia (PNI "Baru") dan Partij Indonesia (Partindo). Soekarno yang dibebaskan lebih awal pada tanggal 31 Desember 1931 kemudian memilih masuk ke Partindo dan kemudian menjadi ketua organisasi tersebut pada tanggal 28 Juli 1932.[193] Hatta yang pulang dari Belanda pada bulan Juli menjadi anggota PNI Baru dan akhirnya diangkat sebagai ketua pada bulan Agustus 1932.[194] Oleh karena tulisan-tulisan mereka yang mendukung dan mendorong kemerdekaan, Soekarno kembali ditangkap dan ditahan pada bulan Agustus 1933, diikuti oleh Hatta dan Sjahrir pada awal tahun 1934, lalu masing-masing diasingkan ke beberapa tempat yang berbeda.[195]
Beberapa gerakan kepemudaan mengadakan Kongres Pemuda I yang dipimpin oleh Mohammad Tabrani dan terdiri dari tiga pertemuan pada tanggal 30 April sampai 2 Mei 1926 di Vrijmetselaarsloge (sekarang Gedung Badan Perencanaan Pembangunan Nasional). Dalam rapat terakhir, Mohammad Jamin dari Jong Sumatranenbond mengusulkan bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan, kemudian Mohammad Tabrani Soerjowitjirto dari Jong Java mengusulkan penggunaan istilah "bahasa Indonesia" alih-alih bahasa Melayu.[196] Dua tahun kemudian, Kongres Pemuda II yang terdiri dari tiga rapat dan diketuai oleh Soegondo Djojopoespito diadakan pada tanggal 27–28 Oktober dan diikuti oleh beberapa perhimpunan kepemudaan, gerakan nasionalisme dan agama, serta kelompok belajar dari sekolah-sekolah tertentu.[197] Di sela-sela rapat terakhir, lagu "Indonesia Raja" diperdengarkan di hadapan hadirin, awalnya berupa instrumental biola oleh sang penggubah Wage Rudolf Soepratman dan diulang dengan iringan nyanyian Dolly Salim, putri sulung Agoes Salim.[198] Pada akhir kongres, suatu naskah resolusi yang dibuat oleh Jamin dibacakan oleh Soegondo di depan hadirin dan menjadi ikrar bagi seluruh peserta kongres. Ikrar tersebut kini dikenal sebagai Sumpah Pemuda.[199]
Menyadari maraknya gerakan-gerakan nasionalisme yang menuntut kemerdekaan dari kolonialisme Belanda, pemerintah kolonial mulai melarang dan menutup beberapa organisasi serta menangkap sejumlah tokoh pergerakan.[200]
Periode pendudukan
Pendudukan Jepang
Pecahnya Perang Dunia II benar-benar melemahkan kekuatan pertahanan Belanda, terutama ketika Belanda jatuh ke tangan Jerman Nazi pada tanggal 14 Mei 1940.[201] Pada bulan Januari 1942, Jepang menggunakan kesempatan tersebut dengan mulai memasuki teritori Hindia Belanda dan melancarkan operasi militer melawan pasukan gabungan ABDACOM (Komando Amerika Serikat–Britania Raya–Belanda–Australia) yang menjaga kawasan tersebut, terutama di area Kalimantan bagian barat, Tarakan, Manado, Balikpapan, Kendari, Samarinda, Banjarmasin, Ambon, Selat Makassar, Pulau Sumatra (terutama Palembang), Selat Badung, Pulau Timor, Laut Jawa, Selat Sunda, serta beberapa titik di Pulau Jawa, seperti di Kalijati, Leuwiliang, dan Ciater.[202] Strategi militer Jepang berhasil memojokkan lawannya, hingga seluruh pasukan ABDACOM berhasil dilumpuhkan pada Pertempuran Laut Jawa terakhir tanggal 1 Maret.[203] Setelah memegang kendali, Jepang memecah Hindia Belanda menjadi daerah Sumatra (dan awalnya Malaya) di bawah komando Angkatan Darat XXV yang berpusat di Bukittinggi (sebelumnya di Singapura), daerah Jawa dan Madura di bawah komando Angkatan Darat XVI yang berpusat di Batavia (kemudian menjadi Jakarta), serta wilayah Hindia lainnya di bawah Angkatan Laut Kekaisaran Jepang yang berpusat di Makassar.[204]
Berbekal propaganda Gerakan 3A, Jepang awalnya diterima sangat baik oleh sebagian besar penduduk lokal Hindia Belanda yang mengalami kekerasan oleh pemerintah kolonial.[205] Namun kenyataannya, Jepang merekrut paksa banyak penduduk lokal untuk dijadikan pekerja paksa (rōmusha) dan wanita penghibur (ianfu) untuk menyokong pasukan mereka yang sedang berperang melawan Blok Sekutu, menyebabkan banyaknya penderitaan dan kematian akibat kekerasan, kecelakaan kerja, bencana kelaparan, dan penyakit kelamin.[206][207] Beberapa pemberontakan melawan pendudukan Jepang dilancarkan oleh penduduk setempat, tetapi dapat diredam dengan cepat oleh pasukan Jepang,[208] misalnya dua pemberontakan Tjirebon (Cirebon) dan satu pemberontakan Sukamanah yang dapat diredam oleh pasukan Jepang, insiden Peristiwa Mandor dan rangkaian Perang Dayak Desa,[209][210] serta pemberontakan rakyat Aceh melawan pasukan Jepang dan Sekutu sekaligus.[211]
Sejak tahun 1944, gempuran yang tiada habisnya dari Blok Sekutu makin melemahkan pertahanan pasukan Jepang. Pasukan gabungan Belanda dan Britania Raya, yang dibantu oleh Amerika Serikat dan Australia, mulai melancarkan serangkaian operasi militer untuk merebut kembali wilayah koloni mereka dari Jepang di Pulau Papua bagian barat sejak tanggal 22 April 1944 dan Pulau Kalimantan (terutama di Tarakan dan Balikpapan) sejak tanggal 1 Mei 1945.[212][213] Rangkaian operasi tersebut berakhir ketika Jepang menyerah dan Perang Pasifik berakhir.
Persiapan kemerdekaan
Demi menggalang dukungan dari penduduk lokal, Jepang mulai menjanjikan kemerdekaan kepada tokoh-tokoh pergerakan. Pemerintah militer AD XVI mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) pada tanggal 1 Maret 1945 dan diresmikan pada tanggal 29 April dengan anggota berjumlah 67 orang dan ketua Radjiman Wedyodiningrat.[214] Sidang pertama pada tanggal 28 Mei hingga 1 Juni di Gedung Tyuuoo Sangi-in (sekarang Gedung Pancasila) mendiskusikan tentang ideologi negara. Pada hari terakhir, Soekarno berpidato mengenai lima dasar negara merdeka yang dinamakan "Pancasila".[215] Oleh karena sidang ini belum memberikan kata mufakat, Panitia Kecil dibentuk untuk merumuskan dasar negara, tetapi dirombak menjadi Panitia Sembilan pada tanggal 18 Juni,[216] dan akhirnya menghasilkan rumusan yang bernama Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni.[217] Sidang kedua pada tanggal 10–17 Juli membahas segala permasalahan mendasar suatu negara, hingga mencapai kata mufakat akan bentuk negara kesatuan republik, wilayah Indonesia Raya, dan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) sebagai konstitusi negara.[218] Di Sumatra, BPUPK serupa juga dibentuk oleh pemerintah AD XXV pada tanggal 25 Juli, tetapi tidak pernah sempat mengadakan sidang.[219]
Jepang mengumumkan pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 7 Agustus.[220] Jepang menyerah kepada Blok Sekutu pada tanggal 15 Agustus, tetapi berita itu tidak diumumkan secara resmi di Hindia Belanda, meskipun akhirnya diketahui oleh para pemuda Menteng 31 melalui siaran BBC Radio, yang kemudian berpendapat bahwa kemerdekaan harus dideklarasikan sesegera mungkin dan tanpa melibatkan PPKI yang dianggap sebagai "boneka" Jepang.[221] Pada tanggal 16 Agustus dini hari, Soekarno dan Hatta yang tidak setuju akan pendapat itu diculik dan dibawa ke Rengasdengklok.[222] Setelah perundingan yang alot, Soekarno dan Hatta yang akhirnya setuju lalu kembali ke Jakarta, kemudian berkumpul bersama beberapa tokoh lain pada besok dini hari di kediaman Tadashi Maeda (sekarang Museum Perumusan Naskah Proklamasi) untuk merumuskan deklarasi kemerdekaan. Naskah deklarasi ditik oleh Sajuti Melik sesuai rancangan yang telah disepakati, serta ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta.[223] Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan di kediaman Soekarno (sekarang menjadi Taman Proklamasi) pada tanggal 17 Agustus 2605 tahun Jepang, sekitar pukul 10.00 waktu Jepang.[b][224] Setelah pidato proklamasi Soekarno, upacara pengibaran Sang Merah Putih pertama (kelak menjadi Bendera Pusaka) dilaksanakan di halaman rumah dan diiringi nyanyian Indonesia Raya oleh hadirin.[225]
Periode republik
Revolusi nasional
Sehari setelah proklamasi, PPKI mengadakan sidang pertama di gedung bekas Dewan Hindia (sekarang Gedung BP7) dan memutuskan pengesahan UUD 1945 serta pengangkatan Soekarno dan Hatta sebagai pasangan Presiden dan Wakil Presiden.[226] Sidang kedua keesokan harinya menghasilkan pembentukan provinsi dan pengangkatan menteri.[227] Pada tanggal 22 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidang terakhir dan memutuskan pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Badan Keamanan Rakyat (BKR).[228] PPKI dibubarkan pada tanggal 29 Agustus.[229]
Selama sebulan, berita mengenai deklarasi kemerdekaan Indonesia tersebar luas hingga ke luar Pulau Jawa, sehingga banyak penduduk "pro Republik" yang mulai menyerang orang-orang asing dan orang-orang "pro Belanda" demi merebut segala aset mereka.[230] Pada bulan September 1945, militer Britania Raya datang terlebih dahulu ke Indonesia, terutama ke Jawa, untuk mengamankan wilayah dengan dibantu oleh beberapa pasukan Jepang. Perang antara militer Britania melawan pasukan pro Republik pun pecah di berbagai tempat, seperti dalam peristiwa Penyerbuan Kotabaru, Pertempuran Bojongkokosan, Pertempuran Lima Hari di Semarang, dan Palagan Ambarawa.[231] Sementara itu, militer Belanda di bawah Pemerintahan Sipil Hindia Belanda (NICA) secara bertahap masuk untuk menempati kembali pos-pos Belanda di Indonesia. Pada tanggal 10 November (sekarang menjadi Hari Pahlawan), tentara Britania Raya memulai Pertempuran Surabaya yang berlangsung selama bebeberapa hari dan menyebabkan belasan ribu korban jiwa berjatuhan.[232] Pertempuran tersebut menyadarkan pihak Britania Raya dan Belanda bahwa pemerintahan Republik didukung secara luas oleh rakyat setempat.[233] Britania Raya mulai mengambil sikap netral setelahnya, tetapi NICA dan para pendukung Belanda tetap melancarkan serangan terhadap pasukan pro republik pada akhir tahun 1945, seperti pada Pertempuran Medan Area, Peristiwa 19 November di Kolaka, Perang Cumbok di Pidie, Perang Dayak Desa, dan Pertempuran Kumai.
Akibat situasi Jakarta yang semakin tidak kondusif, Soekarno dan Hatta beserta beberapa menteri dan staf, dengan keluarga masing-masing, pindah ke Yogyakarta pada tanggal 3–4 Januari 1946 untuk mendirikan ibu kota di sana,[234] tetapi Sutan Sjahrir (Perdana Menteri pada saat itu) dan beberapa petinggi tetap tinggal di Jakarta untuk mengadakan negosiasi dengan pihak Belanda.[235] Sepanjang tahun 1946, para pendukung Republik tetap melakukan berbagai penyerangan dan pertahanan melawan militer Belanda dan pasukan pendukungnya, terutama di luar Pulau Jawa yang memiliki sentimen dukungan yang lebih rendah, seperti dalam peristiwa Pertempuran Lengkong, Bandung Lautan Api, Revolusi Sosial di Sumatera Timur, dan Pertempuran Selat Bali.[236] Pada tanggal 15 November 1946 di kediaman keluarga Kwee (sekarang Gedung Perundingan Linggarjati), pihak Republik (dipimpin oleh Sjahrir) dan pihak Belanda (dipimpin oleh Willem Schermerhorn) menyepakati Perjanjian Linggarjati yang mengakui kekuasaan de facto Republik Indonesia atas Sumatra, Jawa, dan Madura sebagai negara konstituen di dalam negara federasi yang akan dibentuk, yang kemudian diratifikasi oleh Belanda pada tanggal 19 Desember dan oleh Indonesia pada tanggal 25 Maret 1947.[237][238] Ketidakpuasan yang muncul akibat perjanjian ini menyebabkan beberapa insiden pun terjadi, seperti dalam peristiwa Puputan Margarana, Pembantaian Westerling di Sulawesi Selatan, Peristiwa Tiga Maret di Sumatera Barat, Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang, Pertempuran Laut Cirebon, dan Pertempuran Laut Sibolga.
Pada tanggal 21 Juli hingga 5 Agustus 1947, Belanda melanggar Perjanjian Linggarjati dengan melancarkan Operatie Product (Operasi Produk) atau Agresi Militer Belanda I demi merebut area-area produktif yang dikuasai oleh Republik, tetapi berdalih sedang melakukan politionele actie ("aksi polisionil") demi memulihkan keamanan dan ketertiban yang kacau, seperti pada Tragedi Mergosono.[239] Belanda nyatanya berhasil merebut sebagian besar daerah tersebut, tetapi operasi tersebut mendapat kecaman dari dunia internasional.[240] Resolusi 27 Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) yang menyerukan gencatan senjata bagi pihak Belanda dan pihak Indonesia menyebabkan Belanda terpaksa menyanggupinya.[241] Mulai pada tanggal 8 Desember di geladak kapal USS Renville, pihak Indonesia (dipimpin oleh Amir Sjarifoeddin) dan pihak Belanda (dipimpin oleh Abdulkadir Widjojoatmodjo) melakukan perundingan ulang. Meskipun beberapa insiden terjadi selama perundingan (seperti pada Pembantaian Rawagede), kedua pihak berhasil menyepakati dan meratifikasi Perjanjian Renville pada tanggal 17 Januari 1948, yang berisi pengakuan atas garis demarkasi yang dijuluki Status Quo Lijn (Garis Status Quo) atau "Garis van Mook", yang membagi sepertiga wilayah Jawa dan sebagian besar Sumatra yang dikuasai oleh Republik Indonesia dengan wilayah lain yang dikuasai oleh Belanda.[242][243]
Para tokoh oposisi Front Demokrasi Rakyat (FDR) mulai melakukan pemberontakan di Madiun pada tanggal 18 September 1948 dan sebagian besar dari mereka berhasil ditangkap dan dieksekusi dalam waktu tiga bulan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI).[244] Namun, kejadian tersebut menjadi peluang bagi Belanda untuk melancarkan Operatie Kraai (Operasi Gagak) atau Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19 Desember demi membubarkan Republik.[245] Dalam waktu singkat, pasukan Belanda berhasil menguasai Yogyakarta serta membuang Soekarno, Hatta, dan beberapa petinggi lain ke Bangka, sementara pasukan TNI yang tersisa melancarkan pertempuran gerilya di bawah komando Soedirman selama beberapa bulan. Syafruddin Prawiranegara yang mendengar berita tersebut ketika di Bukittinggi segera membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI),[246] sementara dunia internasional sekali lagi mengecam tindakan Belanda, hingga DK PBB mengeluarkan Resolusi 63 yang menyerukan penghentian pertikaian dan menuntut pembebasan tawanan perang.[247] Demi menampik tuduhan bahwa Indonesia telah bubar, pasukan TNI melancarkan serangan umum terhadap pasukan Belanda di Yogyakarta pada tanggal 1 Maret 1949 dan nyatanya berhasil menguasai kota tersebut selama enam jam.[248] Pada tanggal 7 Mei, pihak Indonesia (dipimpin oleh Mohamad Roem) dan pihak Belanda (dipimpin oleh Jan Herman van Roijen) menyepakati Perjanjian Roem–van Roijen, yang pada intinya menyetujui pengembalian status quo sebelum Agresi II dan kesediaan Indonesia untuk ikut dalam konferensi pembentukan federasi.[249] Pasukan TNI kembali melakukan serangan umum terhadap tentara Belanda di Surakarta pada tanggal 7 Agustus dan berhasil menduduki kota tersebut hingga tanggal 10 Agustus.[250]
Para petinggi yang telah dilepaskan dari pengasingan tiba di Yogyakarta pada tanggal 6 Juli, kemudian menyetujui Perjanjian Roem–van Roijen dan sekaligus mengambil kembali mandat pemerintahan dari PDRI pada tanggal 13 Juli. Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo yang sejak awal menolak Republik Indonesia akhirnya mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) dan membentuk Tentara Islam Indonesia (TII) pada tanggal 7 Agustus.[251] Pada tanggal 23 Agustus, pihak Belanda, pihak Republik, dan utusan Majelis Permusyawaratan Federal (BFO, beranggotakan negara-negara boneka bentukan Belanda) memulai Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda. Pada tanggal 2 November, semua pihak menandatangani Perjanjian Meja Bundar, yang menyetujui pembentukan negara Republik Indonesia Serikat (RIS) dan konstitusinya serta menjanjikan penyerahan kedaulatan tanpa syarat dari Belanda kepada RIS.[252] Perjanjian tersebut diratifikasi oleh KNIP pada tanggal 14 Desember dan Dewan Negara Belanda pada tanggal 21 Desember.[253] Akhirnya pada tanggal 27 Desember, Juliana (Ratu Belanda) dari pihak Belanda bersama Mohammad Hatta dari pihak Indonesia menandatangani Akta Penyerahan Kedaulatan (Akte van Soevereiniteitsoverdracht) di Istana Kerajaan Amsterdam, Belanda.[254] Upacara serupa diadakan pada hari yang sama di Istana Rijswijk (sekarang Istana Negara), dengan Antonius Lovink (Komisaris Tinggi Hindia Belanda) dari pihak Belanda dan Hamengkubuwana IX dari pihak Indonesia.[255]
Demokrasi federal
Sebagai akibat dari Perjanjian Meja Bundar, Republik Indonesia Serikat (RIS) terbentuk secara resmi pada tanggal 27 Desember 1949, dengan Republik Indonesia (RI) sebagai salah satu negara bagian RIS. Namun akibat anggapan bahwa konsep negara federal merupakan bentuk lain dari kolonialisme dan kurang mumpuni dalam menyatukan rakyat Indonesia yang sangat majemuk, negara RIS tidak dapat bertahan lama.[256] Pada tanggal 22–23 Januari 1950, Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di bawah pimpinan Raymond Westerling menyerang pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Bandung dan Jakarta demi menggulingkan Pemerintahan RIS, meskipun akhirnya gagal.[257] Di saat yang sama, Tentara Islam Indonesia (TII) di bawah kepemimpinan Amir Fatah juga melancarkan aksi pemberontakan di Tegal Raya.[258] Pada bulan Maret–April 1950, hampir seluruh entitas konstituen dalam RIS membubarkan diri secara sukarela, hingga tersisa RI, Sumatera Timur, dan Indonesia Timur.[259] Pada tanggal 19 Mei, Pemerintah RIS mengumumkan piagam persetujuan yang berisi kesepakatan bersama ketiga negara bagian untuk "membentuk negara kesatuan sebagai penjelmaan dari negara Republik Indonesia yang berdasarkan pada Proklamasi 17 Agustus 1945".[260][261] Setelah dilakukan sejumlah persiapan, Soekarno secara resmi membubarkan RIS dan melanjutkan entitas Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).[262]
Demokrasi liberal
Pada tahun 1950-an dan 1960-an, pemerintahan Soekarno mulai mengikuti sekaligus merintis gerakan non-blok pada awalnya, kemudian menjadi lebih dekat dengan blok sosialis, misalnya Republik Rakyat Tiongkok dan Yugoslavia.
Demokrasi terpimpin
Tahun 1960-an menjadi saksi terjadinya konfrontasi militer terhadap negara tetangga, Malaysia ("Konfrontasi"),[263] dan ketidakpuasan terhadap kesulitan ekonomi yang semakin besar. Selanjutnya pada tahun 1965 meletus peristiwa G30S yang menyebabkan kematian 6 orang jenderal dan sejumlah perwira menengah lainnya. Muncul kekuatan baru yang menyebut dirinya Orde Baru yang segera menuduh Partai Komunis Indonesia sebagai otak di belakang kejadian ini dan bermaksud menggulingkan pemerintahan yang sah serta mengganti ideologi nasional menjadi berdasarkan paham sosialis-komunis. Tuduhan ini sekaligus dijadikan alasan untuk menggantikan pemerintahan lama di bawah Presiden Soekarno.
Transisi
Orde baru
Jenderal Soeharto menjadi Pejabat Presiden pada tahun 1967 dengan alasan untuk mengamankan negara dari ancaman komunisme. Sementara itu kondisi fisik Soekarno sendiri semakin melemah. Setelah Soeharto berkuasa, ratusan ribu warga Indonesia yang dicurigai terlibat pihak komunis dibunuh, sementara masih banyak lagi warga Indonesia yang sedang berada di luar negeri, tidak berani kembali ke tanah air, dan akhirnya dicabut kewarganegaraannya. Tiga puluh dua tahun masa kekuasaan Soeharto dinamakan Orde Baru, sementara masa pemerintahan Soekarno disebut Orde Lama.
Soeharto menerapkan ekonomi neoliberal dan berhasil mendatangkan investasi luar negeri yang besar untuk masuk ke Indonesia dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar, meski tidak merata. Pada awal rezim Orde Baru kebijakan ekonomi Indonesia disusun oleh sekelompok ekonom lulusan Departemen Ekonomi Universitas California, Berkeley, yang dipanggil "Mafia Berkeley".[264] Namun, Soeharto menambah kekayaannya dan keluarganya melalui praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang meluas dan dia akhirnya dipaksa turun dari jabatannya setelah aksi demonstrasi besar-besaran dan kondisi ekonomi negara yang memburuk pada tahun 1998.
Reformasi
Masa Peralihan Orde Reformasi atau Era Reformasi berlangsung dari tahun 1998 hingga 2001, ketika terdapat tiga masa presiden: Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri. Pada tahun 2004, diselenggarakan Pemilihan Umum satu hari terbesar di dunia[265] yang dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono, sebagai presiden terpilih secara langsung oleh rakyat, yang menjabat selama dua periode. Pada tahun 2014, Joko Widodo, yang lebih akrab disapa Jokowi, terpilih sebagai presiden ke-7.
Indonesia kini sedang mengalami masalah-masalah ekonomi, politik dan pertikaian bernuansa agama di dalam negeri, dan beberapa daerah berusaha untuk melepaskan diri dari naungan NKRI, terutama Papua.[butuh rujukan] Timor Timur secara resmi memisahkan diri pada tahun 1999 setelah 24 tahun bersatu dengan Indonesia dan 3 tahun di bawah administrasi PBB menjadi negara Timor Leste.
Pada Desember 2004 dan Maret 2005, Aceh dan Nias dilanda dua gempa bumi besar yang totalnya menewaskan ratusan ribu jiwa. (Lihat Gempa bumi Samudra Hindia 2004 dan Gempa bumi Sumatra Maret 2005.) Kejadian ini disusul oleh gempa bumi di Yogyakarta dan tsunami yang menghantam Pantai Pangandaran dan sekitarnya, serta banjir lumpur di Sidoarjo pada 2006 yang tidak kunjung terpecahkan.
Geografi
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang berada di Asia Tenggara,[266] dan terletak di antara benua Asia dan benua Australia/Oseania, serta di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Negara ini memiliki 17.504 pulau yang menyebar di sekitar khatulistiwa; sebanyak 16.056 pulau telah dibakukan namanya,[267] dan sekitar 6.000 pulau tidak berpenghuni.[268][269] Pulau-pulau besar di Indonesia yaitu Sumatra, Jawa, Kalimantan (berbagi dengan Malaysia dan Brunei Darussalam), Sulawesi, dan Papua (berbagi dengan Papua Nugini).
Indonesia berada pada koordinat antara antara 6° 04' 30" LU dan 11° 00' 36" LS serta antar 94° 58' 21" dan 141° 01' 10" BT,[270] yang membentang sepanjang 5.120 kilometer (3.181 mil) dari timur ke barat serta 1.760 kilometer (1.094 mil) dari utara ke selatan.[271] Luas daratan Indonesia adalah 1.916.906,77 km²,[272] sementara luas perairannya sekitar 3.110.000 km² dengan garis pantai sepanjang 108 ribu km.[273] Batas wilayah Indonesia diukur dari kepulauan dengan menggunakan teritorial laut 12 mil laut serta zona ekonomi eksklusif 200 mil laut,[274] searah penjuru mata angin, yaitu:
Utara | Malaysia dengan perbatasan sepanjang 1.782 km,[268] Singapura, Filipina, dan Laut Tiongkok Selatan |
Timur | Papua Nugini dengan perbatasan sepanjang 820 km,[268] Timor Leste, dan Samudra Pasifik |
Selatan | Australia, Timor Leste, dan Samudra Hindia |
Barat | Samudra Hindia |
Titik tertinggi di Indonesia yaitu Puncak Jaya (4.884 mdpl) di Provinsi Papua Tengah.[275] Danau Toba di Sumatera Utara adalah danau terluas di Indonesia sekaligus danau kaldera terbesar di dunia,[276] sedangkan sungai terpanjang di Indonesia yaitu Sungai Kapuas yang berada di Kalimantan Barat.[277]
Iklim
Secara umum, Indonesia beriklim tropis (kelompok A dalam klasifikasi iklim Köppen; meskipun ada wilayah dengan tipe iklim yang berbeda).[278][279] Perairan yang hangat di wilayah Indonesia sangat berperan dalam menjaga suhu di darat tetap konstan, dengan rerata suhu di wilayah pesisir sebesar 28 °C, di wilayah pedalaman dan dataran tinggi sebesar 26 °C , serta di wilayah pegunungan sebesar 23 °C. Kelembapan berkisar antara 70 hingga 90%.[280]
Faktor utama yang memengaruhi iklim Indonesia bukanlah suhu udara ataupun tekanan udara, melainkan curah hujan. Variasi musim di Indonesia, yaitu musim hujan dan musim kemarau, berkaitan dengan pergerakan angin muson. Angin muson barat yang bertiup dari Asia ke Australia melalui Indonesia pada bulan Oktober hingga Februari mengakibatkan curah hujan yang tinggi, terutama di Indonesia bagian barat. Sementara itu, angin muson timur yang bergerak ke arah sebaliknya pada bulan April hingga Agustus tidak banyak membawa uap air dan menurunkan hujan. Selain itu, ada pula musim peralihan ketika matahari melintasi khatulistiwa yang mengakibatkan angin bertiup lemah dan bergerak tak menentu.[281][282] Meskipun demikian, tidak semua wilayah Indonesia memiliki pola curah hujan yang sama. Selain daerah musonal, ada pula daerah ekuatorial yang dipengaruhi daerah pertemuan angin antartropis, serta daerah lokal yang polanya berkebalikan dengan pola musonal.[283][284]
Beberapa penelitian memproyeksikan Indonesia terdampak perubahan iklim.[285] Dampak buruk yang ditimbulkan di antaranya kenaikan suhu rata-rata sekitar 1 °C pada pertengahan abad ini akibat emisi yang tidak berkurang,[286][287] peningkatan frekuensi kekeringan dan kekurangan pangan (akibat perubahan curah hujan dan pola musim yang memengaruhi pertanian), serta berbagai penyakit dan kebakaran hutan.[287] Naiknya permukaan air laut juga mengancam sebagian besar penduduk Indonesia yang tinggal di daerah pesisir.[287][288][289] Penduduk prasejahtera mungkin merupakan kelompok yang paling terpengaruh oleh perubahan iklim.[290]
Geologi
Secara tektonik, sebagian besar wilayah Indonesia sangat tidak stabil karena lokasinya menjadi pertemuan dari beberapa lempeng tektonik, seperti lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Eurasia. Negara ini terletak di antara Cincin Api Pasifik dan Sabuk alpida sehingga memiliki banyak gunung berapi dan sering mengalami gempa bumi.[291] Busur vulkanik berjajar mulai dari Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, dan kemudian ke Kepulauan Banda di Maluku hingga ke timur laut Sulawesi.[292] Dari sekitar 400 gunung berapi, kurang lebih 130 di antaranya masih aktif.[291]
Sebuah letusan supervulkan pada sekitar 77.000 SM yang membentuk Danau Toba dipercaya mengakibatkan musim dingin vulkanik dan penurunan suhu dunia selama bertahun-tahun.[293] Letusan Tambora pada tahun 1815 dan letusan Krakatau pada 1883 juga termasuk letusan gunung terbesar yang tercatat sepanjang sejarah.[294][295]
Gempa bumi terjadi hampir setiap hari di Indonesia dimana sebagian besar tidak dirasakan manusia. Peristiwa gempa bumi besar di Indonesia baru-baru ini adalah Gempa bumi dan tsunami Sulawesi 2018 menewaskan setidaknya 4.300 jiwa. Guncangan mematikan juga terjadi gempa bumi Yogyakarta pada 27 Mei 2006, menewaskan setidaknya 5.700 jiwa, dan menghancurkan ratusan ribu rumah.
Peristiwa Gempa bumi berdorongan besar yang berdampak ke Indonesia dan terjadi belum lama ini adalah gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004, dan menyebabkan tsunami besar yang juga berdampak pada negara lain.[296] Indeks resiko dunia menempatkan Indonesia, sebagai negara paling rentan terhadap bencana alam ke-tiga di dunia dengan skor 43 persen.
Lingkungan hidup
Wilayah Indonesia memiliki keanekaragaman makhluk hidup yang tinggi sehingga dikelompokkan sebagai salah satu dari 17 negara megadiversitas oleh Conservation International.[297][298] Dari sudut pandang wilayah biogeografi, Indonesia termasuk dalam wilayah Malesia. Flora dan faunanya merupakan campuran dari spesies khas Asia dan Australasia. Alfred Russel Wallace, seorang ahli sejarah alam, menghipotesiskan sebuah garis pemisah (yang kemudian disebut garis Wallace) untuk membedakan organisme yang berasal dari Asia (Paparan Sunda) dan Australia (Paparan Sahul). Kawasan biogeografi yang menjadi zona transisi di antara kedua paparan ini disebut Wallacea.[299] Selain itu, garis Weber dan garis Lydekker juga digunakan untuk menetapkan batas biogeografi Indonesia.[300]
Indonesia memiliki sekitar 10% dari seluruh spesies tumbuhan berbunga di Bumi (sebanyak 25.000 spesies, 55% di antaranya endemik di Indonesia). Negara ini juga memiliki sekitar 12% spesies mamalia di Bumi (515 spesies) sehingga menempati peringkat kedua pada keanekaragaman mamalia setelah Brasil. Indonesia menempati peringkat keempat pada keanekaragaman spesies reptil (781 spesies) dan primata (35 spesies), peringkat kelima pada keanekaragaman spesies burung (1.592 spesies), serta peringkat keenam pada keanekaragaman spesies amfibi (270 spesies).[301]
Meskipun demikian, populasi penduduk Indonesia yang besar dan terus meningkat serta industrialisasi yang pesat memunculkan masalah lingkungan hidup yang serius, di antaranya perusakan lahan gambut, deforestasi ilegal berskala besar (yang mengakibatkan kabut asap di beberapa bagian Asia Tenggara), eksploitasi sumber daya laut yang berlebihan, polusi udara, pengelolaan sampah, hingga penyediaan air dan sanitasi yang memadai.[302] Isu-isu tersebut berkontribusi pada rendahnya peringkat Indonesia (nomor 116 dari 180 negara) dalam Indeks Kinerja Lingkungan 2020. Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa kinerja Indonesia secara umum di bawah rata-rata, baik dalam konteks regional maupun global.[303]
Pada tahun 2018, sekitar 49,7% dari luas daratan Indonesia ditutupi oleh hutan,[304] turun dari angka 87% yang dihitung pada tahun 1950.[305] Sejak dasawarsa 1970-an hingga saat ini, produksi kayu bulat serta berbagai tanaman perkebunan dan pertanian bertanggung jawab atas sebagian besar deforestasi di Indonesia.[305] Belakangan ini, deforestasi didorong oleh industri kelapa sawit. Meskipun dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, industri ini dapat merusak ekosistem dan menimbulkan masalah sosial.[306] Situasi ini menjadikan Indonesia sebagai penghasil emisi gas rumah kaca berbasis hutan terbesar di dunia,[307] serta mengancam kelangsungan hidup spesies asli dan endemik. Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) mengidentifikasi sejumlah spesies yang terancam kritis, termasuk jalak bali,[308] orang utan sumatra,[309] dan badak jawa.[310]
Politik dan pemerintahan
Sistem pemerintahan
Indonesia merupakan negara kesatuan yang menjalankan pemerintahan republik presidensial multipartai yang demokratis. Konstitusi Indonesia adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) yang pada era reformasi mengalami empat kali amendemen sehingga membawa perubahan besar pada kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.[311] Salah satu perubahan utama adalah pendelegasian kekuasaan dan wewenang kepada berbagai entitas regional sambil tetap menjadi negara kesatuan.[312][313]
Kekuasaan eksekutif dipegang oleh presiden yang dibantu oleh wakil presiden dan kabinet. Presiden Indonesia merupakan kepala negara dan kepala pemerintahan, sekaligus panglima tertinggi Tentara Nasional Indonesia. Presiden dan wakil presiden dapat menjabat selama lima tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan.[314] Joko Widodo dan Ma'ruf Amin adalah pasangan presiden dan wakil presiden yang terpilih untuk masa jabatan 2019–2024. Mereka memimpin Kabinet Indonesia Maju yang terdiri atas 34 menteri dan sejumlah pejabat setingkat menteri.[315]
Lembaga perwakilan tertinggi yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), yang berwenang mengubah dan menetapkan konstitusi, serta melantik dan memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden.[316] Lembaga ini berbentuk bikameral yang terdiri dari 575 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang berasal dari partai politik, ditambah dengan 136 anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang merupakan wakil provinsi dari jalur independen.[317] Anggota DPR dan DPD dipilih melalui pemilihan umum dengan masa jabatan lima tahun. Fungsi yang dijalankan oleh DPR yaitu legislasi (membentuk undang-undang), anggaran (membahas dan menyetujui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), dan pengawasan (mengawasi kinerja pemerintah),[318][319] sedangkan DPD merupakan lembaga legislatif yang lebih dikhususkan pada pengelolaan daerah.[320][321] Saat ini, MPR diketuai oleh Bambang Soesatyo,[322] DPR diketuai oleh Puan Maharani,[323] sedangkan DPD diketuai oleh La Nyalla Mattalitti.[324]
Kekuasaan kehakiman dijalankan oleh Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK).[325] Sementara itu, Komisi Yudisial mengawasi kinerja para hakim.[326]
Hubungan luar negeri
Indonesia memiliki 132 perwakilan diplomatik di luar negeri, termasuk 95 kedutaan.[328] Negara ini memiliki kebijakan politik luar negeri "bebas dan aktif", yang berarti bahwa Indonesia tidak berpihak pada blok-blok kekuatan dan persekutuan militer di dunia, sekaligus bersikap aktif dalam menjaga ketertiban dunia, sebagaimana dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945.[329]
Berlawanan dengan Sukarno yang anti-Imperialisme, antipati terhadap kekuatan barat, dan bersitegang dengan Malaysia, hubungan luar negeri sejak "Orde baru"-nya Suharto didasarkan pada ekonomi dan kerja sama politik dengan negara-negara barat.[330] Indonesia menjaga hubungan baik dengan tetangga-tetangganya di Asia, dan Indonesia adalah pendiri ASEAN dan East Asia Summit.
Indonesia menjalin hubungan kembali dengan Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1990, padahal sebelumnya melakukan pembekuan hubungan sehubungan dengan gejolak anti-komunis di awal kepemerintahan Suharto. Indonesia menjadi anggota Perserikatan Bangsa-bangsa sejak tahun 1950,[331] dan pendiri Gerakan Non Blok dan Organisasi Kelompok Islam yang sekarang telah menjadi Organisasi Kerjasama Islam. Indonesia telah menandatangani perjanjian ASEAN Free Trade Area, Cairns Group, dan World Trade Organization, dan pernah menjadi anggota OPEC, meskipun Indonesia menarik diri pada tahun 2008 sehubungan Indonesia bukan lagi pengekspor minyak mentah bersih. Indonesia telah menerima bantuan kemanusiaan dan pembangunan sejak tahun 1966, terutama dari Amerika Serikat, negara-negara Eropa Barat, Australia, dan Jepang.
Pemerintah Indonesia telah bekerja sama dengan dunia internasional sehubungan dengan pengeboman yang dilakukan oleh militan Islam dan Al-Qaeda.[332] Pemboman besar menimbulkan korban 202 orang tewas (termasuk 164 turis mancanegara) di Kuta, Bali pada tahun 2012.[333] Serangan tersebut dan peringatan perjalanan (travel warnings) yang dikeluarkan oleh negara-negara lain, menimbulkan dampak yang berat bagi industri jasa perjalanan/turis dan juga prospek investasi asing.[334] Tetapi beruntung ekonomi Indonesia secara keseluruhan tidak terlalu dipengaruhi oleh hal-hal tersebut di atas, karena Indonesia adalah negara yang ekonomi domestiknya cukup kuat dan dominan.[butuh rujukan]
Militer
Tentara Nasional Indonesia terdiri dari TNI–AD, TNI-AL (termasuk Marinir) dan TNI-AU.[335] Berkekuatan 400.000 prajurit aktif, memiliki anggaran 4% dari GDP pada tahun 2006, tetapi terdapat kontroversi bahwa ada sumber-sumber dana dari kepentingan-kepentingan komersial dan yayasan-yayasan yang dilindungi oleh militer.[336] Satu hal baik dari reformasi sejalan dengan mundurnya Suharto adalah mundurnya TNI dari parlemen setelah bubarnya Dwi Fungsi ABRI, walaupun pengaruh militer dalam bernegara masih tetap kuat.[337] Gerakan separatis di sebagian daerah Aceh dan Papua telah menimbulkan konflik bersenjata, dan terjadi pelanggaran HAM serta kebrutalan yang dilakukan oleh kedua belah pihak.[338][339] Setelah 30 tahun perseteruan sporadis antara Gerakan Aceh Merdeka dan militer Indonesia, maka persetujuan gencatan senjata terjadi pada tahun 2005.[340] Di Papua, telah terjadi kemajuan yang mencolok, walaupun masih terjadi kekurangan-kekurangan, dengan diterapkannya otonomi, dengan akibat berkurangnya pelanggaran HAM.[341]
Pembagian administratif
Saat ini, Indonesia terdiri atas 38 provinsi,[342] 416 kabupaten dan 98 kota, 7.024 daerah setingkat kecamatan,[343] atau 81.626 daerah setingkat desa/kelurahan.[344]
Di antara provinsi-provinsi tersebut, sembilan di antaranya memiliki status kekhususan dan/atau keistimewaan. Daerah-daerah tersebut ialah Aceh, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Papua Barat, Papua Barat Daya, Papua, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.
Tiap provinsi memiliki DPRD Provinsi dan gubernur, tiap kabupaten memiliki DPRD Kabupaten dan bupati, sementara tiap kota memiliki DPRD Kota dan wali kota; semuanya dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum. Hal tersebut tidak berlaku pada DKI Jakarta yang terbagi atas kabupaten administrasi atau kota administrasi yang bukanlah daerah otonom, sehingga DPR Kabupaten atau Kota tidak ada di dalam daerah-daerah tersebut, serta bupati dan wali kotanya adalah pegawai negeri yang ditunjuk oleh Gubernur DKI Jakarta.
Indonesia memperbolehkan penamaan lokal/khusus untuk digunakan pada daerah-daerah administratif di bawah tingkat kabupaten/kota, sesuai dengan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah. Beberapa contoh di antaranya ialah kalurahan, kapanewon, kemantren, gampong, kampung, nagari, pekon, dan distrik.
Berikut ini merupakan provinsi di Indonesia beserta ibu kotanya.
Ibu kota negara
Hingga saat ini, ibu kota negara Republik Indonesia berkedudukan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.[346] Namun sejak tahun 2019, Pemerintah Indonesia melaksanakan proses pemindahan ibu kota Indonesia ke Ibu Kota Nusantara, yang direncanakan akan diresmikan pada tahun 2024.[347]
Semenjak kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, ibu kota negara Indonesia secara de facto berkedudukan di Jakarta. Ibu kota negara sempat dipindahkan ke Yogyakarta pada tanggal 4 Januari 1946 ketika pasukan Pemerintahan Sipil Hindia Belanda (NICA) menduduki Jakarta,[348] kemudian ke Bukittinggi pada tanggal 19 Desember 1948 ketika pemerintah pusat lumpuh karena ditawannya Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta oleh pasukan militer Belanda dan tampuk pemerintahan dipegang sementara oleh Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI),[349] lalu kembali lagi ke Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949 setelah kembalinya Soekarno-Hatta dari penawanan. Pada masa Republik Indonesia Serikat (RIS), ibu kota Negara Bagian Republik Indonesia berkedudukan di Yogyakarta sementara ibu kota federal RIS berada di Jakarta. Setelah kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950, ibu kota negara kembali berkedudukan di Jakarta. Pada tanggal 28 Agustus 1961, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 1961 yang mengukuhkan status Jakarta sebagai ibu kota negara.[350]
Pada tahun 2019, Presiden Joko Widodo melalui Pemerintah Pusat membuat kajian rancangan,[351] melakukan pencanangan,[352] dan menentukan letak wilayah dari ibu kota baru, yaitu sebagian dari wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara.[353] Pemerintah bahkan sempat membentuk tim-tim pelaksana pemindahan ibu kota pada bulan Januari 2020,[354][355] yang akan melaksanakan pembangunan pada pertengahan tahun 2020, tetapi harus ditunda akibat pandemi Covid-19.[356] Pada tanggal 18 Januari 2022, Dewan Perwakilan Rakyat mengesahkan Undang-Undang Ibu Kota Negara, yang berisi pembentukan dan garis besar rencana pembangunan ibu kota baru, yang diberi nama Ibu Kota Nusantara, yang kemudian diundangkan pada tanggal 15 Februari 2022.[357] Upacara simbolis penyatuan tanah ketiga puluh empat provinsi di Indonesia saat itu dilakukan oleh Presiden Jokowi bersama para gubernur dan wakil gubernur se-Indonesia pada tanggal 14 Maret 2022 di Titik Nol Ibu Kota Nusantara.[358]
Ekonomi
Lebih dari Rp100 juta Rp50–100 juta Rp40–50 juta Rp30–40 juta | Rp20–30 juta Rp10–20 juta Rp5–10 juta Kurang dari Rp5 juta |
Sistem ekonomi Indonesia awalnya didukung dengan diluncurkannya Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) pada tanggal 30 Oktober 1946 yang menjadi mata uang pertama Republik Indonesia, yang selanjutnya berganti menjadi Rupiah.
Pada masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak seutuhnya mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis, namun juga memadukannya dengan nasionalisme ekonomi. Pemerintah yang belum berpengalaman, masih ikut campur tangan ke dalam beberapa kegiatan produksi yang berpengaruh bagi masyarakat banyak. Hal tersebut, ditambah pula kemelut politik, mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan pada ekonomi negara.[359]
Pemerintahan Orde Baru segera menerapkan disiplin ekonomi yang bertujuan menekan angka inflasi, menstabilkan mata uang, penjadwalan ulang utang luar negeri, dan berusaha menarik bantuan dan investasi asing.[359] Pada era tahun 1970-an harga minyak bumi yang meningkat menyebabkan melonjaknya nilai ekspor, dan memicu tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata yang tinggi sebesar 7% antara tahun 1968 sampai 1981.[359] Reformasi ekonomi lebih lanjut menjelang akhir tahun 1980-an, antara lain berupa deregulasi sektor keuangan dan pelemahan nilai rupiah yang terkendali,[359] selanjutnya mengalirkan investasi asing ke Indonesia khususnya pada industri-industri berorientasi ekspor pada antara tahun 1989 sampai 1997[360] Ekonomi Indonesia mengalami kemunduran pada akhir tahun 1990-an akibat krisis ekonomi tahun 1997 yang melanda sebagian besar Asia pada saat itu,[361] yang disertai pula berakhirnya masa Orde Baru dengan pengunduran diri Presiden Soeharto tanggal 21 Mei 1998.
Saat ini ekonomi Indonesia telah cukup stabil. Pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2004 dan 2005 melebihi 5% dan diperkirakan akan terus berlanjut.[362] Namun, dampak pertumbuhan itu belum cukup besar dalam memengaruhi tingkat pengangguran, yaitu sebesar 9,75%.[363][364] Perkiraan tahun 2006, sebanyak 17,8% masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan, dan terdapat 49,0% masyarakat yang hidup dengan penghasilan kurang dari AS$ 2 per hari.[365]
Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar di luar Jawa, termasuk minyak mentah, gas alam, timah, tembaga, dan emas. Indonesia pengekspor gas alam terbesar kelima[366] di dunia, meski akhir-akhir ini ia telah mulai menjadi pengimpor bersih minyak mentah. Hasil pertanian yang utama termasuk beras, teh, kopi, rempah-rempah, dan karet.[367] Zulkifli Hasan, Menteri Perdagangan, menyebutkan bahwa Peraturan Presiden №125/2022 berisi tentang cadangan pangan pemerintah yang menjadi prioritas dalam perekonomian negara.[368]
Sektor jasa adalah penyumbang terbesar PDB, yang mencapai 45,3% untuk PDB 2005. Sedangkan sektor industri menyumbang 40,7%, dan sektor pertanian menyumbang 14,0%.[369] Meskipun demikian, sektor pertanian mempekerjakan lebih banyak orang daripada sektor-sektor lainnya, yaitu 44,3% dari 95 juta orang tenaga kerja. Sektor jasa mempekerjakan 36,9%, dan sisanya sektor industri sebesar 18,8%.[370]
Rekan perdagangan terbesar Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara jirannya yaitu Malaysia, Singapura dan Australia.
Meski kaya akan sumber daya alam dan manusia, Indonesia masih menghadapi masalah besar dalam bidang kemiskinan yang sebagian besar disebabkan oleh korupsi yang merajalela dalam pemerintahan. Lembaga Transparency International menempatkan Indonesia sebagai peringkat ke-143 dari 180 negara dalam Indeks Persepsi Korupsi, yang dikeluarkannya pada tahun 2007.[371]
Peringkat internasional
Organisasi | Nama Survei | Peringkat |
---|---|---|
Heritage Foundation/The Wall Street Journal | Indeks Kebebasan Ekonomi | 69 dari 180[372] |
The Economist | Indeks Kualitas Hidup | 71 dari 111[373] |
Reporters Without Borders | Indeks Kebebasan Pers | 103 dari 168[374] |
Transparency International | Indeks Persepsi Korupsi | 98 dari 180[375] |
United Nations Development Programme | Indeks Pembangunan Manusia | 111 dari 189[376] |
Forum Ekonomi Dunia | Laporan Daya Saing Global | 45 dari 140[377] |
Central Connecticut State University | Peringkat Literasi Membaca | 60 dari 61[378] |
Transportasi Di Indonesia
Transportasi di Indonesia
Transportasi di Indonesia mencakup berbagai moda yang menghubungkan pulau-pulau di seluruh kepulauan ini. Sistem transportasi di Indonesia berkembang pesat untuk memenuhi kebutuhan mobilitas penduduk yang terus meningkat. Artikel ini akan membahas secara komprehensif mengenai transportasi darat, laut, dan udara yang ada di Indonesia, mencakup berbagai moda seperti kereta api, bus, kapal feri, dan pesawat udara.
Transportasi Darat
- Kereta Api Indonesia
Kereta api adalah salah satu moda transportasi darat utama di Indonesia, yang dioperasikan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero). Sistem perkeretaapian di Indonesia terutama terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Sumatra, dengan jaringan yang menghubungkan kota-kota besar serta daerah-daerah di sekitarnya. Kereta api memainkan peran penting dalam pengangkutan penumpang dan barang di sepanjang jalur yang ada.
- KRL Commuter Line
KRL Commuter Line adalah sistem kereta rel listrik yang beroperasi di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) dan di Solo-Jogja. KRL Commuter Line Jabodetabek adalah tulang punggung transportasi massal di kawasan megapolitan ini, mengangkut jutaan penumpang setiap harinya. Sistem ini terus diperluas untuk mencakup lebih banyak rute dan stasiun. Selain itu, KRL Solo-Jogja juga melayani rute commuter di wilayah tersebut, mempermudah akses antara dua kota budaya penting ini.
- MRT Jakarta
Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta adalah sistem angkutan cepat pertama di Indonesia, yang beroperasi di Jakarta sejak 2019. Tahap pertama rute MRT Jakarta menghubungkan Lebak Bulus di Jakarta Selatan dengan Bundaran HI di pusat kota. Proyek ini bertujuan untuk mengurangi kemacetan di ibu kota dengan menyediakan alternatif transportasi yang cepat, aman, dan nyaman. Rencana pengembangan lebih lanjut akan memperluas jaringan MRT hingga mencakup area yang lebih luas di Jakarta dan sekitarnya.
- LRT Jakarta
Light Rail Transit (LRT) Jakarta adalah sistem angkutan ringan yang saat ini beroperasi di sebagian wilayah Jakarta. Rute LRT Jakarta melayani koridor Kelapa Gading-Velodrome, yang merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan layanan transportasi publik di ibu kota. LRT ini dirancang untuk mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi dan mengurangi kemacetan lalu lintas di jalan-jalan utama Jakarta.
- LRT Jabodebek
LRT Jabodebek adalah proyek kereta ringan yang dirancang untuk melayani kawasan Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek). Proyek ini dimaksudkan untuk menyediakan alternatif transportasi massal yang efisien dan ramah lingkungan bagi masyarakat di wilayah metropolitan Jakarta yang lebih luas. LRT Jabodebek diharapkan dapat terintegrasi dengan moda transportasi lain, seperti KRL dan MRT, untuk membentuk jaringan transportasi yang terintegrasi.
- LRT Palembang
LRT Palembang adalah sistem LRT pertama di luar Jakarta, yang diresmikan pada tahun 2018 untuk mendukung Asian Games yang diselenggarakan di kota tersebut. LRT Palembang menghubungkan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II dengan kawasan olahraga Jakabaring, menyediakan akses transportasi yang cepat dan nyaman bagi penumpang.
- Bus AKAP
Bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) adalah moda transportasi darat yang menghubungkan berbagai kota dan provinsi di Indonesia. Bus AKAP sangat penting dalam menyediakan mobilitas bagi masyarakat yang melakukan perjalanan jarak jauh di berbagai pulau, terutama di Jawa, Sumatra, Bali , Kalimantan, dan Sulawesi. Sistem bus AKAP terus berkembang dengan penambahan rute dan modernisasi armada untuk meningkatkan kenyamanan dan keselamatan penumpang. Sistem Bus AKAP Tersebut Dioperasikan Melalui Jaringan Jaringan Terminal Di Kota Kota Besar Seperti Terminal Pulo Gebang Di Jakarta , Terminal Tirtonadi Di Solo , Terminal Bungurasih Di Surabaya Dan Terakhir Terminal Amplas Di Medan
- Jalan Tol
Jalan tol merupakan bagian integral dari infrastruktur transportasi di Indonesia. Jalan tol yang menghubungkan berbagai kota besar di Pulau Jawa, Sumatra, dan beberapa pulau lainnya telah mempercepat waktu perjalanan dan meningkatkan efisiensi logistik. Proyek jalan tol trans-Jawa dan trans-Sumatra adalah dua proyek besar yang telah dan sedang dilakukan untuk menghubungkan seluruh bagian pulau tersebut dari ujung ke ujung.
- Jalan Nasional
Jalan nasional adalah jaringan jalan utama yang menghubungkan berbagai daerah di Indonesia. Jalan ini menjadi tulang punggung bagi transportasi darat, baik untuk pengangkutan barang maupun penumpang. Jalan nasional memainkan peran penting dalam mendukung perekonomian negara, terutama dalam hal distribusi barang dan jasa antar wilayah.
- Kereta Cepat Whoosh Jakarta-Bandung
Kereta Cepat Whoosh adalah proyek kereta cepat pertama di Indonesia yang menghubungkan Jakarta dan Bandung . Dengan kecepatan hingga 350 km/jam, kereta ini mampu mempersingkat waktu perjalanan antara kedua kota menjadi sekitar 40 menit. Proyek ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan infrastruktur transportasi di Indonesia, dengan rencana perpanjangan jalur hingga Surabaya di masa mendatang.
Transportasi Laut
- Kapal Feri dan Kapal Penumpang Lainnya
Indonesia, sebagai negara kepulauan, sangat bergantung pada transportasi laut untuk menghubungkan berbagai pulau. Kapal feri dan kapal penumpang lainnya memainkan peran penting dalam transportasi antar pulau di seluruh nusantara , baik untuk penumpang maupun barang. Selain itu, kapal-kapal ini juga melayani rute internasional yang menghubungkan Indonesia dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, hingga ke negara-negara lain di dunia.
Transportasi Udara
- Pesawat
Pesawat terbang adalah moda transportasi yang sangat vital di Indonesia, terutama mengingat luasnya wilayah negara ini yang terdiri dari ribuan pulau. Transportasi udara memungkinkan perjalanan antar pulau yang cepat dan efisien. Sistem penerbangan domestik di Indonesia sangat luas, dengan banyak maskapai penerbangan yang melayani rute-rute di seluruh penjuru tanah air.
- Maskapai Garuda Indonesia
Garuda Indonesia adalah maskapai nasional Indonesia dan salah satu yang tertua di Asia. Garuda Indonesia melayani rute domestik dan internasional, dan telah menerima berbagai penghargaan atas layanan dan keselamatannya. Maskapai ini merupakan ikon transportasi udara Indonesia dan memainkan peran penting dalam menghubungkan Indonesia dengan dunia internasional.
- Bandara
Indonesia memiliki banyak bandara internasional dan domestik yang tersebar di seluruh kepulauan. Bandara-bandara ini merupakan gerbang utama bagi transportasi udara, melayani jutaan penumpang setiap tahunnya. Beberapa bandara terbesar dan tersibuk di Indonesia termasuk Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Jakarta , Bandara Internasional Ngurah Rai di Bali , dan Bandara Internasional Juanda di Surabaya . Infrastruktur bandara terus ditingkatkan untuk menangani peningkatan jumlah penumpang dan volume kargo yang terus berkembang.
Transportasi di Indonesia terus berkembang seiring dengan kebutuhan mobilitas penduduk yang meningkat dan upaya pemerintah untuk meningkatkan infrastruktur transportasi nasional. Berbagai proyek besar seperti pembangunan jalan tol, pengembangan moda transportasi massal seperti MRT, LRT, dan kereta cepat, serta modernisasi pelabuhan dan bandara adalah bagian dari upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan konektivitas antar daerah di Indonesia.
Demografi
Kependudukan
10.001 ke atas 1.001 ke 10.000 101 ke 1.000 11 ke 100 1 ke 10 |
Menurut sensus 2020, jumlah penduduk Indonesia yaitu 270,20 juta jiwa, yang menjadikannya negara berpenduduk terbanyak keempat di dunia,[379] dengan kepadatan penduduk sebanyak 141 jiwa per km2 dan rerata laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,25%.[380] Sebanyak 56,1% penduduk (151,59 juta jiwa) tinggal di Pulau Jawa yang merupakan pulau berpenduduk terbanyak di dunia.[381] Pada tahun 1961, sensus pertama setelah Indonesia merdeka mencatat 97 juta penduduk.[382] Populasi diperkirakan mungkin tumbuh menjadi sekitar 295 juta pada tahun 2030 dan 321 juta pada tahun 2050.[383] Indonesia diperkirakan memiliki usia median 31,1 tahun,[384] dan mulai mengalami bonus demografi, yaitu masa ketika jumlah penduduk usia produktif jauh melebihi penduduk usia nonproduktif.[385]
Sebaran penduduk Indonesia tidak merata, dengan tingkat perkembangan yang bervariasi, mulai dari megakota Jakarta hingga suku-suku tak terjamah di Papua.[386] Pada 2017, sekitar 54,7% populasi tinggal di kawasan perkotaan.[387] Sekitar 8 juta orang Indonesia tinggal di luar negeri; sebagian besar dari mereka menetap di Malaysia, Belanda, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Hong Kong, Singapura, Amerika Serikat, dan Australia.[388]
Secara legal, status kewarganegaraan diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006. Warga Negara Indonesia (WNI) diberikan kartu identitas berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang mendaftarkan seseorang di suatu wilayah administratif tertentu. Status kewarganegaraan Indonesia dapat diperoleh malalui kelahiran, adopsi, perkawinan, atau pewarganegaraan.[389]
Kota | Provinsi | Populasi | Kota | Provinsi | Populasi | |||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | Jakarta | Daerah Khusus Ibukota Jakarta | 11.135.191 | Indonesia |
7 | Makassar | Sulawesi Selatan | 1.477.861 | ||
2 | Surabaya | Jawa Timur | 3.017.382 | 8 | Batam | Kepulauan Riau | 1.294.548 | |||
3 | Bandung | Jawa Barat | 2.579.837 | 9 | Pekanbaru | Riau | 1.138.530 | |||
4 | Medan | Sumatera Utara | 2.539.829 | 10 | Bandar Lampung | Lampung | 1.073.451 | |||
5 | Palembang | Sumatera Selatan | 1.781.672 | 11 | Padang | Sumatera Barat | 939.851 | |||
6 | Semarang | Jawa Tengah | 1.699.585 | 12 | Malang | Jawa Timur | 885.271 | |||
Sumber: Data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (per 30 Juni 2024). Catatan: Tidak termasuk kota satelit. |
Suku bangsa
Indonesia merupakan negara yang kaya akan kelompok etnik, dengan sekitar 1.340 suku bangsa.[390] Sebagian besar penduduk Indonesia merupakan keturunan Bangsa Austronesia,[391] dan terdapat juga kelompok-kelompok suku Melanesia, serta kemungkinan Polinesia dan Mikronesia, terutama di Indonesia bagian timur.[392] Kelompok suku menurut bahasa dan asal daerah, misalnya Suku Melayu, Minangkabau, Jawa, Sunda, Batak, Madura, dan lainnya.[393] Menurut sensus 2010, sekitar 40-42% penduduk merupakan suku Jawa yang menghuni hampir seluruh wilayah Indonesia sebagai akibat program transmigrasi.[394] Meskipun demikian, rasa kebangsaan Indonesia dipegang oleh warga negara Indonesia bersama dengan identitas regional yang kuat.[395]
Istilah bumiputra dan pribumi pernah digunakan untuk menyebut kelompok orang yang berbagi warisan sosial budaya yang sama dan dianggap sebagai penduduk asli Indonesia.[396] Pada tahun 1998, Presiden B.J. Habibie menginstruksikan untuk menghentikan penggunaan istilah pribumi dan nonpribumi dalam kehidupan bernegara.[397][398] Sejumlah etnis Asia daratan, seperti etnis Tionghoa, Arab, dan India, sudah lama datang ke Nusantara dan kemudian menetap dan berasimilasi menjadi bagian dari Nusantara. Sensus 2010 mencatat ada sekitar 5 juta WNI yang dikelompokkan sebagai etnis Tionghoa yang tersebar merata di hampir seluruh wilayah di Indonesia (terutama perkotaan) dan 3 juta jiwa dikelompokkan sebagai etnis Arab yang khususnya berada di Pulau Jawa, Sumatera, sebagian Kalimantan, dan sebagian Sulawesi. Sedangkan untuk orang keturunan India populasinya hanya sekitar ratusan ribu saja yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia seperti Medan, Jakarta, Pekanbaru, dan Banda Aceh. Beberapa tempat khususnya di Kota Medan, terdapat wilayah dengan orang etnis/keturunan India yang cukup signifikan yakni di Little India dan Kampung Madhras. [399]
Bahasa
Indonesia memiliki lebih dari 700 bahasa daerah,[400][401] yang secara umum dipertuturkan oleh mayoritas penduduk Indonesia sebagai bahasa ibu dan bahasa sehari-hari.[402] Sebagian besar bahasa daerah tersebut termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia, dan di samping itu, ada lebih dari 270 bahasa Papua yang digunakan di Indonesia bagian timur.[403] Menurut jumlah penuturnya, bahasa daerah yang paling banyak digunakan sehari-hari secara berturut-turut adalah Melayu, Jawa, Sunda, Madura, Batak, Minangkabau, Bugis, Betawi, dan Banjar.[404]
Bahasa resmi negara ini adalah bahasa Indonesia, yang merupakan salah satu dari banyak varietas bahasa Melayu.[405] Bahasa Indonesia diajukan sebagai bahasa persatuan sejak masa pergerakan kemerdekaan Indonesia melalui Sumpah Pemuda dan ditetapkan oleh konstitusi pada 1945.[406] Campur tangan negara terhadap bahasa nasional diselenggarakan melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.[407]
Beberapa bahasa asing diajarkan dalam pendidikan formal. Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional telah diperkenalkan kepada para pelajar mulai jenjang pendidikan dasar.[408] Bahasa asing lainnya, seperti bahasa Jerman, Prancis, dan Jepang, diajarkan di sejumlah sekolah sebagai pelengkap pada jenjang sekolah menengah atas.[409] Bagi penganut agama Islam yang menjadi kaum mayoritas di Indonesia,[410] bahasa Arab adalah bahasa asing yang memiliki kedudukan khusus karena harus dipraktikkan dalam ibadah harian tertentu, misalnya salat,[411] dan diajarkan di madrasah ibtidaiah dan jenjang selanjutnya.[412] Meskipun demikian, bahasa Arab tidak menjadi bahasa pergaulan umum sejak periode awal keberadaannya di Indonesia.[413]
Agama
Meskipun menjamin kebebasan beragama dalam konstitusi,[414] pemerintah hanya mengakui enam agama yaitu: Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu: sementara itu, penganut agama tradisional ataupun agama-agama lainnya hanya mendapatkan pengakuan terbatas sebagai "penghayat kepercayaan".[415][416] . Dengan 231 juta penganut pada tahun 2018, Indonesia adalah negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar kedua di dunia. Sebanyak sekitar hampir 30 juta penduduk Indonesia atau lebih tepatnya 28,6 juta jiwa menganut agama Kristen, di mana 20,2 juta penduduk merupakan penganut aliran Kristen Protestan sedangkan 8,3 juta penganut Kristen Katolik, 4,7 juta penganut Hindu, 2 juta penganut Buddha, 81 ribu penganut Konghucu, dan 108 ribu penganut aliran kepercayaan lainnya (terutama agama tradisional/lokal).[410] Agama Islam dipeluk oleh hampir seluruh warga Indonesia (sekitar 86,70%), Agama Kristen (Protestan & Katolik) kebanyakkan dipeluk oleh beberapa suku, yakni: Batak, Toraja, Dayak, Nias, Minahasa, Ambon, dan lainnya. Kebanyakan pemeluk Hindu adalah Suku Bali dan Orang keturunan India di Indonesia[417] serta kebanyakan pemeluk Buddha dan Konghucu adalah orang Tionghoa-Indonesia.[418]
Penduduk asli Indonesia pada awalnya mempraktikkan animisme, paganisme dan dinamisme lokal, yang merupakan kepercayaan umum bangsa Austronesia. Mereka menyembah roh leluhur dan percaya bahwa roh gaib (hyang) mungkin menghuni tempat-tempat tertentu, seperti pohon besar, batu, hutan, gunung, atau tempat keramat.[148] Contoh kepercayaan asli Indonesia di antaranya Sunda Wiwitan, Kaharingan, dan Kejawen. Mereka memberikan dampak yang signifikan pada penerapan agama-agama lain, seperti abangan Jawa, Hindu Bali, dan Kristen Dayak, yang dipraktikkan sebagai bentuk agama yang kurang ortodoks dan sinkretis.[419][420]
Pengaruh agama Hindu mencapai Nusantara pada awal abad pertama Masehi.[421] Kerajaan Salakanagara di Jawa Barat sekitar tahun 130 merupakan kerajaan terkait India Raya pertama yang tercatat dalam sejarah Nusantara.[422] Agama Buddha tiba sekitar abad ke-6,[423] dan sejarahnya di Indonesia berhubungan erat dengan agama Hindu karena kedua agama ini dianut oleh beberapa kerajaan pada periode yang sama. Nusantara mengalami kebangkitan dan kejatuhan kerajaan Hindu dan Buddha yang kuat dan berpengaruh, seperti Majapahit, Sailendra, Sriwijaya, dan Medang. Meski tidak lagi menjadi mayoritas, agama Hindu dan Buddha tetap memiliki pengaruh besar pada budaya Indonesia.[424][425]
Agama Islam diperkenalkan oleh para pedagang Suni dari mazhab Syafi'i serta para pedagang Sufi dari anak benua India dan Arab Selatan pada awal abad ke-8 M.[426][427] Pada sebagian besar perkembangannya, Islam mengalami pencampuran dan saling memengaruhi budaya yang ada sehingga menghasilkan bentuk Islam dengan ciri tersendiri, seperti adanya pesantren.[428][429] Perdagangan dan aktivitas dakwah seperti yang dilakukan oleh Wali Songo dan penjelajah Tiongkok Cheng Ho, serta kampanye militer oleh beberapa kesultanan membantu mempercepat penyebaran Islam.[427][430]
Agama Katolik dibawa oleh para pedagang dan misionaris Portugis seperti Yesuit Fransiskus Xaverius, yang mengunjungi dan membaptis beberapa ribu penduduk setempat.[431][432] Penyebarannya menghadapi kesulitan karena kebijakan Perusahaan Hindia Timur Belanda yang melarang agama dan permusuhan oleh Belanda sebagai akibat dari Perang Delapan Puluh Tahun melawan pemerintahan Katolik Spanyol. Protestantisme, sebagian besar, merupakan hasil dari upaya misionaris Calvinis dan Lutheran selama era kolonial Belanda.[433][434][435] Meskipun keduanya merupakan cabang Kekristenan yang paling umum, ada banyak denominasi lain di negara ini.[436]
Jumlah penganut agama Yahudi cukup besar di Nusantara setidaknya sampai tahun 1945, yang kebanyakan merupakan orang Belanda dan orang Yahudi Baghdadi. Sebagian besar di antara mereka meninggalkan Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan dan agama Yahudi tidak pernah mendapatkan status resmi. Saat ini hanya sejumlah kecil orang Yahudi di Indonesia, yang kebanyakan berada di Jakarta dan Surabaya.[437]
Pada tingkat nasional dan regional, kepemimpinan dalam politik dan kelompok masyarakat sipil di Indonesia telah memainkan peran penting dalam hubungan antaragama, baik secara positif maupun negatif. Sila pertama Pancasila yang merupakan landasan filosofis Indonesia, yaitu Ketuhanan yang Maha Esa, sering menjadi pengingat toleransi beragama,[438] meskipun kasus-kasus intoleransi juga telah terjadi.[439] Walaupun Indonesia merupakan negara sekuler (bukan negara yang berlandaskan hukum agama), tetapi sebagian besar orang Indonesia menganggap agama sebagai hal yang esensial dan bagian integral dari kehidupan mereka.[440][441]
Pendidikan dan kesehatan
Sesuai dengan konstitusi yang berlaku,[442] serta Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pemerintah Indonesia baik pusat maupun daerah wajib mengalokasikan anggaran untuk pendidikan sebesar 20% dari APBN dan APBD di luar gaji pendidik dan biaya kedinasan. Semua penduduk wajib mengikuti program wajib belajar sembilan tahun, yang meliputi enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah menengah pertama.[443] Pada 2018, tingkat partisipasi penduduk sebesar 93% untuk pendidikan dasar, 79% untuk pendidikan menengah, dan 36% untuk pendidikan tinggi, sementara tingkat melek huruf adalah 96%.[444] Pemerintah menghabiskan sekitar 3,6% dari PDB atau 20,5% dari anggaran negara (2015) untuk pendidikan.[444] Pada tahun 2018, terdapat lebih dari 4.500 perguruan tinggi di Indonesia,[445] dengan universitas terkemuka (seperti Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, dan lainnya) berlokasi di Pulau Jawa.[446]
Anggaran pemerintah untuk sektor kesehatan adalah sekitar 3,3% dari PDB pada tahun 2016.[447] Sebagai bagian dari upaya mencapai cakupan kesehatan semesta, pemerintah meluncurkan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada tahun 2014.[448] Meskipun ada peningkatan yang luar biasa dalam beberapa dekade terakhir seperti meningkatnya angka harapan hidup (dari 62,3 tahun pada tahun 1990 menjadi 71,7 tahun pada tahun 2019)[449] dan penurunan kematian anak (dari 84 kematian per 1.000 kelahiran pada tahun 1990 menjadi 25,4 kematian pada tahun 2017),[450] Indonesia terus-menerus menghadapi berbagai tantangan, seperti kesehatan ibu dan anak, kualitas udara yang rendah, kurang gizi, tingginya tingkat merokok, dan penyakit menular.[451]
Indeks Pembangunan Manusia
Menurut UNDP, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia mencapai angka 0,707[376] pada Laporan Pembangunan Manusia 2019 untuk perkiraan IPM tahun 2018 dan menempati status tinggi, sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), IPM Indonesia tahun 2022 telah mencapai angka 72,91 (0,729)[452][453] dan menempati status tinggi pada tahun 2016.
Perbedaan IPM yang dilaporkan UNDP melalui Human Development Report (HDR) dengan BPS terletak pada besarnya angka IPM dan perincian. Selama ini, memang perbedaan angka IPM sudah dianggap lazim. Namun, sejak sekitar tahun 2011, perbedaan angka IPM UNDP dan BPS meningkat secara signifikan. Dalam perihal perincian, karena UNDP melaporkan dalam tingkat internasional, laporan IPM Indonesia tidak dilaporkan hingga tingkat yang lebih rendah. Sebaliknya, karena BPS hanya melaporkan di tingkat nasional, BPS lebih memerinci, bahkan hingga IPM di tingkat kota/kabupaten dalam laporan beberapa tahun (laporan IPM hingga tingkat kota/kabupaten jarang). Namun, yang selalu dilaporkan di bawah tingkat nasional tentunya adalah laporan IPM di tingkat provinsi/daerah.
Berikut ini adalah daftar provinsi Indonesia menurut IPM tahun 2023 dibandingkan tahun 2022 menurut BPS.[452][454][453]
Peringkat | Provinsi | IPM 2023 | Perubahan (%) |
---|---|---|---|
Pembangunan Manusia Sangat Tinggi | |||
1 | Daerah Khusus Ibukota Jakarta | 83,55 (0,835) | 0,78 |
2 | Daerah Istimewa Yogyakarta | 81,09 (0,810) | 0,44 |
Pembangunan Manusia Tinggi | |||
3 | Kepulauan Riau | 79,08 (0,771) | 0,60 |
4 | Kalimantan Timur | 78,20 (0,782) | 0,84 |
5 | Bali | 78,01 (0,780) | 0,61 |
6 | Banten | 75,77 (0,757) | 0,52 |
7 | Sumatera Barat | 75,64 (0,756) | 0,48 |
8 | Sumatera Utara | 75,13 (0,733) | 0,62 |
9 | Sulawesi Utara | 75,04 (0,750) | 0,52 |
10 | Riau | 74,95 (0,749) | 0,50 |
11 | Aceh | 74,70 (0,747) | 0,59 |
12 | Kalimantan Selatan | 74,66 (0,746) | 0,66 |
13 | Jawa Timur | 74,65 (0,746) | 0,60 |
14 | Sulawesi Selatan | 74,60 (0,746) | 0,64 |
Indonesia | 74,39 (0,743) | 0,62 | |
15 | Bengkulu | 74,30 (0,730) | 0,62 |
16 | Jawa Barat | 74,25 (0,742) | 0,62 |
17 | Kepulauan Bangka Belitung | 74,09 (0,740) | 0,59 |
18 | Jambi | 73,73 (0,737) | 0,62 |
19 | Kalimantan Tengah | 73,73 (0,737) | 0,56 |
20 | Jawa Tengah | 73,39 (0,733) | 0,59 |
21 | Sumatera Selatan | 73,18 (0,718) | 0,70 |
22 | Sulawesi Tenggara | 72,94 (0,722) | 0,56 |
23 | Kalimantan Utara | 72,88 (0,728) | 0,67 |
24 | Maluku | 72,75 (0,727) | 0,71 |
25 | Lampung | 72,48 (0,724) | 0,69 |
26 | Nusa Tenggara Barat | 72,37 (0,723) | 0,72 |
27 | Sulawesi Tengah | 71,66 (0,716) | 0,65 |
28 | Gorontalo | 71,25 (0,712) | 0,63 |
29 | Maluku Utara | 70,98 (0,709) | 0,72 |
30 | Kalimantan Barat | 70,47 (0,704) | 0,76 |
Pembangunan Manusia Sedang | |||
31 | Sulawesi Barat | 69,80 (0,698) | 0,61 |
32 | Nusa Tenggara Timur | 68,40 (0,684) | 0,77 |
33 | Papua Barat | 67,47 (0,674) | 0,75 |
34 | Papua | 63,01 (0,630) | 0,85 |
Budaya
Pertunjukan
Indonesia memiliki sekitar 300 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, dipengaruhi oleh kebudayaan India, Arab, Tiongkok, Eropa, dan termasuk kebudayaan sendiri yaitu Melayu. Contohnya tarian Jawa dan Bali tradisional memiliki aspek budaya dan mitologi Hindu, seperti Wayang Kulit yang menampilkan kisah-kisah tentang kejadian mitologis Hindu Ramayana dan Baratayuda. Banyak juga seni tari yang berisikan nilai-nilai Islam. Beberapa di antaranya dapat ditemukan di daerah Sumatra seperti tari Ratéb Meuseukat, Tari Saman, dan tari Seudati dari Aceh.
Seni pantun, gurindam, dan sebagainya dari pelbagai daerah seperti pantun Melayu, dan pantun-pantun lainnya acapkali dipergunakan dalam acara-acara tertentu yaitu perhelatan, pentas seni, dan lain-lain.
Busana
Di bidang busana warisan budaya yang terkenal di seluruh dunia adalah kerajinan Batik. Beberapa daerah yang terkenal akan industri Batik meliputi Yogyakarta, Surakarta, Cirebon, Pandeglang, Garut, Tasikmalaya, Probolinggo, dan juga Pekalongan. Kerajinan Batik ini pun diklaim oleh negara lain dengan industri Batiknya.[455] Busana asli Indonesia dari Sabang sampai Merauke lainnya dapat dikenali dari ciri-cirinya yang dikenakan di setiap daerah antara lain baju Kurung dengan Songketnya dari Sumatera Barat (Minangkabau), kain Ulos dari Sumatera Utara (Batak), busana Kebaya, busana khas Dayak di Kalimantan, baju Bodo dari Sulawesi Selatan, busana Koteka dari Papua dan sebagainya.
Arsitektur
Arsitektur Indonesia mencerminkan keanekaragaman budaya, sejarah, dan geografi yang membentuk Indonesia seutuhnya. Kaum penyerang, penjajah, penyebar agama, pedagang, dan saudagar membawa perubahan budaya dengan memberi dampak pada gaya dan teknik bangunan. Tradisionalnya, pengaruh arsitektur asing yang paling kuat adalah dari India. Tetapi, Tiongkok, Arab, dan sejak abad ke-19 pengaruh Eropa menjadi cukup dominan.
Ciri khas arsitektur Indonesia kuno masih dapat dilihat melalui rumah-rumah adat dan/atau istana-istana kerajaan dari tiap-tiap provinsi. Taman Mini Indonesia Indah, salah satu objek wisata di Jakarta yang menjadi miniatur Indonesia, menampilkan keanekaragaman arsitektur Indonesia itu. Beberapa bangunan khas Indonesia misalnya Rumah Gadang, Monumen Nasional, dan Bangunan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan di Institut Teknologi Bandung.
Olahraga
Olahraga yang paling populer di Indonesia adalah sepak bola dan bulu tangkis.[butuh rujukan] BRI Liga 1 adalah liga klub sepak bola utama di Indonesia.[butuh rujukan] Olahraga tradisional Indonesia termasuk sepak takraw dan karapan sapi. Di wilayah dengan sejarah perang antar suku, kontes pertarungan diadakan, seperti caci di Flores, dan pasola di Sumba. Pencak silat adalah seni bela diri yang unik yang berasal dari wilayah Indonesia. Seni bela diri ini kadang-kadang ditampilkan pada acara-acara pertunjukkan yang biasanya diikuti dengan musik tradisional Indonesia berupa Gamelan dan seni musik tradisional lainnya sesuai dengan daerah asalnya. Olahraga di Indonesia biasanya berorientasi pada pria dan olahraga spektator sering berhubungan dengan judi yang ilegal di Indonesia.[456]
Di ajang kompetisi multi cabang, prestasi atlet-atlet Indonesia tidak terlalu mengesankan. Di Olimpiade, prestasi terbaik Indonesia diraih pada saat Olimpiade 1992, di mana Indonesia menduduki peringkat 24 dengan meraih 2 emas 2 perak dan 1 perunggu, kelima medali tersebut diraih melalui cabang bulu tangkis. Pada era 1960 hingga 2000, Indonesia merajai bulu tangkis. Atlet-atlet putra Indonesia seperti Rudi Hartono, Liem Swie King, Icuk Sugiarto, Alan Budikusuma, Ricky Subagja, dan Rexy Mainaky merajai kejuaraan-kejuaraan dunia. Rudi Hartono yang dianggap sebagai maestro bulu tangkis dunia, menjadi juara All England terbanyak sepanjang sejarah perbulu tangkisan Indonesia. Ia meraih 8 gelar juara, dengan 7 gelar diraihnya secara berturut-turut. Selain bulu tangkis, atlet-atlet tinju Indonesia juga mampu meraih gelar juara dunia, seperti Elyas Pical, Nico Thomas,[457] dan Chris John.[458] dalam ajang sepak bola internasional, Timnas Indonesia (Hindia Belanda) adalah tim Asia pertama yang berpartisipasi di Piala Dunia pada tahun 1938 di Prancis.[459]
Seni musik
Seni musik di Indonesia, baik tradisional maupun modern sangat banyak terbentang dari Sabang hingga Merauke. Setiap provinsi di Indonesia memiliki musik tradisional dengan ciri khasnya tersendiri. Musik tradisional termasuk juga Keroncong yang berasal dari keturunan Portugis di daerah Tugu, Jakarta,[460] yang dikenal oleh semua rakyat Indonesia bahkan hingga ke mancanegara. Ada juga musik yang merakyat di Indonesia yang dikenal dengan nama dangdut yaitu musik beraliran Melayu modern yang dipengaruhi oleh musik India sehingga musik dangdut ini sangat berbeda dengan musik tradisional Melayu yang sebenarnya, seperti musik Melayu Deli, Melayu Riau, dan sebagainya.
Alat musik tradisional yang merupakan alat musik khas Indonesia memiliki banyak ragam dari pelbagai daerah di Indonesia, namun banyak pula alat musik tradisional Indonesia yang diklaim oleh negara lain[461] untuk kepentingan penambahan budaya dan seni musiknya sendiri dengan mematenkan hak cipta seni dan warisan budaya Indonesia ke lembaga Internasional UNESCO. Alat musik tradisional Indonesia antara lain meliputi:
|
|
Kuliner
Masakan Indonesia bervariasi bergantung pada wilayahnya.[462] Nasi adalah makanan pokok dan dihidangkan dengan lauk daging dan sayur. Bumbu (terutama cabai), santan, ikan, dan ayam adalah bahan yang penting.[463]
Sepanjang sejarah, Indonesia telah menjadi tempat perdagangan antara dua benua. Ini menyebabkan terbawanya banyak bumbu, bahan makanan dan teknik memasak dari bangsa Melayu sendiri, India, Timur tengah, Tionghoa, dan Eropa. Semua ini bercampur dengan ciri khas makanan Indonesia tradisional, menghasilkan banyak keanekaragaman yang tidak ditemukan di daerah lain. Bahkan bangsa Spanyol dan Portugis, telah mendahului bangsa Belanda dengan membawa banyak produk dari dunia baru ke Indonesia.[butuh rujukan]
Sambal, sate, bakso, soto, dan nasi goreng adalah beberapa contoh makanan yang biasa dimakan masyarakat Indonesia setiap hari.[464] Selain disajikan di warung atau restoran, terdapat pula aneka makanan khas Indonesia yang dijual oleh para pedagang keliling menggunakan gerobak atau pikulan. Pedagang ini menyajikan bubur ayam, mie ayam, mi bakso, mi goreng, nasi goreng, aneka macam soto, siomay, sate, nasi uduk, dan lain-lain.
Rumah makan Padang yang menyajikan nasi Padang, yaitu nasi disajikan bersama aneka lauk-pauk Masakan Padang, mudah ditemui di berbagai kota di Indonesia.[butuh rujukan] Selain itu Warung Tegal yang menyajikan masakan Jawa khas Tegal dengan harga yang terjangkau juga tersebar luas.[butuh rujukan] Nasi rames atau nasi campur yang berisi nasi beserta lauk atau sayur pilihan dijual di warung nasi di tempat-tempat umum, seperti stasiun kereta api, pasar, dan terminal bus. Di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya dikenal nasi kucing sebagai nasi rames yang berukuran kecil dengan harga murah, nasi kucing sering dijual di atas angkringan, sejenis warung kaki lima. Penganan kecil semisal kue-kue banyak dijual di pasar tradisional. Kue-kue tersebut biasanya berbahan dasar beras, ketan, ubi kayu, ubi jalar, terigu, atau sagu.
Perfilman
Film pertama yang diproduksi pertama kalinya di nusantara adalah film bisu tahun 1926 yang berjudul Loetoeng Kasaroeng dan dibuat oleh sutradara Belanda G. Kruger dan L. Heuveldorp pada zaman Hindia Belanda.[butuh rujukan] Film ini dibuat dengan aktor lokal oleh Perusahaan Film Jawa NV di Bandung dan muncul pertama kalinya pada tanggal 31 Desember, 1926 di teater Elite and Majestic, Bandung. Setelah itu, lebih dari 2.200 film diproduksi. Pada masa awal kemerdekaan, sineas-sineas Indonesia belum banyak bermunculan. Di antara sineas yang ada, Usmar Ismail adalah salah satu sutradara paling produktif, dengan film pertamanya Harta Karun (1949).[butuh rujukan] Namun kemudian film pertama yang secara resmi diakui sebagai film pertama Indonesia sebagai negara berkedaulatan adalah film Darah dan Doa (1950) yang disutradarai Usmar Ismail. Dekade 1970 hingga 2000-an, Arizal muncul sebagai sutradara film paling produktif. Tak kurang dari 52 buah film dan 8 judul sinetron dengan 1.196 episode telah dihasilkannya.[butuh rujukan]
Popularitas industri film Indonesia memuncak pada tahun 1980-an dan mendominasi bioskop di Indonesia,[465] meskipun kepopulerannya berkurang pada awal tahun 1990-an. Antara tahun 2000 hingga 2005, jumlah film Indonesia yang dirilis setiap tahun meningkat.[465] Film Laskar Pelangi (2008) yang diangkat dari novel karya Andrea Hirata menjadi film terlaris Indonesia dengan jumlah penonton terbanyak sepanjang sejarah perfilman Indonesia hingga tahun 2016.[466]
Kesusastraan
Bukti tulisan tertua di Indonesia adalah berbagai prasasti berbahasa Sanskerta pada abad ke-5 Masehi.[467] Figur penting dalam sastra modern Indonesia termasuk: pengarang Belanda Multatuli yang mengkritik perlakuan Belanda terhadap Indonesia selama zaman penjajahan Belanda; Muhammad Yamin dan Hamka yang merupakan penulis dan politikus pra-kemerdekaan;[468] dan Pramoedya Ananta Toer, pembuat novel Indonesia yang paling terkenal.[469][470] Selain novel, sastra tulis Indonesia juga berupa puisi, pantun, dan sajak. Chairil Anwar adalah penulis puisi Indonesia yang paling ternama. Banyak orang Indonesia memiliki tradisi lisan yang kuat, yang membantu mendefinisikan dan memelihara identitas budaya mereka.[471]
Kebebasan pers dan media publik
Kebebasan pers di Indonesia meningkat setelah berakhirnya kekuasaan Presiden Soeharto. Jaringan televisi publik TVRI bersaing dengan jaringan televisi swasta nasional dan stasiun daerah; begitu pula dengan jaringan radio publik RRI yang bersaing dengan jaringan radio swasta yang menyiarkan berita dan hiburan.
Internet
Pada tahun 2007, dilaporkan bahwa 20 juta penduduk Indonesia menjadi pengguna internet.[472] Kemudian pada tahun 2014, jumlah pengguna internet bertambah pesat menjadi 83,7 juta orang atau terbanyak keenam di dunia.[473] Pada tahun 2019, yaitu tahun sebelum pandemi Covid-19 berlangsung, diperkirakan jumlah pengguna internet di Indonesia adalah 175 juta jiwa. Sementara pada tahun 2022, pengguna internet di Indonesia telah menyentuh angka 210 juta jiwa, yaitu sekitar 77% dari jumlah penduduk Indonesia.[474]
Lihat pula
- Indonesia Raya (politik)
- Hubungan Indonesia–Palestina
- Nusantara
- Visi Indonesia 2045
- Hindia Belanda
- Mafilindo
- Daftar provinsi Indonesia menurut IPM
Catatan
- ^ Republik Indonesia adalah nama resmi yang paling sering digunakan, meskipun nama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) juga tampil dalam beberapa dokumen resmi.
- ^ Format waktu tersebut digunakan pada masa pendudukan Jepang. Waktu ini setara dengan tanggal 17 Agustus 1945 Masehi, sekitar pukul 8.00 waktu UTC+7:00 (patokan Waktu Indonesia Barat yang digunakan saat ini).
Referensi
- ^ Simons, Gary F.; Fennig, Charles D. "Ethnologue: Languages of the World, Twenty-first edition" (dalam bahasa Inggris). SIL International. Diakses tanggal 20 September 2018.
- ^ Na'im, Akhsan; Syaputra, Hendry (Agustus 2010). "Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia" (PDF). Badan Pusat Statistik (BPS). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 23 September 2015. Diakses tanggal 23 September 2015.
- ^ "Mengulik Data Suku di Indonesia". Badan Pusat Statistik. 18 November 2015. Diakses tanggal 1 Januari 2021.
- ^ "Statistik Umat Menurut Agama di Indonesia 2022". Kementerian Agama Republik Indonesia. 15 Mei 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 September 2020. Diakses tanggal 26 Juli 2024.
- ^ "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut Indonesia". BPS. 15 Mei 2010. Diakses tanggal 29 September 2020.
- ^ "UN Statistics" (PDF) (dalam bahasa Inggris). Perserikatan Bangsa-Bangsa. 2005. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 31 Oktober 2007. Diakses tanggal 31 Oktober 2007.
- ^ "Indonesian Population June 2023". Ministry of Home Affairs (Indonesia). Diakses tanggal 28 October 2023.
- ^ "Jumlah Penduduk Hasil SP menurut Wilayah dan Jenis Kelamin, Indonesia 2020". Badan Pusat Statistik. Diakses tanggal 31 Mei 2022.
- ^ a b c d "Report for Selected Countries and Subjects". International Monetary Fund. Diakses tanggal 21 Agustus 2024.
- ^ "GINI index (World Bank estimate) - Indonesia" (dalam bahasa Inggris). Bank Dunia. 2021. Diakses tanggal 4 Mei 2022.
- ^ Human Development Report 2023-2024: Breaking the gridlock: Reimagining cooperation in a polarized world (PDF) (dalam bahasa Inggris). Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa. 13 Maret 2024. hlm. 274-277. Diakses tanggal 13 Maret 2024.
- ^ "Demographic Yearbook 72nd Issue" (PDF). United Nations - Department of Economic and Social Affairs. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-01-30. Diakses tanggal 30 Januari 2023.
- ^ "Which Countries Have The Most Islands?". World Atlas (dalam bahasa Inggris). 5 Oktober 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-24. Diakses tanggal 23 April 2022.
- ^ a b c Justus M. van der Kroef (1951). "The Term Indonesia: Its Origin and Usage". Journal of the American Oriental Society. 71 (3): 166–171. doi:10.2307/595186. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 April 2020. Diakses tanggal 2 Agustus 2008.
- ^ "Data Kependudukan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diakses tanggal 15 September 2024.
- ^ "Religion in Indonesia". Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 June 2024. Diakses tanggal 21 June 2024.
- ^ Ricklefs 2001, hlm. 379.
- ^ "Portal Jurnal Elektronik Universitas Negeri Malang". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-01. Diakses tanggal 27 Februari 2022.
- ^ Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Satu Naskah.
- ^ "RUU Ibu Kota Negara Sah Jadi Undang-Undang". Republika. 18 Januari 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-13. Diakses tanggal 18 Januari 2022.
- ^ Leo Suryadinata, Evi Nurvidya Arifin, Aris Ananta; Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape; Institute of Southeast Asian Studies, 2003
- ^ Tomascik, T.; Mah, A.J. (1997). The Ecology of the Indonesian Seas–Part One. Hong Kong: Periplus Editions Ltd. ISBN 962-593-078-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-20. Diakses tanggal 2021-08-10.
- ^ a b Anshory, Irfan (16 Agustus 2004). "Asal Usul Nama Indonesia". Pikiran Rakyat. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 Desember 2006. Diakses tanggal 5 Oktober 2006.
- ^ Earl, George S.W. (1850). "On The Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations". Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA): 119.
- ^ Logan, James Richardson (1850). "The Ethnology of the Indian Archipelago: Embracing Enquiries into the Continental Relations of the Indo-Pacific Islanders". Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA): 4, 252–347.
- ^ Earl, George S.W. (1850). "On The Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations". Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA): 254, 277–278.
- ^ MacKinnon, Kathy (1986). Alam Asli Indonesia. Jakarta: Penerbit PT Gramedia. hlm. 8.
- ^ Ludt, William B.; Rocha, Luiz A. (2015-01). Ali, Jason, ed. "Shifting seas: the impacts of Pleistocene sea‐level fluctuations on the evolution of tropical marine taxa". Journal of Biogeography (dalam bahasa Inggris). 42 (1): 25–38. doi:10.1111/jbi.12416. ISSN 0305-0270.
- ^ Heaney, Lawrence R. (1984). "Mammalian Species Richness on Islands on the Sunda Shelf, Southeast Asia". Oecologia. 61 (1): 11–17. Bibcode:1984Oecol..61...11H. CiteSeerX 10.1.1.476.4669 . doi:10.1007/BF00379083. JSTOR 4217198. PMID 28311380.
- ^ Irwanto, Dhani (29 September 2015). "Sundaland". Atlantis in the Java Sea.
- ^ Gillespie, Richard (January 2002). "Dating the First Australians". Radiocarbon. 44 (2): 455–472. doi:10.1017/S0033822200031830 .
- ^ Kennett, B. L. N.; Chopping, R.; Blewett, R. (2018). The Australian continent: a geophysical synthesis. Canberra: Australian National University Press. ISBN 9781760462475.
- ^ Myers, N.; Mittermeier, R. A.; Mittermeier, C. G.; Da Fonseca, G. A; Kent, J. (2000). "Biodiversity hotspots for conservation priorities" (PDF). Nature. 403 (6772): 853–857. Bibcode:2000Natur.403..853M. doi:10.1038/35002501. PMID 10706275. Diakses tanggal 15 September 2019.
- ^ Michael R. Rampino, Stanley H. Ambrose, 2000. "Volcanic winter in the Garden of Eden: The Toba supereruption and the late Pleistocene human population crash", Volcanic Hazards and Disasters in Human Antiquity, Floyd W. McCoy, Grant Heiken
- ^ (Inggris) Chesner, C.A.; Westgate, J.A.; Rose, W.I.; Drake, R.; Deino, A. (March 1991). "Eruptive history of Earth's largest Quaternary caldera (Toba, Indonesia) clarified" (PDF). Geology. Michigan Technological University. 19 (3): 200–203. Bibcode:1991Geo....19..200C. doi:10.1130/0091-7613(1991)019<0200:EHOESL>2.3.CO;2. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2012-02-26. Diakses tanggal 2018-06-20.
- ^ Smith, D.E.; Harrison, S.; Firth, C.R.; Jordan, J.T. (July 2011). "The early Holocene sea level rise". Quaternary Science Reviews. 30 (15–16): 1846–1860. Bibcode:2011QSRv...30.1846S. doi:10.1016/j.quascirev.2011.04.019.
The rise, of ca 60m, took place over most of the Earth as the volume of the oceans increased during deglaciation and is dated at 11,650–7000 cal. BP. The EHSLR was largely driven by meltwater release from decaying ice masses and the break up of coastal ice streams. [...] The impact of the EHSLR on climate is reviewed and it is maintained that the event was a factor in the 8200 BP cooling event, as well as in changes in ocean current patterns and their resultant effects. The EHSLR may also have enhanced volcanic activity, but no clear evidence of a causal link with submarine sliding on continental slopes and shelves can yet be demonstrated. The rise probably influenced rates and patterns of human migrations and cultural changes.
- ^ Hanebuth, Till; Stattegger, Karl; Grootes, Pieter M. (2000). "Rapid Flooding of the Sunda Shelf: A Late-Glacial Sea-Level Record". Science. 288 (5468): 1033–1035. Bibcode:2000Sci...288.1033H. doi:10.1126/science.288.5468.1033. JSTOR 3075104.
- ^ Herries AI, Martin JM, Leece AB, Adams JW, Boschian G, Joannes-Boyau R, et al. (April 2020). "Contemporaneity of Australopithecus, Paranthropus, and early Homo erectus in South Africa". Science. 368 (6486): eaaw7293. doi:10.1126/science.aaw7293 . PMID 32241925.
- ^ Sutikna, Thomas; Tocheri, Matthew W.; et al. (30 March 2016). "Revised stratigraphy and chronology for Homo floresiensis at Liang Bua in Indonesia". Nature. 532 (7599): 366–9. Bibcode:2016Natur.532..366S. doi:10.1038/nature17179. PMID 27027286.
- ^ a b Thamrin, Mahandis Yoanata (2019-06-06). "Migrasi Manusia dan Perjalanan Sejarah Melanesia di Indonesia". National Geographic. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-21. Diakses tanggal 2022-08-21.
- ^ Posth C, Renaud G, Mittnik M, Drucker DG, Rougier H, Cupillard C, et al. (2016). "Pleistocene Mitochondrial Genomes Suggest a Single Major Dispersal of Non-Africans and a Late Glacial Population Turnover in Europe". Current Biology. 26 (6): 827–833. doi:10.1016/j.cub.2016.01.037. hdl:2440/114930 . PMID 26853362.
- ^ Taylor 2003, hlm. 5–7.
- ^ Avisena, M Ilham Ramadhan (2021-08-17). "Tiga Teori Asal Usul Nenek Moyang Indonesia". Media Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-21. Diakses tanggal 2022-08-21.
- ^ Taylor 2003, hlm. 8–9.
- ^ a b Hariansah, Erik (19 March 2019). "Kandis dan Salakanagara adalah Kerajaan Tertua di Nusantara?". Attoriolong. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-13. Diakses tanggal 26 November 2020.
- ^ Vogel, J. Ph. (1918). "The Yupa Inscription of King Mulawarman, from Koetei (East Borneo)". BKI. 74.
- ^ Aris Munandar, Agus (2011). Indonesia Dalam Arus Sejarah 2: Kerajaan Hindu - Buddha. Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve. hlm. 60.
- ^ Cœdès, George (1930). "Les inscriptions malaises de Çrivijaya". Bulletin de l'Ecole français d'Extrême-Orient (BEFEO). 30 (1-2): 29–80. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-08. Diakses tanggal 2022-09-13.
- ^ Taylor 2003, hlm. 22–26.
- ^ Ricklefs 1991, hlm. 3.
- ^ Munoz, Paul Michel (2006). Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula. Singapore: Editions Didier Millet. ISBN 981-4155-67-5.
- ^ Slamet Muljana. 2006. Sriwijaya (terbitan ulang 1960). Yogyakarta: LKIS
- ^ Anonim. 1822. Malayan Miscellanies, Vol II: The Geneology of Rajah of Pulo Percha. Printed And Published at Sumatra Mission Press. Bencoolen
- ^ George Coedes. 1934. On the origins of the Sailendras of Indonesia. Journal of the Greater India Society I: 61–70.
- ^ a b Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka.
- ^ a b c Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara.
- ^ Boechari (2012). Melacak Sejarah Kuno Indonesia lewat Prasasti. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 978-979-91-0520-2.
- ^ Aizid, Rizem (2022-03-25). Pasang Surut Runtuhnya Kerajaan Hindu-Buddha dan Bangkitnya Kerajaan Islam di Nusantara. Anak Hebat Indonesia. hlm. 69–75. ISBN 978-623-400-541-7.
- ^ a b Sita W. Dewi (9 April 2013). "Tracing the glory of Majapahit". The Jakarta Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-11. Diakses tanggal 5 February 2015.
- ^ Basri, Hasan (Ed). 2006. Pangeran Jagapati, Wong Agung Wilis dan Sayu Wiwit. 3 Pejuang Dari Blambangan. Banyuwangi: Penerbit Pemda Kabupaten Banyuwangi
- ^ Suadnyana, I Wayan Sui (2019-03-10). "TRIBUN WIKI - Inilah 9 Puri di Bali yang Masih Ada Hingga Kini". Tribunnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-20. Diakses tanggal 2022-09-16.
- ^ "7 Kerajaan Islam Tertua di Indonesia". indonesiabaik.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-14. Diakses tanggal 2020-08-26.
- ^ *Kong Yuanzhi, Muslim Tionghoa Cheng Ho, Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara. Penyunting: HM. Hembing Wijayakusuma. Pustaka Populer Obor, Oktober 2000, xliv + 299 halaman
- ^ "Aceh Daerah Pertama di Indonesia Menerima Islam". acehprov.go.id. Pemerintah Aceh. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-20. Diakses tanggal 2022-09-14.
- ^ Kusniah, Siti Turmini (2018). Kiaiku, Guruku, Jaringan Ulama. Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. ISBN 978-602-1289-85-3.
- ^ Lombard, Denys (2008). Kerajaan Aceh: Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
- ^ Peter Lewis (1982). "The next great empire". Futures. 14 (1): 47–61. doi:10.1016/0016-3287(82)90071-4.
- ^ "Lumajang Ternyata Kerajaan Islam Tertua di Tanah Jawa". Suara Surabaya. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-20. Diakses tanggal 2022-09-16.
- ^ "Kesultanan Cirebon Jadi Satu dari Empat Kerajaan Islam Pertama di Pulau Jawa". Ayo Cirebon. 2022-05-19. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-20. Diakses tanggal 2022-09-16.
- ^ Ratriani, Virdita (2022-07-28). Ratriani, Virdita, ed. "Kerajaan Islam Pertama di Pulau Jawa adalah Kerajaan Demak: Pendiri dan Masa Jayanya". Kontan.co.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-20. Diakses tanggal 2022-09-16.
- ^ "Mataram, Historical kingdom, Indonesia". Encyclopædia Britannica. Diakses tanggal 2024-02-02.
- ^ Brown 2003, p. 63: "On February 13, 1755, the Treaty of Giyanti was signed, dividing what was left of the kingdom of Mataram into two parts. One part, with its capital in the city of Solo, was headed by Pakubuwana II's son, Pakubuwana III. The other part, with its capital 60 kilometres to the west of Yogyakarta, was ruled by Pakubuwana II's half-brother Mangkubumi, who took the title Sultan Hamengkubuwono I. The treaty was not immediately accepted by all parties to the dispute: fighting went on for another two years. In 1757, though, an uneasy peace settled on Java when Pakubuwana III's territory was divided, with a portion going to his cousin Mas Said, who took the title Mangkunegara I."
- ^ Jamil Al-Sufri, Tarsilah Brunei: The Early History of Brunei up to 1432 AD (Bandar Seri Begawan: Brunei History Centre, 2000)
- ^ (Indonesia) Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (1992). Sejarah nasional Indonesia: Jaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. PT Balai Pustaka. hlm. 85. ISBN 9794074098.[pranala nonaktif permanen]ISBN 978-979-407-409-1
- ^ Setyaningrum, Puspasari, ed. (2022-07-21). "Sejarah Perang Banjar: Tokoh, Penyebab, Kronologi, dan Dampak". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-20. Diakses tanggal 2022-09-17.
- ^ Prabowo, Gama (2020-11-05). Gischa, Serafica, ed. "Kerajaan Islam di Sulawesi". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-20. Diakses tanggal 2022-09-19.
- ^ M. Adnan Amal, "Maluku Utara, Perjalanan Sejarah 1250 - 1800 Jilid I dan II", Universitas Khairun Ternate 2002.
- ^ Willard A. Hanna & Des Alwi, "Ternate dan Tidore, Masa Lalu Penuh Gejolak", Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996.
- ^ Jaime Koh; Stephanie Ho Ph.D. (22 Juni 2009). Culture and Customs of Singapore and Malaysia. ABC-CLIO. hlm. 9. ISBN 978-0-313-35116-7.
- ^ Adolf Heuken, 'Archdiocese of Jakarta - a Growing Local Church (1950-2000)' in Een vakkracht in het Koninkrijk. Kerk- en zendingshistorie opstellen onder redactie van dr. Chr.G.F. de Jong (2005:104-114) ISBN 90-5829-611-3
- ^ Goh, Robbie B.H. (2005). Christianity in Southeast Asia. Institute of Southeast Asian Studies. hlm. 80. ISBN 981-230-297-2.
- ^ Hari, Agustinus (2019-10-13). "Mengenal Siau, Kerajaan Kristen di Sulawesi Utara Abad 16". Barta1.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-03. Diakses tanggal 2023-05-03.
- ^ Karel Steenbrink, Catholics in Indonesia, 1808-1942: a documented history. Leiden:KITLV Press ISBN 90-6718-141-2
- ^ Ahmad, I. (2014). "Agama Sebagai Perubahan Sosial: Kristenisasi di Tobelo 1866-1942". Lembaran Sejarah. 11 (1): 83–98. ISSN 2620-5882. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-07. Diakses tanggal 2023-05-03.
- ^ Pradjoko, Didik (2008). Modul I Sejarah Indonesia. Depok: Universitas Indonesia Press. hlm. 5.
- ^ Winstedt, Richard (1962). A History of Malaya. Marican.
- ^ a b c Suntama, Permadi (2022-08-29). "Sejarah Kedatangan Bangsa Portugis ke Indonesia: Proses & Rute". Tirto. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-25. Diakses tanggal 2022-09-23.
- ^ a b Kristina (2021-08-18). "Sejarah Mendaratnya Portugis di Indonesia, Pendatang Pertama dari Eropa". DetikEdu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-25. Diakses tanggal 2022-09-22.
- ^ Efendi, Ahmad. "Tujuan Kedatangan Bangsa Spanyol ke Indonesia dan Latar Belakangnya". tirto.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-25. Diakses tanggal 2023-03-03.
- ^ a b Ahsan, Ivan Aulia. "Keruwetan Perang Ternate-Portugis vs Tidore-Spanyol". tirto.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-14. Diakses tanggal 2023-03-03.
- ^ Portugal (1861). Tratado de demarcação e troca de algumas possessões portuguezas e neerlandezas no Archipelago de Solor e Timor entre sua magestade el-rei de Portugal e sua magestade el-rei dos Paizes Baixos assignado em Lisboa pelos respectivos plenipotenciarios aos 20 de abril de 1859 (dalam bahasa Portugis). Imprensa nacional.
- ^ a b Yahya, Rizal Amril. "Sejarah Kedatangan Bangsa Belanda ke Indonesia & Latar Belakang". tirto.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-05. Diakses tanggal 2023-03-05.
- ^ a b Prinada, Yuda. "Apa itu Pengertian VOC, Sejarah Kapan Didirikan, dan Tujuannya?". tirto.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-25. Diakses tanggal 2023-03-11.
- ^ Ricklefs 1991, hlm. 29.
- ^ Miller, George, ed. (1996). To The Spice Islands and Beyond: Travels in Eastern Indonesia. New York: Oxford University Press. xvi. ISBN 967-65-3099-9.
- ^ Dagh-register gehouden int Casteel Batavia vant passerende daer ter plaetse als over geheel Nederlandts-India anno 1624–1629 [The official register at Castle Batavia, of the census of the Dutch East Indies]. VOC. 1624.
- ^ "170 tahun kepahlawanan minangkabau". Majalah Tempo Online (dalam bahasa indonesian). 31 July 1982. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 March 2012. Diakses tanggal 11 March 2012.
- ^ Romain Bertrand, L‘Histoire à parts égales. Récits d'une rencontre Orient-Occident (XVIe-XVIIe siècles), Paris, Seuil, 2011, bab 15, hlm. 420-436.
- ^ Frederick & Worden 1993, The Dutch on Java, 1619–1755: "Perang berlangsung hingga tahun 1755, ketika Perjanjian Giyanti disahkan, mengakui Pakubuwana III (memerintah 1749–55) sebagai penguasa Surakarta dan Mangkubumi (yang mengambil gelar sultan dan nama Hamengkubuwana) sebagai penguasa Yogyakarta."
- ^ de Vries, Jan; van der Woude, Ad (1997). The First Modern Economy: Success, Failure, and Perseverance of the Dutch Economy, 1500-1815. Cambridge University Press. hlm. 449–455. ISBN 0-521-57061-1.
- ^ Dharmowijono, W.W. (2009) (dalam bahasa Belanda). Van koelies, klontongs en kapiteins: het beeld van de Chinezen in Indisch-Nederlands literair proza 1880–1950 [Of Coolies, Klontong, and Captains: The Image of the Chinese in Indonesian-Dutch Literary Prose 1880–1950] (Tesis Doctorate in Humanities). Universiteit van Amsterdaam. Diarsipkan dari yang asli on 2012-04-26. http://dare.uva.nl/document/147345. Diakses pada 1 December 2011.
- ^ J.K.J. de Jonge, De Opkomst Van Het Nederlansch Gesag Over Java-XI, ML van Deventer, 1883
- ^ TANAP, The end of the VOC
- ^ Asvi Warman Adam. "The French and the British in Java, 1806–15". Britannica. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-30. Diakses tanggal 2023-03-13.
- ^ H. L. Wesseling (23 October 2015). The European Colonial Empires 1815-1919 (dalam bahasa English). Taylor & Francis. hlm. 104. ISBN 9781317895077. Diakses tanggal 2 September 2022.
- ^ Pramoedya sheds light on dark side of Daendels' highway. The Jakarta Post 8 January 2006.
- ^ Ekspedisi Anjer-Panaroekan, Laporan Jurnalistik Kompas. Penerbit Buku Kompas, PT Kompas Media Nusantara, Jakarta Indonesia. November 2008. hlm. 1–2. ISBN 978-979-709-391-4.
- ^ anonim (16 Januari 2012). "Mengenal Sejarah Tanah Perdikan Madiun". Madiun Info. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-05-20. Diakses tanggal 19 September 2015.
- ^ Van Uythoven, Geert (2013). "Lieutenant General Jan Willem Janssens". The Napoleon Series. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 30 July 2016.
- ^ Fregosi, Paul (1989). Dreams of Empire: Napoleon and the First World War 1792-1815. Hutchinson. ISBN 0-09-173926-8.
- ^ Media, Kompas Cyber (2021-08-16). "Kapitulasi Tuntang: Latar Belakang, Isi Perjanjian, dan Dampaknya Halaman all". KOMPAS.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-05. Diakses tanggal 2023-05-02.
- ^ "Menyimak Kisah Sejarah Penjajahan Inggris di Indonesia". kumparan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-05. Diakses tanggal 2023-05-02.
- ^ Sir Thomas Stamford Raffles (1830). The History of Java. J. Murray. hlm. xxiii. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-02. Diakses tanggal 12 August 2022.
- ^ Media, Kompas Cyber (2022-02-09). "Masa Penjajahan Inggris di Indonesia Halaman all". KOMPAS.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-02. Diakses tanggal 2023-05-02.
- ^ Indonesia, C. N. N. "Inggris Pernah Menjajah Indonesia, Bagaimana Sejarahnya? - Halaman 2". internasional. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-06. Diakses tanggal 2023-05-02.
- ^ Miksic, John (1990). Borobudur: Golden Tales of the Buddhas.
- ^ Carey, Peter, The Power of Prophecy: Prince Dipanagara and the End of an Old Order in Java, 1785-1855, 2008
- ^ "Review of The History of Java by Thomas Stamford Raffles". The Quarterly Review. 17: 72–96. April 1817. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-02-22. Diakses tanggal 2017-03-17.
- ^ Campbell, Donald Maclaine, 1869-1913; Wheeler, G. C. "Java: past & present, a description of the most beautiful country in the world, its ancient history, people, antiquities, and products". London : W. Heinemann. hlm. 404. Archived from the original on 2021-08-24. Diakses tanggal 24 August 2021.
- ^ a b Stothers, R. B. (1984). "The Great Tambora Eruption in 1815 and Its Aftermath". Science. 224 (4654): 1191–1198. doi:10.1126/science.224.4654.1191.
- ^ Briffa, K.R. "Influence of volcanic eruptions on Northern Hemisphere summer temperature over 600 years". Nature. 393: 450–455. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-10. Diakses tanggal 2023-05-17.
- ^ Evans, Robert Blast from the Past, Smithsonian Magazine. July 2002, p. 2
- ^ Borschberg, Peter (2019). "Dutch objections to British Singapore, 1819–1824: law, politics, commerce and a diplomatic misstep". Journal of Southeast Asian Studies. 50 (4): 540–561. doi:10.1017/S0022463420000053.
- ^ "Staatsblad 2016 No. 258" (PDF). Overheid.nl. 2 Juni 2016. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-04-24. Diakses tanggal 2020-12-05.
- ^ a b c H.R.C. Wright, "The Anglo-Dutch Dispute in the East, 1814-1824." Economic History Review 3.2 (1950): 229-239 online.
- ^ "Pax Nederlandica: Kuasa Politik Apartheid Zaman Hindia Belanda - Semua Halaman - National Geographic". nationalgeographic.grid.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-06. Diakses tanggal 2023-05-05.
- ^ Ningsih, Widya Lestari (2022-07-27). "Johannes van den Bosch, Penggagas Sistem Tanam Paksa". KOMPAS.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-18. Diakses tanggal 2023-01-15.
- ^ Schendel, Willem van (17 June 2016). Embedding Agricultural Commodities: Using Historical Evidence, 1840s–1940s, edited by Willem van Schendel, from google (cultivation system java famine) result 10. ISBN 9781317144977.
- ^ Ricklefs 1991, hlm. 271, 297.
- ^ Foreign and Commonwealth Office - Convention between Great Britain and the Netherlands relative to the treatment of British Subjects in the Kingdom of Siak Sree Indrapoora, in the Island of Sumatra
- ^ Adhin, J. H. (1961). "De immigratie van Hindostanen en de afstand van de Goudkust". Nieuwe West-Indische Gids. 41 (1): 4–13. doi:10.1163/22134360-90002334 . Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-05. Diakses tanggal 2023-05-24.
- ^ Foreign and Commonwealth Office - Convention between Great Britain and the Netherlands, for the Settlement of their Mutual Relations in the Island of Sumatra
- ^ Media, Kompas Cyber (2022-07-20). "Sejarah Perang Pattimura: Tokoh, Penyebab, Kronologi, dan Dampak Halaman all". KOMPAS.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-30. Diakses tanggal 2023-05-06.
- ^ Media, Kompas Cyber (2022-06-12). "Perang Menteng: Latar Belakang, Kronologi, dan Dampak Halaman all". KOMPAS.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-06. Diakses tanggal 2023-05-06.
- ^ a b c d Terwogt WA. 1900. Het land van Jan Pieterszoon Coen: Geschiedenis van de Nederlanders in Oost-Indië. Hoorn: P. Geerts.
- ^ 1900. W.A. Terwogt. Het land van Jan Pieterszoon Coen. Geschiedenis van de Nederlanders in oost-Indië. P. Geerts. Hoorn
- ^ Sjafnir Aboe Nain, 2004, Memorie Tuanku Imam Bonjol (MTIB), transl., Padang: PPIM.
- ^ Abdullah, Taufik (1966). Adat dan Islam: an Examination of Conflict in Minangkabau. Indonesia. No. 2, 1-24.
- ^ Sejarah Untuk SMP dan MTs. Grasindo. ISBN 978-979-025-198-4.
- ^ Yuandha, Ade (2021-11-09). "Sejarah Cagar Budaya Tapak Rumah Gadang Tuan Gadang Batipuh di Kabupaten Tanah Datar". Halonusa.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-08. Diakses tanggal 2023-05-07.
- ^ Kepper G. 1900. Wapenfeiten van het Nederlands Indische Leger; 1816-1900. Den Haag: M.M. Cuvee.
- ^ Kielstra, Egbert Broer (1917). "Het sultanaat van Bandjermasin" [The Sultanate of Bandjermasin]. Onze Eeuw [Our Century] (dalam bahasa Belanda). 17. Haarlem: Erven F. Bohn. hlm. 12–30. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-09. Diakses tanggal 2023-05-24.
- ^ Ricklefs 1981, hlm. 129.
- ^ Media, Kompas Cyber (2021-06-29). "Perang Bone: Latar Belakang dan Kronologi Halaman all". KOMPAS.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-09. Diakses tanggal 2023-05-08.
- ^ a b Peter Carey. 2014. Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro (1785-1855). Penerjemah: Bambang Murtianto. Editor: Mulyawan Karim. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. ISBN 978-979-709-799-8.
- ^ A short history of Bali: Indonesia's Hindu realm by Robert Pringle
- ^ Hanna, Willard A. (2004). Bali Chronicles: Fascinating People and Events in Balinese History. Singapore: Periplus.
- ^ a b Ooi, Keat Gin, ed. (2004). Southeast Asia: a historical encyclopedia, from Angkor Wat to East Timor (3 vols). Santa Barbara: ABC-CLIO. hlm. 790 ff. ISBN 978-1576077702. OCLC 646857823. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-08-08. Diakses tanggal 2023-05-24.
- ^ Terwogt WA. 1900. Het land van Jan Pieterszoon Coen: Geschiedenis van de Nederlanders in oost-Indië. Hoorn: P. Geerts.
- ^ Warriner, Francis (1835). Cruise of the United States frigate Potomac round the world: during the years 1831-34. New York: Leavitt, Lord & Co.
- ^ Ibrahim, Alfian. "Aceh and the Perang Sabil." Indonesian Heritage: Early Modern History. Vol. 3, ed. Anthony Reid, Sian Jay and T. Durairajoo. Singapore: Editions Didier Millet, 2001. p. 132–133
- ^ "T. Umar.pdf" (PDF). Pemerintah Provinsi Aceh. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-10-08. Diakses tanggal 2011-11-30.
- ^ Media, Kompas Cyber (2021-06-02). "Sisingamangaraja XII: Kehidupan, Perjuangan, dan Perlawanan Halaman all". KOMPAS.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-13. Diakses tanggal 2023-05-12.
- ^ Coenen, F. (1886). Iets over Djambi in 1885 (dalam bahasa Dutch). Eigen Haard. hlm. 306–311.
- ^ Thornton, Ian W. B. (1997). Krakatau: The Destruction and Reassembly of an Island Ecosystem (dalam bahasa Inggris). Harvard University Press. hlm. 9–11. ISBN 978-0-674-50572-8.
- ^ Pararas-Carayannis, George (2003). "Near and far-field effects of tsunamis generated by the paroxysmal eruptions, explosions, caldera collapses and massive slope failures of the Krakatau volcano in Indonesia on August 26–27, 1883" (PDF). Science of Tsunami Hazards. 21 (4). The Tsunami Society. hlm. 191–201. ISSN 8755-6839. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-07-13. Diakses tanggal 29 December 2007.
- ^ University of Minnesota. "With a Bang: Not a Whimper" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 22 June 2010.
- ^ Michielsen, A. W. A. De expeditie naar Zuid-Celebes in 1905–1906. Indisch militair tijdschrift, vols. 35, 36, 37. Batavia [Jakarta]: Kolff, 1915–16.
- ^ Amran, R., (1988), Pemberontakan pajak 1908, Sumatera Barat. Bag. ke. 1: Perang Kamang, Gita Karya
- ^ a b Willard A. Hanna (2004). Bali Chronicles. Periplus, Singapore. ISBN 0-7946-0272-X.
- ^ Andy Barski, Albert Beaucort and Bruce Carpenter, Barski (2007). Bali and Lombok. Dorling Kindersley, London. ISBN 978-0-7566-2878-9.
- ^ Insight Guide: Bali 2002 Brian Bell, Apa Publications GmbH&Co ISBN 1-58573-288-5.
- ^ Vickers 2005, hlm. 10–13.
- ^ Media, Kompas Cyber (2022-07-24). "Politik Etis: Tokoh, Pengertian, Latar Belakang, dan Dampak Halaman all". KOMPAS.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-26. Diakses tanggal 2023-05-26.
- ^ Media, Kompas Cyber (2022-09-13). "Latar Belakang Berdirinya Budi Utomo beserta Tujuannya Halaman all". KOMPAS.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-04. Diakses tanggal 2023-05-26.
- ^ Parinduri, Alhidayath (23 Februari 2021). "Sejarah Boedi Oetomo: Didirikan Oleh Siapa Saja dan Latar Belakang". Tirto.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-22. Diakses tanggal 24 November 2021.
- ^ Parinduri, Alhidayath (23 Februari 2021). "Sejarah Boedi Oetomo: Didirikan Oleh Siapa Saja dan Latar Belakang". Tirto.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-22. Diakses tanggal 24 November 2021.
- ^ Ahsan, Ivan Aulia (8 Desember 2018). "Peran Besar Tirto Adhi Soerjo dalam Sejarah Pergerakan Nasional". tirto.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-29. Diakses tanggal 26 November 2021.
- ^ "Mengenal Tujuan Sarekat Islam, Lengkap beserta Sejarahnya". merdeka.com (dalam bahasa Inggris). 2021-10-13. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-29. Diakses tanggal 2023-05-29.
- ^ Jarvis, Helen (1991). Notes and appendices for Tan Malaka, From Jail to Jail. Athens, Ohio: Ohio University Center for International Studies.
- ^ Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, 1992.
- ^ Wulandari, Trisna. "Hari Pendidikan Nasional: Nama Asli Ki Hajar Dewantara dan Alasan Perubahannya". detikedu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-16. Diakses tanggal 2023-06-16.
- ^ "PERJUANGAN ERNEST FRANCOIS EUGENE DOUWES DEKKER DARI POLITIK MENUJU PENDIDIKAN 1913-1941" (Pdf). AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah. Diakses tanggal 3 Maret 2022.[pranala nonaktif permanen]
- ^ developer, mediaindonesia com. "Mengenal Tokoh Tiga Serangkai, Peranannya dalam Indische Partij". mediaindonesia.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-05. Diakses tanggal 2023-06-05.
- ^ Tsuchiya, Kenji (1992). Demokrasi dan kepemimpinan : kebangkitan gerakan Taman Siswa. H. B. Yassin (edisi ke-Cet. 1). Jakarta: Balai Pustaka. ISBN 979-407-419-5. OCLC 221655803.
- ^ Zulfikar, Fahri. "Sekolah Taman Siswa Ki Hajar: Konsep Pendidikan Tanpa 'Perintah dan Sanksi'". detikedu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-16. Diakses tanggal 2023-06-16.
- ^ SMP, Admin (2022-05-06). "Yuk Mengenal Sekolah Taman Siswa Milik Ki Hajar Dewantara". Direktorat SMP. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-16. Diakses tanggal 2023-06-16.
- ^ Media, Kompas Cyber (2021-05-20). "Raden Dewi Sartika: Kehidupan, Gagasan, dan Kiprahnya Halaman all". KOMPAS.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-02. Diakses tanggal 2023-06-16.
- ^ Anjani, Anatasia. "Mengenal Sekolah yang Didirikan Kartini, Berawal dari Surat-suratnya". detikedu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-16. Diakses tanggal 2023-06-16.
- ^ "marxist.com". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-03-17. Diakses tanggal 2023-06-16.
- ^ Sinaga, Edward Djanner (1960). Communism and the Communist Party in Indonesia (Tesis MA Thesis). George Washington University School of Government.
- ^ Media, Kompas Cyber (2021-04-06). "Sarekat Islam: Latar Belakang, Perkembangan, dan Perpecahan Halaman all". KOMPAS.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-31. Diakses tanggal 2023-05-31.
- ^ "Sejarah Pemberontakan Berdarah Pertama PKI pada 1926-1927". SINDOnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-08. Diakses tanggal 2023-06-07.
- ^ Prinada, Yuda. "Sejarah Pemberontakan PKI 1926-1927 di Sumatera Terhadap Belanda". tirto.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-07. Diakses tanggal 2023-06-07.
- ^ Media, Kompas Cyber (2020-02-12). "Perhimpunan Indonesia: Organisasi Pertama yang Pakai Istilah Indonesia Halaman all". KOMPAS.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-14. Diakses tanggal 2023-06-08.
- ^ Revitalisasi Keindonesiaan, Kompas 28 Oktober 2005
- ^ Media, Kompas Cyber (2022-12-03). ""Indonesia Merdeka," Pidato Pembelaan Hatta Saat Ditahan di Belanda Halaman all". KOMPAS.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-14. Diakses tanggal 2023-06-14.
- ^ Soejitno, Hardjosoediro (1984). Kronologi Pergerakan Kemerdekaan Indonesia. Jakarta: Pradnya Parmita.
- ^ "Riwayat Berdirinya PNI". Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia. 2016-07-15. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-14. Diakses tanggal 2021-07-27.
- ^ Yance Arizona. "Indonesia Menggugat". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-13. Diakses tanggal 29 Mei 2014.
- ^ Media, Kompas Cyber (2022-08-08). "Isi Pidato Indonesia Menggugat Halaman all". KOMPAS.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-13. Diakses tanggal 2023-06-13.
- ^ Liputan6.com (2020-12-22). "22 Desember 1930: Indonesia Menggugat dan Vonis 4 Tahun Penjara Bung Karno". liputan6.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-13. Diakses tanggal 2023-06-13.
- ^ Sukarno; Adams, Cindy (1965). Sukarno, An Autobiography. The Bobbs-Merrill Company Inc. hlm. 79–80.
- ^ Noer, Deliar (2012). Jaap Erkelens, ed. Mohammad Hatta:Hati Nurani Bangsa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-979-709-633-5.
- ^ "SUKARNO; Dibawah Bendera Revolusi Jilid I. Mentjapai Indonesia Merdeka: hlm. 257-324". perpusbungkarno.perpusnas.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-18. Diakses tanggal 2023-06-14.
- ^ "Mohamad Tabrani: Pelopor Bahasa Indonesia". Republika Online. 2019-11-23. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-18. Diakses tanggal 2023-06-09.
- ^ Media, Kompas Cyber (2022-04-09). "Kongres Pemuda II, Lahirnya Sumpah Pemuda Halaman all". KOMPAS.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-09. Diakses tanggal 2023-06-09.
- ^ Haryanto, Alexander. "Sejarah Lirik Lagu Indonesia Raya dalam Hari Sumpah Pemuda". tirto.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-12. Diakses tanggal 2023-06-12.
- ^ "Museum Sumpah Pemuda". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-06-25. Diakses tanggal 2009-09-27.
- ^ Ricklefs 1991, hlm. 14–15.
- ^ Amersfoort, Herman; Kamphuis, Piet, ed. (2005), Mei 1940 — De Strijd op Nederlands grondgebied (dalam bahasa Belanda), Den Haag: Sdu Uitgevers, ISBN 90-12-08959-X
- ^ Benda, Harry S. (1956). "The Beginnings of the Japanese Occupation of Java". The Far Eastern Quarterly. 14 (4): 541–560. doi:10.2307/2941923. JSTOR 2941923.
- ^ Eric Groves: Sea Battles in Close-Up WWII Vol 2 (1993) ISBN 0-7110-2118-X
- ^ Ricklefs 2008, hlm. 325.
- ^ Harbani, Rahma Indina (30 Agustus 2021). "Semboyan 3A, Jurus Jepang dalam Menarik Simpati Rakyat Indonesia". detikEdu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-22. Diakses tanggal 2021-12-27.
- ^ Dower, John. SW (1986). War Without Mercy: Race and Power in the Pacific War. Pantheon. ISBN 0-394-75172-8.
- ^ Narayanan, Arujunan (2002). "Japanese war crimes and Allied crimes trials in Borneo during World War II" (PDF). JEBAT. 29: 10, 11. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 4 April 2023. Diakses tanggal 23 August 2023.
- ^ Friend, Theodore (2014). The Blue-Eyed Enemy: Japan against the West in Java and Luzon, 1942-1945. Princeton University Press. hlm. 175,176. ISBN 978-1400859467.
- ^ Heidhues, Mary F. Somers (2003). Golddiggers, Farmers, and Traders in the "Chinese Districts" of West Kalimantan, Indonesia. 34 of Southeast Asia publications series (edisi ke-illustrated). SEAP Publications. ISBN 978-0-87727-733-0. Diakses tanggal 10 March 2014.
- ^ Davidson, Jamie S. (August 2003). ""Primitive" Politics: The Rise and Fall of the Dayak Unity Party in West Kalimantan, Indonesia"" (PDF). Asia Research Institute Working Paper Series (ARI Working Paper). Asia Research Institute of the National University of Singapore (9). Diakses tanggal 13 July 2021.
- ^ Reid, Anthony (October 1971). "The Birth of the Republic of Sumatra" (PDF). Indonesia. 12 (12): 21–4. doi:10.2307/3350656. JSTOR 3350656.
- ^ Keogh, Eustace (1965). South West Pacific 1941–45. Melbourne, Victoria: Grayflower Publications. OCLC 7185705.
- ^ Pfennigwerth, Ian (2009). Royal Australian Navy & MacArthur. Rosenberg Publishing. ISBN 978-1-922013-21-7.
- ^ Khairally, Elmy Tasya. "Berapa Jumlah Anggota BPUPKI? Ini Jawabannya". detikedu. Diakses tanggal 2024-08-28.
- ^ Nasution, Adnan Buyung (1995), Aspirasi Pemerintahan Konstitutional di Indonesia: Studi Sosio-Legal atas Konstituante 1956-1956 (The Aspiration for Constitutional Government in Indonesia: A Socio-Legal Study of the Indonesian Konstituante 1956-1959), Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, ISBN 978-979-444-384-2
- ^ Elson, R. E. (2009). "Another Look at the Jakarta Charter Controversy of 1945" (PDF). Indonesia. 88 (88): 105–130. Diakses tanggal 21 December 2018.
- ^ Boland, B.J. (1971), The Struggle of Islam in Modern Indonesia, Den Haag: Martinus Nijhoff
- ^ Kusuma, A.B (2004). Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945 : memuat salinan dokumen otentik badan oentoek menyelidiki oesaha2 persiapan kemerdekaan [The Birth of the 1945 Constitution: including copies of the authentic documents of the Investigating Committee for Preparatory Work for Independence] (dalam bahasa Indonesian). Depok, Indonesia: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia. ISBN 979-8972-28-7.
- ^ Kahin 1952, hlm. 121-122.
- ^ Anderson, Benedict (1972). Java in a Time of Revolution: Occupation and Resistance, 1944–1946. Ithaca, N.Y.: Cornell University Press. ISBN 0-8014-0687-0.
- ^ Novianti, Devi. "Radio yang menyiarkan kekalahan Jepang pada sekutu hingga sampai di Indonesia, ternyata.. - Bicara Berita". Radio yang menyiarkan kekalahan Jepang pada sekutu hingga sampai di Indonesia, ternyata.. - Bicara Berita. Diakses tanggal 2024-08-29.
- ^ Lestari, Sri, ed. (16 Agustus 2015). "Singgah ke rumah 'penculikan' Sukarno-Hatta di Rengasdengklok". bbc.com. Diakses tanggal 1 december 2016. Singgah ke rumah 'penculikan' Sukarno-Hatta di Rengasdengklok
- ^ Pamungkas, M. Fazil (2019-08-17). "Lima Hal Menarik Seputar Malam Perumusan Naskah Proklamasi". Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia. Diakses tanggal 2024-07-04.
- ^ Anderson, Benedict (1961). Some Aspects of Indonesian Politics under the Japanese occupation, 1944–1945. Cornell University. Dept. of Far Eastern Studies. Modern Indonesia Project. Interim reports series. Ithaca, N.Y.: Cornell University.
- ^ Wulandari, Trisna. "Peristiwa Proklamasi 17 Agustus 1945 Kemerdekaan RI". detikedu. Diakses tanggal 2024-08-29.
- ^ "3 Hasil Sidang Pertama PPKI pada 18 Agustus 1945". kumparan. Diakses tanggal 2024-08-30.
- ^ "3 Hasil Sidang Kedua PPKI 19 Agustus 1945". kumparan. Diakses tanggal 2024-08-30.
- ^ Fandy. "Hasil Sidang PPKI Pertama, Kedua dan Ketiga - Gramedia Literasi". Diakses tanggal 2024-08-30.
- ^ Kahin 1961, hlm. 139.
- ^ Reid, Anthony (1974). The Indonesian National Revolution 1945–1950. Melbourne: Longman. ISBN 0-582-71046-4.
- ^ Ricklefs 1991, hlm. 216.
- ^ Vickers 2005, hlm. 98.
- ^ Ricklefs 1991, hlm. 217.
- ^ Friend 2003, hlm. 420.
- ^ "War for Independence: 1945 to 1950". www.gimonca.com. Diakses tanggal 2024-09-23.
- ^ Kahin 1952, hlm. 355, 357.
- ^ Ricklefs 2008, hlm. 361.
- ^ Rosa, Nikita. "Perjanjian Linggarjati: Kronologi, Tokoh, Isi, dan Dampaknya". detikedu. Diakses tanggal 2024-09-23.
- ^ Ricklefs 1991, hlm. 225.
- ^ Raditya, Iswara N. (2018-07-21). "Agresi Militer I: Saat Belanda Mengingkari Perjanjian Linggarjati". tirto.id. Diakses tanggal 2024-09-23.
- ^ Sitoresmi, Ayu Rifka (2023-08-23). "Tugas Pokok Komisi Tiga Negara Adalah Menyelesaikan Konflik Indonesia dan Belanda". liputan6.com. Diakses tanggal 2024-09-24.
- ^ Kahin 1952, hlm. 226–228.
- ^ "Mengenal Batas Van Mook". kumparan. Diakses tanggal 2024-09-24.
- ^ Sugiyama, Akiko (2011). "Remembering and forgetting Indonesia's Madiun Affair: personal narratives, political transitions, and historiography, 1948–2008". Indonesia. 92: 19–42.
- ^ Ricklefs 1993, hlm. 223.
- ^ Kahin & Kahin 2003, hlm. 94.
- ^ Agha, Issam Abdul (1961). The United Nations and national independence: the Indonesian question: A peaceful settlement; the Algerian problem: A case study in evolution study in evolution (Tesis Thesis). Graduate Student Theses, Dissertations, & Professional Papers. https://scholarworks.umt.edu/etd/8652.
- ^ "Serangan Umum 1 Maret 1949 - Ensiklopedia". esi.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2024-09-24.
- ^ Isnanto, Bayu Ardi. "Sejarah Perjanjian Roem-Royen: Latar Belakang, Isi, dan Tokohnya". detikedu. Diakses tanggal 2024-09-24.
- ^ Sri Bulan Rahmawati, Abdul Muntholib, Romadi (2016). "Pertempuran Empat Hari di Kota Surakarta Tahun 1949". Journal of Indonesian History. 5 (1): 66-67. ISSN 2252-6633.
- ^ Andrea HP. "The History of Darul Islam (DI) and Kartosuwiryo". academia.edu. Diakses tanggal 16 May 2015.
- ^ Agung 1973, hlm. 70.
- ^ Kahin 1961, hlm. 443-444.
- ^ "Soevereiniteitsoverdracht aan Indonesië in 1949". www.parlement.com (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2024-09-25.
- ^ Basmatulhana, Hanindita. "Pengakuan Belanda atas Kedaulatan Indonesia di Forum KMB". detikedu. Diakses tanggal 2024-09-25.
- ^ Kahin 1970, hlm. 450.
- ^ Westerling, Raymond Paul Pierre (1952). Mes aventures en Indonesie (dalam bahasa Prancis).
- ^ "Gerakan DI/TII Amir Fatah 1949-1950 : suatu pemberontakan kaum Santri di Daerah Tegal-Brebes" (PDF). University of Indonesia Library. Diakses tanggal 28 November 2014.
- ^ Simanjuntak 2003, hlm. 99–100.
- ^ Agung 1995, hlm. 786.
- ^ Arum Sutrisni, Putri (2020-03-12). "Kembali ke Negara Kesatuan". Kompas.com. Diakses tanggal 2024-09-26.
- ^ Ricklefs 2008, hlm. 373–374.
- ^ van der Bijl, Nick. Confrontation, The War with Indonesia 1962–1966, (London, 2007) ISBN 978-1-84415-595-8
- ^ Wibowo, Sigit, Sjarifuddin. Ekonomi Indonesia Gagal karena Mafia Berkeley, Harian Umum Sore Sinar Harapan. Copyright © Sinar Harapan 2003. Diakses: Selasa, 6 Agustus 2008.
- ^ "The Carter Center 2004 Indonesia Election Report" (PDF) (Siaran pers). Laporan dari Carter Center. 2004. hlm. 30. Diakses tanggal 29 Juli 2008. "Salinan arsip" (PDF). Archived from the original on 2007-06-14. Diakses tanggal 2008-07-29.
- ^ Morgan, Sally (2007). Indonesia. London: Wayland. ISBN 978-0-7502-4747-4. OCLC 123798216.
- ^ "PBB Verifikasi 16.056 Nama Pulau Indonesia". Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. 19 Agustus 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 Agustus 2021. Diakses tanggal 10 Agustus 2021.
- ^ a b c "World Economic Outlook Database" (Siaran pers). International Monetary Fund. April 2006. Diarsipkan dari Estimate versi asli Periksa nilai
|url=
(bantuan) tanggal 1 Mei 2018. Diakses tanggal 5 Oktober 2006. "Salinan arsip". Archived from the original on 2018-05-01. Diakses tanggal 2008-07-29. - ^ "Indonesia Regions". Indonesia Business Directory. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 Desember 2005. Diakses tanggal 24 April 2007.
- ^ BPS 2021, hlm. 5.
- ^ Frederick, William H.; Worden, Robert L. (1993). Indonesia: A Country Study. Area Handbook Series (dalam bahasa Inggris). 550. Washington, D.C.: Federal Research Division, Library of Congress. hlm. 98. ISBN 9780844407906. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-20. Diakses tanggal 2021-08-10.
- ^ BPS 2020, hlm. 3.
- ^ "Menko Maritim Luncurkan Data Rujukan Wilayah Kelautan Indonesia". Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. 10 Agustus 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-13. Diakses tanggal 10 Agustus 2021.
- ^ Article 55, 1982 UN Convention on the Law of The Sea.
- ^ Hope, G.S.; Peterson, J.A., ed. (1976). The Equatorial Glaciers of New Guinea. Rotterdam: A.A. Balkema. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-03. Diakses tanggal 2021-08-11.
- ^ Foster, Nigel (2021). Heart of Toba: Batak Life Beside the World's Largest Caldera Lake. Amazon Digital Services. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-20. Diakses tanggal 2021-08-11.
- ^ "Geografis". Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-11. Diakses tanggal 11 Agustus 2021.
- ^ Beck, Hylke E.; Zimmermann, Niklaus E.; McVicar, Tim R.; Vergopolan, Noemi; Berg, Alexis; Wood, Eric F. (2018). "Present and future Köppen-Geiger climate classification maps at 1-km resolution". Scientific Data. 5 (1): 180214. doi:10.1038/sdata.2018.214. ISSN 2052-4463. PMC 6207062 . PMID 30375988. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-10. Diakses tanggal 2021-08-10.
- ^ Beck, Hylke E.; Zimmermann, Niklaus E.; McVicar, Tim R.; Vergopolan, Noemi; Berg, Alexis; Wood, Eric F. (2020). "Publisher Correction: Present and future Köppen-Geiger climate classification maps at 1-km resolution". Scientific Data. 7 (1): 274. doi:10.1038/s41597-020-00616-w. ISSN 2052-4463. PMC 7431407 . PMID 32807783. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-10. Diakses tanggal 2021-08-10.
- ^ "Climate of the World: Indonesia". Weather Online. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-12. Diakses tanggal 10 Agustus 2021.
- ^ Yananto, Ardila; Sibarani, Rini Mariana (2016). "Analisis Kejadian El Nino dan Pengaruhnya terhadap Intensitas Curah Hujan di Wilayah Jabodetabek (Studi Kasus: Periode Puncak Musim Hujan Tahun 2015/2016)". Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca. 17 (2): 65. doi:10.29122/jstmc.v17i2.541. ISSN 2549-1121. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-10. Diakses tanggal 2021-08-10.
- ^ Wyrtki, Klaus (1961). Physical oceanography of the Southeast Asian waters (PDF). La Jolla, Calif.: Scripps Institution of Oceanography. OCLC 5116526. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2021-08-10. Diakses tanggal 2021-08-10.
- ^ Aldrian, E.; Karmini, M.; Budiman (2011). Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia (PDF). Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. hlm. 19–21. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2021-08-11. Diakses tanggal 2021-08-11.
- ^ Aldrian, Edvin; Dwi Susanto, R. (2003). "Identification of three dominant rainfall regions within Indonesia and their relationship to sea surface temperature". International Journal of Climatology. 23 (12): 1435–1452. doi:10.1002/joc.950. ISSN 0899-8418.
- ^ Overland, Indra (2017). Impact of Climate Change on ASEAN International Affairs: Risk and Opportunity Multiplier. Norwegian Institute of International Affairs (NUPI) dan Myanmar Institute of International and Strategic Studies (MISIS). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-28. Diakses tanggal 2021-08-10.
- ^ "Climate Impact Map". Climate Impact Lab. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-10. Diakses tanggal 18 November 2018.
- ^ a b c Case, M.; Ardiansyah, F.; Spector, E. (14 November 2007). "Climate Change in Indonesia: Implications for Humans and Nature" (PDF). World Wide Fund for Nature. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 19 Februari 2018. Diakses tanggal 18 November 2018.
- ^ "Report: Flooded Future: Global vulnerability to sea level rise worse than previously understood". Climate Central. 29 Oktober 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 November 2019. Diakses tanggal 5 November 2019.
- ^ Lin, Mayuri Mei; Hidayat, Rafki (13 Agustus 2018). "Jakarta, the fastest-sinking city in the world". BBC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 Oktober 2018. Diakses tanggal 19 November 2018.
- ^ "Indonesia: Climate Risk and Adaptation Country Profile" (PDF). World Bank. April 2011. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 6 Desember 2017. Diakses tanggal 18 November 2018.
- ^ a b "Indonesia: Volcano nation". BBC. 5 November 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 November 2017. Diakses tanggal 28 November 2017.
- ^ Witton 2003, hlm. 38.
- ^ Bressan, David (11 Agustus 2017). "Early Humans May Have Lived Through A Supervolcano Eruption". Forbes. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 Agustus 2017. Diakses tanggal 11 Oktober 2017.
- ^ "Tambora". Volcano Discovery. 29 Mei 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Desember 2016. Diakses tanggal 20 December 2016.
- ^ Bressan, David (31 Agustus 2016). "The Eruption of Krakatoa Was the First Global Catastrophe". Forbes. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 September 2016. Diakses tanggal 2 September 2017.
- ^ "Analysis of the Sumatra-Andaman Earthquake Reveals Longest Fault Rupture Ever". National Science Foundation. 19 Mei 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-12. Diakses tanggal 15 Desember 2016.
- ^ "The World's 17 Megadiverse Countries". Biodiversity A-Z. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-09-03. Diakses tanggal 11 Agustus 2021.
- ^ Mittermeier, Russell A.; Mittermeier, Cristina Goettsch; Gil, Patricio Robles; Wilson, Edward O. (1997). Megadiversity: earth's biologically wealthiest nations. México, D.F.: CEMEX. ISBN 978-968-6397-50-5. OCLC 38584598. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-15. Diakses tanggal 2021-08-15.
- ^ New, T.R. (2002). "Neuroptera of Wallacea: a transitional fauna between major geographical regions" (PDF). Acta Zoologica Academiae Scientiarum Hungaricae. 48 (2): 217–227. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2012-02-07. Diakses tanggal 2021-08-11.
- ^ Simpson, George Gaylord (1977). "Too Many Lines; The Limits of the Oriental and Australian Zoogeographic Regions". Proceedings of the American Philosophical Society. 21 (2): 107–120. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-13. Diakses tanggal 2021-08-11.
- ^ "Indonesia: Main Details". Convention on Biological Diversity. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-12. Diakses tanggal 19 Agustus 2021.
- ^ Miller, Jason R. (14 Agustus 2007). "Deforestation in Indonesia and the Orangutan Population". TED Case Studies. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 Agustus 2007. Diakses tanggal 11 Agustus 2007.
- ^ "2020 Environmental Performance Index" (PDF). Yale University. 2020. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 9 Juni 2020. Diakses tanggal 9 Juni 2020.
- ^ "Forest area (% of land area)–Indoneisa". World Bank. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-13. Diakses tanggal 14 Juni 2021.
- ^ a b Tsujino, Riyou; Yumoto, Takakazu; Kitamura, Shumpei; Djamaluddin, Ibrahim; Darnaedi, Dedy (2016). "History of forest loss and degradation in Indonesia". Land Use Policy. 57: 335–347. doi:10.1016/j.landusepol.2016.05.034. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-12. Diakses tanggal 2021-08-19.
- ^ Colchester, Marcus; Jiwan, Normal; Andiko, Martua Sirait; Firdaus, Asup Y.; Surambo, A.; Pane, Herbert (26 Maret 2012). "Palm Oil and Land Acquisition in Indonesia: Implications for Local Communities and Indigenous People" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2012. Diakses tanggal 31 Mei 2012.
- ^ Chrysolite, Hanny; Juliane, Reidinar; Chitra, Josefhine; Ge, Mengpin (4 Oktober 2017). "Evaluating Indonesia's Progress on its Climate Commitments". World Resources Institute. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 Oktober 2017. Diakses tanggal 26 Agustus 2018.
- ^ BirdLife International (2018). "Leucopsar rothschildi". The IUCN Red List of Threatened Species 2018. e.T22710912A129874226. doi:10.2305/iucn.uk.2018-2.rlts.t22710912a129874226.en. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-09-21. Diakses tanggal 2021-08-19.
- ^ Singleton, I; Wich, S.A.; Nowak, M.; Usher, G.; Utami-Atmoko, S.S. (2017). "Pongo abelii". The IUCN Red List of Threatened Species 2017. e.T121097935A123797627. doi:10.2305/iucn.uk.2017-3.rlts.t121097935a115575085.en. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-09-19. Diakses tanggal 2021-08-19.
- ^ Elis, S.; Talukdar, B. (2020). "Rhinoceros sondaicus". The IUCN Red List of Threatened Species 2020. e.T19495A18493900. doi:10.2305/iucn.uk.2020-2.rlts.t19495a18493900.en. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-22. Diakses tanggal 2021-08-19.
- ^ Harijanti, Susi Dwi; Lindsey, Tim (1 Januari 2006). "Indonesia: General elections test the amended Constitution and the new Constitutional Court". International Journal of Constitutional Law. 4 (1): 138–150. doi:10.1093/icon/moi055. ISSN 1474-2659. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-27. Diakses tanggal 2021-08-23.
- ^ Ardiansyah, F.; Marthen, A.A.; Amalia, N. (2015). Forest and land-use governance in a decentralized Indonesia: A legal and policy review. Center for International Forestry Research (CIFOR). doi:10.17528/cifor/005695. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-06-03. Diakses tanggal 2021-08-23.
- ^ Setyorini, Ika (2019). "Kewenangan Pemerintah Daerah di Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945". Literasi Hukum. 3 (1): 26–38. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-23. Diakses tanggal 2021-08-23.
- ^ UUD 1945, Pasal 7.
- ^ "Kabinet Pemerintahan Indonesia". Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-02-19. Diakses tanggal 24 Agustus 2021.
- ^ UUD 1945, Pasal 3.
- ^ Evans, Kevin (2019). "Guide to the 2019 Indonesian Elections" (PDF). Australia-Indonesia Centre. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 17 April 2019. Diakses tanggal 30 Juli 2019.
- ^ UUD 1945, Pasal 20A.
- ^ "Tugas dan Wewenang". Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-09-18. Diakses tanggal 25 Agustus 2021.
- ^ UUD 1945, Pasal 22D.
- ^ "Fungsi, Tugas, dan Wewenang". Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-09-20. Diakses tanggal 25 Agustus 2021.
- ^ "Pimpinan MPR RI". Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-25. Diakses tanggal 25 Agustus 2021.
- ^ "Pimpinan DPR RI". Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-02. Diakses tanggal 25 Agustus 2021.
- ^ "Pimpinan DPD". Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-09-20. Diakses tanggal 25 Agustus 2021.
- ^ UUD 1945, Pasal 24.
- ^ "Wewenang dan Tugas". Komisi Yudisial Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-19. Diakses tanggal 25 Agustus 2021.
- ^ Wong, Kristina (23 July 2009). "abc NEWS Poll: Obama's Popularity Lifts U.S. Global Image". USA: ABC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-01-13. Diakses tanggal 23 October 2011.
- ^ "Kedutaan/Konsulat". Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-29. Diakses tanggal 29 Agustus 2021.
- ^ Haryanto, Agus (Desember 2014). "Prinsip Bebas Aktif dalam Kebijakan Luar Negeri Indonesia: Perspektif Teori Peran". Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi. IV (II): 17–27. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-29. Diakses tanggal 2021-08-29.
- ^ "Indonesia – Foreign Policy". U.S. Library of Congress. U.S. Library of Congress. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-09-27. Diakses tanggal 5 May 2007.
- ^ Indonesia temporarily withdrew from the UN on 20 January 1965 in response to the fact that Malaysia was elected as a non-permanent member of the Security Council. It announced its intention to "resume full cooperation with the United Nations and to resume participation in its activities" on 19 September 1966, and was invited to re-join the UN on 28 September 1966.
- ^ Chris Wilson (11 October 2001). "Indonesia and Transnational Terrorism". Foreign Affairs, Defense and Trade Group. Parliament of Australia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-11-06. Diakses tanggal 15 October 2006.; Reyko Huang (23 May 2002). "Priority Dilemmas: U.S. – Indonesia Military Relations in the Anti Terror War". Terrorism Project. Center for Defense Information. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-10-12. Diakses tanggal 2015-02-14.
- ^ "Commemoration of 3rd anniversary of bombings". Melbourne: The Age Newspaper. AAP. 10 December 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-04-01. Diakses tanggal 2015-02-14.
- ^ "Travel Warning: Indonesia" (Siaran pers). US Embassy, Jakarta. 10 May 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 November 2006. Diakses tanggal 26 December 2006. "Salinan arsip". Archived from the original on 2006-11-11. Diakses tanggal 2015-02-14.
- ^ Chew, Amy (7 July 2002). "Indonesia military regains ground". CNN Asia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-14. Diakses tanggal 24 April 2007.
- ^ Witular, Rendi A. (19 May 2005). "Susilo Approves Additional Military Funding". The Jakarta Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-14. Diakses tanggal 24 April 2007.
- ^ Friend 2003, hlm. 473–475, 484.
- ^ Friend 2003, hlm. 270–273, 477–480.
- ^ "Indonesia flashpoints: Aceh". BBC News. BBC. 29 December 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-02. Diakses tanggal 20 May 2007.
- ^ "Indonesia agrees Aceh peace deal". BBC News. BBC. 17 July 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-14. Diakses tanggal 20 May 2007.; Harvey, Rachel (18 September 2005). "Indonesia starts Aceh withdrawal". BBC News. BBC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-02. Diakses tanggal 20 May 2007.
- ^ Lateline TV Current Affairs (20 April 2006). "Sidney Jones on South East Asian conflicts" (PDF). TV Program transcript, Interview with South East Asia director of the International Crisis Group. Australian Broadcasting Commission (ABC). Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 September 2006.; International Crisis Group (5 September 2006). "Papua: Answer to Frequently Asked Questions" (PDF). Update Briefing. International Crisis Group (53): 1. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 18 September 2006. Diakses tanggal 17 September 2006.
- ^ Media, Kompas Cyber (2022-11-17). "Sah! Indonesia Kini Punya 38 Provinsi, Ini Daftarnya". KOMPAS.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-11-17. Diakses tanggal 2022-11-18.
- ^ "2014BPS". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-11-13. Diakses tanggal 2015-10-04.
- ^ "BPS". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-11-13. Diakses tanggal 2015-10-04.
- ^ "USD". www.usd.ac.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-29. Diakses tanggal 26-06-2017.
- ^ "Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia". Undang-Undang No. 29 Tahun 2007. "Salinan arsip". Archived from the original on 2022-09-10. Diakses tanggal 2022-08-21.
- ^ "Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Ibu Kota Negara" (PDF). Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. 2022-01-18. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-01-18. Diakses tanggal 2022-01-18.
- ^ Wiharyanto, A.K. 2009. Sejarah Indonesia Baru II. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
- ^ Presiden Pemerintah Darurat Republik Indonesia Tokohindonesia.com. Diakses 8 September 2013.
- ^ "Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya". Penetapan Presiden No. 2 Tahun 1961. "Salinan arsip". Archived from the original on 2022-07-06. Diakses tanggal 2022-08-21.
- ^ Post, The Jakarta. "Indonesia studies new sites for capital city". The Jakarta Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-31. Diakses tanggal 2022-08-21.
- ^ Nurita, Dewi (16 Agustus 2019). Persada, Syailendra, ed. "Pidato Kenegaraan, Jokowi Sebut Pindahkan Ibu Kota ke Kalimantan". Tempo.co. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-12. Diakses tanggal 19 Januari 2022.
- ^ Ihsanuddin (26 Agustus 2019). Galih, Bayu, ed. "Jokowi: Ibu Kota Baru di Sebagian Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kaltim". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-10. Diakses tanggal 19 Januari 2022.
- ^ Andhika Prasetyo (13 Januari 2020). "Putra Mahkota Abu Dhabi Jadi Dewan Pengarah Ibu Kota Baru". Media Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 Januari 2023. Diakses tanggal 19 Januari 2022.
- ^ Hamdani, Trio (7 Februari 2020). "Pemerintah Bentuk Tim Khusus Kebut Pemindahan Ibu Kota". detikcom. Detik Finance. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 Januari 2023. Diakses tanggal 20 Januari 2022.
- ^ "Covid-19, Pemerintah Tunda Pembangunan Ibu Kota Baru". CNN Indonesia. 9 September 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-12. Diakses tanggal 19 Januari 2022.
- ^ "Ibu Kota Negara". Undang-Undang No. 3 Tahun 2022. "Salinan arsip". Archived from the original on 2022-08-28. Diakses tanggal 2022-08-21.
- ^ "Tiba di Titik Nol Kilometer IKN, Presiden Satukan Tanah dan Air Nusantara". Presiden Republik Indonesia. 14 Maret 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-12. Diakses tanggal 15 Maret 2022.
- ^ a b c d Schwarz, A. (1994). A Nation in Waiting: Indonesia in the 1990s. Westview Press. ISBN 1-86373-635-2, pp. 52–57.
- ^ "Indonesia: Country Brief". Indonesia:Key Development Data & Statistics. Bank Dunia. 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-11-01.
- ^ "Poverty in Indonesia: Always with them". The Economist. 2006-09-14. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-11-28. Diakses tanggal 2006-12-26.
- ^ "Indonesia: Forecast". Country Briefings. The Economist. 2006-10-03. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-08-04.
- ^ "Beberapa Indikator Penting Mengenai Indonesia" (PDF) (Siaran pers) (dalam bahasa Bahasa Indonesia). Badan Pusat Statistik Indonesia. 2008-12-02. Diakses tanggal 2008-03-18. "Salinan arsip" (PDF). Archived from the original on 2008-04-01. Diakses tanggal 2008-08-07.
- ^ Ridwan Max Sijabat (23 Maret 2007). "Unemployment still blighting the Indonesian landscape". The Jakarta Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-05-01. Diakses tanggal 2008-08-07.
- ^ "Making the New Indonesia Work for the Poor–Overview" (PDF) (Siaran pers). Bank Dunia. 2006. Diakses tanggal 26 Desember 2006. "Salinan arsip" (PDF). Archived from the original on 2008-08-17. Diakses tanggal 2008-08-07.
- ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 22 April 2016. Diakses tanggal 1 Maret 2016.
- ^ "Indonesia (IDN) Exports, Imports, and Trade Partners | OEC". OEC - The Observatory of Economic Complexity (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-19. Diakses tanggal 19 Januari 2022.
- ^ Astuti, Kismi Dwi (31 Oktober 2022). "Kedelai Dunia Turun: Pemda Harus Bantu Subsidi". Pikiran Rakyat. hlm. 5.
- ^ "Official Statistics and its Development in Indonesia" (PDF). Sub Committee on Statistics: First Session 18–20 February, 2004. Economic and Social Commission for Asia & the Pacific. hlm. 19. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2009-09-29. Diakses tanggal 2008-08-07.
- ^ "Indonesia at a Glance" (PDF). Indonesia Development Indicators and Data. Bank Dunia. 2006-08-13. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2009-12-23. Diakses tanggal 2008-08-07.
- ^ "Indeks Persepsi Korupsi". Transparency International. 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-04-28. Diakses tanggal 2007-09-28.
- ^ "Index of Economic Freedom". The Heritage Foundation & The Wall Street Journal. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-12-08. Diakses tanggal 2018-12-08.
- ^ "The Economist Intelligence Unit's Quality-of-Life Index" (PDF). The Economist. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2012-07-23. Diakses tanggal 2007-09-12.
- ^ "Worldwide Press Freedom Index 2006" (PDF). Reporters Without Borders. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2008-06-24. Diakses tanggal 2008-06-31.
- ^ "cpi 2017 table". Transparency International. 2018-02-21. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-23. Diakses tanggal 2008-06-31.
- ^ a b "Human Development Reports: Indonesia". United Nations Development Programme. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-01. Diakses tanggal 2019-12-09.
- ^ "Global Competitiveness Index rankings 2018" (PDF). World Economic Forum. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-12-08. Diakses tanggal 2018-12-08.
- ^ "Most Literred Nation in the World 2016" (PDF). Central Connecticut State University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-11. Diakses tanggal 2016-01-29.
- ^ "Countries in the world by population (2021)". World-O-Meter. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-26. Diakses tanggal 7 Agustus 2021.
- ^ Badan Pusat Statistik (21 Januari 2021), Hasil Sensus Penduduk 2020 (PDF), Jakarta: Badan Pusat Statistik, diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 22 Januari 2021
- ^ Migiro, Geoffrey (6 Mei 2019). "Most Populated Islands in the World". World Atlas (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-13. Diakses tanggal 20 April 2021.
- ^ Badan Pusat Statistik (1962). Sensus Penduduk 1961 Republik Indonesia. Jakarta: Biro Pusat Statistik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-19. Diakses tanggal 2021-08-08.
- ^ "World Population Prospect: 2017 Revision" (PDF). United Nations Department of Economics and Social Affairs–Population Division. 21 Juni 2017. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 20 Desember 2017. Diakses tanggal 20 Desember 2017.
- ^ "Indonesia - The World Factbook". CIA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-13. Diakses tanggal 8 Agustus 2021.
- ^ Maryati, Sri (2015). "Dinamika Pengangguran Terdidik: Tantangan Menuju Bonus Demografi di Indonesia". economica. 3 (2): 124–136. doi:10.22202/economica.2015.v3.i2.249. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-08. Diakses tanggal 2021-08-08.
- ^ "BBC: First contact with isolated tribes?". Survival International. 25 Januari 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 Juli 2017. Diakses tanggal 30 Juli 2017.
- ^ "Share of people living in urban areas, 2017". Our World in Data. 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-12. Diakses tanggal 5 September 2020.
- ^ Krisetya, Beltsazar (14 September 2016). "Tapping the Indonesian Diaspora Potential". Forum for International Studies. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Desember 2017. Diakses tanggal 20 Desember 2017.
- ^ Harijanti, Susi Dwi (Februari 2017). "Report On Citizenship Law: Indonesia" (PDF). Badia Fiesolana: European University Institute. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 15 November 2020. Diakses tanggal 11 Mei 2021.
- ^ Na'im & Syaputra 2010, hlm. 6.
- ^ Tanudirjo, Daud Aris (2017). "Mempertanyakan Austronesia, Meneguhkan Identitas Indonesia". Dalam Harry, Widianto. Jejak Austronesia di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hlm. 11–12. ISBN 978-602-386-158-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-20. Diakses tanggal 2021-08-07.
- ^ Ridgell, Reilly (1995). Pacific Nations and Territories: The Islands of Micronesia, Melanesia, and Polynesia. Pacific Region Educational Laboratory (edisi ke-3, edisi revisi). Honolulu, Hawaii: Bess Press. hlm. 22–25. ISBN 1-57306-001-1. OCLC 33941689. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-20. Diakses tanggal 2021-08-07.
- ^ Ananta, Aris; Arifin, Evi Nurvidya; Hasbullah, M. Sairi; Handayani, Nur Budi; Pramono, Agus (2015). Demography of Indonesia's Ethnicity. SG: Institute of Southeast Asian Studies. ISBN 978-981-4519-88-5. OCLC 1011165696. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-20. Diakses tanggal 2021-08-07.
- ^ Na'im & Syaputra 2010, hlm. 5.
- ^ Ricklefs 1991, hlm. 256.
- ^ La Ode, M.D. (2018). Trilogi pribumisme: resolusi konflik pribumi dengan non pribumi di berbagai belahan dunia. Jakarta: Komunitas Ilmu Pertahanan Indonesia. ISBN 978-602-52288-0-3. OCLC 1091891011.
- ^ Pemerintah indonesia (1998). "Instruksi Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Menghentikan Penggunaan Istilah Pribumi dan Non Pribumi" (PDF). Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kemenkumham. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-01-06.
- ^ "Dasar Hukum yang Melarang Penggunaan Istilah "Pribumi"". Hukum Online. 17 Oktober 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-08. Diakses tanggal 8 Agustus 2021.
- ^ Na'im & Syaputra 2010, hlm. 28.
- ^ "Bahasa Daerah Di Indonesia". Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-04. Diakses tanggal 8 Agustus 2021.
- ^ "Asian Linguistic Maps: Indonesia & Brunei". Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 Desember 2015. Diakses tanggal 23 Desember 2012.
- ^ Na'im & Syaputra 2010, hlm. 11.
- ^ Simons, Gary F.; Fennig, Charles D. "Ethnologue: Languages of the World, Twenty-first edition". SIL International. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 Juni 2019. Diakses tanggal 20 September 2018.
- ^ Na'im & Syaputra 2010, hlm. 47.
- ^ Kridalaksana, H. (1991). "Pengantar tentang Pendekatan Historis dalam Kajian Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia". Dalam Kridalaksana, H. Masa Lampau bahasa Indonesia: Sebuah Bunga Rampai (PDF). Yogyakarta: Kanisius. ISBN 979-413-476-7. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2021-08-08. Diakses tanggal 2021-08-08.
- ^ UUD 1945, Pasal 36.
- ^ "Tugas dan Fungsi". Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 Juli 2020. Diakses tanggal 9 Agustus 2021.
- ^ Jazuly, Ahmad (2016). "Peran Bahasa Inggris pada Anak Usia Dini". Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa. 6 (1): 33–40. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-08. Diakses tanggal 2021-08-08.
- ^ Santoso, Iman (1 April 2014). "Pembelajaran Bahasa Asing di Indonesia: Antara Globalisasi dan Hegemoni". Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra. 14 (1): 1. doi:10.17509/bs_jpbsp.v14i1.696. ISSN 2527-8312. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-08. Diakses tanggal 2021-08-08.
- ^ a b "Data Umat Berdasar Jumlah Pemeluk Agama Menurut Agama". Kementerian Agama. 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 September 2020. Diakses tanggal 9 Agustus 2021.
- ^ Eid, Haya Muhammad (2019). Learning My Salah: The Second Pillar. Ahlan Foundation. hlm. 66.
- ^ Muradi, Ahmad (2013). "Tujuan Pembelajaran Bahasa Asing (Arab) di Indonesia". Al-Maqayis. 1 (1): 128–137. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-08. Diakses tanggal 2021-08-08.
- ^ Chaqoqo, S.G.N. (1 Juni 2012). "Pembelajaran Bahasa Arab Sepanjang Sejarah". STAIN Salatiga. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 Maret 2013. Diakses tanggal 2 Januari 2013.
- ^ UUD 1945, Pasal 29 ayat (2).
- ^ Marshall, Paul (2018). "The Ambiguities of Religious Freedom in Indonesia". The Review of Faith & International Affairs. 16 (1): 85–96. doi:10.1080/15570274.2018.1433588. ISSN 1557-0274. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-08. Diakses tanggal 2021-08-08.
- ^ Siregar, Rospita Adelina (2018). "Kebijakan Publik bila Mencantumkan Aliran Kepercayaan dalam Admininistrasi Kependudukan sebagai Bentuk Revitalisasi Pancasila" (PDF). Dalam Dr. Lamhot Naibaho; Demsy Jura. Seminar Nasional "Revitalisasi Indonesia melalui Identitas Kemajemukan Berdasarkan Pancasila", diselenggarakan oleh Pusat Sudi Lintas Agama dan Budaya—Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia. Jakarta, 22 November 2018. Jakarta: UKI Press. hlm. 173–177. ISBN 978-979-8148-96-5. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2021-08-08. Diakses tanggal 2021-08-08.
- ^ Oey, Eric (1995). Bali. Periplus. ISBN 962-593-028-0. OCLC 60286689.
- ^ Suryadinata, Leo, ed. (2008). Ethnic Chinese in Contemporary Indonesia. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies. ISBN 9789812308351. OCLC 469069147.
- ^ Magnis-Suseno, Franz (1997). Javanese Ethics and World-View: The Javanese Idea of the Good Life. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 979-605-406-X. OCLC 38466385.
- ^ "2003 International Religious Freedom Report: Indonesia". U.S. Department of State. 2003. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-09. Diakses tanggal 13 Januari 2012..
- ^ Gonda, Jan (1975). "The Indian Religions in Pre-Islamic Indonesia and their survival in Bali". Handbook of Oriental Studies. Section 3 Southeast Asia, Religions. Brill.
- ^ Darsa, Undang A. 2004. "Kropak 406; Carita Parahyangan dan Fragmen Carita Parahyangan", Makalah disampaikan dalam Kegiatan Bedah Naskah Kuna yang diselenggarakan oleh Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga. Bandung-Jatinangor: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran: hlm. 1–23.
- ^ "Buddhism in Indonesia". Buddha Dharma Education Association. 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 Mei 2019. Diakses tanggal 3 Oktober 2006.
- ^ Rahman, Taufiq (2013). "'Indianization' of Indonesia in an Historical Sketch". International Journal of Nusantara Islam. 1 (2): 56–64. doi:10.15575/ijni.v1i2.26. ISSN 2355-651X. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-09. Diakses tanggal 2021-08-09.
- ^ Sedyawati, Edi (19 Desember 2014). "Influence of Hinduism and Buddhism on Indonesian culture". Sanskriti Magazine. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 April 2017. Diakses tanggal 6 Desember 2020.
- ^ Martin, Richard C. (2004). Encyclopedia of Islam and the Muslim World. Vol. 2: M–Z. New York: Macmillan Reference USA. ISBN 0-02-865603-2. OCLC 52178942. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-01-12. Diakses tanggal 2021-08-09.
- ^ a b Böwering, Gerhard; Crone, Patricia; Mirza, Mahan (2013). The Princeton Encyclopedia of Islamic Political Thought. Princeton, N.J.: Princeton University Press. ISBN 1-4008-3855-X. OCLC 820631887.
- ^ Ricklefs 1991, hlm. 12–14.
- ^ "Indonesia–Bhineka Tunggal Ika". Centre Universitaire d'Informatique. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 September 2006. Diakses tanggal 20 Oktober 2006.
- ^ Tanasaldy, Taufiq (2012). Regime Change and Ethnic Politics in Indonesia: Dayak Politics of West Kalimantan. Leiden: KITLV Press. ISBN 978-90-04-25348-3. OCLC 804847859. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-20. Diakses tanggal 2021-08-09.
- ^ Ricklefs 1991, hlm. 25, 26, 28.
- ^ "About St Francis Xavier". Catholic Archdiocese of Sydney. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 November 2012. Diakses tanggal 5 Juli 2018.
- ^ Ricklefs 1991, hlm. 28, 62.
- ^ Vickers 2005, hlm. 22.
- ^ Goh, Robbie B.H. (2005). Christianity in Southeast Asia. Institute of Southeast Asian Studies. hlm. 80. ISBN 978-981-230-297-7.
- ^ "Indonesia". Reformed Online. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 Desember 2006. Diakses tanggal 5 Desember 2006.
- ^ Klemperer-Markman, Ayala. "The Jewish Community in Indonesia". Beit Hatfutsot. Diterjemahkan oleh Julie Ann Levy. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 Agustus 2019. Diakses tanggal 12 Maret 2020.
- ^ Madjid, Nurcholish (1994). "Islamic Roots of Modern Pluralism: Indonesian Experience". Studia Islamika. 1 (1). doi:10.15408/sdi.v1i1.866. ISSN 2355-6145. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-09. Diakses tanggal 2021-08-09.
- ^ Harsono, Andreas (Mei 2019). Race, Islam and Power: Ethnic and Religious Violence in Post-Suharto Indonesia. Monash University Publishing. ISBN 978-1-925835-09-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-20. Diakses tanggal 2021-08-09.
- ^ "How religious commitment varies by country among people of all ages". Pew Research Center. 13 Juni 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 Agustus 2018. Diakses tanggal 23 November 2018.
- ^ Pearce, Jonathan M.S. (28 Oktober 2018). "Religion in Indonesia: An Insight". Patheos. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 Oktober 2018. Diakses tanggal 23 November 2018.
- ^ UUD 1945, Pasal 31 ayat (4).
- ^ Al-Samarrai, Samer; Cerdan-Infantes, Pedro (9 Maret 2013). "Awakening Indonesia's Golden Generation: Extending Compulsory Education from 9 to 12 Years". The World Bank Blog. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 Oktober 2017. Diakses tanggal 10 Oktober 2017.
- ^ a b "Indonesia". UNESCO Institute for Statistics. 27 November 2016. Diakses tanggal 5 September 2020.
- ^ "Is Indonesia Ready for International Branch Campuses?". Inside Higher Ed. 29 Mei 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 Mei 2018. Diakses tanggal 18 November 2018.
- ^ "Indonesia's Unequal Higher Education". Asia Sentinel. 4 Mei 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 September 2020. Diakses tanggal 3 Desember 2020.
- ^ "2018 Health SDG Profile: Indonesia" (PDF). Organisasi Kesehatan Dunia. Juli 2018. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 6 Desember 2018. Diakses tanggal 10 Desember 2018.
- ^ Thabrany, Hasbullah (2 Januari 2014). "Birth of Indonesia's 'Medicare': Fasten your seatbelts". The Jakarta Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 Januari 2014. Diakses tanggal 26 Agustus 2018.
- ^ "Life expectancy". Our World in Data. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-13. Diakses tanggal 6 September 2020.
- ^ "Child mortality rate". Our World in Data. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-27. Diakses tanggal 5 September 2020.
- ^ Mboi, Nafsiah; Surbakti, Indra Murty; Trihandini, Indang; Elyazar, Iqbal; Smith, Karen Houston; Bahjuri Ali, Pungkas; Kosen, Soewarta; Flemons, Kristin; Ray, Sarah E. (2018). "On the road to universal health care in Indonesia, 1990–2016: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2016". The Lancet (dalam bahasa Inggris). 392 (10147): 581–591. doi:10.1016/S0140-6736(18)30595-6. PMC 6099123 . PMID 29961639. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-11-10. Diakses tanggal 2021-08-09.
- ^ a b "Indeks Pembangunan Manusia menurut Provinsi 2022-2023". www.bps.go.id. Diakses tanggal 31 Oktober 2024.
- ^ a b Badan Pusat Statistik (15 Desember 2020). "Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2020". Berita Resmi Statistik (No.97/12/Th.XXIII). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-29. Diakses tanggal 2021-01-22.
- ^ "Indeks Pembangunan Manusia menurut Provinsi 2023". www.bps.go.id. Diakses tanggal 31 Oktober 2024.
- ^ "PENGERAJIN BATIK TAK PERLU RESAH". Majalah Hukum & HAM Online. 30 September 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-09-26. Diakses tanggal 14 Agustus 2008.
- ^ Witton, Patrick (2003). Indonesia. Melbourne: Lonely Planet. hlm. 103. ISBN 1-74059-154-2.
- ^ Elyas Pical Dapat Penghargaan[pranala nonaktif permanen]. Surya, 27 Maret 2009. Diakses pada 10 September 2010.
- ^ Afriatni, Ami. Petinju Chris John Sukses Pertahankan Gelar Juara Dunia Diarsipkan 2008-12-10 di Wayback Machine.. Tempo, 19 Agustus 2007. Diakses pada 10 September 2010.
- ^ "Jejak Bersejarah Hindia Belanda di Piala Dunia 1938". CNN Indonesia. 23 April 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-16. Diakses tanggal 21 Februari 2020.
- ^ "Kampung Tugu, Menyimpan Kenangan Sejarah". Kompas.com. Rabu, 28 April 2004. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-12-11. Diakses tanggal 14 Agustus 2008.
- ^ Radhar Panca Dahana (Kamis, 6 Desember 2007). "Perspektif: Mencuri Klaim, Itu Biasa". Gatra.Com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-12-08. Diakses tanggal 14 Agustus 2008.
- ^ Witton, Patrick (2002). World Food: Indonesia. Melbourne: Lonely Planet. ISBN 1-74059-009-0.
- ^ Brissendon, Rosemary (2003). South East Asian Food. Melbourne: Hardie Grant Books. ISBN 1-74066-013-7.
- ^ http://www.cnngo.com/explorations/eat/40-foods-indonesians-cant-live-without-327106 Diarsipkan 2011-10-25 di Wayback Machine. 40 of Indonesia's best dishes. Diakses pada 5 Desember 2011.
- ^ a b Kristianto, JB (2 Juli 2005). "Sepuluh Tahun Terakhir Perfilman Indonesia". Kompas.com. Kompas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-01-13. Diakses tanggal 5 Oktober 2006.
- ^ Pramantie, Caroline (30 Maret 2017). "Menengok 10 Film Indonesia Terlaris Dalam 10 Tahun Terakhir". Kumparan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-16. Diakses tanggal 2022-01-15.
- ^ Literacy and Writing Systems in Asia (dalam bahasa Inggris). Department of Linguistics, University of Illinois at Urbana-Champaign. 2000. hlm. 137.
- ^ Taylor 2003, hlm. 299–301.
- ^ Vickers 2005, hlm. 3-7.
- ^ Friend 2003, hlm. 74, 180.
- ^ Czermak, Karen. ""Preserving Intangible Cultural Heritage in Indonesia"" (PDF). SIL International. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2007-07-09. Diakses tanggal 2007-07-04.
- ^ "Internet World Stats". Asia Internet Usage, Population Statistics and Information. Miniwatts Marketing Group. 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-30. Diakses tanggal 2007-08-13.
- ^ Suprapto (November 24, 2014). "Inilah Data Peringkat Negara Pengguna Internet". Tribunnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-07-19. Diakses tanggal 2015-08-21.
- ^ Dewi, Intan Rakhmayanti (2022-06-09). "Data Terbaru! Berapa Pengguna Internet Indonesia 2022?". CNBC Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-13. Diakses tanggal 2022-09-13.
Kepustakaan
- Agung, Ide Anak Agung Gde (1973). Twenty Years Indonesian Foreign Policy: 1945–1965. Mouton & Co. ISBN 979-8139-06-2.
- Agung, Ide Anak Agung Gde (1996) [1995]. From the Formation of the State of East Indonesia Towards the Establishment of the United States of Indonesia. Diterjemahkan oleh Owens, Linda. Yayasan Obor. ISBN 979-461-216-2.
- Badan Pusat Statistik (2020). Statistik Indonesia 2020. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
- Badan Pusat Statistik (2021). Statistik Indonesia 2021. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 Agustus 2021.
- Djiwandono, Soedjati (1996). Konfrontasi Revisited: Indonesia's Foreign Policy Under Soekarno. Jakarta: Centre for Strategic and International Studies.
- Frederick, William H.; Worden, Robert L., ed. (2011). Indonesia: A Country Study. Area handbook series, 39 (dalam bahasa Inggris). Library of Congress, Federal Research Division (edisi ke-6). Washington, DC: U.S. Government Printing Office. ISBN 978-0-8444-0790-6.
- Friend, T. (2003). Indonesian Destinies (dalam bahasa Inggris). Harvard University Press. ISBN 0-674-01137-6.
- Kahin, George McTurnan (1952). Nationalism and Revolution in Indonesia. Ithaca, New York: Cornell University Press.
- Kahin, George McTurnan (1961) [1952]. Nationalism and Revolution in Indonesia. Ithaca, New York: Cornell University Press.
- Kahin, George McTurnan (1970) [1952], Nationalism and Revolution in Indonesia, Cornell University Press, ISBN 9780801491085
- Kahin, George McTurnan; Kahin, Audrey (2003). Southeast Asia: A Testament. London: Routledge Curzon. ISBN 0-415-29975-6.
- Na'im, Akhsan; Syaputra, Hendry (2010). "Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia" (PDF). Badan Pusat Statistik (BPS). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 23 September 2015. Diakses tanggal 23 September 2015.
- Ricklefs, Merle Calvin (1981). A History of Modern Indonesia: c.1300 to the Present (dalam bahasa Inggris). London: MacMillan.
- Ricklefs, Merle Calvin (1991). A History of Modern Indonesia Since c.1300 (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-2). London: MacMillan. ISBN 0-333-57689-6.
- Ricklefs, Merle Calvin (1993). A History of Modern Indonesia Since c. 1300. San Francisco, CA: Stanford University Press.
- Ricklefs, Merle Calvin (2001). A history of modern Indonesia since c. 1200 (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-3). Basingstoke; Stanford, CA: Palgrave; Stanford University Press. ISBN 978-0-8047-4480-5.
- Ricklefs, Merle Calvin (2008). A History of Modern Indonesia since c. 1200 (E-Book version) (edisi ke-4). New York: Palgrave Macmillan.
- Pemerintah Indonesia (1945), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
- Schwarz, A. (1994). A Nation in Waiting: Indonesia in the 1990s (dalam bahasa Inggris). Westview Press. ISBN 1-86373-635-2.
- Simanjuntak, P. N. H. (2003). Kabinet-Kabinet Republik Indonesia: Dari Awal Kemerdekaan Sampai Reformasi. Jakarta: Djambatan. ISBN 979-428-499-8.
- Taylor, Jean Gelman (2003). Indonesia: Peoples and Histories (dalam bahasa Inggris). New Haven and London: Yale University Press. ISBN 0-300-10518-5.
- Vickers, Adrian (2005). A History of Modern Indonesia (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. ISBN 0-521-54262-6.
Pranala luar
Cari tahu mengenai Indonesia pada proyek-proyek Wikimedia lainnya: | |
Definisi dan terjemahan dari Wiktionary | |
Gambar dan media dari Commons | |
Berita dari Wikinews | |
Kutipan dari Wikiquote | |
Teks sumber dari Wikisource | |
Buku dari Wikibuku |
- Peta Indonesia di Wikimedia Atlas
- Data geografis Indonesia di OpenStreetMap
- (Indonesia) Situs web resmi pemerintah Republik IndonesiaDiarsipkan 2012-02-03 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Pemilu Indonesia Diarsipkan 2016-02-05 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Data Kependudukan Resmi Indonesia
- (Inggris) Indonesia di Encyclopædia Britannica
- (Inggris) Indonesia: Country Studies 1993
- (Inggris) Presentasi tentang Indonesia Diarsipkan 2013-01-18 di Wayback Machine.
- Indonesia
- Republik
- Negara di Asia
- Negara di Asia Tenggara
- Negara mayoritas Muslim
- Negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam
- Negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa
- Negara anggota ASEAN
- Negara mantan anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi
- Negara dan wilayah di mana bahasa Melayu merupakan bahasa resmi
- Pendirian tahun 1945 di Asia
- Pendirian tahun 1945 di Asia Tenggara
- Negara dan wilayah yang didirikan tahun 1945
- Negara E7
- Negara G15
- Negara G20
- Negara industri baru
- Negara pulau
- Negara lintas benua
- Negara kepulauan